You are on page 1of 8

dispersi cahaya

Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromarik (putih) menjadi cahaya-


cahaya monokromatik (me, ji, ku, hi, bi, ni, u) pada prisma.
Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna cahaya. Cahaya
berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi
terbesar.

Sudut dispersi

 = u - m
 = (nu - nm)

m = sudut deviasi merah


u = sudut deviasi ungu
nu = indeks bias untuk warna ungu
nm = indeks bias untuk warna merah

Catatan :

Untuk menghilangkan dispersi antara sinar ungu dan sinar merah kita gunakan susunan
Prisma Akhromatik.

tot = kerona - flinta = 0


Untuk menghilangkan deviasi suatu warna, misalnya hijau, kita gunakan susunan prisma
pandang lurus.

Dtot = Dkerona - Dflinta = 0

Dispersi Cahaya Tentukan Tingkat Pencemaran


Salah satu sifat cahaya adalah mengalami dispersi atau pembiasan jika melalui dua media yang berbeda,
baik dari medium renggang ke medium rapat atau sebaliknya. Jika cahaya medium renggang ke medium
rapat maka cahaya akan dibiaskan mendekati garis normal dan sebaliknya.

Disperse cahaya dapat dimanfaatkan untuk menentukan tingkat pencemaran deterjen pada air.
Contohnya pada percobaan sbb:

digunakan sejumlah peralatan. Kubus transparan plastik, misalnya, digunakan sebagai tempat
penampungan air atau sistem koloid yang diteliti. Ada pula senter diode dengan spesifikasi panjang
gelombang 630 - 680 nm dan daya output <>

cara: Pertama, menyenteri kubus kosong dengan senter laser untuk dijadikan pembanding selisih sudut
keluar dengan sudut masuk. Dalam hal ini, sudut masuk dan sudut keluar diberi tanda silang (x1) sebagai
tanda untuk sudut masuk dan x2 sebagai tanda untuk sudut keluar pada sisi kubus tersebut dengan
mengabaikan indeks bias kubus. Itu karena sudut masuk mengalami dua kali pembiasan, yaitu pada sisi
pertama dan sisi kedua.

Kedua, kubus diisi air aquades. Ketiga, menyenteri dengan menggunakan senter laser pada tanda silang
x1 yang telah dibuat dengan mengatur sudut masuk yaitu 30 derajat terhadap garis normal. Pengambilan
hanya satu sudut agar memudahkan dalam melakukan pengamatan. Keempat, mencatat selisih jarak
antara tanda silang pada kegiatan pertama dengan kegiatan ketiga yang akan dijadikan pembanding
dalam melakukan kegiatan selanjutnya.

Kelima, mencampurkan air tadi dengan deterjen. Berat deterjen diubah-ubah untuk mendapatkan
perbandingan persen berat yang berbeda-beda sehingga mendapatkan presentase 0,1 persen - 0,6
persen. Kadar deterjen diambil dikarenakan terbatasnya alat yang digunakan. Selain itu, kadar 0,1 persen
sudah mencemari air. Ada pun cara mencari presentase deterjen, yaitu dengan membandingkan berat
deterjen dengan berat sistem koloid keseluruhan dikali 100 persen. Langkah berikut, pengulangan
kegiatan ketiga dan keempat, lalu dilakukan pencatatan.

Pencatatan hasil eksperimen dilakukan dengan menggunakan salah satu rumus dispersi cahaya:

t = d.sin (I-r):Cos r
t = selisih jarak antar asudut masuk (x1) dengan sudut keluar (x2)
d = jarak antara sisi pertama kubus dengan sisi kedua lkubus (14,6 cm)
i = sudut masuk (30 deajat)
r = sudut keluar.

Dari hasi eksperimen tersebut terlihat bahwa tiap-tiap detergen yang memiliki presentase berbeda akan
menunjukkan perpindahan yang berbeda pula. Sebagai contoh, untuk detergen yang persentasenya 0,1
persen memiliki silisih perpindahan sudut 0,39 derajat, sedangkan untuk detergen dengan persentase 0,2
persen memiliki selisih perpindahan sudut 0,77 derajat.

