You are on page 1of 11

Modul 9 Proses pembentukan opini public 2008 – revisi 1

MODUL 9
OPINI PUBLIK
Dra Helena Olii, MM

POKOK BAHASAN.
PROSES PEMBENTUKAN OPINI PUBLIK

DESKRIPSI : Modul 9 membicarakan proses pembentukan dan kekuatan


opini publik

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS:


Setelah mempelajari modul 9 mahasiswa diharapkan dapat:
1. Menjelaskan proses pembentukan opini publik
2. Menjelaskan kekuatan opini publik

9.1 Berbagai teori mengenai proses opini publik.


Reo Christenson dalam bukunya Bernard Hennessy mempunyai beberapa
alasan, mengapa kebebasan minoritas sipil biasanya berhasil, tetapi mengapa
kadang-kadang pula gagal. Ia mengatakan yang diperlukan demokrasi ialah suatu
strata yang nyata dari orang-orang berpendidikan yang percaya akan proses
demokrasi dan hak demokrasi dan yang bersedia bekerja untuk melestarikannya.
Strata ini seharusnya merupakan presentase kecil dari jumlah penduduk, tetapi
karena berkepentingan, pandai bicara, aktivis, berpengaruh terhadap media massa,
dan trampil dalam teknik politik mempengaruhi, biasanya dapat menjamin, nilai-nilai
demokrasi akan dihormati secara wajar. Sikap masa bodoh warga Negara rata-rata,
biasanya memungkinkan strata ini menggunakan pengaruhnya jauh diluar jumlah
mereka. Tetapi bila sebagian besar rakyat merasa terancam dari dalam atau dari
luar, maka keamanan mereka menjadi lebih penting daripada hak-hak mendukung
keyakinan atau minoritas yang kelihatnnya menimbulkan atau meningkatkan
bahaya. Dalam keadaan yang sedemikian tidak ada Konstitusi, tidak ada

Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB | Dra Helena Olii, MM


Opinion Publik
Modul 9 Proses pembentukan opini public 2008 – revisi 2

Mahkamah Agung dan tidak ada elit demokrasi yang dapat menahan rakyat yang
sedang diliputi ketakutan ataupun semangatnya sedang berkobar.

Menurut Santoso Sastropoetro (1990) yang mengutip George Carslake


Thompson, kalau publik menghadapi isu maka timbul perbedaan opini karena:
1. Perbedaan pandangan terhadap fakta
2. Perbedaan perkiraan tentang cara-cara terbaik untuk mencapai tujuan
3. Perbedaan motif yang serupa guna mencapai tujuan.

Dalam hubungannya dengan penilaian terhadap suatu opini publik, perlu


diperhitungkan empat pokok, yaitu:
 Difusi, yaitu apakah opini yang timbul merupakan suara terbanyak, akibat
adanya kepentingan golongan,
 Persistense, yaitu kepastian atau ketetapan tentang masa berlangsungnya
isu karena disamping itu opini pun perlu diperhitungkan
 Intensitas, yaitu ketajaman terhadap isu, dan
 Reasonableness, atau pertimbangan-pertimbangan yang tepat dan
beralasan.

Menjelang akhir tahun 2005 sampai tahun 2006, di tanah air kita muncul
beberapa masalah yang menimbulkan kontraversi di dalam masyarakat,
bermunculan berbagai pendapat yang saling bertentangan terhadap masalah
tersebut. Masalah-masalah tersebut meliputi :
1. protes terhadap kenaikkan BBM
2. Demo protes import beras dari luar negeri oleh pemerintah yang tetap
mengimport beras
3. Gambar foto vulgar aktor Anjasmara
4. Bidang kesehatan, mendapat tudingan kurangnya perhatian aparat
sehingga menimbulkan busung lapar dikalangan anak-anak
dibeberapa daerah, polio,dan penyakit flu burung yang membawa
kematian agar diadakan pemusnahan pada setiap unggas milik
penduduk, juga masih banyaknya warga diserang demam berdarah
5. Penanganan dan koordinasi yang kurang lancar terhadap musibah
yang menimpa tanah air yang silih berganti
6. Boikot majalah playboy, pengisi majalah terutama wanita dengan
berpakaian minim menjadi santapan polisi dan pengadilan, karena

Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB | Dra Helena Olii, MM


Opinion Publik
Modul 9 Proses pembentukan opini public 2008 – revisi 3

menimbulkan konflik yang mengganggu keamanan publik termasuk


pemilik dan pengisi majalah
7. Larinya warga papua ke Australia.
8. Protes kepada kebijaksanaan Ujian Nasional untuk SLP dan SMU
yang menimbulkan kegagalan banyak siswa yang tidak dapat
melanjutkan pelajarannya ketingkat lanjutan.

Contoh-contoh tersebut tak henti-hentinya menjadi pembicaraan publik,


karena masalah-masalah itu menyangkut kepentingan mereka. Sehingga timbul
kelompok-kelompok dimasyarakat yang tidak teratur yang memenuhi syarat atau
ciri-ciri yang disebut publik.
Herbert Blumer mengemukan ciri-ciri publik:
a) yang dihadapkan kepada suatu isu,
b) terlibat dalam diskusi mengenai isu,
c) memiliki perbedaan opini tentang cara mengatasi isu.

Kelompok-kelompok individu secara kebetulan bertemu mendiskusikan “isu”,


sehingga terpenuhi ciri-ciri bahwa,
a.// kehadiran kelompok bukan direncanakan tetapi merupakan respons yang
bersifat alamiah terhadap suatu isu,
b// kelompok tersebut bukan merupakan suatu kelompok yang didirikan secara
resmi,
c// bertemu individu-individu dalam kelompok terbentuk karena spontanitas.

Ternyata berita-berita yang dikemukakan dalam contoh, selalu menjadi


bahan pembicaraan, berjalan secara tenang , lambat laun mereka terlibat dalam
diskusi. Masing-masing mengemukakan pandangan, sehingga timbul saling
melemparkan argumentasi. Diskusi tersebut masing-masing berpikir dalam konteks
kerangka pengetahuan (frame of reference) dan kerangka pengalaman (frame of
experience) Karena masing-masing mengemukakan opini maka terdapat masukan
yang bermacam-macam serta bersifat simpang siur, lambat laun arahnya makin
jelas sehingga pada tahap ahir menuju kepada satu pikiran bulat.
Dengan demikian terdapat tiga tahap pembicaraan yaitu:
Tahap 1 : Tahap masukan yang masih semrawut. Ada sementara ilmuan Barat
yang menyebutkan sebagai stage of brain storming. Dan Ferdinand

Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB | Dra Helena Olii, MM


Opinion Publik
Modul 9 Proses pembentukan opini public 2008 – revisi 4

Tonnies menyebutnya sebagai luftartigen Position atau sebagai angin


ribut atau puting beliung
Misalnya, pada saat Presiden RI ke dua Suharto meninggal, berbagai
masukan protes yang tak keruan, pengumuman Kepala Negara
selama 7 hari, mengibarkan bendera setengah tiang, dan Presiden
akan bertindak sebagai Inspektiur Upacara,ada yang protes, disisi lain
ada yang kontra secara hukum Pak Harto harus dituntut secara hukum
pula, via ahli waris dan ada yang membandingkan waktu bung Karno,
Presiden Pertama meninggal, tidak secara penghormatan
militer/kenegaraan

