You are on page 1of 12

187

KONSEP HIDUP DAN ASAL-USUL


KEHIDUPAN
Suatu benda dikatakan hidup jika mampu menunjukkan ciri-ciri kehidupan yaitu : memerlukan
nutrisi, bergerak, bernafas, tumbuh dan berkembang, melakukan ekskresi/ pengeluaran sisa-sisa
metabolism, berkembang biak, peka terhadap rangsangan (iritabilita), koordinasi, dan adaptasi.

Asal Usul Kehidupan

Bagaimana makhluk hidup pertama lahir masih merupakan misteri yang belum bisa diungkap
para ilmuan. Secara umum Teori asal usul kehidupan ada dua, yaitu abiogenesis ( makhluk hidup
berasal dari benda mati) dan biogenesis (makhluk hidup brasal dari makhluk hidup juga).

1. Teori Abiogenesis

Pemuka paham ini adalah seorang bangsa Yunani, yaitu Aristoteles (394-322 sebelum masehi).
Teorinya mengatakan kalau makhluk hidup yang pertama menghuni bumi ini adalah berasal dari
benda mati. Timbulnya makhluk hidup pertama itu terjadi secara spontan karena adanya gaya
hidup. Oleh karena itu paham abiogenesis disebut juga paham generatio spontanea. Paham ini
bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani kuno (ratusan tahun sebelum masehi)
hingga pertengahan abad ke 17.

Pada pertengahan abad ke 17 paham ini seolah-olah diperkuat oleh antonie van Leeuweunhoek,
seorang bangsa Belanda. Dia menemukan mikroskop sederhana yang dapat digunakan untuk
melihat jentik-jentik (makhluk hidup) amat kecil pada setetes rendaman air jerami. Hal inilah
yang seolah-olah memperkuat paham abiogenesis.

2. Teori Biogenesis

Setelah bertahan cukup lama, paham abiogenesis mulai diragukan. Beberapa ahli kemudian
mengemukakan paham biogenesis. Beberapa ahli yang mengemukakan paham biogenesis antara
lain
Sampai saat ini belum ada seorang ilmuwan pun yang berhasih memecahkan masalah
bagaimana asal-usul kehidupan di bumi ini. Banyak teori atau paham-paham yang
dikemukakan oleh ilmuwan mengenai masalah tersebut, tetapi semuanya belum dapat
memberikan jawaban yang memuaskan.
Sebenarnya sudah sejak zaman Yunani Kuno manusia berusaha memberikan jawaban
terhadap masalah asal usul kehidupan tersebut. Namun, jawaban itu umumnya hanya
berupa dongeng atau mitos saja. Berikut ini dikemukakan beberapa teori tentang
asal usul makhluk hidup.
 
      TEORI ABIOGENESIS

 
Tokoh teori Abiogenesis adalah Aristoteles (384-322 SM). Dia adalah seorang
filosof dan tokoh ilmu pengetahuan Yunani Kuno. Teori Abiogenesis ini menyatakan
bahwa makhluk hidup yang pertama kali menghuni bumi ini berasal dari benda mati.
 
Sebenarnya Aristoteles mengetahui bahwa telur-telur ikan apabila menetas akan
menjadi ikan yang sifatnya sama seperti induknya. Telur-telur tersebut merupakan
hasil perkawinan dari induk-induk ikan. Walau demikian, Aristoteles berkeyakinan
bahwa ada ikan yang berasal dari Lumpur.
 
 Bagaimana cara terbentuknya makhluk tersebut ? Menurut pengzanut paham
abiogenesis, makhluk hidup tersebut terjadi begitu saja atau secara spontan. Oleh
sebab itu, paham atau teori abiogenesis ini disebut juga paham generation
spontaneae.
 
Jadi, kalau pengertian abiogenesis dan generation spontanea kita gabungkan, mak
pendapat paham tersebut adalah makhluk hidup yang pertama kali di bumi tersebut
dari benda mati / tak hidup yang terkjadinya secara spontan, misalnya :
 
a. ikan dan katak berasal dari Lumpur.
b. Cacing berasal dari tanah, dan
c. Belatung berasal dari daging yang membusuk.
 
