You are on page 1of 7

EVAPOTRANSPIRASI

Air dalam tanah juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Peristiwa ini disebut evapotranspirasi.
Banyaknya berbeda-beda, tergantung dari kadar kelembaban tanah dan jenis tumbuh-tumbuhan.

Transpirasi dan evaporasi dari permukaan tanah bersama-sama disebut evapotranspirasi atau kebutuhan air. Jika air
yang tersedia dalam tanah cukup banyak maka evapotranspirasi itu disebut evapotranspirasi potensial. Mengingat
faktor-faktor yang mempengaruhi evapotranspirasi itu banyak dan lebih sulit daripada faktor yang mempengaruhi
evaporasi maka banyaknya evapotranspirasi tidak dapat diperkirakan dengan teliti. Akan tetapi evapotranspirasi
adalah faktor dasar untuk menentukan kebutuhan air dalam rencana irigasi dan merupakan proses yang penting
dalam siklus hidrologi. Oleh sebab itu maka telah banyak jenis dan cara penentuannya yang telah diadakan.

Evapotranspirasi adalah jumlah dari beberapa unsur seperti terlihat dalam persamaan matematik dibawah ini.

ET = T + It + Es + Eo

Keterangan :

T   : Transpirasi

It : Intersepsi total

Es : Evaporasi dari tanah, batuan dan jenis permukaan lainnya

Eo : Evaporasi permukaan air terbuka seperti sungai, danau dan waduk

Untuk tegakan hutan Eo dan Es biasanya diabaikan dan ET = T + It. Bila unsur vegetasi diabaikan maka ET = Es.

Evaporasi tanah (Es) adalah penguapan air langsung dari tanah mineral. Nilai E s kecil dibawah tegakan hutan karena
serasah dan tumbuhan menghalangi radiasi matahari mencapai permukaan tanah mineral hutan dan mencegah
gerakan udara di atasnya. Es bertambah besar dengan makin berkurangnya tumbuhan dan jenis penutup tanah
lainnya.

Melalui proses transpirasi, vegetasi mengendalikan suhu agar sesuai dengan yang diperlukan tanaman untuk hidup.
Pada tingkat yang paling praktis, perhitungan pemakaian air oleh vegetasi dapat dimanfaatkan sebagai masukan
untuk memilih jenis tanaman (pertanian) yang dapat tumbuh dengan baik di bawah kondisi curah hujan yang tidak
menentu. Perhitungan keperluan air irigasi untuk suatu tanaman juga didasarkan pada besarnya evaportanspirasi
vegetasi yang akan ditanam.

Faktor-faktor Penentu evapotranspirasi

Untuk mengetahui faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi besarnya evapotranspirasi, maka evapotranspirasi
perlu dibedakan menjadi evapotranspirasi potensial (PET) dan evapotranspirasi aktual (AET). PET lebih dipengaruhi
oleh faktor-faktor meteorologi, sementara AET lebih dipengaruhi oleh faktor fisiologi tanaman dan unsur tanah.
Uraian tentang pengaruh faktor lingkungan terhadap evapotranspirasi akan lebih ditekankan pada pengaruh faktor-
faktor  tersebut pada PET.

Faktor-faktor yang dominan mempengaruhi PET adalah radiasi panas matahari dan suhu, kelembaban atmosfer dan
angin, dan secara umum besarnya PET akan meningkat ketika suhu, radiasi panas matahari, kelembaban, dan
kecepatan angin bertambah besar.

Pengaruh radiasi panas matahari terhadap PET adalah melalui proses fotosíntesis. Dalam mengatur hidupnya
tanaman memerlukan sirkulasi air melalui sistem akar-batang-daun. Sirkulasi perjalanan air dari bawah (perakaran)
ke atas (daun) dipercepat dengan meningkatnya jumlah radiasi panas matahari terhadap vegetasi yang
bersangkutan.
Pengaruh suhu terhadap PET dapat dikatakan secara langsung berkaitan dengan intensitas dan lama waktu radiasi
matahari. Namun demikian perlu dikemukakan bahwa suhu yang akan mempengaruhi PET adalah suhu daun dan
bukan suhu udara disekitar daun.

Pengaruh angin terhadap PET adalah melalui mekanisme dipindahkannya uap air yang keluar dari pori-pori daun.
Semakin besar kecepatan angin, semakin besar pula laja evapotranspirasi yang dapat terjadi. Dibandingkan dengan
pengaruh radiasi panas matahari, pengaruh angin terhadap laju ET adalah lebih kecil.

