You are on page 1of 16

LAPORAN KASUS INFEKSI

DISPEPSIA

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Nurfahira Ayussa Karima
Agama : Islam
Suku/ Bangsa : Bugis Makassar
Pekerjaan : Pelajar
Alamat : Perintis Kemerdekaan 10, No.103
Umur : 13 tahun
Laki/ Perempuan : Perempuan
Tgl. Penerimaan : 7 Oktober 2010

II. PEMERIKSAAN

ANAMNESIS
Keluhan Utama : Nyeri ulu hati
Ananmesis Terpimpin : Dialami sejak 3 hari yang lalu, tidak terus menerus, nyeri di
rasakan memberat jika terlambat makan, perut terasa
kembung dan sering merasa mual. Pasien sering makan
tidak teratur.
Riwayat minum obat (-)
Riwayat keluhan yang sama (+), jika terlambat makan.
BAB : Encer,terakhir 5x/hari
BAK : Biasa

43
PEMERIKSAAN FISIS
- Status present : Sakit ringan / gizi cukup/ composmentis
(BB = 43 kg, TB = 148 cm, IMT= 19.63 kg/m2)
- Tanda Vital : TD = 120/70mmHg P = 20x/menit
N = 92x/menit S = 36,5oC
- Kepala : Konjungtiva anemis (-)
Sklera ikterus (- )
Bibir sianosis (-)
- Leher : MT (-)
NT (-)
DVS R-2 cm H2O
- Thoraks : I = Simetris, kiri = kanan
P = Massa tekan (-), Nyeri Tekan (+), vokal fremitus
kiri=kanan
P = Sonor, Batas Paru Hepar ICS VI kanan depan.
A = Bronkovesikuler, Rh -/- Wh -/-.
- Jantung : I = Ictus cordis tidak tampak
P = Ictus cordis tidak teraba
P = Pekak
A = BJ I/II, murni regular, bising (-)
- Abdomen : I = Datar, ikut gerak nafas
A = Peristaltik (+), kesan meningkat
P = MT (-), NT (-), Hepar/Lien tidak teraba
P = Tympani
- Ekstremitas : udema (-), fraktur (-)

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tidak dilakukan

44
DIAGNOSIS
Dispepsia

III. PENATALAKSANAAN
Pengobatan nonfarmakologi berupa saran kepada pasien untuk :
1. Tidak menunda makan, mengatur pola makan dengan makan secara teratur
dan sebaiknya mengkonsumsi makanan berserat tinggi, bergizi, serta
perbanyak minum air putih.
2. Kurangi mengkonsumsi makanan pedas, kecut, banyak mengandung gas yang
dapat menimbulkan gas di lambung (kubis, kol, kentang, semangka, melon)
dan berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung.
3. Menghindari konsumsi obat –obat yang dapat mengiritasi lambung seperti
obat anti inflamasi, misalnya yang mengandung ibuprofen, aspirin dan
ketoprofen. Sebaiknya di ganti dengan Acetaminophen karena tidak
mengakibatkan iritasi pada lambung.
4. Menghindari stress.

Pengobatan farmakologi yang diberikan adalah :


1. Omeprasol 3x1
2. Ranitidin 2x1
3. Lodia 4x1

HASIL KUNJUNGAN RUMAH


I. Kunjungan Rumah hari I ( 8 oktober 2010)
Keluhan : Nyeri ulu hati berkurang
Pemeriksaan fisis :
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Pernapasan : 22 x/mnt

45
Nadi : 88 x/mnt
Suhu : 3,6°C
- Kepala : Konjungtiva anemis (-)
Sklera ikterus (- )
Bibir sianosis (-)
- Leher : MT (-)
NT (-)
DVS R-2 cm H2O
- Thoraks : I = Simetris, kiri = kanan
P = Massa tekan (-), Nyeri Tekan (-), vokal fremitus kiri =
kanan
P = Sonor
A = Bronkovesikuler, Rh -/- Wh -/-.
- Jantung : I = Ictus cordis tidak tampak
P = Ictus cordis tidak teraba
P = Pekak
A = BJ I/II, murni regular, bising (-)
- Abdomen : I = Datar, ikut gerak nafas
A = Peristaltik (+), kesan normal
P = MT (-), NT (-), Hepar/Lien tidak teraba
P = Tympani
- Ekstremitas : udema (-), fraktur (-)

