Professional Documents
Culture Documents
Tugas
STRUKTUR BAJA I
RUDYANTO R.
D111 08 341
2010
Pengertian Baja
Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon sebagai unsur
paduan utamanya. Kandungan karbon dalam baja berkisar antara 0.2% hingga 2.1%
berat sesuai grade-nya. Fungsi karbon dalam baja adalah sebagai unsur pengeras
dengan mencegah dislokasi bergeser pada kisi kristal (crystal lattice) atom besi. Unsur
paduan lain yang biasa ditambahkan selain karbon adalah mangan (manganese), krom
(chromium), vanadium, dan tungsten. Dengan memvariasikan kandungan karbon dan
unsur paduan lainnya, berbagai jenis kualitas baja bisa didapatkan. Penambahan
kandungan karbon pada baja dapat meningkatkan kekerasan (hardness) dan kekuatan
tariknya (tensile strength), namun di sisi lain membuatnya menjadi getas (brittle) serta
menurunkan keuletannya (ductility).
Klasifikasi baja
• Berdasarkan komposisi
o Baja karbon
o Baja paduan rendah
o Baja tahan karat
• Berdasarkan proses pembuatan
o Tanur baja terbuka
o Dapur listrik
o Proses oksidasi dasar
• Berdasarkan bentuk produk
o Pelat batangan
o Tabung
o Lembaran
o Pita
o Bentuk struktural
• Berdasarkan struktur mikro
o Feritik
o Perlitik
o Martensitik
o Austenitik
• Berdasarkan kegunaan dalam konstruksi
o Baja Struktural
o Baja Non-Struktural
Tarik (a) a
P
P
P P
Tekan (b)
Tegangan normal
Daripada berbicara tentang gaya internal yang bekerja pada beberapa
luasan elemen yang kecil, lebih baik, untuk tujuan perbandingan, kita memperlakukan
gaya normal yang bekerja pada suatu unit luasan pada penampang melintang. Intensitas
gaya normal per unit luasan disebut tegangan normal dan dinyatakan dalam unit gaya
per unit luasan, misalnya lb/in2, atau N/m2. Apabila gaya-gaya dikenakan pada ujung-
ujung batang sedemikian sehingga batang dalam kondisi tertarik, maka terjadi suatu
tegangan tarik pada batang; jika batang dalam kondisi tertekan maka terjadi tegangan
tekan. Perlu dicatat bahwa garis aksi dari gaya yang bekerja adalah melalui pusat setiap
bagian penampang melintang batang.
Spesimen tes
Pembebanan aksial seperti pada Gb. 1-2(a) sering terjadi pada problem
rancang bangun kerangka struktur dan mesin. Untuk mensimulasikan pembebanan ini di
laboratorium, suatu spesimen tes ditarik pada kedua ujungnya dengan mesin yang
digerakkan secara elektrik atau hidrolik. Kedua jenis mesin ini umum dipakai dalam tes
bahan di laboratorium.
Dalam usaha standardisasi cara pengujian bahan, American Society of
Testing Materials (ASTM) telah mengeluarkan spesifikasi yang sekarang telah umum
digunakan. Dua diantaranya akan kita jelaskan disini; satu untuk plat logam dengan tebal
lebih dari 4.76 mm (Gb. 1-3) dan satu untuk logam dengan diameter lebih dari 38 mm
(Gb. 1-4). Seperti terlihat dalam gambar, bagian tengah dari spesimen dibuat lebih kecil
daripada bagian ujungnya sehingga kerusakan atau keruntuhan (failure) tidak terjadi pada
bagian yang dipegang. Bagian pengecilan dibuat melingkar (rounded) untuk menghindari
terjadinya konsentrasi atau mengumpulnya tegangan pada bagian transisi diimensi
tersebut. Panjang standar dimana pertambahan panjang (elongation) diukur adalah 203
mm untuk spesimen seperti Gb. 1-3 dan 51 mm untuk spesimen seperti Gb. 1-4.
