Professional Documents
Culture Documents
A. PENDAHULUAN
Sistem kekebalan tubuh atau disebut juga sistem imun yang akan mempertahankan
diri terhadap serangan dari luar seperti kuman, terdiri dari empat komponen utama.
Komponen tersebut adalah imunitas sel T, imunitas sel B, fagosit dan komplemen,
yang secara bersama-sama membentuk imunitas secara sinergik(2).
Gangguan defisiensi imun adalah suatu keadaan terjadinya defek sistem kekebalan
di dalam tubuh seseorang yang menimbulkan gejala atau kelainan pada kulit atau
orang tubuh yang lain. Kelainan yang tampak pada kulit berupa infesksi mukokutan,
dermatosis atau kelainan kulit(2).
AIDS bukan suatu penyakit saja, tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang
disebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur,
bahkan timbulnya keganasan akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita(1).
Sejak ditemukan kasus AIDS di Amerika Serikat pada tahun 1981 hingga saat ini
penyakit ini selalu menarik perhatian dunia kedokteran maupun masyarakat luas. Hal
ini disebabkan oleh penyakit baru ini menyebabkan angka kematian yang tinggi,
jumlah penderita yang meningkat dalam waktu singkat, dan sampai belum dapat
ditanggulangi dengan tuntas. Di Jakarta telah ditemukan kasus-kasus penyakit ini
dalam bentuk ringan dan berat. Di kota Medan juga sudah banyak ditemukan kasus-
kasus AIDS. Sejak itu pula penelitian dan pengetahuan mengenai AIDS dan virus
HIV pun berkembang dengan sangat pesat(3).
1
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
B. EPIDEMIOLOGI
Menurut beberapa peneliti, penyakit ini pertama kali muncul di Afrika tahun 1981,
dan selanjutnya dibawa oleh orang-orang perancis dan belgia ke eropa barat. Oleh
orang-orang Haiti dan Afrika dibawa ke Karibia, dan oleh orang Amerika yang
berlibur ke sana dibawa ke negerinya(1).
Kasus pertama di Amerika Serikat dilaporkan oleh Gottlieb dkk tahun 1981. Pada
tahun 1983 sudah ditemukan 2500 penderita AIDS di Amerika Serikat. WHO tahun
1988 telah menemukan 141.000 kasus AIDS di 145 negara dari 5 benua dan pada
1994 tercatat 1.025.073 kasus AIDS dan dipercaya angka sesungguhnya adalah
sekitar 4,5 juta kasus(1,3).
AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 di Bali, penderita adalah
seorang wisatawan asal belanda. Pada tahun 1994 ada 274 penderita (AIDS 40,
Positif HIV 235) dan sudah menyerang 15 propinsi dari 27 propinsi yang ada di
seluruh Indonesia saat itu(1,3).
Menurut catatan hingga 31 Maret 2006 jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di seluruh
Indonesia adalah HIV 4332, AIDS 5822, semuanya 10.154. di seluruh dunia lebih
dari 40 juta orang terkena AIDS pada tahun 2004(3).
C. ETIOLOGI
Istilah HIV telah digunakan sejak 1986 sebagai nama untuk retrovirus yang
diusulkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc Montagnier dari Perancis,
yang awalnya menamakannya LAV (lymphadenopathy-associated virus) dan oleh
2
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
Robert Gallo dari Amerika Serikat, yang awalnya menamakannya HTLV-III (human T
lymphotropic virus type III) (4).
Dua spesies HIV menginfeksi manusia: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah yang lebih
"virulent" dan lebih mudah menular, dan merupakan sumber dari kebanyakan infeksi
HIV di seluruh dunia; HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat(3,4).
D. PATOGENESIS
AIDS disebabkan oleh masuknya HIV ke dalam tubuh manusia. Jika sudah masuk ke
dalam tubuh, HIV akan menyerang sel-sel darah putih yang mengatur system
kekebalan tubuh, yaitu sel-sel limfosit penolong, “Sel T Helper” atau yang disebut
juga sel T4(1).