Saran:
1. Istirahat
2. Atur pola makan
3. mengkonsumsi makanan yang bergizi
4. Hindari stress

46
Kunjungan Rumah hari II ( 9 oktober 2010)
Keluhan : Tidak ada keluhan
Pemeriksaan fisis:
Tekanan darah : 110/70 mmHg
Pernapasan : 22x/mnt
Nadi : 86 x/mnt
Suhu : afebris
Kepala : anemis (-), sianosis (-), ikterus (-)
Leher : tidak ada kelainan
Thorax : vesikuler, Rh -/-, Wh -/-
Cor : SI/II reguler, murni
Abdomen : I = Datar, ikut gerak nafas
A = Peristaltik (+), kesan normal
P = MT (-), NT (-), Hepar/Lien tidak teraba
P = Tympani
Ekstremitas : Tidak ada kelainan
Saran:
1. Atur pola makan
2. mengkonsumsi makanan yang bergizi
3. Hindari stress

Profil Keluarga
Nurfahira Ayussa Karima (13) saat ini bersekolah di SMP.30 Makassar.
Nurfahira tinggal bersama kedua orang tuanya, adik, paman, dan kakeknya dalam
satu rumah.

Status Sosial dan Kesejahteraan Keluarga


Nurfahira Ayussa Karima tinggal di kawasan pemukiman yang padat, terdiri
dari satu lantai di mana terdapat sebuah ruang tamu dan dua buah kamar, sebuah

47
dapur dan sebuah kamar kecil. Nurfahira Ayussa Karima mempunyai kamar sendiri
dengan pencahayaan cukup. Kebersihan rumah kurang terjaga.Hubungan dengan
kedua orang tuanya, adik-adiknya serta tetangganya tergolong baik karena Nurfahira
seorang yang peramah dan suka bergaul.

Riwayat Penyakit Keluarga


Berdasarkan informasi dari orang tua nurfahira, diketahui bahwa ibunya
pernah mendapat keluhan yang sama beberapa minggu sebelumnya.

Pola Konsumsi Makanan Keluarga


Menu makanan sehari-hari di rumah Nurfahira bervariasi diantaranya ikan,
sayur, tahu, tempe, ayam, telur. Selain itu, nurfahira sering membeli cemilan dari kios
di dekat rumah dan membeli bakso yang biasanya lewat di depan rumahnya.
Nurfahira juga sering tidak memperhatikan jadwal makannya. Biasanya sebelum
berangkat ke sekolah Nurfahira tidak menyempatkan untuk sarapan terlebih dahulu.
Setelah pulang dari sekolah Nurfahira langsung pergi mengikuti pelajaran tambahan
di rumah temannya, kebiasaan seperti inilah yang menyebabkan Nurfahira tidak
memperhatikan pola makannya.

Lingkungan
Lingkungan tempat tinggal Nurfahira masuk dalam penilaian kurang
memuaskan. Rumahnya terdiri dari satu lantai di mana terdapat sebuah ruang tamu
dan dua buah kamar tidur, sebuah dapur dan sebuah kamar kecil. Selokan air tertata
rapi. Namun tidak terdapat halaman rumah di rumah mereka dan jalanan menuju ke
rumah Nurfahira tergolong sempit dengan lebar ±2 m serta banyak sampah yang di
buang bukan pada tempatnya.