Pertambahan panjang diukur secara mekanik maupun optik
(ekstensometer) atau dengan melekatkan suatu tipe tahanan elektrik yang biasa disebut
strain gage pada permukaan bahan. Tahanan strain gage berisi sejumlah kawat halus
yang dipasang pada arah aksial terhadap batang. Degan pertambahan panjang pada
batang maka tahanan listrik kawat-kawat akan berubah dan perubahan ini dideteksi pada
suatu jembatan Wheatstone dan diinterpretasikan sebagai perpanjangan.
203 mm 51 mm
Regangan normal
Kita misalkan suatu spesimen telah ditempatkan pada mesin tes tekan-
tarik dan gaya tarikan diberikan secara gradual pada ujung-ujungnya. Perpanjangan pada
gage dapat diukur seperti dijelaskan diatas untuk setiap kenaikan tertentu dari beban
aksial. Dari nilai-nilai ini, perpanjangan per unit panjang yang biasa disebut regangan
normal dan diberi simbol dengan ε, dapat diperoleh dengan membagi total pertambahan
panjang ∆l dengan panjang gage L, yaitu
∆l
ε=
L
Regangan biasanya dinyatakan meter per meter sehingga secara efektif tidak berdimensi.
Kurva tegangan-regangan
Sebagaimana beban aksial yang bertambah bertahap, pertambahan
panjang terhadap panjang gage diukur pada setiap pertambahan beban dan ini dilanjukan
sampai terjadi kerusakan (fracture) pada spesimen. Dengan mengetahui luas penampang
awal spesimen, maka tegangan normal, yang dinyatakan dengan σ, dapat diperoleh untuk
setiap nilai beban aksial dengan menggunakan hubungan
P
σ=
A
σ σ σ
U ●P
B
Y ●
● P
P
ε ε ε
O O O
Gb. 1-5 Gb. 1-6 Gb. 1-7
σ σ
Y
●
ε ε
O ε1 O
O’
dimana P menyatakan beban aksial dalam Newton dan A menyatakan luas penampang
awal (m2). Dengan memasangkan pasangan nilai tegangan normal σ dan regangan
normal ε, data percobaan dapat digambarkan dengan memperlakunan kuantitas-kuantitas
ini sebagai absis dan ordinat. Gambar yang diperoleh adalah diagram atau kurva
tegangan-regangan. Kurva tegangan-regangan mempunyai bentuk yang berbeda-beda
tergantung dari bahannya. Gambar 1-5 adalah kurva tegangan regangan untuk baja
karbon-medium, Gb. 1-6 untuk baja campuran, dan Gb. 1-7 untuk baja karbon-tinggi
dengan campuran bahan nonferrous. Untuk campuran nonferrous dengan besi kasar
diagramnya ditunjukkan pada Gb. 1-8, sementara untuk karet ditunjukkan pada Gb. 1-9.
Hukum Hooke
Untuk bahan-bahan yang mempunyai kurva tegangan-regangan dengan
bentuk seperti Gb. 1-5, 1-6, dan 1-7, dapat dibuktikan bahwa hubungan tegangan-
regangan untuk nilai regangan yang cukup kecil adalah linier. Hubungan linier antara
pertambahan panjang dan gaya aksial yang menyebabkannya pertama kali dinyatakan
oleh Robert Hooke pada 1678 yang kemudian disebut Hukum Hooke. Hukum ini
menyatakan
σ = Eε
dimana E menyatakan kemiringan (slope) garis lurus OP pada kurva-kurva Gb. 1-5, 1-6
dan 1-7.
