You are on page 1of 21

AIDS

(Acquired Immune Deficiency Syndrome)


AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

A. PENDAHULUAN

AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) adalah sekumpulan gejala yang timbul


akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang diperoleh, disebabkan oleh infeksi
Human Immunodeficiency Virus (HIV)(1).

Sistem kekebalan tubuh atau disebut juga sistem imun yang akan mempertahankan
diri terhadap serangan dari luar seperti kuman, terdiri dari empat komponen utama.
Komponen tersebut adalah imunitas sel T, imunitas sel B, fagosit dan komplemen,
yang secara bersama-sama membentuk imunitas secara sinergik(2).

Gangguan defisiensi imun adalah suatu keadaan terjadinya defek sistem kekebalan
di dalam tubuh seseorang yang menimbulkan gejala atau kelainan pada kulit atau
orang tubuh yang lain. Kelainan yang tampak pada kulit berupa infesksi mukokutan,
dermatosis atau kelainan kulit(2).

AIDS bukan suatu penyakit saja, tetapi merupakan gejala-gejala penyakit yang
disebabkan oleh infeksi berbagai jenis mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur,
bahkan timbulnya keganasan akibat menurunnya daya tahan tubuh penderita(1).

Sejak ditemukan kasus AIDS di Amerika Serikat pada tahun 1981 hingga saat ini
penyakit ini selalu menarik perhatian dunia kedokteran maupun masyarakat luas. Hal
ini disebabkan oleh penyakit baru ini menyebabkan angka kematian yang tinggi,
jumlah penderita yang meningkat dalam waktu singkat, dan sampai belum dapat
ditanggulangi dengan tuntas. Di Jakarta telah ditemukan kasus-kasus penyakit ini
dalam bentuk ringan dan berat. Di kota Medan juga sudah banyak ditemukan kasus-
kasus AIDS. Sejak itu pula penelitian dan pengetahuan mengenai AIDS dan virus
HIV pun berkembang dengan sangat pesat(3).

1
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

B. EPIDEMIOLOGI

Menurut beberapa peneliti, penyakit ini pertama kali muncul di Afrika tahun 1981,
dan selanjutnya dibawa oleh orang-orang perancis dan belgia ke eropa barat. Oleh
orang-orang Haiti dan Afrika dibawa ke Karibia, dan oleh orang Amerika yang
berlibur ke sana dibawa ke negerinya(1).

Kasus pertama di Amerika Serikat dilaporkan oleh Gottlieb dkk tahun 1981. Pada
tahun 1983 sudah ditemukan 2500 penderita AIDS di Amerika Serikat. WHO tahun
1988 telah menemukan 141.000 kasus AIDS di 145 negara dari 5 benua dan pada
1994 tercatat 1.025.073 kasus AIDS dan dipercaya angka sesungguhnya adalah
sekitar 4,5 juta kasus(1,3).

AIDS pertama kali ditemukan di Indonesia pada tahun 1987 di Bali, penderita adalah
seorang wisatawan asal belanda. Pada tahun 1994 ada 274 penderita (AIDS 40,
Positif HIV 235) dan sudah menyerang 15 propinsi dari 27 propinsi yang ada di
seluruh Indonesia saat itu(1,3).

Menurut catatan hingga 31 Maret 2006 jumlah kumulatif kasus HIV/AIDS di seluruh
Indonesia adalah HIV 4332, AIDS 5822, semuanya 10.154. di seluruh dunia lebih
dari 40 juta orang terkena AIDS pada tahun 2004(3).

C. ETIOLOGI

HIV (Human Immunodeficiency Virus) ialah retrovirus yang disebut juga


Lymphadenopathy Associated Virus (LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus III
(HTLV-III) atau Human T-Cell Lymphotrophic Virus (Retrovirus)(3).

Istilah HIV telah digunakan sejak 1986 sebagai nama untuk retrovirus yang
diusulkan pertama kali sebagai penyebab AIDS oleh Luc Montagnier dari Perancis,
yang awalnya menamakannya LAV (lymphadenopathy-associated virus) dan oleh

2
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

Robert Gallo dari Amerika Serikat, yang awalnya menamakannya HTLV-III (human T
lymphotropic virus type III) (4).

HIV adalah partikel ikosahedral bertutup (envelope) dengan ukuran .100–140


nanometer, berisi sebuah inti padat elektron. Envelope terdiri atas membran luar
yang berasal dari sel host yang terbentuk ketika virus bersemi pada sel-sel yang
terinfeksi. Penonjolan membran adalah jonjot-jonjot glikoprotein (gp 120) yang
dilekatkan ke partikel virus oleh glikoprotein transmembran (gp41). Protein (p18)
menutupi seluruh permukaan internal membran. Protein inti (p 24) mengelilingi dua
turunan rantai tunggal genome RNA dan beberapa turunan enzim reverse
transcriptase(4,5).

