You are on page 1of 24

Konsep Dasar IP Address

Walaupun bagi para pengguna Internet umumnya kita hanya perlu mengenal hostname
dari mesin yang dituju, seperti: server.indo.net.id, rad.net.id, ui.ac.id, itb.ac.id. Bagi
komputer untuk bekerja langsung menggunakan informasi tersebut akan relatif lebih sulit
karena tidak ada keteraturan yang dapat di programkan dengan mudah. Untuk mengatasi
hal tersebut, komputer mengidentifikasi alamat setiap komputer menggunakan
sekumpulan angka sebanyak 32 bit yang dikenal sebagai IP address.

Adanya IP Address merupakan konsekuensi dari penerapan Internet Protocol untuk


mengintegrasikan jaringan komputer Internet di dunia. Seluruh host (komputer) yang
terhubung ke Internet dan ingin berkomunikasi memakai TCP/IP harus memiliki IP
Address sebagai alat pengenal host pada network. Secara logika, Internet merupakan
suatu network besar yang terdiri dari berbagai sub network yang terintegrasi. Oleh karena
itu, suatu IP Address harus bersifat unik untuk seluruh dunia. Tidak boleh ada satu IP
Address yang sama dipakai oleh dua host yang berbeda. Untuk itu, penggunaan IP
Address di seluruh dunia dikoordinasi oleh lembaga sentral Internet yang di kenal dengan
IANA - salah satunya adalah Network Information Center (NIC) yang menjadi
koordinator utama di dunia untuk urusan alokasi IP Address ini adalah :

InterNIC Registration Services Network Solution Incorporated 505 Huntmar Park Drive,
Herndon, Virginia 22070 Tel: [800] 444-4345, [703] 742-4777 FAX: [703] 742-4811 E-
mail: hostmaster@internic.net

Sedangkan untuk tingkat Asia Pasifik saat ini masih dikoordinasi oleh:

Asia Pacific Network Information Center c/o Internet Initiative Japan, Inc. Sanbancho
Annex Bldg., 1-4, Sanban-cho, Chiyoda-ku, Tokyo, 102 Japan Tel: +81-3-5276-3973
FAX: +81-3-5276-6239 E-mail: domreg@apnic.net http://www.apnic.net

Struktur IP Address

IP Address terdiri dari bilangan biner sepanjang 32 bit yang dibagi atas 4 segmen. Tiap
segmen terdiri atas 8 bit yang berarti memiliki nilai desimal dari 0 - 255. Range address
yang bisa digunakan adalah dari 00000000.00000000.00000000.00000000 sampai
dengan 11111111.11111111.11111111.11111111. Jadi, ada sebanyak 232 kombinasi
address yang bisa dipakai diseluruh dunia (walaupun pada kenyataannya ada sejumlah IP
Address yang digunakan untuk keperluan khusus). Jadi, jaringan TCP/IP dengan 32 bit
address ini mampu menampung sebanyak 232 atau lebih dari 4 milyar host. Untuk
memudahkan pembacaan dan penulisan, IP Address biasanya direpresentasikan dalam
bilangan desimal. Jadi, range address di atas dapat diubah menjadi address 0.0.0.0 sampai
address 255.255.255.255. Nilai desimal dari IP Address inilah yang dikenal dalam
pemakaian sehari-hari. Beberapa contoh IP Address adalah :

44.132.1.20
167.205.9.35
202.152.1.250

Ilustrasi IP Addres dalam desimal dan biner dapat dilihat pada gambar 1 berikut :

Gambar 1. IP Address dalam Bilangan Desimal dan Biner

IP Address dapat dipisahkan menjadi 2 bagian, yakni bagian network (bit-bit


network/network bit) dan bagian host (bit-bit host/host bit). Bit network berperan dalam
identifikasi suatu network dari network yang lain, sedangkan bit host berperan dalam
identifikasi host dalam suatu network. Jadi, seluruh host yang tersambung dalam jaringan
yang sama memiliki bit network yang sama. Sebagian dari bit-bit bagian awal dari IP
Address merupakan network bit/network number, sedangkan sisanya untuk host. Garis
pemisah antara bagian network dan host tidak tetap, bergantung kepada kelas network.

Ada 3 kelas address yang utama dalam TCP/IP, yakni kelas A, kelas B dan kelas C.
Perangkat lunak Internet Protocol menentukan pembagian jenis kelas ini dengan menguji
beberapa bit pertama dari IP Address. Penentuan kelas ini dilakukan dengan cara berikut :
·

* Jika bit pertama dari IP Address adalah 0, address merupakan network kelas A. Bit ini
dan 7 bit berikutnya (8 bit pertama) merupakan bit network sedangkan 24 bit terakhir
merupakan bit host. Dengan demikian hanya ada 128 network kelas A, yakni dari nomor
0.xxx.xxx.xxx sampai 127.xxx.xxx.xxx, tetapi setiap network dapat menampung lebih
dari 16 juta (2563) host (xxx adalah variabel, nilainya dari 0 s/d 255). Ilustrasinya dapat
dilihat pada gambar 2 berikut.

Gambar 2. Struktur IP Address Kelas A

* Jika 2 bit pertama dari IP Address adalah 10, address merupakan network kelas B. Dua
bit ini dan 14 bit berikutnya (16 bit pertama) merupakan bit network sedangkan 16 bit
terakhir merupakan bit host. Dengan demikian terdapat lebih dari 16 ribu network kelas B
(64 x 256), yakni dari network 128.0.xxx.xxx - 191.255.xxx.xxx. Setiap network kelas B
mampu menampung lebih dari 65 ribu host (2562). Ilustrasinya dapat dilihat pada gambar
3 berikut.

Gambar 3. Struktur IP Address Kelas B

* Jika 3 bit pertama dari IP Address adalah 110, address merupakan network kelas C.
Tiga bit ini dan 21 bit berikutnya (24 bit pertama) merupakan bit network sedangkan 8 bit
terakhir merupakan bit host. Dengan demikian terdapat lebih dari 2 juta network kelas C
(32 x 256 x 256), yakni dari nomor 192.0.0.xxx sampai 223.255.255.xxx. Setiap network
kelas C hanya mampu menampung sekitar 256 host. Ilustrasinya dapat dilihat pada
gambar 4.