Tahap II. Tahap pembicaraan mulai terarah, mulai membentuk pikiran yang jelas
dan menyatu. Tahap ini oleh sebagian ilmuwan disebut sebagai the
stage of consolidation dan Ferdinand Tonnies menyebutnya fleissigen
Position.
Pada akhirnya pembicaraan mulai terarah, banyak mendatangi rumah
duka, mengucapkan belasungkawa, sampai di Solo dan tempat
pemakaman, tak putusnya masyarakat mengucapkan salam terakhir.
Tidak terkecuali Negara-negara sahabat.
Undang-undang keprotokolan no 8 baru terbit tahun 1987, yang
membicarakan mengenai antara lain mengatur Tata Upacara
Penghormatan, dan dilakukan secara kenegaraan, bagi pejabat
Negara yang meninggal ataupun upacara menyambut tamu Negara.
Jadi kalau dilihat wafatnya bung Karno tahun 1972.
Tahap III: Tahap ini para ilmuwan menyebut the solid stage atau menurut
Ferdinand Tonnies festigen Position

Setelah berada di tahap tiga, hasil diskusi tidak dipertentangkan lagi terutama
kelompok yang hadir dalam diskusi, kemudian mereka bubar, dan membicarakan
masalah lain. Dengan demikian opini yang telah dinyatakan tadi, tidak ditentang
lagi maka itulah yang disebut sebagai “Opini Publik”. Menurut Emory S. Bogardus,
opini yang timbul sebagai akibat interaksi itu adalah opini publik.
Dari contoh-contoh diatas terbukti definisi Leo Bogart yang menyatakan opini
publik tidak timbul dari suatu persetujuan, tetapi dari pertentangan pendapat
mengenai nilai-nilai. Mereka yang menyatakan “pro” dan “kontra” masing-masing
mengemukan penilaian dan pendapatnya serta mengemukakan fakta,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB | Dra Helena Olii, MM


Opinion Publik
Modul 9 Proses pembentukan opini public 2008 – revisi 5

prinsip,harapan-harapan ataupun perasaan-perasaan. Dengan tidak disadari publik


telah terlibat dalam suatu proses pembentukan opini publik.
Menurut Nurudin (2001), opini publik timbul meliputi dua sebab, yaitu
direncanakan dan tidak direncanakan. Opini publik yang tidak direncanakan
kemunculannya karena tidak mempunyai tujuan dan target tertentu. Kehadirannya
sekedar diketahui permasalahan yang harus diketahui masyarakat dan munculnya
secara alamiah, juga tidak memerlukan media penyalur yang efektif agar opini itu
menjadi opini publik. Contoh: Sejumlah kayu yang hampir menutupi salah satu
sungai di Kalimatan, dapat disita oleh aparat Negara yang lagi bertugas menangkap
para perambah hutan yang banyak merugikan Negara. Kayu-kayu itu siap di eksport
ke luarnegeri, dan para pemilik dan pengusaha diringkus oleh petugas keamanan.

Opini publik yang direncanakan, karena direncanakan maka keorganisasian,


media dan target menjadi sasaran yang jelas. Isu muncul karena untuk
mempengaruhi opini publik yang sudah berkembang dimasyarakat atau sengaja
untuk mengkounter opini publik lain yang sudah diyakini masyarakat. Contoh: Kasus
semburan lumpur panas didesa Siring,kecamatan Porong kabupaten Sidoarjo (Juni
2006) Jawa Timur, lumpur panas bagaikan banjir yang melanda beberapa desa,
sawah penduduk yang hancur terendam lumpur panas. Kasus ini belum saja usai
menjadi bahan opini publik, muncul kasus lain yang tidak kalah pentingnya, adanya
dugaan pemilikan sejumlah senjata, amunisi dari seorang jenderal, terungkap
setelah si Jenderal meninggal dunia. Apakah kasus pertama opini publik mengarah
“kasus semburan lumpur panas di Sidoarjo” makin mengacam mereka yang berada
atau terlibat dalam kasus itu mengalihkan atau mempengaruhi bukan lagi ke kasus
di Jawa Timur tetapi opini publik mengarah kepada kasus Jenderal yang memiliki
sejumlah senjata dengan berbagai jenis dan bentuk serta sejumlah peluru dan
amunisi.

