Professional Documents
Culture Documents
Ú Yang menjadi subjek pajak adalah :
a. 1) Orang Pribadi
2) Warisan yang belum terbagi sebagai kesatuan menggantikan yang berhak
b. Badan
Ú Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan
usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik negara atau badan usaha milik daerah dengan
nama dan dalam bentuk apa pun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya,
lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap
Ú xlasifikasi Objek Pajak Badan
1. Penghasilan yang merupakan Objek Pajak tidak bersifat final (Pasal 4 ayat (1) UU PPh)
2. Penghasilan yang merupakan Objek Pajak yang dipotong PPh final (Pasal 4 ayat (2) UU PPh)
3. Penghasilan yang bukan merupakan merupakan Objek Pajak (Pasal 4 ayat (3) UU PPh)
c. Bentuk Usaha Tetap (BUT)
©
Ú Yang menjadi Objek Pajak adalah Penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis
yang Diterima atau diperoleh Wajib Pajak Berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia Dapat
dipakai untuk konsumsi atau untuk menambahkekayaan Wajib Pajak Dengan nama dan dalam
bentuk apapun. Termasuk :
a. penggantian atau imbalan berkenaan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh termasuk
gaji, upah, tunjangan, honorarium, komisi, bonus, gratifikasi, uang pensiun, atau imbalan dalam bentuk
lainnya, kecuali ditentukan lain dalam Undang-undang PPh
b. hadiah dari undian atau pekerjaan atau kegiatan, dan penghargaan
c. laba usaha
d. keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta
e. penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan pembayaran
tambahan pengembalian pajak. bunga termasuk premium, diskonto, dan imbalan karena jaminan
pengembalian utang
g. dividen, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk dividen dari perusahaan asuransi kepada
pemegang polis, dan pembagian sisa hasil usaha koperasi
h. royalti
1. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta
2. penerimaan atau perolehan pembayaran berkala
k. keuntungan karena pembebasan utang, kecuali sampai dengan jumlah tertentu yang ditetapkan dengan
Peraturan Pemerintah (PP Nomor 130 Tahun 2000)
1. keuntungan selisih kurs mata uang asing
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva
n. premi asuransi
Ú Iuran yang diterima atau diperoleh perkumpulan dari anggotanya yang terdiri dari Wajib Pajak
yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
p. tambahan kekayaan neto yang berasal dari penghasilan yang belum dikenai pajak
q. penghasilan dari usaha yang berbasis syariah (PP 25 Tahun 2009)
1. imbalan bunga sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang yang mengatur mengenai
ketentuan umum dan tata cara perpajakan
2. surplus Bank Indonesi
:
a. 1) bantuan atau sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amal zakat atau lembaga amal
zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh penerima zakat yang berhak
atau sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah dan yang diterima oleh
penerima sumbangan yang berhak, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Pemerintah (PP 18 Tahun 2009)
2) harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat, badan
keagamaan, badan pendidikan, badan sosial termasuk yayasan, koperasi, atau orang pribadi yang
menjalankan usaha mikro dan kecil, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
xeuangan (PMx-245/PMx.03/2008)
sepanjang tidak ada hubungan dengan usaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan di antara pihak-
pihak yang bersangkutan
b. Warisan
c. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau sebagai pengganti
penyertaan modal
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima atau diperoleh dalam
bentuk natura dan/atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau Pemerintah, kecuali yang diberikan oleh bukan
Wajib Pajak, Wajib Pajak yang dikenakan pajak secara final atau Wajib Pajak yang menggunakan norma
penghitungan khusus (deemed profit) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 UU PPh
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan asuransi kesehatan,
asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa
1. Dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh perseroan terbatas sebagai Wajib Pajak
dalam negeri, koperasi, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah, dari penyertaan
modal pada badan usaha yang didirikan dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat:
Ú dividen berasal dari cadangan laba yang ditahan; dan
Ú bagi perseroan terbatas, badan usaha milik negara dan badan usaha milik daerah yang menerima
dividen, kepemilikan saham pada badan yang memberikan dividen paling rendah 25% (dua puluh
lima persen) dari jumlah modal yang disetor.
g. Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri
xeuangan, baik yang dibayar oleh pemberi kerja maupun pegawai
h. Penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun sebagaimana dimaksud dalam huruf g di
atas, dalam bidang-bidang tertentu yang ditetapkan dengan xeputusan Menteri xeuangan (xMx-
651/xMx.04/1994)
i. Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak
terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit
penyertaan kontrak investasi kolektif
j. Penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura, berupa bagian laba dari pasangan
usaha yang didirikan dan menjalankan usaha di Indonesia, sepanjang perusahaan pasangan usaha tersebut
:
Ú dalam sektor usaha yang ditetapkan Menteri xeuangan (xMx-250/xMx.04/1995); dan
Ú sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia
k. Beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri xeuangan (PMx-246/PMx.03/2008)
l. Sisa lebih yang diterima atau diperoleh badan atau lembaga nirlaba yang bergerak dalam bidang
pendidikan dan/atau bidang penelitian dan pengembangan, yang telah terdaftar pada instansi yang
membidanginya, yang ditanamkan kembali dalam bentuk sarana dan prasarana kegiatan pendidikan
dan/atau penelitian dan pengembangan, dalam jangka waktu paling lama 4 (empat) tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri xeuangan (PMx-80/PMx.03/2009)
m. Bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib
Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
xeuangan (PMx- 247/PMx.03/2008)
xonsep Biaya Dalam PPh
Ú Yang menjadi Pengurang Penghasil Bruto adalah besarnya Penghasilan xena Pajak bagi Wajib
Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi
biaya-biaya yang menurut ketentuan undang-undang perpajakan dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto. Biaya yang dapat dikurangkan adalah biaya untuk mendapatkan, menagih dan
memelihara.
Ú Sesuai Pasal 6 UU PPh, biaya-biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto yaitu biaya
untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, termasuk:
1. Biaya yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan kegiatan usaha, antara lain:
1) biaya pembelian bahan
2) biaya berkenaan dengan pekerjaan atau jasa termasuk upah, gaji, honorarium, bonus, gratifikasi, dan
tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang
3) bunga, sewa, dan royalti
4) biaya perjalanan
5) biaya pengolahan limbah
6) premi asuransi
7) biaya promosi dan penjualan yang diatur dengan atau berdasarkan PMx (PMx-02/PMx.03/2010)
8) biaya administrasi; dan
9) pajak kecuali Pajak Penghasilan
1. Penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran
untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang memiliki masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun,
sepanjang harta yang disusutkan atau diamortisasi tersebut digunakan untuk mendapatkan,
menagih, dan memelihara penghasilan (pajak)
2. iuran kepada dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri xeuangan
3. kerugian karena penjualan atau pengalihan harta yang dimiliki dan digunakan dalam perusahaan
atau yang dimiliki untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan
4. xerugian selisih kurs mata uang asing
5. biaya penelitian dan pengembangan perusahaan yang dilakukan di Indonesia
6. biaya beasiswa, magang, dan pelatihan
7. piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dengan syarat (diatur lebih lanjut dengan PMx-
105/PMx.03/2009 stdd PMx-57/PMx.03/2010):
1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang tidak dapat ditagih kepada Direktorat Jenderal
Pajak; dan
3) telah diserahkan perkara penagihannya kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang
menangani piutang negara; atau adanya perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan
utang antara kreditur dan debitur yang bersangkutan; atau telah dipublikasikan dalam penerbitan umum
atau khusus; atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah dihapuskan untuk jumlah utang
tertentu
4) syarat sebagaimana dimaksud pada butir h.3 di atas tidak berlaku untuk penghapusan piutang tak
tertagih debitur kecil.
1. Sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ditetapkan dengan Peraturan
Pemerintah
2. Sumbangan dalam rangka penelitian dan pengembangan yang dilakukan di Indonesia yang
ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
3. Biaya pembangunan infrastruktur sosial yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah
4. Sumbangan fasilitas pendidikan yang ketentuannya diatur dengan Peraturan Pemerintah; dan
5. Sumbangan dalam rangka pembinaan olahraga yang ketentuannya diatur dalam Peraturan
Pemerintah
Ú Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) UU PPh, pengeluaran yang tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan bruto yaitu :
1. Pembagian laba dengan nama dan dalam bentuk apapun, seperti dividen, termasuk dividen yang
dibayarkan oleh perusahaan asuransi kepada pemegang polis dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi
2. Biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi pemegang saham, sekutu,
atau anggota
3. Pembentukan atau pemupukan dana cadangan, kecuali :
Ú cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan badan usaha lain yang menyalurkan kredit,
sewa guna usaha dengan hak opsi, perusahaan pembiayaan konsumen, dan perusahaan anjak
piutang
Ú cadangan untuk usaha asuransi termasuk cadangan bantuan sosial yang dibentuk oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
Ú cadangan penjaminan untuk Lembaga Penjamin Simpanan
Ú cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan
Ú cadangan biaya penanaman kembali untuk usaha kehutanan; dan
Ú cadangan biaya penutupan dan pemeliharaan tempat pembuangan limbah industri untuk usaha
pengolahan limbah industri
yang ketentuan dan syarat-syaratnya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri xeuangan (PMx-
81/PMx.03/2009)
1. Premi asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea
siswa yang dibayar oleh wajib pajak orang pribadi, kecuali jika dibayar oleh pemberi kerja dan
premi tersebut dihitung sebagai penghasilan bagi wajib pajak orang pribadi yang bersangkutan
(wajib dipotong PPh Pasal 21)
2. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diberikan dalam bentuk
natura dan kenikmatan, kecuali penyediaan makanan dan minuman bagi seluruh pegawai serta
penggantian atau imbalan dalam bentuk natura dan kenikmatan di daerah tertentu dan yang
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
xeuangan (PMx- 83/PMx.03/2009)
3. jumlah yang melebihi kewajaran yang dibayarkan kepada pemegang saham atau kepada pihak
yang mempunyai hubungan istimewa sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan yang
dilakukan
4. Harta yang dihibahkan, bantuan atau sumbangan, dan warisan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (3) huruf a dan huruf b UU PPh, kecuali sumbangan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 6 ayat (1) huruf i, huruf j, huruf k, huruf l, dan huruf m UU PPh serta zakat yang diterima
oleh badan amil zakat atau lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah atau
sumbangan keagamaan yang sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang
diterima oleh lembaga keagamaan yang dibentuk atau disahkan oleh pemerintah, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Pemerintah
5. Pajak Penghasilan
6. biaya yang dibebankan atau dikeluarkan untuk kepentingan pribadi Wajib Pajak atau orang yang
menjadi tanggungannya
7. gaji yang dibayarkan kepada anggota persekutuan, firma, atau perseroan komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham
sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan kenaikan serta sanksi pidana berupa denda yang berkenaan
dengan pelaksanaan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Ú Biaya Promosi
Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto diatur dalam PMx-02/PMx.03/2010
(berlaku sejak 1 Januri 2009). PMx ini disampaikan melalui SE-9/PJ/2010 tanggal 1 Februari 2010.
Dengan pokok-pokok ketentuan sebagai berikut :
1. Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto harus memperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
Ú 1) untuk mempertahankan dan atau meningkatkan penjualan;
Ú 2) dikeluarkan secara wajar; dan
Ú 3) menurut adat kebiasaan pedagang yang baik.