Paham abiogenesis bertahan cukup lama, yaitu semenjak zaman Yunani Kuno
(Ratusan Tahun Sebelum Masehi) hingga pertengahan abad ke-17.
Pada pertengahan abad ke-17, Antonie Van Leeuwenhoek menemukan mikroskop
sederhana yang dapat digunakan untuk mengamati benda-benda aneh yang amat
kecil yang terdapat pada setetes air rendaman jerami. Oleh para pendukung paham
abiogenesis, hasil pengamatan Antonie Van Leeuwenhoek ini seolah-olah memperkuat
pendapat mereka
 
      TEORI BIOGENESIS

 
Walaupun telah bertahan selama ratusan tahun, tidak semua orang membenarkan
paham abiogenesis. Orang –orang yang ragu terhadap kebenaran paham abiogenesis
tersebut terus mengadakan penelitian memecahkan masalah tentang asal usul
kehidupan. Orang-orang yang tidak puas terhadap pandangan Abiogenesis itu antara
lain Francesco Redi (Italia, 1626-1799), dan Lazzaro Spallanzani ( Italia, 1729-
1799), dan Louis Pasteur (Prancis, 1822-1895). Beredasarkan hasil penelitian dari
tokoh-tokoh ini, akhirnya paham Abiogenesis / generation spontanea menjadi pudar
karena paham tersebut tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
 
a)     Percobaan Francesco Redi ( 1626-1697)
 
Untuk menjawab keragu-raguannya terhadap paham abiogenesis, Francesco Redi
mengadakan percobaan. Pada percobaannya Redi menggunakan bahan tiga kerat
daging dan tiga toples. Percobaan Redi selengkapnya adalah sebagai berikut :
 
        Stoples I     : diisi dengan sekerat daging, ditutup rapat-rapat.
        Stoples II    :diisi dengan sekerat daging, dan dibiarkan tetap 
terbuka.
        Stoples III  : disi dengan sekerat daging, dibiarkan tetap terbuka.
Selanjutnya ketiga stoples tersebut diletakkan pada tempat yang aman. Setelah
beberapa hari, keadaan daging dalam ketiga stoples  tersebut diamati.
     Danhasilnya sebagai berikut:
 
                    Stoples I               : daging tidak busuk dan pada daging ini tidak
ditemukan jentik / larva atau belatung lalat.
                    Stoples II    : daging tampak membusuk dan didalamnya ditemukan
banyak larva atau belatung lalat.
 
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Francesco redi menyimpulkan bahwa
larva atau belatung yang terdapat dalam daging busuk di stoples II dan III
bukan terbentuk dari daging yang membusuk, tetapi berasal dari telur lalat yang
ditinggal pada daging ini ketika lalat tersebut hinggap disitu. Hal ini akan lebih
jelas lagi, apabila melihat keadaan pada stoples II, yang tertutup kain kasa. Pada
kain kasa penutupnya ditemukan lebih banyak belatung, tetapi pada dagingnya
yang membusuk belatung relative sedikit.
 
B) percobaan Lazzaro Spallanzani ( 1729-1799)
 
Seperti halnya Francesco Redi, Spallanzani juga menyangsikan kebenaran paham
abiogeensis. Oleh karena itu, dia mengadakan percobaan yang pada prinsipnya
sama dengan percobaan Francesco Redi, tetapi langkah percobaan Spallanzani
lebih sempurna.
Sebagai bahan percobaannya, Spallanzani menggunakan air kaldu atau air
rebusan daging dan dua buah labu. Adapun percoban yang yang dilakukan
Spallanzani selengkapnya adalah sebagai berikut :
 
        Labu I         : diisi air 70 cc air kaldu, kemudian dipanaskan 15 oC selama
beberapa menit dan dibiarkan tetap terbuka.
        Labu II        : diisi 70 cc air kaldu, ditutup rapat-rapat dengan sumbat gabus.
Pada daerah pertemuan antara gabus dengan mulut labu diolesi
paraffin cair agar rapat benar. Selanjutnya, labu
dipanaskan.selanjutnay, labu I dan II didinginkan. Setelah dingin
keduanya diletakkan pada tempat terbuka yang bebas dari gangguan
hewan dan orang. Setelah lebih kurang satu minggu, diadakan
pengamatan terhadap keadaan air kaldu pada kedua labu tersebut.
 
