You are on page 1of 8

TARI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA

Bangsa Indonesia terdiri dari bermacam-macam suku yang masng-masing


mempunyai ragam kebudayaan daerah yang menjadi ciri dari suku bangsa tersebut.
Kebudayaan mencakup segala atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak. Semua
pola perilaku dan pola-pola berfikir masyarakat merupakan wujud dari kebudayaan.
Kebudayaan adalah segala usaha manusia untuk mencapai kesejahteraan manusia.
Salah satunya adalah kesenian yang merupakan unsur dari kebudayaan itu. Kesenian
memiliki beberapa cabang yang masing-masing mempunyai medium pokok, antara lain :
Seni Sastra medium pokoknya bahasa, Seni Rupa medium pokoknya garis-ruang-warna,
Seni Teater/Drama medium pokoknya akting, Seni Musik medium pokoknya bunyi atau
suara dan Seni Tari medium pokoknya gerak.
Gerak merupakan media yang paling tua dari manusia, untuk menyatakan
keinginan-keinginannya. Jika kita perhatikan, bayi yang baru saja lahir, sebagai bukti
bahwa ia menggerakkan beberapa anggota tubuhnya. Gerak meruapakan unsur utama
dalam tari, maka gerak-gerak yang ditampilkan mengandung maksud atau makna-mana
tertentu. Dengan demikian, tari merupakan suatu ungkapan jiwa yang mengunakan
medium pokok gerak yang dapat dinikmati dengan rasa. Rasa dalam seni memegang
peranan yang sangat penting. Mengapa? Karena baik seniman penggarap maupun
penikmat/pencinta seni sama-sama menggunakan rasa dalam berkarya dan menghayati
karya seni tersebut.
Manusia normal akan memiliki dan memerlukan santapan-sanatapan yang
berwujud seni yang masing-masing orang akan berbeda pilihan dan kesukaannya. Tari
merupakan seni yang mendapat perhatian cukup besar dan memiliki peranan penting
dala kehidupan masyarakat. Tari adalah sebuah karya fiksi (rekaan) diciptakan
berdasarkan imajinasi tertentu. Imajinasi yang ditontonkan adalah berupa gerak yang
dieksploitir untuk menyatakan segenap perikehidupan manusia dan gerak yang
dipergunakan untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan manusia.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1999), tari adalah sebuah susunan gerak
ritmis yang indah. Sedangkan menurut Sardono W. Kusumo, tari adalah kebiasaan yang
turun-temurun dalam masyarakat. Ia merupakan kesadaran kolektif sebuah kelompok
masyarakat, sifatnya sangat kompleks sekali meliputi kompleksitas kehidupan sehingga
sukar sekali disisihkan dengan perincian yang tetap dan pasti.
Menurut sejarah kebudayaan manusia, tari telah ada sejak manusia ada.
Bentuknya yang paling sederhana disebut mimesis artinya tiruan alam sekitar manusia.
Tari diciptakan seorang seniman tari (koreografer) dalam masyarakat pendukungnya
kemudian diwariskan turun temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Dalam
pewarisan itu, ada unsur-unsur yang dipertahankan tetapi ada juga unsur yang
ditambahkan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Tari dalam masyarakat
pendukungnya telah menjadi Folklore. Tari sebagai karya folklore termasuk dalam
Partly Verbal Folklore (Folklore Setengah Lisan).
Tari mempunyai delapan fungsi, yaitu :
1. Sebagai sistem proyeksi diri pribadi atau kelompok masyarakat
2. Untuk mengesahkan kebudayaan
3. Sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial (pengendali sosial)
4. Sebagai alat pendidikan
5. Sebagai pemberi jalan yang dibenarkan oleh masyarkat untuk mencela orang
6. Sebagai pemrotes ketidakadila dalam masyarakat
7. Sebagai pelarian dari himpitan hidup sehari-hari
8. Untuk hiburan
Tari secara umum, dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Tari Tradisi : Bentuk gerakan yang masih asli dan diturunkan langsung dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Biasanya tarian ini dalam bentuk upacara adat,
upacara ritual dan dilakukan secara massal. Unsur yang digunakan dalam tarian ini
adalah penjiwaan. (Balia, Raego, Jinja, Vunja)
2. Tari Kreasi : Bentuk tari dengan gerak tradisional atau kedaerahaan yang telah
dikembangkan sesuai fungsi dan situasinya. Unsur yang digunakan dalam tarian ini
hiburan kepariwisataan.
3. Tari Modern : Bentuk tari yang memegang konsep utuh, biasanya memadukan
gerak tradisi dan kreasi dalam satu garapannya. Unsur yang digunakan dalam tarian
ini adalah artistik dan konseptualnya. (Tari Balet, Tari Kontemporer, Break Dance,
Hip Hop and Floor Dance)
Berdasarkan fungsinya, tari dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Tari untuk keperluan uapacara adat : Tarian yang dikhususkan sebagai sarana
upacara adat, seperti Balia dan Raego.
2. Tari Pergaulan : Tarian yang berfungsi sebagai sarana untuk emngungkapkan rasa
gembira, misal Tari Dero.
3. Tari Pertunjukan : Tarian yang digarap secara khusus dari pola, estetis sampai pada
konsep yang dikhususnkan untuk pertunjukan indoor ataupun outdoor.
Sementara itu jika dilihat berdasarkan temanya, tari terbagi atas dua, yaitu :
1. Tari Dramatik/Sendra Tari/Musikal : Tarian ini umumnya berbentuk drama
terdapat dialog atau narator didalamnya, seperti wayang dan ludruk.
2. Tari Non Dramatik