Besarnya Biaya Promosi yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto merupakan akumulasi dari
jumlah
1) biaya periklanan di media elektronik, media cetak, dan/atau media lainnya;
2) biaya pameran produk;
3) biaya pengenalan produk baru; dan/atau
4) biaya sponsorship yang berkaitan dengan promosi produk.
Tidak termasuk Biaya Promosi adalah :
1) pemberian imbalan berupa uang dan/atau fasilitas, dengan nama dan dalam bentuk apapun, kepada
pihak lain yang tidak berkaitan langsung dengan penyelenggaraan kegiatan promosi.
2) Biaya Promosi untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan yang bukan merupakan
objek pajak dan yang telah dikenai pajak bersifat final.
1. Dalam hal promosi dilakukan dalam bentuk pemberian sampel produk, besarnya biaya yang dapat
dikurangkan dari penghasilan bruto adalah sebesar harga pokok sampel produk yang diberikan,
sepanjang belum dibebankan dalam perhitungan harga pokok penjualan.
2. Biaya Promosi yang dikeluarkan kepada pihak lain dan merupakan objek pemotongan PPh wajib
dilakukan pemotongan pajak sesuai dengan ketentuan yang berlaku. Mekanisme pemotongan PPh
kepada pihak-pihak yang menerima penghasilan atas pengeluaran biaya promosi mengacu pada
ketentuan perpajakan yang berlaku.
3. Wajib Pajak wajib membuat daftar nominatif yang paling sedikit harus memuat data penerima
berupa nama, Nomor Pokok Wajib Pajak, alamat, tanggal, bentuk dan jenis biaya, besarnya biaya,
nomor bukti pemotongan dan besarnya Pajak Penghasilan yang dipotong dengan format
sebagaimana dalam lampiran PMx-2/PMx.03/2010. Pada saat pengisian Lampiran Peraturan
Menteri mengenai Daftar Nominatif perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Ú Dalam hal pemberian sampel, kolom xeterangan harus diisi dengan mencantumkan Nama
xegiatan dan Lokasinya;
Ú Dalam hal Biaya Promosi dikeluarkan dalam bentuk sponsorship, kolom xeterangan harus diisi
dengan informasi kontrak dan/atau perjanjian sponsorship secara lengkap, termasuk nomor dan
tanggal kontrak;
Ú Dalam hal Biaya Promosi dilakukan dalam bentuk selain sponsorship dan kegiatan promosi
tersebut dilakukan berdasarkan suatu kontrak dan/atau perjanjian, maka Wajib Pajak harus
mencantumkan informasi kontrak dan/atau perjanjian secara lengkap dalam kolom xeterangan,
termasuk nomor dan tanggal kontrak.
1. Daftar nominatif dilaporkan sebagai lampiran saat Wajib Pajak menyampaikan SPT Tahunan PPh
Badan.
2. Dalam hal ketentuan huruf f dan g di atas tidak dipenuhi, Biaya Promosi tidak dapat dikurangkan
dari penghasilan bruto.
Piutang Yang Nyata-nyata Tidak Dapat Ditagih
Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih diatur dalam PMx- 105/PMx.03/2009 stdd PMx-
57/PMx.03/2010 (berlaku sejak 1 Januri 2009). PMx- 57/PMx.03/2010 disampaikan melalui SE-
62/PJ/2010 tanggal 10 Mei 2010. Pokok-pokok ketentuan adalah sebagai berikut :
1. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih adalah piutang yang timbul dari transaksi bisnis
yang wajar sesuai dengan bidang usahanya, yang nyata-nyata tidak dapat ditagih meskipun telah
dilakukan upaya-upaya penagihan yang maksimal atau terakhir oleh Wajib Pajak
2. Piutang yang nyata-nyata tidak dapat dapat dibebankan sebagai pengurang penghasilan bruto,
sepanjang memenuhi persyaratan:
Ú 1) telah dibebankan sebagai biaya dalam laporan laba rugi komersial;
Ú 2) Wajib Pajak harus menyerahkan daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut
dalam bentuk à dan/atau
kepada Direktorat Jenderal Pajak; dan
Ú 3) Piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut telah diserahkan perkara penagihannya
kepada Pengadilan Negeri atau instansi pemerintah yang menangani piutang negara, atau terdapat
perjanjian tertulis mengenai penghapusan piutang/pembebasan utang antara kreditur dan debitur
atas piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih tersebut, atau telah dipublikasikan dalam
penerbitan umum atau khusus, atau adanya pengakuan dari debitur bahwa utangnya telah
dihapuskan untuk jumlah utang tertentu.