Dua spesies HIV menginfeksi manusia: HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 adalah yang lebih
"virulent" dan lebih mudah menular, dan merupakan sumber dari kebanyakan infeksi
HIV di seluruh dunia; HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat(3,4).

D. PATOGENESIS

AIDS disebabkan oleh masuknya HIV ke dalam tubuh manusia. Jika sudah masuk ke
dalam tubuh, HIV akan menyerang sel-sel darah putih yang mengatur system
kekebalan tubuh, yaitu sel-sel limfosit penolong, “Sel T Helper” atau yang disebut
juga sel T4(1).

HIV menyerang tubuh dan menghindari mekanisme pertahanan tubuh dengan


mengadakan aksi perlawanan, kemudian melumpuhkannya. Mula-mula virus masuk
tubuh seseorang dalam keadaan bebas atau berada dalam limfosit, virus lalu dikenal
oleh sel-sel limfosit T jenis T-helper (T-4); selanjutnya terjadi 3 proses patologi(5):

1. Sel T-helper menempel pada benda asing (HIV), tetapi reseptor T-helper
(CD4) dilumpuhkan, sehingga sebelum sel T4 dapat mengenal HIV dengan
baik, virus telah melumpuhkannya. Kelumpuhan mekanisme kekebalan inilah

3
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

yang memberi nama penyakit menjadi AIDS, atau "sindrom kegagalan


kekebalan yang didapat".
2. Virus (HIV) membuat antigen proviral DNA yang diintegrasikan dengan DNA
T-helper lalu ikut berkembang biak.
3. Virus (HIV) mengubah fungsi reseptor (CD4) di permukaan sel T4 sehingga
reseptor menempel dan melebur ke sembarang tempat/sel yang lain,
sekaligus memindahkan HIV. Akibatnya infeksi virus berlangsung terus tanpa
diketahui tubuh.

Pada suatu saat (6 bulan – 5 tahun kemudian), HIV akan diaktifkan oleh proses
infeksi lain, membentuk RNA dan keluar dari T4, menyerang sel lain, menimbulkan
gejala AIDS. Populasi sel T4 sudah lumpuh, tidak ada mekanisme pembentukan sel
Tkiller, sel B dan sel fagosit lain, sehingga tubuh tidak sanggup mempertahankan
diri. Virus AIDS yang berada di dalam T4, bermultiplikasi dengan cara menumpang
proses perkembangan T4. T-helper generasi baru tidak dapat mengenalnya sehingga
tidak ada yang memberi komando kepada sel lain untuk mengadakan perlawanan
(host defense mechanism) terhadap virus AIDS(5).

Penularan

AIDS dikelompokkan dalam Penyakit Menular Seksual (PMS) karena paling banyak
ditularkan melalui hubungan seksual (95%)(1).

Cairan tubuh yang paling banyak mengandung HIV adalah semen (air mani), cairan
vagina/serviks, serta darah, sehingga penularan utama HIV adalah melalui 4 jalur
yang melibatkan cairan tubuh secara langsung, yaitu(1):

1. Jalur hubungan seksual (heteroseksual/homoseksual)


2. Jalur pemindahan darah atau produk darah seperti: transfusi darah, melalui
alat suntik, melalui alat tato, tindik, alat bedah, dokter gigi, alat cukur, dan
melalui luka halus di kulit.
3. Jalur transplantasi alat tubuh dan sperma.
4. Jalur transplasental: janin dalam kandungan ibu hamil yang positif HIV akan
tertular.

4
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

Sebenarnya HIV dapat ditemukan dalam ASI, air liur, air mata dan keringat, tetapi
penularan melalui bahan ini belum terbukti kebenarannya. HIV juga dapat menular
lewat jabat tangan, berciuman pipi, bersin, bersin atau batuk dari penderita AIDS,
berenang dalam satu kolam renang, maupun hidup serumah dengan penderita AIDS
tanpa hubungan seksual. Hewan seperti nyamuk, kutu dan serangga lain belum
terbukti menularkan HIV(1).

E. DIAGNOSIS

Gejala Klinis

Gejala penderita AIDS dapat ringan sampai berat. Berdasarkan ceramah AIDS oleh
Zubairi Djoerban, di BLKM Departemen Kesehatan RI, 19 Januari 1994, yang
didasari oleh kriteria WHO yang diusulkan pada pertemuan di Jenewa 1989, maka
pembagian tingkat klinis penyakit infeksi HIV dibagai sebagai berikut(3):

1. Tingkat klinis 1 (asimptomatik/Limfadenopati Generalisata Persisten)


a. Tanpa gejala sama sekali
b. Limfadenopati Generalisata Persisten
Pada tingkat ini penderita belum mengalami kelainan dan dapat
melakukan aktivitas normal.
2. Tingkat klinis 2 (Dini)
a. Penurunan berat badan kurang dari 10%.
b. Kelainan mulut dan kulit yang ringan, misalnya dermatitis seboroik,
prurigo, onikomikosis, ulkus pada mulut yang berulang dan keilitis
angularis.
c. Herpes zoster yang timbul pada 5 tahun terakhir.
d. Infeksi saluran nafas bagian atas berulang, misalnya sinusitis.
Pada tingkat ini penderita sudah menunjukkan gejala, tetapi aktivitas
tetap normal.
3. Tingkat klinis 3 (menengah)
a. Penurunan berat badan lebih dari 10%.

