You are on page 1of 27

Sunnah-sunnah Pernikahan

NASIHAT RASULULLAH
BAGI SHAHABATKU YANG MAU
MENIKAH

“Tuntunan Meniti Keluarga Sakinah,


Mawaddah, Warahmah”

Yusuf Hidayat
Sunnah-sunnah Pernikahan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, tiada henti penyusun panjatkan rasa syukur


kepada Allah ‘Azza wa Jalla, Rabb semesta alam, yang segala
puji hanya milik-Nya, kami senantiasa memuji-Nya, memohon
pertolongan dan ampunan kepada-Nya, kami berlindung kepada
Allah dari kejahatan diri-diri kami dan kejelekan amal perbuatan
kami. Sesungguhnya taufiq dan hidayah hanya milik-Nya
semata. Barang siapa yang Allah beri petunjuk, maka tidak ada
yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang Allah
sesatkan, maka tidak ada yang dapat memberinya petunjuk.
Shalawat beserta salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada
Rasulullah SAW. hingga akhir zaman.
Sekarang ini "Pernikahan Muda" laksana jamur di negeri
ini. Menikah memang sunnah Rasulullah yang sangat mulia,
apabila sesuai dengan tuntunan syariat yang diajarkan oleh
beliau SAW. Risalah kecil dan amat sederhana ini penyusun
susun tidak lain sebagai nasihat dan pengingat bagi penyusun
sendiri, dan bagi para rekan-rekan muda pada umumnya yang
akan ataupun sudah menikah.
Pernikahan adalah sunnah yang diajarkan Rasulullah,
tetapi kenapa banyak mahligai pernikahan yang justru berakhir
dengan perceraian atau kejadian-kejadian tragis lainnya. Maka
timbul sebuah pertanyaan, apakah seorang pemuda atau pemudi
sudah mengetahui dan mengerti apa itu pernikahan dan seperti
apakah tuntunan pernikahan yang disyariatkan oleh Rasulullah?
Berangkat dari pertanyaan tersebut, penyusun tergerak
untuk mengumpulkan nasihat-nasihat yang diajarkan oleh
Rasulullah, para shahabat dan para ulama yang tentunya sudah

i Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

membuktikan bagaimana dahsyatnya pernikahan yang


dilaksanakan sesuai dengan tuntunan syariat Allah dan Rasul-
Nya. Kita tentunya ingin memperoleh hasil yang baik dari
sebuah pernikahan bukan? Maka sudah barang tentu kita juga
harus memulainya dengan yang baik pula, sebagaimana yang
dicontohkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya. Bagaimana
langkah-langkah beserta do'a-do'a yang dipanjatkan oleh
Rasulullah dan para shahabatnya ketika memulai sebuah
pernikahan yang mulia ini. Sehingga menghasilkan rumah
tangga yang tangguh yang bisa menjadi madrasah bagi anak-
anak yang shalih dan shalihah.
Dengan keterbatasan ilmu yang penyusun miliki, penyusun
memberanikan diri untuk menyusun sepatah dua patah kata,
yang Insya Allah penyusun niatkan hanya semata-mata
mengharap ridlo Allah 'Azza wa Jalla supaya risalah yang amat
sederhana ini bisa menuntun kita mengetahui dan memahami
langkah awal sebuah pernikahan yang dibangun sebagaimana
yang diajarkan oleh Rasulullah dan para shahabatnya.
Mudah-mudahan tulisan yang tidak seberapa ini bisa
bermanfaat bagi penyusun khususnya, dan bagi para generasi
muda Islam pada umumnya. Selamat membaca…

Revisi ke-3 pada : Syawal 1431 H


September 2010 M

Penyusun

YUSUF HIDAYAT

ii Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

DAFTAR ISI

Kata Pengantar .................................................................... i


Bab I Dasar Pernikahan ...................................................... 1

Bab II Sunnah-Sunnah Pernikahan


Rasulullah SAW. ............................................................. 4
1. Do'a dan ucapan selamat untuk pengantin ................. 4
2. Mengucapkan Salam ketika hendak masuk ke-
tempat isteri dengan mendahulukan kaki kanan ........ 4
3. Do'a ketika mengusap dan meletakkan tangan-
pada ubun-ubun isteri.................................................. 4
4. Do'a meminta kebaikan setelah mendirikan-
shalat sunnat dua raka'at ............................................. 5
5. Do'a sebelum memulai sanggama/jima' ..................... 6
a. Mengawali dengan kerelaan kedua belah-
pihak diantaranya dengan prolog jima' ................ 6
b. Hanya berdua dan tidak ada orang lain walaupun-
anak kecil ............................................................. 7
c. Posisi .................................................................... 7
d. Larangan Rasulullah berhubungan intim disaat-
isteri sedang haid................................................... 7
e. Memberikan kepuasan pada pasangan.................. 9
f. Tidak menyakiti pada pasangan ............................ 9
6. Kiat Berhubungan Intim di Saat Haid ........................ 9
7. Mengenal Wadzi, Madzi dan Mani ............................ 12
8. Senam seks & Pemanasan untuk melakukan jima' .... 12
9. Hadits perintah berwudlu apabila ingin mengulangi
hubungan intim (ronde kedua atau ketiga) ................ 13
10. Hadits berwudlu setelah melakukan junub ................ 14
11. Mandi Wajib .............................................................. 15

Bab III Do’a & Dzikir Shahih Berdasarkan


Al-Quran & As-Sunnah .................................................. 19
a. Do’a Memohon Keturunan Yang Baik ......................... 19
b. Do’a Meminta Perlindungan Bagi Anak ..................... 19
c. Do’a Di Saat Badan Terasa Sakit.................................. 20
d. Do’a Singgah Pada Suatu Tempat ............................... 20
e. Do’a Mengusir Syaitan Jahat ....................................... 21

MARAJI (DAFTAR PUSATAKA) .................................... 22

iii Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

BAB I
DASAR PERNIKAHAN

Berikut beberapa dasar hukum pernikahan yang penyusun


kemukakan sebagai hujjah bahwa nikah merupakan salah satu
ibadah yang sangat mulia di sisi Allah Azza wa Jalla.

Allah 'Azza wa Jalla berfirman:


‫ﻢ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬‫ـ‬‫ﺑﻴ‬ ‫ﻌ ﹶﻞ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬ ‫ﺍﹶﻟ‬ ‫ﺍ‬‫ﻨﻮ‬‫ﺴ ﹸﻜ‬
 ‫ﻟّﺘ‬ ‫ﺎ‬‫ﺍﺟ‬‫ﺯﻭ‬ ‫ﻢ ﹶﺍ‬ ‫ﺴ ﹸﻜ‬
ِ ‫ﻧ ﹸﻔ‬‫ﻦ ﹶﺍ‬ ّ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻖ ﹶﻟ ﹸﻜ‬ ‫ﺧ ﹶﻠ‬ ‫ﻪ ﺍﹶ ﹾﻥ‬ ‫ﺗ‬‫ﻳﺎ‬‫ﻦ ﹶﺍ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬
{٢١ : ‫ﻭﻡ‬‫ }ﺍﻟﺮ‬.‫ﻭ ﹶﻥ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺘ ﹶﻔﻜﱠ‬‫ﻮ ﹴﻡ ﻳ‬ ‫ﻟّ ﹶﻘ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻚ َ ﹶﻻ‬
 ‫ﻟ‬‫ﻲ ﹶﺫ‬ ‫ﻓ‬ ‫ﺍﻥﱠ‬ ‫ﻤ ﹰﺔ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ ﹰﺓﻭ‬‫ﻮﺩ‬ ‫ﻣ‬
Dan diantara tanda-tanda (kekuasaan)-Nya ialah Dia
menciptakan pasangan-pasangan untukmu dari jenismu sendiri,
agar kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan Dia
menjadikan diantaramu rasa kasih dan sayang. Sungguh pada
yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran
Allah) bagi kaum yang berpikir. (Q.S. Ar-Rum/30:21).

Kemudian Allah 'Azza wa Jalla juga berfirman:


‫ﺍ ﹾﻥ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺋ ﹸﻜ‬‫ـﺎ‬‫ﺍﻣ‬‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺩ ﹸﻛ‬ ‫ـﺎ‬‫ﻋﺒ‬ ‫ﻦ‬ ‫ـ‬‫ﲔ ﻣ‬
‫ﺤ‬ ‫ﻟ‬‫ﺎ‬‫ﺍﻟـﺼ‬‫ﻢ ﻭ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬ ‫ـ‬‫ﻰ ﻣ‬‫ـﺎﻣ‬‫ﺤﻮﺍ ﹾﺍ َﻷﻳ‬
 ‫ﻜ‬ ‫ﻧ‬‫ﻭﹶﺍ‬
{٣٢:‫ﻮﺭ‬‫ }ﺍﻟﻨ‬.‫ﻢ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺍ‬‫ﷲ ﻭ‬
ُ ‫ﺍ‬‫ﻪ ﻭ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻐﹺﻨ ﹺﻬ‬ ‫ﻳ‬‫ﺍ َﺀ‬‫ﺍ ﹸﻓ ﹶﻘﺮ‬‫ﻧﻮ‬‫ﻮ‬ ‫ ﹸﻜ‬‫ﻳ‬

Dan nikahkanlah orang-orang yang masih membujang di antara


kamu, dan juga orang-orang yang layak (menikah) dari hamba-
hamba sahayamu yang laki-laki dan perempuan. Jika mereka
miskin, Allah akan memberi kemampuan kepada mereka dengan
karunia-Nya. Dan Allah Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha
Mengetahui. (Q.S. An-Nur/24:32).

Imam Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, "Ini adalah


perintah nikah", sebagian ulama berpendapat bahwa hal itu
wajib bagi yang sudah berkemampuan untuk itu. Ada satu hal
yang harus kita cermati, yang tidak boleh dikesampingkan dari
penjelasan Syaikh asy-syinqithi rahimahullah dalam mengulas
janji Allah 'Azza wa Jalla, beliau berkata: "orang menikah yang
diberi janji Allah 'Azza wa Jalla berupa kecukupan hidup, ialah
orang yang mempunyai niat dengan pernikahannya supaya
mendapat kemudahan menjalankan ketaatan kepada Allah 'Azza
wa Jalla dalam menundukkan pandangan dan memelihara

1 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

kemaluannya. Sebagaimana zhahir dari hadits Nabi SAW.


berikut:

‫ﺼ ﹺﺮ‬
 ‫ـ‬‫ﻟ ﹾﻠﺒ‬ ‫ﻪ ﹶﺃﻏﹶـﺾ‬ ‫ـ‬‫ﺝ ﹶﻓﹺﺈﻧ‬
 ‫ﺰﻭ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺒﺎ َﺀ ﹶﺓ ﹶﻓ ﹾﻠ‬‫ﻢ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻨ ﹸﻜ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻉ‬
 ‫ﺘ ﹶﻄﺎ‬‫ﺳ‬ ‫ﻣ ﹺﻦ ﺍ‬ ‫ﺏ‬
‫ﺒﺎ ﹺ‬‫ﺮﺍﻟﺸ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻳﺎ‬
.‫ﺟﺎ ٌﺀ‬ ‫ﻪ ﹺﻭ‬ ‫ﻪ ﹶﻟ‬ ‫ﻮ ﹺﻡ ﹶﻓﹺﺈﻧ‬ ‫ﻪ ﹺﺑﺎﻟﺼ‬ ‫ﻌ ﹶﻠﻴ‬ ‫ﻊ ﹶﻓ‬ ‫ﻄ‬ ‫ﺘ‬‫ﺴ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺝ‬
‫ﺮ ﹺ‬ ‫ﻟ ﹾﻠ ﹶﻔ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺼ‬
 ‫ﺣ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬
“Wahai segenap pemuda, barangsiapa di antara kamu mempu
menikah, hendaklah ia menikah. Karena nikah itu lebih
membantu menundukkan pandangan mata dan lebih
membentengi kemaluan (dari hal-hal yang diharamkan). Dan
barangsiapa tidak mampu (nikah), hendaklah ia berpuasa.
Karena puasa itu dapat menjadi obat pengekang baginya”.
(Muttafaq 'alaih: lihat Shahih al-Bukhari (Fat-hul Baari (IX/112, no. 5066),
Shahih Muslim (II/1018, no. 1400), Sunan Abi Dawud ('Aunul Ma'buud
(VI/39, no. 2031), Sunan at-Tirmidzi (II/272, no. 1087), Sunan an-Nasa-I
(VI/56), Sunan Ibni Majah (I/592, no. 1845) dari Abdullah bin Mas’ud r.a..