Gambar 4. Struktur IP Address Kelas C

Selain ke tiga kelas di atas, ada 2 kelas lagi yang ditujukan untuk pemakaian khusus,
yakni kelas D dan kelas E. Jika 4 bit pertama adalah 1110, IP Address merupakan kelas D
yang digunakan untuk multicast address, yakni sejumlah komputer yang memakai
bersama suatu aplikasi (bedakan dengan pengertian network address yang mengacu
kepada sejumlah komputer yang memakai bersama suatu network). Salah satu
penggunaan multicast address yang sedang berkembang saat ini di Internet adalah untuk
aplikasi real-time video conference yang melibatkan lebih dari dua host (multipoint),
menggunakan Multicast Backbone (MBone). Kelas terakhir adalah kelas E (4 bit pertama
adalah 1111 atau sisa dari seluruh kelas). Pemakaiannya dicadangkan untuk kegiatan
eksperimental.

Jenis kelas address yang diberikan oleh kooordinator IP Address bergantung kepada
kebutuhan instansi yang meminta, yakni jumlah host yang akan diintegrasikan dalam
network dan rencana pengembangan untuk beberapa tahun mendatang. Untuk
perusahaan, kantor pemerintah atau universitas besar yang memiliki puluhan ribu
komputer dan sangat berpotensi untuk tumbuh menjadi jutaan komputer, koordinator IP
Address akan mempertimbangkan untuk memberikan kelas A. Contoh IP Address kelas
A yang dipakai di Internet adalah untuk amatir paket radio seluruh dunia, mendapat IP
nomor 44.xxx.xxx.xxx. Untuk kelas B, contohnya adalah nomor 167.205.xxx.xxx yang
dialokasikan untuk ITB dan jaringan yang terkait ke ITB dibawah koordinator Onno W.
Purbo.

Address Khusus

Selain address yang dipergunakan untuk pengenal host, ada beberapa jenis address yang
digunakan untuk keperluan khusus dan tidak boleh digunakan untuk pengenal host.
Address tersebut adalah :

* Network Address
Address ini digunakan untuk mengenali suatu network pada jaringan Internet. Misalkan
untuk host dengan IP Address kelas B 167.205.9.35. Tanpa memakai subnet, network
address dari host ini adalah 167.205.0.0. Address ini didapat dengan membuat seluruh bit
host pada 2 segmen terakhir menjadi 0. Tujuannya adalah untuk menyederhanakan
informasi routing pada Internet. Router cukup melihat network address (167.205) untuk
menentukan kemana paket tersebut harus dikirimkan. Contoh untuk kelas C, network
address untuk IP address 202.152.1.250 adalah 202.152.1.0. Analogi yang baik untuk
menjelaskan fungsi network address ini adalah dalam pengolahan surat pada kantor pos.
Petugas penyortir surat pada kantor pos cukup melihat kota tujuan pada alamat surat
(tidak perlu membaca seluruh alamat) untuk menentukan jalur mana yang harus ditempuh
surat tersebut. Pekerjaan “routing” surat-surat menjadi lebih cepat. Demikian juga halnya
dengan router di Internet pada saat melakukan routing atas paket-paket data.

* Broadcast Address

Address ini digunakan untuk mengirim/menerima informasi yang harus diketahui oleh
seluruh host yang ada pada suatu network. Seperti diketahui, setiap paket IP memiliki
header alamat tujuan berupa IP Address dari host yang akan dituju oleh paket tersebut.
Dengan adanya alamat ini, maka hanya host tujuan saja yang memproses paket tersebut,
sedangkan host lain akan mengabaikannya. Bagaimana jika suatu host ingin mengirim
paket kepada seluruh host yang ada pada networknya ? Tidak efisien jika ia harus
membuat replikasi paket sebanyak jumlah host tujuan. Pemakaian bandwidth akan
meningkat dan beban kerja host pengirim bertambah, padahal isi paket-paket tersebut
sama. Oleh karena itu, dibuat konsep broadcast address. Host cukup mengirim ke alamat
broadcast, maka seluruh host yang ada pada network akan menerima paket tersebut.
Konsekuensinya, seluruh host pada network yang sama harus memiliki address broadcast
yang sama dan address tersebut tidak boleh digunakan sebagai IP Address untuk host
tertentu. Jadi, sebenarnya setiap host memiliki 2 address untuk menerima paket : pertama
adalah IP Addressnya yang bersifat unik dan kedua adalah broadcast address pada
network tempat host tersebut berada. Address broadcast diperoleh dengan membuat
seluruh bit host pada IP Address menjadi 1. Jadi, untuk host dengan IP address
167.205.9.35 atau 167.205.240.2, broadcast addressnya adalah 167.205.255.255 (2
segmen terakhir dari IP Address tersebut dibuat berharga 11111111.11111111, sehingga
secara desimal terbaca 255.255). Jenis informasi yang dibroadcast biasanya adalah
informasi routing.

* Netmask

Adalah address yang digunakan untuk melakukan masking / filter pada proses
pembentukan routing supaya kita cukup memperhatikan beberapa bit saja dari total 32 bit
IP Address. Artinya dengan menggunakan netmask tidak perlu kita memperhatikan
seluruh (32 bit) IP address untuk menentukan routing, akan tetapi cukup beberapa buah
saja dari IP address yg kita perlu perhatikan untuk menentukan kemana packet tersebut
dikirim.

Kaitan antara host address, network address, broadcast address & network mask sangat
erat sekali - semua dapat dihitung dengan mudah jika kita cukup paham mengenai
bilangan Biner. Jika kita ingin secara serius mengoperasikan sebuah jaringan komputer
menggunakan teknologi TCP/IP & Internet, adalah mutlak bagi kita untuk menguasai
konsep IP address tersebut. Konsep IP address sangat penting artinya bagi routing
jaringan Internet. Kemampuan untuk membagi jaringan dalam subnet IP address penting
artinya untuk memperoleh routing yang sangat effisien & tidak membebani router-router
yang ada di Internet. Mudah-mudahan tulisan awal ini dapat membuka sedikit tentang
teknologi / konsep yang ada di dalam Internet.

