Professional Documents
Culture Documents
Bercita-cita menjadi seorang pengusaha sukses dan memiliki banyak harta yang
melimpah tentunya menjadi keinginan setiap orang. Tidak mustahil, itu semua
tentu saja bisa menjadi kenyataan asalkan dibarengi dengan usaha dan do'a.
sebagai contoh kita lihat para pengusaha lokal yang sukses merintis
perusahaannya dari 0 (nol), perusahaan yang mereka miliki sekarang ini
bukanlah warisan dari dari orangtuanya, tetapi murni hasil dari kerja keras dirinya
sendiri. Mungkin sepenggal kisah pengusaha tas asal Bandung yang satu ini
bisa menginspirasi Anda untuk menjadi seorang entrepreuneur yang sukses.
yuk, langsung saja kita simak penggalan kisahnya.
Rony Lukito, pengusaha tas terbesar di Indonesia ini dulunya adalah seorang
anak dari keluarga yang memperihatinkan. Orangtuanya bukanlah dari kaum
berada. Dimasa remajanya Rony yang tinggal di Bandung adalah sosok pemuda
yang rajin dan tekun, dia bukan seorang lulusan perguruan tinggi negeri atau pun
perguaruan tinggi swasta terfavorit. Melainkan dia hanyalah seorang lulusan
STM (Sekolah Teknologi Menengah), meskipun sebenarnya dia sangat ingin
sekali melanjutkan study-nya di salah satu perguruan tingggi swasta terfavorit di
Bandung. Namun keinginannya itu tidak menjadi kenyataan karena harus
terbentur masalah keuangan.
Itu memang bukan kalimat yang berlebihan, lihat saja produk yang di hasilkan
dari perusahaan Rony, B&B Incorporations (B&B Inc.) merajai pasar tas yang
ada di Indonesia. Para pengunjung taktiku tentu kenal dengan merek-merek tas
yang sudah populer ini, seperti: Eiger, Export, Neosack, Bodypack,
Nordwand, Morphosa, World Series, Extrem, Vertic, Domus Danica, Broklyn
dll. Mungkin merek tersebut dikalangan anak sekolah dan kuliahan sudah tidak
asing lagi, yang memang produk-produk hasil perusahaan Rony sengaja di
targetkan untuk kalangan pelajar.
Semua merek tas tersebut di distribusikan secara nasional, sehingga wajar bila
merek dagangnya sudah sangat terkenal. Produk Rony juga tersedia di berbagai
outlet modern seperti Toserba Ramayana, Matahari Departemen Store,
Robinson, dan berbagai hypermart seperti Carrefour, hingga jaringan toko-toko
buku seperti Gramedia, dan Gunung Agung belum lagi toko-toko dan grosir
tradisional lainnya.
hmmm... luar biasa bukan ?. Bagaimana, apakah Anda sudah tertarik untuk
menjadi seorang entrepreuneur? :) Perusahaan Rony murni dari hasil kerja
kerasnya sendiri, bukanlah warisan dari orangtuanya.
Terus terang, saya suka malu dibilang pengusaha sukses yang punya banyak pabrik
dan outlet. Bukan tidak mensyukuri, tapi saya hanya tak mau dicap sombong. Saya
mengawali semua usaha ini dengan niat sederhana: bertahan hidup. Makanya,
sampai sekarang saya ingin tetap menjadi orang yang sederhana. Sesederhana
masa kecil saya di Singaraja, Bali.
Orang tua memberi saya nama Made Ngurah Bagiana. Saya lahir pada 12 April 1956
sebagai anak keenam dari 12 bersaudara. Sejak kecil, saya terbiasa ditempa bekerja
keras. Malah kalau dipikir-pikir, sejak kecil pula saya sudah jadi pengusaha.
Bayangkan, tiap pergi ke sekolah, tak pernah saya diberi uang jajan. Kalau mau
punya uang, ya saya harus ke kebun dulu mencari daun pisang, saya potong-potong,
lalu dijual ke pasar.
Menjelang hari raya, saya pun tak pernah mendapat jatah baju baru. Biasanya,
beberapa bulan sebelumnya saya memelihara anak ayam. Kalau sudah cukup besar,
saya jual. Uangnya untuk beli baju baru. Lalu, sekitar usia 10 tahun, saya harus bisa
memasak sendiri. Jadi, kalau mau makan, Ibu cukup memberi segenggam beras dan
lauk mentah untuk saya olah sendiri.
Kerasnya kehidupan Jakarta, tak urung menjebloskan saya pada kehidupan preman.
Bermodal rambut gondrong dan tampang sangar, ada-ada saja ulah yang saya
perbuat. Paling sering kalau naik bis kota tidak bayar, tapi minta uang kembalian.
(Sambil berkisah, Made terbahak tiap mengingat pengalaman masa lalunya.
Berulang kali ia menggeleng, lalu membenarkan letak kacamatanya).