Apabila niatnya untuk menikah adalah dalam rangka


merealisasikan ketaatan kepada Allah 'Azza wa Jalla, dengan
menundukkan pandangan dan memelihara kemaluan, maka
dengan itulah janji Allah berupa kecukupan rezeki akan teraih".

Sebagaimana sabda Rasulullah SAW.:


‫ﺬﻱ‬ ‫ﺐ ﺍﻟﱠ‬
 ‫ﺗ‬‫ﻤ ﹶﻜﺎ‬ ‫ﻭﺍﹾﻟ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻴ ﹺﻞ ﺍ‬ ‫ﺳﹺﺒ‬ ‫ﻓﻲ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺠﺎ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ ﹶﺍﹾﻟ‬:‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻌﺎﹶﻟﻰ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻰ ﺍ‬ ‫ﻋﻠ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻼﹶﺛ ﹲﺔ‬
‫ﹶﺛ ﹶ‬
.‫ﻑ‬
 ‫ﻌ ﹶﻔﺎ‬ ‫ﺪﺍﹾﻟ‬ ‫ﻳ‬‫ﻳ ﹺﺮ‬ ‫ﺬﻱ‬ ‫ﺢ ﺍﻟﱠ‬
 ‫ﻛ‬ ‫ﺎ‬‫ﺩﺍ َﺀ ﹺﻭﺍﻟﻨ‬ ‫ﺪﹾﺍ َﻷ‬ ‫ﻳ‬‫ﻮ ﹺﺭ‬ ‫ﻳ‬

"Ada tiga golongan, Allah mewajibkan atas diri-Nya untuk


membantunya: (yaitu) Orang yang berjihad di jalan Allah,
budak yang berusaha membeli dirinya sendiri hinggga menjadi
orang merdeka dan orang yang menikah untuk menjaga
kehormatan diri". (Hadits riwayat at-Tirmidzi (no. 1352), Ibnu Majah
(no. 1512), an-Nasa’i (no. 3017), dan, lihat Shahiihul Jami' (no. 3050)).

Kemudian Imam Ibnu Katsir rahimahullah menyebutkan


pula bahwa nikah itu menjadi sebab kecukupannya rezeki,
berdasarkan firman Allah:
(... ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻐﹺﻨ ﹺﻬ‬ ‫ﻳ‬‫ﺍ َﺀ‬‫ﺍ ﹸﻓ ﹶﻘﺮ‬‫ﻧﻮ‬‫ﻮ‬ ‫ ﹸﻜ‬‫ ﹾﻥ ﻳ‬‫ ﺍ‬...)
…Jika mereka fakir, niscaya Allah akan mencukupkan rezeki
mereka dengan karunia-Nya… (Q.S. An-Nur/24:32).

2 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

Beliau juga menyebutkan dari shahabat Abu Bakar As-


Shiddiq r.a., bahwa ia berkata, "Taatilah Allah dalam rangka
menjalani nikah yang diperintahkan-Nya, niscaya Allah akan
memenuhi apa yang dijanjikan-Nya berupa kecukupan rezeki.

Allah berfirman:
(... ‫ﻪ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻦ ﹶﻓ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻢ ﺍ‬ ‫ﻐﹺﻨ ﹺﻬ‬ ‫ﻳ‬‫ﺍ َﺀ‬‫ﺍ ﹸﻓ ﹶﻘﺮ‬‫ﻧﻮ‬‫ﻮ‬ ‫ ﹸﻜ‬‫ ﹾﻥ ﻳ‬‫ ﺍ‬...)

…Jika mereka fakir, niscaya Allah akan mencukupkan reseki


mereka dengan karunia-Nya… (Q.S. An-Nur/24:32).

Imam Ibnu Al-Qayyim rahimahullah, di dalam Al-Hadyu


An-Nabawi, III/149, (Lihat Kitab Zadu-l-Ma'ad fi Hadyi Khairi-l-'Ibad,
karya Imam Ibnu al-Qoyyim, IV/249 cet. Mu'assasah ar-Risalah, IV/228 cet.
Al-Majlis al-Islam al-Asiawi), beliau membahas kemanfaatan jima'
(bersetubuh dengan isteri), yang hal itu merupakan salah satu
tujuan pernikahan, beliau mengatakan, "Disyari'atkannya jima''
pada dasarnya adalah untuk tiga hal yang merupakan tujuan
intinya:
Pertama, Menjaga keturunan dan berkelanjutannya
adanya jenis makhluk tertentu sampai mencapai bilangan yang
ditakdirkan oleh Allah kemunculannya di jagat raya ini.
Kedua, Mengeluarkan air sperma (mani) yang jika
tertahan di dalam, akan membahayakan seluruh tubuh.
Ketiga, Memenuhi hajat jima' dan mendapatkan kelezatan
serta menikmati kenikmatan.
Maka, pernikahan mengandung makna besar. Hikmah yang
teragung ialah, bahwasanya nikmat dapat menjaga diri dari
perilaku zina dan mengurangi pandangan kepada yang haram.
Diantara hikmah yang lain adalah, mendapatkan keturunan
dan menjaga nasab, dan meraih ketenangan serta ketentraman
batin antara suami-isteri dalam membentuk keluarga yang
shalih, yang merupakan salah satu pondasi dalam tatanan
bangunan besar masyarakat Muslim. Dan diantara hikmah yang
lainnya pula, bahwasanya suami menanggung dan menjaga
isteri. Sementara isteri melakukan pekerjaan-pekerjaan di rumah
dan melaksanakan tugasnya yang benar dalam kehidupan.

3 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

BAB II
SUNNAH-SUNNAH PERNIKAHAN
RASULULLAH SAW.

1. Do'a dan ucapan selamat untuk pengantin


Disunnahkan bagi setiap muslim untuk memberikan
ucapan selamat dan do'a kepada pengantin. Sebagaimana hadist
Rasulullah SAW. dari Abu Hurairah r.a. ia berkata "Jika Nabi,
SAW. memberikan ucapan selamat kepada mempelai, beliau
SAW. mengucapkan:
.‫ﻴ ﹴﺮ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻰ‬‫ﺎ ﻓ‬‫ﻨ ﹸﻜﻤ‬‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑ‬‫ﻭ‬, ‫ﻢ‬ ‫ﷲ ﹶﻟ ﹸﻜ‬
ُ ‫ﻙ ﺍ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺑ‬
"Semoga Allah memberikan serta melimpahkan berkah-Nya
bagi kalian. Dan semoga Dia mengumpulkan kalian dalam
kebaikan."
(Hadits ini Shahih, lihat Shahih Sunan Ibni Majah (No. 1546), Sunan Ibni
Majah (1/614, No. 1905). Riwayat ini miliknya Sunan Abu Dawud dalam
'Aunul Ma'buud (VI / 166, No. 2116), Sunan At – Tirmidzi (II/276, No.
1097), dalam kedua riwayat ini digunakan kata ganti pertama tunggal (‫ك‬
َ,-
red)

2. Mengucapkan Salam ketika hendak masuk ke tempat


isteri dengan mendahulukan kaki kanan
Rasulullah SAW. bersabda kepada shahabat Anas bin
Malik r.a. "Wahai anakku, jika engkau masuk ke tempat
isterimu, hendaknya engkau mengucapkan salam kepadanya,
agar menjadikan keberkahan bagimu dan bagi penghuni
rumahmu." (H.R. At-Tirmidzi, hadits Hasan Shahih).

3. Do'a ketika mengusap dan meletakkan tangan pada ubun-


ubun isteri
Disunnahkan pula untuk mengusap dan meletakkan tangan
pada ubun-ubun isteri seraya membaca basmallah dan
kemudian berdo'a memohon keberkahan:
‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺷ ﹺﺮّﻫ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻮ ﹸﺫﹺﺑ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻭﹶﺃ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﻬ‬‫ﺒ ﹾﻠ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﻣ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺮﻫ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﺳﹶﺄﹸﻟ‬ ‫ﻢ ﺇﹺﻧّﻲ ﹶﺃ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺍﹶﻟﻠﱠ‬
.‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺘﻬ‬‫ﺒ ﹾﻠ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺷ ﹺﺮّﻣ‬
"Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu kebaikan
dan kebaikan yang telah Engkau ciptakan padanya dan aku
berlindung kepada-Mu dari kejahatan dan kejahatan yang
Engkau ciptakan padanya."

4 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

(Hadits ini Hasan, lihat Shahih Sunan ibni Majah (No. 1557), Sunan Abi
Dawud dalam 'Aunul Ma'buud (VI / 196, No. 2146), Sunan Ibni Majah (I /
617, No. 1918).

4. Do'a meminta kebaikan setelah mendirikan shalat sunnat


dua raka'at
Setelah selesai berdo'a, Rasulullah menganjurkan kita
untuk mendirikan shalat sunnah dua raka'at dengan berjamaah.
Dalam masalah ini ada dua riwayat:
Pertama, diriwayatkan oleh Abu Sa'id al-Khudri r.a., ia
bekas budak Abu Usaid, ia berkata, "Ketika masih menjadi
budak, aku menikah. Lalu aku pun mengundang beberapa orang
shahabat Nabi SAW. diantaranya ada Ibnu Mas'ud r.a., Abu
Dzar r.a., dan Hudzaifah r.a.."
Abu Said r.a., melanjutkan, "Tidak lama kemudian iqamat
shalat dikumandangkan." Dia berkata, "Abu Dzar segera maju
ke depan. Namun, mereka segera berkata kepadaku, "Engkaulah
yang lebih berhak." Aku bertanya, "begitukah?" Mereka
menjawab, "Benar".
Abu Said berkata lagi, "Aku pun maju mengimami
mereka, padahal statusku saat itu masih budak. Selajutnya,
mereka mengajariku sembari mengatakan, "Jika engkau
menemui isterimu, shalatlah dua raka'at terlebih dahulu.
Kemudian mintalah kebaikan pada-Nya dan berlindunglah
kepada-Nya dari keburukan. Setelah itu, terserah dirimu dan
isterimu."