48
DISKUSI
Nurfahira Ayussa Karima didiagnosa dengan dispepsia, karena dari
anamnesis pasien datang dengan keluhan bengkak dan sakit pada daerah ulu hati
dalam ilmu kedokteran berada regio epigastrium, sehingga dapat memberikan
gambaran secara anatomi keluhan mungkin berasal dari lambung/gaster. Dugaan ini
diperkuat dengan nyeri yang dialami tambah parah jika terlambat makan, disertai rasa
mual dan perut terasa kembung. Hal ini merupakan gejala-gejala dari terjadinya
dispepsia dimana terjadi produksi asam lambung yang meningkat. Satu hal lagi yang
mendukung diagnosis adalah adanya nafsu makan yang kurang dan diare. Gejala-
gejala tersebut kemungkinan besar di sebabkan makan yang tidak teratur dan stress
psikologi yang sangat berperan dalam sekresi asam lambung yang berlebihan sampai
akhirnya timbul gejala.
Pasien ini kemudian mendapat terapi Omeprasol yaitu golongan
Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI), golongan obat ini mengatur
sekresi asam lambung pada stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Pasien
juga mendapat terapi Ranitidin yang merupakan golongan obat antagonis reseptor H2,
yang dapat menghambat sekresi asam lambung. Selain itu pasien juga mendapat
terapi Lodia untuk menghilangkan gejala diare.
Hal yang tidak kurang pentingnya adalah Tidak menunda makan, mengatur
pola makan dengan makan secara teratur dan sebaiknya mengkonsumsi makanan
berserat tinggi, bergizi, serta perbanyak minum air putih. Pasien juga sebaiknya
mengurangi mengkonsumsi makanan pedas, kecut, banyak mengandung gas yang
dapat menimbulkan gas di lambung (kubis, kol, kentang, semangka, melon) dan
berlemak tinggi yang menghambat pengosongan isi lambung. Menghindari konsumsi
obat –obat yang dapat mengiritasi lambung seperti obat anti inflamasi, misalnya yang
mengandung ibuprofen, aspirin dan ketoprofen. Sebaiknya di ganti dengan
Acetaminophen karena tidak mengakibatkan iritasi pada lambung. Serta penting bagi
pasien untuk menghindari stress, bias di mulai dengan pemberian support dari
keluarga.

49
LINGKUNGAN RUMAH

50
PEMBAHASAN PENYAKIT
(DISPEPSIA)

Definisi
Dispepsia adalah sekumpulan gejala (sindrom) yang terdiri dari nyeri atau
rasa tidak nyaman diepigastrium, mual, muntah, kembung, rasa penuhatau cepat
kenyang, dan sering bersendawa. Dispepsia dapat disebabkan oleh kelainan organik
(misalnya tukak peptik, gastritis, kolesistitis, dan lainnya), bila telah diketahui adanya
kelainan organik sebagai penyebabnya. maupun yang bersifat nonorganik/fungsional/
dyspepsia non ulkus, bila tidak jelas penyebabnya.1.2,5

Etiologi 4,5
Penyebab Dispepsia meliputi :
1. Dispepsia Organik .

- Gangguan dalam lumen saluran cerna (Tukak peptic, Gastritis, Keganasan,


dll)
- Gastroparesis
- Obat-obatan ( AINS, Teofilin, Digitalis, Antibiotik )
- Hepato Biller ( Hepatitis, Kolesistitis, Kolelitiatis, Keganasan, Disfungsi
spincter odii )
- Pancreas ( Pankreatitis, Keganasan )
- Keadaan Sistematik ( DM, Penyakit tiroid, Gagal ginjal, Kehamilan, PJI )

Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat
seperti nikotin dan alkohol serta, pemasukan makanan menjadi kurang sehingga
lambung akan kosong, kekosongan lambung dapat mengakibatkan erosi pada
lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung, kondisi demikian dapat
mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya

51
kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata
membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan maupun
cairan

2. Dispepsia Non organik atau fungsional

- Stress psikososial
- Factor lingkungan (makanan, genetik)

