You are on page 1of 8

1

PENATALAKSANAAN PASIEN GAWAT NAFAS

Rupi’i

ICU RS Dr. Kariadi Semarang

PENDAHULUAN

Manusia tergolong mahkluk yang “obligate aerobe”, artinya agar bisa hidup mutlak
memerlukan oksigen (O2). Oleh karena itu segala hal yang mengganggu proses masuknya
oksigen dari alam bebas (udara) ke dalam tubuh manusia adalah merupakan suatu
kegawatan medis yang sesungguhnya, sebab mengancam jiwa manusia.
Sistem di dalam tubuh manusia yang bertanggung jawab terhadap masuknya O2 dari
udara bebas sampai ke seluruh sel adalah sistem pernafasan dan sistem kardiovaskuler.
Oleh karena itu sebagai petugas kesehatan mutlak perlu ilmu pengetahuan dan
ketrampilan yang memadai dalam hal pengenalan tentang gawat nafas secara dini dan
sekaligus menanganinya. Mengapa demikian ? Sebab keterlambatan penentuan gawat
nafas dan penanganan yang kurang memadai akan berakibat fatal atau cacat seumur
hidup.

FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

Secara garis besar sistem pernafasan terdiri dari:

1.Pusat pernafasan
2.Organ pelaksana

Keduanya dihubungkan dengan sistem neurohumoral, sehingga segala perintah dari pusat
nafas dapat dilaksanakan oleh organ pelaksana.

PUSAT PERNAFASAN.

Pusat nafas terletak di batang otak (medulla oblongata). Tugas pusat nafas adalah
memerintah ke organ pelaksana untuk melakukan aktifitas atau mengurangi aktifitas.
Pusat nafas akan memerintah ke organ pelaksana apabila pusat nafas terangsang oleh
rangsangan.
Rangsangan ke pusat nafas dapat secara langsung atau tidak langsung melalui reseptor di
tepi (di luar pusat nafas).

Beberapa rangsangan yang dapat merangsang pusat nafas a.l.:


1.Zat asam arang (CO2)
Bila kadar di dalam tubuh berlebih maka akan merangsang.

2.Zat asam (O2)


Bila kadar di dalam tubuh menurun maka akan merangsang.
2

3.Ion hydrogen (H+)


Bila kadar di dalam tubuh berlebih maka akan merangsang.

4.Lain-lain.
Seperti regangan pada otot/sendi, rasa sakit, suhu tubuh yang meningkat dan beberapa
obat-obatan.

Sebaliknya apabila tidak ada rangsangan yang merangsang pusat nafas atau bahkan
menekan pusat nafas maka aktifitas organ pelaksana akan berkurang, sampai tidak ada
sama sekali.

ORGAN PELAKSANA.

Ada dua kelompok, yaitu :

1.Otot pernafasan
Terdiri dari :
A/.otot pernafasan utama ( diagframa, otot sela iga )
B/.otot pernafasan tambahan ( otot leher, otot bahu )

Bila otot nafas ini diperintah oleh pusat nafas, maka otot akan berkontraksi, akibatnya
rongga dada ( yang didalamnya ada paru ) akan mengembang ( bertambah besar
rongganya ) sehingga tekanannya lebih kecil dibanding dengan udara luar (tekanan
negativ), akibatnya udara dari luar akan masuk ke dalam paru. Proses demikian disebut
inspirasi. Setelah selesai berkontraksi, otot pernafasan akan kembali ke posisi semula
( disebut relaksasi ) yang berakibat rongga dada kembali ke posisi semula. Paru juga akan
kembali ke posisi semula ( sebab paru bersifat elastis ) sehingga udara di dalam paru akan
keluar secara pasif . Proses demikian di sebut ekspirasi.

2.Paru
Paru terdiri dari jalan udara dan gelembung alveoli ( yang berjumlah jutaan ). Udara
dari luar masuk melalui jalan udara dan berakhir di gelembung alveoli. Di dalam
gelembung alveoli inilah terjadi proses difusi gas. Oksigen ( O2 ) dalam alveoli akan
masuk ke pembuluh darah yang menempel di dinding alveoli dan sebaliknya gas CO2
yang ada di dalam pembuluh darah akan masuk ke dalam alveoli yang selanjutnya akan
keluar melalui jalan udara pada waktu proses ekspirasi. Jadi dengan demikian di dalam
alveoli terjadi pergantian udara, yaitu pada waktu inspirasi udara luar yang mengandung
O2 masuk dan pada waktu ekspirasi udara alveoli yang mengandung CO2 keluar. Proses
pergantian udara dalam alveoli demikian disebut ventilasi.
Sebagai kesimpulan, dengan adanya sistem pernafasan tersebut maka memungkinkan
O2 yang terdapat di udara luar masuk ke dalam pembuluh darah dan sebaliknya CO 2 yang
terdapat di pembuluh darah akan keluar ke udara luar.
3

GAWAT NAFAS.
Yaitu suatu keadaan dimana sistem pernafasan tidak berfungsi dengan baik sehingga
mengakibatkan kadar O2 di dalam darah kurang dari normal ( hypoxemia ) dan kadar CO2
lebih dari normal ( hypercarbia ).