Air akan semakin tercemar bila fase terdispersi dalam air semakin besar dan ini menyebabkan sudut
keluaran (r) makin kecil. Ini dikarenakan oleh sifat cahaya, yaitu apabila melewati medium dari yang
renggang ke medium yang agak rapat maka sudut keluarannya akan mendekati garis normal.

Dari serangkaian penelitian ini, disimpulkan bahwa terdapat penyimpangan dispersi cahaya pada sistem
koloid apabila fase terdispersi ditingkatkan. Yaitu, makin besar persentase terdispersi dalam air, maka
sudut keluarnya makin kecil dan makin kecil persentase fase terdispersi dalam air, maka sudut keluarnya
makin besar.

Makin besar persentase fase terdispersi dalam air, maka perpindahan sudutnya makin besar dan makin
kecil persentase fase terdispersi dalam air, maka makin kecil perpindahan sudutnya dibandingkan
dengan sudut perpindahan sudut air bersih. Makin besar persentase fase terdispersi dalam air maka
makin besar tingkat pencemarannya.

Jika suatu gelombang datang, alih-alih terdiri dari frekuensi tunggal (atau monokromatik),
terdiri dari beberapa frekuensi atau panjang gelombang yang bersuperposisi, maka tiap
komponen panjang gelombang akan dibiaskan dengan sudut yang berbeda, suatu gejala yang
disebut dengan dispersi. Jika cahaya putih yang dilewatkan dalam celah sempit melewati
sebuah prisma, maka sinar-sinar yang ke luar didispersikan menjadi
7 (Tujuh) warna yaitu Red, Orange, Yellow, Green, Blue, Indigo dan violet dengan panjang gelombang
400 -700 nm.

Prinsip Dispersi Cahaya Dg Prisma Spektrum Warna hasil Dispersi


Dispersi cahaya dengan menggunakan prisma sekarang ini telah digunakan dalam teknologi
spectroscopy bidang kimia analisis (Spektrofotometer). Dalam percobaan, pengaturan sudut
prisma terhadap arah datangnya cahaya sangat perpengaruh terhadap dispersi yang
dihasilkan.
Video Spektroskopi
Pada analisis spektrokimia, spektrum radiasi elektromagnetik digunakan untuk menganalisis
senyawa kimia dan menelaah interaksinya dengan radiasi elektromagnetik. Suatu foton memiliki energi
tertentu dan dapat menyebabkan transisi tingkat energi suatu atom atau molekul. Karena tiap spesies
kimia mempunyai tingkat-tingkat energi yang berbeda, maka transisi perubahan energinya juga berbeda.
Berarti suatu spektrum yang diperoleh dengan menempatkan beberapa fungsi frekuensi terhadap
frekuensi radiasi elektromagnetik adalah khas untuk unsur kimia tertentu dan berguna untuk identifikasi
[1]. Dalam dunia kedokteran metode spektroskopi telah digunakan, diantaranya untuk mengetahui unsur
yang terkandung dalam suatu cairan dengan menggunakan alat spektrofotometer. Prinsip dari
spektrofotometer adalah melewatkan cahaya dalam suatu larutan. Di awal penemuan spektrofotometer
untuk melewatkan satu panjang gelombang dari cahaya digunakan grating, filter optik dan prisma.
Kemudian akan diukur intensitas cahaya yang melewati larutan tersebut dengan menggunakan satu buah
fotodioda. Spektrum warna hasil dari dispersi cahaya akan dideteksi oleh deret fotodioda, hal ini
mempunyai tingkat kesulitan yang tinggi dikarenakan jarak spektrum warna dan jarak antar fotodioda
tidak sama. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, sebagai suatu inovasi maka akan di buat
video spektroskopi, spektrum warna hasil dispersi cahaya akan ditangkap oleh kamera. Citra dari
spektrum warna ini akan dirubah dalam profil garis.