Terbukanya stomata daun juga dianggap sebagai faktor dominan untuk berlangsungnya ET. Ketika stomata daun
terbuka, laju transpirasi ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya evaporasi, demikian seterusnya
sampai stomata daun setengah tertutup. Pada keadaan ini tampak bahwa pengaruh fisiologi tanaman terhadap ET
adalah dominan. Namur demikian proses terbuka dan tertutupnya stomata ditentukan oleh faktor iklim terutama lama
waktu penyinaran (suhu udara). Suhu udara dapat mempengaruhi kecepatan membuka dan menutupnya stomata.
Sementara kelembaban disekitarnya membantu memperpanjang lama waktu stomata tersebut terbuka. Hal inilah
yang menyebabkan proses ET terjadi terutama pada siang hari dan berkurang secara drastis pada malam hari.

Kelembaban tanah juga mempunyai peran untuk mempengaruhi terjadinya evapotranspirasi. Evapotranspirasi
berlangsung ketika vegetasi yang bersangkutan sedang tidak kekurangan suplai air. Dengan kata lain
evapotranspirasi potensial berlangsung ketika kondisi kelembaban tanah berkisar antara titik wilting point danfield
capacity.

Pengukuran Evapotranspirasi

1. Panci Evaporasi

Teknik pengukuran ET paling sederhana adalah dengan menggunakan Panci untuk mendapatkan angka indeks
potensial evapotranspirasi. Cara perhitungan ini memerlukan statu angka koefisien yang harus dievaluasi tingkat
ketepatannya.

PET = CeEp

Keterangan :

Ce  = angka koefisien panci

Ep  = evaporasi panci (mm/hari)

Standar panci yang umum digunakan adalah Panci Evaporasi klas A dengan ukuran diameter 122 cm dan
kedalaman 25 cm. Dalam pemakaiannya kedalaman air dipertahankan antara 18 hingga 20 cm dan pengukuran
dilakukan secara luas untuk memprakirakan besarnya evaporasi danau atau badan air lainnya dengan angka
koefisien (Ce) ditentukan antara 0,50 hingga 0,80. Angka koefisien panci tahunan rata-rata yang biasa digunakan
adalah 0,70 hingga 0,75, terutama untuk tempat-tempat yang Belum pernah digunakan sebagai tempat percobaan.

2. Alat ukur lynsimeter

Teknik pengukuran dengan lynsimeter nampak merupakan cara yang ideal karena semua unsur telah terwakili dan
dapat dihitung. Alat ini memberikan hasil yang teliti karena menggunakan perangkat penelitian dengan batas yang
jelas dan sistem kebocoran air tanah tidak menjadi persoalan. Namun demikian banyak ahli hidrologi beranggapan
bahwa hasil yang diperoleh tidak memadai untuk diekstrapolasi di lapangan.

Teknik lynsimeter lebih cocok diterapkan pada tanaman pertanian ditempat-tempat percobaan atau laboratorium.
Pada teknik ini kelembaban tanah harus diusahakan sama antara keadaan didalam dan diluir alat lynsimeter. Apabila
kelembaban tanah terus dijaga dalam keadaan basah maka evapotranspirasi yang diperoleh adalah evapotranspirasi
potensial (PET). Akan tetapi apabila dikehendaki evapotranspirasi aktual (AET), maka keadaan kelembaban tanah
didalam alat harus dibiarkan berfluktuasi seperti yang terjadi pada tanah sekelilingnya. Ada dua tipe alat linsimeter
yaitu tipe drainase dan tipe timbang.
Neraca air dalam tipe drainase diasumsikan sbb :

Evapotranspirasi = Presipitasi + Irigasi – Drainase

Air masukan dan air drainase diukur besarnya. Lama waktu pengukuran tergantung pada tingkat atau frekuensi
kebasahan, ukuran alat, dan laju gerakan air dalam tanah. Hasil yang diperoleh dengan teknik ini adalah PET karena
kelembaban tanah di dalam alat diatur.

Tipe alat linsimeter yang lain adalah tipe timbang dengan asumsi neraca air sbb :

Evapotranspirasi = Presipitasi + Irigasi – Drainase ± Perubahan Kapasitas Simpan

Perubahan kapasitas simpan diukur dari alat penimbang. Alat tipe timbang karena harganya yang relatif mahal maka
pemakaiannya terbatas pada keperluan pengujian teori proses evapotranspirasi. Seperti halnya drainase, tipe
timbang juga dapat dimanfaatkan untuk mengukur besarnya PET dan AET.

3. Metoda Thornthwaite

Metode ini memanfaatkan suhu udara sebagai indeks ketersediaan energi panas untuk berlangsungnya proses ET
dengan asumsi suhu udara tersebut berkorelasi dengan efek radiasi matahari dan unsur lain yang mengendalikan
proses ET.