5
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

b. Diare kronik lebih dari 1 bulan, tanpa diketahui sebabnya.


c. Demam yang tidak diketahui sebabnya selama lebih dari 1 bulan,
hilang timbul maupun terus menerus.
d. Kandidiasis mulut.
e. Bercak putih berambut di mulut (hairy leukoplakia).
f. Tuberkulosis paru setahun terakhir.
g. Infeksi bakterial berat, misalnya pneumonia.
4. Tingkat klinis 4 (lanjut)
a. Badan menjadi kurus – HIV wasting syndrome, yaitu berat badan turun
lebih dari 10% dan diare kronik tanpa diketahui penyebabnya selama
lebih dari 1 bulan atau kelemahan kronik dan demam tanpa diketahui
sebabnya lebih dari 1 bulan.
b. Pneumonia Pneumocystis Carinii.
c. Toksoplasmosis otak.
d. Kriptokokosis dengan diare lebih dari 1 bulan.
e. Kriptokokosis di luar paru.
f. Infeksi sitomegalo virus pada organ tubuh kecuali di limpa, hati atau
kelenjar getah bening.
g. Infeksi virus herpes simpleks di mukokutan lebih dari 1 bulan atau di
organ dalam (viseral), lamanya tidak dibatasi.
h. Mikosis apa saja (misalnya histoplasmosis, koksidiodomikosis,) yang
endemik, menyerang banyak organ tubuh (diseminata).
i. Kandidosis esofagus, trakea, bronkus, atau paru.
j. Mikobakteriosis atipik diseminata.
k. Septikemia salmonella non tifoid.
l. Tuberkulosis di luar paru.
m. Limfoma
n. Sarkoma kaposi
o. Ensefalopati HIV, yaitu gangguan kognitif atau disfungsi motorik yang
mengganggu aktivitas sehari-hari, progresif sesudah beberapa minggu
atau bulan, tanpa dapat ditemukan penyebab lain kecuali HIV.

6
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

Pembantu Diagnosis

Pada HIV, pemeriksaan darah rutin bisa ditemukan laju endap darah meningkat,
leukopenia, limfopenia, anemia, trombositopenia, dan perubahan perbandingan CD4
dan CD8 menjadi terbalik(1).

CD4(T4) dan CD8 merupakan sel T limfosit yang mempunyai penanda khusus pada
permukaan selnya. CD4 dan CD8 tidak ada persamaan struktur tetapi homolog
dalam fungsi. CD4 sering disebut sel T helper, berkaitan dengan virus HIV dan
menjadi sarana masuk ke dalam sel tubuh yang sehat lainnya(6).

Kadar CD4 pada HIV (+) dibawah ini menandakan(6):

 T4 diantara 500-1000 : sindroma retroviral akut, gejala intermiten, kandidiasis


oral, tukak mulut, serosis dan ruam mulut.
 T4 < 500 : gangguan AIDS kronis, limfoadenopati, kandidiasis oral, lesi oral,
muntah, diare dan TBC.
 T4 < 200 : gejala parah dari AIDS, peningkatan masalah kanker, kelainan
paru dan susunan syaraf pusat.
 T4 < 20 : peningkatan probabilitas infeksi oportunistik dan mortalitas.

Pemeriksaan HIV yang terutama adalah pemeriksaan antibodi HIV, bertujuan untuk
mendeteksi dan mengukur keberadaan/kadar imunoglobulin (IgG tipe 1-4. IgA, IgM,
IgD) sebagai respon terhadap adanya HIV(6).

Tes antibodi dan antigen HIV dapat dilakukan beberapa cara antara lain(6):

1. Enzim Linked Immunosorbent Assay (ELISA), hasil (+) berarti terjadi ikatan
antigen dan antibodi HIV pada serum dan berarti anti-HIV (+).
2. Anti HIV immunoblot/western blot, merupakan pemeriksaan konfirmatif (anti
HIV konfirmatif) setelah ELISA dinyatakan positif. Apabila Anti HIV ELISA (+)
dan Anti HIV konfirmasi (-), tidak berarti positif palsu, tetapi dirujuk untuk
pemantauan terus.