Hasil percobaannya adalah sebagai berikut :
 
                    Labu I         : air kaldu mengalami perubahan, yaitu airnya menjadi
bertambah keruh dan baunya menjadi tidak enak. Setelah diteliti
ternyata air kaldu pada labu I ini banyak mengandung mikroba.
                    Labu II        : air kaldu labu ini tidak mengalami perubahan, artinya
tetap jernih seperti semula, baunya juga tetap serta tidak
mengandung mikroba. Tetapi, apabila labu ini dibiarkan terbuka
lebih lama lagi, ternyata juga banyak mengandung mikroba, airnya
berubah menjadi lebih keruh serta baunya tidak enak (busuk).
 
Berdasarkan hasil percobaan tersebut, Lazzaro Spallanzani menyimpulkan bahwa
mikroba yang ada didalam kaldu tersebut bukan berasal dari air kaldu (benda
mati), tetapi berasal dari kehidupan diudara. Jadi, adanya pembusukan karena
telah terjadi kontaminasi mikroba darimudara ke dalam air kaldu tersebut.
 
Pendukung paham Abiogenesis menyatakan keberatan terhadap hasil eksperimen
Lazzaro Spallanzani tersebut. M,enurut mereka untuk terbentuknya mikroba
(makhluk hidup) dalam air kaldu diperlukan udara. Dengan pengaruh udara
tersebut terjadilah generation spontanea.
 
 
 
c)     Percobaan Louis Pasteur (1822-1895)
 
Dalam menjawab keraguannya terhadap paham abiogenesis. Pasteur
melaksanakan percobaan untuk menyempurnakan percobaan Lazzaro Spallanzani.
Dalam percobaanya, Pasteur menggunakan bahan air kaldu dengan alat labu.
Langkah-langkah percobaan Pasteur selengkapnya adalah sebagai berikut :
 
        Langkah I     : labu disi 70 cc air kaldu, kemudian ditutup rapat-rapat
dengan gabus. Celah antara gabus dengan mulut labu diolesi
dengan paraffin cair. Setelah itu pada gabus tersebut dipasang
pipa kaca berbentuk leher angsa. Lalu, labu dipanaskan atau
disterilkan.
        Langkah II   : selanjutnya labu didinginkan dan diletakkan ditempat
yang aman. Setelah beberapa hari, keadaan air kaldu diamati.
Ternyata air kaldu tersebut tetep jernih dan tidak mengandung
mikroorganisme.
        Langkah III : labu yang air kaldu didalamnya tetap jernih dimiringkan
sampai air kaldu didalamnya mengalir kepermukaan pipa hingga
bersentuhan dengan udara. Setelah itu labu diletakkan kembali
pada tempat yang aman selama beberapa hari. Kemudian keadaan
air kaldu diamati lagi. Ternyata air kaldu didalam labu meanjadi
busuk dan banyak mengandung mikroorganisme.
 
Melaui pemanasan terhadap perangkat percobaanya, seluruh mikroorganisme
yang terdapat dalam air kaldu akan mati. Disamping itu, akibat lain dari
pemanasan adalah terbentuknya uap air pada pipa kaca berbentuk leher angsa.
Apabila perangkat percobaan tersebut didinginkan, maka air pada pipa akan
mengembun dan menutup lubang pipa tepat pada bagian yang berbentuk leher.
Hal ini akan menyebabkan terhambatnya mikroorganisme yang bergentayangan
diudara untuk masuk kedalam labu. Inilah yang menyebabkan tetap jernihnya air
kaldu pada labu tadi.
 
Pada saat sebelum pemanasan, udara bebas tetap dapat berhubungan dengan
ruangan dalam labu. Mikroorganisme yang masuk bersama udara akan mati pada
saat pemanasan air kaldu.
 