1. Sel T-helper menempel pada benda asing (HIV), tetapi reseptor T-helper
(CD4) dilumpuhkan, sehingga sebelum sel T4 dapat mengenal HIV dengan
baik, virus telah melumpuhkannya. Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah
3
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
Pada suatu saat (6 bulan – 5 tahun kemudian), HIV akan diaktifkan oleh proses
infeksi lain, membentuk RNA dan keluar dari T4, menyerang sel lain, menimbulkan
gejala AIDS. Populasi sel T4 sudah lumpuh, tidak ada mekanisme pembentukan sel
Tkiller, sel B dan sel fagosit lain, sehingga tubuh tidak sanggup mempertahankan
diri. Virus AIDS yang berada di dalam T4, bermultiplikasi dengan cara menumpang
proses perkembangan T4. T-helper generasi baru tidak dapat mengenalnya sehingga
tidak ada yang memberi komando kepada sel lain untuk mengadakan perlawanan
(host defense mechanism) terhadap virus AIDS(5).
Penularan
AIDS dikelompokkan dalam Penyakit Menular Seksual (PMS) karena paling banyak
ditularkan melalui hubungan seksual (95%)(1).
Cairan tubuh yang paling banyak mengandung HIV adalah semen (air mani), cairan
vagina/serviks, serta darah, sehingga penularan utama HIV adalah melalui 4 jalur
yang melibatkan cairan tubuh secara langsung, yaitu(1):
4
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
Sebenarnya HIV dapat ditemukan dalam ASI, air liur, air mata dan keringat, tetapi
penularan melalui bahan ini belum terbukti kebenarannya. HIV juga dapat menular
lewat jabat tangan, berciuman pipi, bersin, bersin atau batuk dari penderita AIDS,
berenang dalam satu kolam renang, maupun hidup serumah dengan penderita AIDS
tanpa hubungan seksual. Hewan seperti nyamuk, kutu dan serangga lain belum
terbukti menularkan HIV(1).
E. DIAGNOSIS
Gejala Klinis
Gejala penderita AIDS dapat ringan sampai berat. Berdasarkan ceramah AIDS oleh
Zubairi Djoerban, di BLKM Departemen Kesehatan RI, 19 Januari 1994, yang
didasari oleh kriteria WHO yang diusulkan pada pertemuan di Jenewa 1989, maka
pembagian tingkat klinis penyakit infeksi HIV dibagai sebagai berikut(3):
5
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
6
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
Pembantu Diagnosis
Pada HIV, pemeriksaan darah rutin bisa ditemukan laju endap darah meningkat,
leukopenia, limfopenia, anemia, trombositopenia, dan perubahan perbandingan CD4
dan CD8 menjadi terbalik(1).
CD4(T4) dan CD8 merupakan sel T limfosit yang mempunyai penanda khusus pada
permukaan selnya. CD4 dan CD8 tidak ada persamaan struktur tetapi homolog
dalam fungsi. CD4 sering disebut sel T helper, berkaitan dengan virus HIV dan
menjadi sarana masuk ke dalam sel tubuh yang sehat lainnya(6).
Pemeriksaan HIV yang terutama adalah pemeriksaan antibodi HIV, bertujuan untuk
mendeteksi dan mengukur keberadaan/kadar imunoglobulin (IgG tipe 1-4. IgA, IgM,
IgD) sebagai respon terhadap adanya HIV(6).
Tes antibodi dan antigen HIV dapat dilakukan beberapa cara antara lain(6):
1. Enzim Linked Immunosorbent Assay (ELISA), hasil (+) berarti terjadi ikatan
antigen dan antibodi HIV pada serum dan berarti anti-HIV (+).
2. Anti HIV immunoblot/western blot, merupakan pemeriksaan konfirmatif (anti
HIV konfirmatif) setelah ELISA dinyatakan positif. Apabila Anti HIV ELISA (+)
dan Anti HIV konfirmasi (-), tidak berarti positif palsu, tetapi dirujuk untuk
pemantauan terus.