Jika suatu gelombang monokromatik datang, terdiri dari beberapa frekuensi atau panjang gelombang yang
bersuperposisi, maka tiap komponen panjang gelombang akan dibiaskan dengan sudut yang berbeda,
suatu gejala yang disebut dengan dispersi.Karena itu cahaya putih terurai menjadi warna-warna bila
dibiaskan dari udara ke bahan lain seperti air atau kaca [2]. Susunan ideal untuk mengamati spektrum
atomik seperti pada gambar 1. Pada model warna RGB (gambar 2) , kedekatan dua buah warna dapat
dianggap sama seperti jarak dua buah titik P 1 dan P2 pada ruang dalam kubus. Jarak antara perbedaan
tersebut dinyatakan dengan

d12 = √(R1-R2)2+(G1-G2)2+(B1-B2)2

Gambar 2. Kubus warna RGB dengan skala yang dinormalkan

Pada gambar 2 terlihat bahwa warna hitam diwakili oleh koordinat ruang (0,0,0) yang berarti intensitas
semua warna pokok adalah nol persen dan warna putih oleh koordinat (1,1,1) yang berarti semua warna
pokok berintensitas 100% karena nilai satu adalah maksimum untuk skala yang dinormalkan pada kubus
tersebut. Bila semua warna pokok mempunyai intensitas yang sama dan berbeda diantara 0 dan 1,

maka yang tampak adalah warna abu-abu. Jadi citra abu-abu dengan mudah dapat dihasilkan dari citra
warna RGB dengan mengambil nilai rata-rata dari ketiga komponen warna pokok merah, hijau dan biru.
Tetapi karena ketiga warna pokok tadi dianggap tidak seragam dalam hal kemampuan kontribusi pada
kecerahan, ada yang berpendapat bahwa secara konversi yang lebih tepat adalah menggunakan persamaan
berikut :

Y = 0.299 R + 0.587 G + 0.114 B (2)

Dengan Y adalah nilai kecerahan pada citra abu - abu [3].

Dalam perancangan sistem ini meliputi tahapan diagram blok perancangan sistem, perancangan
perangkat lunak, uji coba dengan sampel, pengambilan data dan analisa data. Perancangan sistem video
spektroskopi terlihat pada gambar 4 .Sinar polikromatis datang melalui lensa dan melewati tabung reaksi.
(kuvet) yang berisi sampel cairan. Sinar ini mengalami perubahan intensitas cahaya dari sumber asalnya.
Cahaya ini akan diuraikan oleh prisma sehingga terbentuk spektrum warna. Spektrum warna ini akan
diteruskan ke layar yang akan ditangkap oleh kamera dan dikirimkan ke komputer. Dari citra yang
ditangkap kemudian dikonversi ke dalam profil garis dengan cara mengambil nilai RGB dari gambar
spektrum warna kemudian dikonvesikan ke dalam nilai kecerahan citra abu-abu dengan menggunakan
persamaan Y = 0.299 R + 0.587 G + 0.114 B sehingga di dapat profil garis dari spektrum warna.

Spektrum warna yang dihasilkan oleh dispersi prisma untuk beberapa sampel dapat dilihat pada
gambar 5. Pada percobaan ini dilakukan juga pengambilan data dengan menggunakan webcam, akan
tetapi terdapat kesulitan, karena webcam tidak dapat menerima cahaya yang berlebih, sehingga
pengambilan data dilakukan pada jarak yang relatif jauh dibandingkan dengan handycam., sehingga
gambar yang ditangkap tidak baik.

Dari gambar spektrum warna ini kemudian akan dicari profile garisnya, gambar profil garis untuk
masing-masing sampel dapat dilihat pada gambar 6.
Dispersi cahaya adalah penguraian warna-warna cahaya.

Suatu berkas sinar putih bila melalui prisma akan terurai


menjadi warna merah, jingga, kuning, hijau, biru dan
ungu (perhatikan gambar)

 Dispersi cahaya terjadi karena setiap warna cayaha memiliki panjang gelombang yang berbeda
sehingga sudut biasnya berbeda-beda.

 Cahaya putih terdiri dari gabungan beberapa warna, yaitu merah, hijau dan biru.

 Putih disebut warna polikromatik, yaitu warna cahaya yang masih bisa diuraikan lagi menjadi
warna-warna dasar.

