You are on page 1of 52

Peter Kasenda

Masa Depan Ideologi

Apa yang sedang kita saksikan bukanlah akhir


Perang Dingin, atau periode sejarah pasca perang,
Tetapi akhir dari sejarah; : yakni titik akhir dari
Evolusi ideologi umat manusia dan universalisasi
demokrasi liberal Barat sebagai bentuk final
pemerintahan umat manusia .

(Francis Fukuyama)

Kutipan diatas berasal dari sebuah artikel dalam jurnal The National Interest yang
berjudul “ The End of History “ yang terbit pada musim panas tahun 1989 . Artikel yang
ditulis seorang pejabat Departemen Luas Negeri AS ini dipandang sensasional dan
mengundang banyak perdebatan dari dunia intelektual . Artikelnya itu kemudian
diperluas menjadi sebuah buku yang menguraikan ide-idenya secara lebih rinci ; buku itu
berjudul The End of History and Last Man ( 1992 ) , di mana kesimpulannya sedikit lebih
bersifat sementara , sekalipun tesis kandungannya pada dasarnya tetap sama .

Dalam artikel itu Francis Fukuyama berpendapat bahwa sebuah konsensus luar biasa
berkenan dengan legitimasi demokrasi liberal sebagai suatu sistem pemerintahan telah
muncul di seluruh dunia selama beberapa tahun terakhir , setelah ia menaklukan
ideologi-ideologi pesaingannya seperti monraki turun-temurun , fasisme dan baru-baru
ini komunisme . Lebih dari itu , Fukuyama berpendapat bahwa demokrasi liberal
mungkin merupakan “titik akhir dari evolusi ideologis umat manusia “, dan “ bentuk final
pemerintahan manusia .” sehingga ia bisa disebut sebagai “akhir sejarah “ . Sementara
bentuk-bentuk pemerintahan yang paling awal pada umumnya ditandai dengan pelbagai
kerusakan parah dan irasionalitas-irasionalitas yang menyebabkan runtuhnya jenis-jenis
pemerintahan itu sekarang ,sebaliknya demokrasi liberal dianggap bebas dari pelbagai
kontradisi internal yang fundamental seperti ini . Ini tidak berarti bahwa sekarang
demokrasi tidak berubah , seperti Amerika Serikat, Perancis, atau Swiis , bukan tanpa
masalah ketidakadilan atau permasalahan-permasalahan sosial yang serius . Namun ,
permasalahn-permasalahan itu merupakan implementasi yang tidak lengkap dari
kebebasan dan persamaan di mana demokrasi dibangun , bukan karena kekurangan-
kekurangan dalam prinsip-prinsip itu sendiri . Sementara beberapa negara masa kini
kemungkinan gagal untuk mencapai demokrasi liberal yang stabil , dan yang lainnya
mungkin menyimpang pada bentuk yang yang lain , bentuk-bentuk kekuasaan yang lebih
primitif seperti teokrasi atau ketidaktaktoran militer , di mana cita-cita demokrasi liberal
tidak bisa berkembang di dalamnya ( Fukuyama , 2001 : 2 – 3 ) .

Semua ide tentang akhir sejarah berasal dari Hegel . GWF Hegel percaya bahwa sejarah
manusia berjalan melalui serangkaian tahap atau peradaban yang pasti , di mana masing-
1
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

masing tahap/peradaban mengembangkan konflik internalnya atau “ kontradiksi”nya


tersendiri . Kontradiksi ini hanya dapat diselesaikan dengan beralih pada sebuah
peradaban yang baru dan lebih maju , yang akhirnya akan mengalami konflik pula dan
seterusnya . Sejarah “berakhir “ ketika telah tercapai sebentuk masyarakat di mana semua
konflik berhasil dipecahkan . Saat itulah umat manusia menemukan bentuk masyarakat
yang sesuai dengan sifat dasarnya . Hegel percaya bahwa sejarah mencapai puncaknya
dalam sebuah momen yang absolut – sebuah momen yang memenangkan bentuk final
masyarakat dan negara yang rasional .

Ketika hal ini terjadi , sejarah memang tidak akan berakhir . Artinya , masih akan
munculnya peristiwa dan prestasi ( atau kejahatan ) besar yang pantas dicatat . Apa yang
berakhir /berhenti adalah proses evolusi sosial dan politik serta konflik ide yang
digerakkan oleh proses ini .

Fukuyama mengklaim bahwa Hegel mengakui ( sebenarnya tidak ) demokrasi liberal


sebagai bentik masyarakat terakhir setelah Revolusi Perancis .Dibutuhkan waktu dua
ratus tahun untuk diakuinya pandangan Hegel ini secara universal . Demokrasi liberal
harus menghadapi serangkaian saingan . Dengan memenangkan Perang Dunia Kedua .
demokrasi liberal berhasil mengalahkan tantangan Fasisme , sementara berakhirnya
Perang Dingin menanandai kekalahan komunisme . Dengan keadaan ini , tidak ada lagi
tantangan serius pada demokrasi liberal kapitalis modern . Ada fundamentalisme agama
dan nasionalisme , tetapi Fukuyama menegaskan bahwa kedua hal ini bukan merupakan
alternatif yang mencukupi.( Ian Adans , 2004 : 462 – 464 )

Negara Kuat ( Kanan ) dan Krisis Legitimasi

Krisis otoritarianisme saat ini ini tidak dimulai dengan prestorikanya Gorbachev atau
runtuhnya Tembok Berlin . Namun , ia terjadi karena jatuhnya serangkaian pemerintahan
otoritarianisme sayap –Kanan di Eropa Selatan dalam jangka waktu setengah sampai satu
dasawarsa terakhir . Pada tahun 1974 , rezim Caetano di Portugal diusir dalam suatu
kudeta militer . Setelah satu periode ketidastabilan yang mengarah pada perang sipil ,
seorang sosialis Mario Soares terpilih menjadi perdana menteri pada bulan April 1976 ,
dan negara itu bisa menyaksikan kekuasaan demokratis yang damai sejak saat itu . Para
kolonel yang telah menguasai Yunani sejak 1967 juga diusir pada tahun 1974 , sambil
memberi jalan bagi rezim Karamalis yang terpilih secara popular . Dan padsa tahun 1975.
Jendral Francisco Franco meninggal di Spanyol , yang telah membuka jalan menuju masa
transisisi damai kearah demokrasi dua tahun kemudian . Selain itu , militer Turki
mengambi-lalih kekuasaan negara pada bulan September 1980 sebagai akibat dari
terorisme yang menyengsarakan masyarakatnya , tetapi mengembalikan negeri itu
kembali pada kekuasaan sipil pada tahun 1983 . Sejak saat itu , seluruh negara
melaksanakan pemulihan-pemulihan berkala , bebas dan multipartai .

Transformasi yang terjadi di Eropa Selatan dalam waktu kurang dari satu dasawarsa
sungguh luar biasa . Negara-negara ini yang pada awalnya dilihatnya sebagai kambing
hitam Eropa dikutuk oleh pelbagai tradisi religius dan tradisi otoriteranisme mereka

2
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

mendorongnya untuk keluar dari arus utama perkembangan demokrasi di Eropa Barat .
Namun , pada tahun 1980-an setiap negara telah mengalami transisi yang berhasil
menuju demokrasi yang berfungsi dan stabil , demikian stabilnya dalam kenyataan
sehingga (kecuali Turki ) masyarakat yang hidup didalamnya hampir tidak dapat
membayangkan situasi yang terjadi sebaliknya .

Serangkaian transisi menuju demokrasi yang mirip terjadi di Amerika Latin pada tahun
1980-an . Transisi ini dimulai pada tahun 1980-an dengan restorasi pemerintahan yang
terpilih secara demokratis di Peru setelah dua belas tahun kekuasaan militer . Perang
Malvinas pada tahun 1982 mempercepat runtuhnya junta militer di Argentina , dan
munculnya pemerintahan Alfonsin yang terpilih secara demokratis . Transisi di Argentina
secara cepat diikuti oleh seluruh negara-negara Amerika Latin yang lain , ditandai dengan
mundurnya rezim militer di Uruguay dan Barzil pada tahun 1983 dan 1984 secara
berturut-turut . Hingga akhir dasawarsa pemerintah diktaktor Stroessner di Paraguay dan
Pinochet di Chili telah memberi jalan bagi pemerintahan-pemerintahan yang terpilih
secara popular , dan pada awal 1990, pemerintahan Sandinista Nikaragua terlibat dalam
sebuah koalisi yang dipimpin Violetta Chamorro dalam sebuah pemilihan umum yang
bebas . Banyak peneliti yang merasa kurang percaya terhadap permanensi negara-negara
demokrasi yang baru di Amerika Latin dibandingkan dengan negara-negara demokrasi
yang ada di Eropa Selatan . Demokrasi datang dan pergi di kawasan ini , dan pada
akhirnya seluruh negara demokrasi baru ini merupakan negara-negara yang mengalami
krisis ekonomi yang parah , di mana salah satu manifestasinya yang paling jelas adalah
krisis utang . Negara-negara seperti Peru dan Kolumbia , menghadapi tantangan yang
hebat dari dalam , beberapa pemberontakan dan obat bius . Namun demikian , negara-
negara demokrasi baru ini terbukti sangat ulet , seolah-olah pengalaman awal mereka
berkenan dengan otoritarianisme telah mendorong mereka untuk tidak begitu mudah
menyerah pada kekuasaan militer . Kenyataan itu menunjukkan , bahwa dari titik nadir
demokrasi pada awal tahun 1970-an ketika hanya sedikit negara di Amerika Latin yang
demokratis , mulai awal 1990-an , Kuba dan Guyana merupakan satu-satunya negara di
kawasan Barat yang tidak mengizinkan pemilu secara bebas dan layak .

Ada banyak perkembangan yang dapat dibandingkan dengan perkembangan di Asia


Timur . Pada tahun 1986 , pemerintah diktaktor Marcos digulingkan di Filipina , dan
digantikan oleh Presiden Corazon Aquino yang menduduki jabatan itu dengan massa
yang kuat . Pada tahun berikutnya , Jendral Chun meletakkan jabatan di Korea Selatan
dan mengizinkan terpilihnya Roh Tae Woo sebagai presiden . Ketika sistim politik
Taiwan belum direformasi dengan cara yang demikian dramatis , ada banyak endapan
demokratis yang muncul ke permukaan setelah kematian Chian Ching-Kuo pada Januari
1988 . Dengan melewati banyak hambatan lama di Partai Guomindang yang berkuasa ,
banyak memunculkan partisipasi dalam sektor-sektor lain di kalangan masyarakat
Taiwan dalam Parlemen Nasionalis , termasuk di beberapa orang Taiwan Asli . Dan
akhirnya , pemerintahan otoritarian Burma telah terpukul oleh gerakan prodemokrasi .

Pada bulan Februari 1990 , pemerintah minorotas kulit putih F.W. De Klerk di Afrika
Selatan mengumumkan pembebasan Nelson Mandela dan pembubaran Kongres National

3
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Afrika dan Partai Komunis Afrika Selatan . Dengan demikian , De Klerk telah membuka
suatu periode yang memisahkan orang kulit hitam dan kulit putih , yang pada akhirnya
menjadi hukum mayoritas .

Dalam melakukan peninjauan kembali , diketemukan kesulitan untuk memahami


kedalaman krisis di mana pemerintahan diktaktor menemukan diri mereka telah
menyerahkan kepercayaan yang salah kepada kemampuan sistem-sistem otoritarian
untuk melanggengkan diri mereka , atau lebih luas, dalam kelangsungan hidup negara-
negara kuat . Negara dalam demokrasi liberal adalah dalam perdefinsi : perlindungan
terhadap wilayah-wilayah hak-hak individual berarti delimitasi yang tajam dari
kekuasaannya . Rezim otoritarian Kanan dan Kiri sebaliknya berusaha menggunakan
kekuasaan negara untuk melanggar batas wilayah pribadi dan mengontrolnya demi
pelbagai macam tujuan – baik untuk membangun kekuataan militer , mempromosikan
tatanan sosial yang egaliter , atau mempercepat pertumbuhan ekonomi Apa yang telah
hilang dalam wilayah kebebasan individual harus didapatkan kembali pada tingkat tujuan
nasional .

