You are on page 1of 12

FAKTOR FAKTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT

Oleh :

Tani Astuti

ABSTRAK

“ FAKTOR - FAKOTOR RISIKO KEJADIAN BBLR DI RUMAH SAKIT TAHUN 2010”

BBLR merupakan masalah kesehatan yang sering dialami pada sebahagian besar
masyarakat yang ditandai dengan berat lahir yang kurang dari 2500 gram. Kejadian BBLR pada dasarnya
berhubungan dengan kurangnya pemenuhan nutrisi pada masa kehamilan ibu dan hal ini berhubungan
dengan banyak faktor dan lebih utama pada masalah perekonomian keluarga sehingga pemenuhan
kebutuhan konsumsi makanan pun kurang. Namun kejadian BBLR juga dapat terjadi tidak hanya karena
aspek perekonomian, dimana kejadian BBLR dapat saja terjadi pada mereka dengan status
perekonomian yang cukup. Dan hal ini terkait adanya pengaruh dari berbagai faktor yang pada penelitian
ini mencakup paritas, jarak kelahiran, kadar haemoglobin dan pemanfaatan pelayanan antenatal.

Jenis penelitian yang diguanakan adalah observasional dengan rancangan Case Control
Study yang bertujuan untuk menganalisis besar risiko paritas, jarak kelahiran, kadar haemoglobin dan
pemanfaatan pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR dengan mengambil subjek penelitian pada
data rekam medis Rumah Sakit Umum Al Fatah Ambon periode Januari – Desember 2006.

Sampel penelitian dibedakan atas kasus (kelahiran bayi dengan BBLR) dan kontrol
(kelahiran bayi tidak dengan BBLR) sebanyak 138 dengan perbandingan sampel 1 : 2 antara kasus dan
kontrol. Pengumpulan data dengan melaksanakan penelusuran status rekam medis pada instalasi
kebidanan. Pengolahan data secara komputerisasi dengan analisis data berdasarkan uji statistik Odds
Ratio. Penyajian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi analisi univariat dan tabel silang analisis
bivariat.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap
kejadian BBLR sehingga ibu dengan paritas lebih dari 3 anak berrisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi
dengan BBLR, Jarak kelahiran merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga
ibu dengan jarak antara kelahiran <>

Saran yang diajukan pada penelitian ini adalah Perlunya peningkatan pembinaan kepada
masyarakat tentang norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera sehingga dapat meningkatkan taraf
kesejahteraan keluarga yang tidak hanya melibatkan ibu namun dengan adanya dukungan dari suami
sehingga perwujudan masyarakat sehat dapat dicapai secara optimal, pemberian informasi secara aktual
kepada ibu dan suami untuk mengatur jarak kelahiran dalam rangka mencegah timbulnya berbagai
dampak kesehatan pada masa kehamilan dan persalinan, peningkatan kesadaran dari ibu tentang
pentingnya pelaksanaan pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pada masa kehamilan yang
dilakukan secara lengkap melalui pemberian informasi akan pentingnya pemeriksaan kehamilan dalam
rangka kontrol kesehatan ibu dan bayi pada masa kehamilan dan peningkatan pengetahuan tentang
pentingnya hidup sehat pada ibu khususnya pada masa kehamilan dengan penerapan pola makan
teratur dan seimbang sehingga dapat memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi yang dikandungnya yang
juga merupakan unsur pendukung pencapaian status kesehatan yang optimal baik ibu maupun bayi yang
dikandungnya.

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Bayi lahir dengan berat lahir renndah (BBLR) merupakan salah satu faktor resiko yanng
mempunyai kontribusi terhadap kematian bayi khususnya pada masa perinatal. Selain itu bayi berat
lahir rendah dapat mengalami gangguan mental dan fisik pada usia tumbuh kembang selanjutnya
sehingga membutuhkan biaya perawatan yang tinggi (Anonim, 2006).

Bayi berat lahir rendah (BBLR) adalah salah satu hasil dari ibu hamil yang menderita energi
kronis dan akan mempunyai status gizi buruk. BBLR berkaitan dengan tingginya angka kematian
bayi dan balita, juga dapat berdampak serius pada kualitas generasi mendatang, yaitu akan
memperlambat pertumbuhan dan perkembangan anak, serta berpengaruh pada penurunan
kecerdasan (Depkes RI, 2005).