Kedua, diriwayatkan oleh Shahabat Syaqiq r.a. ia berkata,


Datang seorang pria bernama Abu Harir sambil berkata, "Aku
telah menikah dengan seorang gadis. Aku khawatir ia tidak bisa
membuatku bahagia." "Maka Abdullah bin Mas'ud r.a. pun
berkata, "Sesungguhnya rasa cinta dari Allah, dan permusuhan
dari syaitan yang ingin membuat kalian membenci pada sesuatu
yang telah Allah halalkan bagi kalian. Maka apabila engkau
menemuinya, suruhlah ia shalat dua raka'at di belakangmu,
kemudian berdo'alah:
‫ﻊ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ ﺍ‬‫ﻬﻢ‬ ‫ ﺍﹶﻟﻠﱠ‬,‫ﻓﻲ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻙ ﹶﻟ‬ ‫ﺎ ﹺﺭ‬‫ﻭﺑ‬ ‫ﻲ‬‫ﻫﻠ‬ ‫ﻲ ﹶﺃ‬‫ﻲ ﻓ‬‫ﻙ ﻟ‬ ‫ ﺑﹶﺎ ﹺﺭ‬‫ﻬﻢ‬ ‫ﺍﹶﻟﻠﱠ‬
.‫ﻴ ﹴﺮ‬ ‫ﺧ‬
 ‫ﱃ‬
‫ﺖﺇ ﹶ‬
 ‫ ﹾﻗ‬‫ﺎ ﺇﺫﹶﺍ ﹶﻓﺮ‬‫ﻨﻨ‬‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻕ‬
 ّ‫ﻭ ﹶﻓ ﹺﺮ‬ ‫ﻴ ﹴﺮ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﺖ ﺑﹺ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺎﻣ‬‫ﻨﻨ‬‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬
"Ya Allah, berkahilah aku untuk keluargaku dan berkahilah
mereka untukku. Ya Allah, jika Engkau kumpulkan kami, maka
kumpulkanlah kami dalam kebaikan. Dan jika Engkau pisahkan
5 Oleh Yusuf Hidayat
Sunnah-sunnah Pernikahan

kami untuk kebaikan, maka pisahkanlah kami." (Sanad Shahih:


lihat Aadaabuz Zafaf (No. 23), Ibnu Abi Syaiban (IV / 312).

5. Do'a sebelum memulai sanggama/jima'


Sewaktu hendak berjima' (mengadakan hubungan badan
dengan isteri), Rasulullah SAW. mensyariatkan umatnya untuk
selalu berdo'a terlebih dahulu. Berikut do’a yang diajarkan oleh
Rasulullah SAW.:
.‫ﺎ‬‫ﺘﻨ‬‫ﺯ ﹾﻗ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻴﻄﹶﺎ ﹶﻥ ﻣﹶﺎ‬ ‫ﺸ‬
 ‫ﺐ ﺍﻟ‬
 ّ‫ﺟﹺﻨ‬ ‫ﻭ‬ ,‫ﻴﻄﹶﺎ ﹶﻥ‬ ‫ﻨﹶﺎ ﺍﻟﺸ‬‫ﺟﹺﻨﺒ‬ ‫ﻬﻢ‬ ‫ ﺍﹶﻟﻠﱠ‬,‫ﷲ‬
ِ ‫ﺴ ﹺﻢ ﺍ‬
 ‫ﹺﺑ‬
"Bismillah, Ya Allah jauhkanlah kami dari syaitan dan
jauhkanlah syaitan dari anak yang Engkau karuniakan kepada
kami."

Nabi SAW., bersabda, "Jika ditaqdirkan lahir seorang anak


bagi mereka, maka selamanya syaitan tidak mampu
membahayakannya."
(Hadits ini Muttafaq 'alaih: lihat Shahih al-Bukhari (Fat-hul Baari (IX / 228,
No. 5165), Shahih Muslim (II / 1058, No. 1434), Sunan Abi Dawud dalam
'Aunul Ma'buud (VI / 197, No. 2147), Sunan at-Tirmidzi (II / 277, No. 1098),
Sunan Ibni Majah (I / 618, No. 1919).

a. Mengawali dengan kerelaan kedua belah pihak


diantaranya dengan prolog jima'
Biasanya, wanita memerlukan waktu untuk mencapai
orgasme dari pada pria yang lebih cepat. Jangan tergesa-gesa,
masing-masing harus saling memahami agar keduanya secara
bersamaan dapat mencapai orgasme. Ketenangan dan
kelembutan dapat mengatasi kondisi ini.
Rasulullah SAW., bersabda: "Tiga perkara yang termasuk
kelemahan pria, yaitu seorang yang mendekati isterinya dan
langsung menidurinya sebelum ia berbicara, mencumbu
isterinya sebelum ia berbaring tenang, dan selesai lebih dahulu
(orgasme) sebelum isterinya selesai (mencapai klimaks)." (Hadits
Riwayat Ad-Dailami).

Rasulullah SAW. juga bersabda:


:‫ـ ﹶﻞ‬‫ﻗﻴ‬ .‫ﺳﻮ ﹲﻝ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻤﺎ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻨ‬‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ ﹸﻜ‬‫ﻭﹾﻟ‬ ‫ﻤ ﹸﺔ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺒ ﹺﻬ‬‫ﻊ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺗ ﹶﻘ‬ ‫ﻤﺎ‬ ‫ﻪ ﹶﻛ‬ ‫ﺗ‬‫ﺮﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﻢ ﻋﻠﻰ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ ﹶﺃ‬‫ﻌﻦ‬ ‫ﻳ ﹶﻘ‬‫ﹶﻻ‬
.‫ﻡ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺍﹾﻟﻜﹶـ ﹶ‬‫ﺒﻠﹶـ ﹸﺔ ﻭ‬ ‫ ﺃﹾﻟ ﹸﻘ‬:‫؟ ﻗﹶـﺎ ﹶﻝ‬‫ﺳ ﹶﻠﻢ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻ ﹶﻠﻰ ﺍ‬
 ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺳﻮ ﹶﻻ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻳﺎ‬ ‫ﺳﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻣﺎﺍﻟﺮ‬ ‫ﻭ‬
{‫}ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺪﻳﻠﻤﻲ‬
6 Oleh Yusuf Hidayat
Sunnah-sunnah Pernikahan

"Jangan sekali-kali seseorang diantara kamu menyenggamai


isteri seperti seekor hewan bersenggama, tetapi hendaknya ia
mendahului dengan perantaraan." Lalu ada yang bertanya,
"Apakah perantaraan itu?" Sabdanya, "Yaitu ciuman dan
ucapan yang romantis." (Hadits Riwayat Ad-Dailami)

b. Hanya berdua dan tidak ada orang lain walaupun anak


kecil
Al-Allamah Muhammad Al-Abdary yang dikenal dengan
julukan Ibnul Haj dalam "Al-Madkhal" menyebutkan bahwa
Abdullah bin Umar r.a. jika akan melakukan hajat kepada
isterinya, ia mengeluarkan bayi yang masih menetek dari
rumahnya dan berkata, "Tidak pantas seseorang melakukan itu
sedang di rumahnya ada seekor kucing". Maksudnya, jangan
sampai dilihat oleh sepasang mata pun ketika berhubungan
badan, karena termasuk aurat yang harus ditutupi. Maka,
dianjurkan mencari tempat yang tertutup dengan baik, mengunci
pintu atau mengatur tempat yang nyaman agar tidak dilihat atau
didengar orang lain.

c. Posisi
‫ﻰ‬‫ﻭﻓ‬ .‫ﻀ ﹶﺔ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺮﻭ‬ ‫ﺑ‬‫ﺍﺍﻟﺪ‬‫ ﹸﻘﻮ‬‫ﺍﺗ‬‫ﺮﻭ‬ ‫ﺩﹺﺑ‬ ‫ﺃ‬‫ ﺃ ﹾﻗﹺﺒ ﹾﻞ ﻭ‬:‫ﻢ‬ ‫ﺳ ﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﹶﻰ ﺍ‬
 ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻻ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﹶﻗﺎ ﹶﻝ‬
{‫ }ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ ﻭﺃﺑﻮﺩﺍﻭﺩ‬.‫ﺝ‬
‫ﺮ ﹺ‬ ‫ﰱ ﺍﹾﻟ ﹶﻔ‬
‫ﻚ ﹺ‬
 ‫ﻟ‬‫ﻡ ﺫﹶﺍ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎﺩ‬‫ﺮ ﹰﺓ ﻣ‬ ‫ﺪﹺﺑ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻘﹺﺒ ﹶﻠ ﹰﺔ ﺃ‬ ‫ﻣ‬ :‫ﺔ‬ ‫ﻳ‬‫ﺍ‬‫ﹺﺭﻭ‬
Rasulullah SAW. bersabda: "Datangilah isterimu dari arah
depan atau dari arah belakang, tetapi jangan menyetubuhi pada
dubur dan jangan pula dalam keadaan haid." Dalam riwayat
lain, "Dari belakang atau dari depan tidak apa-apa, asalkan
pada farjnya (kemaluannya)." (Hadits Riwayat Muslim dan Abu
Dawud).

d. Larangan Rasulullah berhubungan intim di saat isteri


sedang haid
Rasulullah juga melarang keras suami yang berhubungan
intim di saat isterinya sedang haid. Dasarnya adalah firman
Allah SWT. Di dalam Q.S. Al Baqarah/2:222.
‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺾ‬
‫ﻴ ﹺ‬‫ﻤﺤ‬ ‫ﻲ ﺍﹾﻟ‬‫ﺎ َﺀﻓ‬‫ﺍﺍﻟﹺﻨّﺴ‬‫ﺘ ﹺﺰﹸﻟﻮ‬‫ﻋ‬ ‫ﺃﺫﹰﻯ ﻓﹶﺎ‬‫ﻫﻮ‬ ‫ﺾ ﹸﻗﻞﹾ‬
‫ﻴ ﹺ‬‫ﻤﺤ‬ ‫ﻋ ﹺﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ﻮ‬ ‫ﺴﹶﺄﹸﻟ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬
‫ﷲ‬
َ ‫ﷲ ﺇﻥﱠ ﺍ‬
ُ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﹸﻛﻤ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺚ ﺃ‬
‫ﻴ ﹸ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻫﻦ‬ ‫ﻮ‬‫ﺮ ﹶﻥ ﹶﻓ ﹾﺄﺗ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗﻄﹶ‬‫ﺮ ﹶﻥ ﻓﹶﺈﺫﹶﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻳ ﹾﻄ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻫﻦ‬ ‫ﻮ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﺗ ﹾﻘ‬
{٢٢٢ :‫ }ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬.‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺘ ﹶﻄ ﹺﻬّ ﹺﺮ‬‫ﻤ‬ ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﺤﺐ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺍﹺﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺍﻟﺘ‬‫ﺤﺐ‬
 ‫ﻳ‬

7 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

Dan mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah,


"Haid itu adalah suatu kotoran. Oleh sebab itu, hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kamu
mendekati mereka sebelum mereka bersuci. Apabila mereka
telah suci, campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Allah kepadamu." Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.
(Q.S. Al Baqarah/2:222)