Setelah labu dimiringkan hingga air kaldu sampai kepern\mukan pipa, air kaldu
itu akan bersentuhan dengan udara bebas. Disini terjadilah kontaminasi
mikroorganisme. Ketika labu dikembalikan keposisi semula (tegak),
mikroorganisme tadi ikut terbawa masuk.  Sehingga, setelah labu dibiarkan
beberapa beberapa waktu air kaldu menjadi akeruh, karena adanya pembusukan
oleh mikrooranisme tersebut. Dengan demikian terbuktilah ketidak benaran
paham Abiogenesis atau generation spontanea, yangmenyatakan bahwa makhluk
hidup berasal dari benda mati yang terjadi secara spontan.
Berdasarkan hasil percobaan Redi, Spallanzani, dan Pasteur tersebut, maka
tumbanglah paham Abiogenesis, dan munculah paham/teori baru tentang asal
usul makhluk hidup yang dikenal dengan teori Biogenesis. Teori itu menyatakan :
 
a. omne vivum ex ovo = setiap makkhluk hidup berasal dari telur.
b. Omne ovum ex vivo = setiap telur berasal dari makhluk hidup, dan
c. Omne vivum ex vivo = setiap makhluk hidup berasal dari makhluk hidup
sebelumnya.
 
Walaupun Louis Pasteur dengan percobaannya telah berhasil menumbangkan
paham Abiogenesis atau generation spontanea dan sekaligus mengukuhkan paham
Biogenesis, belum berarti bahwa masalah bagaimana terbentuknya makhluk hidup
yang pertama kali terjawab.
 
Disamping teori Abiogenesis dan Biogenesis, masih ada lagi beberapa teori
tentang asal usul kehidupan yang dikembangkan pleh beberapa Ilmuwan,
diantaranya adalah sebagai berikut :
 
a. Teori kreasi khas, yang menyatakan bahwa kehidupan diciptakan oleh zat
supranatural (Ghaib) pada saat yang istimewa.
b. Teori Kosmozoan, yang menyatakan bahwa kehidupan yang ada di  planet ini
berasal dari mana saja.
c. Teori Evolusi Kimia, yang menyatakan bahwa kehidupan didunia ini muncul
berdasarkan hukum Fisika Kimia.
d. Teori Keadaan Mantap, menyatakan bahwa kehidupan tidak berasal usul.
TEORI EVOLUSI KIMIA
 
Ketidakpuasan para Ilmuwan terhadap apa yang dikemukakan para tokoh teori
Abiogenesis maupun Biogenesis mendorong para Ilmuwan lain untuk terus
mengadakan penelitian tentang asal usul kehidupan. Antara pakar-pakar tersebut
antara lain :
Harold Urey, Stanley Miller, dan A.I.Oparin. mereka berpendapat bahwa
organisme terbentuk pertama kali di bumi ini berupa makhluk bersel satu.
Selanjutnya makhluk tersebut mengalami evolusi menjadi berbagai jenis makhluk
hidup seperti Protozoa, Porifera, Coelenterata, Mollusca, dan lain-lain.
 
Para pakar biologi, astronomi, dan geologi sepakat, bahwa planet bumi ini
terbentuk kira-kira antara 4,5-5 miliar tahun yang lalu. Keadaan pada saat awal
terbentuknya sangat berbeda denagn keadaan pada saat ini. Pada saat itu suhu
planet bumi diperkirakan 4.000-8.000 oC. pada saat mulai mendingin, senyawa
karbon beserta abeberapa unsur logam mengembun membentuk inti bumi,
sedangkan permukaannya tetap gersang, tandus, dan tidak datar. Karena adanya
kegiatan vulkanik, permukaan bumi yang masih lunak tersebut bergerak dan
berkerut terus menerus. Ketika mendingin, kulit bumi tampak melipat-lipat dan
pecah.
 
