You are on page 1of 8

Makalah Sertifikasi 

Guru
dengan 3 komentar

BAB I

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pasca disahkannya UU No. 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen, profesi guru dan dosen
kembali menjadi bahan pertimbangan oleh banyak pihak khususnya bagi mereka yang
berkecimpung dalam dunia pendidikan. Mengapa tidak kehadiran undang- undang tersebut
manambah wacana baru akan dimantapkannya hak- hak dan kewajiban bagi guru dan dosen.
Diantara hak yang paling ditunggu selama ini adalah adanya upaya perbaikan kesejahteraan bagi
guru dan dosen, salah satu upaya yang sementara dilaksanakan saat ini dalam rangka
implementasi UUGD adalah pelaksanaan sertifikasi guru dalam jabatan sebagaimana telah diatur
dalam peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI Nomor 18 Tahun 2007. Banyak kalangan yang
pesimis dengan adanya sertifikasi guru dan dosen ini, khususnya bagi mereka yang sampai saat
ini belum memiliki kualifikasi akademik ( S1 atau Diploma empat (D4)) namun tak sedikit yang
merasa gembira dan berbahagia terutama bagi mereka yang sudah dinyatakan lulus karena sudah
barang tentu setelah dinyatakan lulus, sudah ada jaminan bagi mereka bahwa pemerintah segera
akan membayar tunjangan profesi tersebut, sebuah harapan sekaligus tantangan menuju guru
profesional. Berbagai upaya yang telah dilakukan pemerintah dalam meningkatkan mutu
pendidikan, antara lain menata sarana dan prasarana, mengutak atik kurikulum, meningkatkan
kualitas guru melalui peningkatan kualifikasi pendidikan guru, memberikan berbagai diklat atau
pelatihan sampai pada meningkatkan tunjangan profesi guru dalam arti meningkatkan
kesejahteraan guru. ( Contoh Kasus DKI Jakarta mulai tahun 2006 setiap guru menerima
tunjangan kesejahteraan sebesar dua juta rupiah perbulan selain gaji dan tunjangan lainnya:
Suara Karya, 13 Desember 2005). Fenomena ini menunjukkan bahwa dari sisi kesejahteraan
sudah ada upaya konkrit yang dilakukan oleh pemerintah untuk memenuhi hak guru, apalagi saat
ini sertifikasi guru sudah mulai dilaksanakan dalam rangka pemberian tunjangan profesi
sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Guru dan Dosen, persoalannya adalah apakah
dengan pemberian tunjangan profesi akan melahirkan guru profesional ? jawabannya terpulang
kepada setiap pribadi guru.

Rumusan Masalah

Dengan melihat latar belakang maka dapat disimpulkan beberapa Rumusan Masalah sebagai
berikut :

 Apa yang menjadi tolak ukur pemerintah kepada pendidik  ?


 Bagimana pelaksanaan sertifikasi guru di Indonesia ?

BAB  II
TINJAUAN PUSTAKA

HAKEKAT SERTIFIKASI GURU

Sertifikasi guru adalah sebuah upaya peningkatan mutu guru dibarengi dengan peningkatan
kesejahteraan guru, sehingga diharapkan dapat meningkatkan mutu pembelajaran dan mutu
pendidikan di Indonesia secara berkelanjutan. Bentuk peningkatan kesejahteran guru berupa
tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok bagi guru yang telah memiliki sertifikat pendidik.

Perlunya ada sertifikat pendidik bagi guru dan dosen, bukan saja untuk memenuhi persyaratan
sebuah profesi yang menuntut adanya kualifikasi minimum dan sertifikasi, juga dimaksudkan
agar guru dan dosen dapat diberi tunjangan profesi oleh Negara. Tunjangan profesi itu
diperlukan sebagai syarat mutlak sebuah profesi agar penyandang profesi dapat hidup layakdan
memadai, apalagi hingga saat ini guru dan dosen masih tergolong kelompok yang
berpengahasilan rendah yang harus dibantu meningkatkan kesejahteraan melalui undang-
undang. ( Prof. Anwar Arifin dalam dialog UUGD di UNM Tgl 01 April 2006 ).