Kelemahan kritis yang akhirnya mengguncangkan negara-negara ini terletak dalam


analisis terakhir mengenai kegagalan legitimasi – yaitu , krisis pada tingkat ide.
Legitimasi bukanlah keadilan atau hak dalam arti yang mutlak ; ia merupakan konsep
relatif yang eksis dalam berbagai persepsi subyektif masyarakat . Semua rezim yang
mampu melakukan tindakan efektif harus didasarkan pada beberapa prinsip legitimasi .
Tidak ada hal semacam seorang diktaktor yang sepenuhnya mengatur “dengan kekuatan”
seperti yang umum dikatakan , misalnya , mengenai Hitler . Seorang tiran dapat mengatur
anak-anaknya , orangtua, atau mungkin istrinya dengan kekuatan , jika dia secara fisik
lebih kuat dari mereka , tetapi dia tidak mungkin mampu mengatur lebih dari dua atau
tiga orang yang memiliki kebiasaan berbeda dan tentunya tidak dalam mengatur suatu
negara dengan berjuta-juta kebiasaan . Ketika dikatakan bahwa seorang diktaktor seperti
Hitler mengatur “dengan kekuatan “ yang dimaksudkan adalah bahwa para pendukung
Hitler , termasuk Partai Nazi , Gestaopo , dan Wehrmacht , secara fisik mampu
mengintimidasi lebih banyak penduduk . Tetapi apakah yang membuat para
pendukungnya tetap setia pada Hitler ? Tentunya bukan kemampuannya untuk
mengintimidasi mereka secara fisik : pada akhirnya pada akhirnya , hal itu bergantung
pada kepercayaan mereka pada otoritasnya yang legitimate . Aparat kemamanan sendiri
dapat dikontrol dengan intimidasi , tetapi dalam beberapa hal dalam sistem itu, sang
diktaktor harus memiliki bawahan setia yang percaya pada otoritasnya yang legitimate .
Legitimasi merupakan hal yang sangat krusial bahkan bagi pemerintahan diktaktor yang
paling tidak adil dan kejam sekalipun .

Jelaslah bahwa bukan ksusus itu yang dibutuhkan sebuah rezim untuk menegakkan
otoritasnya yang legitimate bagi sebagian besar populasinya agar dapat tetap survive .
Ada sejumlah contoh kontemporer mengenai pemerintahan diktaktor minoritas yang
secara aktif sangat dibenci oleh sebagian besar rakyatnya , tetapi berhasil
mempertahankan kekuasaan selama beberapa dasawarasa . Contohnya adalah rezim yang
didominasi-Alawi di Syria , atau faksa Baats-nya Saddam Hussein di Iraq. Ia sudah
begitu jelas sehingga tidak perlu dikatakan lagi bahwa berbagai macam pemerintahan

4
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

junta militer dan oligarki Amerika Latin telah berkuasa sekalipun tidak memiliki
dukungan yang luas . Kurangnya legitimasi di antara penduduk sebagai suatu keseluruhan
tidak akan memunculkan krisis legitimasi bagi rezim itu kecuali ia mulai mempengaruhi
kelompok elite yang terikat dengan rezim itu sendiri , dan terutama sekali mereka yang
memegang monopoli kekuasan koersif , seperti partai yang berkuasa , angkatan
bersenjata , dan polisi . Ketika kita berbicara mengenai krisis legitimasi dalam sistem
otoritarianian , maka, kita berbicara mengenai krisis legitimasi di kalangan elite yang
kohesinya memerupakan hal yang esensial bagi rezim itu untuk bertindak secara efekltif
Legitimasi diktaktor dapat muncul dari sumber –sumber yang beragam ; dari kesetian
personal demi kepentingan tentara yang manja , sampai ideologi yang jelas yang
menjustifikasi haknya untuk berkuasa ( Fukuyama , 2001 : 39 – 44 )

Negara Kuat ( Kiri ) dan Krisis Legitimasi

Totalitarianisme adalah suatu konsep yang berkembang di Barat setelah Perang Dunia II
untuk menggambarkan Uni Soviet dan Nazi Jerman yang merupakan tirani-tirani dengan
karakter yang sangat berbeda dari otoritaranisme –otoritarianisme tradisional abad ke-19
Hitler dan Stalin mendefinisikan kembali makna negara kuat dengan keberanian agenda-
agenda sosial dan politik mereka . Depotisme-depotisme tradisional seperti Franco di
Spanyol atau berbagai macam bentuk kediktaktoran di Amerika Latin tidak pernah
berusaha menghancurkan “ masyarakat sipil “ – yaitu . wilayah masyarakat dari
kepentingan-kepentingan pribadi – tetapi hanya berusaha mengontrolnya Partai Franco”s
Falangist atau gerakan Peronis di Argentina gagal mengembangkan ideologi-ideologi
yang sistimatis dan hanya berusaha setengah-hati untuk mengubah nilai-nilai dan sikap-
sikap yang sudah populer .

Sebaliknya , negara totalitarian didasarkan pada suatu ideologi eksplisit yang


memberikan suatu pandangan komprehensif tentang kehidupan manusia Totalitarianisme
berusaha menghancurkan masyarakat sipil secara keseluruhan , dalam pencariannya
terhadap kontrol “ total” atas kehidupan para warga negaranya . Dari peristiwa kaum
Bolshevik yang meraih kekuasaan pada tahun 1917 , negara Soviet secara sistematis
menyerang semua sumber-sumber otoritas yang potensial untuk bersaing dalam
masyarakat Rusia, termasuk partai-partai politisi , pers, serikat-serikat dagang ,
perusahaan-perusahaan pribadi , dan Gereja . Sementara insitusi-insitusi yang masih ada
akhir tahun 1980-an menerima bebas berat atas nama mereka, yang semuanya
merupakan bayang-bayang masa lalu , yang sepenuhnya diorganisasi dan dikontrol oleh
rezim tersebut . Yang masih tersisa adalah sebuah masyarakat yang anggota-anggotanya
direduksi menjadi “atom-atom “ , yang tidak berhubungan dengan “insitusi-insitusi
perantara “ yang merupakan kependekan dari pemerintah yang sangat berkuasa .

Negara totalitarian berharap untuk menciptakan manusia Soviet sendiri dengan


mengubah semua struktur kehidupan dan nilai-nilainya melalui kontrol pada pers ,
pendidikan dan propaganda . Hal ini berkembang hubungan-hubungan manusia yang
paling personal dan paling intim , bahkan dalam hubungan keluarga . Pemuda Pavel
Morozov , yang mengadukan orangtuanya pada polisi Stalin , selama beberapa tahun

5
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

dijadikan sebagai model anak Soviet , selama beberapa tahun dijadikan model anak
Soviet oleh rezim tersebut .Dalam kata-kata Mikhail Heller. “ Hubungan-hubungan
manusia yang menciptakan fabrik masyarakat – keluarga, agama, kenangan historis , dan
bahasa – menjadi tujuan-tujuan , setelah masyarakat diatomisasi secara sistimatis dan
metodologis , dan hubungan-hubungan individu yang dekat digantikan dengan hubungan
lain yang dipilih dan disetujui oleh negara .”

Ada suatu kepercayaan bahwa negara totalitarian tidak hanya bisa mengabaikan dirinya
sendiri secara tak terbatas , ia juga dapat membuat replika di seluruh dunia seperti sebuah
virus . Ketika komunis diekspor ke Jerman Timur , Kuba, Vietnam, atau Ethiopia , ia
dilengkapi dengan sebuah partai terkemuka kementerian yang terpusat , dan aparat
kepolisian serta ideologi untuk mengatur seluruh aspek . Insitusi-insitusi itu tampaknya
sangat efektif , tanpa memperdulikan tradisi-tardisi nasional atau kultural yang
dipertanyakan di negara-negara tersebut .

Banyak orang yang percaya bahwa kemajuan totalitarianisme Soviet niscaya ditopang
oleh tradisi-tradisi otoratitarianisme Soviet oleh tradisi-tradisi otoritarian orang-orang
Rusia sebelum Bolshevisme . Suatu pandangan Eropa yang populer di kalangan orang
Rusia pada abad ke-19 diilustrasikan oleh pelancong Perancis , Custine , yang memberi
karakter pada mereka sebagai suatu ras “ yang terpecah menjadi budak , (yang ) hanya…
menerima teror dan ambisi secara serius .” Kepercayaan Barat pada stabilitas komunisme
Soviet berdasarkan suatu kepercayaan , sadar atau tidak , bahwa orang-orang Rusia tidak
tertarik pada , atau sudah siap untuk menerima demokrasi . Setelah semuanya terjadi ,
hukum Soviet tidak dibebankan pada orang-orang Rusia dengan suatu kekuatan eksternal
pada tahun 1917 , sebagaimana peristiwa di Eropa Barat setelah Perang Dunia II dan
yang telah berlangsung selama enam atau tujuh dasawarsa setelah Revolusi Bolsevik
adalah bencana kelaparan , pergolakan dan invasi . Hal inilah yang mendorong sistem itu
menginginkan suatu tingkat legitimasi tertentu di antara perluasan populasi , dan tentunya
dalam hukum-hukum yang terbatas , refleksi yang dimiliki masyarakat secara alami
otoritarisnisme .

Sejak awal tahun 1980-an , perubahan yang terjadi dalam dunia komunis berlangsung
begitu cepat dan berkelanjutan sehingga pada saat itu kita cenderung menerima
perubahan begitu saja , dan melupakan besarnya peristiwa yang telah terjadi . Oleh
karenanya , akan berguna , bila kita meringkaskan tonggak-tonggak sejarah dari periode
ini .(1) Pada musim semi tahun 1989 , Beijing untuk sementara diambil alih oleh
puliuhan ribu mahasiswa yang menuntut pemberantasan korupsi dan menuntut
dilaksanakannya demokrasi di Cina . Mereka akhirnya dibantai dengan kejam oleh
tentara Cina pada bulan Juni , tetapi tidak(mundur ) sebelum mereka mampu seorang
public menanyakan legitimasi Partai Komunis Cina ; (2) Pada bulan Febnriari 1989 ,
Tentara Merah menarik diri dari Afganistan . Ini hanya yang pertama dari seraingkaian
penarikan diri ; (3) Pada bulan April 1989 , suatu persetujuan meja bundar menghasilkan
sebuah kesepakatan mengenai pembagian kekuasaan antara Partai Buruh Polandia dan
solidaritas serikat kerja . Sebagai hasil dari pemilihan-pemilihan itu – pemerintahan
Solidaritas memegang tampuk kekuasaan pada bulan Juli ‘ (4) Pada bulan Juli dan
Agustus 1989 , puluhan dan kemudian ratusan ribu masyarakat Jerman Timur mulai

6
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

melarikan diri munju Jerman Barat , yang menyebabkan krisis yang secara cepat
mengarah pada runtuhnya Tembok Berlin dan runtuhnya negara Jerman Timur ; (5)
Keruntuhan Jerman Timur kemudian memicu kejatuhan pemerintahan komunis di
Cekoslavia , Bulgaria , dan Rumania . Hingga awal 1991 , semua bekas negara komunis
di Eropa Timur , termasuk Alabania, dan sebagian besar Republik Yugoslavia, telah
menyelenggarakan pemilu yang benar-benar bebas dan multipartai. Kaum komunis pada
akhirnya keluar dari sistem kuasa kecuali di Rumania, Bulgaria, Serbia , dan Albania ,
sementara di Bulgaria , pemerintahan Komunis yang terpilih serta merta dipaksa untuk
turun . Basis politik untuk Pakta Warsawa telah hilang , dan pasukan-pasukan perang
Soviet mulai ditarik mundur dari Eropa Timur ; (6) Pada bulan Januari 1990-an , Pasal
Enam dan Konsitusi Soviet , yang menjamin partai Komunis sebagai “ peran utama “
sudah dicabut . (7) Segera setelah penghapusan Pasal Enam itu , sejumlah partai politik
nonkomunis didirikan di Soviet , dan memegang kekuasaan di sejumlah Republik Soviet .
Yang paling mencolok adalah pemilihan Boris Yeltsin sebagai presiden Republik Rusia
pada musim semi 1990, yang dengan banyak pendukungnya di dalam Parlemen Rusia
akhirnya meninggalkan Partai Komunis dan (8) Parlemen-parlemen yang dipilih secara
bebas di setiap republic konsituen, termasuk Rusia dan Ukrania , mendekralasikan
“kedaulatan “ mereka pada tahun 1990 . Parlemen-parlemen di negara-negara Baltik
bahkan telah jauh melampui ini dengan mendeklarasikan kemerdekaan mereka secara
penuh dari Uni Soviet pada bulan Maret 1990. Hal ini tidak mengarah pada kekerasaan
secara langsung , karena banyak pihak yang sudah mengantisipasi , tetapi pada sebuah
perjuangan kekuasaan di Rusia mengenai perlu atau tidaknya mempertahankan Persatuan
lama.