Pada saat itu, kondisi atmosfer bumi juga berbeda denagn kondisi saat ini. Gas-
gas ringan seperti Hidrogen (H2), Nitrogen (N2), Oksigen (O2), Helium (He), dan
Argon (Ar) lepas meninggalkan bumi akrena gaya gravitasi bumi tidak mampu
manahannya. Dia atmosfer juga terbentuk senaywa-senyawa sederhana yang
mengandung unsure-unsur tersebut, seperti uap air (H 2O), Amonia (NH3), Metan
(CH4), dan Karbondioksida (CO2). Senyawa sederhana tersebut tetap berbentuk
uap dan tertahan dilapisan atas atmosfer. Ketuika suhu atmosfer turun sekitar
100oC terjadilah hujan air mendidih. Peristiwa ini berlangsung selama ribuan
tahun. Dalam keadaan semacam ini pasti bumi saat itu belum dihuni kehidupan.
Namun, kondisi semacam itu memungkinkan berlangsungnya reaksi kimia, karena
teredianya zat (materi) dan energi yang berlimpah.
 
Timbul pertanyaan, bagaimana proses terjadinya kehidupan dibumi ini ?
Pwertanyaan inilah yang mendorong beberapa Ilmuwan untuk mengemukakan
pendapat serta melakukan experiment. Di antara Ilmuwan tersebut antara lain
Harold Urey dan Stanley Miller.        
 
A)   Teori Evolusi Kimia Menurut Harold Urey (1893)
 
Harold Urey adalah ahli Kimia berkebangsaan Amerika Serikat. Dia menyatakan
bahwa pada suatu saat atmosfer bumi kaya akan molekul zat seperti Metana
(CH4), Uap air (H2O), Amonia(NH2), dan karbon dioksida (CO2) yang semuanya
berbentuk uap. Karena adanya pengaruh energi radiasi sinar kiosmis serta aliran
listrik halilintar terjadilah reaksi diantara zat-zat tersebut menghasilkan zat-
zat hidup. Teori evolusi Kimia dari Urey tersebut biasa dikenal dengan teori
Urey.
 
Menurut Urey, zat hidup yang pertama kali terbentuk mempunyai susunan
menyerupai virus saat ini. Zat hidup tersebut selama berjuta-juta tahun
mengalami perkembangan menjadi berbagai jenis makhluk hidup. Menurut Urey,
terbentuknya makhluk hidup dari berbagai molekul zat di atmosfer tersebut
didukung kondisi sebagai berikut :
 
a)     kondisi  1 : tersedianya molekul-molekul Metana, Amonia, Uap air, dan
hydrogen yang sangat banyak di atmosfer bumi
b)    kondisi 2 : adanya bantuan energi yang timbul dari aliran listrik halilintar dan
radiasi sinar kosmis yang menyebabkan zat-zat tersebut bereaksi
membentuk molekul zat yang lebih besar,
c)     kondisi 3 : terbentuknya zat hidup yang paling secerhana yang susunan
kimianay dapat disamakan dengan susunan kimia virus, dan
d)     kondisi 4 : dalam jangka waktu yang lama (berjuta-juta tahun), zat idup yang
terbentuk tadi berkembang menjadi seejnis organisme (makhluk hidup yang
lebih kompleks).
 
B)    Eksperimen Stanley Miller
 
Miller adalah murid Harold Urey yang juga tertarik terhadap masalah asal usul
kehidupan. Didasarkan informasi tentang keadaan planet bumi saat awal
terbentuknya, yakni tentang keadaan suhu, gas-gas yang terdapat pada atmosfer
waktu itu, dia mendesain model alat laboratorium sederhana yang dapat
digunakan untuk membuktikan hipotesis Harold Urey.
 
Kedalam alat yang diciptakannya, Miller memasukan gas Hidrogen, Metana,
Amonia, dan Air. Alat tersebut juaga dipanasi selama seminggu, sehingga gas-gas
tersebut dapat bercampur didalamnya. Sebagai pengganti energi aliran listrik
halilintar, Miller mengaliri perangkat alat tersebut dengan loncatan listrik
bertegangan tinggi. Adanya aliran listrik bertegangan tinggi tersebut
menyebabkan gas-gas dalam alat Miller bereaksi membentuk suatu zat baru.
Kedalam perangkat juga dilakukan pendingin, sehingga gas-gas hasil reaksi dapat
mengembun.
 