Berdasarkan kepentingan tersebut, maka dalam Undang- Undang Guru dan Dosen dengan tegas
dirumuskan pada pasal 16, bahwa pemerintah memberikan tunjangan profesi guru yang diangkat
oleh pemerintah dan satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh masyarakat yang memiliki
sertifikat pendidik yang besarnya setara dengan satu kali gaji pokok yang diangkat oleh
pemerintah pada tingkatan masa kerja dan kualifikasi yang sama. Tunjangan profesi ini
dialokasikan dalam APBN dan APBD. Subtansi yang sama bagi dosen diatur dalam pasal 53
UUGD. Dengan demikian maka diskriminasi antara guru dan dosen yang berstatus PNS dan non
PNS tidak akan terjadi lagi.

Sertifikasi pendidik bagi guru diatur dalam pasal 11 ayat (2) dan (3) Undang- undang Guru dan
Dosen yang menyebutkan bahwa sertifikat pendidik diselenggarakan olehg perguruan tinggi
yang memiliki program pengadaan tenaga pendidikan yang telah terakreditasi yang ditetapkan
oleh pemerintah dan dilaksanakan secara transparan, objektif dan akuntabel. Setiap orang yang
memiliki sertifikat pendidik itu memiliki kesempatan yang Sama untuk diangkat menjadi guru
pada satuan pendidikan tertentu (pasal 12 UUGD).

Agar sertifikat pendidik dapat diperoleh oleh guru yang berstatus PNS dan Non PNS tanpa
banyak hambatan, maka pemerintah dan pemerintah daerah wajib menyediakan anggaran,
termasuk untuk meningkatkan kualifikasi akademik ( pasal 13 ayat 1 UUGD ). Selain tunjangan
profesi, bagi guru yang memiliki sertifikat pendidik, dan yang belum tersertifikasi akan
disediakan oleh Negara tunjangan fungsional atau tunjangan sejenis kepada guru, baik yang
berstatus PNS maupun Non PNS. Tunjangan yang dimaksud ini dialokasikan Dalam APBN dan
atau APBD, sehingga tidak ada keraguan bahwa tunjangan ini tidak akan dilaksanakan oleh
pemerintah ( pasal 17 UUGD ).

Undang- Undang Guru dan Dosen mengamanatkan bahwa pendidik dan pekerja profesional yang
berhak mendapatkan hak- hak sekaligus kewajiban profesional. Dengan demikian pendidik
diharapkan mengabdi secara total pada profesinya dan dapat hidup layak dari profesi tersebut.
Didalam UUGD ditentukan bahwa :

 Seorang pendidik wajib memiliki kuyalifikasi akademik, kompetensi pendidik sebagai


agen pembelajaran, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (Pasal 8).
 Kualifikasi akademik diperoleh melalui perguruan tinggi program sarjana ( S1 ) atau
program diploma empat ( D-IV ) yang sesuai dengan tugasnya sebagai guru ( pasal 9 )
dan S-2 untuk dosen ( Pasal 46 ).
 Kompetensi profesi pendidik memiliki kompetensi pedagogig, kompetensi kepribadian,
kompetensi sosial, kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi
( Pasal 19 ).

Keempat kompetensi tersebut dapat diurai seperti berikut ini :

-         Pertama, Kompetensi Pedagogig, adalah kemampuan mengelola pembelajaran yang


meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,
evaluasi hasil belajar dan pengembangan peserta didik, dan untuk mengaktualisasikan berbagai
potensi yang dimilikinya.

-         Kedua, Kompetensi Kepribadian, adalah kepribadian pendidik yang mantap, stabil,
dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia, emosi
terkendali.

-         Ketiga, Kompetensi Sosial, adalah kemampuan pendidik berkomunikasi dan berintegrasi
secara efektif dengan peserrta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali
peserta didik dan masyarakat secara umum.

-         Keempat, Kompetensi Profesional adalah kemampuan pendidik dalam menguasai materi
pembelajaran secara luas dan komprehensip yang memungkinkan membimbing peserta didik
untuk memperoleh penguasaan kompetensi yang ditetapkan.

Untuk dapat menetapkan bahwa seorang pendidik memenuhi standar profesional maka pendidik
yang bersangkutan harus mengikuti uji sertifikasi. Ada dua macam pelaksanaan uji sertifikasi,
satu, sebagai bagian dari pendidikan profesi bagi mereka yang masih calon pendidik ( sertifikasi
guru prajabatan ) dua, berdiri sendiri bagi mereka yang saat diundangkannya UUGD sudah
berstatus pendidik ( sertifikasi guru dalam jabatan) sertifikasi pendidik atau guru dalam jabatan
akan dilaksanakan dalam bentuk penilaian portofolio.