Menurut perkiraan WHO, pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta kematian
neonatal di negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua per tiga kematian
adalah BBLR yaitu berat badan lahir kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25
juta persalinan per tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di
Negara berkembang (Hadi, 2001).

Data epidemiologi di Inggris dan berbagai Negara maju lainnya memperlihatkan, setelah
menjadi dewasa bayi dengan berat ringan untuk masa kehamilannya akan lebih mudah terkena
penyakit kronis seperti Diabetes Mellitus (DM) tipe 2 maupun penyakit kordiovaskuler (PKV)
(Sayogo, 2003).

Berdasarkan hasil pengumpulan data indikator kesehatan propinsi yang berasal dari fasilitas
pelayanan kesehatan, proporsi BBLR pada tahun 2000 berkisar antara 0,91% (Gorontalo) dan
18,89% (Jawa Tengah), sedangkan pada tahun 2001 berkisar antara 0,54% (NAD) dan 6,90%
(Sumatra Utara). Angka tersebut belum mencerminkan kondisi sebenarnya yang ada di masyarakat
karena belum semua berat badan bayi yang dilahirkan dapat dipantau oleh petugas kesehatan,
khususnya yang ditolong oleh dukun atau tenaga non kesehatan lainnya (Profil Kesehatan RI, 2004).

Secara umum Indonesia belum mempunyai angka untuk bayi berat lahir rendah (BBLR)
yang diperoleh berdasarkan survai nasional. Proporsi BBLR ditentukan berdasarkan estimasi yang
sifatnya sangat kasar, yaitu berkisar antara 7 – 14% selama periode 1999 – 2000. Jika proporsi ibu
hamil adalah 2,5% dari total penduduk maka setiap tahun diperkirakan 355.000 – 710.000 dari 5 juta
bayi lahir dengan kondisi BBLR (Depkes RI, 2001).

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah angka
kematian bayi (AKB). Angka kematian bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi. Angka
kematian bayi di Indoesia tercatat 51,0 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2003, ini memang
bukan gambaran yang indah karena masih terbilang tinggi bila di bandingkan dengan Negara –
negara di bagian ASEAN. pennyebab kematian bayi terbanyak adalah karena gangguan perinatal.
Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 – 27% disebabkan karena kelahiran bayi berat lahir rendah
(BBLR). Sementara itu prevalensi BBLR pada saat ini diperkirakan 7 – 14% yaitu sekitar 459.200 –
900.000 bayi (Depkes RI, 2005).
Proporsi BBLR dapat diketahui berdasarkan estimasi dari Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI). Pada tahun 1992 – 1997 yaitu secara nasional proporsi bayi dengan berat badan
lahir rendah yaitu 7,7% untuk perkotaan 6,6%, dan untuk pedesaan 8,4. Dan pada tahun 2002 –
2003 angka proporsi BBLR tidak mengalami penurunan yaitu sekitar 7,6% (Profil Kesehatan Propinsi
Sulsel, 2005).

Hasil penelitian Rumah Sakit maupun Puskesmas menyatakan bahwa pada tahun 1999
tercatat kejadian BBLR sebesar 3,27% dari 25.422 bayi lahir hidup. Data di wilayah Puskesmas
pada tahun 2000 menggambarkan bahwa bayi lahir hidup <2500>

BBLR bervariasi menurut propinsi dengan rentang 2,0% - 15,1% terendah di propinsi
Sumatra Utara dan tertinggi di Sulawesi Selatan, tercatat bahwa jumlah bayi dengan BBLR
sebanyak 1.554 (1,2% dari total bayi lahir) dan yang tertangani sebanyak 1.178 orang (75,8%),
dengan kasus tertinggi terjadi di Kota Makassar yaitu 355 kasus (2,63%) dari 13.486 bayi lahir hidup
dan yang terendah di Kabupaten Pangkep hanya 3 kasus (Profil Kesehatan Propinsi Sulsel,2005).