7
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
3. Anti Env dan Anti core secara ELISA. Perubahan atau reaksi warna dan
intensitasnya pada proses pemeriksaan berkaitan dengan keberadaan anti
HIV dalam serum.
4. Anti HIV-immunofluoresensi. Terjadinya fluoresensi yang terlihat dengan
mikroskop fluoresens menandakan adanya Anti HIV.
5. Anti HIV recombinant neutralization assay. Merupakan tes alternatif
konfirmasi, tambahan dari ELISA dan Western Blot setelah ditemukan hasil
(+). Penurunan absorbance lebih dari 50% dipastikan hasil positif.
6. Immunoassay dengan peptide sintetik. Pemeriksaan spesifik untuk
membedakan HIV-1 dan HIV-2 dengan menggunakan polipeptida 12 asam
amino dan GP41.
Kriteria Diagnosis
Oleh karena banyak negara, terutama negara berkembang yang belum mempunyai
fasilitas laboratorium yang memadai, maka dalam lokakarya di Bangui Afrika Tengah
pada oktober 1985, WHO menetapkan kriteria diagnosis AIDS sebagai berikut(1).
Seseorang dewasa dicurigai menderita AIDS jika paling sedikit mempunyai 2 gejala
mayor dan 1 gejala minor dan tidak terdapat sebab-sebab penekanan imun yang lain
yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau sebab-sebab lain(1).
Gejala Mayor(1):
Gejala Minor(1):
1. Limfadenopati umum.
2. Kandidiasis orofaring.
3. Infeksi umum yang rekuren (otitis, faringitis).
4. Batuk-batuk yang persisten.
5. Dermatitis umum.
6. Infeksi HIV yang maternal.
8
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
Selain kriteria diatas, hendaknya dilakukan pemeriksaan darah dengan tes ELISA
sebagai tes penyaring, dan pastikan dengan tes Western-Blot sebagai tes penentu(1).
Ada 27 contoh kasus yang paling sering ditemui pada ODHA termasuk infeksi
oportunistik (OI), antara lain(7):
9
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
5. Sarkoma Kaposi : Sarkoma ini dapat mengenai kulit, lidah maupun selaput
lendir dan viscera. Lesi berwarna keunguan, bersifat radiosensitif, komplikasi
ini sering dijumpai pada AIDS stadium lanjut dan yang menyerang kulit
prognosisnya relatif lebih baik daripada yang menyerang viscera, atau
kombinasi kulit dan viscera. Hanya Sarkoma Kaposi dan Limfoma non-
Hodgkin yang merupakan dua kanker yang secara nyata dikaitkan dengan
AIDS dan masuk dalam kriteria kasus untuk surveilans AIDS oleh CDC,
Amerika Serikat.
6. Limfoma non-Hodgkin : menunjukkan pembesaran kelenjar limfe pada
daerah inguinal kanan disertai limfedema kaki kanan. Limfoma non-Hodgkin
terdapat pada 5% kasus AIDS dan diagnosisnya ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan PA.
7. Herpes Zoster pada ODHA yang berkulit terang : Herpes Zaster pada
panggung kanan atas dan leher pada seseorang yang berkulit terang.
Meskipun merupakan tanda klinis pertama adanya imunodefisiensi, yang
menarik adalah gambaran klinis Herpes Zasper pada AIDS tidaklah seberat
Herpes Zoster pada penyakit defisiensi imun yang lain. Herpes Zoster
terdapat pada 10-20% kasus HIV, kambuh terdapat pada 20-30% kasus.
8. Herpes Zoster pada ODHA berkulit gelap : Kemunculan kembali Herpes
Zoster tampak pada distribusi dermatom saraf tepi di daerah pantat penderita
infeksi HIV. Kelainan kulit terdiri atas vesikel dengan perlukaan, yang
kemudian sembuh tetapi dengan jaringan parut yang menetap.
9. Herpes simpleks di Lidah : menunjukkan ulkus/perlukaan yang tidak
begitu dalam dengan jaringan parut menetap.