Dari hasil penelitian, diketahui bahwa alat kelamin wanita


merupakan saluran yang menghubungkan rongga perut dengan
yang ada di luar, vagina berlubang, mulut rahim berlubang,
rongga rahim. Rongga ini terus masuk ke kiri dan ke kanan
menjadi saluran telur. Kemudian saluran telur ini bermuara ke
rongga perut. Jikalau kuman masuk melalui alat kelamin wanita,
kemudian masuk ke dalam perut, hal ini akan menimbulkan
infeksi yang sangat berbahaya.
Dalam keadaan normal, saluran ini biasanya diamankan
oleh lender-lendir kental yang ada di dalam mulut rahim
sehingga kotoran apa pun tidak bisa masuk ke dalam rongga
perut. Kuman-kuman yang masuk ke dalam rahim akan ditahan
oleh lender rahim. Tetapi di saat menstruasi, lender ini
dilepaskan terlebih dahulu, sebab jika lender ini masih ada darah
mens tidak bisa keluar. Jadi, pada waktu mens, sumbatan lendir
itu akan terlepas. Akibatnya, saluran kelamin akan terbuka dan
sangat rentan terhadap serangan kuman. Jadi seandainya ada
kuman, dengan mudah kuman tersebut akan masuk ke dalam
rahim karena tidak ada hambatan dari lendir. Kalau itu terjadi,
kuman tersebut tidak hanya masuk ke dalam rongga perut, tetapi
bisa mencapai ke seluruh tubuh melalui pembuluh-pembuluh
darah yang terbuka. Dengan cepat kuman-kuman tersebut bisa
masuk ke dalam otak, ginjal, dan jantung sehingga dapat
menyebabkan infeksi seluruh tubuh.
Tak hanya kuman, udara pun bisa terdorong ke dalam
mulut rahim lalu masuk ke dalam pembuluh darah. Sesuai
hukum alam udara selalu mencari tempat yang paling tinggi,
bila penderita berdiri, udara bisa terbawa ke otak, dengan cepat
akan terjadi suatu reaksi alergi, menghambat aliran darah, atau
akan menyebabkan gangguan otak (akan mengalami kejang-
kejang dan bahkan bisa menimbulkan kematian mendadak).
Dapat disimpulkan bahwa agama dan medis selalu sejalan.
Allah mengharamkan hubungan suami isteri ketika sedang haid,
ternyata hal itu memang sangatlah berbahaya. Karenanya,
8 Oleh Yusuf Hidayat
Sunnah-sunnah Pernikahan

wawasan pengetahuan Agama dan medis seputar seks mutlak


dimiliki siapa saja. Jangan sampai ketidaktahuan menyebabkan
kita terjerembab ke dalam seks yang tidak aman dan tidak sehat.

e. Memberikan kepuasan pada pasangan


Rasulullah SAW. menasihati para suami untuk
memberikan kepuasan kepada isterinya. Beliau SAW. bersabda:

‫ﺎ ﹸﺛﻢ‬‫ﺪّ ﹾﻗﻬ‬ ‫ﺼ‬


 ‫ﻴ‬‫ﻪ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﻫ ﹶﻠ‬ ‫ﻢ ﺃ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻊ ﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺎ‬‫ ﺇﺫﹶﺍﺟ‬:‫ﻢ‬ ‫ﺳ ﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﹶﻰ ﺍ‬
 ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻻ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﹶﻗﺎ ﹶﻝ‬
.‫ﺎ‬‫ﺘﻬ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻲ ﺣ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺗ ﹾﻘ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﺎ‬‫ﺠّ ﹾﻠﻬ‬
‫ﻌ ﹺ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺎ ﹶﻓ ﹶ‬‫ﺘﻬ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﻲ ﺣ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﺗ ﹾﻘ‬ ‫ﺒ ﹶﻞ ﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻪ ﹶﻗ‬ ‫ﺘ‬‫ﺟ‬ ‫ﺎ‬‫ﺾ ﺣ‬
 ‫ﺇﺫﹶﺍ ﹶﻗ‬
{‫}ﺭﻭﺍﻩ ﻋﺒﺪﺍﻟﺮﺯﺍﻕ ﻭﺃﺑﻮﻳﻌﻠﻰ ﻋﻦ ﺃﻧﺲ‬
Rasulullah SAW. bersabda, "Jika seseorang diantara kamu
bersanggama dengan isterinya, hendaklah ia lakukan dengan
penuh kesungguhan. Kemudian kalau ia telah menyelesaikan
kebutuhannya sebelum isterinya mendapatkan kepuasan, jangan
ia terburu-buru mencabut (kemaluannya) sampai isterinya
mendapatkan kepuasan." (Hadits Riwayat Abdurrazak dan Abu Ya'la
dari shahabat Anas bin Malik r.a.)

f. Tidak menyakiti pada pasangan


Rasulullah SAW. melarang suami menyakiti isterinya,
beliau bersabda:
‫ﻌﻨﹺـﻰ‬ ‫ﻳ‬ :‫ﻌ ﹶﺔ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻦ ﹶﻟ ﹺﻬ‬ ‫ﺑ‬‫ﺍ‬ ‫ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ‬.‫ﻡ‬ ‫ﺮﺍ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻉ‬
 ‫ﺒﺎ‬ّ‫ﺴ‬
ِ ‫ ﹶﺍﻟ‬:‫ﻢ‬ ‫ﺳ ﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﹶﻰ ﺍ‬
 ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻻ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﹶﻗﺎ ﹶﻝ‬
{‫ }ﺭﻭﺍﻩ ﺃﲪﺪﻭﺃﺑﻮﻳﻌﻠﻰ ﻭﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻰ‬.‫ﻉ‬
‫ﻤﺎ ﹺ‬ ‫ﺠ‬
‫ﺮﹺﺑﺎﹾﻟ ﹺ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻳ ﹾﻔ‬ ‫ﺬﻯ‬ ‫ﻪ ﺍﻟﱠ‬ ‫ﹺﺑ‬
Rasulullah SAW. bersabda, "Binatang buas itu haram. "Ibnu
Lahi'ah berkata, "Maksudnya ialah berbangga-gangga
(menyakiti/berlaku kasar seperti hewan) dalam hubungan
seksual." (Hadits Riwayat Ahmad, Abu Ya'la, dan al-Baihaqi)

6. Kiat Berhubungan Intim Di Saat Haidh


Pada saat suami ingin memenuhi kebutuhan seks nya
secara halal dan diridhai Allah, bisa saja saat itu istrinya sedang
mengalami menstruasi. Berhubungan seks secara normal saat itu
tentu haram hukumnya. Sebagaimana firman Allah di dalam Al-
Qur’an surat Al-Baqarah:222. Lantas apa yang bisa dilakukan?

9 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

Sebenarnya hal ini sudah dicontohkan secara langsung


oleh Rasulullah SAW. sebagaimana disebutkan dalam banyak
hadits.
Syeikh Muhammad Shalih Al-Utsaimin rahimahullah
menjelaskan, “Apabila wanita sedang haid, boleh saja seorang
suami menikmati tubuh isterinya dari balik kain, atau bahkan di
bagian dalam kain dengan syarat, si wanita mengenakan kain
penutup. Karena Rasulullah SAW. pernah memerintahkan
Aisyah untuk mengenakan kain lalu beliau SAW. menggaulinya
(berhubungan intim tanpa jima’) saat Aisyah sedang haid.
Beliau SAW. memerintahkan Aisyah untuk mengenakan kain,
agar tidak sempat melihat darah yang menjijikan.”
Kemudian syeikh Al-Utsaimin rahimahullah menjelaskan,
“seorang suami juga boleh saja menikmati isterinya di sela-sela
pahanya.” (lihat kitab Isyratun Nisaa Minal Alifi Ilal Yaa, hal. 192).
Apa yang dijabarkan syeikh rahimahullah adalah
perluasan makna dari hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah r.a.
berikut:
‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍ‬
 ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍﷲ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﺴ ﹸﻞ ﹶﺃﻧ‬
ِ ‫ﺖ ﹶﺃ ﹾﻏ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ ﹸﻛ‬:‫ﺎ ﹶﻗ ﹶﻠ ﹾﺔ‬‫ﻨﻬ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻲ ﺍ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺸ ﹶﺔ‬
 ‫ﺋ‬‫ﺎ‬‫ﻦ ﻋ‬ ‫ﻋ‬
‫ﻭﻧﹺﻲ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﺒ‬‫ﺰﹺﺭ ﹶﻓ‬‫ﺮﻧﹺﻲ ﹶﻓﹶﺄﺗ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻳ ﹾﺄ‬ ‫ﺐ ﹶﻓﻜﹶﺎ ﹶﻥ‬
 ‫ﺟﻨ‬ ‫ﺎ‬‫ﻼﻧ‬
‫ﻛ ﹶ‬ ،‫ﺣﺪ‬ ‫ﺍ‬‫ﺎ ٍﺀ ﻭ‬‫ﻦ ﹺﺇﻧ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳﻠﱠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬
.‫ﺾ‬
 ‫ﺋ‬‫ﺎ‬‫ﺎ ﺣ‬‫ﻭﹶﺃﻧ‬ ‫ﺴ ﹸﻞ‬
ِ ‫ﻒ ﹶﻓﹶﺄ ﹾﻏ‬
 ‫ﻜ‬ ‫ﺘ‬‫ﻌ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ ﹺﺇﱄﱠ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ ﹾﺃ‬ ‫ﺝ‬
 ‫ﺨ ﹺﺮ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻭﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬ ،‫ﺋﺾ‬‫ﺎ‬‫ﺎﺣ‬‫ﻭﹶﺃﻧ‬

Dari Aisyah r.a berkata: “Saya dan Rasulullah mandi bersama


pada satu bejana dalam keadaan junub, beliau memerintahkan
aku untuk memakai sarung kemudian Rasulullah menggauliku,
padahal aku dalam keadaan haid, Rasulullah SAW tatkala di
mesjid mengeluarkan kapalanya kepadaku dalam keadaan
beliau sedang I’tikaf, maka aku menyirami kepala beliau dan
ketika itu aku sedang haid”. (hadits ini shahih lihat kitab Taisirul
‘Allam, Syarah Umdatul Ahkam, (I:122))