Pada akhir minggu, hasil pemeriksaan terhadap air yang tertampung dalam
perangkap embun dianalisis secar kosmografi. Ternyata air tersebut mengandung
senyawa organic sederhana, seperti asam amino, adenine, dan gula sederhana
seperti ribose. Eksperimen Miller ini dicoba beberapa pakar lain, ternyata
hasilnya sama. Bial dalam perangkat eksperimen tersebut dimasukkan senyawa
fosfat, ternyata zat-zat yang dihasilkan mengandung ATP, yakni suatu senyawa
yang berkaitan dengan transfer energi dalam kehidupan. Lembaga cpenelitian
lain, dalam penelitiannya menghasilkan senyawa-senyawa nukleotida.
 
Nukleotida adalah suatu senyawa penyusun utama ADN (Asam Deoksiribose
Nukleat) dan ARN (Asam Ribose Nukleat), yaitu senaywa khas dalam inti sel yang
mengendalikan aktivitas sel dan pewarisan sifat.
 
Eksperimen Miller dapat memberiakn petunjuk bahwa satuan- satuan kompleks
didalam sistem kehidupan seperti Lipida, Karbohidrat, Asam Amino, Protein,
Mukleotida dan lain-lainnya dapat terbentuk dalam kondisi abiotik. Teori yang
terus berulang kali diuji ini diterima para ilmuwan secara luas. Namun, hingga kini
masalah utama tentang asal-usul kehidupan tetap merupakan rahasia alam yang
belum terjawab. Hasil yang mereka buktikan barulah mengetahui terbentuknya
senyawa organik secara bertahap, yakni dimulai dari bereaksinya gas-gas
diatmosfer purba dengan energi listrik halilintar. Selanjutnay semua senyawa
tersebut bereaksi membentuk senyawa yang lebih kompleks dan terkurung
dilautan. Akhirnay membentuk senyawa yang merupakan komponen sel.
 
TEOI EVOLUSI BIOLOGI
 
Alexander Oparin adalah Ilmuwan Rusia. Didalam bukunya yang berjudul The
Origin of Life(Asal Usul Kehidupan). Oparin menyatakan bahwa paad suatu ketika
atmosfer bumi kaya akan senyawa uap air, CO 2, CH4, NH3, dan Hidrogen. Karena
adanya energi radiasi benda-benda angkasa yang amat kaut, seperti sinar
Ultraviolet, memungkinkan senyawa-senyawa sederhana tersebut membentuk
senyawa organik atau senyawa hidrokarbon yang lebih kompleks. Proses reaksi
tersebut berlangsung dilautan.
 
Senyawa kompleks yang mula-mula terbentuk diperkirakan senyawa aseperti
Alkohol (H2H5OH), dan senyawa asam amino yang paling sederhana. Selama
berjuta-juta tahun, senyawa sederhana tersebut bereaksi membenrtk senyawa
yang lebih kompleks, Gliserin, Asam organik, Purin dan Pirimidin. Senyawa
kompleks tersebut merupakan bahan pembentuk sel.
 
Menurut Oparin senyawa kompleks tersebut sangat berlimpah dilautan maupun di
permukaan daratan. Adanya energi yang berlimpah, misalnya sinar Ultraviolet,
dalam jangka waktu yang amat panjang memungkinkan lautan menjadi timbunan
senyawa organik yang merupakan sop purba atau Sop Primordial.
 
Senyawa kompleks yang tertimbun membentuk sop purba di lautan tersebut
selanjutnya berkembang sehingga memiliki kemampuan dan sifat sebagai
berikut :
A.       memiliki sejenis membran yang mampu memisahkan ikatan-ikatan
kompleks yang terbentuk dengan molekul-molekul organik yang
terdapat disekelilingnya;
B.        memiliki kemampuan untuk menyerap dan mengeluarkan molekil-
molekul dari dan ke sekelilingnya;
C.        memiliki kemampuan untuk memanfaatkan molekul-molekul yang
diserap sesuai denagn pola-pola ikatan didalamnya;
D.       mempunyai kemampuan untuk memisahkan bagian-bagian dari ikatan-
ikatannya. Kemampuan semacam ini oleh para ahli dianggap sebagai
kemampuan untuk berkembang biak yang pertama kali.
Senyawa kompleks dengan sifat-sifat tersebut diduga sebagai kehidupan yang
pertamakali terbentuk. Jadi senyawa kompleks yang merupakan perkembangan dari
sop purba tersebut telah memiliki sifat-sifat hidup seperti nutrisi, ekskresi, mampu
mengadan metabolisme, dan mempunayi kemampuan memperbanyak diri atau
reproduksi.
 
