You are on page 1of 12

Ekowisata

Alam dan Pariwisata di Indonesia


Potensi Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang
dimiliki Indonesia merupakan anugerah yang tak ternilai.
Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi,
keunikan dan keaslian budaya tradisional, keindahan alam,
dan peninggalan sejarah/budaya yang dapat dimanfaatkan
secara optimal untuk kesejahteraan masyarakat. Kondisi
ini memberikan arti positif, yaitu kegiatan kepariwisataan
alam dapat berperan dalam meningkatkan kesejahteraan
dan pendapatan masyarakat.

Sebelum era tahun 1980-an, pariwisata sangat


mengandalkan kunjungan wisatawan sebanyak mungkin
(massal) hingga akhirnya menimbulkan dampak negatif

1|Page
bagi lingkungan sekitarnya. Seiring kesadaran para pelaku
wisata, saat ini kegiatan pariwisata telah mengarah ke
bentuk baru, salah satunya wisata minat khusus yang
berpedoman pada prinsip-prinsip pelestarian alam atau
konservasi (lihat grafik di bawah).

Sumber : Chalid Fandeli

Apa itu Ekowisata?


Ekowisata merupakan suatu kegiatan wisata yang
bertanggung jawab di tempat-tempat alami dan atau
daerah-daerah yang dibuat berdasarkan kaidah alam.
Perjalanannya mendukung upaya pelestarian lingkungan
(alam dan kebudayaan) dan meningkatkan kesejahteraan
masyarakat setempat.

Ekowisata terdiri dari komponen pelestarian lingkungan


(alam dan budaya), peningkatan partisipasi masyarakat,
dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi lokal, dan telah
dikembangkan dengan sukses di banyak negara
berkembang. Pengembangan ini selalu sejalan dengan dua
prinsip dasar ekowisata, yaitu memberi keuntungan

2|Page
ekonomi langsung kepada masyarakat lokal serta turut
andil dalam pelestarian alam.

Kebijakan apa saja yang terkait Ekowisata?


Beberapa peraturan perundangan telah disusun untuk
menunjang pengembangan kegiatan pariwisata alam dan
upaya konservasi, antara lain:
a. UU No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya
Alam Hayati dan Ekosistemnya;
b. UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan;
c. PP No. 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata
Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman
Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam;
d. Keputusan Menhut No. 441/Kpts-II/1994 tentang
Sarana Prasarana Pengusahaan Pariwisataan Alam;
e. Keputusan Menhut No. 441/Kpts-II/1990 tentang
Pengenaan Iuran Pungutan Usaha di Hutan Wisata,
Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata
Laut;
f. Keputusan Menhut No. 446/Kpts-II/1996 tentang Tata
Cara Permohonan, Pemberian dan Pencabutan Izin
Pengusahaan Pariwisata Alam;
g. Keputusan Menhut No. 878/Kpts-II/1992 tentang Tarif
Pungutan Masuk ke Hutan Wisata, Taman Nasional,
Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Laut;
h. Keputusan Menhut No. 447/Kpts-II/1996 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Pengusahaan Pariwisata
Alam.
3|Page
Apa saja tahap pengembangan Ekowisata?
Tahap-tahap yang wajib dilakukan
untuk membangun sebuah objek
ekowisata meliputi :
1. identifikasi potensi atau
kelayakan,
2. pengembangan atraksi wisata,
3. pengelolaan atraksi wisata,
4. pemeliharaan,
5. pemasaran objek atau atraksi
ekowisata.

Adapun untuk mempromosikan suatu objek ekowisata


secara berkelanjutan tergantung pada beberapa hal,
antara lain :
1. Kejelian mengidentifikasi aneka daya tarik sumber
daya alam dan potensi yang akan dikembangkan. Hal
ini mutlak dilakukan oleh tim ahli secara terpadu.
2. Mendidik sumberdaya manusia yang dibutuhkan
secara terarah. Hanya sarana pendidikan yang menitik
beratkan praktek lapangan dan bekal teori yang terkait
(relevan) yang dapat menghasilkan sumberdaya
manusia siap pakai.
3. Pengembangan secara fisik, wajib berdasarkan analisis
mengenai dampak lingkungan (AMDAL-Analisis
Mengenai Dampak Lingkungan) dan dikerjakan oleh
konsultan yang benar-benar berpengalaman dan
mengetahui seluk beluk analisis terhadap dampak
lingkungan yang ditimbulkan akibat sebuah kegiatan
yang dilakukan.