Imam Ibnu Quddamah rahimahullah juga menjelaskan,


“Boleh saja menikmati tubuh isteri di bagian sela-sela
pinggulnya tanpa jima”. Karena yang dilarang dalam ajaran
Islam adalah melakukan jima melalui anus. Itu diharamkan,
diantaranya karena kotoran di lokasi tersebut”. (lihat kitab Al-
Mughni Bisy Syarhil Kabir (VIII:132).
Kemudian, sebagian para ulama memberi penjelasan
secara menarik, ketika mereka membedakan antara onani yang
jelas diharamkan dengan aktifitas seks yang dilakukan dengan
10 Oleh Yusuf Hidayat
Sunnah-sunnah Pernikahan

tangan pasangan (isterinya) terhadap (maaf) kemaluan


pasangannya. Itu sangat lumrah dilakukan seorang istri terhadap
suaminya saat ia sedang haid.
Imam Ibnu Hajar rahimahullah menjelaskan, “kalau
seoarng isteri memegang kemaluan suaminya, lalu meletakkan
di ketiaknya atau di antara dua pahanya sehingga
menyemburkan sperma, maka itu mubah saja”. (lihat kitab At-
Tamhied karya Imam ibnu Hajar IX:232).
Sebagian orang beranggapan bahwa makna aplikatif dan
praktis dari hadits-hadits tersebut agak tabu dibicarakan dalam
lingkaran aktivitas menuntut ilmu, khususnya di kalangan santri
dan di kalangan umat Islam pada umumnya. Padahal pemikiran
seperti itu bertolak belakang dengan ajaran Islam itu sendiri.
Bisa kita renungkan, bahwa yang namanya kebutuhan seks tidak
bisa ditawar-tawar lagi. Penyelamatan diri dengan seks yang
halal adalah jalan satu-satunya yang bisa ditempuh oleh setiap
muslim dan muslimah. Akan tetapi ketika seorang muslim
sedang membutuhkan pelampiasan seks secara halal, lalu ia
terbentur hal yang haram seperti haid, lantas apa yang hendak ia
lakukan? Sementara Rasulullah SAW telah mencontohkan dan
membolehkan berhubungan seka tanpa jima’, maka dalam
kondisi demikian, hal ini harus dibicarakan secara jelas dan
gamblang yang tentunya berdasarkan nash-nash yang shahih
menurut Al-Qur’an, hadits dan atsar para shahabat nabi SAW.
Sebagaimana budaya ulama As-Salaf amat jelas mengisyaratkan
hal tersebut.
Imam Ath-Thabari rahimahullah menjelaskan bahwa
Imam Al-Laits mengabarkan, “kami pernah berdialog dengan
seorang Mujahid, tentang bagaimana seorang suami menggauli
isterinya yang sedang haid.”
Beliau (Mujahid) menjelaskan, “tekankan saja
kemaluannya ke sela-sela paha, pantat, atau pusar isterinya,
asalkan tidak dimasukkan ke dalam anus atau kemaluan isteri
yang sedang haid.” (Riwayat yang sama juga dinukil oleh Imam
Ath-Thabari dalam kitab tafsirnya.
Betapa hebat dan agungnya Islam di dalam memperhatikan
segala kebutuhan umat manusia, termasuk permasalahan
hubungan intim. Saat haid, adalah saat seorang wanita berada
dalam keadaan tidak suci, sehingga haram hukumnya
melakukan hubunga seks dengan jima’ melalui kemaluan
isterinya. Sementara hubungan seks melalui anal atau anus
secara mutlak juga diharamkan. Namun Islam masih
memberikan kesempatan bagi seorang suami untuk tetap
11 Oleh Yusuf Hidayat
Sunnah-sunnah Pernikahan

melakukan hubungan seks melalui cara khusus. Demikian yang


telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW.

7. Mengenal Wadzi, Madzi dan Mani


Wadzi adalah air berwarna keputih-putihan kental keluar
setelah kencing.
Sedangkan Madzi adalah air berwarna keputih-putihan,
bening dan lengket keluar ketika syahwat (terangsang) dan
memancar. Setelahnya tidak terasa lelah terkadang keluar tidak
terasa.
Adapun perbedaan antara madzi dan mani adalah:
a. Air mani lebih kental dari air madzi.
b. Air mani keluar setelah syahwat dan dipaksa, sedangkan
madzi keluar ketika syahwat dan terkadang tidak terasa.
c. Seseorang setelah mengeluarkan air mani merasakan
kelelahan sedangkan madzi tidak.
d. Air mani suci dan tidak najis, sedangkan madzi najis.
e. Keluar air mani menjadi sebab kewajiban mandi janabah
(mandi junub), sedangkan madzi hanya wajib mencuci
kemaluan dan pakaian yang terkena madzi saja.
Sebagaimana hadits berikut yang diriwayatkan oleh shahabat Ali
bin Abi Tholib r.a.:
‫ﺖ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻴ‬‫ﺤ‬
 ‫ﺘ‬‫ﺳ‬ ‫ ﻓﹶﺎ‬،ً‫ﻣﺬﱠﺍﺀ‬ ‫ﻼ‬
‫ﺟ ﹰ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ ﹸﻛ‬:‫ﻪ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﻲ ﺍ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻟ‬‫ﻰ ﻃﹶﺎ‬ ‫ﺑ ﹺﻦ ﺃﹺﺑ‬ ّ‫ﻠ ﹺﻲ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬
‫ﺕ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻣ‬ ‫ ﻓﹶـﹶﺄ‬،‫ﻣﹺﻨّـﻲ‬ ‫ﻪ‬ ‫ـ‬‫ﻨﺘ‬‫ﺑ‬‫ﻤﻜﹶﺎﻥ ﺍ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﺳﻠﱠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﱠﻰ ﺍ‬
 ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍﷲ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺄ ﹶﻝ‬‫ﹶﺃﻥﹾ ﺃﺳ‬
‫ـﺎﺭﹺﻱ‬‫ﺒﺨ‬‫ﻟ ﹾﻠ‬‫ﻭ‬ ((‫ـﹶﺄ‬‫ﻮﺿ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺴ ﹸﻞ ﹶﺫ ﹶﻛ‬
ِ ‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬)) :‫ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ‬،‫ﺴﹶﺄﹶﻟﻪ‬
 ‫ ﹶﻓ‬،‫ﻮﺩ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺑ ﹺﻦ ﺍﹾﻷ‬‫ﺩ‬ ‫ﺍ‬‫ﳌ ﹾﻘﺪ‬ ‫ﹾﺍ‬
.((‫ﻚ‬
 ‫ﺟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺢ ﹶﻓ‬
‫ﻀ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺍ‬‫ ﹾﺄ ﻭ‬‫ﻮﺿ‬ ‫ﺗ‬)) ‫ﻠ ﹴﻢ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﳌ‬ُ ‫ﻭ‬ ((‫ ﹾﺄ‬‫ﻮﺿ‬ ‫ﺗ‬‫ﻭ‬ ‫ﻙ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺴ ﹾﻞ ﹶﺫ ﹶﻛ‬
ِ ‫ﺍ ﹾﻏ‬))
Dari Ali bin Abi Tholib berkata: “Saya adalah seorang yang sering
keluar madzi, dan saya malu untuk bertanya kepada Rasulullah SAW,
karena putri beliau adalah istri saya, maka saya memerintahkan
Miqdad bin Al-Aswad untuk menanyakan kepada Rasulullah SAW,
maka Rasulullah SAW manjawab: “Cucilah kemaluannya dan
berwudhulah”, dalam riwayat Bukhari: cucilah kemaluanmu
kemuadian wudhu” dan di dalam riwayat Muslim: Wudhulah kamu
dan siramlah (cucilah) kemaluanmu”. (hadits ini shahih, lihat kitab
Taisirul ‘Allam, Syarah Umdatul Ahkam, (I:73))

8. Senam seks dan pemanasan untuk melakukan jima'


Senam ini dilakukan untuk menambah ketahanan fisik
dalam berjima'. Kekuatan fisik seseorang terletak pada bagian

12 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

pusar atau sekitar perut dan otot penghubung kelamin. Cobalah


tips sederhana ini:
1. Sit up dengan kaki ditahan dan tangan memegang belakang
kepala, tarik dada menyentuh lutut, lalu merebah. Lakukan
beberapa puluh kali.
2. Bersila dengan kedua telapak kaki disatukan, kemudian
bungkukan badan sehingga dada menyentuh ibu jari kaki.
Lakukanlah beberapa kali.
3. Berdiri, pantat diputar ke kiri dan ke kanan dengan posisi
dada tetap ke depan. (Atau menggunakan alat putar pada
kaki).
Sedangkan untuk menguatkan otot kelamin, dapat dilakukan
dengan cara:
1. Mengemutkan otot dubur (seperti ketika menahan kencing),
lakukanlah beberapa kali kemutan, ditahan dan dilepas
sampai 50 kali atau lebih (pada awalnya akan terasa pegal,
lakukan secara bertahap).
2. Berjingkat seperti hendak jongkok (pasang kuda-kuda),
posisi dada sejajar dengan perut, tangan memegang depan
paha, kemudian tarik nafas dan pusatkan tenaga pada
bagian perut dan selangkangan. Tahan beberapa menit.
Semakin lama bisa menahan, akan semakin menguatkan
otot sekitar perut dan kelamin. (Mula-mula lutut akan
terasa pegal).
3. Memutar dan menggoyang pinggul ke kiri, kanan, depan
atau belakang untuk melenturkan otot pinggul dan
pinggang.
Hal yang penting juga ialah mengatur pernafasan dan
penyaluran tenaga dalam pada bagian-bagian vital. Senam ini
dapat dilakukan bersama-sama atau secara bergiliran dan
dilakukan beberapa jam sebelum jima' atau di luar jima'

9. Hadits perintah berwudlu apabila ingin mengulangi


hubungan intim (ronde kedua atau ketiga)
Begitu pula bila suami isteri akan mengulangi hubungan
intim, maka dianjurkan untuk berwudlu terlebih dahulu.
Perhatikan hadits dari shahabat Abu Said al-Khudri r.a. yang
diriwayatkan oleh Imam Muslim ketika Rasulullah saw.
bersabda:
{‫ }ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ ﹾﺄ‬‫ﻮﺿ‬ ‫ﺘ‬‫ﻴ‬‫ﺩ ﹶﻓ ﹾﻠ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻴ‬‫ﻧ‬ ‫ﺩﹶﺃ‬ ‫ﺍ‬‫ ﹶﺃﺭ‬‫ﻪ ﹸﺛﻢ‬ ‫ﻫ ﹶﻠ‬ ‫ﻢ ﹶﺃ‬ ‫ﺪ ﹸﻛ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻰ ﹶﺃ‬‫ﹺﺇﺫﹶﺍ ﹶﺃﺗ‬

13 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

"Siapa yang berhubungan intim dengan isterinya, kemudian ia


ingin mengulanginya lagi, berwudlulah satu kali diantara yang
dua kali itu." (Hadits Riwayat Muslim).
Riwayat di atas menegaskan bahwa jika kita ingin
mengulangi hubungan intim, tidak perlu mandi besar terlebih
dulu, cukup berwudlu saja. Mandi besar fungsinya untuk shalat,
bukan untuk mengulangi hubungan intim.
Selain berwudlu, kita dianjurkan pula untuk membersihkan
kemaluan. Ini berlaku bagi suami maupun isteri. Perhatikanlah
hadits berikut: "Umar bin Khattab r.a. menceritakan kepada
Rasulullah SAW. bahwa tadi malam ia junub. Maka Rasulullah
berkata, "Maka berwudlulah dan cucilah kemaluanmu." (Hadits
Riwayat Abu Dawud)
Hikmah yang dapat diambil dari anjuran berwudlu dan
membasuh kemaluan sebelum mengulang hubungan intim,
adalah agar masing-masing pasangan merasa segar kembali,
sehingga bisa lebih bersemangat dalam melakukan "tugas"
berikutnya.
Jikalau kita mencermati keterangan lainnya, ternyata
anjuran berwudlu sebelum tidur bukan hanya ditujukan kepada
orang yang berjunub saja, tetapi juga kepada setiap muslim yang
hendak tidur walaupun dalam keadaan tidak sedang junub.
Perhatikan hadits berikut:
‫ﺖ‬
 ‫ـ‬‫ﺗﻴ‬ ‫ﻢ ﺇ ﹶﺫﺍ ﹶﺃ‬ ‫ﺳ ﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﹶﻰ ﺍ‬
 ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻻ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ‬:‫ﺏ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ‬
 ‫ﻋﺎ ﹺﺯ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﺮﺍ ُﺀﹺﺑ‬ ‫ﺒ‬‫ﻦ ﺍﻟ‬ ‫ﻋ‬
{‫ } ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ‬.‫ﺓ‬ ‫ﻼ‬
‫ ﹶ‬‫ﻠﺼ‬‫ﻙ ﻟ‬ ‫ﻮ َﺀ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ ﹾﺄ‬‫ﻮﺿ‬ ‫ﺘ‬‫ﻚ ﹶﻓ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﺠ‬
‫ﻀ‬
 ‫ﻣ‬
Diriwayatkan dari shahabat Bara bin Azib r.a., sesungguhnya
Rasulullah SAW. bersabda, "Apabila kamu akan tidur,
hendaklah berwudlu sebagaimana berwudlu untuk shalat."
(Hadits Riwayat Al-Bukhari (No. 247) dan Muslim (No. 2710))

Imam an-Nawawi rahimahullah berkata: "Hadits ini berisi


anjuran untuk berwudlu ketika hendak tidur. Apabila seseorang
telah mempunyai wudlu, maka hal itu telah mencukupinya,
karena maksud dari itu semua adalah tidur dalam keadaan suci
khawatir maut menjemputnya seketika itu. Maksud yang
lainnya, dengan berwudlu dapat menjauhkan diri dari gangguan
syaitan dan perasaan takut ketika tidur."