Seorang peneliti yang bijak mengenai pelbagai affair komunis yang kembali pada tahun
1980 akan berkata bahwa tidak satu pun dari peristiwa-peristiwa itu yang mirip atau
mungkin terjadi dasawarsa mendatang . Penilaian ini agaknya didasarkan pada
pandangan bahwa salah satu dari perkembangan-perkembangan di atas akan
meruntuhkan elemen kunci dari kekuasaan totalitarian komunis, dengan demikian , ia
memberi pukulan yang mematikan terhadap sistem itu sebagai satu keseluruhan . Dan
memang pada akhirnya perlindungan itu datang ketika USSR lama pecah dengan
sendirinya dan partai komunis dibubarkan di Rusia mengikuti kegagalan kudeta bulan
Agustus 1991 . Bagaimana , kemudian , harapan-harapan awal itu kemudian diingkari ,
dan bagaimana memperhitungkan kelemahan yang luar biasa dari negara kuat ini ,
memberi penjelasan kita sejak munculnya prestorika ?

Kelemahan paling mendasari yang gravitas sebenarnya luput dari perhatian para peneliti
Barat adalah ekonomi . Adalah jauh lebih sulit untuk menoleransi kegagalan ekonomi
dalam sistem Soviet karena rezim itu sendiri secara eksplisit telah mendasarkan klaim-
kalimnya atas legitimasi berdasarkan kemampuannya untuk memberikan standard
kehidupan material yang tinggi kepada masyarakatnya . Siapa pun orang yang tinggal di
hotel Soviet , berbelanja di pasar swalayan Soviaet , atau bepergian di daerah-daerah
pinggiran Soviet di mana seseorang dapat menemukan kemiskinan yang paling papa ,
seharusnya menyadari bahwa di sana ada berbagai persoalan ekonomi Soviet yang serius
yang seluruhnya tidak tergambarkan dalam statistik resmi . Kelemahan besar dari
ekonomi Soviet telah diakui untuk beberapa saat , dan ada sebuah persenjataan lengkap

7
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

dari reformasi tradisional yang sudah lama diupayakan untuk membendung keruntuhan
itu .

Kemudian untuk memahami kelemahan Soviet secara benar , problem-problem ekonomi


harus diletakkkan dalam konteks krisis yang lebih luas , yaitu krisis legitimasi sebagai
sebuah sistem secara keseluruhan . Kegagalan ekonomi hanya satu dari berbagai
peristiwa kegagalan dalam sistem Soviet yang memiliki efek penolakan terhadap bencana
dari sistem kepercayaan dan mengekspos kelemahan sistem itu secara mendasar

Kegagalan yang lebih fundamental dari tatalitarianisme adalah untuk mengontrol pikiran.
Warga negara Soviet , sebagaimana akhirnya memiliki semua hal selama menguasai
suatu kemampuan berpikir bagi diri mereka sendiri . Walaupun beberapa di antara
mereka memahami tahun-tahun propaganda pemerintah bahwa pemerintah telah
membohongi mereka . Orang-orang tetap marah besar atas penderitaan pribadi yang
mereka pikul di bawah Stalisnisme. Mereka mengetahui bahwa korban-korban telah
disiksa dengan tidak adil, dan bahwa rezim Soviet tidak pernah bertanggung jawab
sendiri untuk kejahatan-kejahatan yang menghebohkan itu . Orang-orang sangat percaya
bahwa suatu bentuk sistem kelas baru dari partai para pejabat yang korup dan memiliki
hak-hak istimewa sebagai seorang di bawah rezim lama yang munafik .

Tatalitarisme juga telah gagal di RRC dan negara-negara Eropa Timur , kontrol
pemerintah pusat yang ketat dan peristiwa ekonomi Cina pada puncak periode “Stalinis “
RRC tidak pernah seketat di Uni Soviet , dengan kemungkinan seperempat dari ekonomi
tidak pernah termasuk bidang perenccanaan nasional.. Ketika Deng Xioping memimpin
negara m departemen kurs ekonomi direformasi pada tahun 1978 , beberapa orang Cina
masih memiliki sebuah ingatan yang jelas tentang wiraswasta dan pasar-pasar tahun
1950, sehingga hal itu mungkin tidak mengejutkan bahwa mereka mampu mengambil
keuntungan dari liberalisasi ekonomi dalam dasawarsa tersebut . Sementara melanjutkan
doa sebagai “pemanis bibir “ pada Mao dan Marxisme-Lenisme , Deng secara efektif
membangun perumahan pribadi dalam negara dan mebuka negara itu untuk ekonomi
kapitalis global. Pada awalnya, pembentukan kembali konsolidasi ekonomi dan
pengakuan secara cepat oleh pemimpin komunis dari kegagalan perencanaan pusat orang-
orang sosialis .

Selambat-lambatnya pada musim pasana 1989 , ketika mulai krisis pengungsi di Jerman
Timur , beberapa orang Barat berspekulasi bahwa sosialisme yang telah mengakar di
Jerman Timur dan bagian-bagian lain di Eropa Timur , di mana insitusi-insitusi Soviet
telajh dipaksa oleh para penduduk dengan setengah hati , muncul lebih cepat daripada
yang telah dikerjakan oleh negara selain Soviet dan Cina . Ini mungkin tidak akan
mengejutkan bahwa masyarakat sipil sedang dihancurkan dalam suatu cara yang dimulai
dengan kekurangan , tergantung pada spesifikasi negara itu dalam masalah di Polandia
misalnya ,pertanian secara kolektif tidak seperti di negara tetangganya Ukrania dan
Belarusia , dan gereja kiri kurang lebih independent . Dalam hal hal lain , pemikiran
penduduk Soviet yang telah mempertahankan nilai-nilai komunis , memaksa untuk
leyani nasionalisme lokal dengan memelihara ingatan yang hidup dari masyarakat
komunis dan mengizinkan penciptaan regenarasi setelah pergolakan pada akhir tahun

8
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

1989 . Salah satu indikasi orang Soviet , mereka tidak akan menghalangi untuk menjaga
sekutu lokal di Eropa Timur , hanyalah hasil dari demoralisasi secara total para aparat
komunis di sana , dan kenyataan bahwa seseorang secara keras berada dalam penjagaan
lama menuju ke kiri dalam pertahanan diri .

Komunisme, yang satu kali telah melukiskan dirinya sendiri sebagai suatu bentuk
peradaban yang lebih tinggi dan lebih maju daripada demokrasi liberal . selanjutnya akan
dijadikan aosiasi dengan suatu tingkat yang tinggi dari keterbelakangan ini. Sementara
kekuatan dunia komunis tetap , ini telah berhenti pada suatu gambaran mengenai ide-ide
yang dinamis dan menarik . Hal itu sekarang memanggil orang-orang komunis sendiri
untuk menemukan diri mereka berjuang melanjutkan aksi-aksi bawah tanah untuk
melestarikan sesuatu dari posisi awal dan kekuatan mereka . Orang-orang komunis
sekarang menemukan diri mereka sendiri dalam posisi bertahan dalam suatu masyarakat
lama dan reaksioner yang tidak menimbulkan iri yang memiliki waktu ;lama sejak
kematiannya , seperti manarki yang diatur untuk hidup pada abad XX . Ancaman secara
ideologi suatu saat terhadap sikap mereka dalam demokrasi liberal sudah berakhir , dan
dengan penarikan tentara merah dari Eropa Timur, ancaman militer akan berlalu .

Sementara ide-ide yang demokratis telah merusak legitumasi rezim-rezim komunis di


seluruh dunia , demokrasi itu sendiri memiliki kesulitan yang hebat dalam membangun
dirinya sendiri . Protes para mahasiswa di Cina dihancurkan oleh partai atau tentara , dan
beberapa dari reformasi ekonomi yang lebih awal oleh Deng adalah pencabutan setelah
peristiwa itu . Masa depan demokrasi jauh dari sumber dalam ke-15 Republik Soviet ,
BNulgaria dan Rumania telah melihat kelanjutan kesalahan secara politik sejak mula
hukum-hukum komunis mereka berlaku . Yugoslavia memiliki pengalaman perang
saudara dan perpecahan . Hanya Hongaria, Cekoslavia , dan Polandia serta bekas Jerman
Timur yang kelihatannya seimbang untuk membuat suatu transisi menuju demokrasi yang
stabil dan ekonomi pasar pada dasarwarsa mendatang , melalui peristiwa dalam kasus
ekonomi yang sedang mereka hadapi yaitu memberi lebih besar lagi harapan daripada
sebelumnya . ( Fukuyama, 2001 : 55 – 74 )

Asal Mula Perang Dingin

Pengorbanan manusia dan materi yang besar ini membawa nerapa kamajuan bagi
revolusioner Soviet dan kepentingan nasional setelah perang dunia kedua . Tentara Merah
adalah penentu pembebasan sejumlah negara dari pendudukan fasis tahun 1945-1946 ,
terutama di Eropa Timur . Setelah perang , pemerintah sosialis dibentuk dengan bantuan
Soviet di Polandia , Hongaria, Bulgaria ,CekoSlowakia , Rumania , Albania dan sektor
Jerman ( Timur ) yang diduduki Soviet . Gerakan-gerakan komunis lainnya dengan
bantuan Soviet yang lebih sedikit membentuk rezim sosialis di Yugoslavia dan Cina .
Dalam waktu 3 tahun setelah perang berakhir Uni Soviet telah berubah dari isolasi ,
dalam suatu dunia kekuatan kapitalis , menjadi mitra dan pemimpin dalam suatu blok
komunis yang meliputi setengah penduduk dunia . Dengan demikian dalam jangka
panjang fanatisme antikomunis dari kaum fasis menimbulkan dampak sebaliknya .

9
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Seperti tahun 1917 , kekuatan-kekuatan kapitalis Barat tidak membuang waktu untuk
mengembangkan suatu propaganda ofensif melawan kemajuan-kemajuan sosialis
Terbentuknya pemerintah komunis di Eropa Timur dinyatakan sebagai imperialisme
Soviet , sementara penyempurnaan bentuk-bentuk kapitalis di negara-negara Eropa Barat,
sudah tentu , dilukiskan sebagai kehendak rakyat . Kaum imperialis menuntut
dikembalikannya kaum pemilik modal dan tuan-tuan tanah pada posisi “selayaknya “ di
negara Eropa Timur , bahkan termasuk Jerman Timur . Nampaknya Uni Soviet
diharapkan menciptakan kembali kondisi-kondisi yang persis sama yang telah
mengakibatkan dua perang dunia dan kemudian menunggu dengan tenang untuk
menunggu invasi berikutnya . Namun yang terjadi adalah sebaliknya , Uni Soviet justru
melibatkan dirinya dalam pembentukan suatu tata baru di Eropa Timur , bekerja sama
dengan sekutu-sekutu barunya . Rakyat dunia komunis tidak terpengaruh oleh
propaganda Barat , meskipun pemerintah Barat berhasil memperkuat persepsi
antikomunis yang salah pada rakyat mereka sendiri dalam beberapa kasus .

Tahun 1960, sistem aliansi imperialis baru berupa Pakta Pertahan Atlantik Utara
(NATO ) dikembalikan untuk melawan Uni Soviet dan sekuru-sekutunya . Lebih dari 50
basis militer yang mengancam dibangun oleh Amerika mengitari perbatasan Soviet ,
didukung oleh kepemimpinan Amerika dalam pengembangan senjata-senjata atom .
Pengepungan kapitalis tersebut memaksa negara-negara sosialis untuk menggunakan
sejumlah besar usaha untuk produkstif mereka memupuk kemampuan pertahanan giuna
mencegah petualangan-petualangan imperialis .