PET = 1,6 [(10Ta)/I]a

Keterangan :

Ta  = suhu rata-rata bulanan (oC)

I     = indeks panas tahunan

12

I     = Σ [(Tai/5)]1,5

i=1

a     = 0,49 + 0,0179 I – 0,0000771 I2 + 0,000000675 I3

Nilai untuk PET harus disesuaikan dengan jumlah hari per bulan dan panjang hari. Hasil prakiraan PET bersama-
sama curah hujan dan kelembaban tanah dapat dimanfaatkan untuk menghitung analisis neraca air. Persamaan
neraca air dapat ditulis sebagai berikut :

Q = P – ET – L ± dS/dt

Keterangan :

Q  = debit aliran (m3/dt)

P   = curah hujan (mm/tahun)

ET = evapotranspirasi (mm/tahun)

L   = Perkolasi (mm/dt)


dS = kelembaban tanah (mm) mewakili satuan volume per satuan wilayah

dt  = periode waktu yang diperlukan untuk perhitungan (jam, hari, bulan).

Nilai dt/dS positif menunjukkan penambahan kelembaban tanah, sementara nilai negatif menunjukkan penurunan
kelembaban tanah di tempat yang bersangkutan. Untuk menyederhanakan perhitungan, besarnya dt/dS diasumsikan
=0 atau air masukan = air keluaran. Makin besar ET makin kecil debit aliran.

4. Metode Blaney-Criddle

Metode ini untuk memprakirakan besarnya evapotranspirasi potensial (PET) pada awalnya dikembangkan untuk
memprakirakan besarnya konsumsi air irigasi di Amerika Serikat.

Et = (0,142 Ta + 1,095)(Ta + 17,8)kd

Keterangan :

Et   = evapotranspirasi potensial (cm/bln)

Ta = suhu rata-rata (oC). Apabila Ta lebih kecil daripada 3 oC, besarnya angka konstan 0,142 harus diganti dengan
1,38.

k  = faktor pertanaman empiris, bervariasi menurut tipe pertanaman serta tahap pertumbuhan. Untuk tanaman
tahunan angka koefisien disajikan secara bulanan. Sedang untuk angka koefisien tanaman musiman, disajikan
dalam bentuk presentase menurut musim pertumbuhan.

d   =  fraksi lama penyinaran matahari per bulan dalam waktu satu tahun.

Untuk memprakirakan besarnya air yang diperlukan statu vegetasi selama masa pertumbuhannya, dapat juga
memanfaatkan humus Blaney-Criddle dalam bentuk sbb:

Et (cm) = K Σ (1,8 Tai + 32)di

i=1

Keterangan :

K   = Koefisien pertanaman selama periode pertumbuhan

n    = jumlah bulan selama masa pertumbuhan

Tai = suhu udara (oC)

di = fraksi lama penyinaran matahari setiap bulan dalam waktu satu tahun.

5. Analisis Neraca kelembaban Tanah

Teknik model simulasi dengan memanfaatkan perangkat komputer saat ini sedang menggejala, terutama dinegara
maju. Teknik yang banyak digunakan adalah bentuk perbandingan AET dan PET.

AET/PET = f(AW/AWC)
Keterangan :

AET   = evapotranspirasi aktual (panjang/waktu)

PET    = evapotranspirasi potensial (panjang/waktu)

AW    = jumlah air dalam tanah yang dapat diserap oleh akar tanaman (SM-PWP)

AWC = kapasitas air tersedia (FC-PWP)

PWP  = tingkat kelembaban tanah ketika tanaman tidak mampu lagi menyerap air tanah (wilting point)

6. Perhitungan Evapotranspirasi Potensial dengan Pendekatan Keseimbangan Energi

Keseimbangan energi untuk daerah bervegetasi dapat ditulis sbb :

Qs –Qrs – Qlw + Qv = Qet + Qh + Qc

Keterangan :

Qs  = radiasi matahari datang

Qrs = α Qs = radiasi matahari terpantul

α     = albedo (pantulan radiasi matahari dari permukaan vegetasi)

Qlw= radiasi gelombang panjang netto dari permukaan vegetasi ke udara bebas

Qv  = energi adveksi tanaman

Qet = energi yang diperlukan untuk berlangsungnya ET

Qh  = pindahan energi dari tanaman ke udara dalam bentuk panas tampak

Qc  = perubahan energi yang tersimpan dalam tanah dan tanaman

Satuan dari persamaan keseimbangan energi tersebut di atas seluruhnya dalam bentuk kalori per cm2 satuan tanah.