7
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

3. Anti Env dan Anti core secara ELISA. Perubahan atau reaksi warna dan
intensitasnya pada proses pemeriksaan berkaitan dengan keberadaan anti
HIV dalam serum.
4. Anti HIV-immunofluoresensi. Terjadinya fluoresensi yang terlihat dengan
mikroskop fluoresens menandakan adanya Anti HIV.
5. Anti HIV recombinant neutralization assay. Merupakan tes alternatif
konfirmasi, tambahan dari ELISA dan Western Blot setelah ditemukan hasil
(+). Penurunan absorbance lebih dari 50% dipastikan hasil positif.
6. Immunoassay dengan peptide sintetik. Pemeriksaan spesifik untuk
membedakan HIV-1 dan HIV-2 dengan menggunakan polipeptida 12 asam
amino dan GP41.

Kriteria Diagnosis

Oleh karena banyak negara, terutama negara berkembang yang belum mempunyai
fasilitas laboratorium yang memadai, maka dalam lokakarya di Bangui Afrika Tengah
pada oktober 1985, WHO menetapkan kriteria diagnosis AIDS sebagai berikut(1).

Seseorang dewasa dicurigai menderita AIDS jika paling sedikit mempunyai 2 gejala
mayor dan 1 gejala minor dan tidak terdapat sebab-sebab penekanan imun yang lain
yang diketahui seperti kanker, malnutrisi berat atau sebab-sebab lain(1).

Gejala Mayor(1):

1. Penurunan berat badan atau pertumbuhan lambat yang abnormal.


2. Diare kronik lebih dari 1 bulan
3. Demam lebih dari 1 bulan.

Gejala Minor(1):

1. Limfadenopati umum.
2. Kandidiasis orofaring.
3. Infeksi umum yang rekuren (otitis, faringitis).
4. Batuk-batuk yang persisten.
5. Dermatitis umum.
6. Infeksi HIV yang maternal.
8
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

Selain kriteria diatas, hendaknya dilakukan pemeriksaan darah dengan tes ELISA
sebagai tes penyaring, dan pastikan dengan tes Western-Blot sebagai tes penentu(1).

Penyakit dan gangguan kulit pada ODHA (Orang dengan HIV-


AIDS)

Ada 27 contoh kasus yang paling sering ditemui pada ODHA termasuk infeksi
oportunistik (OI), antara lain(7):

1. HIV Washing Syndrome : Keadaan ini ditandai dengan penurunan berat


badan lebih dari 10% sehingga pada keadaan yang berat ODHA akan tampak
kurus kering. Di Afrika dikenal sebagai Slim Disease (Penyakit Kurus).
2. TB Miliaris : Pada populasi dengan angka kejadian TB tinggi seperti di
Indonesia, ODHA akan sering mengalami infeksi oportunistik oleh
Mycobacterium tuberculosis. Foto roentgen pada slide 2 menggambarkan TB
miliaris dengan pola retikulonodular yang menunjukkan penyebaran OI
hematogen. Gambaran roentgen seperti itu juga dijumpai pada TB dengan
infeksi jamur sistemik.
3. Pneumocystis Carinii Pneumonia (PCP) : Di beberapa bagian dunia PCP
adalah OI yang paling sering dijumpai. Akan tetapi PCP lebih jarang dijumpai
di negara berkembang dimana infeksi TB dan jamur lebih menonjol. Foto
roentgen ini menunjukkan gambaran lesi difus bilateral. Dalam berbagai
tahap perkembangan penyakit PCP suatu infiltrat retikulonodular difus
bilateral dapat ditemukan disertai gejala klinis batuk tidak berdahak, sesak
napas, pernapasan cepat, kadar oksigen dalam menurun, asidosis respiratorik
dan demam.
4. Nokardiosis : Adalah OI yang jarang terjadi pada AIDS dan disebabkan oleh
mikroorganisme gram positif menyerupai jamur yang disebut Nocardia.Foto
Roentgen menunjukkan bayangan yang cukup tebal dengan kavitasi di lobud
kanan bawah paru, Gambaran radiografik bervariasi dengan infiltrat, kavitas
dan nodul berbagai ukuran. empyema terdapat pada sepertiga kasus
Nokardiosis.