Adalah ironis bahwa kaum imperialis berusaha meyakinkan banyak orang bahwa Uni
Soviet mempunyai rencana agresif , sementara kenyataanya Amerika menempatkan
basis-basis mereka jauh dari wilayahnya di perbatasan daratan Soviet dan bukan
sebaliknya . Leonid Brehnev , sekretaris jendral Komite Sentral Partai Komunis Uni
Soviet , mengajukan protes pada tanggal 30 Maret 1971.

Di negara-negara berkembang , yang masih dikuasainya , kaum imperialis meningkatkan


eksploitasi mereka atas bangsa-bangsa dan sumber daya Afrika –Asia dan Amerika
Latin. Negara-negara yang semakin miskin ini , dalam kebanyakan kasus , secara teknis
memeng merdeka , tetapi mereka tetap di bawah kontrol neoimpreialisme melalui
pemerintah boneka reaksioner , intrevensi militer , dan manipulasi pasar internasional Di
negara-negara kapitalistik , lapisan-lapisan yang diistimewakan dari kelas buruh diberi
bagian kecil dalam kekayaan yang diperas dari Dunia Ketioga sebagai imbalan dukungan
mereka atas sistem imperial .

Pendapat Soviet mengatakan negara-negara kapitalis itu agresif oleh negara-negara


revolusioner defensive . Gerakan revolusioner itu kuat , tetapi kemenangan akhirnya
tertunda oleh kekuasaan besar imperialis . Uni Soviet bersedia memilukl beban
mempertahankan kemajuanpkemajuan yang telah dicapai melawan reaksi imperialis
dengan memberi bantuan ekstensif untuk memajukan gerakan-gerakan gerakan-gerakan
anti-imperialis baru di mana pun mereka berkembang . Dengan demikian sistem dunia
terdiri atas sebuah blok imperialis dipimpin oleh Amerika Serikat , suatu blok sosialis
dipimpin oleh USSR , dan negara-negara Dunia Ketiga dalam berbagai tingkatan

10
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

perkembangan sosialisme tetapi dalam banyak kasus masih didominasi oleh kaum
imperialis .( Jones , 1992 : 18 – 20 )

Penyelesaian tahun 1945 yang mengakhiri kekerasan Perang Dunia Kedua , dalam waktu
yang sama menciptakan basis Perang Dingin , Amerika Serikat dan Uni Soviet bercerai
sebagai sekutu dalam perjuangan melawan fasisme dan mulai terlibat dalam kompetisi
yang berkepanjangan memperebutkan pengaruh politik ata Eropa , Asia , dan dunia . Ada
beberapa perdebatan penting di antara orang-orang Amerika terdidik mengenai asal
muasal Perang Dingin, dan hal tersebut sangat mempengaruhi pemahaman atas berbagai
masalah lainnya .Tingkah laku luar negeri Soviet oleh Amerika Serikat selalu dikaitkan
dengan aktivitas subversive Comintern yang bisa mengancam –negara-negara
ddemokratis , pakta non-agresi Hitler-Stalin , dan seranghan brutal atas Finlandia yang
lemah .

Meskipun begitu , persekutuan yang pernah tumbuh semasa perang membuahkan suatu
kehangatan di antara kedua bangsa . Mekar rasa hormat Amerika bagi kegigihan
perjuangan Rusia melawan fasisme . Bebarapa pejabat Amerika merencanakan suatu era
kerja sama yang baru antara dua masyarakat yang berbeda tetapi bersahabat setelah
perang , termasuk kerja sama dalam menjamin keamanan kolektif melalui Derwan
Keamanan PBB . Peluang lain untuk memperoleh hubungan dengan Uni Soviet tidak
diolah secara tiuntas oleh Washington sebelum perang berakhir , dan hanya seikit
rencana realistis dan sistimatis yang dibuat untuk merekayasa diunia pascaperang , selain
pemebentukan PBB . Namun di Moskow beberapa keputusan terencana dan ekstensif
berkenan dengan kebijakan dan tiundakan-tindakan setelah perang telah disusun .Per
bedaan inilah yang kemudian membuat rancangan Soviet sangat mengejutkan Amerika .

Beberapa diskusi gabungan mengenai liberalisasi pasca perang berlangsung di


konperensi-koperensi Teheran , Yalta , dan Postdam . Tiga kekuatan Besar – Amerika
Serikat , Uni Soviet , dan Inggris – menyetujui beberapa hal esensial . Mesin perang ,
Nazi harus dibinasakan dari arah timur oleh tentara-tentara Soviet bersama dengan
pasukan Amerika serta Inggris yang bergerak dari barat . Untuk sementara waktu , setiap
kekuatan Sekutu bertanggung jawab membentuk pemerintahan sipil di wilayah-wilayah
yang dibebaskannya , dengan menunda penentuan nasib sendiri dan pemilihan umum
yang bebas.

Sangat mudah untuk dimengerti bila Soviet tidak dapat diharapkan akan membiarkan
lahir kembalinya potensi persekutuan musuh di sepanjang perbatasannya dan bahwa
pemerintahan-pemerintahan Eropa Timur yang baru harus memperhitungkan prinsip ini
dalam urusan luar negeri mereka .

Disepakati pula bahwa negara-negara Eropa Barat , termasuk Perancis dan Italia , tidak
akan berada di bawah pengaruh Soviet tetapi kebutuhan keamanan Soviet memerlukan
pengaruh yang besar terhadap Polandia dan Ceko Slowakia . Jerman , masalah yang
paling serius , akan dibagi ke dalam empat zone – di bawah pengawasan Amerika,Soviet,
Inggris, dan Perancis – dilucuti persenjataannya , dan kemudian disatukan kembali

11
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

setelah proses perdamaian dan rekontrukasi politiknya rampung . Kesepakatan lainnya


diharapkan pada Korea , Jepang , dan negara-negara lain serta pada PBB.

Namun , ada beberapa hal penting yang luput dari kesepakatan-kesepakatan ini , dan
secara definitif gagal diintimidasi oleh Barat . Yakni bahwa Soviet akan menempatkan
secara permanen tentara Merah di dan untuk mengawasi negara-negara Eropa Timur ,
sehingga menciptakan rangkaian negara satelit dengan pemerintah –pemerintahan boneka
Amerika sangat tersinggung atas penggunaan kekuatan secara terang-terangan oleh
Soviet yang sebenarnya dalam menciptakan koloni-koloninya tersebut . Contohnya di
Polandia, Soviet mengejutkan masyarakat dunia atas pengerahan pasukannya untuk
membasmi pejuang-pejuang antifasis yang nonkomunis dan, setelah mereka dibasmi ,
menempatkan suatu pemerintahan komunis yang langsung berkiblat ke Moskow . Di
Ceko Slowakia , koalisi demokratis partai-partai kiri komunis dan non-komunis
dihancurkan oleh kudeta komunis atas perintah Moskow . Di Jerman , zona pendudukan
Soviet dijadikan negara boneka permanen , dan tujuan reunifikasi yang disetujiui semula
menjadi sirna . Gagasan pemilihan umum dilupakan .

Yang lebih menggemparkan adalah apa yang dianggap sebagai usaha Uni Soviet
meluaskan . Tirai Besi ini dan menarik wilayah –wilayah tambahan di bawah
pengawasan komunis . Aktivitas-aktivitas subversi digalakan di Perancis dan Italia ;
tuntutan-tuntutan dipaksakan pada Iran ; Viet Minh ( Partai Komunis Indocina ) yang
dikuasai oleh komunis bergerak melawan kekuasaan Perancis di Indochina ; ancaman-
ancaman diarahkan ke Turki ; dan suatu gerakan pemberontakan muncul dfi Malaya . Di
Cina , komunis membuka kembali perjuangan mereka melawan pemerintahan
Koumintang ( nasionalis ) .

Di seluruh dunia. Partai-partai yang memberontak membuat kekacauan dan revolusi atas
nama komunisme Banyak kalangan di Barat menyimpulkan bahwa Soviet tidak hanya
mencari keamanan di perbatasannya , tetapi juga melancarkan ekspansi ke mana-mana ,
dan kalau mungkin menguasai dunia . Para pembangkang itu sendiri bahwa tidak setiap
peristiwa revolusioner berkaitan dengan komando persengkokolan yang berpusat di
Moskow . ( Jones , 1992 : 66 – 69 )

Perang Dunia II juga memicu proses dekolonisasi yang mengubah peta politik dunia
secara mendasar , Kolonialisme Barat , puluhan negara baru muncul , yang kemudian
dikenal dengan negara-negara Dunia Ketiga . Masing-masing berbeda dalam ukuran
jumlah penduduk , sumber daya alam , tingkat kemajuan , peradaban ,
kebudayaan,pendidikan , agama/kepercayaan , penghalaman , dan kemampuan diplomasi
Munculnya Dunia Ketiga ini membuka dimensi baru bagi konflik Timur-Barat . Masing-
masing adikuasa berlomba menanam pengaruh di negara-negara baru merdeka ini , dan
dengan demikian melibatkan beberapa di antara mereka ke dalam Perang Dingin ..

Tetapi sebagian besar dari negara-negara baru merdeka ini bergabung dalam gerakan
Nonblok yang dmulai pada tahun 1961 . Gerakan ini selain berjuang untuk penghapusan
total dari sisa-sisa kolonialisme dan imperialisme , juga bertujuan meredakan ketegangan

12
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

konflik . Timur – Barat guna mengindarkan pecahnya perang nuklir yang berarti akhir
peradaban manusia di bumi .

Kemanan dunia dalam era Perang Dingin “dijam,in “ oleh dua realita : (1) Tidak adanya
kekuatan ketiga di luar dua kekuatan adikuasa , yang mampu mrengembangkan
ambisisnya sendiri . Siatu sistem internasional yang hanya terdiri dari dua kekuatan yang
relative seimbang , menjamin stabilitas . (2) Eskalai perlombaaan senajata anatara kedua
adikuasa khususnya senjata nuklir strategis , justru semakin memperkecil kemungkinan
salah satu di antaranya mencetuskan perang .

Kesimpulan yang dapat ditarik ialah , bahwa faktor “ keseimbangan kekuatan “ ( balance
of power ) antara Amerika Serikat dengan Uni DSoviet , yang dasarnya terpelihara
selama era Perang Dingin , telah berfungsi sebagai “penjamin “ keamanan intyernasional

Politik Strategi Keamanan Uni Soviet dan Amerika Serikat

Sepanjang sejarah , kekaisaran Rusia dan kemudian Uni Soviet , selalu menoleh ke Barat,
ke Eropa dan Amerika Serikat , baik sebagai sumber kemajuan maupun sebagai sumber
ancaman utama. Setelah Perang Dunia II , kembali Eropa Barat dan Amerika Serikat
merupakan sasaran polstrakam Uni Soviet . Tetapi terlebih dauhulu seluruh wilayah
Eropa Timur harus dimasukkan di bawah pengaruh mutlaknya . Bagian-bagian dari
wilayah Rusia yang terlepas setelah Perang Dunia I , seperti negara-negara Baltik dan
bagian timur dari Polandia , harus kembali ke dalam tubuh Uni Soviet , sedangkan
negara-negara Eropa Timur lainnya harus di jamin tetap berada dalam wilayah
pengaruhnya Doktrin Brezhnev “menguci “ nergara-negara itu di balik tirai besai .

Dengan kekuatan dan kekuasaan yang terkonsolidasikan itu , Uni Soviet melancarkan
polstrakamnya dengan sasaran –sasaran sebagai berikut : (1) Memelihara stabilitas di
benua Eropa atas dasar status quo perbatasan-perbatasan sesuai Perang Dunia II ; (2)
Menggoyahkan komitmen rakyat dan pemerintah negara-negara Barat kepada pertahan
militer ; (3) Melemahkan ikatan antara Amerika Serikat dan sekutu-sekutu utamanya ; (4)
Memperoleh akses ke teknologi dan produk Barat untuk mengurangi kelemahan
teknologi dan ekonominya sendiri . Sarana dan cara pencapaian sasaran-sasaran ini
adalah (a) superioritas militer , (b) pengendalian persenjataan , (c) détente , (d) status-quo
perbatasan , dan (e) hubungan ekonomi yang digambarkan sebagai kepentingan Barat .