Sumber : Aulia K. Arif & Onno W. Purbo


Melanjuti postingan saudara [a] mengenai IP Address, berikut sedikit brief description
mengenai IPv6 (IP version 6)...

***Thanks alot to wikipedia***

1. Basic Description
Alamat IP versi 6 (sering disebut sebagai alamat IPv6) adalah sebuah jenis pengalamatan
jaringan yang digunakan di dalam protokol jaringan TCP/IP yang menggunakan protokol
IP versi 6.
Panjang totalnya adalah 128-bit, dan secara teoritis dapat mengalamati hingga 2128=3,4
x 1038 host komputer di seluruh dunia.
Contoh alamat IP versi 6 adalah 21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A.

2. Perbedaan antara IPv4 vs. IPv6:


- IPv6 128-bit, IPv4 32-bit
- Jumlah total alamat IPv4: 4.294.967.296
Jumlah total alamat IPv6: 2 pangkat 128 = Silahkan hitung (kalo pake calc.exe yang
keluar bilangan exponen)
- IPv4: Dynamic & Static
IPv6: Stateful Address Configuration & Stateless Address Configuration
- IPv4: High-order bit buat network ID, Low-order bit buat host ID
IPv6: High-order bit buat network ID (disebut Format Prefix), dan tidak menggunakan
subnet mask!! menyenangkan sekali... ngga usah itung subnete.. eh subnetting
- IPv4: menggunakan . (dot) sebagai pemisah alamat
IPv6: menggunakan : (colon) sebagai pemisah alamat

3. Format Alamat
Dari 128-bit, dibagi menjadi 8 blok masing2 16-bit, yang tiap2 blok dapat dikonversikan
dari binary menjadi 4-digit hexadecimal
Contoh binary IPv6:
00100001110110100000000011010011000000000000000000
10111100111011000000101010101000000000
1111111111111110001010001001110001011010

Jika dibagi menjadi 8 blok masing2 16-bit:


0010000111011010 0000000011010011 0000000000000000
0010111100111011 0000001010101010
0000000011111111 1111111000101000 1001110001011010

Dan jika di-convert ke hexadecimal:


21DA:00D3:0000:2F3B:02AA:00FF:FE28:9C5A

Dan alamat hexa diatas, bisa disederhana-in jadi:


21DA:D3:0:2F3B:2AA:FF:FE28:9C5A
4. Penyederhanaan Alamat IPv6
IPv6 yang ukuran 128-bit, klo dikirim full dalam sebuah IP header pasti akan cukup
memberatkan karena header IP packet akan menjadi besar... makanya IPv6 juga bisa
disederhakan (seperti diatas) lalu dikompress supaya lebih kecil lagi.
Contoh:
Alamat asli FE80:0000:0000:0000:02AA:00FF:FE9A:4CA2, disederhanakan
menjadi FE80:0:0:0:2AA:FF:FE9A:4CA2, dikompress menjadi
FE80::2AA:FF:FE9A:4CA2

5. Format Prefix
Dalam IPv4, sebuah alamat dalam notasi dotted-decimal format dapat direpresentasikan
dengan menggunakan angka prefiks yang merujuk kepada subnet mask. IPv6 juga
memiliki angka prefiks, tapi tidak didugnakan untuk merujuk kepada subnet mask,
karena memang IPv6 tidak mendukung subnet mask.

Prefiks adalah sebuah bagian dari alamat IP, di mana bit-bit memiliki nilai-nilai yang
tetap atau bit-bit tersebut merupakan bagian dari sebuah rute atau subnet identifier.
Prefiks dalam IPv6 direpesentasikan dengan cara yang sama seperti halnya prefiks alamat
IPv4, yaitu [alamat]/[angka panjang prefiks]. Panjang prefiks mementukan jumlah bit
terbesar paling kiri yang membuat prefiks subnet. Sebagai contoh, prefiks sebuah alamat
IPv6 dapat direpresentasikan sebagai berikut:
3FFE:2900 005:F28B::/64 dibaca, 64-bit pertama adalah network ID, sisanya
adalah host ID

6. Jenis - Jenis IPv6

• Alamat Unicast, yang menyediakan komunikasi secara point-to-point, secara


langsung antara dua host dalam sebuah jaringan.

• Alamat Multicast, yang menyediakan metode untuk mengirimkan sebuah paket


data ke banyak host yang berada dalam group yang sama. Alamat ini digunakan
dalam komunikasi one-to-many.

• Alamat Anycast, yang menyediakan metode penyampaian paket data kepada


anggota terdekat dari sebuah group. Alamat ini digunakan dalam komunikasi one-
to-one-of-many. Alamat ini juga digunakan hanya sebagai alamat tujuan
(destination address) dan diberikan hanya kepada router, bukan kepada host-host
biasa.

Alamat unicast & anycast dibagi menjadi:

• Link-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah komputer


agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam satu subnet.
• Site-Local, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah komputer
agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam sebuah intranet.

• Global Address, merupakan sebuah jenis alamat yang mengizinkan sebuah


komputer agar dapat berkomunikasi dengan komputer lainnya dalam Internet
IPv6.

7. Unicast Global Address


Alamat unicast global IPv6 mirip dengan alamat publik dalam alamat IPv4. Dikenal juga
sebagai Aggregatable Global Unicast Address. Seperti halnya alamat publik IPv4 yang
dapat secara global dirujuk oleh host-host di Internet dengan menggunakan proses
routing, alamat ini juga mengimplementasikan hal serupa. Struktur alamat IPv6 unicast
global terbagi menjadi topologi tiga level (Public, Site, dan Node).