9
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

5. Sarkoma Kaposi : Sarkoma ini dapat mengenai kulit, lidah maupun selaput
lendir dan viscera. Lesi berwarna keunguan, bersifat radiosensitif, komplikasi
ini sering dijumpai pada AIDS stadium lanjut dan yang menyerang kulit
prognosisnya relatif lebih baik daripada yang menyerang viscera, atau
kombinasi kulit dan viscera. Hanya Sarkoma Kaposi dan Limfoma non-
Hodgkin yang merupakan dua kanker yang secara nyata dikaitkan dengan
AIDS dan masuk dalam kriteria kasus untuk surveilans AIDS oleh CDC,
Amerika Serikat.
6. Limfoma non-Hodgkin : menunjukkan pembesaran kelenjar limfe pada
daerah inguinal kanan disertai limfedema kaki kanan. Limfoma non-Hodgkin
terdapat pada 5% kasus AIDS dan diagnosisnya ditegakkan berdasarkan
pemeriksaan PA.
7. Herpes Zoster pada ODHA yang berkulit terang : Herpes Zaster pada
panggung kanan atas dan leher pada seseorang yang berkulit terang.
Meskipun merupakan tanda klinis pertama adanya imunodefisiensi, yang
menarik adalah gambaran klinis Herpes Zasper pada AIDS tidaklah seberat
Herpes Zoster pada penyakit defisiensi imun yang lain. Herpes Zoster
terdapat pada 10-20% kasus HIV, kambuh terdapat pada 20-30% kasus.
8. Herpes Zoster pada ODHA berkulit gelap : Kemunculan kembali Herpes
Zoster tampak pada distribusi dermatom saraf tepi di daerah pantat penderita
infeksi HIV. Kelainan kulit terdiri atas vesikel dengan perlukaan, yang
kemudian sembuh tetapi dengan jaringan parut yang menetap.
9. Herpes simpleks di Lidah : menunjukkan ulkus/perlukaan yang tidak
begitu dalam dengan jaringan parut menetap.
10. Stomatis pada kulit sudut mulut : Foto menunjukkan angular kheilosis
suatu radang pada sudut mulut karena infeksi kandida. Kandidiasis
merupakan infeksi jamur superfisial yang paling sering pada ODHA. Hampir
semua ODHA pernah mengalami kandidiasis selama masa sakitnya. seringkali
terjadi pada awal penurunan CD4 atau penurunan imunitas.
11. Kandidiasis orofaring : Infeksi kandida pada permukaan mukosa rongga
mulut, umumnya tampak sebagai selaput putih dan mengeluarkan eksudat
berwarna kekuning pada lidah dan daerah posterior orofaring.

10
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

12. Kandidiasis esophagus (endoskopi) : Pemerikasaan endoskopi ini


mengambarkan pseudomembran yang tebal pada mukosa esophagus dan
menyebabkan disfagia (kesulitan menelan) atau odinofagia (nyei pada waktu
menelan).
13. Dermatitis seboroik : Suatu kelainan kulit di sekitar mulut dan lekukan
nasolabial berwarna merah, eritematus dan menyerupai dermatitis. Kelaianan
itu dapat meluas ke seluruh kepala atau kadang-kadang seluruh tubuh,
sangat gatal dan kadang bernanah. Sulit dibedakan dengan psoriasis. Sering
dijumpai pada ODHA dan semakin berat bila keadaan imunosupresi semakin
berat.
14. Sindrom Stevens Johnson : Menunjukkan steven Johnson pada ODHA
yang alergi ko-trimoksasol. Disamping erosi mukosa juga terdpat purpuric
maculae, Demam dan kelelahan umum juga terjadi pada pasien.
15. Oral hairy leukoplakia : Keadaan ini terdapat pada 25% ODHA dan
disebabkan oleh virus Epstein Barr. Berupa lesi putih pada bagian lateral lidah
dan kadang-kadang meluas ke sekitarnya. Karena mirip bentuknya seringkali
disalah tafsirkan sebagai kandidiasis. Perbedaannya adalah kelainan ini tidak
dapat dihilangkan dengan mengeroknya, Oral hairy leukoplakia dapat sembuh
spontan 25-50 % kasus.
16. Limfadenopati TB : Foto menunjukkan pembesaran kelenjar limfe leher dan
diagnosis TB telah ditegakkan. Kelainan ini adalah kelainan TB diluar paru
yang paling sering ditemukan pada ODHA.
17. Sifilis : Luka (ulkus mole) pada batang penis karena sifilis. Biasanya sifilis
disertai limfadenopati unilateral atau menyeluruh. Perlu tes serologis untuk
membuktikannya dan sifilis pada ODHA cepat berkembang menjadi
neurtosifilis.
18. Herpes simpleks di tepi anus : Herpes Simpleks mulai muncul bila CD4
menurun sering terdapt di daerah genital dan perianal. Kelainan Kulit
berwarna kemerahan sangat nyeri dan cenderung berulang . Bila ODHA
menderita lesi perianal, yang nyeri dan sulit sembuh harus selalu difikirkan
diagnosis herpes simpleks.

