You are on page 1of 16

HUKUM WARIS BW

Oleh:
Tim Pengampu
MAGISTER KENOTARIATAN
Deskripsi Mata Kuliah

• Mata kuliah ini merupakan pendalamam


dari materi Hukum Waris KUH Perdata
yang diperoleh di S-1 yang meliputi
Hukum Waris menurut Undang-undang
(ab-intestato) dan Hukum Waris
Testamenter.
Tujuan Pembelajaran

• Mahasiswa dapat memahami dan mampu


menjelaskan tentang seluk beluk hukum
waris dan pewarisan, pewarisan menurut
ketentuan UU bagi keluarga sedarah yang
sah dan luar kawin, wasiat, bagian mutlak
(Legitieme Portie), pewarisan secara
lompat tangan.
SILABUS
A. Pengantar

B. Pewarisan Menurut UU (ab intestato)


1. Dasar pewarisan ab intestato
2. Pewarisan bagi keluarga sedarah yang sah
3. Pewarisan dalam hal ada anak luar kawin
4. Pewarisan karena adanya pergantian tempat
C. Pewarisan Testamenter
1. Dasar pewarisan testamenter
2. Testamen / wasiat
3. Bagian mutlak menurut UU / Legitieme Portie
4. Pewarisan secara lompat tangan
Daftar Pustaka
• Ali Afandi, Hukum Waris, Hukum Keluarga,
Hukum Pembuktian, Bina Aksara, Jakarta.

• Klaasen, J.C. & Eggens, J., Huwelijksgoederen


en Erfrecht, Tjeenk Willink Zwolle.

• Komar Andasasmita, Notaris III (Hukum Harta


Perkawinan dan Waris), I.N.I Jawa Barat,
Bandung.

• Pitlo, A., Hukum Waris Menurut KUH Perdata,


Alih Bahasa Isa Arief, Intermasa, Jakarta.
Pengertian Hukum Waris
• Suatu rangkaian ketentuan yang berhubungan
dengan meninggalnya seseorang, akibat-
akibatnya di dalam bidang kebendaan diatur,
yaitu akibat dari beralihnya harta peninggalan
dari seorang yang meninggal dunia kepada ahli
warisnya baik di dalam hubungan diantara
mereka sendiri maupun dengan pihak ketiga.

Ada 3 ketentuan yang diatur Hukum Waris:


• Ketentuan tentang peralihan hak dan kewajiban;
• Ketentuan tentang hubungan diantara sesama
ahli waris;
• Ketentuan tentang hubungan ahli waris dengan
pihak ketiga.
Tempat Pengaturan
• Hukum Waris terletak pada Buku II titel XII-XVIII
KUH Perdata.

• Mengapa hukum waris diatur dalam Buku II


KUHPerdata?

Menurut Pitlo:
• Penempatan hukum waris pada buku II
KUHPerdata karena ada kerancuan dua
sistem hukum yang mempengaruhi
KUHPerdata pada masa pertumbuhannya, yaitu:
Hukum Romawi
• Hak waris termasuk hak kebendaan karena
warisan dipandang sebagai suatu barang yang
berdiri sendiri, sehingga hukum waris
merupakan hukum benda.

Hukum Germania Kuno


• Hak waris bukan hak kebendaan, karenanya
warisan tidak dikenal sebagai barang yang
berdiri sendiri.
Bagaimana KUH Perdata ?
• Dari segi materi lebih menyerupai Hukum
Germanio Kuno, buktinya para ahli waris
mempunyai hak milik bersama yang terikat
pada harta warisan.

• Dari segi sistematikanya yang diikuti


adalah sistematika Hukum Romawi
sehingga dimasukkan dalam Buku II
tentang Benda.
Pewarisan
Pengertian:
• Suatu peristiwa perpindahan harta peninggalan dari
orang yang meninggal dunia kepada orang lain yang
masih hidup.

Ada 3 unsur pewarisan:


• Pewaris, yaitu orang yang meninggal dunia dan
meninggalkan harta;
• Ahli Waris, yaitu orang kepada siapa harta tersebut
akan beralih;
• Harta Warisan / Harta Peninggalan, yaitu segala hak
dan kewajiban yang bersumber pada hukum harta
kekayaan, yang berwujud aktiva dan pasiva.
Syarat-syarat Pewarisan
Bagi Pewaris:
• Pewaris harus sudah meninggal dunia (Pasal
830 BW: ”Pewarisan hanya berlangsung karena
kematian).

Pasal 830 menimbulkan pesoalan:


• Jika dua orang yang saling mewaris satu sama
lain meninggal pada saat yang bersamaan dan
tidak diketahui siapa yang meninggal lebih
dahulu.
• Jika hidup matinya seseorang tidak diketahui
karena meninggalkan tempat kediaman dalam
jangka waktu yang lama.
Bagi Ahli Waris:
1. Sudah ada atau masih ada pada saat pewaris
meninggal dunia (836 BW), dengan mengingat
Pasal 2 BW.
2. Mempunyai hak atas harta peninggalan
Pewaris
- karena hubungan darah (Pasal 832 BW);
- karena perkawinan (S. 1935 No. 486);
- karena wasiat.
3. Bukan orang yang dinyatakan tidak patut (838
BW) atau tidak cakap (912 BW) mewaris dan
bukan orang yang menolak warisan (1057
BW).
Bagi Harta Peninggalan
• Hak dan kewajiban yang bersumber pada
hukum harta kekayaan, kecuali:
- hak pakai hasil;
- hak mendiami rumah;
- hak memakai suatu barang;
- hak yang bersumber dari perjanjian
perburuhan.

• Hak mengingkari keabsahan anak yang


dilahirkan oleh isterinya bersumber pada Hukum
Keluarga, tetapi menurut Pasal 256 – 257 BW
dapat diwariskan.
Hak-hak Ahli Waris
Hak Saisine
• Seorang ahli waris dengan sendirinya pada saat
Pewaris meninggal dunia memperoleh hak milik
atas harta peninggalan Pewaris.
• Hak ini diperoleh berdasarkan Pasal 833 dan
Pasal 955 BW

Catatan:
• ahli waris memperoleh hak milik Pewaris tanpa
melakukan perbuatan hukum apapun;
• hak ini dapat menguntungkan maupun
merugikan ahli waris;
• negara tidak memiliki hak saisine.
Hak Menuntut Pembagian Harta Warisan (Ps 1066 BW)

• Seketika suatu warisan terbuka maka haruslah segera


diadakan pembagian diantara sekalian ahli waris;
• Tak seorangpun ahli waris dapat dilarang untuk
menuntut bagiannya atas harta peninggalan P;
• Boleh diperjanjikan bahwa untuk waktu tertentu (5 tahun)
harta peninggalan tidak dibagi;

Catatan:
• Harta peninggalan yang belum dibagi berada di luar lalu
lintas perdagangan.
• Hak ini bertentangan dengan konsep hukum adat
tertentu, sebelum anak-anak mentas harta peninggalan
belum dibagi.
Hak Hereditatis Petitio
• Hak mengajukan gugatan untuk
mempertahankan hak warisnya (Pasal 955 BW);

• Gugatan ditujukan kepada orang yang


menguasai harta peninggalan dengan maksud
untuk memilikinya:
- Sesama ahli waris;
- Orang yang tanpa hak menguasai benda
warisan;
- Pihak-pihak yang secara licik menyebabkan
hilangnya kekuasaan ahli waris terhadap
warisan.

You might also like