Selama hampir dua dasawrasa pertama setelah Perang Dunia II, Uni Soviet memusatkan
usahanya pada pengembangan polstrakamnya di Barat . Sementara di Timur ( Asia
Pasifik ) pada permulaannya terbatas pada dukungan terhadap RRC., serta mendekati
India dan Indonesia . Baru setelah pecahnya persekutuan Uni Soviet – RRC , keterlibatan
Amerika Serikat yang semakin dalam di Asia Tenggara yang merupakan peningkatan
kehadiran militernya , dengan adanya Armada ke-7 dan pasukannya di Korea Selatan dan
Jepang , Uni Soviet mengembangkan pula polstrakamnya di Timur ( Asia dan Pasifik ) .
Munculnya Jepang sebagai kekuatan ekonomi yang sangat besar dengan kemampuan
militernya , yang secara potensial dapat meningkat sangat besar , memperkuat persepsi

13
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Uni Soviet tentang meningkatnya ancaman dari Timur . Bersamaan dengan itu wilayah
Uni Soviet di Asia dan Timur Jauh meningkat pula artinya bagio sumber energi dan
bahan mentah lainnya .

Polstrakamnya di Asia dan Pasifik diarahkan untuk : (1) Mengembangkan Siberia ,


termasuk pembangunan jalan kereta api kedua dari Ural ke Pasifik ; (2) Meningkatkan
kehadiran milioternya di Asia-Pasifik dibarengi dengan peningkatan diplomasi untuk
mengucilkan RRC ; (3) Mengintimidasi Jepang ; (4) Membantu semua negara dan
kekuatan yang menentang pemerintah-pemerintah yang dibantu oleh Amerika .
Pengembangan kekuatan militernya dimulai di sepanjang perbatasannya dengan RRC
pada permulaan dasawarsa 1960. Fase berikutnya ialah peningkatan armadanya di
Samudera Pasifik , terutama sekali sejak pertengahan dasawrasa 1970-an , tidak saja
dalam jumlah tetapi juga dalam kualitas . Fase terakhir, yaitu pada permulaan dasawarsa
1980-an ialah pengelaran peluru kendali jarak sedang , SS-20 , bersamaan dengan
penempatan pesawat tempur dan bomber yang paling mutakhir . Détente pertama
dimanfaatkan untuk membangun dan memodernisasi kekuatan militer secara besar-
besaran , meliputi kekuatan dan kemampuan nuklir di daarat (antarbenua/ICBM, antara
lain SS-X-24,SS-X-25 ), di atas dan di bawah laut ( misil penjelajah dari laut /SLCM,
misil dari bawah laut /SSLN , antara lain Delta IV, Typhoon ) dan di uadara ( persawat
pemombom Backfire dengan SS-15 , pesawat Blackjack ), serta modernisasi kekuatan
internasional .

Pembangunan militer besar-besaran ini meningkatkan kemampuan operasional Angatan


Perang Uni Soviet , sehingga memperoleh jangkauan global . Uni Soviet memiliki
kemampuan angkatan udara stategis , fasilitas pangkalan di Vietnam , dan akses ke
beberapa pangkalan di negara-negara berkembang lainnya , seperti di Syria, Lubya ,
Ethopia, dan Kuba . Uni Soviet juga telah membangun kapal-kapal perang induk nuklir
dan meningkatkan bantuan militer ke banyak negara Dunia Ketiga .

Polstrakam Armada diatahkan untuk melindungi dan mencapai dua kepentingan dasar,
yaitu (1) Perdamaian , kebebasan , danm kesejahteraan dunia ,dan (2) orde internasional
yang menjamin terlaksananya hak penentuan nasib sendiri , hak-hak asasi manusia ,
demokrasi dan pertumbuhan ekonomi .

Dalam mengamankan dan mencapai kepentingan nasional itu , dua prinsip dipegang
teguh . Pertama , sejauh mungkin ditempuh jalan damai , lelaui dialog dan diplomasi .
Kedua , keamanan nasional mutlak harus terjamin . Lawan yang dihadapi (Uni Soviet)
adalah negara adidaya militer dengan sistem nilai yang bertolak belakang dari nilai-nilai
budaya Barat . Oleh sebab itu prinsip damai melalui kekuatan militer yang mampu
melindungi dan mempertahankan keamaman nasional Amerika Serikat dan keamanan
:dunia bebas “ pada umumnya .

Kemampuan global militer Uni Soviet itu dipandang sebagai ancaman utama terhadap
keamanan nasional dan keamanan “dunia bebas “ . Oleh karena itu prioritas tertinggi
kepada program “mempersenjatai kembali Amerika “ (Rearm America ) , di samping
memperkokoh sistem persekutuan militer yang melingkari seluruh dunia yang sudah ada .

14
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Sebelum kekuatan militer Amerika pulih sepenuhnya dan kerawanan-kerawanan sistem


pertahanan nuklir ( windows of vulnerability ) maupun pertahanan konvensionalnya
dapat dihilangkan , Reagan tidak bersedia melakukan pertemuan puncak dengan Uni
Soviet . Ia berkeyakinan , bahwa adalah berbahaya melakukan perundingan dengan Uni
Soviet dari posisi militer yang lemah .

Beberapa di antara sembilan sasaran strategi militer Amerika yang ;langsung terhadap
Uni Soviet , ialah (1) menghentikan perluasan pengaruh dan kehadiran militer Uni Soviet
di seluruh dunia ; dan memaksanya membayar mahal setiap usahanya membantu atau
melakukan subversi , terorisme, atau penggunaan kekuatan lainnya ; (2) mengurangi
pengaruh dan keunggulan militer Uni Soviet dan para sekutunya dengan meningkatkan
kemampuan militer sendiri dan para sekutu , dan mencegah jatuhnya teknologi canggih
ketangannya , dan (3) mengusahakan persetujuan-persetujuan pengurangan senjata yang
seimbang dan dapat diverifikasi untuk memelihara keseimbangan militer yang stabil dan
mantap serta kemampuan tangkal yang efektif . Enam sasaran lainnya bertujuan
membantu tercapainya sasaran-sasaran itu .

Strategi dasar keamanan ialah penangkalan , yang dilakukan secara kenyal (flexible
respone ) . Strategi ini memberi ruang gerak yang jauh lebih luas ketimbang strategi
sebelumnya , yaitu retaliasi massif selama dasawrasa 1950 yang sepenuhnya bertumpu
kepada supremasi nuklir yang dimilikinya waktu itu . Dengan strategi penangkal
demikian, Amerika dan sekutu-sekutunya bisa menyesuaikan penggunaan kekuataan
dengan tingkat dan bentuk ancaman yang dohadapi atau diperkirakan , mulai dari
ancaman tingkat rendah sampai ke ancaman nuklir strategis .

Strategi penangkal ini harus mampu menghadapi dan memenangkan perang di dua front
atau lebih sekaligus . Untuk itu kekuatan militer harus memiliki tiga kemampuan yaitu
(1) melakukan pertahanan dengan efektif ; (2) meningkatkan intensitas perang (eskalasi ),
dan (3) melakukan retalisasi menentukan . Sukses strategi ini ditentukan oleh dua syarat
pokok , yaitu (a) penempatan kekuatan jauh di luar wilayah sendiri, terutama di dalam
atau di sekitar Eropa Barat , Asia Timur , dan Asia Baratdaya ; (b) kemampuan
memperkuat / membantu kekuatan depan ini secepat mungkin dari wilayah sendiri,
Faktor yang krusial dalam hal ini ialah daya angkut strategis udara dan laut , sistem
pangkalan depan logistik , dan hak-hak melintasi wilayah udara negara-negara yang
dilalui, serta fasilitas melabuh untuk kapal-kapal . Selain dari itu perlu dikembangkan
sistem persekutuan militer , sistem pemberian bantuan keamanan bagi negara-negara
sahabat , dan teknologi militer yang unggul ( Habib , 1990 : 77 – 84 ) .
Kemenangan demokrasi liberal

Menurut Fukuyama , dalam komunisme Kiri maupun otoritarian Kanan telah terjadi
sebuah kebangkrutan ide-ide serius yang mampu menopang kelangsungan hidup kohesi
politis internal dari pemerintah-pemerintah yang kuat , baik yang didasarkan pada partai-
partai “monolitik :, junta-junta militer , atau kediktaktoran personal . Ketidakhadiran
otoritas yang legitimate memiliki arrti bahwa ketika suatu pemerintahan otoritarian
bertemu dengan kegagalan dalam beberapa wilayah kebijakan , tidak ada prinsip yang
lebih tinggi yang dapat diserykan rezim itu . Beberapa di anataranya telah

15
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

membandingkan legitimasi dengan sejenis cash reverse . Seluruh pemerintahan baik yang
demokratis maupun otoritarian , telah mengalami pasang surutnya masing-masing , tetapi
hanya pemerintah-pemerintah yang legitimate yang memiliki cadangan untuk tetap
bertahan di saat-saat krisis .

Kelemahan negara-negara otoritarian Kanan terletak pada kegagalan mereka untuk


mengontrol masyarakat sipil . Setelah memperoleh kekuasaan dengan mandate tertentu
untuk memulihkan tatanan atau memaksakan “disiplin ekonomi “ , banyak yang
menyebabkan mereka sendiri tidak lebih sukses dari para pendahulu demokratis mereka
dalam merangsang pertumbuhan ekonomi yang bermanfaat atau menciptakan tatanan
sosial tertentu . Dan mereka yang berhasil terangkat karena perbuatan mereka sendiri .
Bagi masyarakat yang berada di atas, di mana mereka mulai meningkatkan kehidupan
mereka setelah mereka memperoleh pendidikan yang lebih baik , lebih makmur dan
menjadi kelas memengah . Sebagai kenangan terhadap keadaan darurat tertentu yang
telah membenarkan penggulingan pemerintah yang kuat , masyarakat-masyarakat itu
menjadi kurang siap untuk menoleransi kekuasaan militer .

Pemerintahan-pemerintahan totalitarian Kiri berusaha menghindari masalah-masalah ini


dengan mensubordinasikan seluruh masyarakat sipil di bawah control mereka m termasuk
apakah para warga negara mereka diperbolehkan untuk berpikir . Namun, sistem seperti
ini dalam bentuknya yang murni hanya dapat dipelihara melalui terror yang mengancam
para penguasa yang memiliki sistem itu sendiri . Sekali saja terror itu berhenti , maka
sebuah proses deregenerasi panjang akan terjadi di dalamnya , selama negara kehilangan
kontrol terhadap aspek-aspek kunci dalam masyarakat sipil . Yang paling penting adalah
hilangnya kontrol atas sistem kepercayaan . Danm sejak formula sosialis untuk
pertumbuhan ekonomi sudah tidak efektif lagi , negara tidak dapat mencegah warga
negaranya untuk mengambil catatan-catatan mengenai fakta ini dan menarik kesimpulan-
kesimpulan mereka sendiri

Ketika umat .manusia mendekati akhir millennium ini, krisis kembar dari otoritarianisme
dan rencana sentral sosialis hanya menyisahkan satu pesaing yang dalam lingkaran itu
dikenal sebagai ideologi vadilitas yang universal secara potensial : demokrasi liberal,
doktrin kebebasan individu dan kedaulatan masyarakat . Dua ratus tahun setelah pertama
kali mereka menghidupkan revolusi Amerika dan Perancis , prinsip-prinsip kebebasan
dan persamaan yang sudah terbukti tidak hanya bertahan lama , tetapi juga memiliki
potensi untuk bangkit kembali .

Liberalisme dan demokrasi meskipun berkaitan erat , sebenarnya merupakan konsep-


konsep yang terpisah . Liberalisme politik dapat didefinisikan secara sederhana sebagai
suatu aturan hukum yang mengakui hak-hak tertentu individu atau kebebasan dari kontrol
pemerintah . Sementara mungkin ada berbagai macam definisi yang.luas mengenai hak-
hak fundamental . Ia dimaksudkan sebagai hak-hak sipil ( pembebasan dari control
negara terhadap warga negara dan hak miliknya ) , hak-hak beragama ( pembebasan
pengawasan ekspresi tentang opini –opini keagamaan dan praktik-praktik peribadatan )
dan apa yang dia sebut dengan hak-hak politik ( pembebasan dari pengawasan dalam
persoalan-persoalan yang tidak memiliki pengaruh merusak kesejahteraan seluruh

16
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

komunitas tetapi hanya melakukan kontrol seperlunya ) , termasuk hak fundamental


mengenai kebebasan pers .

