You are on page 1of 2

1.

predisposisi genetis
Menurut Rosenthal tahun 1990 semua perilaku manusia merupakan hasil interaksi
antara faktor genetis dan faktor lingkungan. Faktor genetis akan mempengaruhi DNA
(Deoxyribose Nucleic Acid) gen-gen otak dalam mengkode protein yang penting
dalam perkembangan, pemeliharaan, dan regulasi sirkuit-sirkuit syaraf, sementara
faktor lingkungan banyak berperan dalam manifestasi ekspresi gen baik berupa
kondisi fisik, psikis dan perilaku individu. Faktor genetis yang diwariskan dapat
mempengaruhi timbulnya penyalahgunaan Napza, namun pengaruh faktor genetis ini
tidak selalu terlihat dalam perilaku penyalahguna Napza. Penelitian Brook dkk tahun
1996 menyimpulkan bahwa bila anak dengan kembar identik menjadi penyalahguna
Napza, maka saudara kembarnya juga penyalahguna Napza.

2. prediktor psikososial
Penelitian yang dilakukan oleh Oetting dan Beauvais tahun 1987 terhadap 415 remaja
dari komunitas midsize western menunjukkan bahwa faktor sosial yang berpengaruh
secara langsung terhadap keterlibatan remaja dalam penyalahgunaan Napza adalah
kelompok teman sebaya yang kecil dan kohesif yang membentuk sejumlah perilaku
termasuk penyalahgunaan Napza. Faktor sosial yang secara tidak langsung
berpengaruh terhadap keterlibatan remaja dalam penyalahgunaan Napza adalah
agama dan sekolah.

3. Psikodinamika
Penyalahgunaan Napza dalam perspektif psikodinamika sangat dipengaruhi oleh
kondisi individu pada awal masa kehidupannya (0-5 tahun). Individu tersebut
mengalami fiksasi fase oral dalam perkembangan psikoseksualnya sehingga intervensi
pada masa kehidupan remaja menjadi tidak berarti.pada masa dewasa. Dengan kata
lain penyalahgunaan Napza merupakan representasi fiksasi oral disebabkan oleh
konflik ketidaksadaran pada masa kanak-kanak.

4. Sosiokultural
Nevid dkk tahun 1997 menjelaskan bahwa menurut pandangan sosiokultural, tingkat
penyalahgunaan Napza sangat erat kaitannya dengan norma-norma sosial dan budaya
yang mengatur perilaku individu. Individu yang tinggal di lingkungan budaya yang
permisif terhadap penyalahgunaan Napza memiliki kecenderungan untuk menjadi
penyalahguna Napza.

5. Teori belajar
Teori belajar menyatakan bahwa perilaku yang berhubungan dengan penyalahgunaan
Napza adalah perilaku yang dipelajari. Teori tersebut menekankan pentingnya peran
model. Individu dapat mengenal Napza karena pengaruh sosial atau melalui observasi
sosial. Individu belajar melalui pengamatan sosial bahwa Napza dapat menimbulkan
euphoria (rasa senang), mengurangi kecemasan dan ketegangan serta menghilangkan
hambatan perilaku. Individu dapat menjadi tergantung secara fisiologis pada Napza
dan memelihara kebiasaan tersebut karena beranggapan jika ia menghentikan
penggunaan Napza maka akan muncul kondisi yang tidak menyenangkan.Teori
kondisioning operan menjelaskan bahwa pemakaian Napza menjadi kebiasaan
disebabkan karena kenikmatan atau penguatan positif yang dihasilkan oleh Napza.

6. Kognitif
Faktor kognitif seperti harapan dan keyakinan tentang efek Napza sangat
mempengaruhi keputusan individu untuk menggunakan Napza atau tidak. Hal tersebut
dipengaruhi oleh pengetahuan individu tentang Napza. Individu yang memiliki
harapan dan keyakinan positif terhadap efek Napza cenderung untuk
menyalahgunakan Napza.

You might also like