4|Page
Apa pendekatan Ekowisata?
Ekowisata harus dapat menjamin kelestarian lingkungan.
Maksud dari menjamin kelestarian ini adalah sesuai
dengan tujuan konservasi (UNEP, 1980), yaitu:
1. Menjaga tetap berlangsungnya proses ekologis yang
mendukung sistem kehidupan.
2. Melindungi keanekaragaman hayati.
3. Menjamin kelestarian dan pemanfaatan spesies dan
ekosistemnya.

Mengenal tipe wisatawan


Wisatawan dapat dikelompokkan dalam beberapa
kategori, yaitu :
• Explorer –petualang
• Minat Khusus
• Banyak Minat
• Backpacker
• Rombongan

Apa saja jenis-jenis wisata?


Dalam dunia pariwisata dikenal beberapa jenis wisata,
yaitu :
• Wisata Alam, Wisata Kebudayaan, Wisata Pendidikan,
Wisata Pertanian, Wisata Perbandingan, Wisata
Keagamaan, Wisata Bahari

Wisata Minat Khusus


Secara umum basis pengembangan wisata minat khusus
meliputi :

5|Page
(a) Aspek alam, seperti: flora, fauna, fisik geologi,
vulkanologi, hidrologi, hutan alam atau taman
nasional.
(b) Objek dan daya tarik wisata budaya, meliputi: budaya
peninggalan sejarah dan budaya kehidupan
masyarakat. Potensi ini selanjutnya dapat dikemas
dalam bentuk wisata budaya peninggalan sejarah,
wisata pedesaan dan sebagainya di mana wisatawan
yang memiliki minat dapat terlibat langsung dan
berinteraksi dengan budaya masyarakat setempat
untuk belajar berbagai hal dari budaya yang ada.

Apa manfaat dari ekowisata?


Sedikitnya, ada enam manfaat dari pengembangan
ekowisata, yaitu:
1. Memberikan nilai ekonomi bagi kegiatan ekosistem di
dalam lingkungan yang dijadikan obyek wisata;
2. Menghasilkan keuntungan secara langsung untuk
pelestarian lingkungan;
3. Memberikan keuntungan secara langsung dan tidak
langsung bagi para pihak terkait (stakeholders);
4. Membangun konstituen atau dukungan bagi
konservasi di tingkat lokal, nasional dan internasional;
5. Mempromosikan penggunaan sumber daya alam yang
berkelanjutan;
6. Mengurangi ancaman terhadap kenekaragaman hayati
yang ada di obyek wisata tersebut.

6|Page
Istilah-istilah dalam ekowisata
Selain istilah Pemandu atau Pramuwisata, ada beberapa
istilah lain yang sering digunakan atau dipakai selama
melakukan perjalanan, antara lain :
 Pramuwisata atau Pemandu (guide),
 Pemandu muda atau pemula,
 Pemandu madya,
 Tour operator,
 Penunjuk Jalan,
 Penterjemah,
 Porter

Apa saja aturan bagi pemandu?


Untuk memberi pelayanan ekowisata yang baik, seorang
pemandu perlu memahami beberapa kode etik atau
aturan, yaitu:
• Pramuwisata merupakan wakil bangsa dan negaranya,
sikap dan tindak tanduknya haruslah mencerminkan
kepribadian bangsa dan negaranya.
• Selalu rapi, berpakaian pantas dan bersih.
• Bersikap wajar dan penuh pertimbangan tanpa
mengurangi keakraban dengan wisatawan.
• Bangga akan tanah air dengan mematuhi peraturan
yang berlaku, menghormati tradisi yang terdapat pada
suatu daerah dan mengajak wisatawan untuk
mematuhinya,
• Tidak pernah memberikan pandangan yang negatif
terhadap cara hidup seseorang dari suku atau bangsa
lain.

7|Page
• Berikan perhatian yang sama kepada anggota atau
rombongan wisatawan. Jangan hanya seseorang atau
sebagian saja dari rombongan yang dipandu atau
diperhatikan.
• Berikan informasi yang benar, tepat dan bukan
informasi yang hanya kabar burung.
• Jangan pernah berbohong, lebih baik mengaku ’tidak
tahu’ dari pada berbohong.
• Tidak meminta imbalan lebih dari yang seharusnya
dibayar oleh wisatawan, jangan mengharap atau
meminta imbalan lain dalam menjalankan tugas.
• Tidak mengkritik atau berkata negatif terhadap
pelayanan pemandu wisata lain dihadapan wisatawan,
dan tidak menganjurkan wisatawan berkunjung ke
obyek wisata yang tidak baik kondisinya.

Persiapan menjadi pemandu wisata


Beberapa hal yang perlu dipersiapkan seorang pemandu,
yaitu :
• Perijinan
• Penginapan
• Makanan
• Transportasi
• Bahan cerita (tentang satwa, kebudayaan, potensi alam),
serta menguasai jalur wisata.