Demokrasi , di sisi lain , adalah hak yang diyakini secara universal oleh semua warga
negara untuk melakukan pembagian kuasa politik , yaitu hak dari seluruh warga negara
memberikan suara dan berpartisipasi dalam politik . Hak untuk berpartisipasi dalam
kekuasaan politik dapat dianggap sebagai liberal yang lain – sebenarnya , sesuatu yang
paling penting – dan karena alasan inilah liberalisme secara historis sangat terkait dengan
demokrasi

Sementara liberalisme dan demokrasi biasanya berjalan bersama, keduanya dapat


dipisahkan dalam teori . Adalah mungkin bagi sebuah negara untuk menjadi liberal tanpa
secara partikular menjadi demokratis , seperti Inggris pada abad ke-18 . Sebuah daftar
hak-hak yang sangat luas , termasuk hak suara , sepenuhnya dilindungi demi
kepentingan sempit elite , tetapi disangkal bagi lain . Mungkin juga bagi sebuah negara
menjadi demokratis tanpa menjadi liberal , yaitu, tanpa melindungi hak-hak invidu dan
minoritas . Contoh yang baik dari negara ini adalah Republik Islam Iran kotemporer ,
yang menyelenggarakan pemilihan-pemilihan yang regular yang benar-benar fair
menurut standard Dunia Ketiga , dengan membuat negara itu lebih demokratis ketimbang
ketika berada dalam masa Syah Iran , bagaimanapun , bukanlah negara liberal ; tidak ada
jaminan terhadap kebebasan berbicara . pertemuan , dan di atas semuanya , kebebasan
beragama .

Dalam manifetasi ekonominya , liberalisme adalah pengakuan terhadap hak-hak untuk


melakukan aktivitas ekonomi bebas dan pertukaran ekonomi berdasarkan kepemilikan
pribadi dan pasar . Sejak istilah “kapitaliisme” memperoleh berbagai konotasi yang
sangat pejorative selama bertahun-tahun , baru-baru ini sudah menjadi kebiasan untuk
berbicara mengenai “ekonomi pasar bebas “ , keduanya merupakan istilah-istilah
alternative bagi liberalisme ekonomi . Adalah jelas bahwa ada banyak interprestasi yang
mungkin mengenai definisi yang agak luas dari libaralisme ekonomi , yang membetang
dari Amerika Serikat pada masa Ronald Reagan dan Inggris pada masa Margaret
Thatcher hinga negara-negara demokrasi sosial di Skandinavia dan rezim-rezim yang
relative statis India dan Meksiko . Seluruh negara kapitalis kontemporer memiliki
berbagai sektor publik yang luas, sementara kebanyakan negara-negara sosialis
mengizinkan tingkat aktivitas ekonomi pribadi tertentu . . Sudah lama terjadi kontroversi
meengenai persoalan di mana sektor publik menjadi cukup besar untuk mendiskulifikasi
sebuah negara sebagai liberal. Alih-alih berusaha menetapakan presentase yang tepat ,
mungkin lebih berguna untuk melihat sikap apakah yang pada prinsipnya diambil negara
terhadap legitimasi dari kepemilikan dan perusahaan swasta . Mereka yang melindungi
hak-hak ekonomi semacam ini akan kita anggap liberal, mereka yang ditentang atau
mendasarkan diri mereka pada prinsip-prinsip lain ( seperti “ keadilan ekonomi “ ) tidak
akan melakukan kualifikasi .

Kristis otoritarian sekarang ini tidak mesti mengarah pada permunculan rezim-rezim
demokratis liberal, juga tidak semua negara demokrasi baru yang telah muncul akan
aman . Negara-Negara demokrasi Eropa Timur menghadapi berbagai transformasi yang

17
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

merengut perekonomian mereka , sementara negara-negara demokrasi baru di Amerika


Latin dipincangkan oleh warisan yang sangat buruk dari salah urus perekonomian
pemerintahan sebelumnya . Banyak negara yang berkembang cepat di Asia Timur ,
sementara secara ekonomi , tidak menerima tantangan liberalisasi politik . Revolusi
liberal menyisahkan wilayah-wilayah tertentu seperti Timur Tengah yang secara relative
tak tersentuh . Adalah sangat mungkin untuk membayangkan negara-negara seperti Peru
atau Filipina jatuh lagi ke dalam bentuk diktaktor di bawah beratnya persoalan-persoalan
menghancurkan yang mereka hadapi .

Namun , fakta bahwa akan selalu ada kemunduran-kemunduran dan kekecewaan dalam
proses demokrasi , atau bahwa tidak setiap ekonomi pasar akan berhasil dengan baik,
tidak seharusnya mengalihkan kita dari pola lebih besar yang sedang muncul dalam
sejarah dunia . Jumlah pilihan jelas yang dihadapi negara-negara itu dalam menentukan
bagaimana mereka akan mengorganisir diri mereka sendiri secara politik dan ekonomi
telah lama berkurang sepanjang waktu . Mengenai tipe-tipe rezim yang berbeda yang
telah muncul dalam bagian sejarah manusia ., dari pemerintahan-pemerintahan monarki
dan aristokrasi , negara-negara teokrasi religius , hingga pemerintahan diktaktor fasis dan
komunis abad ini , satu-satunya bentuk pemerintahan yang tetap mampu bertahan utuh
hingga akhir abad ke-20 adalah demokrasi liberal .

Apa yang muncul sebagai pemenang , dengan kata lain bukanlah prakttik yang sangat
liberal , sebagai gagasan liberal . Yaitu harus dikatakan , untuk sebagian besar dunia ,
menurut Fukuyama bahwa kini tidak ada ideologi dengan pretense-pretense terhadap
terhadap universalitas yang ada dalam posisi menantang demokrasi liberal dan tidak ada
prinsip legitimasi universal selain dari kedaulatan rakyat . Monarkisme dalam berbagai
bentuknya sebagian besar telah berhasilkan digulingkan pada permulaan abad ini .
Fasisme dan komunisme , yang merupakan pesaing itama demokrasi liberal hingga kini,
telah mendeskreditkan diri mereka sendiri . Bila Uni Soviet ( atau negara-negara
penggantinya ) gagal untuk berdemokrasi , bila Peru atau Filipina terjatuh kembali dalam
bentuk otoritarianisme , maka demokrasi tampaknya akan lebih berhasil bagi seorang
colonel atau birokrat yang mengklaim hak-hak untuk berbicara atas nama masyarakat
Rusia , Peru , atau Filipina sendiri . Bahkan orang-orang non-demokrasi sekalipun harus
berbicara dengan bahasa demokrasi dengan maksud untuk menjustifikasi penyimpangan
mereka dari standard universal yang tunggal .( Fukuyama,2001 ; 79 -89 )

Gelombang Demokratisasi
Sebuah gelombang demokratisasi adalah sekelompok transisi dari rezim-rezim
nondemokratis ke rezim-rezim demokratis , yang terjadi di dalam kurun waktu tertentu
dan jumlahnya secara signikifan lebih banyak daripada transisi menuju arah sebaliknya
Sebuah gelombang biasanya juga mencakup liberalisasi atau demokratisasi sebagian pada
sistem-sistem politik yang tidak sepenuhnya menjadi demokratis Menurut Samuel
Huntington ada tiga gelombang demokratisasi telah terpilih di masa modern . Masing-
masing gelombang itu telah mempengaruhi sejumlah kecil negeri , dan selama masing-
masing gelombang ini beberapa transisi rezim terjadi kea rah yang tidak demokratis . Di
samping itu , tidak semua transisi kearah demokrasi berlangsung selama terjadinya

18
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

gelombang-gelombang demokratis . Sejarah bukanlah sesuatu yang terartur dan


perubahan-perubahan politik tidak dapat dipilah-pilah agar tepat masuk dalam kotak
sejarah yang rapi . Sejarah juga tidak bergerak ke satu arah . Masing-masing dari kedua
gelombang yang pertama diikuti oleh sebuah gelombang baik di mana sebagian negeri
yang sebelumnya telah beralih ke sistem demokratis berbalik kembali ke sistem non-
demokratis . Menspesifikasikan secara ketat kapan sebuah transisi rezim terjadi sering
kali merupakan upaya yang subjektif. Adalahnya juga subjektif bila berupaya untuk
menspesifikasi secara tepat waktu terjadinya gelombang demokratisasi dan gelombang
baliknya. Namun , sering kali ada juga faedahnya untuk bersikap subjektif .

Gelombang pertama berakar pada Revolusi Perancis dan Revolusi Amerika . Namun ,
kemunculan lembaga-lembaga demokrasi nasional yang sesungguhnya merupakan
fenomena abad ke-19 . Dalam abad itu , lembaga-lembaga demokrasi di sejumlah besar
negari berkembang secara berangsur-angsur sehingga sulit serta subjektif untuk
menyebut waktu tertentu di mana setelah titik waktu itu sistem politiknya dapat dianggap
demokratis. Dapat dikatakan bahwa Amertika Serikat sudah memulai gelombang
demokratisasi pertama sekitar 1828 dengan diselenggarakan pemilihan presiden yang
menyertakan pemilih secara signifikan . Dalam dasawrasa-dasawrasa berikutnya negeri-
negeri lain lambat laun memperluas hak memberikan suara , mengurangi jumlah
pemberian suara ganda , memperkenalkan sistem pemberian suara secara rahasia, dan
menetapkan tanggung jawab perdana menteri dan kepada parlemen .Pada awal tahun
1930-an sesudah gelombang pertama berakhir , Spanyol dan Chile memasuki barisan
kelompok negeri demokrasi . Secara keseluruhan , dalam masa seratus tahun , lebih dari
30 negeri sudah mengadakan sedikit-sedikitnya lembaga demokrasi tingkat nasional yang
minimal .

Perkembangan politik yang dominan dalam dasawarsa 1920 dan 1930 adalah pergeseran
menjauhi demokrasi dan gerakan kembali ke bentuk tradisional pemerintahan otoriter
atau diperkenalkannya bentuk-bentuk baru totaliteraisme yang berlandaskan pada massa,
yang lebih brutal dan luas . Arus balik umumnya terjadi di negeri-negeri yang sudah
berbentuk demokrasi pada masa menjelang Perang Dunia I atau sesudahnya , di mana
bukan hanya demokrasinya yang baru tetapi dalam banyak kasus , juga negerinya . Hanya
satu dari kedua belas negeri yang telah memperkenalkan lembaga demokrasi sebelum
tahun 1910 mengalami arus balik setelah 1920, yakni Yunani . Hanya empat dari ketujuh
belas negeri yang telah mengadakan lembaga-lembaga demokrasi antara tahun 1910 dan
1931 mempertahankan lembaga-lembaga ini sepanjang dasawrasa 1920 dan 1930 .

Gelombang balik pertama berawal pada tahun 1932 dengan ditandai mars di Roma dan
dicampakannya demokrasi Italia yang rapuh dan agak korup secara mudah oleh
Mussolini . Perubahan-perubahan rezim ini mencerminkan bangkitnya ideologi-ideologi
komunis, fasis dan militeristis . Di Perancis , Inggris, dan negeri-negeri lain di mana
lembaga-lembaga demokrasi tetap hidup , gerakan-gerakan antidemokrasi memperoleh
kekuatannya dari alienasi di tahun 1920-an dan depresi pada tahun 1930-an . Perang yang
bertujuan untuk menyematkan demokrasi di dunia sebaliknya telah membangkitkan
gerakan-gerakan ekstrem kanan maupun kiri yang menghancurkannya.