Dari contoh itu memberikan bukti bahwa opini publik bisa diciptakan,
diarahkan, dan direncanakan secara baik.
Menurut Redi Panuju (2002) untuk menjelaskan cara kerja opini publik, terlebih
dahulu perlu dibedakan antara pengertian “opini publik” dengan pandangan umum
(general opinion). General opinion relative permanent, sedang opini publik tidak
bersifat permanen, karena maknanya bersifat dinamis, bergeser dan berubah
sesuai dengan konteksnya.. Tafsiran terhadap masalah tertentu berbeda-beda
berdasarkan perbedaan status sosial, golongan, etnis, kelompok agama dan

Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB | Dra Helena Olii, MM


Opinion Publik
Modul 9 Proses pembentukan opini public 2008 – revisi 6

sebagainya. Obyek yang semula menjadi pendapat umum bisa menjadi opini publik
, apabila nilai-nilai atau makna obyek tersebut mulai bergeser dan mngundang pro
dan kontra. Dalam pendapat umum (general opinion) anggota sosialnya tidak
mengenai keragu-raguan karena anggotanya justru menjaga nilai-nilai atau
maknanya tetap utuh dan terpelihara. Sedangkan dalam opini publik makna menjadi
relatih karena berbagai kepentingan yang mendorong individu memposisikan dirinya
berbeda dalam memaknai sutau obyek.

Opini publik terbentuk karena adanya aktivitas komunikasi yang bertujuan


mempengaruhi orang lain atau pihak lain. Dalam prosesnya terjadi perubahan
antara pihak-pihak yang berkomunikasi. Proses tawar-menawar, agar pihak lain
terpengaruh, tidak jarang menggunakan cara-cara penekanan, agitasi (provokasi),
maupun ancaman-ancaman (intimidasi).
Konflik terjadi ketika :
 Konsensus/persetujuan tidak tercapai
 Proses penyesuaian satu sama lain tidak terpenuhi
 Perubahan yang sulit dilakukan.

Berbagai taktik-strategi penyusunan pesan dipergunakan secara variatif dan


polanya berubah sangat cepat sesuai dengan situasi yang berkembang. seandainya
konflik tak bisa dihindari, sementara masing-masing pihak akan berusaha
melakukan aktivitas komunikasi.

Peranan Humas dalam pembentukan opini publik.


Bagaimana Humas meningkatkan kualitas opini publik?
Kewajiban Humas dalam membentuk opini publik lebih mengarah kepada rasio
daripada emosi dan naluri (insting). Kemampuan untuk memiliki pendapat yang
rasional terdapat pada setiap individu dan kelompok yang cerdas, dan tugas
hubungan masyarakat adalah mengembangkan pendapat-pendapat yang rasional
daripada yang bersifat emosional terhadap isu yang bersifat kontroversial. Dalam
pembentukan atau perubahan opini oleh publik tentang hal-hal yang bersifat
kontrovesial, disajikan informasi yang relevan tanpa ada yang disembunyikan atau
diubah sehingga opini publik yang timbul merupakan produk pengetahuan dan
pemilihan atas dasar pertimbangan yang rasional.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB | Dra Helena Olii, MM


Opinion Publik
Modul 9 Proses pembentukan opini public 2008 – revisi 7

Humas, (Broadcasting, dan Marcom) harus mengembangkan pikiran yang rasional


sebagai berikut:
1. memberikan kepada publik lebih banyak keterangan atau penjelasan tentang
hal-hal yang kontroversial
2. menimbulkan perhatian yang lebih besar pada individu-individu sebagai
kelompok yang menghadapi hal-hal yang bersifat kontraversial

Bilamana Humas (broadcasting, Marcom) tidak berbuat seperti yang diatas


maka ia akan gagal dengan tugasnya untuk menciptakan opini publik yang
mendukung terhadap suatu masalah.

9. 2 Kekuatan Opini Publik.