Rangsangan psikis/ emosi sendiri secara fisiologis dapat mempengaruhi lambung


dengan 2 cara, yaitu:
1. Jalur neuron: rangsangan konflik emosi pada korteks serebri mempengaruhi
kerja hipotalamus anterior dan selanjutnya ke nucleus vagus, nervus vagus dan
selanjutnya ke lambung.
2. Jalur neurohumoral: rangsangan pada korteks serebri → hipotalamus anterior
→ hipofisis anterior (mengeluarkan kortikotropin) → hormon → merangsang
korteks adrenal (menghasilkan hormon adrenal) → merangsang produksi asam
lambung
Faktor psikis dan emosi (seperti pada anksietas dan depresi) dapat mempengaruhi
fungsi saluran cerna dan mengakibatkan perubahan sekresi asam lambung,
mempengaruhi motilitas dan vaskularisasi mukosa lambung serta menurunkan
ambang rangsang nyeri.Pasien dyspepsia umumnya menderita anksietas, depresi
dan neurotik lebih jelas dibandingkan orang normal.

52
Gejala dan tanda 5,6

Berdasarkan atas keluhan atau gejala yang dominan, membagi dispepsia menjadi 3
tipe :

1)     Dispepsia dan keluhan seperti ulkus (ulcus-like dyspepsia), dengan gejala :

a)     Nyeri epigastrium terlokalisasi.

b)    Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasid.

c)     Nyeri saat lapar.

d)    Nyeri episodik.

2)     Dispepsia dengan GFI seperti dismotilitas (dysmotility-like dyspepsia), dengan


gejala :

a)     Mudah kenyang

b)    Perut cepat terasa penuh saat makan

c)     Mual

d)    Muntah

e)     Upper abdominal bloating

f)      Rasa tak nyaman bertambah saat makan.

3)     Dispepsia nonspesifik (tidak ada gejala seperti kedua tipe diatas)

53
Diagnosis 3,5
Berbagai macam penyakit dapat menimbulkan keluhan yang sama,
seperti halnya pada sindrom dispepsia, oleh karena dispepsia hanya merupakan
kumpulan gejala dan penyakit disaluran pencernaan, maka perlu dipastikan
penyakitnya. Untuk memastikan penyakitnya, maka perlu dilakukan beberapa
pemeriksaan, selain pengamatan jasmani, juga perlu diperiksa : laboratorium,
radiologis, endoskopi, USG, dan lain-lain.

Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium perlu dilakukan lebih banyak ditekankan untuk
menyingkirkan penyebab organik lainnya seperti: pankreatitis kronik, diabets
mellitus, dan lainnya. Pada dispepsia fungsional biasanya hasil laboratorium dalam
batas normal.

Radiologis
Pemeriksaan radiologis banyak menunjang dignosis suatu penyakit di saluran makan.
Setidak-tidaknya perlu dilakukan pemeriksaan radiologis terhadap saluran makan
bagian atas, dan sebaiknya menggunakan kontras ganda.

Endoskopi (Esofago-Gastro-Duodenoskopi)
Sesuai dengan definisi bahwa pada dispepsia fungsional, gambaran endoskopinya
normal atau sangat tidak spesifik.

USG (ultrasonografi)
Merupakan diagnostik yang tidak invasif, akhir-akhir ini makin banyak dimanfaatkan
untuk membantu menentukan diagnostik dari suatu penyakit, apalagi alat ini tidak
menimbulkan efek samping, dapat digunakan setiap saat dan pada kondisi klien yang
beratpun dapat dimanfaatkan

54
Waktu Pengosongan Lambung
Dapat dilakukan dengan scintigafi atau dengan pellet radioopak. Pada dispepsia
fungsional terdapat pengosongan lambung pada 30 – 40 % kasus.a

Pengobatan 1,3,4,5

Penatalaksanaan farmakologis yaitu:

Pengobatan dispepsia mengenal beberapa golongan obat, yaitu :