Besarnya albedo biasanya bervariasi tergantung dari jenis vegetasi dan musim(untuk jenis vegetasi yang sama).

7. Metoda Penman

Metoda penman pada mulanya dikembangkan untuk menentukan besarnya evaporasi dari permukaan air terbuka.
Dalam perkembangannya metoda tersebut juga dikembangkan untuk menentukan besarnya evapotranspirasi
potensial (PET).

Energi yang tersedia digunakan untuk evaporasi pada permukaan tajuk vegetasi,      λEc, adalah sbb :

λEc = Rn – G – H

dimana :

Rn adalah net radiation


H adalah sensible heat flux di atmosfer

G adalah aliran panas dari dan ke tanah

H = ρ cp (To – T)/ra

Dimana :

To adalah suhu permukaan tajuk vegetasi

T adalah suhu atmosfer pada ketinggian reference height, lazimnya ditentukan 2 meter diatas permukaan tajuk
vegetasi yang menjadi kajian

ra adalah penguapan dan ketinggian yang telah ditentukan tersebut diatas.

λEc = [(ρ cp)/γ] [es(To) – ea)/ [ra + rs]

es(To) adalah tekanan uap air jenuh di dalam stomata pada suhu permukaan tajuk vegetasi (To)

ea adalah tekanan uap air di atmosfer pada reference height

s = [es(To) – es(T))/ [To + T]

maka diperoleh persamaan sbb :

λEc = [sA + ρ cp {es(T)-ea}/ra] [s + γ {1 +(rs/ra) }]

dimana :

s adalah perubahan tekanan uap jenuh dan merupakan fungsi dari suhu (PaoC)

A adalah energi tersedia (Ra – G ≈ Rn)

λEc adalah laju evaporasi tajuk vegetasi dalam kondisi jenuh (PET) (mm/s)

ρ adalah kerapatan udara (kg/m3)

cp adalah specific heat of air pada tekanan udara konstan (1010 j/kg/oC)

es(T) adalah tekanan uap air jenuh pada suhu atmosfer (Pa oC)

ea adalah tekanan uap air atmosfer (Pa oC)

λ adalah latent heat of vaporization (J/kg)

γ adalah tetapan psikrometrik (Pa/oC)

ra adalah aerodynamic transfer resistence (s/m)

rs adalah resistensi stomata (s/m)

Apabila sumber uap air yang akan diuapkan merupakan suatu permukaan tajuk vegetasi yang jenuh maka variable
rs dalam  persamaan diatas dapat diabaikan dan persamaan tersebut tereduksi menjadi :
λEc = [sRn + ρ cp {es(T)-ea}ga]/ [s + γ ]

Dari persamaan diatas laju evaporasi meningkat secara linier dengan meningkatnya Rn, dengan meningkatnya
tekanan uap air defisit di atmosfer, D vp {=es(T)-ea} dan dengan meningkatnya boundary layer conductance, g a =
(=1/ra). Besarnya es (T) = f (T) dan ea = es (T) X Rn

Apabila permukaan vegetasi tidak jenuh atau hanya sebagian saja jenuh (C<S), maka laja evaporasi aktual akan
tereduksi dibawah laju evaporasi potensial (Epot), dan besarnya adalah sebanding dengan nisbah antara jumlah air
yang tertinggal di permukaan tajuk vegetasi, C, terhadap kapasitas simpan tajuk vegetasi, S.

Es = Epot X C/S

Besarnya boundary layer conductance, ga, umumnya dihitung berdasarkan fungsi dari kecepatan angin.

ga = f u

u adalah kecepatan angina 2 m diatas tajuk vegetasi

f adalah angka tetapan yang besarnya dapat ditentukan sbb :

f = [In (z-d)/zo]2/k2

z adalah panjang kekasaran aerodinamik di atas tajuk hutan (h+2)

d adalah zero plane displacement (0,75 h)

zo adalah panjang kekasaran aerodinamik di bawah tajuk hutan (0,10 h)

k adalah angka tetapan (0,41)

h adalah tinggi vegetasi hutan (m)

8. Metode Priestley-Taylor

Dalam hal ini Priestley-Taylor menyederhanakan persamaan Penman dengan cara mendefinisikan kembali konsep
evaporasi potensial yang berlangsung di wilayah bervegetasi dengan suplai air besar tersebut sebagai fungsi dari
energi matahari.

λEc = α A{s/(s + γ)}

α adalah angka tetapan empiris Priestley-Taylor (α = λEc / λEpot)

λEpot adalah evaporasi potensial

You might also like