Walaupun dengan adanya senyawa-senyawa sederhana serta energi yang berlimpah
sehingga dilautan berlimpah senyawa organik yang lebih kompleks, namun Oparin
mengalami kesulitan untuk menjelaskan mengenai mekanisme transformasi dari
molekul-molekul protein sebagai abenda tak hidup kebenda hidup. Bagaimana
senyawa-senyawa organik sop purba tersebut dapat memiliki kemampuan seperti
tersebut diatas ? Oparin menjelaskan sebagai berikut :
 
Protein sebagai senyawa yang bersifat Zwittwer Ion, dapat membentuk kompleks
koloid hidrofil (menyerap air), sehingga molekul protein tersebut dibungkus oleh
molekul air. Gumpalan senyawa kompleks tersebut dapat lepas dari cairan dimana dia
berada dan membentuk emulsi. Penggabunagn struktur emulsi ini akan menghasilkan
koloid yang terpiah dari fase cair dan membentuk timbuna gumpalan atau Koaservat.
 
Timbunan Koaservat yang kaya berbagai kompleks organik tersebut memungkinkan
terjadinya pertukaran substansi dengan lingkungannya. Di samping itu secara
selektif gumpalan Koaservat tersebut memusatkan senyawa-senyawa lain
kedalamnya terutama Kristaloid. Komposisi gumpalan koloid tersebut bergantung
kepada komposisi mediumnay. Denagndemikian, perbedaan komposisi medium akan
menyebabkan timbulnya variasi pada komposisi sop purba. Variasi komposisi sop
purba diberbagai areal akan mengarah kepada terbentuknya komposisi kimia
Koaservat yang merupakan penyedia bahan mentah untuk proses biokimia.
 
Tahap selanjutnya substansi didalam Koaservat membentuk enzim. Di sekeliling
perbatasan antara Koaservat dengan lingkungannya terjadi penjajaran molekul-
molekul Lipida dan protein sehingga terbentuklah selaput sel primitif. Terbentuknya
selaput sel primitif ini memungkinkan memberikan stabilitas pada koaservat. Dengan
demikian, kerjasama antara molekul-molekul yang telah ada sebelumnya yang dapat
mereplikasi diri kedalam koaservat dan penagturan kembali Koaservat yang
terbungkus lipida amat mungkin akan mnghasilkan sel primitif.
 
Kemampuan koaservat untuk menyerap zat-zat dari medium memungkinkan
bertambah besarnya ukuran koaservat. Kemungkinan selanjutnya memungkinkan
terbentuknya organisme Heterotropik yang mampu mereplikasi diri dan
mendapatkan bahan makanan dari sop Primordial yang kaya akan zat-zat organik.
 
Teori evolusi biologi ini banyak diterima oleh paar Ilmuwan. Namun, tidak sedikit
Ilmuwan yang membantah tentang interaksi molekul secara acak yang dapat menjadi
awal terbentuknya organisme hidup.
 
Teori evolusi kimia dan teori evolusi biologi banyak pendukungnya, namun baru teori
evolusi kimia yang telah dibuktikan secara eksperimental, sedangkan teori evolusi
biologi belum ada yang menguji secara eksperimental.
 
Seandainya apa yang dikemukakan dua teori tersebut benar, tetapi belum mampu
menjelaskan bagaimana dan dari mana kehidupan diplanet bumi ini pertama kali
muncul. Yang perlu diingat adalah bahwa kehidupan adalah tidak hanya menyangkut
masalah replikas; (penggandaan diri) atau masalah kehidupan biologis saja, tetapi
juga menyangkut masalah kehidupan rohani. Tentang teori asal usul kehidupan yang
menyatakan organisme pertamakali terbentuk dilautan bisa dipahami dari sudut
biologi, karena molekul-molekul organik yang merupakan sop purba itu tertumpuk
dilaut.
 

You might also like