11
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

19. Penisiliosis : Menunjukkan lesi papulonekrotik pad wajah ODHA tampak


pula lesi papular Pencillin marnefei. Lesi ini biasanya disertai demam,
hepatosplenomegali, limfadenopati menyeluruh, anemia, trombositopenia
20. Psoriasis : Kelainan ditandai oleh plak kemerahan dikitari oleh sisik
keperakan dalam berbagai ukuran. Psoriasis dapat sangat berat pada ODHA
dan sulit diobati.
21. Toksoplasmosis serebral (gambaran CT-Scan : Tampak lesi fokal
dengan zat kontras menunjukan dinding kista. Tampak pula edema serebri di
sekitarnya. Lesi umumnya berukuran < 2 cm. Dengan pemeriksaan yang lebih
canggih Magnetic Resonance Imaging (MRI) biasanya akan tampak lesi
multiple. Gejala penyakit ini adalah pusing, demam, kejang dan tanda
neurologis fokal. Biasanya seropositif dan tidak menunjukkan peningkatan
titer antibodi.
22. HIV ensefalopati (CT-Scan) : Tampak atrofi serebral, pelebaran ventrikel
dan hipodensitas subtansi putih. Kelainan ini menimbulkan gejala demensia.
23. CMV Retinitis : Menunjukkan retina Penderita AIDS. Tampak daerah
granuler berwarna keputihan dengan eksudat dan perdarahan perivaskuler
sering disebut : Cottage cheese with tomato sauce. Pasien mengeluh
pandangan buram, ada titik yang mengambang dedepan matanya atau
merasa ada selaput yang menghalangi penglihatannya. Kelainan ini adalah
kelaianan mata yang paling sering pada ODHA stadium lanjut. terjadi bila CD4
sangat rendah. Tanpa pengobatan akan timbul kebutaan dalam beberapa
minggu.
24. Histoplasmosis : Histoplasmosis juga merupakan komplikasi lanjut AIDS.
disebabkan oleh infeksi Histoplasma capsulatum di paru. Kurang lebih 7%
pasien akan mengalami kelainan kulit terdiri atas ruam makulopapular, ulkus
dimulut atau kulit dan lesi nodular.
25. Scabies : Skabies (gudig, kudis) berkusta merupakan OI yang sering
menyerang ODHA. Disebabkan kutu Sarcoptes scabiei, , penyakit ini
menghasilkan lesi kemerahan, sangat gatal, semula muncul dalam bentuk
ruam makular yang sering dikira sebagai ruam karena alergi obat. Kemudiandi

12
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

ikuti oleh plak hiperkeratosis. Seringkali terjadi bakteriemia karena infeksi


sekunder.

26. Infeksi Mycobacterium Avium Complex (MAC) : Pemeriksaan endoskopi


duodenum ini menunjukkan nodul berwarna putih yang menyebar di seluruh
dudenum akibat MAC. Infeksi MAC merupakan komplikasi stadium lanjut pada
ODHA dengan CD4 kurang dari 100/mm3. Tempat masuk MAC adalah melalui
saluran cerna (+++) dan saluran pernafasan (+).
27. Meningitis kriptokokus : bentuk ragi yang berkapsul, khas untuk
kriptokokus, dalam pengecekan cairan serebrospinal menggunakan india Ink.
pemeriksaan antigen kriptokokus sangat penting dan sangat sensitif.
Organisme tersebut juga dapat dikultur dari cairan serebrospinal.
Cryptococcus neoformans adalah penyebab yang paling sering OI pada otak.
terjadi dpada 5-10% ODHA stadium lanjut. Sakit kepala dan penurunan
kesadaran merupakan gejala yang menonjol.

Secara lengkap berbagai penyakit kulit yang bisa ditemui pada penderita HIV/AIDS
adalah sebagai berikut(8):

Viral infections
 Acute morbilliform rash due to HIV infection

 Herpes simplex

 Varicella zoster

 Molluscum contagiosum

 Human papillomavirus

 Oral hairy leukoplakia

Fungal infections
 Tinea

 Blastomycosis

 Candidiasis

 Cryptococcosis

13
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

 Histoplasmosis

 Pityrosporum folliculitis

 Pityriasis versicolor

 Systemic mycoses

Bacterial infections
 Cellulitis

 Ecthyma

 Impetigo

 Folliculitis

 Bacillary angiomatosis

Arthropod infestations
 Insect bites

 Scabies

 Demodicosis

Inflammatory conditions
 Seborrhoeic dermatitis

 Psoriasis

 Eczema

 Pruritic papular eruption of HIV

Malignancies
 Kaposi's sarcoma

 Cutaneous B-cell lymphoma and cutaneous T-cell lymphoma

 Skin cancer including melanoma, squamous cell carcinoma, basal cell


carcinoma and anal carcinoma

Other skin problems


 Adverse effects of drugs e.g. lipodystrophy from antiretroviral therapy

 Ichthyosis

 Eosinophilic folliculitis

14
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

F. PENATALAKSANAAN

Penatalaksanaan penderita sebaik-baiknya, meliputi pengobatan adekuat bagi


penderita, mencegah lebih memburuknya keadaan penyakit, serta menjaga agar
penderita tidak menjadi sumber penularan bagi lingkungannya/masyarakat, tanpa
melakukan berbagai diskriminasi bagi Penderita(5).