Membuat paket wisata


Untuk memudahkan dalam pembuatan paket program
wisata, perlu dipertimbangkan hal-hal penting berikut:
• Akses/daya jangkau menuju objek wisata,
• Potensi alam,

8|Page
• Harga,
• Pemasaran (jaringan dan kerjasama dengan pihak lain).

Hal penting dalam


perencanaan ekowisata
Pengembangan pariwisata
tentu memiliki dampak
positif dan negatif. Untuk
meminimalkan dampak
negatif, perlu diperhatikan beberapa hal bagi setiap
perencana wisata. Hal ini perlu karena menyangkut
kelangsungan pertumbuhan kawasan wisata dan
kelangsungan para pelaku wisata yang berada dalam
kawasan tersebut.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan adalah:
1. Volume atau jumlah wisatawan yang berkunjung,
2. Karakteristik dari wisatawan dengan berbagai
keinginan untuk berwisata,
3. Tipe dari aktifitas wisata yang dapat ditawarkan pada
sebuah kawasan wisata beserta variasi wisata yang
mungkin dilakukan
4. Kondisi sosial budaya masyarakat pada kawasan
wisata tersebut,
5. Kondisi lingkungan di sekitar kawasan tersebut
6. Kemampuan masyarakat untuk beradaptasi terhadap
perkembangan kepariwisataan.

9|Page
Apa saja yang perlu disiapkan?
Beberapa hal di bawah ini perlu dipersiapkan untuk
mendukung terselenggaranya program ekowisata, yaitu:
• Akses ke lokasi wisata yang mudah dijangkau,
• Keindahan alam yang mendukung, misalnya flora dan
fauna yang khas,
• Pemandu yang profesional tersedia,
• Penginapan (home stay) yang layak dan nyaman,
• Makanan,
• Kerajinan atau cinderamata lain,
• Paket Program

Contoh ekowisata di Indonesia


Sulawesi (Ekowisata Laut)
Taman Nasional Laut Bunaken adalah salah satu lokasi
yang memiliki biodiversitas kelautan tertinggi di dunia.
Kegiatan selam scuba telah menarik banyak pengunjung ke
kawasan ini.
Taman laut Bunaken memiliki 20 titik penyelaman (dive
spot) dengan kedalaman bervariasi hingga 1.344 meter.
Dari 20 titik selam itu, 12 titik selam di antaranya berada di
sekitar Pulau Bunaken. Dua belas titik penyelaman inilah
yang paling sering dikunjungi penyelam dan pecinta
keindahan pemandangan bawah laut.

Sumatera Utara
Pusat Pengamatan Orangutan Sumatera dan Ekowisata
Bukit Lawang diilhami dari Pusat Rehabilitasi Orangutan
Bohorok. Pada tahun 1980 tempat ini diserahkan kepada

10 | P a g e
Pemerintah Republik Indonesia yang dikelola Direktorat
Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam
Departemen Kehutanan.
Mengingat jumlah pengunjung ke Stasiun Rehabilitasi yang
terus meningkat, Pusat Rehabilitasi kemudian beralih
fungsi dan berorientasi pada wisata alam. Selain Pusat
Pengamatan Orangutan Sumatera, pengunjung juga dapat
melakukan kegiatan tracking/perjalanan ke dalam hutan di
kawasan TNGL dengan didampingi pemandu atau
jagawana (ranger) profesional.

Bali
Jaringan Ekowisata Desa (JED)
JED menawarkan kesempatan unik untuk mengetahui Bali
sebagaimana orang Bali mengetahui dan menyukainya.
Pemandu lokal, masakan lokal, perencanaan dan
pengelolaan atraksi wisata dilakukan sepenuhnya oleh
masyarakat setempat. Semua keuntungan JED
dikontribusikan untuk pemberdayaan masyarakat dan
aktifitas konservasi di desa-desa. Dari kesuburan dan bau
tanah di hutan sampai aroma bawang putih dan cabai yang
tajam di dapur. Dari pertanian rumput laut yang
mengapung dengan tenang sampai langkah menuju
gerbang desa kuno, semua menjadi daya tarik bagi
wisatawan yang datang.

Penutup
Pengembangan ekowisata tidak terlepas dari dukungan
berbagai pihak pelaku wisata, baik sektor usaha swasta,
pemerintah, masyarakat dan LSM terkait. Pariwisata yang
bertanggung jawab terhadap konservasi atau ekologi juga

11 | P a g e
perlu didukung pemanfaatan teknologi ramah lingkungan
dengan tetap menjamin keamanan, unsur rekreatif,
edukatif, informatif, indah, unik, dan mengesankan bagi
wisatawan.

12 | P a g e

You might also like