19
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Sebuah gelombang demokratisasi yang pendek mulai muncul pada masa Perang Dunia II.
Pendudukan sekutu mendorong lahirnya lembaga-lembaga demokrasi di Jertman Barat,
Italia , Austria , Jepang , dan Korea , sementara tekanan Soviet mematikan demokrasi
yang baru lahir di Cekoslavia dan Hongaria . Sementara itu, masa awal berakhirnya
kekuasan kolonial Barat menghasilkan sejumlah negeri baru . Di banyak negeri ini tidak
ada upaya nyata untuk mengadakan lembaga demokrasi . Di beberapa negeri itu
demokrasi masih lemah : di Pakistan , misalnya , lembaga-lembaga demokrasi tidak
pernah benar-benar berpengaruh dan pada tahun 1858 secara resmi dihapius. Malaysia
merdeka pada tahun 1957 dan mempertahankan pemerintah :kuasi-demokrasi “ kecuali
selama masa pemerintahan darurat yang pendek pada tahun 1969-1971 . Indonesia
memiliki bentuk demokrasi parlementer yang kacau dari tahun 1950 sampai 1957 . Di
sebagian kecil negeri baru – India , Srilangka, Filip[ina , Israel – lembaga demokrasi
bertahan selama sekitar satu dasawarsa , dan pada tahun 1960-an Nigeria , negara
terbesar di Afrika , memulai kehidupannya sebagai sebuah negeri-demokratis .

Menjelang awal dasawrasa 1960 gelombang kedua demokrasi telah kehabisan tenaga .
Menjelang akhir dasawarsa 1950 perkembangan politik dan transisi rezim mengambil
bentuk yang sangat otoriter . Perubahan paling dramatis terjadi di Amerika Latin .
Pergeseran kea rah otoritarianisme dimulai di Peu pada tahun 1962 ketika pihak militer
campur tangan untuk mengubah hasil sebuah pemilihan umum . Di Asia , pihak militer di
Pakistan telah memaksakan suatu sistem berdasarkan hukum darurat perang pada tahun
1958 . Dalam tahun 1957 Soekarno menggantikan demokrasi parlementer dengan
demokrasi terpimpin di Indonesia , dan pada tahun 1965 tentara Indonesia mengakhiri
demokrasi terpimpin dan mengambil alih kekuasaan negara . Pada tahun 1952 Presiden
Ferdinand Marcos melembagakan sebuah rezim hukum darurat perang di Filipina , dan
pada tahun 1975 Indira Gandhi menghentikan praktek-praktek demokrasi dan
menyatakan dmimulainya pemerintahan daurat di India.Di kawasan Laut Tengah ,
demokrasi Yunani dan Turki tenggelam dihadapan sebuah kudeta militer pada tahun
1965 dan 1960 serta 1971 .

Ayunan menjauhi demokrasi di seluruh dunia dalam dasawarsa 1960 dan awal dasawrasa
1970 mengesankan .Menurut sebuah perhitungan , pada tahun 1962 tiga belas pemerintah
di dunia merupakan hasil kudeta , pada tahun 1975 , tiga puluh delapan pemerintah .
Transisi rezim ini tidak hanya menstimulasi teori otoritarioanisme birokratis untuk
menjelaskan perubahan-perubahan di Amerika Latin , tetapi juga menimbulkan rasa
pesimis yang jauh lebih luas tentang apakah demokrasi dapat diterapkan di negeri-negeri
berkmebang , dan turut memperbesar keprihatinan tentang kemampuan demokrasi untuk
tetap hidup dan berfungsi di negeri-negeri maju di amana demokrasi telah ada untuk
waktu yang lama .

Namun, dialektika sejarah kembali menjungkirbalikan teori-teori ilmu sosial . Dalam


masa 15 tahun setelah berakhirnya pemerintah diktaktor Portugal pada tahun 1974 , pada
sekitar 30 negeri di Eropa, Asia dan Amerika Latin rezim-rezim demokratis
menggantikan rezim-rezim otoriter . Di negeri-ngerei lain . berlangsung liberalisasi yang
cukup berarti dalam rezim otoriter . Di negeri-negeri yang lain lagi gerakan-gerakan yang
mendorong pertumbuhan demokrasi memperoleh kekuatan dan legitimasi . Gerakan

20
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

menuju demokrasi , meskipun jelas ada penolakan dan kemunduran , seperti di Cina pada
tahun 1989 , tampak mulai menyerupai sebuah gelombang pasang global yang hampir
tidak tertahankan yang terus bergerak dari satu kemenangan ke kemenangan berikutnya .

Gelombang pasang demokrasi ini untuk pertama kalinya menampakkan dirinya di Eropa
Selatan . Tiga bulan setelah kudeta di Portugal , rezim militer yang telah memerintah
Yunani sejak tahun 1967 tumbang dan sebuah pemerintah sipil di bawah pimpinan
Constantine Karamanlis mengambil alih kekuasaan . Pada November 1974 , orang-orang
Yunani memberikan suara mayoritas yang menentukan kepada Karamanlis , dan
partainya dalam sebuah pemilihan yang berlangsung seru , dan pada bulan berikutnya
mayoritas besar dari mereka mereka memberikan suara untuk tidak memulihkan kembali
monarki . Pada akhir dasawrasa 1970 gelombang demokrasi bergerak menuju Amerika
Latin . Pada tahun 1977 pemimpin militer di Ekudaor mengumumkan keinginan mereka
untuk mengundurkan diri dari dunia politik ; sebuah undang-undang dasar baru dirancang
pada tahun 1978, dan pemilihan pada tahun 1979 menghasilkan sebuah pemerintahan
sipil . Gerakan kearah demokrasi juga terlihat di Asia . Pada bagian pertama tahun 1977 ,
Indias , negeri demokrasi terpenting didunia ketiga , yang selama satu setengah tahun
berada di bawah pemerintah darurat , kembali ke jalan demokrasi .

Pada akhir dasawasa 1980 , gelombang demokratisasi menelan dunia komunis.Pada


tahun 1988 Hongaria memulai transisi menuju sistem multipartai . Pada tahun 1989
pemilihan Kongres Nasional di Uni Soviet menyebabkan kekalahan beberapa pemimpin
senior partai komunis dan munculnya sebuah parlemen nasional yang semakin berani
mengemukakan pendapat . Pada awal tahun 1990, sistem multipartai berkembang di
republic-repiblik Baaltik dan Partai Komunis Uni Soviet meninggalkan perannya sebagai
pembimbing . Pada tahun 1989 , Partai Solidaritas di Polandia memenangkan pemilihan
parlemen nasional dan lahirlah sebuah pemerintah nonkomunis . Pada tahun 1990 Lech
Walesa , pemimpin Slodaritas , terpilih menjadi prsiden dan menggantikan Jendral
Wokciech Jaruzelski yang komunis itu . Dalam bulan-bulan terakhir tahun 1989 , resim-
rezim komunis di Jerman Timur , Cekoslavia dan Rumania tumbang , dan pemilihan
umum yang kompetitif di negeri-negeri ini diselenggarakan pada tahun 1990 . Di
Bulgaria rezim komunis juga mulai mengadakan liberalisasi , dan di Mongolia muncul
gerakan-gerakan rakyat pro-demokrasi . Pada tahun 1990, pemilihan umum ternyata
cukup adil berlangsung di negeri-negeri ini .

Secara keseuluruhan, gerakan menuju demokrasi merupakan gerakan yang bersifat


global. Dalam waktu 15 tahun gelombang demokratisasi bergerak melintasi Eropa
Selatan, melanda Amerika Latin , terus menuju Asia , dan menghancurkan sebagian besar
rezim diktaktor di blok Soviet . Di lihat dari satu sisi , gelombang-gelombang
demokratisasi itu dan gelombang-gelombang baliknya mengesankan suatu pola “ dua
langkah maju , satu langkah mundur .” Sampai saat ini masing-masing gelombang balik
telah menghapus sebagian transisi menuju demokrasi yang terjadi pada gelombang
demokratisasi sebelumnya .Akan tetapi , statistik demokratisasi dalam negara modern
1922 – 1990 , mengesankan suatu prognosis yang kurang optimis bagi demokrasi .
Bentuk dan ukuran negeri bermacam-macam , dan dalam beberapa dasawarsa pasca

21
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Perang Dunia II, jumlha negeri yang merdeka telah bertambah dua kali lipat . Namun ,
proposisi negeri-negeri demokratis di dunia menunjukkan keteraturan yang cukup tinggi .

Samuel Huntington menyadari bahwa gelombang ketiga mungkin akan diikuti oleh
kemunculan kembali otoritarianisme secara tiba-tiba dan kuat sehingga membentuk
gelombang balik ketiga . Namun , hal itu tidak akan memustahilkan berkembangnya
gelombang demokratisasi keempat pada suatu ketika di abad ke-21 . Dari catatan masa
lalu dapat disimpulkan bahwa dua faktor utama yang akan mempengaruhi stabilitas
demokrasi dan perluasan demokrasi di masa depan adalah perkembangan ekonomi dan
kepemimpinan politik . utama yang akan mempengaruhi stabilitas demokrasi dan
perluasan demokrasi di masa depan adalah perkembangan ekonomi dan kepemimpinan
politik .perkembangan ekonomi memungkinkan terciptanya demokrasi ; kepemimpinan
politik mewujudkannya . Untuk mewujudkan demokrasi , elite politik di masa depan
minimal harus percaya bahwa demokrasi adalah bentuk pemerintahan dengan kejelekan
minimal bagi masyarakat mereka dan diri mereka . Mereka juga harus memiliki
keterampilan untuk mewujudkan transisi menuju demokrasi dengan menghadapi
kelompok radikal dan kelompok konservatif yang pasti akan tetap ada dan akan terus
mencoba mengikis upaya-upaya mereka . Demokrasi menyebar di dunia sejauh para
penguasa du dunia ini dan di masing-masing negeri menginginkan hal itu terjadi . Selama
satu setengah abad pengamatan Tocqueville mengenai munculnya demokrasi modern di
Amerika, gelombang demokratisasi silih berganti melanda pantai kedaktaktoran .
Disangga oleh pasang naik kemajuan ekonomi , masing-masing gelombang bergera maju
dan mundur lebih sedikit daripada gelombang sebelumnya . Dengan metafora yang lain,
dapat dikatakan bahwa roda sejarah tidak bergerak maju mengikuti pola garis lurus ,
tetapi, apabila didorong oleh para pemimpin yang berketetapan hati dan terampil , roda
sejarah pasti bergerak maju ( Huntington , 1995 : 12 – 28 dan 404 – 406 )

Menelusri Ideologi Besar.

Inggrislah yang memulai timbulnya liberalisme dan revolusi industri yang diakibatkan
oleh ilmu pengetahuan dan teknologi , hubungan-hubungan ekonomi, hubungan-
hubungan sosial dan kesadaran serta cara hidup . . Keempat faktor ini berhubungan
dengan alam pikiran yang melandasi keseluruhan Zaman Pencerahan ( Aufklarung ) yang
intinya ialah bahwa manusia itu memberikan suatu penghargaan dan kepercayaan yang
besar pada rasio . Rasio dianggap sebagai suatu kekuatan yang memerangi segala sesuatu
di dunia ini . Manusia bisa berbuat banyak berdasarkan rasio yang dimiliki itu . Zaman
yang dihadapi oleh masyarakat pada abad ke-18 adalah zaman yang benar-benar
membuka pintu baru yang memungkinkan manusia bisa memperoleh pintu baru yang
memungkinkan manusia bisa memperoleh kehidupan yang samasekali baru itu .

Arti baru di sini bukan hanya dalam bidang-bidang ekonomi dan politik tetapi juga di
dalam pemikiran , dan seluruh sistem-sistem yang ada di dalam kehidupan abad ke-19
dan selanjutnya . Di sinilah kita mulai bicara mengenai liberalisme. Revolusi industri
yang dimulai di Inggris dan berkembang di Eropa , mendorong orientasi baru yang
disebut liberalisme. Dan liberalisme ini akan membawa salah satu sistem yaitu

22
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

kapitalisme . Apa yang dimaksudkan dengan liberalisme ? Yang dimaksudkan dengan


liberalisme adalah suatu orientasi baru yang melihat manusia sebagai makhluk bebas .
Kebabasan manusia merupakan suatu milik yang sangat tinggi . Tetapi nanti akan kita
lihat bahwa liberalisme mempunyai suatu pandangan yang lebih tua .