Ú Persyaratan butir b.3 ini tidak berlaku untuk debitur kecil ( Rp 100 juta) atau debitur kecil
lainnya ( Rp 5 juta).
1. Daftar piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dan dokumen/bukti untuk pemenuhan
ketentuan dalam butir b di atas diserahkan kepada Direktorat Jenderal Pajak dengan cara
melampirkannya dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan PPh tahun pajak dihapuskannya
piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih.
2. Penerbitan umum atau khusus sebagaimana dimaksud dalam syarat piutang yang nyata-nyata
tidak dapat ditagih adalah penerbitan yang meliputi:
Ú Penerbitan umum adalah pemuatan pengumuman pada penerbitan surat kabar/majalah atau media
massa cetak yang lazim lainnya yang berskala nasional; atau
Ú Penerbitan khusus adalah pemuatan pengumuman pada:
Ú penerbitan Himpunan Bank-Bank Milik Negara (HIMBARA)/Perhimpunan Bank-Bank Umum
Nasional (PERBANAS)
Ú penerbitan/pengumuman khusus Bank lndonesia; dan/atau
Ú penerbitan yang dikeluarkan oleh asosiasi yang telah terdaftar sebagai Wajib Pajak dan pihak
kreditur menjadi anggotanya.
1. Yang dimaksud debitur kecil -> piutang debitur kecil yang jumlahnya tidak melebihi
Rp100.000.000,00 (seratus juta rupiah), yang merupakan gunggungan jumlah piutang dari
beberapa kredit yang diberikan oleh suatu institusi bank/lembaga pembiayaan dalam negeri
sebagai akibat adanya pemberian:
Ú xredit Usaha xeluarga Prasejahtera (xukesra), yaitu kredit lunak untuk usaha ekonomi produktif
yang diberikan kepada xeluarga Prasejahtera dan xeluarga Sejahtera I yang telah menjadi peserta
Takesra dan tergabung dalam kegiatan kelompok Prokesra-OPPxS;
Ú xredit Usaha Tani (xUT), yaitu kredit modal kerja yang diberikan oleh bank kepada koperasi
primer baik sebagai pelaksana Ô
maupun penyalur Ôà
atau kepada Lembaga
Swadaya Masyarakat (LSM) sebagai pelaksana pemberian kredit, untuk keperluan petani yang
tergabung dalam kelompok tani guna membiayai usaha taninya dalam rangka intensifikasi padi,
palawija, dan hortikultura;
Ú xredit Pemilikan Rumah Sangat Sederhana (xPRSS), yaitu kredit yang diberikan oleh bank
kepada masyarakat untuk pemilihan rumah sangat sederhana (RSS);
Ú xredit Usaha xecil (xUx), yaitu kredit yang diberikan kepada nasabah usaha kecil;
Ú xredit Usaha Rakyat (xUR), yaitu kredit yang diberikan untuk keperluan modal usaha kecil
lainnya selain xUx; dan/atau
Ú xredit kecil lainnya dalam rangka kebijakan perkreditan Bank Indonesia dalam mengembangkan
usaha kecil dan koperasi.
1. Yang dimaksud debitur kecil lainnya -> debitur selain sebagaimana dimaksud dalam butir e di
atas yang jumlahnya tidak melebihi Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah).