Merah, hijau dan biru merupakan warna dasar atau warna monokromatik, yaitu warna cahaya yang
tidak dapat diuraikan kembali
e. Dispersi Gelombang

Perubahan bentuk gelombang ketika melewati suatu medium disebut disperse gelombang.
Gelombang longitudinal, seperti gelombang bunyi, kecil sekali mengalami disperse atau bahkan
tidak sama sekali. Sifat inilah yang digunakan dalam pencitraan dengan mengunakan USG (Ultra
Sonografi).
Gelombang cahaya mengalami disperse. Dengan sifat disperse gelombang cahaya pada prisma,
kita dapat menentukan lebar spektrum matahari. Misalkan cahaya polikromatik (cahaya
matahari) dilewatkan pada prisma dengan indeks bias n2 dalam medium berindeks bias n1, dan
sudut pembias β seperti pada gambar dibawah ini.

Besar sudut yang dibentuk antara sinar yang masuk ke prisma dan yang keluar prisma
disebutsudut deviasi, yang besarnya dapat ditulis sebagai berikut:

D=i+r'- β

Keterangan:
β = sudut pembias prisma
i = besar sudut cahaya dating ke prisma
r’ = besar sudut cahaya saat meninggalkan prisma

Dengan menggunaka hukum Snellius, kita dapat menghitung sudut deviasi minimum sebagai
berikut:

Dm=2i-β

Bila sudut pembias lebih besar dari 150 (β > 150) besar sudut deviasi minimum n1 sin ((Dm+
β))/2= n_2 sin⁡(β/2)
Bila sudut pembias lebih kecil dari 150 (β < 150) maka

Dm =(n2/n1 - 1)β
Keterangan:
n1 = indeks bias medium di sekitar prisma, bila udara n = 1
n2 = indeks bias prisma
Dm = sudut deviasi minimum (derajat)
Sudut Dispersi

Bila cahaya putih (polikromatik) atau cahaya matahari melewati suatu prisma maka cahaya yang
keluar dari prisma berupa spektrum cahaya matahari yang terdiri atas warna merah, jingga,
kuning, hijau, biru, nilla, dan ungu. Penguraian warna polikromatik menjadi warna
monokromatik yang disebabkan oleh perbedaan cepat rambat dari masing – masing warna
disebut dengan disperse. Setiap warna cahaya memiliki sududt deviasi minimum masing –
masing.
Selisih deviasi warna ungu dengan warna merah disebut sudut dispersi. Jadi, lebar sudut disperse
atau lebar spectrum matahari dapat dinyatakan sebagai berikut:

φ= (nμ- 1)β - (nm- 1)β atau


φ= (nμ- nm )β

Dengan:
nµ = indeks bias sinar ungu
nm = indeks bias sinar merah
φ = sudut disperse
β = sudut pembias prisma
Dispersi adalah peristiwa penguraian cahaya polikromarik (putih) menjadi cahaya-cahaya monokromatik
(me, ji, ku, hi, bi, ni, u) pada prisma lewat pembiasan atau pembelokan. Hal ini membuktikan bahwa
cahaya putih terdiri dari harmonisasi berbagai cahaya warna dengan berbeda-beda panjang gelombang
sehingga sudut biasnya berbeda-beda.

 Cahaya putih terdiri dari gabungan beberapa warna, yaitu merah, hijau dan biru.

 Putih disebut warna polikromatik, yaitu warna cahaya yang masih bisa diuraikan lagi menjadi
warna-warna dasar.

 Merah, hijau dan biru merupakan warna dasar atau warna monokromatik, yaitu warna cahaya
yang tidak dapat diuraikan kembali

 Peristiwa dispersi ini terjadi karena perbedaan indeks bias tiap warna cahaya

 Cahaya berwarna merah mengalami deviasi terkecil sedangkan warna ungu mengalami deviasi
terbesar.

 Pengertian indeks bias adalah peristiwa pembelokan arah rambat cahaya karena melalui
medium yang berbeda kerapatan optiknya.

You might also like