10. Hadits berwudlu setelah melakukan junub


Suami isteri yang sudah melakukan hubungan intim
sebaiknya serwudlu terlebih dahulu sebelum tidur, namun
14 Oleh Yusuf Hidayat
Sunnah-sunnah Pernikahan

anjuran ini bukan menunjukkan keharusan (wajib) tetapi hanya


bersifat anjuran (sunnah). Artinya apabila berwudlu maka
mendapat pahala dan apabila tidak berwudlu tidak
mengakibatkan dosa. Cermatilah hadits berikut yang
diriwayatkan oleh Aisyah r.a.:
‫ﻢ ﻛﹶـﺎ ﹶﻥ ﹺﺇ ﹶﺫﺍ‬ ‫ـ ﹶﻠ‬‫ﻭﺳ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﹶﻰ ﺍ‬
 ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻻ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ ﹶﺍﻥﱠ‬,‫ﻬﺎ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺿﻰ ﺍ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺸ ﹶﺔ‬
 ‫ﺋ‬‫ﻋﺎ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬
{‫ }ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ﻡ‬ ‫ﻨﺎ‬‫ﻳ‬ ‫ﺒ ﹶﻞ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺓ ﹶﻗ‬ ‫ﻼ‬
‫ ﹶ‬‫ﻟﻠﺼ‬ ‫ﻊ‬ ‫ ﹾﻓ‬‫ﹶﺄ ﺍﻟﺪ‬‫ﻮﺿ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻨ‬‫ﺟ‬ ‫ﻮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻡ‬ ‫ﻨﺎ‬‫ﻳ‬ ‫ﺩ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺭﺍ‬ ‫ﹶﺃ‬
Diriwayatkan dari Aisyah r.a. “Sesungguhnya Rasulullah SAW.
apabila akan tidur dalam keadaan junub (selesai melakukan
hubungan intim), beliau berwudlu sebelum tidur sebagaimana
berwudlu sebelum shalat." (Hadits Riwayat Muslim)

11. Mandi Wajib (Mandi Janabah)


Setelah melakukan hubungan intim dan suami- isteri akan
melakukan shalat, mereka diharuskan mandi wajib terlebih
dahulu. Adapun cara mandi wajib yang dicontohkan oleh
Rasulullah saw. setelah berhubungan intim, mimpi basah,
berhenti haid atau nifas, adalah sebagai berikut:
1. Membasuh kedua telapak tangan.
2. Membasuh kemaluan dengan tangan kiri.
3. Berwudlu sebagaimana wudlu untuk shalat.
4. Menggosok kulit kepala lalu meratakan air pada kulit kepala
dan rambut (keramas).
5. Membasahi (meratakan air) ke seluruh tubuh.

Dalam sebuah riwayat, Aisyah r.a. berkata:


‫ﺴ ﹶﻞ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺪﹶﺃ ﹶﻓ‬ ‫ﺑ‬‫ﺔ‬ ‫ﺑ‬‫ﺎ‬‫ﺠﻨ‬
 ‫ﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺴ ﹸﻞ‬
ِ ‫ﺘ‬‫ﻐ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺩﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﺍ‬‫ﻢ ﹺﺇ ﹶﺫﹶﺃﺭ‬ ‫ﺳ ﹶﻠ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺻﻠﹶﻰ ﺍ‬
 ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻻ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻛﹶﺎ ﹶﻥ‬
‫ﺓ ﹸﺛﻢ‬ ‫ﻼ‬
‫ ﹶ‬‫ﻠﺼ‬‫ﻪ ﻟ‬ ‫ﻮﹶﺋ‬ ‫ﺿ‬
 ‫ﻭ‬ ‫ﹸﺄ‬‫ﻮﺿ‬ ‫ﺘ‬‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺴ ﹶﻞ ﹶﻓ‬
 ‫ ﹶﻏ‬‫ﺎ ِﺀ ﹸﺛﻢ‬‫ﺎ ﹾﺍ ِﻹﻧ‬‫ﻬﻤ‬ ‫ﺧ ﹶﻠ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺒ ﹶﻞ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻪ ﹶﻗ‬ ‫ﻳ‬‫ﺪ‬ ‫ﻳ‬
‫ﺎ َﺀ‬‫ﺾ ﺍﹾﻟﻤ‬
 ‫ﺼ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﺕ ﹸﺛﻢ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺣﹶﺜﻴ‬ ‫ﺙ‬
‫ﻼ ﹶ‬
‫ﻪ ﹶﺛ ﹶ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭﹾﺃ‬ ‫ﻰ‬ ‫ﻠ‬‫ﺜّﻲ ﻋ‬‫ﺤ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﺎ َﺀ ﹸﺛﻢ‬‫ﻩ ﺍﹾﻟﻤ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﺏ‬
 ‫ﺸ ﹺﺮ‬
 ‫ﻳ‬
{‫ }ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ‬.‫ﻩ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﺟ‬ ‫ﺋ ﹺﺮ‬‫ﺎ‬‫ﻰ ﺳ‬ ‫ﻠ‬‫ﻋ‬
"Sesunguhnya Nabi saw. apabila mandi junub memulainya
dengan membasuh kedua tangan, kemudian mencucurkan air
dengan tangan kanannya sementara tangan kirinya membasuh
kemaluan, kemudian berwudlu seperti wudlu untuk shalat, lalu
menggosok-gosok kulit kepala hingga seluruh kulit kepala dan
rambutnya basah, kemudian mencucurkan tiga gayung pada

15 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

kepalanya, terakhir meratakan air ke seluruh tubuhnya." (Hadits


Riwayat Tirmidzi)

Rasulullah SAW., memberi keringanan kepada wanita


yang berambut panjang dan lebat untuk mengikat rambutnya
dan mencucurkan air pada kepalanya sebanyak tiga kali, jadi
boleh tidak merata ke kulit kepala. Perhatikan hadits berikut
yang diriwayatkan oleh Ummu Salamah r.a.
‫ﻲ‬‫ﺭﹾﺃﺳ‬ ‫ﺿ ﹾﻔ ﹺﺮ‬
 ‫ﺷﺪ‬ ‫ﺮﹶﺃ ﹲﺓ ﺃ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺍ‬ ‫ﷲ ﺇﹺﻧّﻲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺭﺳ‬ ‫ﺎ‬‫ ﻳ‬:‫ﺖ‬
 ‫ﻤ ﹶﺔ ﺭﺿﻰ ﺍﷲ ﻋﻨﻬﺎ ﹸﻗ ﹾﻠ‬ ‫ﺳ ﹶﻠ‬ ‫ﻦ ﹸﺃ ﹺﻡ‬ ‫ﻋ‬
‫ﻚ‬
 ‫ـ‬‫ﺭﹾﺃﺳ‬ ‫ﻋﻠﹶـﻰ‬ ‫ﺜّﻲ‬‫ﺤ‬
 ‫ﺗ‬ ‫ﻚ ﹶﺃ ﹾﻥ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻔ‬ ‫ ﹾﻜ‬‫ﺎﻳ‬‫ﻤ‬‫؟ ﹶﻓﻘﹶﺎ ﹶﻝ ﻟﹶﺎﺇﻧ‬‫ﺑﺔ‬‫ﺎ‬‫ﺠﻨ‬
 ‫ﺍﹾﻟ‬‫ﺔ ﻭ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺤ‬
 ‫ﻟ ﹾﻠ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﻀ‬
 ‫ﻘ‬ ‫ﻧ‬‫ﺃ ﹶﻓ ﹾﺄ‬
{‫ }ﺭﻭﺍﻩ ﻣﺴﻠﻢ‬.‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﻬ ﹺﺮ‬ ‫ﺘ ﹾﻄ‬‫ﺎ َﺀ ﹶﻓ‬‫ﻚ ﺍﹾﻟﻤ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﻋ ﹶﻠ‬ ‫ﲔ‬
‫ﻀ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻔ‬ ‫ﺗ‬ ‫ﺕ ﹸﺛﻢ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺣﹶﺜﻴ‬ ‫ﺙ‬
‫ﻼ ﹶ‬
‫ﹶﺛ ﹶ‬

Ummu Salamah r.a. bertanya kepada Rasulullah SAW. "Saya


wanita yang berambut panjang dan lebat, apakah saya harus
membuka ikatannya untuk mandi junub?" Nabi menjawab,
"Tidak perlu, cukup cucurkan tiga gayung air pada kepalamu."
(Hadits Riwayat Muslim)

Mandi wajib tetap mesti dilakukan bila telah terjadi coitus


(penis melakukan penetrasi ke dalam vagina), walaupun suami
tidak sampai mengeluarkan sperma ataupun isteri tidak sampai
orgasme. Ataupun suami sampai mengeluarkan sperma,
walaupun tidak sampai terjadi coitus, maka ia wajib mandi.
Perhatikan hadits berikut yang diriwayatkan oleh shahabat Abu
Hurairah r.a:
‫ﻬﺎ‬ ‫ﻌﹺﺒ‬ ‫ـ‬‫ﻦ ﺷ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺑ‬ ‫ﺲ‬
 ‫ﺟ ﹶﻠ‬ ‫ ))ﹺﺇ ﹶﺫﺍ‬:‫ﷲ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﻪ ﹶﺃ ﹾﻥ‬ ‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﷲ‬
ُ ‫ﺿﻲ ﺍ‬
 ‫ﺭ‬ ‫ﺮ ﹶﺓ‬ ‫ﻳ‬‫ﺮ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﻦ ﹶﺃﹺﺑﻲ‬ ‫ﻋ‬
.((‫ﻨ ﹺﺰ ﹾﻝ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﻭﹺﺇ ﹾﻥ ﹶﻟ‬ )) ‫ﻠ ﹴﻢ‬ ‫ﺴ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻟ‬ ‫ﻆ‬
 ‫ﻓﻲ ﹶﻟ ﹾﻔ‬ ‫ﻭ‬ ((‫ﺴ ﹶﻞ‬
 ‫ﻐ‬ ‫ﺐ ﺍﹾﻟ‬
 ‫ﺟ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻫﺎ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺟ‬ ‫ ﹸﺛﻢ‬,‫ﺑ ﹺﻊ‬‫ﺭ‬ ‫ﹾﺍ َﻷ‬
Dari shahabat Abi Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah SAW.
bersabda: “Tatkala seorang suami duduk di antara empat
cabang (isterinya), kemudian dia bersemangat (bangkit
syahwatnya) maka wajib mandi”. Dalam riwayat Muslim:
Walaupun tidak keluar mani.” (hadits ini shahih, lihat kitab Taisirul
‘Allam, Syarah Umdatul Ahkam, (I:10))

Maksud dari hadits di atas, apabila seorang suami duduk


diantara empat cabang isterinya adalah diantara kedua
tangannya dan kedua kakinya, sementara tidak ada penghalang
bagi kemaluannya untuk bertemu dengan kemaluan isterinya.
Walaupun tidak keluar mani atau tidak coitus, maka hukumnya
16 Oleh Yusuf Hidayat
Sunnah-sunnah Pernikahan

berdasarkan hadits di atas tetap diwajibkan mandi janabah


(mandi besar).