1. Melindungi penderita dari infeksi


Keadaan infeksi akan merangsang proliferasi sel limfosit T4 yang telah
terinfeksi oleh HIV, termasuk virus yang telah menginvasi sel tersebut.
Aktivitas sistem kekebalan penderita infeksi HIV ini harus diusahakan tidak
meningkat supaya replikasi virus tidak berlangsung cepat. Perlu bimbingan
dan informasi guna meningkatkan kualitas kesehatan secara fisik dan
psikologik(5).
2. Pengobatan penderita
Proses infeksi HIV berada pada stadium yang berbeda-beda, sehingga
pengobatannya pun dapat dibagi tujuannya(5):
a. Terhadap virus, guna menghambat proses infeksi dan replikasi HIV.
b. Memperbaiki sistem imunitas tubuh.
c. Pengobatan terhadap keganasan dan infeksi oportunistik.
i. Obat-obat anti virus :
Obat ini ditujukan kepada tahap-tahap infeksi dan replikasi HIV,
sehingga harus mempunyai kemampuan menghambat reseptor
CD4, menghambat antigen envelope HIV, merubah fluiditas
membran plasma sel, menghambat enzim reversetranscriptase,
merusak transkripsi proses pasca transkripsi dan translasi virus,
merusak tahap akhir pembentukan dan pelepasan virus baru.
Obat-obatan yang banyak digunakan saat ini bersifat
menghambat enzim reverse transcriptase. Zidovudine (AZT,
Retrovir®, Azidotimidin) saat ini banyak dipakai tetapi efek
samping berupa toksisitas hematologik juga lebih berat.
Pedoman saat dimulainya pemberian zidovudine di Indonesia

15
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

adalah kepada penderita AIDS, atau penderita asimtomatik


dengan kadar CD4 kurang dari 500/dl. Dosis bagi penderita
dengan berat badan 40-50 kg adalah 300-400 mg/hari(5).
Di RSCM Jakarta pengobatan HIV/AIDS menggunakan
kombinasi 3 obat antiretroviral, yakni(3):
1. Zidovudin (AZT)
Dosis : 500-600 mg sehari per os.
2. Lamivudin (3TC)
Dosis : 150 mg sehari dua kali.
3. Neviropin
Dosis : 200 mg sehari selama 14 hari,
Kemudian 200 mg sehari dua kali.

ii. Obat imunomodulator


Imunomodulator yang dikombinasikan bersama obat antivirus,
diperkirakan memberi basil yang lebih baik, tetapi belum cukup
efektif(5):
1. limfokin : interferon gama dan alfa, interleukin-2, tumor
necrosis factor serta lymphokine inducers
2. human granulocyte colony stimulating factor
3. transplantasi sumsum tulang
4. imunisasi pasif, misalnya dengan antibodi p24
5. imunisasi aktif dengan HIV hidup yang dijinakkan
6. levamisole, yaitu obat cacing yang mampu merangsang
fungsi makrofag dan melepaskan interferon.
iii. Obat infeksi oportunistik:
Infeksi oportunistik adalah penyebab utama morbiditas dan
mortalitas AIDS, dengan angka sekitar 90%. Terapi antibiotik
atau kemoterapeutik disesuaikan dengan infeksi-infeksi yang
sebetulnya berasal dari mikroorganisme dengan virulensi rendah
yang ada di sekitar kita, sehingga jenis infeksi sangat
tergantung dari lingkungan dan cara hidup penderita(5).

16
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

iv. Pengobatan keganasan:


Seperti halnya keganasan lain, tetapi sarkoma Kaposi akan lebih
efektif bila dalam keadaan baru dan besarnya terbatas. Radiasi,
kemoterapi dan imunomodulator interferon telah dicoba, yang
sebenarnya lebih ditujukan untuk memperpanjang masa hidup,
sehingga lama terapi sulit ditentukan(5).
3. Perawatan penderita
Dalam keadaan tidak dapat mengurus dirinya sendiri atau dikhawatirkan
sangat menular, sebaiknya penderita dirawat di Rumah Sakit tipe A atau B
yang mempunyai berbagai disiplin keahlian dan fasilitas ICU. Perawatan
dilakukan di Unit sesuai dengan gejala klinis yang menonjol pada penderita.
Petugas yang merawat perlu mempergunakan alat-alat pelindung seperti
masker, sarung tangan, yang jasa pelindung, pelindung mata, melindungi
kulit terluka dari kemungkinan kontak dengan cairan tubuh penderita dan
mencegah supaya tidak terkena bahan/sampah penderita(5).