Rumah Sakit Al-Fatah adalah salah satu UPT Dinas Kesehatan Propinsi Maluku yang
keberadaannya dilandasi dengan keputusan Gubernur Maluku No.5 tahun 1999. Adapun alasan
memilih RS Al-Fatah karena Rumah Sakit tersebut melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak,
merupakan salah satu Rumah Sakit rujukan untuk kasus – kasus obstetric dan angka kejadian BBLR
dalam beberapa tahun ini masih tinggi. Berdasarkan laporan tahunan kegiatan pelayanan RS Al-
Fatah, angka prevalensi dari tahun 2004 – 2006 cukup tinggi yaitu 9,05% pada tahun 2004,
meningkat pada tahun 2005 sebesar 7,79% dan pada tahun 2006 prevalensi BBLR adalah 7,15%.
Dari data tersebut terlihat bahwa selama kurun waktu tiga tahun memperlihatkan adanya masalah
BBLR di Rumah Sakit Al-Fatah.

Berdasarkan data yang didapatkan di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon yakni pada tahun 2003
ada 64 (10,30%) kasus BBLR dari 621 bayi lahir hidup, tahun 2004 ada 51 (9,05%) kasus BBLR dari
563 bayi lahir hidup, dan pada tahun 2005 ada 65 (7,79%) dari 834 bayi lahir hidup yang menderita
BBLR. Sedangkan pada tahun 2006 ada 46 (7,15%) kasus BBLRdari 643 bayi lahir hidup.

Melihat masih tingginya kejadian bayi berat lahir rendah di Maluku termasuk kota Ambon
Khususnya di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon, maka peneliti tertarik untuk melihat faktor-faktor yang
berhubungan dengan kejadian BBLR di Rumah Sakit al-Fatah Ambon untuk periode januari –
desember tahun 2006.

2. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas maka dapat diberikan rumusan
masalahnya sebagai berikut :

1. Apakah umur ibu menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS
2. Apakah paritas ibu menjadi faktor risko kejadian bayi berat lahir rendah di RS
3. Apakah kadar Hb menjadi faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah di RS

3. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di RS
Tujuan khusus

1. Untuk mengetahui umur ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah
2. Untuk mengetahui paritas ibu sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah
3. Untuk mengetahui kadar Hb sebagai faktor risiko kejadian bayi berat lahir rendah

4. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pengetahuan yang dapat
menambah wawasan khususnya mengenai faktor penyebab kejadian bayi beral lahir rendah
(BBLR).

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi segenap penentu kebijakan
dan instansi terkait untuk memprioritaskan program kesehatan dalam upaya menurunkan angka
kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR).

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan umum tentang bayi berat lahir rendah

1. Pengertian bayi dengan berat badan lahir rendah


2. Karakteristik bayi berat lahir rendah
3. Upaya mencegah terjadinya persalinan prematuritas atau bayi dengan berat badan lahir
rendah.

2. Tinjauan umum tentang umur ibu


3. Tinjauan umum tentang paritas ibu
4. Tinjauan Umum Tentang Kadar HB Ibu

KERANGKA KONGSEP

1. Dasar Pemikiran Variabel yang diteliti

1. Umur ibu

Umur ibu merupakan salah satu faktor yang menyebabkan kejadian bayi dengan berat lahir
rendah, dimana angka kejadian tertinggi BBLR adalah pada usia dibawah 20 tahun dan pada
multigravida yang jarak antara kelahirannya terlalu dekat. Kejadian terendah adalah pada usia
ibu antara 26 - 30 tahun (Hasan dkk, 2000).
2. Paritas ibu
3. Kadar HB

2. Pola Variabel Yang Diteliti


3. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Berat badan lahir


2. Umur ibu
3. Paritas ibu
4. Kadar Hb Ibu

METODE PENELITIAN

A. Jenis penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional denga pendekatan case control study, dengan maksud
untuk melihat apakah umur ibu, paritas dan kadar HB merupakan faktor resiko kejadian bayi berat lahir rendah.

B. Lokasi penelitian

Adapun lokasi penelitian adalah Rumah Sakit

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Semua bayi yang dilahirkan hidup yang yang tercatat dalam rekam medik antara bulan januari
sampai desember tahun 2006 dengan jumlah 643 bayi di Rumah Sakit Al-Fatah Kota Ambon.