Yang pada akhirnya... kalo semua udah pake IPv6, gw rasa tiap orang didunia nomor
KTP-nya adalah IPv6...
Mungkin nanti pembagiannya menjadi:
- 112-bit buat ID KTP
- Sisa 16-bit lagi buat device ID yang dipunya oleh orang tersebut (bisa HP, Laptop, dan
berbagai device canggih lainnya...)

Buat yang mau lebih lengkap mengenai IPv6, bisa liat di http://www.ipv6tf.org/

Quote:
tutorial yang pas untuk nubi,.dan sangat membantu. saya punya satu pertanyaan;
apa yang dimaksud dengan : 0/24 atau 0/26 atau 0/28 atau 192/24 dan sebagainya,..??
tolong dijelasin bro,. maklum ubi,.. ehh nubi,. thank's.
itu namanya CIDR sebenernya sama dengan subnet
mungkin saya bisa sedikit memberikan contoh

misal kita memiliki blok ip 192.168.0.0/24 ini berarti kita memiliki host sebanyak 254
host, untuk ip 192.168.0.0 digunakan sebagai network id, sedangkan ip 192.168.0.255
digunakan sebagai broadcast id

perhitungannya didapatkan dari


192.168.0.0 = 11000000.10101000.00000000.00000000 (ip 192.168.0.0 dijadikan biner)
apabila CIDR /24 maka dihitung dari bit terdepan sebanyak 24 bit kebelakang
ngambilnya seperti yg saya warna merah
11000000.10101000.00000000.00000000
jadi subnet untuk CIDR /24 dalam biner adalah
11111111.11111111.11111111.00000000
biner diatas setelah dijadikan desimal maka didapatkan
255.255.255.0
contoh untuk CIDR /26
apabila CIDR /26 maka dihitung dari bit terdepan sebanyak 26 bit kebelakang
ngambilnya seperti yg saya warna merah
11000000.10101000.00000000.00000000
jadi subnet untuk CIDR /26 dalam biner adalah
11111111.11111111.11111111.11000000
biner diatas setelah dijadikan desimal maka didapatkan
255.255.255.192

untuk CIDR /26 maka tersedia sebanyak 62 host


62 host ini didapat dari
total digit biner adalah 32
CIDRnya 26
maka dihitung 32-26=6
lalu diambil 6 digit dari belakang
11000000.10101000.00000000.00000000
jd host yang tersedia mulai biner 000001 - 111110
kalau dijadikan desimal maka didapat 1-62
artinya mulai dari ip 192.168.0.1-192.168.0.62
untuk ip 192.168.0.0 menjadi network id sedangkan 192.168.0.63 menjadi broadcast id

Quote:
Originally Posted by The_Green_Beret
@septiadi;
thank's berat bro,.terimakasih,.
dengan demikian (ini asumsi saya, tolong dikoreksi) :

1. ip address:192.168.1.1/24; ketika saya setting manual ip address pada pc


saya jadi seperti ini : Ip address : 192.168.1.1
Subnet mask : 255.255.255.0

2. ip address:192.168.1.1/26; ketika saya setting manual ip address pada pc


saya jadi seperti ini : Ip address : 192.168.1.1
Subnet mask : 255.255.255.192

3. satu pertanyaan lagi bro; apa yang terjadi ketika satu host diberikan ip
yang merupakan network id ( misal 192.168.0.0), atau satu host diberikan
ip address yang merupakan broadcast id ( misal; 192.168.0.255),.???

mohon bantuan bro.


terimakasih.
yg 1 dan 2 dah oke
untuk yg 3, klo host diberikan IP network dan broadcast, maka ga bisa jalan
bos...beberapa OS bahkan akan memberikan pesan error..

untuk nentuin a, b dan c


cukup diliat dari oktet pertamanya aja...
contoh: 202.158.3.7 10.0.0.1 192.168.10.200

nah nanti ada rangenya...

A itu dari 1 - 126


B itu dari 128 - 191
C itu dari 192 - 223
--------------------
D untuk multicast
E lebih untuk experimental

jadi dari contoh: 202.158.3.7 10.0.0.1 192.168.10.200


maka :
202.158.3.7 termasuk kelas C
10.0.0.1 termasuk kelas A
192.168.10.200 termasuk kelas A

yah kurang lebih gituh... secara singkatnya...


mungkin ada yg bisa di bantu lagi bro ?

Numpang nambahin penjelasan tentang kelas A,255 B, dan C:

Masing-masing kelas A, B, dan C memiliki Subnet Mask default. Apakah itu Subnet
Mask? Ia adalah sekumpulan IP yang akan membantu kita membedakan porsi untuk
Network Id dan porsi untuk Host Id pada suatu IP Address. Karena seperti yang kita
ketahui bersama bahwa IP Address terdiri dari Network Id dan Host Id.

Berikut Subnet Mask default masing-masing kelas tersebut:

Kelas A:

dalam desimal: 255.0.0.0


dalam biner: 11111111.00000000.00000000.00000000

Kelas B:

dalam desimal: 255.255.0.0


dalam biner: 11111111.11111111.00000000.00000000

Kelas C:
dalam desimal: 255.255.255.0
dalam biner: 11111111.11111111.11111111.00000000

Pada Subnet Mask, oktet yang berisi nilai 1 menandakan bahwa oktet tersebut merupakan
porsi untuk Network Id, dan yang berisi nilai 0 menandakan bahwa oktet tersebut
merupakan porsi untuk Host Id. Jadi pada jika didetailkan tentang masing-masing porsi
untuk Network Id dan Host Id sebagai berikut:

Kelas A:

Oktet 1 | Oktet 2 | Oktet 3 | Oktet 4

Net-Id |<-----------Host Id------->|

Kelas B:

Oktet 1 | Oktet 2 | Oktet 3 | Oktet 4

<-----Net-Id----->|<-----Host Id---->|

Kelas C

Oktet 1 | Oktet 2 | Oktet 3 | Oktet 4

|<-----------Net Id-------->|Host-Id|

Berangkat dari sini, baru deh kita mulai coba menentukan range IP dari masing-masing
kelas. Kita mulai dari kelas A, kemudian B, dan terakhir C:

Kelas A

Network Id menempati 1 oktet pertama. Nilai minimum adalah 00000000 (dalam biner)
atau 0 (dalam desimal) dan nilai maksimum adalah 11111111 (dalam biner) atau 255
(dalam desimal) dengan jumlah Network = 2^8 = 256. Namum ada aturan terkait bahwa
bit paling kiri pada kelas A harus bernilai 0, sehingga peta biner pada oktet pertama
menjadi:

|0|nnnnnnn|

Karena 1 bit paling kiri sudah ditetapkan, sehingga kelas A tinggal memiliki 7 bit (8 - 1)
yang dapat digunakan sebagai IP Network ID yang nilai minimumnya adalah 00000000
(dalam biner) atau 0 (dalam desimal) dan nilai maksimumnya adalah 01111111 (dalam
biner) atau 127 (dalam desimal) dengan jumlah Network = 2^7 = 128. Dari hasil hitungan
ini kita mulai mendapatkan range Network ID kelas A, yaitu: 0 - 127. Jika dilengkapi
dengan host jadinya:

0.0.0.0 - 127.0.0.0

Ternyata ada aturan lagi bahwa Network 0.0.0.0 dicadangkan dan 127.0.0.0 digunakan
untuk loopback sehingga kedua network tersebut tidak dapat digunakan. Akhirnya kita
menemukan bahwa IP Network yang "real" pada kelas A yaitu 1.0.0.0 - 126.0.0.0 dengan
jumlah Network = 128 - 2 = 126.

Kelas B

Network Id menempati 2 oktet pertama. Nilai minimum adalah 00000000.00000000


(dalam biner) atau 0 (dalam desimal) dan nilai maksimum adalah 11111111.11111111
(dalam biner) atau 255.255 dengan jumlah Network = 2^16 = 65536. Namun ada aturan
terkait bahwa 2 bit paling kiri pada kelas B harus bernilai 10, sehingga peta biner pada
oktet pertama dan kedua menjadi:

|10|nnnnnn|nnnnnnnn|

Karena 2 bit paling kiri sudah ditetapkan, sehingga kelas B tinggal memiliki 14 bit (16 -
2) yang dapat digunakan sebagai IP Network ID yang nilai minimumnya adalah
10000000.00000000 (dalam biner) atau 128.0 (dalam desimal) dan nilai maksimum
adalah 10111111.11111111 (dalam biner) atau 191.255 (dalam desimal) dengan jumlah
Network = 2^14 = 16384. Dari hasil hitungan ini kita mulai mendapatkan range Network
ID kelas B, yaitu 128.0 - 191.255. Jika dilengkapi dengan host jadinya:

128.0.0.0 - 192.255.0.0

Ternyata ada aturan lagi bahwa Network 191.255 dicadangkan sehingga network tersebut
tidak dapaat digunakan. Akhirnya kita menemukan bahwa IP Network yang "real" pada
kelas B yaitu 128.0.0.0 - 192.254.0.0 dengan jumlah Network = 16384 - 1 = 16383

Kelas C

Network Id menempati 3 oktet pertama. Nilai minimum adalah


00000000.00000000.00000000 (dalam biner) atau 0 (dalam desimal) dan nilai maksimum
adalah 11111111.11111111.11111111 (dalam biner) atau 255.255.255 (dalam desimal)
dengan jumlah Network = 2^24 = 16777216. Namun ada aturan terkait bahwa 3 bit
paling kiri pada kelas C harus bernilai 110, sehingga peta biner pada oktet pertama,
kedua, dan ketiga menjadi:

|110|nnnnn|nnnnnnnn|nnnnnnnn|

Karena 3 bit paling kiri sudha ditetapkan, sehingga kelas C tinggal memiliki 21 bit (24 -
3) yang dapat digunakan sebagai IP Network Id yang nilai minimumnya adalah
11000000.00000000.00000000 (dalam biner) atau 192.0.0.0 (dalam desimal) dan nilai
maksimum adalah 11011111.11111111.11111111 (dalam biner) atau 223.255.255 (dalam
desimal) dengan jumlah Network = 2^21 = 2097152. Dari hasil hitungan ini kita mulai
mendapatkan range Network Id kelas C, yaitu 192.0.0 - 233.255.255. Jika dilengkapi
dengan host jadinya:

192.0.0.0 - 233.255.255.0

Ternyata ada aturan lagi bahwa Network 192.0.0.0 dan 233.255.255.0 dicadangkan
sehingga kedua Network tersebut tidak dapat digunakan. Akhirnya kita mendapatkan
bahwa IP Network yang "real" pada kelas C yaitu 192.0.1.0 - 233.255.254.0 dengan
jumlah Network = 2097152 - 2 = 2097150.

Bozz, kalau dari penjelasan TS yang ini :


Berarti kelas A itu dari 0 s/d 127

untuk kelas B nya : Berarti kelas B itu dari 128 s/d 191

untuk kelas C nya : berarti kelas C itu dari 192 s/d 223

terus untuk yang ini : 192 itu termasuk kelas C dong, bukan kelas A.. bener gak?

Tolong di koreksi kalau ada yang salah, maklum newbie gw.


192 ngga bisa dimasukin ke dalam kelas di atas karena 192 adanya di dalam LAN.
sementara kategori tadi masuknya di ip public.

klo /24 /30 /29. itu fungsinya apa kok setiap setting ip mikrotik harus spt itu. Mohon
pencerahannya sob.
itu sebenarnya CIRT .. subnetmask nya.. ya harus di gunakan.
Konsep Subnetting, Siapa Takut?
Subnetting adalah termasuk materi yang banyak keluar di ujian CCNA dengan berbagai variasi soal. Juga
menjadi momok bagi student atau instruktur yang sedang menyelesaikan kurikulum CCNA 1 program
CNAP (Cisco Networking Academy Program). Untuk menjelaskan tentang subnetting, saya biasanya
menggunakan beberapa ilustrasi dan analogi yang sudah kita kenal di sekitar kita. Artikel ini sengaja saya
tulis untuk rekan-rekan yang sedang belajar jaringan, yang mempersiapkan diri mengikuti ujian CCNA, dan
yang sedang mengikuti pelatihan CCNA 1.Setelah selesai membaca ini, silakan lanjutkan dengan artikel
Penghitungan Subnetting, Siapa Takut?.