PORTOFOLIO SERTIFIKASI GURU DALAM  JABATAN

Portofolio adalah bukti fisik ( dokumentasi ) yang menggambarkan pengalaman berkarya, kreasi
dan prestasi yang dicapai oleh seorang guru dalam menjalankan tugas profesi dalam interval
waktu tertentu. Fungsi portofolio dalaj sertifikasi guru dalam jabatan adalah untuk menilai
kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran. Portofolio
juga berfungsi sebagai: (1) Wahana guru untuk menampilkan dan atau membuktikan unjuk
kerjanya yang meliputi produktivitas, kualitas dan relevansi melalui karya- karya utama dan
pendukung, (2) Informasi ( buta ) dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan
kompetensi seorang guru bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, (3) Dasar
menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti uji sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat
pendidik atau belum), dan  (4) Dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus
untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dann
pemberdayaan guru.

Berdasarkan peraturan Menteri Pendidikan Nasional RI No 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi


guru dalam jabatan, maka ada sepuluh komponen portofolio yang dijadikan sebagai pedoman
dalam meniali aktivitas seorang guru sebagai berikut:

 kualifikasi akademik
 pendidikan dan pelatihan
 pengalaman mengajar
 perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
 penilaian dari atasan dan pengawas
 prestasi akademik
 karya pengembangan profesi
 keikutsertaan dalam profesi ilmiah
 pengalaman organisasi di bidang pendidikan dan sosial, dan
 penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

Kualifikasi akademik, yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru
yang bersangkutan mengikuti sertifikasi, baik pendidikan bergelar (S1, S2, dan S3) maupun
pendidikan nongelar (D4 atau Post Graduate diploma ) baik dalam maupun luar negeri. Bukti
fisik yang terkait dalam komponen ini dapat berupa ijasah atau sertifikat diploma.

Pendidikan dan pelatihan, yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidikan dan
pelatihan dalam rangka pengembangan dan atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan
tugas sebagai pendidik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun
internasional. Bukti fisik kompetensi ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan
dari lembaga penyelenggara diklat.

Pengalaman mengajar, Yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada
satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang ( dapat dari
pemerintah, dan atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari
komponen ini dapat berupa surat keputusan/surat keterangan yang sah dari lembaga yang
berwenang.

Perencanaan pembelajaran, yaitu persiapan pengelolah pembelajaran yang akan dilaksanakan


dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan pembelajaran paling tidak memuat perumusan
tujuan/kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber dan media
pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik dari komponen ini
berupa dokumen perencanaan pembelajaran ( RP / RPP / SP ) yang diketahui / disahkan oleh
atasan.
Pelaksanaan pembelajaran, yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran dikelas.
Kegiatan ini mencakup kegiatan pra pembelajaran ( pengecekan kesiapan kelas dan aperseri ),
kegiatan inti ( penguasaan materi, strategi pembelajaran, pemanfaatan media/sumber belajar,
evaluasi, penguasaan bahasa ) dan penutu ( refleksi, rangkuman dan tindak lanjut ). Bukti fisik
yang dilampirkan berupa dokumen hsil penilaian kepala sekolah dan atau pengawas tentang
pelaksanaan pembelajaran ynag dikelola oleh guru.

Penilaian Dari Atasan dan Pengawas, yaitu penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian
dan sosial yang meliputi aspek- aspek ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab,
kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreatifitas, kemampuan menerima
kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi, kemampuan bekerjasama.

Prestasi Akademik, yaitu prestasi yang dicapai guru utamanya yang terkait dengan bidang
keahlian yang mendapat pengakuan dari lembaga/ paniti penyelenggara, baik tingkat kecamatan,
kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan
karya akademik ( juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang pendidikan atau non
pendidikan ). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan, atau
sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara.

Karya Pengembangan Profesi, yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil
pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. Komponen ini meliputi buku yang
dipublikasikan pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, artikel yang dimuat dalam media
jurnal/ majalah/ surat kabar, menjadi reviwer buku, penulis soal ebtanas/ UN, modul/buku cetak
lokal ( kabupaten atau kota) yang minimal mencakup materi pembelajaran satu semester, media/
alat pembelajaran, laporan penelitian dan karya seni. Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat
keterangan dari pejabat yang berwenang.

Keikut Sertaan Dalam Forum Ilmiah, yaitu partisipasi dalam kegiatan ilmiah yang relevan
dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional,
internasional baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta, bukti fisik yang dilampirkan
dalam komponen ini berupa makalah dan sertifikat/ piagam bagi nara sumber dan sertifikat/
piagam bagi peserta.