2. Sampel

a. Kasus : Semua bayi yang lahir dengan berat badan rendah di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon
periode januari sampai desember tahun 2006.

b. Kontrol : Semua bayi yang lahir hidup di Rumah Sakit Al-Fatah Ambon periode januari sampai
desember tahun 2006.

3. Besarnya sampel

Jumlah sample pada kelompok kasus sebanyak 46 orang yang terkena BBLR di Rumah Sakit Al-Fatah
Ambon. Dan jumlah sample pada kelompok control sebanyak 92 orang yang tidak terkena BBLR,
sehingga perbandingan antara kelompok kasus dan kelompok control yaitu 1 : 2 jadi total sample
adalah sebanyak 138 orang.

4. Cara Pengambilan Sampel

Cara pengambilan sample dlakukan secara purposive sampling. Dengan criteria sample yang memiliki data yang lengkap,
yang sesuai dengan variabel penelitian. Yang meliputi umur ibu, jarak kehamilan, paritas, kadar HB dan
pemeriksaan kehamilan/ANC. Dengan cara mula-mula diambil sampel kasus, kemudian dipilih seperti kriteria
seperti variable yang diteliti. Setelah itu di ambil sample control yang juga mempunyai kriteria yang sama.
D. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data yang diolah dari rekam medik di Rumah
Sakit Al-Fatah Ambon, propinsi maluku tahun 2006.

E. Pengolahan dan Penyajian Data

Data diolah dengan menggunakan bantuan elektronik berupa computer dengan metode
sebagai berikut : membuat variable, input data, pengolahan data, dan disajikan dalam bentuk tabel
dan penjelasan.

F. Analisis Data

Untuk menguji hipotesis nol (Ho) dengan analisis bivariat (oods Ratio) dengan menggunakan
tabel 2 X 2

Interpretasi nilai OR dengan menggunakan interval kepercayaan 95% yakni :

OR <>

OR = 1, bukan factor risiko

OR > 1, berarti variable tersebut adalah factor risiko

Hubungan dikatakan bermakna apabila nilai lower limit dan upper limit tidak mencakup nilai
1.

Lower limit = OR x e ˉ

Upper limit = OR x eˉ

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Analisis Faktor Risiko Paritas Terhadap Kejadian BBLR

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu yang melaksanakan persalinan
dengan paritas rendah minimal 3 anak (79,7%) yang menunjukkan bahwa ibu telah menerapkan
normal keluarga kecil bahagia dan sejahtera sebagai salah satu bentuk program pembangunan
kesehatan dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat.

Paritas yang tinggi akan berdampak pada timbulnya berbagai masalah kesehatan baik bagi
ibu maupun bayi yang dilahirkan. Salah satu dampak kesehatan yang mungkin timbul dari paritas
yang tinggi adalah berhubungan dengan kejadian BBLR.

Sebagaimana hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan paritas tinggi yang
merupakan kelompok berisiko tinggi secara merata terdistribusi pada kelompok kasus dan kontrol
(50%) yang memberi interpretasi bahwa paritas yang tinggi tidak mempengaruhi kesehatan ibu
sehingga melahirkan bayi dengan berat lahir yang cenderung normal.
Pengaruh paritas terhadap kejadian BBLR berdasarkan hasil uji statistik menunjukkan
bahwa paritas merupakan faktor risiko penyebab kejadian BBLR pada bayi. Hal ini ditunjukkan
dengan hasil pengujian statistik yang diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,438 sehingga dapat
dikatakan bahwa paritas merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu dengan paritas
> 3 anak berisiko 2 kali terhadap melahirkan bayi dengan BBLR.

2. Analisis Faktor Risiko Jarak Kelahiran Terhadap Kejadian BBLR

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebahagian besar ibu telah memiliki jarak antara
kelahiran pada kategori renggang dan merupakan kelompok dengan risiko rendah (61,6%). Jarak
kelahiran renggang pada penelitian ini jika rentang waktu antara satu kelahiran dengan kelahiran
berikutnya minimal 2 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan jarak kelahiran yang rapat lebih banyak
dengan kelahiran bayi dengan berat lahir yang tidak tergolong BBLR (54,7%) namun jika ditinjau dari
angka pencapai tersebut masih relatif rendah yang memberi indikasi bahwa kejadian BBLR sendiri
masih cenderung tinggi yang disebabkan karena jarak kelahiran yang terlalu dekat.

Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,370 sehingga dapat dikatakan bahwa
jarak kelahiran merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki jarak
kelahiran <>

3. Analisis Faktor Risiko Kadar Haemoglobin Terhadap Kejadian BBLR

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang memiliki kadar
haemoglobin yang berisiko (55,1%) dengan kadar haemoglobin dalam darah kurang 11 g/dl.. Kadar
Hb yang normal pada penelitian ini adalah jika hasil pemeriksaan laboratorium darah ibu
menunjukkan kadar ≥ 11 g/dl pada manusia normal.

Dampak kesehatan yang dapat dijadikan dasar dari pengaruh kejadian anemia pada ibu
hamil salah satunya adalah kejadian berat bayi lahir rendah (BBLR). Hasil penelitian menunjukkan
bahwa responden dengan kadar Hb kurang (mengalami anemia) lebih banyak yang melahirkan bayi
tidak dengan BBLR (59,2%) yang memberi interpretasi bahwa kadar Hb tidak memberi pengaruh
terhadap kejadian BBLR.

Namun jika dengan meninjau ibu dengan kadar haemoglobin yang tidak berisiko dengan
kadar Hb 11 g/dl keatas lebih banyak tidak mengalami kelahiran bayi dengan BBLR dan
menunjukkan peningkatan yang berarti (70,9%). Hal ini memberi indikasi bahwa semakin baiknya
kadar Hb dalam darah merupakan wujud nyata terhadap status kesehatan ibu yang optimal dan
sekaligus sebagai unsur penunjang dalam pelaksanaan proses persalinan.

Hasil uji statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 2,159 sehingga dapat dikatakan bahwa
kadar haemoglobin merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR dimana ibu yang memiliki kadar
haemoglobin <>

4. Analisis Faktor Risiko Pemanfaatan Antenatal Care (ANC) Terhadap Kejadian


BBLR

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lebih banyak dari ibu yang kurang memanfaatkan
pemeriksaan pada masa kehamilan dan merupakan kelompok berisiko (51,4%). Pemeriksaan
kehamilan yang lengkap dimaksudkan dalam penelitian ini adalah jika ibu telah melaksanakan
pemeriksaan antenatal secara lengkap dan teratur mulai dari pemeriksaan kala 1 (KI) sampai kala 4
(Kala IV). Jadi frekuensi kunjungan ibu ke pelayanan kesehatan pada masa kehamilan harus
dilaksanaka minimal 4 kali.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu dengan banyaknya pemeriksaan kehamilan yang
kurang lengkap yang merupakan kelompok berisiko lebih banyak yang melahirkan bayi tidak dengan
BBLR (50,7%) yang memberi indikasi bahwa pelayanan antenatal tidak memberi pengaruh terhadap
status kesehatan bayi. Hal ini memberi gambaran akan adanya pengaruh dari faktor lain yang dapat
berhubungan dengan penciptaan status gizi ibu yang optimal sehingga juga akan mendukung status
kesehatan dan status gizi bayi yang dikandung dan lahir dengan tidak BBLR.

Selanjutnya berdasarkan hasil pengujian statistik diperoleh nilai Odds Ratio (OR) = 4,949
sehingga dapat dikatakan bahwa pemeriksaan kehamilan secara lengkap sebagai wujud
pemanfaatan pelayanan antenatal care (ANC) merupakan faktor risiko terhadap kejadian BBLR
dimana ibu yang tidak melaksanakan pemeriksaan kehamilan secara lengkap berisiko 5 kali untuk
melahirkan bayi dengan BBLR.