Sebenarnya subnetting itu apa dan kenapa harus dilakukan? Pertanyaan ini bisa dijawab
dengan analogi sebuah jalan. Jalan bernama Gatot Subroto terdiri dari beberapa rumah
bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas
mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot Subroto.

Ketika rumah di wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan
dan kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang,
rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua
RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan
optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam
mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:

Konsep seperti inilah sebenarnya konsep subnetting itu. Disatu sisi ingin mempermudah
pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 3 divisi dengan masing-
masing divisi memiliki 15 komputer (host). Disisi lain juga untuk optimalisasi dan
efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi
terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl Gatot Subroto dengan
rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK
ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT
diperankan oleh BROADCAST ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan
message ke semua host yang ada di network tersebut.

Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti
gambar di bawah. Gang adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST
ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS.

Terus apa itu SUBNET MASK? Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita
membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang
berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua
itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl Gatot Subroto tanpa gang yang saya
tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT,
atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki subnet
(Jalan tanpa Gang). SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP
Address adalah sbb:

Setelah anda selesai membaca artikel ini, silakan lanjutkan dengan membaca artikel
Penghitungan Subnetting, Siapa Takut?.

sekedar nambahin posting admin

subnetting itu juga untuk menghemat pengalokasian IP


apa lagi dengan vlsm(kalo gak salah)
jadi network yang gak butuh range ip gede bisa kita alokasikan dengan range yang kecil.

Sip ilmunya ni, O, iya da sedikit tambahan nih, dari karangan Ahmad Yani "Utility
Jaringan". Kali aja berguna.

Keuntungan subnetting :

1. Memadukan teknologi jaringan yg berbeda seperti Ethernet dan Token Ring.


2. Menjembatani keterbatasan teknologi, seperti melampaui jumlah host maksimum per
segmen.
3. Bebas kongesti (kemacetan) jaringan dengan mengarahkan traffic dan mengurangi
jumlah broadcast (seperti kata bro admin)
4. Hubungan P2P yang akurat, sehingga untuk lokasi yang jauh dan membutuhkan
hubungan P2P dapat dicapai oleh 2 LAN yang berkeepatan tinggi.
Penghitungan Subnetting, Siapa Takut?

Setelah anda membaca artikel Konsep Subnetting, Siapa Takut? dan memahami konsep
Subnetting dengan baik. Kali ini saatnya anda mempelajari teknik penghitungan
subnetting. Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang
relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan
tentang subnetting akan berkisar di empat masalah: Jumlah Subnet, Jumlah Host per
Subnet, Blok Subnet, dan Alamat Host- Broadcast.

Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis


dengan 192.168.1.2/24, apa ini artinya? Artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan
subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan
bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet
masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini
yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan
pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.

Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk
melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C

Ok, sekarang mari langsung latihan saja. Subnetting seperti apa yang terjadi dengan
sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26 ?

Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti


11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).

Penghitungan: Seperti sudah saya sebutkan sebelumnya semua pertanyaan tentang


subnetting akan berpusat di 4 hal, jumlah subnet, jumlah host per subnet, blok subnet,
alamat host dan broadcast yang valid. Jadi kita selesaikan dengan urutan seperti itu:

1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet
mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah
Subnet adalah 22 = 4 subnet

2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu
banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 - 2 =
62 host

3. Blok Subnet = 256 - 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya
adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.

4. Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat
tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast
adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.

Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan
lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask
yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba
menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B

Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama,
subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah.
Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing
berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya.
CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok
subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang
“dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet
kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter)
dari 0, 1, 2, 3, dst.

Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang
menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address
172.16.0.0/18.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti


11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).

Penghitungan:
1. Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi
Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet

2. Jumlah Host per Subnet = 2y - 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu
banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 - 2 =
16.382 host

3. Blok Subnet = 256 - 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan
128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.

4. Alamat host dan broadcast yang valid?

Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan
subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.

Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti


11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).

Penghitungan:

1. Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet


2. Jumlah Host per Subnet = 27 - 2 = 126 host
3. Blok Subnet = 256 - 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
4. Alamat host dan broadcast yang valid?

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A

Kalau sudah mantab dan paham, kita lanjut ke Class A. Konsepnya semua sama saja.
Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet
ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan
4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A
adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.

Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti


11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).

Penghitungan:

1. Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet


2. Jumlah Host per Subnet = 216 - 2 = 65534 host
3. Blok Subnet = 256 - 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4. Alamat host dan broadcast yang valid?

Mudah-mudahan sudah setelah anda membaca paragraf terakhir ini, anda sudah
memahami penghitungan subnetting dengan baik. Kalaupun belum paham juga, anda
ulangi terus artikel ini pelan-pelan dari atas. Untuk teknik hapalan subnetting yang lebih
cepat, tunggu di artikel berikutnya

Catatan: Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan


IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA
setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini.
CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa
mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa
buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus
penghitungan Jumlah Subnet = 2x - 2

Tahap berikutnya adalah silakan download dan kerjakan soal latihan subnetting. Jangan
lupa mengikuti artikel tentang Teknik Mengerjakan Soal Subnetting untuk memperkuat
pemahaman anda dan meningkatkan kemampuan dalam mengerjakan soal dalam waktu
terbatas.