Pengalaman Organisasi Di Bidang Pendidikan Dan Sosial, yaitu pengalaman guru menjadi
pengurus dan bukan hanya sebagai anggota di suatu organisasi pendidikan dan sosial. Pengurus
organisasi dibidang pendidikan antara lain pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah,
ketua jurusan, kepala LAB, kepala bengkel ketua studio, ketua asosiasi guru bidang studi asosiasi
profesi dan Pembina kegiatan ekstra kurikuler ( pramuka, KIR, PMR, Mading, dll ). Sedangkan
pengurus dibidang social antara lain ketua RW/RT, ketua LMD, dan Pembina kegiatan
keagamaan. Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan dari pihak
yang berwenang.

Penghargaan Yang Relevan Dengan Bidang Pendidikan, yaitu penghargaan yang diperoleh
karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas danmemenuhi criteria
kuantitatif ( lama waktu, hasil, lokasi/geografi ), kualitatif (komitmen, etos kerja ) dan relevansi (
dalam bidang/ rumpun bidang )baik pada tingkat kepribadian/ kota, provinsi, nasional maupun
internasional. Bukti fisik yang dilampirkan berupa foto kopi sertifikat, piagam atau surat
keterangan.

Sepuluh komponen portofolio sertiikat guru dalam jabatan sebagaimana dijelaskan diatas, harus
menjadi acuan bagi guru dalam menyusun portofolionya dan sudah dapat dihitung sendiri berapa
besar nilai yang diperoleh berdasarkan bukti fisik yang kita miliki dengan mengacu pada rubrik
penilaian yang telah ditetapkan oleh Dirjen Pendidikan Tinggi dan Dirjen Peningkatan Mutu
Pendidikan dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan Nasional Tahun 2007, dengan
demikian bagi guru yang belum mencapai standar minimal angka yang disyaratkan untuk lulus
yaitu 850 ( 57 % dari perkiraan skor maksimum ) seharusnya berupaya untuk melakukan aktifitas
yang dapat memperoleh nilai seperti yang disyaratken dengan memperhatikan komponen mana
yang kurang dan komponen mana yang belum ada nilai sama sekali.

Guru yang memenuhi penilaian portofolio dinyatakan lulus dan mendapat sertifikasi pendidik,
sedangkan guru yang tidak lulus dapat (1) melakukan kegiatan untuk melengkapi portofolio agar
mencapai nilai lulus, atau (2) mengikuti pendidikan Dan pelatihan profesi guru yang diakhiri
dengan evaluasi/ penilaian sesuai persyaratan yang telah ditentukan oleh perguruan tinggi
penyelenggara sertifikasi. Guru yang lulus pendidikan dan pelatihan profesi guru mendapat
sertifikat pendidik.

MENUJU GURU PROFESSIONAL

Sesungguhnya paradigma baru pendidikan nasional, telah menempatkan pendidik sebagai


tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran,
menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian
dan pengabdian masyarakat. Dalam ketentuan umum UUGD ( pasal 1) pengertian professional
diberi rumusan: “Profesional adalah kegiatan atau yang dilakukan seseorang dan menjadi
sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang
memenuhi standar mutu atau norma tertentu, serta memerlukan pendidikan profesi”.

Selanjutnya pasal 7 ayat 1 UUGD ditetapkan dengan jelas sembilan prinsip professional yaitu
guru dan dosen: (a) memiliki bakat, minat dan panggilan jiwa dan idealisme, (b) memiliki
komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketaqwaan, dan akhlak mulia, (c)
memiliki kualifikasi akademik dan latar belakang pendidikan social dengan bidang tugas,  (d)
memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (e) memiliki tanggung jawaba
atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (f) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai
dengan prestasi kerja, (g) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara
berkelanjutan dengan bvelajar sepanjang hayat, (h) memiliki jaminan perlindungan hokum dalam
melaksanakan tugas keprofesionalannya dan khusus bagi guru harus, (i) memiliki organisasi
profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal- hal berkaitan dengan tugas keprofesionalan
guru.

Pemberdayaan profesi guru atau pemberdayaan profesi dosen dilaksanakan melalui


pengembangan diri yang dilakukan secara demokratis, berkeadilan , tidak diskriminatif dan
berkelanjutan dengan menjunjung tinggi hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai cultural,
kemajemukan bangsa dan kode etik organisasi profesi ( pasal 7 ayat 2 UUGD ).
Selain itu dalam pasal 1 ayat 1 butir 1 UUGD ditetapkan bahwa guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan
pendidikan menengah termasuk pendidikan usia dini. Kedudukan guru sebagai tenaga
professional diatur lebih rinci pada pasal 2 ayat 1 UUGD disebutkan bahwa guru mempunyai
kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah,
dan pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang diangkat sesuai dengan
peraturan perundang- undangan. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional
dibuktikan dengan sertifikat pendidik. ( pasal 2 ayat 2 UUGD).

Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional yang dibuktikan dengan sertifikat
pendidik berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai agen pembelajaran
dalam meningkatkan mutu pendidikan ( pasal 4 UUGD ) selanjutnya kedudukan guru sebagai
tenaga professional bertujuan untuk melaksanakan system pendidikan nasional dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional yaitu berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, serta menjadi warga Negara yang demokratis dan bertanggung jawab
( pasal 6 UUGD ).

Patut disadari bahwa kedudukan guru sebagai tenaga profesional dimaksudkan agar guru
mempunyai kompetensi ilmu, teknis dan moral dalam menjalankan tugasnya secara bertanggung
jawab dengan jaminan kesejahteraan yang memadai untuk memenuhi hak warga Negara
memperoleh pendidikan yang bermutu (pasal 5 UU Sisdiknas ) bahkan lebih jauh dari itu untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan mecapai tujuan pendidikan nasional ( Prof. Anwar
Arifin, eksistensi dan implementasi UUGD ).

Perlu ditegaskan bahwa sertifikat merupakan sarana atau instrumen meningkatkan kualitas
kompetensi gurusupaya menjadi guru yang profesional, untuk sertifikasi guru bukan tujuan
melainkan sarana untuk mencapai tujuan yaitu menciptakan guru yang berkualitas, oleh karena
itu perlu diwaspadai adanya kecenderungan sebagai orang yang melihat bahwa sertifikasi guru
adalah tujuan, sebab kalau ini yang terjadi maka kualitas guru yang diharapkan tidak akan
tercapai (Fasli Jala, Sertifikasi Guru Mewujudkan Pendidikan Yang Bermutu ).

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas bahwa keberadaan guru yang berkualitas merupakan syarat mutlak
hadirnya sistem dan praktik pendidikan yang berkualitas, hampir semua bangsa didunia ini selalu
mengembangkan kebijakan yang mendorong keberadaan guru yang berkualitas. Beberapa
Negara seperti Singapura, Korea Selatan, Jepang dan USA berupaya meningkatkan kualitas guru
dengan mengembangkan kebijakan yang langsung mempengaruhi mutu guru dengan
melaksanakan sertifikasi guru. Guru yang sudah ada harus mengikuti uji kompetensi untuk
mendapatkan sertifikasi profesi guru.
Undang-Undang Guru dan Dosen (UUGD) telah ditetapkan dan sudah menjadi suatu kebijakan
untuk mewujudkan guru yang profesional dan menetapkan kualifikasi dan sertifikasi sebagai
bagian penting dalam menentukan kualitas dan kepentingan guru. Upaya sungguh- sungguh
perlu dilaksanakan untuk mewujudkan guru yang profesional, sejahtera dan memiliki
kompetensi. Hal ini merupakan syarat mutlak untuk menciptakan sistem dan praktek pendidikan
yang berkualitas sebagai prasyarat untuk mewujudkan kemakmuruan dan kemajuan bangsa
Indonesia.

Saran – Saran

 Ditangan masyarakat, keberadaan seorang guru dianggap dan dipandang sebagai orang
yang memiliki kemampuan (Pendidikan) yang tinggi.
 Kejahatan timbul karena adanya niat dan kesempatan, demikian halnya dengan kenakalan
anak. Identifikasi dan carilah solusinya sesegera mungkin untuk menutupi celah-celah
yang dapat dimanfaatkan anak untuk melaksanakan niat buruknya.
 Hendaknya seorang guru harus betul-betul komitmen dalam menjalankan tugasnya,
karena berhasil tidaknya pendidikan tergantung pada potensi seorang guru.

DAFTAR PUSTAKA

Eksistensi dan Implementasi UUGD, Prof. Anwar Arifin, 2006

Permendiknas RI no 18 tahun 2007, tentang sertifikasi guru dalam jabatan

Panduan Penyusunan Portofolio Sertifikasi Guru dalam Jabatan, Dirjen Dikti, 2007

Sertifikasi Guru Untuk Mewujudkan Pendidikan yang Bermutu, Fasli Jalal, 2007

Undang- Undang no 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

You might also like