Sedangkan dengan meninjau nilai Confidence Interval (CI) yang tidak mencakup nilai 1
(2,232 – 10,976) maka risiko yang ditimbulkan dikatakan bermakna, Ho ditolak. Sehingga dapat
diinterpretasikan bahwa ibu yang kurang memanfaatkan pemeriksaan kehamilan dengan frekuensi
kunjungan ke pelayanan ANC yang tidak secara lengkap memiliki hubungan yang bermakna
terhadap kejadian BBLR pada bayi dan memiliki peluang untuk melahirkan bayi dengan berat lahir
rendah <>

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan
1. Paritas merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR sehingga ibu
dengan paritas lebih dari 3 anak berrisiko 2,4 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
2. Jarak kelahiran merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR
sehingga ibu dengan jarak antara kelahiran <>
3. Kadar Haemoglobin merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian BBLR
sehingga ibu dengan kadar haemoglobin dalam darah yang kurang dari 11 g/dl berrisiko
2,2 kali untuk melahirkan bayi dengan BBLR
4. Pemanfaatan pelayanan ANC merupakan faktor risiko yang signifikan terhadap kejadian
BBLR sehingga ibu yang kurang memanfaatkan pelayanan ANC dengan frekuensi
kunjungan pemeriksaan kehamilan yang tidak lengkap minimal 4 kali berrisiko 5 kali
untuk melahirkan bayi dengan BBLR

2. Saran
1. Perlunya peningkatan pembinaan kepada masyarakat tentang norma keluarga kecil
bahagia dan sejahtera sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan keluarga yang
tidak hanya melibatkan ibu namun dengan adanya dukungan dari suami sehingga
perwujudan masyarakat sehat dapat dicapai secara optimal.
2. Perlunya pemberian informasi secara aktual kepada ibu dan suami untuk mengatur jarak
kelahiran dalam rangka mencegah timbulnya berbagai dampak kesehatan pada masa
kehamilan dan persalinan.
3. Perlunya pula peningkatan kesadaran dari ibu tentang pentingnya pelaksanaan
pemeriksaan kesehatan khususnya pemeriksaan pada masa kehamilan yang dilakukan
secara lengkap melalui pemberian informasi akan pentingnya pemeriksaan kehamilan
dalam rangka kontrol kesehatan ibu dan bayi pada masa kehamilan
4. Adanya pengetahuan tentang pentingnya hidup sehat pada ibu khususnya pada masa
kehamilan dengan penerapan pola makan teratur dan seimbang sehingga dapat
memenuhi kebutuhan nutrisi ibu dan bayi yang dikandungnya yang juga merupakan
unsur pendukung pencapaian status kesehatan yang optimal baik ibu maupun bayi yang
dikandungnya.

Dokument lengkap dapat menghubungi

Rhano

Email : joeh_com@yahoo.com

Phone : 085242854524
Diposkan oleh Joeharno Blog di 08.47

0 komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini

Buat sebuah Link

Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda


Langgan: Poskan Kom

KADEMI KEBIDANAN BUDI MULIA PALEMBANG


Karya Tulis Ilmiah, Juni 2010
APRIYANTI
Hubungan Antara Pendidikan dan Paritas Ibu Bersalin dengan Kejadian Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009

Xvi + 42 Halaman + 5 Tabel + 8 Lampiran


ABSTRAK

Menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 1995 hampir semua (98%) dari 5 juta
kematian neonatal do Negara berkembang atau berpenghasilan rendah. Lebih dari dua pertiga kematian adalah
BBLR yaitu berat lahir kurang dari 2500 gram. Secara global diperkirakan terdapat 25 juta persalinan per
tahun dimana 17% diantaranya adalah BBLR dan hampir semua terjadi di Negara berkembang. Tujuan
penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara pendidikan dan paritas ibu bersalin dengan kejadian BBLR di
Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Mohammad Hoesin Palembang Tahun 2009. Diharapkan dari analisis faktor-
faktor tersebut dapat dijadikan masukan bagi institusi pelayanan kesehatan dalam meningkatkan mutu
pelayanan. Penelitian ini merupakann penelitian menggunakan cross sectional yang dikumpulkan dalam waktu
bersamaan dengan menggunakan check list. Uji statistik yang dipakai adalah uji chi-square. Sampel yang
diambil menggunakan teknik random sampling dari populasi yang berjumlah 3.139 ibu yang melahirkan.
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui variabel independen pendidikan dan paritas dan variabel dependen
(BBLR). Data dianalisa dengan analisa univariat yaitu distribusi frekuensi variabel independen dan dependen
serta analisa bivariat menggunakan uji statistik chi square dengan tingkat kemaknaan 0,05. Hasil penelitian ini
menunjukkan 355 responden didapatkan responden ibu yang BBLR sebesar 100 (28,2%) responden dan ibu
yang melahirkan tidak BBLR sebesar 225 (71,8%) responden sedangkan berdasarkan pendidikan ibu yang
pendidikan tinggi sebesar 180 (50,7%) dan pendidikan rendah sebesar 175 (49,3%). Sehingga paritas tinggi
sebesar 35,8% dan paritas rendah sebesar 228 (64,2%). Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang
bermakna pendidikan ibu dengan kejadian BBLR dimana nilai p