REFERENSI

1. Todd Lamle, CCNA Study Guide 5th Edition, Sybex, 2005.


2. Module CCNA 1 Chapter 9-10, Cisco Networking Academy Program (CNAP), Cisco
Systems.
3. Hendra Wijaya, Cisco Router, Elex Media Komputindo, 2004.

g baru belajar jg tp yg dimaksud admin yah itu


2x = 2^x
2y-2=(2^y)-2
jd dlm soallnya 2^2=4 dan (2^6)-2 = 62 host

Ya....itu bener boro x itu adalah pangkatnya yang di maksut x adalah banyaknya binari 1
kalau kelas a di oktet terakhir, kelas b di oktet 1,2 dihitung dari terakhir, kelas a di oktet
1,2,3 dihitung dari oktet terakhir Misalnya dibawah ini: kelas C

Netmask 255.255.255.192 maka binarinya seperti beraikut:


11111111.11111111.11111111.11000000

maka jumlah subnetnya: 2^2=4

Ya...2^y-2 (2 pangkat y -2) untuk menghitung jumlah host: atau jumlah komputer yang
bisa ditangani subnetmask tersebut, y kebalikan dari diatas yaitu banyaknya binari 0.
Semisal netmask 255.255.255.192

11111111.11111111.11111111.11000000

maka jumlah hostnya 2^6-2=62 Host

Gitu....

darimanakah 11111111.11111111.11111111.00000000 bisa menjadi = (255.255.255.0)


cara menghitung nya bagaimana yaK?
mohon penjelasan nya oom.. baru mulai belajar

11111111 (biner) = 255 (desimal)

darimanakah 11111111.11111111.11111111.00000000 bisa menjadi = (255.255.255.0)


cara menghitung nya bagaimana yaK?
mohon penjelasan nya oom.. baru mulai belajar

Gini lho Cara menghitungnya: 255 dibagi 2 dan seterusnya bila sisa ditulis 1 bila habis di
tulis 0 nah trus setelah habis baru penulisanya dimulai dari angka pembagian terakhir,

255
---- 1
127.5
---- 1
63.75
---- 1
31.8
---- 1
15.9
---- 1
7.9
---- 1
3.9
----1
1

coba jawab aah


tujuan melakukakn subnetting:
mendapatkan IP address baru untuk mengalokasikan IP address yang terbatas supaya
lebih efisien, dimana dengan cara ini kita dapat membuat network ID baru dari suatu
network yang kita miliki sebelumnya. Subnetting digunakan untuk memecah satu buah
network menjadi beberapa network kecil.
Untuk memperbanyak network ID dari suatu network id yang sudah ada, dimana
sebagaian host ID dikorbankan untuk digunakan dalam membuat ID tambahan.
Misal agan punya network dengan host 300,kalo mau pake IP class C kan kurang (max
254 host),kalo pake class B (max 65,535 host) menghamburkan sekitar 65 ribuan IP
address.

IP : 192.168.xxx.xxx
subnetting : 255.255.255.0 <-- default subnet mask class C)

kalo cukup pake subnet default,ya gag perlu d pecah lg

Pola Soal Subnetting dan Teknik Mengerjakannya

Pada saat mengajar dan memahamkan materi subnetting di kelas networking atau CCNA,
saya biasanya menggunakan metode seperti yang saya tulis di dua artikel sebelumnya:

1. Memahami Konsep Subnetting


2. Penghitungan Subnetting

Selama ini lancar-lancar saja dan tingkat pemahaman siswa cukup bagus. Kebetulan
kemarin (6 Mei 2007) saya berkesempatan mencoba metode yang sama untuk ngajar
adik-adik SMKN 1 Rangkasbitung. Pemahaman bisa masuk, hanya ada sedikit
permasalahan pada saat mengerjakan soal karena variasi soal yang beragam. Supaya lebih
tajam lagi, saya perlu sajikan satu topik khusus teknik mengerjakan soal-soal subnetting
dengan berbagai pola yang ada. Anggap saja ini adalah materi berikutnya dari dua materi
sebelumnya. Contoh-contoh soal lengkap bisa download dari sini.

1. SOAL MENANYAKAN SUBNETMASK DENGAN PERSYARATAN JUMLAH


HOST ATAU SUBNET

Soal yang menanyakan subnetmask apa yang sebaiknya digunakan dengan batasan
jumlah host atau subnet yang ditentukan dalam soal. Untuk menjawab soal seperti ini kita
gunakan rumus menghitung jumlah host per subnet, yaitu 2y - 2, dimana y adalah
banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnetmask. Dan apabila yang ditentukan adalah
jumlah subnet, kita menggunakan rumus 2x (cara setelah 2005) atau 2x - 2 (cara sebelum
2005), dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnetmask.

=> Soal: A company is planning to subnet its network for a maximum of 27 hosts. Which
subnetmask would provide the needed hosts and leave the fewest unused addresses in
each subnet?

Jawab: Karena kebutuhan host adalah 27, kita tinggal masukkan ke rumus 2y - 2, dimana
jawabannya tidak boleh kurang dari (atau sama dengan) 27. Jadi 2y - 2 >= 27, sehingga
nilai y yang tepat adalah 5 (30 host). Sekali lagi karena y adalah banyaknya binari 0 pada
oktet terakhir subnetmask, maka kalau kita susun subnetmasknya menjadi
11111111.11111111.11111111.11100000 atau kalau kita desimalkan menjadi
255.255.255.224. Itulah jawabannya

=> Soal: You have a Class B network ID and need about 450 IP addresses per subnet.
What is the best mask for this network?

Jawab: 2y - 2 >= 450. Nilai y yang tepat adalah 9 (510 host). Jadi subnetmasknya
adalah: 11111111.11111111.11111110.00000000 atau kalau didesimalkan menjadi
255.255.254.0 (itulah jawabannya! ).

=> Soal: Refer to the exhibit. The internetwork in the exhibit has been assigned the IP
address 172.20.0.0. What would be the appropriate subnet mask to maximize the number
of networks available for future growth?
Jawab: Cari jumlah host per subnet yang paling besar, jadikan itu rujukan karena kalau
kita ambil terkecil ada kemungkinan kebutuhan host yang lebih besar tidak tercukupi.
Jadi untuk soal ini 2y - 2 >= 850. Nilai y yang paling tepat adalah 10 (1022 host). Jadi
subnetmasknya adalah 11111111.11111111.11111100.00000000 atau 255.255.252.0

2. SOAL MENGIDENTIFIKASI JENIS ALAMAT IP

Soal mengidentifikasi jenis alamat IP bisa kita jawab dengan menghitung blok subnet dan
mencari kelipatannya blok subnet yang paling dekat dengan alamat IP yang ditanyakan.