Mandi janabah (mandi besar) juga diwajibkan bagi wanita


yang telah selesai haid atau nifas. Maka muncul pertanyaan,
bagaimana hukumnya berhubungan seks sebelum mandi besar?
Secara garis besar, ada dua pendapat ulama tentang masalah ini.

Pendapat pertama, berkeyakinan bahwa seorang isteri


ketika berhenti haid tidak boleh berhubungan intim dengan
suaminya sebelum mandi besar terlebih dahulu. Pendapat ini
merujuk kepada firman Allah SWT. Q.S. Al Baqarah/2:222.

‫ﻭ ﹶﻻ‬ ‫ﺾ‬
‫ﻴ ﹺ‬‫ﻤﺤ‬ ‫ﻓﻲ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﺴﺎ َﺀ‬
 ّ‫ﻮﺍﺍﻟﹺﻨ‬ ‫ﺘ ﹺﺰﹸﻟ‬‫ﻋ‬ ‫ﻮﺃ ﹰﺫﻯ ﹶﻓﺎ‬ ‫ﻫ‬ ‫ﺾ ﹸﻗ ﹾﻞ‬
‫ﺤﻴ ﹺ‬
 ‫ﻤ‬ ‫ﻋ ﹺﻦ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻚ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺴﺄﹸﻟﻮ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬
‫ﷲ‬
َ ‫ﷲ ﺇﻥﱠ ﺍ‬
ُ ‫ﺎ‬‫ﺮ ﹸﻛﻤ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺚ ﺃ‬
‫ﻴ ﹸ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻫﻦ‬ ‫ﻮ‬‫ﺮ ﹶﻥ ﹶﻓ ﹾﺄﺗ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﺗﻄﹶ‬‫ﺮ ﹶﻥ ﻓﹶﺈﺫﹶﺍ‬ ‫ﻬ‬ ‫ﻳ ﹾﻄ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻫﻦ‬ ‫ﻮ‬‫ﺮﺑ‬ ‫ﺗ ﹾﻘ‬
{٢٢٢ :‫ }ﺍﻟﺒﻘﺮﺓ‬.‫ﻦ‬ ‫ﻳ‬‫ﺘ ﹶﻄ ﹺﻬّ ﹺﺮ‬‫ﻤ‬ ‫ ﺍﹾﻟ‬‫ﺤﺐ‬
 ‫ﻳ‬‫ﻭ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺍﹺﺑ‬‫ﻮ‬‫ ﺍﻟﺘ‬‫ﺤﺐ‬
 ‫ﻳ‬
Dan mereka bertanya kepadamu tentang haid. Katakanlah,
"Haid itu adalah suatu kotoran. Oleh sebab itu, hendaklah kamu
menjauhkan diri dari wanita di waktu haid, dan janganlah kamu
mendekati mereka sebelum mereka bersuci. Apabila mereka
telah suci, campurilah mereka itu di tempat yang diperintahkan
Allah kepadamu." Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang
yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.
(Q.S. Al Baqarah/2:222).

Yang dimaksud: Oleh sebab itu, hendaklah kamu menjauhkan


diri dari wanita di waktu haid, adalah jangan berhubungan intim
selama isteri sedang haid.
Kemudian, janganlah kamu mendekati mereka sebelum mereka
bersuci. Apabila mereka telah suci, campurilah mereka itu.
Pendapat pertama memaknai kata "suci" sebagai mandi besar.
Sehingga kesimpulannya, wanita yang baru selesai haid, tidak
boleh melakukan hubungan intim jikalau belum mandi besar.

Pendapat kedua, berkeyakinan bahwa sang isteri boleh


melakukan hubungan intim dengan suaminya walaupun belum
mandi besar, asalkan haidnya sudah berhenti. Pendapat kedua
ini memaknai kata "suci" dengan berhenti haid. Selain itu,
pendapat kedua juga mengajukan alasan bahwa mandi besar

17 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

diisyaratkan untuk shalat, bukan untuk berhubungan intim,


sebagaimana mengacu kepada hadits berikut yang berbunyi:
‫ﻡ ﺛﹸـﻢ‬ ‫ﻚ ﺍﻟﺪ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﻲ‬‫ﺴﻠ‬
ِ ‫ﺕ ﹶﻓﺎ ﹾﻏ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺑ‬‫ﺩ‬ ‫ﺇﺫﹶﺍ ﺃ‬‫ﻠﹶﺎ ﹶﺓﻭ‬‫ﻲ ﺍﻟﺼ‬‫ﺪﻋ‬ ‫ﻚ ﹶﻓ‬
 ‫ﺘ‬‫ﻀ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﺒﺎﹶﻟ‬‫ﹶﻓﺈ ﹶﺫﺍ ﺃ ﹾﻗ‬
{‫ }ﻣﺘﻔﻖ ﻋﻠﻴﻪ‬.‫ﻠّﻲ‬ ‫ﺻ‬

"Tinggalkanlah shalat selama haid. Bila haidnya telah selesai,
mandi besarlah, kemudian shalat." (Muttafaq 'alaih).

Berdasarkan dua pendapat di atas, silakan anda memilih


diantara yang dua pendapat tersebut, karena kedua-duanya
sama-sama mempunyai dasar yang kuat. Pilihlah pendapat yang
paling anda yakini, Insya Allah pendapat yang mana pun yang
kita pilih akan mendapat pahala dan satu sama lain tidak bisa
saling menyalahkan karena masing-masing mempunyai dalil
yang kuat dan logis.

18 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

BAB III
DO’A & DZIKIR SHAHIH BERDASARKAN
AL-QUR’AN & AS-SUNNAH

Para pembaca yang budiman, berikut penyusun tuliskan


beberapa do’a yang biasa dipanjatkan oleh Rasulullah SAW,
para shahabat dan para ulama, yang tentunya bisa kita panjatkan
setiap waktu di dalam setiap keadaan.

a. Do’a Memohon Keturunan Yang Baik


.‫ﻦ‬
 ‫ﻴ‬ ‫ﺛ‬‫ﻮ ﹺﺭ‬ ‫ﺮ ﺍﹾﻟ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻧ‬‫ﹶﺍ‬‫ﺩﺍﻭ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﺭﹺﻧﻲ ﹶﻓ‬ ‫ﺗ ﹶﺬ‬‫ﺏّ ﹶﻻ‬
‫ﺭ ﹺ‬ ,‫ﻪ‬ ‫ﺭﺑ‬ ‫ﺩﻯ‬ ‫ﻧﺎ‬‫ﺍ ﹾﺫ‬ ‫ﺎ‬‫ﺯ ﹶﻛ ﹺﺮﻳ‬ ‫ﻭ‬
“Dan (ingatlah kisah) Zakaria, ketika dia berdo’a kepada
Tuhannya, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan aku hidup
seorang diri (tanpa keturunan) dan Engkaulah ahli waris yang
terbaik”. (Q.S. Al-Anbiya:89)

.‫ﻋﺎ ِﺀ‬ ‫ﺍﻟﺪ‬ ‫ﻊ‬ ‫ﻴ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﻚ‬‫ﺒ ﹰﺔ ﺇﻧ‬ّ‫ ﹰﺔ ﹶﻃﹺﻴ‬‫ﻚ ﹸﺫ ﹺﺭﻳ‬
 ‫ﻧ‬‫ﺪ‬ ‫ﻦ ﻟﱠ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻟﻲ‬ ‫ﺐ‬
 ‫ﻫ‬ ّ‫ﺏ‬
‫ﺭ ﹺ‬
“Wahai Rabbku, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak
yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar do’a”.
(Q.S. Ali-Imran:38)

.‫ﻋﺎ ِﺀ‬ ‫ﺩ‬ ‫ ﹾﻞ‬‫ﺗ ﹶﻘﺒ‬‫ﻭ‬ ‫ﻨﺎ‬‫ﺭﺑ‬ ‫ﺘﻲ‬‫ﻦ ﹸﺫ ﹺﺭﻳ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺓ‬ ‫ ﹶﻠﻮ‬‫ﻢ ﺍﻟﺼ‬ ‫ﻘﻴ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻌ ﹾﻠﹺﻨﻲ‬ ‫ﺟ‬ ‫ﺏّ ﺍ‬
‫ﺭ ﹺ‬
"Wahai Rabbku, jadikanlah aku seorang yang mendirikan
sholat, begitu pula dengan anak-anakku. Wahai Rabbku,
perkenankanlah do’aku”. (Q.S. Ibrahim:40)

b. Do’a Meminta Perlindungan Bagi Anak


Penyusun sengaja menuliskan do’a perlindungan bagi
anak, dikarenakan masih banyak umat Islam yang belum
mengetahuinya, yang pada akhirnya mereka terjebak ke dalam
tata cara yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang mulia,
bahkan terjatuh ke dalam kemusyrikan. Berikut do’a yang
diajarkan oleh Rasulullah SAW. Tatkala putra-putri kita
diganggu oleh jin/setan:
‫ﻴ ﹴﻦ‬ ‫ﻋ‬ ّ‫ ﹸﻛ ﹺﻞ‬‫ﻣﻦ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﻫﺎﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﻥ‬ ‫ﻴ ﹶﻄﺎ‬ ‫ﺷ‬ ّ‫ﻦ ﹸﻛ ﹺﻞ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺔ‬ ‫ﺎﻣ‬‫ﷲ ﺍﻟﺘ‬
ِ‫ﺕﺍ‬
 ‫ﻤﺎ‬ ‫ﻠ‬ ‫ﻋﻮ ﹸﺫﹺﺑ ﹶﻜ‬ ‫ﹶﺍ‬
.‫ﺔ‬ ‫ﻻﻣ‬
‫ﹶ‬

19 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

“Aku berlindung (kepada Allah) dengan firman-firman Allah


yang sempurna dari setiap gangguan syaitan dan binatang serta
dari setiap bahaya sihir ‘ain yang tajam”. (HR. Al-Bukhari).