Toh, akhirnya saya pensiun jadi preman. Gantinya, saya berjualan telur. Saya beli
satu peti telur di pasar, lalu diecer ke pedagang-pedagang bubur. Ternyata, usaha
saya mandeg. Saya pun beralih menjadi sopir omprengan. Bentuknya bukan seperti
angkot ataupun mikrolet zaman sekarang, masih berupa pick-up yang belakangnya
dikasih terpal. Saya menjalani rute Kampung Melayu – Pulogadung – Cililitan.
Tahun 1985, saya pulang ke kampung halaman. Pada 25 Desember tahun itu, saya
menikah dengan perempuan sedaerah, Made Arsani Dewi. Oleh karena cinta kami
bertaut di Jakarta, kami memutuskan kembali ke Ibu Kota untuk mengadu nasib.
Kami membeli rumah mungil di daerah Pondok Kelapa. Waktu itu saya bisnis mobil
omprengan. Awalnya berjalan lancar, tapi karena deflasi melanda tahun 1986-an,
saya pun jatuh bangkrut. Kerugian makin membengkak. Saya harus menjual rumah
dan mobil. Lalu, saya hidup mengontrak.
Banyak suka dan duka yang saya alami. Susahnya kalau hujan turun, saya tak bisa
jalan. Roti tak laku, Akhirnya, ya, dimakan sendiri. Masih untung karena istri saya
bekerja, setidaknya dapur kami masih bisa ngebul. Pernah juga gara-gara hujan,
saya nyaris disambar petir. Ketika itu saya tengah memetik selada segar di kebun di
Pulogadung. Tiba-tiba hujan turun diiringi petir besar. Saya jatuh telungkup hingga
baju belepotan tanah. Rasanya miris sekali.
Di awal-awal saya jualan, tak jarang tak ada satu pun pembeli yang menghampiri,
padahal seharian saya mengayuh gerobak. Mereka mungkin berpikir, burger itu pasti
mahal. Padahal, sebenarnya tidak. Saya hanya mematok harga Rp 1.700 per buah.
Baru setelah tahu murah, pembeli mulai ketagihan. Dalam sehari bisa laku lebih dari
20 buah.
Tak berhenti sampai di situ, tahun 1996 saya mencoba membuat roti sendiri dan
membuat inovasi cita rasa saus. Seminggu berkutat di dapur, hasilnya tak
mengecewakan. Saya berhasil menciptakan resep roti dan saus burger bercita rasa
lidah orang Indonesia. Rasanya jelas berbeda dengan burger yang dijual di berbagai
restoran cepat saji.
Wirausaha Muda Mandiri Terbaik Indonesia Tahun 2007
Tanggal Update : 2007-11-26 02:48:22
Penilaian Pemilihan Wirausaha Muda Mandiri ini berlangsung sangat ketat yang meliputi
penilaian data pribadi, deskripsi organisasi, pengembangan dan implementasi strategi,
juga hasil yang telah dicapai serta rencana tiga tahun ke depan. Persyaratan lain yang
juga menarik adalah bahwa usaha yang dilakukan telah berlangsung selama 2 tahun.
Dalam malam final tersebut, selain Elang Gumilang, IPB berhasil menempatkan 2
mahasiswa lagi yaitu Wilujeng Kusumaningrum dengan usaha Pasta Daging Kerbau dari
Fakultas Peternakan dan Desty Dwi Sulistyowati dengan usaha Florist dari Fakultas
Pertanian. Dalam kategori alumni, IPB juga berhasil menempatkan finalis atas nama
Gigin Mardiansyah dengan usaha Boneka Rumput "Horta" yang juga merupakan Ikon
Karya Inovasi Mahasiswa IPB Tahun 2006-2007.
Sebelumnya selama 2 (dua) hari telah dilakukan "Workshop Mahasiswa Wirausaha Muda
Mandiri" yang dihadiri lebih kurang 700 mahasiswa dari 21 perguruan tinggi negeri dan
swasta se-Jabodetabek. Dan mahasiswa IPB yang hadir dalam acara tersebut lebih dari
100 mahasiswa. Hadir sebagai pembicara Prof. Dr. Dorojatun Kuntjorojakti (mantan
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI), TP Rachmat (mantan Presiden Direktur
PT ASTRA), Hermawan Kertajaya, Erry Firmansyah (Direktur Bursa Efek Jakarta), Ir.
Ciputra, Djoenaedi Joesoef (Pendiri perusahaan farmasi PT Konimex), dll.