2. Apabila di kemudian hari piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dilunasi oleh debitur
seluruhnya atau sebagian, maka jumlah piutang yang dilunasi tersebut merupakan penghasilan
bagi kreditur pada tahun pajak diterimanya pelunasan.
Ú Pembentukan/Pemupukan Dana Cadangan
Pembentukan/pemupukan dana cadangan diatur dalam Peraturan Menteri xeuangan Nomor
81/PMx.03/2009 tanggal 22 April 2009 (berlaku sejak tanggal 1 Januari 2009). Pokok-pokok ketentuan
adalah sebagai berikut :
1. Bank umum konvensional dan bank umum syariah serta BPR konvensional dan BPR Syariah
dapat membentuk dana cadangan piutang tak tertagih.
2. Besarnya cadangan piutang tak tertagih sebagai berikut :
1) Bank Umum xonvensional :
2) Bank Umum Syariah :
3) BPR xonvensional :
4) BPR Syariah :
Besarnya nilai agunan yang dapat diperhitungkan sebagai pengurang pada cadangan sebagaimana
dimaksud di atas paling tinggi adalah:
Ú 100% (seratus persen) dari nilai agunan yang bersifat likuid; dan
Ú 75% (tujuh puluh lima persen) dari nilai agunan lainnya atau sebesar nilai yang ditetapkan
perusahaan penilai
1. Jumlah piutang yang digunakan sebagai dasar untuk membentuk dana cadangan tersebut di atas
adalah jumlah pokok pinjaman yang diberikan oleh bank.
2. xerugian yang berasal dari piutang yang nyata-nyata tidak dapat ditagih dibebankan pada
perkiraan cadangan piutang tak tertagih.
3. Dalam hal cadangan piutang tak tertagih tidak atau tidak seluruhnya dipakai untuk menutup
penghapusan piutang yang nyata-nyata tidak tertagih, maka jumlah kelebihan cadangan tersebut
harus diakui sebagai penghasilan. Dan sebaliknya, apabila jumlah cadangan yang ada tidak
mencukupi, maka kekurangannya diperhitungkan sebagai kerugian (biaya).
Penghasilan Usaha Bank Berbasis Syariah
Perlakuan Pajak Penghasilan atas kegiatan usaha berbasis syariah diatur dalam PP Nomor 25 Tahun 2009,
yaitu sebagai berikut:
1. Usaha Berbasis Syariah adalah setiap jenis usaha yang menjalankan kegiatan usaha berdasarkan
prinsip syariah yang meliputi perbankan syariah, asuransi syariah, pegadaian syariah, jasa
keuangan syariah dan kegiatan usaha berbasis syariah lainnya
2. Perlakuan Pajak Penghasilan dari kegiatan Usaha Berbasis Syariah meliputi:
Ú penghasilan;
Ú biaya; dan
Ú pemotongan pajak atau pemungutan pajak.
1. Biaya dari xegiatan Usaha Berbasis Syariah termasuk :
Ú hak pihak ketiga atas bagi hasil;
Ú margin; dan
Ú kerugian dari transaksi bagi hasil.
1. Pemotongan pajak atau pemungutan pajak dari kegiatan Usaha Berbasis Syariah dilakukan juga
terhadap:
Ú hak pihak ketiga atas bagi hasil;
Ú bonus;
Ú margin; dan
Ú hasil berbasis syariah lainnya yang sejenis.
1. xetentuan mengenai penghasilan, biaya, dan pemotongan pajak atau pemungutan pajak dari
kegiatan Usaha Berbasis Syariah sebagaimana dimaksud di atas berlaku
ketentuan dalam Undang-Undang Pajak Penghasilan. Pemberlakuan secara
dimaksudkan bahwa ketentuan perpajakan yang berlaku umum berlaku pula untuk kegiatan
Usaha Berbasis Syariah.
£