Penyebab gawat nafas :


A.Gangguan di tingkat pusat
Gangguan berupa penekanan ( depresi ) pusat pernafasan yang disebabkan oleh :
1.Obat-obatan
Misalnya: gol. narkotika (morphine, pethidine)
gol. sedative (diazepam,thiopentone)
gol.obat anestesia umum (ketamine)
2.Penyakit susunan syaraf pusat (encephalitis,CVA,tumor otak)
3.Trauma kepala

Akibat penekanan terhadap pusat pernafasan akan terjadi apneu (tidak bernafas) atau
bradypneu (frekuensi nafas kurang dari normal).

B.Gangguan di sistem otot pernafasan, yang disebakan oleh :


1.Obat-obatan : obat pelumpuh otot (pancuronium)
keracunan obat (organophospat)
2.Penyakit otot : myasthenia gravis
degenerasi otot
3.Trauma otot

C.Gangguan di tingkat syaraf penghubung, mis.polyneuritis.

D.Gangguan di tingkat jalan nafas,mis.sumbatan jalan nafas.

E.Gangguan di tingkat gelembung alveoli : ARDS


Atelectasis
F.Gangguan di tingkat dinding rongga dada
Mis. patah tulang iga, pneumothorak, rongga dada kaku

G.Gangguan di tingkat aliran darah paru (perfusi paru)


Mis. emboli paru, penyempitan pembuluh darah paru (vasokonstriksi)

Diagnosa
Diagnosa gawat nafas didasarkan atas pemeriksaan fisik dan pemeriksaan
penunjang ( analisa gas darah dan spirometer ).

Pemeriksaan fisik:

Keadaan umum :
* Pasien gelisah
4

AWAS! PASIEN YANG TENANG DISERTAI PENURUNAN KESADARAN


ADALAH GEJALA AKHIR/TERLAMBAT.

*Pucat pasi
AWAS! CYANOSIS ADALAH TANDA AKHIR YANG SUDAH BERAT.

*Nafas yang distress (“tidak enak”)


*Nadi cepat
AWAS! NADI YANG MELAMBAT BISA BERARTI PROSES SUDAH LANJUT.

*Tekanan darah meningkat


AWAS! TEKANAN DARAH YANG MENURUN BISA BERARTI PROSES LEBIH
BERAT/LANJUT.

*Kadangkala disertai keringat “dingin” terutama di daerah dahi.

Keadaan khusus
Keadaan ini terdapat pada :
♦ sumbatan jalan nafas bagian atas:
stridor inspirasi
 cekungan di suprasternal
 retraksi sela iga
 retraksi sub diagframa
♦ sumbatan jalan nafas bagian bawah :
 wheezing ekspirasi

Pemeriksaan penunjang
Analisa gas darah
Secara akurat, diagnosa gawat nafas adalah berdasar atas pemeriksaan gas darah, yaitu
PaO2 < 60 mmHg dan PaCO2 > 46 mmHg.

Berdasarkan atas pemerikasaan gas darah maka ada tiga macam gawat nafas, yaitu:

Macam PaO2 PaCO2 PA-aO2


1. Gagal oksigenasi ↓ N/↓ ↑
2. Gagal ventilasi ↓ ↑ N
3. Kombinasi ↓ ↑ ↑

Catatan
↓ : kurang dari normal
↑ : lebih dari normal
N : normal

Spirometri
5

Apabila gawat nafas disertai dengan gangguan ventilasi, pemeriksaan dengan spirometer
menghasilkan antara lain :

♠ kecepatan nafas : < 8 x/sec atau > 35 x/sec


♠ volume tidal : < 5 cc/kg bb
♠ kapasitas vital : < 15 cc/kg bb
♠ daya inspirasi maksimal : < 25 cm H2O
♠ perbandingan ruang rugi dan volume tidal > 0,6

Foto dada
Apabila gawat nafas disebabkan karena kerusakan paru, pada foto dada akan nampak
kelainan yang mendasarinya, seperti : pneumonia, edema paru, pneumothorak dan
sebagainya.
( INGAT ! DASAR UTAMA MENEGAKKAN DIAGNOSA GAWAT NAFAS
BUKAN DARI PEMERIKSAAN FOTO DADA ).

PENATALAKSANAAN

Langkah pertama (HARUS)


Menguasai dan membebaskan jalan nafas.
Tujuannya : agar jalan nafas bebas dari sumbatan ( karena lidah, posisi, lendir, benda
asing, dsb. ) sehingga dengan demikian O2 dapat lewat dengan lancar.
Caranya:
Mengatur posisi
 ekstensi kepala topang leher (tidak dikerjakan bila ada dugaan patah tu -
lang leher).
 ekstensi kepala angkat dagu
 perasat tiga cara :
☛ ekstensi kepala
☛ dorong rahang bawah ke depan
☛ buka mulut

Menguasai jalan nafas dengan alat


 pasang pipa orofaringeal ( Guedel )
 pasang pipa nasofaringeal
 pasang pipa endotrakheal ( intubasi )

Menguasai jalan nafas dengan operatif


 krikotirotomi
 trakheostomi

Indikasi intubasi dengan pipa endotrakheal


✔ Sumbatan jalan nafas bagian atas yang tidak bisa dibebaskan dengan mengatur
posisi aatau alat sederhana.
✔ Tidak ada reflek pertahanan jalan nafas (mis: pada gangguan kesadaran).
✔ Untuk membersihkan lendir jalan nafas yang produktif.
6

✔ Hipoksemia yang refrakter.