G. PENCEGAHAN

Jalur penularan AIDS adalah melalui jalur hubungan seksual (lebih dari 95%), jalur
pemindahan darah, dan jalur ibu hamil. Oleh sebab itu usaha-usaha pencegahan
yang dapat dilakukan adalah usaha menyehatkan ketiga jalur penularan tersebut(1).

Pencegahan melalui hubungan seksual

1. Melakukan hubungan seks hanya dengan seorang mitra seksual yang setia
dan tidak mengidap HIV (monogami).
2. Jangan mengadakan hubungan seksual dengan kelompok risiko tinggi seperti
WTS, PTS, pelanggan-pelanggannya, kaum homoseksual, dan wisatawan
asing dari negara yang insiden AIDS-nya tinggi.
3. Melakukan hubungan seks yang aman (safe sex) yaitu dengan menggunakan
kondom (protective sex).

17
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

Pencegahan melalui darah

1. Darah yang akan ditransfusikan harus bebas HIV. Jika sangat perlu untuk
transfusi darah, mintalah darah yang bebas HIV.
2. Produk darah/plasma darah harus dipantau dengan ketat dan dilaksanakan
sesuai dengan prosedur pembuatan yang dianjurkan.
3. Alat suntik dan alat-alat tusuk lainnya (alat tato dan tindik) harus
dicucihamakan dahulu sebelum dipakai atau pakailah alat habis sekali pakai.
4. Jangan menggunakan pisau cukur, gunting kuku, atau sikat gigi orang yang
disangka mengidap HIV.
5. Kelompok pemakai obat narkotika sering memakai jarun suntik bersama-
sama. Untuk itu dianjurkan jangan memakai jarum suntik bersama-sama.

Pencegahan para petugas kesehatan

1. Menggunakan alat-alat pelindung sewaktu bekerja, seperti sarung tangan,


kamar jas laboratorium dan masker.
2. Hati-hati waktu menggunakan alat-alat yang tajam, seperti jarum suntik, alat-
alat operasi saat menolong persalinan, dan lain-lain.
3. Bahan yang mengandung HIV atau yang tercemar HIV harus dibungkus
dengan plastik dua lapis dan selanjutnya dimusnahkan.
4. Alat-alat lain seperti pengisap darah (pipet), alat resusitasi dan lain-lain harus
digunakan secara profesional dan hati-hati.

Pencegahan melalui ibu hamil

Ibu yang mengidap HIV dan menderita AIDS dapat menularkan virus pada bayi yang
dikandungnya baik saat bayi dalam kandungan maupun saat bayi dilahirkan. Satu-
satunya usaha pencegahan ialah agar ibu pengidap HIV jangan hamil dan apabila
sudah hamil segera menghubungi dokter ahli kebidanan untuk membantu
mengatasinya.

18
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

H. PROGNOSIS

Sepuluh tahun setelah infeksi HIV, 50% penderita akan mengalami AIDS. Prognosis
AIDS buruk karena HIV menginfeksi sistem imun terutama sel CD4 dan akan
menimbulkan destruksi sel tersebut, akibatnya banyak sekali penyakit yang dapat
menyertainya(3).

19
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) 2009

DAFTAR PUSTAKA

1. Siregar, RS, Prof.Dr.SpKK(K). ATLAS BERWARNA SARIPATI PENYAKIT


KULIT. Edisi 2. Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS). Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta. 2005. halaman 126-127.
2. Harahap, Marwali, Prof.Dr. ILMU PENYAKIT KULIT. Bab Kelainan Kulit Pada
Sindroma Defisiensi Imun. Penerbit Hipocrates. Jakarta. 2000. halaman 200-
205.
3. Djuanda, Adhi, Prof.Dr.dr. dkk. ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN. Edisi
kelima. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune
Deficiency Syndrome (AIDS). Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia. Jakarta. 2005. halaman 169-176.
4. Human Immunodeficiency Virus. Available at http://id.wikipedia.org/wiki/HIV.
5. Kurniati. CERMIN DUNIA KEDOKTERAN – AIDS DAN KULIT. Berbagai
Aspek Klinis AIDS dan Penatalaksanaannya. Penerbit Grup PT Kalbe Farma.
Jakarta. 1995. Halaman 4-12.
6. Sutedjo, AY, dr.Sp.PD (KPTI). BUKU SAKU MENGENAL PENYAKIT
MELALUI HASIL PEMERIKSAAN LABORATORIUM. Pemeriksaan
Imunoserologi. Penerbit Amara Books. Yogyakarta. 2008. Halaman 119.
7. Gambaran Klinis infeksi HIV/AIDS. Available at http://www.aids-
rspiss.com/articles.php?lng=in&pg=425.
8. Skin condition relating to HIV infection. Available at
http://www.dermnetnz.org/viral/human-immunodeficiency-virus.html.

20

You might also like