c. Do’a Di Saat Badan Terasa Sakit


Dari shahabat Utsman bin Abil Ash Ats-Tsaqafi r.a. dia
mengadukan kepada Rasulullah tentang sakit di tubuhnya yang
dirasakannya setelah masuk Islam. Rasulullah pun mengajarkan
kepadanya do’a berikut:
×٣ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﺴ ﹺﻢ ﺍ‬
 ‫ﹺﺑ‬
×٧ ‫ﺭ‬ ‫ﺫ‬ ‫ﺣﺎ‬
 ‫ﻭﹸﺍ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻣﺎﺃ ﹺﺟ‬ ّ‫ﺷ ﹺﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻪ‬ ‫ﺗ‬‫ﺭ‬ ‫ﺪ‬ ‫ﻭ ﹸﻗ‬ ‫ﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹸﺫﺑﹺﺎ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﹶﺍ‬
“Bismillah (dengan menyebut nama Allah) 3x, aku berlindung
kepada Allah dan kekuasaan-Nya dari kejelekan yang aku temui
dan takuti” 7x”.
Bacalah do’a di atas sembari tangan kita menyentuh
bagian tubuh yang dirasa sakit.

d. Do’a Singgah Pada Suatu Tempat


Do’a ini diajarkan oleh Rasulullah apabila kita memasuki
atau mendiami suatu tempat yang dihuni oleh jin/syaitan, maka
untuk mengusirnya, bacalah do’a berikut sebagaimana yang
diajarkan oleh Rasulullah kepada shahababiyah Khaulah binti
Hakim As-Sulaimiyyah r.a.:
‫ﷲ ﺻـﻠﻰ ﺍﷲ‬
ِ ‫ﻮ ﹶﻝ ﺍ‬ ‫ﺳ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻌ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺳ‬ :‫ﺔ ﻗﹶﺎﹶﻟ ﹾﺔ‬ ‫ﻤﻴ‬ ‫ ﹶﻠ‬‫ﻴ ﹴﻢ ﺍﹶﻟﺴ‬ ‫ﻜ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺖ‬
 ‫ﻨ‬ ‫ﻮﹶﻟ ﹾﺔ ﹺﺑ‬ ‫ﺧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻋ‬
‫ﷲ‬
ِ‫ﺕﺍ‬
 ‫ـﺎ‬‫ﻠﻤ‬ ‫ﻮ ﹸﺫ ﹺﺑ ﹶﻜ‬ ‫ﻋ‬ ‫ ﻗﹶﺎ ﹶﻝ "ﹶﺃ‬‫ﻨ ﹺﺰ ﹰﻻ ﹸﺛﻢ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺰ ﹶﻝ‬ ‫ﻧ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ )):‫ﻮ ﹸﻝ‬ ‫ﻳ ﹸﻘ‬ ‫ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ‬
‫ﻪ‬ ‫ـ‬‫ﻨ ﹺﺰﻟ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ـ‬‫ﺤ ﹶﻞ ﻣ‬
 ‫ﺗ‬‫ﺮ‬ ‫ﻳ‬ ‫ﻰ‬‫ﺣﺘ‬ ‫ﻴ ﹲﺊ‬ ‫ﺷ‬ ‫ﻩ‬ ‫ﻀﺮ‬
 ‫ﻳ‬ ‫ﻢ‬ ‫ﹶﻟ‬،"‫ﻖ‬ ‫ﺧ ﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺷ ﹺﺮّﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎﻣ‬‫ﺍﻟﺘ‬
((‫ﻚ‬
 ‫ﻟ‬‫ﹶﺫ‬
Dari Khaulah binti Hakim As-Sulaimiyyah r.a. ia berkata: “Aku
telah mendengar Rasulullah SAW. bersabda: “Barang siapa
singgah di suatu tempat dan dia membaca:
"‫ﻖ‬ ‫ﺧ ﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺷ ﹺﺮّﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺕ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎﻣ‬‫ﷲ ﺍﻟﺘ‬
ِ ‫ﺕﺍ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻠﻤ‬ ‫ﻮ ﹸﺫ ﹺﺑ ﹶﻜ‬ ‫ﻋ‬ ‫"ﹶﺃ‬
(aku berlindung dengan firman-firman Allah yang sempurna
dari keburukan apapun yang telah Allah ciptakan), maka tiada
satu pun yang dapat mencelakakannya sehingga dia
meninggalkan tempat tersebut”.

20 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

Dalam riwayat lain (disebutkan dalam bentuk perintah), “jika


salah seorang diantara kalian singgah di suatu tempat, hendaklah
ia membaca do’a tersebut di atas. Inilah syariat Islam di dalam
memohon perlindungan, yakni agar berlindung kepada Allah
Azza wa Jalla semata.

e. Do’a Mengusir Syaitan Jahat


‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺮ‬ ‫ﻭ ﹶﻻﻓﹶـﺎ ﹺﺟ‬ ‫ﺑﺮ‬ ‫ﻫﻦ‬ ‫ﺯ‬ ‫ـﹶﺎ ﹺﻭ‬‫ـﻲ ﹶﻻﳚ‬‫ﺕ ﺍﻟﱠﺘ‬
 ‫ﺎ‬‫ﺎﻣ‬‫ﷲ ﺍﻟﺘ‬
ِ‫ﺕﺍ‬
 ‫ﺎ‬‫ﻠﻤ‬ ‫ﻮ ﹸﺫ ﹺﺑ ﹶﻜ‬ ‫ﻋ‬ ‫ﹶﺃ‬
‫ﺝ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻌ‬ ‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ـ ﹺﺮﻣ‬‫ﻦ ﺷ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ِﺀ‬‫ﻤ‬‫ﻦ ﺍﻟﺸ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻨ ﹺﺰ ﹸﻝ‬ ‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﺷ ﹺﺮّﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺮﹶﺃ‬ ‫ﺑ‬‫ﻭ‬ ‫ﺭﹶﺃ‬ ‫ﻭ ﹶﺫ‬ ‫ﻖ‬ ‫ﺧ ﹶﻠ‬ ‫ﺎ‬‫ﺷ ﹺﺮّﻣ‬
‫ﺘ ﹺﻦ‬‫ﻓ‬ ّ‫ﺷ ﹺﺮ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻨﻬ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﺝ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻳ‬‫ﺎ‬‫ﺷ ﹺﺮّﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺽ‬
‫ﺭ ﹺ‬ ‫ﻲ ﹾﺍ ﹶﻻ‬‫ﺭﹶﺃﻓ‬ ‫ﺎ ﹶﺫ‬‫ﺷ ﹺﺮّﻣ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴﻬ‬‫ﻓ‬
.‫ﻦ‬ ‫ﻤ‬ ‫ﺣ‬ ‫ﺭ‬ ‫ﺎ‬‫ﻴ ﹴﺮﻳ‬ ‫ﺨ‬
 ‫ﻕ ﹺﺑ‬
 ‫ﺮ‬ ‫ﻳ ﹾﻄ‬‫ﻕ ﹺﺇﻻﱠﻃﹶﺎ ﹺﺭﻗﹰﺎ‬
‫ﺷ ﹺﺮّ ﹸﻛﻞﹺّ ﻃﹶﺎ ﹺﺭ ﹴ‬ ‫ﻦ‬ ‫ﻣ‬ ‫ﻭ‬ ‫ﺎ ﹺﺭ‬‫ﻬ‬‫ﺍﻟﻨ‬‫ﺍﻟﻠﱠﻴ ﹺﻞ ﻭ‬
“Aku berlindung dengan firman-firman Allah yang sempurna,
yang tidak bisa ditembus oleh para hamba yang shalih apalagi
yang fasik, dari kejahatan makhluk-Nya, dari kejahatan yang
turun dari langit atau yang naik ke atas langit, serta dari
kejahatan makhluk di bumi. Juga dari kejahatan yang keluar
dari perut bumi, dari kondisi buruk kekacauan di siang dan
malam, serta dari kejahatan tamu di tengah malam, kecuali
yang bermaksud baik, wahai ar-Rahmân……..” (H.R. Ahmad).

21 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

MARAJI
(DAFTAR PUSTAKA)

1. Al-Quran Al-Karim Tajwid, beserta terjemahannya, 2006.


PT Syaamil Cipta Media bekerja sama dengan Lajnah
Pentashih Mushaf Al-Quran Departemen Agama Republik
Indonesia. Bandung: PT Syaamil Cipta Media.
2. Al-Fauzan, Syeikh Shaleh bin Abdullah Al-Fauzan, 2002.
Sentuhan Nilai Kefikihan untuk Wanita Beriman, Rahmat
al-Arifin Muhammad bin Ma'ruf. Saudi Arabia: Direktorat
Percetakan Dan Penerbitan Departemen Agama Saudi
Arabia.
3. 'Abdillah, Abu bin Luqman Al-Atsari, 2007. Sifat Tidur
Nabi SAW. Bogor: Media Tarbiyah.
4. Abdurrahman, Syeikh Abdullah Ibnu Shalih Alu Bassam,
2005. Terjemah Taisirul ’Allam Syarah ’Umdatul Ahkam.
Malang: Cahaya Tauhid Press.
5. 'Azhim, DR., 'Abdul bin Badawi al-Khalafi, 2007. Bekal-
Bekal Menuju Pernikahan. Bogor: Media Tarbiyah.
6. Ronosulistyo, Hanny dan Aam Amirudin, 2007. Seks Tak
Sekedar Birahi (Panduan Lengkap Seputar Kesehatan
Reproduksi: Tinjauan Islam dan Medis). Bandung:
Khazanah Intelektual.
7. Nurdin, Subhan, 2005. Kado Pernikahan Buat Generasiku.
Bandung: Mujahid.
8. Majalah As-Sunnah Edisi 09/Thn. XII/Dzulhijjah 1429 H /
Desember 2008 M.
9. Majalah As-Sunnah Edisi 11/Thn. XIII/Shafar 1431 H /
Pebruari 2010 M.
10. Majalah Nikah/ Volume 7/ edisi Rabiul Tsani – Jummadil
Awwal 1429 H/ 15 April – 15 Mei 2008/.
11. Bundel majalah Nikah/ Volume II/ edisi 7 – 12 Th. 1/
Oktober 2002 – Maret 2003.
12. Bundel majalah Nikah/ Volume II/ edisi 7 – 12 Th. 1/
Oktober 2003 – Maret 2004.

22 Oleh Yusuf Hidayat


Sunnah-sunnah Pernikahan

Seseorang bertanya kepada ayah ‘Abdullah Ibnul Mubarak


rahimahullah, “Wahai Mubarak, kepada siapa puteriku
dinikahkan?’ Mubarak pun menjawab, “Kaum Jahiliyyah
menikah dengan sebab kedudukan, kaum Yahudi menikah
dengan sebab harta, kaum Nashrani menikah dengan sebab
ketampanan, maka ummat (Islam) ini menikahkan dengan sebab
agama.”

Nabi SAW. berpesan, “apabila datang kepada kalian laki-


laki yang kalian ridhai agama dan akhlaknya, maka
nikahkanlah ia (dengan puteri kalian). Sebab jika tidak, maka
akan terjadi fitnah di bumi dan kerusakan yang besar.” (HR.
At-Tirmidzi).

You might also like