=> Soal: Which type of address is 223.168.17.167/29?

Jawab: Subnetmask dengan CIDR /29 artinya 255.255.255. 248. Blok subnet= 256-248
= 8, alias urutan subnetnya adalah kelipatan 8 yaitu 0, 8, 16, 24, 32, …, 248. Tidak perlu
mencari semu subnet (kelipatan blok subnet), yang penting kita cek kelipatan 8 yang
paling dekat dengan 167 (sesuai soal), yaitu 160 dan 168. Kalau kita susun seperti
yang dulu kita lakukan di penghitungan subnetting adalah seperti di bawah. Dari situ
ketahuan bahwa 223.168.17.167 adalah alamat broadcast.

3. SOAL MENGIDENTIFIKASIKAN KESALAHAN SETTING JARINGAN

Teknik mengerjakan soal yang berhubungan dengan kesalahan setting jaringan adalah
kita harus menganalisa alamat IP, gateway dan netmasknya apakah sudah bener. Sudah
benar ini artinya:

1. Apakah subnetmask yang digunakan di host dan di router sudah sama


2. Apakah alamat IP tersebut masuk diantara host pertama dan terakhir. Perlu dicatat
bahwa alamat subnet dan broadcast tidak bisa digunakan untuk alamat IP host
3. Biasanya alamat host pertama digunakan untuk alamat IP di router untuk subnet
tersebut

=> Soal: Host A is connected to the LAN, but it cannot connect to the Internet. The host
configuration is shown in the exhibit. What are the two problems with this configuration?
Jawab: CIDR /27 artinya netmask yang digunakan adalah 255.255.255.224. Dari sini
kita tahu bahwa isian netmask di host adalah berbeda, jadi salah setting di netmask. Yang
kedua blok subnet = 256-224 = 32, jadi subnetnya adalah kelipatan 32 (0, 32, 64, 86, 128,
…, 224). Artinya di bawah Router 1, masuk di subnet 198.18.166.32. Alamat gateway
sudah benar, karena biasa digunakan alamat host pertama. Hanya alamat IP hostnya salah
karena 198.18.166.65 masuk di alamat subnet 198.18.166.64 dan bukan 198.18.166.32.

4. SOAL MENGIDENTIFIKASI ALAMAT SUBNET DAN HOST YANG VALID

Termasuk jenis soal yang paling banyak keluar, baik di ujian CCNA akademi (CNAP)
atau CCNA 604-801. Teknik mengerjakan soal yang menanyakan alamat subnet dan host
yang valid dari suatu subnetmask adalah dimulai dengan mencari blok subnetnya,
menyusun alamat subnet, host pertama, host terakhir dan broadcastnya, serta yang
terakhir mencocokkan susunan alamat tersebut dengan soal ataupun jawaban yang
dipilih.

=> Soal: What is the subnetwork number of a host with an IP address of 172.16.66.0/21?

Jawab: CIDR /21 berarti 255.255.248.0. Blok subnet = 256- 248 = 8, netmasknya adalah
kelipatan 8 (0, 8, 16, 24, 32, 40, 48, …, 248) dan karena ini adalah alamat IP kelas B,
blok subnet kita “goyang” di oktet ke 3. Tidak perlu kita list semuanya, kita hanya perlu
cari kelipatan 8 yang paling dekat dengan 66 (sesuai dengan soal), yaitu 64 dan 68.
Jadi susunan alamat IP khusus untuk subnet 172.16.64.0 dan 172.16.68.0 adalah seperti
di bawah. Jadi pertanyaan bisa dijawab bahwa 172.16.66.0 itu masuk di subnet
172.16.64.0

=> Soal: What is the subnetwork address for a host with the IP address 200.10.5.68/28?

Jawab: CIDR /21 berarti 255.255.255.240. Blok subnet = 256-240 = 16, netmasknya
adalah kelipatan 16 (0, 16, 32, 48, 64, 80 …, 240). Kelipatan 16 yang paling dekat
dengan 68 (sesuai soal) adalah 64 dan 80. Jadi alamat IP 200.10.5.68 masuk di alamat
subnet 200.10.5.64.

5. SOAL-SOAL LAIN YANG UNIK


Selain 4 pola soal diatas, kadang muncul soal yang cukup unik, sepertinya sulit meskipun
sebenarnya mudah. Saya coba sajikan secara bertahap soal-soal tersebut di sini, sambil
saya analisa lagi soal-soal subnetting yang lain lagi

=> Soal: Which combination of network id and subnet mask correctly identifies all IP
addresses from 172.16.128.0 through 172.16.159.255?

Jawab: Teknik paling mudah mengerjakan soal diatas adalah dengan menganggap
172.16.128.0 dan 172.16.159.255 adalah satu blok subnet. Jadi kalau kita gambarkan
seperti di bawah:

Dari sini berarti kita bisa lihat bahwa alamat subnet berikutnya pasti 172.16.160.0, karena
rumus alamat broadcast adalah satu alamat sebelum alamat subnet berikutnya. Nah
sekarang jadi ketahuan blok subnetnya adalah 160-128 = 32 (kelipatan 32), terus otomatis
juga ketahuan subnetmasknya karena rumus blok subnet adalah 256-oktet terakhir
netmask. Artinya subnetmasknya adalah 255.255.224.0. Kok tahu kalau letak 224 di oktet
ketiga? Ya karena yang kita kurangi (”goyang”) tadi adalah oktet ketiga.

Masih bingung? Atau malah tambah pusing? Tarik nafas dulu, istirahat cukup, sholat
yang khusuk dan baca lagi artikel ini pelan-pelan Insya Allah akan paham. Amiin …

You might also like