10. Stomatis pada kulit sudut mulut : Foto menunjukkan angular kheilosis
suatu radang pada sudut mulut karena infeksi kandida. Kandidiasis
merupakan infeksi jamur superfisial yang paling sering pada ODHA. Hampir
semua ODHA pernah mengalami kandidiasis selama masa sakitnya. seringkali
terjadi pada awal penurunan CD4 atau penurunan imunitas.
11. Kandidiasis orofaring : Infeksi kandida pada permukaan mukosa rongga
mulut, umumnya tampak sebagai selaput putih dan mengeluarkan eksudat
berwarna kekuning pada lidah dan daerah posterior orofaring.
10
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
11
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
12
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
Secara lengkap berbagai penyakit kulit yang bisa ditemui pada penderita HIV/AIDS
adalah sebagai berikut(8):
Viral infections
Acute morbilliform rash due to HIV infection
Herpes simplex
Varicella zoster
Molluscum contagiosum
Human papillomavirus
Fungal infections
Tinea
Blastomycosis
Candidiasis
Cryptococcosis
13
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
Histoplasmosis
Pityrosporum folliculitis
Pityriasis versicolor
Systemic mycoses
Bacterial infections
Cellulitis
Ecthyma
Impetigo
Folliculitis
Bacillary angiomatosis
Arthropod infestations
Insect bites
Scabies
Demodicosis
Inflammatory conditions
Seborrhoeic dermatitis
Psoriasis
Eczema
Malignancies
Kaposi's sarcoma
Ichthyosis
Eosinophilic folliculitis
14
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
F. PENATALAKSANAAN
15
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
16
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
G. PENCEGAHAN
Jalur penularan AIDS adalah melalui jalur hubungan seksual (lebih dari 95%), jalur
pemindahan darah, dan jalur ibu hamil. Oleh sebab itu usaha-usaha pencegahan
yang dapat dilakukan adalah usaha menyehatkan ketiga jalur penularan tersebut(1).
1. Melakukan hubungan seks hanya dengan seorang mitra seksual yang setia
dan tidak mengidap HIV (monogami).
2. Jangan mengadakan hubungan seksual dengan kelompok risiko tinggi seperti
WTS, PTS, pelanggan-pelanggannya, kaum homoseksual, dan wisatawan
asing dari negara yang insiden AIDS-nya tinggi.
3. Melakukan hubungan seks yang aman (safe sex) yaitu dengan menggunakan
kondom (protective sex).
17
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
1. Darah yang akan ditransfusikan harus bebas HIV. Jika sangat perlu untuk
transfusi darah, mintalah darah yang bebas HIV.
2. Produk darah/plasma darah harus dipantau dengan ketat dan dilaksanakan
sesuai dengan prosedur pembuatan yang dianjurkan.
3. Alat suntik dan alat-alat tusuk lainnya (alat tato dan tindik) harus
dicucihamakan dahulu sebelum dipakai atau pakailah alat habis sekali pakai.
4. Jangan menggunakan pisau cukur, gunting kuku, atau sikat gigi orang yang
disangka mengidap HIV.
5. Kelompok pemakai obat narkotika sering memakai jarun suntik bersama-
sama. Untuk itu dianjurkan jangan memakai jarum suntik bersama-sama.
Ibu yang mengidap HIV dan menderita AIDS dapat menularkan virus pada bayi yang
dikandungnya baik saat bayi dalam kandungan maupun saat bayi dilahirkan. Satu-
satunya usaha pencegahan ialah agar ibu pengidap HIV jangan hamil dan apabila
sudah hamil segera menghubungi dokter ahli kebidanan untuk membantu
mengatasinya.
18
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
H. PROGNOSIS
Sepuluh tahun setelah infeksi HIV, 50% penderita akan mengalami AIDS. Prognosis
AIDS buruk karena HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4 dan akan
menimbulkan destruksi sel tersebut, akibatnya banyak sekali penyakit yang dapat
menyertainya(3).
19
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009
DAFTAR PUSTAKA
20