Tari melihat perubahan-perubahan yang berlangsung dalam masyarakat. Dalam


dunia penciptaan tari, arus modernisasi sudah mulai terasa di Indonesia sejak
seperempat abad yang lalu (sekitar 1970-an). Hal itu setidak-tidaknya ditandai oleh
karya fenomenal Sardono W. Kusumo berjudul “Samgita Pancasona” dan juga gebrakan
dari Bagong Kusuadiardjo dengan beberapa karya tarinya. Arus perubahan ini dianggap
sudah cukup mapan dan membawa pengaruh baik dalam dunia penciptaan tari di
Indonesia.
Dunia penciptaan tari Indonesia sangat bangga memiliki seorang koreogrfer-
penari sehebat Sardono W. Kusumo yang telah mulai melakukan “terobosan”nya
seperempat abad lalu. Kini telah terbukti bahwa karya-karyanya dapat berdampingan
secara serasi dengan berbagai tari tradisi Indonesia yang telah mapan dan cenderung
stagnasi.
Modernisasi penciptaan tari di Indonesia dewasa ini yang semakin beraneka
ragam bentuk dan implementasinya, semata-mata bukanlah kemasan atau hasil
rekayasa terhadap puncak-puncak kebudayaan Indonesia, lebih dari itu merupakan
sebuah ekspresi yang dilandasi “sikap budaya” sebagai manivestasi proses pemahaman
terhadap berbagai kenyataan yang muncul diseputar para koreografer.
Terobosan tari dan arus pendobrakan yang dimulai tahun 1970-an membawa
dampak bahwa tari tidak selalu bisa dikaitkan dengan tradisi setempat semata-mata.
Tari menjadi seni yang sangat berurusan dengan sejarah pribadi atau partisipasi pribadi
yang senantiasa mempertanyakan kemandegan tradisi atau adat yang membatasi ruang
gerak seni dan senimannya.
Dorongan pribadi seniman untuk berintegrasi dengan perkembangan budaya tari
dan perubahan sosial budaya yang melingkupinya serta membuat koreografi baru dalam
berbagai ragam, corak gaya pribadi sekaligus juga menginformasikan citra budaya yang
sedang berlaku.
Perkembangan tari kontemporer di Indonesia diawali oleh karya Sardono W.
Kusumo berjudul “Opera Diponegoro” (1987) sebua karya kontemporer spektakuler
sepanjang masa yang tak pernah berhenti di pentaskan sejak di Taman Budaya
Surakarta April 1987 hingga terakhir dipentaskan di l’Opea de Paris Maret 2009 dengan
lebih dari 200 kali pertunjukan dan melibatkan 150 penari-penari terbaik seluruh
Indonesia. Sejak itu, Sardono W. Kusumo berhasil menlahirkan anak-anak didik terhebat
di masa mereka masing-masing sebut saja era 90-an ada Mugiono Kasido, Miroto
Martinus, Fajar Satriadi, Wahyu Widayati, Eko Supriyanto dll, sementara di era 2000-an
melahirkan Nungki Nurcahyani, Indah Panca, Hanny Herlina, Sri Astuti, Lena Guslina, Ni
Kadek Yulia, Danang Pamungkas dll.
Sardono W. Kusuma membagi empat tahapan dalam sebuah penciptaan tari
kontemporer, yaitu :
1. Post Figurativisme, bentuk karya baru yang mencoba menawarkan pengungkapan
transformasi sosial budaya serta pandangan akulturatif terhadap perubahan juga
transformasi budaya. Secara maknawi menyajikan perupaan simbolis dari
peristiwa-peristiwa yang bergayut pada akar kondisi sosial budaya.
2. Kontemplatif Supranaural, karya tari yang mencoba merambah pada nilai spritual,
renungan-renungan nilai mendalam. Perupaan artistik dan maknawainya mencoba
menjelajahi perenungan melalui simbol dan media religi atau bahkan mistis.
3. Demo Sosialisme, karya ini cenderung mengungkap ketimpangan sosial politik dan
merambah pada kritik.
4. Komposisi, karya baru yang berpijak pada penataan dan perupaan artistik. Lebih
cenderung menyajikan ekspresi penataan gerak instrumen terkaitnya, perupaan
artistik dipandang sebagai pengucapan artistik.
Tari tidak berdiri sendiri, melainkan mempunyai elemen-elemen komposisi tari.
Komposisi Tari (Pengetahuan Koreografi) adalah pengetahua yang harus diketahui oelh
seorang koreografer dari sejak menggarap gerak samapai pada pengetahuan tata cara
memposisikannya pada satu pertunjukan. (Sodarsono, 2000 : 40)
Elemen-elemen komposisi tari tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tema
Hal yang paling pertama dibuat oleh koreografer, memilih tema garapan tarinya,
kemudian melakukan survei, riset ataupun penelitian sebagai penguat garapannya
dan mengembangkan tema-tema tersebut dalam makna estetika tubuh para