1. Antasid 20-150 ml/hari

Golongan obat ini mudah didapat dan murah. Antasid akan menetralisir sekresi
asam lambung. Campuran yang biasanya terdapat dalam antasid antara lain Na
bikarbonat, AL (OH)3, Mg (OH)2 dan Mg trisilikat. Pemakaian obat ini sebaiknya
jangan diberikan terus-menerus, sifatnya hanya simtomatis, untuk mengurangi rasa
nyeri. Mg trisilikat dapat dipakai dalam waktu lebih lama, juga berkhasiat sebagai
adsorben sehingga bersifat nontoksik, namun dalam dosis besar akan
menyebabkan diare karena terbentuk senyawa MgCl2.

2. Antikolinergik

Perlu diperhatikan, karena kerja obat ini tidak spesifik. Obat yang agak selektif
yaitu pirenzepin bekerja sebagai anti reseptor muskarinik yang dapat menekan
sekresi asam lambung sekitar 28-43%. Pirenzepin juga memiliki efek sitoprotektif.

3. Antagonis reseptor H2

Golongan obat ini banyak digunakan untuk mengobati dispepsia organik atau
esensial seperti tukak peptik. Obat yang termasuk golongan antagonis reseptor H2
antara lain simetidin, roksatidin, ranitidin dan famotidin

55
.

4. Penghambat pompa asam (proton pump inhibitor = PPI)

Sesuai dengan namanya, golongan obat ini mengatur sekresi asam lambung pada
stadium akhir dari proses sekresi asam lambung. Obat-obat yang termasuk
golongan PPI adalah omeperazol, lansoprazol dan pantoprazol.

5. Sitoprotektif

Prostaglandin sintetik seperti misoprostol (PGE) dan enprestil (PGE2). Selain


bersifat sitoprotektif, juga menekan sekresi asam lambung oleh sel parietal.
Sukralfat berfungsi meningkatkan sekresi prostaglandin endogen, yang selanjutnya
memperbaiki mikrosirkulasi, meningkatkan produksi mukus dan meningkatkan
sekresi bikarbonat mukosa, serta membentuk lapisan protektif (sebagai site
protective), yang senyawa dengan protein sekitar lesi mukosa saluran cerna bagian
atas (SCBA).

6. Golongan prokinetik

Obat yang termasuk golongan prokinetik, yaitu sisaprid, dom peridon dan
metoklopramid. Golongan ini cukup efektif untuk mengobati dispepsia fungsional
dan refluks esofagitis dengan mencegah refluks dan memperbaiki bersihan asam
lambung (acid clearance).

Penatalaksanaan non farmakologis

 Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung


 Menghindari faktor resiko seperti alkohol, makanan yang pedas, obat-obatan
yang berlebihan, nikotin rokok, stress,dll.
 Atur pola makan

56
Pencegahan 3,5
Pola makan yang normal dan teratur, pilih makanan yang seimbang dengan
kebutuhan dan jadwal makan yang teratur, sebaiknya tidak mengkomsumsi makanan
yang berkadar asam tinggi, cabai, alkohol, dan pantang rokok, bila harus makan obat
karena sesuatu penyakit, misalnya sakit kepala, gunakan obat secara wajar dan tidak
mengganggu fungsi lambung.

57
DAFTAR PUSTAKA

1. http://tbmcalcaneus.org/index2.php?option=com_content&do_pdf=1&id=73
2. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/penanganan%20dispepsia%20pada
%20lanjut%20usia%20(prof%20wibawa).pdf
3. http://info-medis.blogspot.com/2009/01/dispepsia.html
4. http://drlizakedokteran.blogspot.com/2007/12/dispepsia-fungsional.html
5. (KULIIDispepsi ppt)
http://images.viepharmacy.multiply.multiplycontent.com/attachment/0/Sqx6
WgoKCpwAACRKLH81/KUL%20II%20DISPEPSIA.ppt?nmid=282754117
6. http://nieziz09.co.cc/dispepsia

58

You might also like