Opini publik atau pendapat publik sebagai suatu kesatuan pernyataan tentang
suatu hal yang bersifat kontroversial merupakan suatu penilaian sosial, maka pada
opini publik melekat beberapa kekuatan yang perlu diperhatikan:
1. Opini publik dapat menjadi suatu hukuman sosial terhadap orang atau
sekelompok orang dalam bentuk rasa malu, rasa dikucilkan, rasa dijauhi, rasa
rendah diri. Contoh Pak Harto yang disebut sebagai raja KKN, tanpa
dihukumpun pak Harto sekarang secara psikologis mendapat tekanan,
sehingga pada saat akan diadili , pak Harto selalu dalam keadaan
sakit.(2005)
a. Banyaknya pejabat tinggi yang tersangkut tuduhan korupsi, mengalami rasa
malu, apalagi anak-anaknya bahkan keluarga besarnya terkena tuduhan
tersebut, sehingga ruang gerak mereka terbatas, semua mata memandang
kepadanya apabila kehadirannya disebuah pesta. Biasanya mereka
menghindari berada ditengah-tengah orang banyak.
b. Seorang gadis akibat pergaulan bebas dengan pacarnya, kemudian dia
merasa dikucilkan dalam lingkungannya.

2. Opini publik sebagai pendukung bagi kelangsungan berlakunya norma sopan


santun dan susila, baik antara yang muda dengan yang lebih tua, maupun
antara yang muda dengan sesamanya.
* Sikap murid terhadap gurunya, yang tidak lagi mencerminkan
penghargaan dan, sekalipun berpapasan tidak memberi salam atau
tegur sapa.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB | Dra Helena Olii, MM


Opinion Publik
Modul 9 Proses pembentukan opini public 2008 – revisi 8

* Orangtua lagi sedang duduk-duduk, remaja lewat tanpa basa basi,


permisikah atau memberi salam
* Bidang lalulintas, orang yang menyusul kenderaan lain dari sebelah
kanan, sekarang ini banyak menyimpang, menyusulnya sebelah kiri
* Demikian para pengemudi berhenti bukan ditempat tertentu, berhenti
kadang ditempat “larangan yang ditentukan oleh tanda lalulintas”
Semua ini terjadi karena tidak ada yang melarangnya, yang
memperingatkan, atau menindaknya sebagai hukuman sehingga dianggap
benar dan wajar

3. Opini publik dapat mempertahankan eksitensi suatu lembaga atau juga


menghancurkan suatu lembaga
* Institusi Tentara Nasional Indonesia-TNI adalah salah satu lembaga
yang melakukan rekonstruksi ulang tentang paradig-manya karena
pengaruh opini publik.Lembaga ini (dahulu bernama ABRI) sudah terlalu
jauh masuk di bidang politik. Akibat campur tangan demokrasi tak jalan.
KKN sangat kental terhadap lembaga lain yang dilingdungi TNI.
Masyarakat jadi takut.
Ketika reformasi, opini publik mengarah ke lembaga itu. Tuntutan agar
Dwi fungsi ABRI dihapus, wakil mereka di MPR dikurangi dan opini terus
menuntut agar TNI tidak mempunyai wakil di MPR

Institusi Kepolisian dituntut supaya independent. Sebab selama ini


kerja lembaga itu dibayang-bayangi oleh TNI. Maka kepolisian
memisahkan diri dari institusi TNI dan bertanggungjawab langsung
kepada Presiden.

Dua contoh tersebut menunjukkan opini publik mampu mempertahankan atau


menghancurkan sebuah lembaga.

4. Opini publik dapat mempertahankan atau menghancurkan kebudayaan


* RRI Jakarta, bulan Juni-Juli 2006, menyelenggarakan lomba kroncong
diikuti pria maupun wanita. Ternyata peminat cukup banyak. RRI
merasa untuk melestarikan lagu kroncong diadakan lomba tersebut dan
penyelenggaraan juga oleh RRI Daerah. Penyelenggaraan untuk tingkat
Nasional akan diadakan di Yogyakarta (Juli 2006)

Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB | Dra Helena Olii, MM


Opinion Publik
Modul 9 Proses pembentukan opini public 2008 – revisi 9

* Sejak awal tahun 2006, RRI Jakarta juga membuka kursus vocal untuk
menjadi sinden Jawa dan Sunda, serta kursus menabuh gamelan dan
kursus peralatan musik daerah lainnya.
5. Opini publik dapat pula melestarikan norma sosial.
Misal perkawinan, setiap pasangan terutama di Jakarta tetap membawa ciri
daerahnya masing-masing. Karena Jakarta adalah daerah Metropolitan, kadang
mempelai mempunyai keinginan menonjolkan daerahnya masing-masing,
disertai tarian , juga pelaminan yang mewah. Kadang adat daerah saat
mengiringi pengantin memasuki ruangan disertai dengan gerakan-gerakan
secara adat disertai bahasa daerahnya, mengiring pengantin dan keluarganya
sampai ke pelaminan.

Pertanyaan latihan
Setelah mempelajari modul 9 mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan-
pertanyaan sebagai berikut:
1. Sebutkan apa yang dikatakan George Carslake Thompson, yang dikutip
Santoso Sastropoetro?
2. Sebutkan 4 pokok, yang ada hubungannya dengan penilaian terhadap
suatu opini publik!
3. Sebutkan contoh-contoh yang pernah terjadi di Indonesia yang
menimbulkan kontroversial, yang memakan waktu sampai berminggu-
minggu (3 contoh saja)!
4. Opini publik dapat menjadikan seseorang terkena hukuman sosial?
Berikan contoh yang Anda ketahui!
5. Apakah opini publik dapat menhancurkan atau mempertahankan
kelangsungan budaya? Berikan contoh?
6. Bagaimanan peranan Humas dalam pembentukan opini publik?

Contoh kasus
Mantan Presiden Suharto, saat sakit sampai meninggal, telah mendapat
banya hujatan, tuduhan-tuduhan mengalir secara deras. Pro dan kontra bergulir.
Padahak kesalahan-kesalahan yang diperbuat katanya belum memasuku
pengadilan , salah satu kelompok apatrat hokum yang memeriksa seseorang salah
apa tidak, merekalah yang menentukan berdasarkan pedoman yang mereka anut
sekarang. Pak Harto belum memasuki pengadilan, hujatn banyak berdatangan,

Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB | Dra Helena Olii, MM


Opinion Publik
Modul 9 Proses pembentukan opini public 2008 – revisi 10

keputusan belum terjadi, salah tidaknya seseorang. Bagaimana menurut Anda kalau
dilihat dari sudut hukum dan sosial.

Masih mengenai Pak Harto, kematiannya di adakan upacara kenegaraan secara


militer, almarhum di kebumikan. Pro dan kontra berdatangan lagi, dan
membandingkan dengan Presiden pertama Bung Karno, tidak dilakukan upacara
kenegaraan. Presiden ke 6 Pak Susilo Bambang Yudoyono yang dikenal dengan
sebutan SBY, mawaftnya pak Harto bertindak selaku Inspektur upacara. Pak SBY
kemungkinan berpedoman pada undang-undang keprotokolan yang lahir tahun
1987, dengan bernomor 8. Bung Karno wafat tahun 1972. Jadi 15 tahun baru terbit
undang-undang keprotokolan yang antara lain mengatur Tata Upacara Kenegaraan,
bagi seorang pejabat Negara, wafat ataupun kehadiran menyambut Tamu Negara.
Apa komentar anda!

Daftar bacaan
Hennessy, Bernard (1990), Pendapat Umum, Jakarta ,Erlangga.

Sastropoetro, Santoso (1990), Pendapat Publik, Pendapat Umum dan Pendapat


Khalayak dalam Komunikasi Sosial, Bandung, Remaja
Rosdakarya

Nurudin (2001), Komunikasi Propaganda. Bandung, Remaja Rosdakarya.

Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB | Dra Helena Olii, MM


Opinion Publik
Modul 9 Proses pembentukan opini public 2008 – revisi 11

Pusat Pengembangan Bahan Ajar – UMB | Dra Helena Olii, MM


Opinion Publik

You might also like