penarinya. Kekuatan awal penari berada pada tema yang akan digarapnya sebagai
tari.
2. Gerak Tari
Gerak yang hadir pada tiap garapan merupakan gerak yang bermakna. Setiap gerak
itu mampu bercerita pada tubuh agar dapat dipahami oleh penonton. Yang menjadi
sumber utama gerak tari adalah tubuh penari. Disnilah kekuatan kedua yang hadir
pada tari yaitu Estetika Tubuh.
3. Desain Lantai
Garis-garis lantai atau titik-titik yang dilalui oleh penari atau biasanya disebut Pola
Lantai, dibagi menjadi dua ;
a) Garis Lurus : dapat dibuat kedepan, kebelakang, kesamping atau serong. Garis
ini memberikan kesan sederhana tapi kuat.
b) Garis Lengkung ; dapat dibuat melengkukng kemuka, kebelakang atau dalam
bentuk beberapa rumusan matematika.
4. Desain Atas
Desain ini yang bisa dilihat langsung oleh penonton, dimana kesatuan tubuh dan
properti penunjang terlukis jelas pada penari tersebut. Mulai dari gerakan kepala,
leher, tangan (jari), pinggang, tungkai bawah (kaki, jari, kaki) serta properti yang
menjadi keutuhan tubuh.
5. Desain Dramatik
Hal ini dibutuhkan terutama pada tarian yang memiliki unsur dramatik didalamnya.
Dengan desain dramatik diharapkan struktur dramatik mulai dari pemaparan cerita,
hadirnya klimaks sampai pada penurunan suasana (kesimpulan).
6. Musik/bunyi
Musik menjadi medium pendukung (bantu) yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah
garapan tari. Musik/bunyi yang dipergunakan untuk mengiringi tari harus digarap
maksimal sesuai garapan tarinyan, baik itu dengan alat instrumen penunjang atapun
bunyi tubuh dan alam.
7. Dinamika
Kekuatan yang menjadika tari lebih menarik. Digambarkan sebagai jiwa emosional
(rasa) pada gerak. Termasuk didalmnya terdapat pergantian tempo dari cepat-
medium-lambat atau sebalaiknya
8. Komposisi Penari
Cara penempatak penari serta gerakannya, yang dibagi menjadi tiga, yaitu :
a) Serempak : gerakan atau pola yang dilakukan secara bersama oleh kesemua
penari
b) Berimbang : penari dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana gerakan serta
pola dipisah menjadi bagian kelompok tadi.
c) Terpecah : setiap penari memiliki pola sendiri yang berbeda satu dengan yang
lain, baik itu dilakukan secara bersamaan maupun secara individual terpisah
posisi
9. Properti Penunjang
Adapaun properti penunjang dala sebuah garapan tari, yaitu :
a) Kostum : perlu diperhatian warna, model, dan fleksibilitas serta sesuai konsep
b) Tata Rias : menjadi unsur penunjang ekspresi tari baik tradisi, kreasi dan
modern
c) Stage : bisa indoor (gedung, pendopo, ruang tertutp dan arena), ataupun bersifat
indoor (lapangan, halaman, taman kota ataupun alam)
d) Handprof (Perlengkapan Tari) : digunakan sesuai dengan konsep tari, seperti
peding, meja, tombak, kursi, selendang, dll
e) Lighting : sebagai penunjang akhir tetapi penentu dari sebuah kesuksesan tari
(khususnya yang berada digedung).
DANCE IN HUMAN LIFE

The Indonesian nation made up of various tribes who masng respective


regional cultural diversity which has become the hallmark of these
tribes. Culture includes all or patterns of thinking, feeling and acting. All
patterns of behavior and thinking patterns is a manifestation of the cultural
community. Culture is all human effort to achieve human welfare. One is the
art which is the element of culture. Artistry has several branches, each of
which has a basic medium, such as: Art Literature principal medium of
language, Arts principally medium-line-color space, Theatre Arts / Drama
acting principal medium, medium substantially Art Music and Art noise or
the sound medium Dance main motion.
Motion is the oldest medium of human beings, to express his wishes. If we
consider, the newly born infant, as proof that he was moving some
limbs. Motion meruapakan key element in the dance, the movements are
displayed containing the intent or meaning of certain-where. Thus, dance is
an expression of soul who uses a principal medium of motion that can be
enjoyed with a sense. Taste in art plays a very important. Why? Since both
artists and lovers of cultivators / art lovers alike use sense in making the
work and appreciate the artwork.

You might also like