✔ Memerlukan alat bantu nafas.

Indikasi krikotirotomi/ trakheostomi


✔ Bila penguasaan jalan nafas bagian atas dengan menggunakan alat sederhana
atau pipa endotrakheal gagal ( acute tracheostomy ).
✔ Bila penguasaan jalan nafas dengan menggunakan pipa endotrakheal memer
lukan waktu lebih lama dari 7 hari ( elective tracheostomy ).

Langkah kedua
Menilai fungsi ventilasi paru.
Bila ada gangguan ventilasi ( lihat kriteria pada pemeriksaan dengan spirometer ) dan
analisa gas darah menunjukkan hasil PaCO2 > 60mmHg dan pH darah < 7,2 serta PaO2
tidak membaik dengan cara pertama, lakukan bantuan ventilasi.
Tujuannya : memperbaiki ventilasi paru sehingga menghasilkan PaCO2: 40 – 45
mmHg dan pH : 7,35 – 7,45.
Caranya:
Tanpa alat
 dari mulut ke mulut
 dari mulut ke hidung
 dari mulut ke alat

Dengan alat sederhana : AMBU bag.

Dengan alat canggih : ventilator

Langkah ketiga
Pemberian O2
Tujuan : memberikan fraksi inspirasi oksigen ( FiO2 ) yang cukup sehingga menghasilkan
PaO2 yang memadai (acceptable) untuk pasien yang bersangkutan atau saturasi oksigen
( SaO2) > 90%.

Tekanan parsiel oksigen dalam arteri ( PaO2 ) dipengaruhi oleh kondisi pasien (termasuk
umur). Secara kasar hubungan antara umur dan PaO2 yang memadai adalah sbb.:

PaO2 = 100 – ( 0,3 x umur )

Caranya:
Cara pemberian O2 akan berpengaruh terhadap FiO2 ( lihat tabel )
7

Tabel cara pemberian O2 dan FiO2

Aliran O2
Cara pemberian FiO2 ( % )
(L/sec)
* Nasal kateter/kanule/prong 1-2 24 - 28
3-4 30 – 35
5–6 38 – 44
* Masker sederhana 5–6 40
6–7 50
7–8 60
* Masker dengan kantong 6 60
7 70
8 80
9 – 10 90 – 99
* Masker dengan venturi Aliran tetap 24 – 35
* Tenda oksigen 8 – 10 40
* Ventilator - 21 - 100

Langkah keempat
Memberikan infus cairan NaCl 0,9% atau lainnya dan melakukan resusitasi sistem
kardiovaskuler.

Langkah kelima
Memantau keadaan pasien.

INGAT! JANGAN BIARKAN PASIEN GAWAT NAFAS LEPAS DARI


PEMANTAUAN.

Tujuan : mengikuti perkembangan pasien lebih lanjut agar setiap perubahan yang
menjurus ke arah jelek segera dapat diantisipasi sedini mungkin.

Yang dipantau :
tingkat kesadaran
 tekanan darah
 nadi (kualitas dan kuantitas)
 pernafasan
 produksi urine
 analisa gas darah atau saturasi oksigen (SaO2)

INGAT ! DI DALAM PEMANTAUAN, YANG LEBIH BERHARGA ADALAH


NILAI KECENDERUNGAN (TREND) BUKAN NILAI NOMINALNYA.
8

PENUTUP
Gawat nafas merupakan kegawatan medis yang harus sedini mungkin
diidentifikasi dan segera ditanggulangi dengan cepat dan tepat. Dari uraian di atas dapat
dipahami bahwa di dalam pengidentifikasian dan penatalaksanaannya diperlukan
pengetahuan yang mendasar karena mempunyai tujuan yang mendasar pula. Bukan
sekedar rutinitas. Oleh karena itu diperlukan dedikasi yang tinggi.

Daftar pustaka

Kreit JW, Rogers RM : Approach to the patien with acute respiratory failure. In:
Textbook of critical care, 3rd ed. WB Saunders Co, Philadelphia, 1995, p. 680 – 687.
Oh TE : Oxygen therapy. In : Intensive care manual, 4th ed. Butterworth Heinemann,
Melbourne, 1997, p. 209 – 216.
Braun HA, Cheney FW, Loehnen CP : Introduction to respiratory physiology, 2nd ed.
Little Brown & Co, Boston, 1980.
Don H : Hypoxemia and hypercapnia during and after anesthesia. In : Complications in
anesthesiology, JB Lippincott Co, Philadelphia, 1983, p. 183 – 207.

You might also like