Modulus elastisitas
Kuantitas E, yaitu rasio unit tegangan terhadap unit regangan, adalah
modulus elastisitas bahan, atau, sering disebut Modulus Young. Nilai E untuk berbagai
bahan disajikan pada Tabel 1-1. Karena unit regangan ε merupakan bilangan tanpa
dimensi (rasio dua satuan panjang), maka E mempunyai satuan yang sama dengan
tegangan yaitu N/m2. Untk banyak bahan-bahan teknik, modulus elastisitas dalam
tekanan mendekati sama dengan modulus elastisitas dalam tarikan. Perlu dicatat bahwa
perilaku bahan dibawah pembebanan yang akan kita diskusikan dalam buku ini dibatasi
hanya pada daerah kurva tegangan regangan.
Tegangan Koefisien
Bahan Berat Modulus maksimum ekspansi Rasio
spesifik Young kPa 10e-6/°C Poisson
KN/m3 Gpa
I. Metal dalam bentuk papan, batang atau blok
Aluminium 27 70-79 310-550 23 0.33
campuran 84 96-110 300-590 20 0.34
Kuningan 87 112-120 230-380 17 0.33
Tembaga 87 210 310-760 13 0.31
Nikel 77 195-210 550-1400 12 0.30
Baja 44 105-210 900-970 8-10 0.33
Titanium campuran
II. Non-metal dalam bentuk papan, batang atau blok
Beton 24 25 24-81 11
Kaca 26 48-83 70 5-11 0.23
III. Bahan dengan filamen (diameter < 0.025 mm)
Aluminium oksida 38 690-2410 13800-27600
Barium carbide 25 450 6900
Kaca 345 7000-20000
Grafit 22 980 20000
IV. Bahan komposit (campuran)
Boron epoksi 19 210 1365 4.5
Kaca-S diperkuat 21 66.2 1900
epoksi
Modulus tangen
Laju perubahan tegangan terhadap perubahan regangan disebut modulus
tangen bahan. Ini sebenarnya merupakan bentuk modulus sesaat (instantaneous) dan
dinyatakan dengan Et = dσ/dε.
Rasio Poisson
Ketika suatu batang dikenai pembebanan tarik sederhana maka terjadi
penambahan panjang batang pada arah pembebanan, tetapi terjadi pengurangan dimensi
lateral tegaklurus terhadap pembebanan. Rasio regangan pada arah lateral terhadap arah
aksial didefinisikan sebagai rasio Poisson (Poisson’s ratio). Dalam buku ini dilambangkan
dengan μ. Pada kebanyakan logam μ mempunyai nilai antara 0.25 sampai 0.35.
εx =
1
E
[
σ x − µ (σ y + σ z ) ] εy =
1
E
[
σ y − µ (σ x + σ z ) ] εz =
1
E
[
σ z − µ (σ x + σ y ) ]
Kekuatan spesifik
Kuantitas ini didefinisikan sebagai rasio tegangan maksimum terhadap
berat spesifik, yaitu berat per unit volume. Dengan demikian kita peroleh satuan
N N
/ =m
m2 m3
sehingga kekuatan spesifik bahan mempunyai satuan panjang. Parameter ini sangat
bermanfaat untuk perbandingan efisiensi bahan.
Modulus spesifik
Modulus spesifik didefinisikan sebagai perbandingan modulus Young
terhadap berat spesifik bahan. Kuantitas ini juga mempunyai satuan panjang.
KLASIFIKASI BAHAN
Sampai saat ini, diskusi kita adalah didasarkan pada asumsi bahwa bahan
mempunyai dua karakteristik, yaitu:
Homogen, yaitu mempunyai sifat elastis (E, μ) yang sama pada keseluruhan titik
pada bahan.
Isotropis, yaitu mempunyai sifat elastis yang sama pada semua arah pada setiap titik
dalam bahan.
Tidak semua bahan mempunyai sifat isotropis. Apabila suatu bahan tidak
memiliki suatu sifat simetri elastik maka bahan tersebut disebut anisotropis, atau kadang-
kadang aeolotropis. Disamping memiliki dua konstanta elastis (E, μ) seperti pada bahan
isotropis, bahan anisotropis mempunyai 21 konstanta elastis yang lain. Jika bahan
mempunyai tiga bidang yang saling tegaklurus dengan masing-masing mempunyai simetri
elastis maka bahan dikatakan orthotropis. Jumlah konstanta independen dalam hal ini
adalah sembilan. Bahan komposit yang diperkuat dengan filamen didalamnya (Gb. 1-10)
merupakan contoh dari bahan anisotropis.
