Professional Documents
Culture Documents
Viabilitas Benih
Berdasarkan pada kondisi lingkungan pengujian viabilitas benih
dapat dikelompokkan ke dalam viabilitas benih dalam kondisi lingkungan
sesuai (favourable) dan viabilitas benih dalam kondisi lingkungan tidak
sesuai (unfavourable). Pengujian viabilitas benih dalam kondisi lingkungan
tidak sesuai termasuk kedalam pengujian vigor benih. Perlakuan dengan
kondisi lingkungan sesuai sebelum benih dikecambahkan tergolong untuk
menduga parameter vigor daya simpan benih, sedangkan jika kondisi
lingkungan tidak sesuai diberikan selama pengecambahan benih maka
tergolong dalam pengujian untuk menduga parameter vigor kekuatan
tumbuh benih (Mugnisjah dkk,1994).
Permasalahan yang dihadapi dalam penyiapan atau pengadaan
benih kedelai adalah viabilitas benih kedelai yang cepat mengalami
penurunan. Sering terjadi viabilitas benih kedelai menurun sampai kurang
dari 80% dalam waktu 2-3 bulan. Faktor-faktor yang berperan sebagai
penyebab tingginya laju penurunan viabilitas benih kedelai selama
penyimpanan adalah benih kedelai yang disimpan memiliki vigor awal
yang rendah, benih disimpan atau dikemas pada kadar air yang tinggi,
kondisi penyimpanan yang lembab dan panas, dan kerusakan benih oleh
hama, penyakit terbawa benih dan kerusakan benih secara mekanis
(Purwantoro, 2009).
Biasanya benih diuji daya kecambah dan viabilitasnya di
laboratorium yang dilengkapi dengan alat dan para pekerja untuk
menentukan mutu benihnya. Pada uji daya kecambah, benih dikatakan
berkecambah bila dapat menghasilkan kecambah dengan bagian-bagian
yang normal atau mendekati normal. Ada suatu pengujian viabilitas yang
Vigor benih
Analisis uji daya berkecambah dilakukan dua kali masing-masing
pada hari ketiga dan kelima sesudah penanaman. Maksudnya agar
kondisi dalam media pasir dapat dioptimasi, dihindarkan dari benih yang
membusuk, atau dari yang tumbuh terlalu kuat. Benih yang sudah tumbuh
normal sesuai ukuran yang sudah dibakukan diambil dan dihitung.
Umumnya kenormalannya ditentukan berdasar ketegaran struktur tumbuh
yang terdiri dari akar primer, akar seminal sekunder, hipokotil, kotiledon,
dan daun pertama yang tumbuh dalam kotiledon, atau koleoptil dan daun
pertama yang tumbuh di dalamnya. Jumlah kecambah normal dihitung
dalam persen terhadap semua benih yang ditanam dan menjadi gambaran
persentase tanaman yang mampu tumbuh secara normal dilapangan yang
berkondisi optimum. Dalam media ada juga yang tumbuh abnormal
menurut ukuran standar dicatat jumlahnya, demikian juga yang mati untuk
menghitung jumlah total benih yang diuji. Benih yang abnormal dianggap
tidak berpotensi untuk hidup di lapangan dan sama nilainya dengan yang
mati ( Sadjad, 1993).
Benih mencapai kematangan fisiologis sewaktu terikat dengan
tanaman induknya. Pada saat kematangan fisiologis itu benih memiliki
viabilitas dan vigor benih yang maksimal, demikian pula dengan berat
keringnya. Pertumbuhan tanaman induk yang baik merupakan syarat yang
mantap sewaktu kematangan benihnya. Hal inilah yang menjamin
tingginya viabilitas dan vigor benih tersebut. Selanjutnya penyakit dan
hama, kekurangan air serta kekurangan makanan, baik pada tanaman
induk sewaktu pertumbuhan dan perkembangannya atau pada waktu
pematangan fisik benih tersebut, faktor yang demikian berpengaruh
terhadap tingginya viabilitas dan vigor benih (Kartasapoetra, 2003).
18
16
kadar air benih (%)
14
12
10
8
6
4
2
0
0 20 40 60 80 100 120
kelembaban relatif (%)
Faktor Genetik
Faktor yang mempengaruhi mutu benih antara lain faktor
genetik, lingkungan dan status benih (kondisi fisik dan fisiologi
benih). Genetik merupakan faktor bawaan yang berkaitan dengan
komposisi genetika benih. Setiap varietas memiliki identitas
genetika yang berbeda. Sebagai contoh, mutu daya simpan benih
kedelai lebih rendah dibandingkan dengan mutu daya simpan benih
jagung, hal ini diakibatkan perbedaan gen yang ada di dalam benih.
Benih hibrida lebih vigor dibandingkan dengan benih non hibrida.
Contoh : Benih jagung hibrida menghasilkan tanaman yang lebih
vigor dibandingkan jagung non hibrida
Kematangan Benih
Faktor kondisi fisik dan fisiologi benih berkaitan dengan
performa benih seperti tingkat kemasakan, tingkat kerusakan
mekanis, tingkat keusangan (hubungan antara vigor awal dan
lamanya disimpan), tingkat kesehatan, ukuran dan berat jenis,
komposisi kimia, struktur, tingkat kadar air dan dormansi benih
(Wirawan dan Sri, 2002). Kualitas maksimal suatu benih tercapai
saat mencapai Matang Fisiologis. Pada saat Matang Fisiologis
akumulasi bahan kering (dry matter) dan bahan kimia yang terlibat
dalam perkecambahan sudah mencapai maksimal. Panen sebelum
atau sesudah matang fisologis kualitasnya lebih rendah
dibandingkan saat matang fisiologis
Jenis Kemasan
Jenis kemasan yang baik dapat mempertahankan kadar air
dan vigor benih, selain itu kemasan yang baik juga dapat
menghindari benih dari benturan, serangan hama dan penyakit.
Contoh kemasan yang baik antara lain : kaleng, aluminium foil,
plastik tebal, kertas semen dilapisi aspal dll
Uji Viabilitas
Uji Vigor
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/19966/4/Chapter%20II.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17214/4/Chapter%20II.pdf
http://www.docstoc.com/docs/34305300/POKOK-BAHASAN-IV
http://www.scribd.com/doc/28800993/BAB-VI-as-Dan-Vigor-Benih