value 0,002 lebih kecil α = 0,05 dan adanya hubungan yang bermakna antara
paritas ibu terhadap kejadian BBLR dimana nilai p value = 0,008 lebih kecil dari
α = 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa responden yang melahirkan BBLR

dari responden yang cara penanggananya lebih baik. Bagi petugas kesehatan agar selalu memberikan
penyuluhan mengenai kejadian berat badan lahir rendah, sehingga dapat menggurangi angka kejadian BBLR.

Kata Kunci
: Berat Badan Lahir Rendah
Daftar Pustaka : 11 ( 2005 2009)

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) didefinisikan oleh WHO sebagai bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2500 gr .Definisi ini berdasarkan pada hasil observasi epidemiologi yang membuktikan

bahwa bayi lahir dengan berat kurang dari 2500 gram mempunyai kontribusi terhadap kesehatan yang

buruk.Menurunkan insiden

BBLR hingga sepertiganya

menjadi salah satu tujuan utama “ A World Fit For Children” hingga tahun 2010 sesuai deklarasi dan rencana

kerja United Nations

General Assembly Special Session on Children in 2002. Lebih dari 20 juta


bayi diseluruh dunia (15,5%) dari seluruh kelahiran, merupakan BBLR di
Asia adalah 22% (Rahayu,2009).

Salah satu indikator untuk mengetahui derajat kesehatan masyarakat adalah Angka Kematian Bayi

(AKB). Angka Kematian Bayi di Indonesia saat ini masih tergolong tinggi, yaitu tercatat 50 per 1000 kelahiran

hidup pada tahun 2003, ini memang bukan gambaran yang indah, karena masih terbilang tinggi bila di

bandingkan dengan negara– negara di bagian ASEAN, dan penyebab kematian bayi terbanyak adalah karena

gangguan perinatal. Dari seluruh kematian perinatal sekitar 2 -27% disebabkan karena BBLR. Sementara itu,

prevelensi BBLR di Indonesia saat ini di perkirakan 7

– 14% yaitu sekitar 459.200-900.000 bayi (Depkes RI, 2005).


World Health Organization (WHO) 1979, telah membagi umur

kehamilan menjadi tiga kelompok yaitu : 1) Pre-term yaitu kurang dari 37 minggu (259 hari), 2)Term, yaitu

mulai 37 minggu sampai 42 minggu atau unur antara 259-293 hari, 3) Post-term, yaitu lebih dari 42 minggu

(294 hari) (Manuaba,2007).


Begitu juga menurut perkiraan World Health Organization (WHO) pada tahun 1961 telah mengganti

istilah Premature baby dengan low birth weight baby (bayi dengan berat badan lahir rendah = BBLR). Hal ini

dilakukan karena tidak semua bayi berat kurang dari 2500 gram pada waktu lahir bayi premature. Keadaan ini

dapat di sebabkan oleh : 1) masa kehamilan kurang dari 37 minggu dengan berat yang sesuai (masa kehamilan

dihitung mulai dari hari pertama haid yang teratur ; 2) bayi small for gestational age (SGA) : bayi yang kurang

dari berat badan yang semestinya menurut masa kehamilannya (kecil untuk masa kehamilan = KMK); 3)

kedua-duanya (pernyataan 1 dan 2) (Sarwono,2006).

Bila diperhatikan di Indonesia, berdasarkan Survei Demografi dan kesehatan Indonesia (SDKI) 2002-

2003, angka kematian neonatal sebesar 20 per 1000 kelahiran hidup dalam 1 tahun, ada satu neonatus

meninggal. Penyebab utama kematian neonatal adalah BBLR sebanyak 29%. Insiden BBLR di Rumah Sakit di

Indonesia berkisar 20% (Eka ,2009).

You might also like