Filamen
Filamen
(a) (b)
Gb. 1-10. (a) batang epoksi diperkuat dengan filamen satu arah; (b) plat epoksi diperkuat
dengan filamen dua arah
Strain hardening
Uji tarik secara luas digunakan untuk mempelajari mekanisme deformasi. Hal ini karena di
bawah kompresi, bahan yang paling akan mengalami sepele (mismatch kisi) dan non-
sepele (buckling) peristiwa sebelum deformasi plastik atau fraktur terjadi. Oleh karena itu
proses intermediate yang terjadi pada bahan di bawah kompresi uniaksial sebelum
kejadian deformasi plastis membuat pengujian tekan penuh dengan kesulitan.
bahan Sebuah umumnya mengalami deformasi elastis jika berada di bawah pengaruh
kekuatan yang kecil, yang memungkinkan bahan untuk siap kembali ke bentuk semula
ketika gaya deformasi dihapus. Fenomena ini disebut deformasi elastis. Perilaku material
digambarkan dengan Undang-undang Hooke. Bahan berperilaku elastis sampai
meningkatkan gaya deformasi yang melebihi batas elastis, juga dikenal sebagai tegangan
luluh. Pada titik ini, bahan yang diberikan cacat permanen dan gagal untuk kembali ke
bentuk semula ketika gaya adalah dihapus. Fenomena ini disebut deformasi plastik.
Misalnya, jika satu membentang gulungan air sampai titik tertentu, ia akan kembali ke
bentuk aslinya, tapi setelah itu ditarik melebihi batas elastis, maka akan tetap cacat dan
tidak akan kembali ke keadaan semula.
deformasi elastis membentang obligasi atom dalam materi jauh dari radius keseimbangan
mereka pemisahan suatu obligasi, tanpa menerapkan energi yang cukup untuk
melepaskan ikatan antar-atom. deformasi plastik, di sisi lain, istirahat obligasi antar-atom,
dan melibatkan penyusunan kembali atom dalam bahan padat.
BAJA
PENGUJIAN BAJA – BAJA TULANG.
Sesuai dengan PBI 71 N I .2 pasal 3.7 maka setiap baja tulangan maupun baja
yang dihasilkan oleh pabrik-pabrik baja ,yang terkenal dapat dipakai. Pada
umumnya setiap pabrik baja tulangan mempunyai standard mutu dan jenis baja
sesuai dengan yang berlaku di negara yang bersangkutan. Pada umumnya baja
tulangan yang terdapat di pasaran Indonesia dapat dibagi dalam mutu,lihat
tabMutu Sebutan Tegangan leleh karakteristik atau tegangan
karakteristik yang memberikan regangan tetap 0,2 %
U-22
U-24
U-32
U-39
Baja lnk
Baja Sdg
Baja Krs
2400
3200
3900
4800
Keterangan:
Yang dimaksud dengan tegangan leleh karakteristik dan tegangan karakteristik
yang memberikan regangan 0,2% adalah tegangan yang bersangkutan ,dimana
dari sejumlah besar hasil-hasil pemeriksaan kemungkinan adanya tegangan yang
kurang dari tegangan tersebut ,terbatas sampai 5 % saja.
Apabila baja tulangan dengan mutu yang meragukan (yang dikeluarkan oleh
pabrik yang kurang dikenal), maka baja tulangan tersebut harus diperiksa oleh
lembaga pemeriksaan bahan yang telah diakui.
Pengujian Lengkung
Maksud dari percobaan ini adalah untuk mengetahui sifat bahan logam yang
mengalami beban bentur atau kejut pada berbagai temperatur.