"Dari koran itulah saya membaca informasi lomba tersebut dan Alhamdulillah saya
menang," kata Pria Pengelola Perumahan Sehat Sederhana Griya Salak Endah. Dari Juara
I Wirausaha itu, Elang membawa hadiah sebesar Rp 20 juta, ditambah tawaran kuliah S2
di Universitas Indonesia. Melalui lomba itu terbuka jalan cerah bagi Elang untuk
menapaki dunia wirausaha yang lebih luas. "Saya banyak ditawari modal dan ketemu
relasi bisnis. Padahal dulu saya pernah diremehkan oleh sebuah bank syariah ketika mau
mengajukan modal usaha. Menurut mereka lebih baik memberikan modal kepada tukang
gorengan daripada saya yang dianggap masih kecil dan mahasiswa," kenang Elang. Bank
tersebut kini mengejar-ngejar Elang untuk membantu Kredit Perumahan Rakyat-nya.
Jiwa kemandirian Elang telah tertempa sejak kecil. Orangtua Elang mengajarkan bahwa
segala sesuatu diperoleh tidak dengan gratis. "Untuk mendapatkan play station saya
diharuskan bisa hafal surat Yasin dalam waktu tiga hari. Orang tua saya ingin
meyakinkan bahwa rezeki itu bukan berasal dari mereka tapi dari Allah SWT. Dengan
berbekal keyakinan itulah saya yakin memang rezeki berasal dari Allah," urainya.
Sejak Sekolah Menengah Atas, Elang terbiasa berbisnis kecil-kecilan. Elang berjualan
roti, donat dan beranekaragam produk. Itu semua dilakukan Elang dengan diam-diam
tanpa sepengetahuan orang tua. Takut dilarang, katanya.
Di masa SMA pula Elang mencoba ikut serta lomba, salah satunya Java Economic
Competition atau Economic Contest IPB. Walhasil, perjuangannya tidak sia-sia. Elang
juara I Java Economic Competition yang saat itu hadiahnya selain uang juga tiket gratis
masuk Fakultas Ekonomi Manajemen IPB. "Waktu itu saya dihadapkan dua pilihan.
Melanjutkan kuliah di IPB atau mengambil beasiswa The President University. Saya
melakukan istikharah. Saya selalu melakukan istikharah sebelum mengambil pilihan
hidup. Dan hati saya mantap memilih IPB," terawang Elang mengenang keberhasilannya.
Di IPB jiwa bisnis Elang berlanjut. Di Tingkat Persiapan Pertama IPB Elang berjualan
sepatu dan suplier lampu bolam di Asrama TPB. Di tingkat dua, Pemenang Lomba
Marketing yang diselenggarakan Universitas Trisakti ini berjualan minyak dari kawasan
Perumahan Yasmin hingga IPB. "Satu per satu toko sepanjang daerah itu saya titipkan
minyak. Lumayan capek juga sih. Sebab saya merangkap tukang kuli, sopir sekaligus
manajer," kekehnya. Baru di tingkat 3, Elang mulai tertarik dunia properti. Hal itu
dikuatkan saat ia memenangkan tender yang pertamakalinya sebesar Rp 160 juta di
Jakarta. Setelah menang tender itu Elang banyak ditawari proyek dan menjadi developer.
Ada banyak impian yang ingin diraih Elang diantaranya membentuk organisasi bela diri
Cimande dan membawahi perusahaan yang memperkejakan karyawan 100 ribu orang.
Motivasi terbesar Elang dalam meraih impian tersebut adalah ingin menjadi tauladan bagi
generasi muda, membantu masyarakat sekitar dan meraih kemulian dunia serta akhirat.
Sukses untuk Elang, semoga cita-cita yang didamba bisa diraihnya.
Dengan ebook kiat memulai usaha ini, maka anda akan memiliki mental usahawan yang
sukses. Ebook ini berisi kumpulan ringkas kiat sukses dalam memulai usaha anda.
Ebook kiat memulai usaha ini memang tidaklah terdiri dari banyak halaman..namun
ebook kiat sukses memulai usaha ini sangat padat dengan isi dan manfaat. Setiap kiat
memulai usaha dijelaskan secara padat, singkat dan jelas..tidak bertele – tele dan to the
point.
Dapatkan kiat memulai usaha ini dengan gratis dan tanpa bayar. Tetap berusaha dan
belajar..dan raih kesuksesan dalam setiap usaha baru yang anda jalankan.
Khusus bahan baku perusahaannya dipasok oleh PT Krakatau Steel melalui 5 distributor
dan pipa dari perusahaan Bakrie. Sejauh ini pasokan lancar sehingga produksi tidak
terganggu. Namun penguatan dolar terhadap rupiah akhir-akhir ini menyebabkan
kekhawatiran karena dampaknya sangat buruk bagi usahanya.
Sementara untuk jumlah karyawan terus meningkat dari tahun 1997 yang hanya Nur
Dahyar dengan anggota keluarga saja. Tahun 1998 berjumlah 7 orang sekarang sudah
berkembang menjadi 122 orang. Kebanyakan atau sekitar 78 orang merupakan lulusan
smu, 3 dari akedemi, 6 orang univeritas dan sisanya pendidikan SD dan SMP.