Telah kita lihat bahwa gejala-gejala industri membawa akibat timbulnya liberalisme .
Tetapi di samping itu juga sebetulnya liberalisme memuat pandangan-pandangan yang
merupakan unsur-unsur esensial , yaitu rasionalisme, materialisme , dan empirisme .
Rasionalisme abad ke-17 dipelopori oleh Descartes yang menekankan peranan rasio .
Rasionalisme memperoleh landasannya pada zaman sebelumnya , yaitu masa Renaisance,
yang menam;pilkan peranan manusia . Pada dasarnya Renaosance ini adalah suatu
orientasi humanistis , yang menampilkan manusia sebagai pribadi . Manusia adalah
sentrum di dalam seluruh pola pemikiran Renaisance . Pandangan ini mula-mula timbul
di dalam kalangan sastrawan dan seniman , tapi lalu berkembang di dalam bidang-bidang
lain termasuk di dalam bidang filsafat . Rasio inilah yang dianggap sebagai kemampuan
manusia yang bisa memberikan jalan dan pedoman baru di dalam hidup .

Rasionalisme mendorong dua arah perkembangan ilmu pengetahuan yang rasionalistis


yang menuju kepada subyektivisme dan idealisme di satu pihak dan empirisme di pihak
lain . Empirisme yang terjadi dalam abad k eke-18 itu , seperti Newton dan lain-lainnya
mempunyai kaitan dengan rasionalisme dari Descartes . Jadi liberalisme itu timbul karena
ada ada orientasi rasionalisme , yaitu memberikan kepercayaan kepada rasio manusia dan
rasio dianggapnya sebagai suatu sarana atau suatu senjata untuk bisa mencapai kemajuan
Di samping itu , materialisme ternyata juga merupakan suatu unsur yang mendorong
berkembangnya liberalisme . Di dalam abad ke-18 juga sudah ada materailisme , baik di
Jerman maupun di Perancis , seperti Lematre , Holfga, Prier , yang merupakan tokoh-
tokoh yang mendorong berkembangnya materialisme. Materialisme ini adalah suatu
orientasi pandangan yang melihat materi sebagai sumber utama . Sebetulnya
materialisme ini mempunyai segi-segi positif , yaitu mendorong orang untuk berorientasi
kepada meteri yang pada abad pertengahan sangat dikesampingkan , karena orietasinya
memang sangat religius . Materialisme mendorong suatu pengharagaan yang besar
kep[ada yang empiris , dan memberikan perhatian kepada ilmu yang diarahkan kepada
materi .

Jadi rasionalisme , materialisme , dan juga empirisme merupakan unsur-unsur penting


dalam liberalisme . Empirisme ini terutama berkembang di Inggris . Ini terlihat jelas
sekali pada tokoh-tokoh yang bertumpu pada yang empiris seperti John Locke , Hume ,
dan lain-lain . Meraka adalah tokoh-tokoh yang yang memang bergerak dalam bidang
empirisme dengan menekankan pengalaman . Pengalaman di sini yaitu apa yang
ditangkap oleh kemampuan-kemampuan manusia . Dan kemampuan-kemampuan
manusia ini terutama terutama kemampuan indera . Oleh karena itu empiriusme sangat
menghargai penghalaman-pengalaman yang bertumpu pada idera yang ditangkap melalui
indera dan diolah selanjutnya dengan rasio . Inilah sebetulnya dasar-dasar pemikiran dari
liberalisme Sebenarnya masih ada satu unsur yang tak terpisahkan dari ketiga unsur ini,
yaitu individualisme .

23
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Jadi ada empat hal : rasionalisme, materialisme , empirisme dan indvidualisme yang
mendorong terjadinya liberalisme . Yang disebut terakhir ini sudah kelihatan pada zaman
Renaisance , karena Renaisance adalah humanisme, tetapi humanisme individualistis
Apa yang dimaksudkan dengan individualisme di saini ialah orientasi pandangan yang
melihat manusia sebagai pribadi yang utuh dan lengkap . Memang dia mempunyai
potenasi dan tinggal mengembangkan saja , tapi dia sendiri dalam dirinya telah utuh . Di
samping itu , individualisme melihat manusia itu lepas daripada yang lain . Dia berusaha
untuk berjuang dan bekerja untuk dirinya sendiri . Maka akan terjadi konflik antara
kepentingan manusia . Hobbes mengatakan bahwa manusia perlu diatur . Lalu
pengaturannya bagaimana ? Mengaturnya dengan membuat persetujuan dalam
masyarakat , sehingga terjadilah satu tertib hukum . Kelihatan di sini bahwa
individulisme sebetulnya mengakui kehidupan masyarakat , tetapi adanya orang lain itu
dianggapnya sebagai suatu kenyataan de facto , kenyataan bahwa saya hidup dengan
manusia lain . Jadi mau tak mau saya harus hidup bersama dia . Supaya hidup saya itu
bisa terjamin agar diri saya tidak terganggu harus diadakan suatu pesetujuan sehingga
kehidupan masyarakat bisa diatur . Ini berarti juga mengatur negara .

Di dalam liberalisme , atau di dalam konteks empat unsur tadi, kebebasan merupakan
suatu nilai yang sangat tinggi . Oleh karena itulah maka di dalam sistem liberalisme ,
kehidupan demokrasi merupakan suatu unsur yang sangat fundamental . Bahkan saya
melihat , demokrasi yang bersambung dalam abad ke-20 ini sumbernya adalah
demokrasi model akhir abad ke- 18 dan permulaan abad ke-19 , yaitu demokrasi yang
berorientasi pada individualisme yaitu bahwa masing-masing mempunyai hak untuk
hidup , lalu mengadakan sarana untuk mempertahankan hidupnya ini . Di sini kelihatan
bahwa demokrasi itu menampilkan model manusia yang baru yaitu bahwa manusia
adalah sederajat dengan yang lain . Manusia itu adalah seperti juga dalam revolusi
Perancis : bebas, sama , dan bersaudara . Dengan demikian timbullah orientasi dan tujuan
politik baru : negara yang ideal adalah negara demokrasi . Kedaulatan ada di tangan
rakyat . Ini suatu pandangan baru. Kalau kita melihat sistem sebelumnya , kebanyakan
adalah sistem monarkhi , di mana raja mempunyai kekuasaan . Dalam membicarakan dari
mana kekuasaan raja , ada pendapat yang menyatakan bahwa kekuasaan datang dari
rakyat , ada pula yang menganggap kekuasaan itu dari raja itu sendiri , dan ada yang
melihat kekuasan itu datang dari Tuhan .

Yang jelas ialah bahwa di dalam sistem pemikiran sebelumnya tidak ditampilkan dengan
tegas bahwa rakyat adalah pemegang kedaulatan . Dalam abad-abad inilah timbul suatu
orientasi baru yaitu demokrasi . Di dalam demokrasi itu tadi dikatakan bahwa rakyat itu
memegang kedaulatan . Di sini kebebasan itu menguasai nilai yang tinggi .

Prinsip kebebasan tersebut juga dikembangkan dalam bidang ekonomi . Liberalisme


sebagai suatu konteks politik mempunyai penjabaran di dalam kehidupan ekonomi .
Penjabaran dalam ekonomi adalah kapitalisme. Dalam indvidualisme manusia berhak
untuk berusaha . Kalau berhak untuk berusaha , terserah krepada mereka untuk
mengadakan usahanya . Dalam kehidupan ekonomi , jelas bahwa modal itu merupakan
unsur yang pokok dalam kehidupan ekonomi . Kebebasan berusaha dengan modal ini
mendorong pengusaha-pengusaha untuk mengembangkan keuntungan . Itu adalah

24
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

prinsip di dalam kehidupan ekonomi yaitu mengatur kebutuhan-kebutuhan manusia ,


sehingga usahanya bisa mendapat keuntungan . suai dengan prinsip hukum di dalam
dunia perdagangan , sistem kapitalisme berusaha mencari keuntungan , modal , dan satu
hal , yang nanti banyak disoroti oleh Marx, hak milik .

Kalau orang itu bebas, maka dia mempunyai kebebasan dan berhak untuk memiliki
sesuatu . Dengan demikian , unsur-unsur pokok dalam kapitalisme adalah persaingan
modal, kemudian hak milik , dan mencari untung . Ini semua berarti bahwa kehidupan
ekonomi akan dikuasai oleh persaingan yang hebat . Kehidupan ekonomi tergantung dari
kebebasan masing-masing indvidu . Itulah sistem liberalisme yang berkembang di dalam
abad ke-18 .

Banyak yang mengatakan bahwa sosialisme Marx ini adalah kritik terhadap kapitalisme
aba ke-19 . Memang kalau kita melihat pada kenyataan , hal ini benar . Tapi ini tidak
berarti bahwa kritik itu hanya menunjukkan kelemahan –kelemahan sistem kapitalisme.
Marx dengan mengadakan kritik terhadap sistem kapitalisme juga menyatakan
pandangan-pandangan dia sendiri , pandangan pribadi yang terjalin di dalam kritik itu .
Ia juga menolak idealisme , karena menganggap idealisme adalah suatu pemikiran yang
lepas dari kenyataan , dan dia juga mau mengungkapkan pemikiran sendiri –pemikiran
itu dengan menganalisa kenyataan . Dalam kritiknya terhadap kapitalisme , Marx
mengatakan bahwa menurut analisa dia , kapitalisme itu mempunyai bentuk sedemikian
rupa karena pertama-tama ditentukan oleh unsur hak milik pribadi . Bahkan Marx
mengatakan bahwa sistem kapitalisme berdasarkan hak milik pribadi inilah yang menjadi
sebab penderitaan masyarakat . Karena sistem hak milik pribadi inilah maka masyarakat
itu terbagi menjadi dua, yaitu mereka yang mempunyai hak milik pribadi , atau kalau
saya lanjutkan : mereka yang mempunyai hak milik pribadi berarti mempunyai modal,
mempunyai alat produksi . Mereka inilah yang nantinya lebih kecil daripada kepala
keluarga . Kalau mereka harus hidup bersaingan maka kaum kapitalis akan memilih
wanita . Wanita pun harus bersaing dengan anak , sebab di situ belum ada peraturan
dalam usia berapa tahun orang itu dapat bekerja . Anak dianggap tidak mempunyai
tanggung jawab , kecuali untuk hidup sendiri . Anak akan memperoleh upah lebih rendah
lagi . Bisa terjadi bahwa seorang laki-laki harus bekerja lima belas jam sehari . Tenaga
kerja wanita dan anak tidak dibatasi oleh apapun , semuanya tergantung dari ketentuan
pengusaha-pengusaha atau kapitalis-kapitalis .

Dengan adanya pemanfaatan teknologi , maka pada abad ke-19 terjadilah pengangguran
secara besar-besaran . Orang menganggur tidak dapat gaji , tetapi harus makan setiap
hari, dan keluarganya tidak dapat digaji , tetapi harus makan setiap hari , dan keluarganya
harus makan setiap hari pula. Ini berarti simpanannya akan hilang , karena dipakai dan
miliknya akan digadaikan semua. Dengan terjadinya pengangguran , terjadi pula
kemelaratan . Kalau kemelaratan terjadi timbullah kehidupan yang merana sekali di
dalam masyarakat . Ini dikonstantir oleh Marx mengenai abad ke-19 .

Kenyataan lagi menurut Marx ialah bahwa kalau ada due kelas, maka dua kelas ini bukan
dua kelas yang hidup sendiri , tetapi selalu berhubungan karena kelas kapitalis akan
mempergunakan kelas buruh , dan kelas buruh akan menjual tenaganya kepada kelas

25
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

kapitalis , jadi ada hubungan dialektika antara kedua kelas. Hubungan dialektik ini adalah
hubungan penindasan . Penindasan rakyat ini menurut analisa Marx menciptakan
pertetangan antara kelas kapitalis dan kelas buruh yang makin lama makin meruncing .
Pertentangan yang meruncing ini tidak mungkin berlangsung seterusnya, pada suatu
ketika akan timbul suatu ledakan yaitu revolusi . Karena kelas proletar itu yang tidak
mempunyai apa-apa , mereka akan bergabung dan bersatu sehingga merupakan suatu
kekuatan . Oleh karena itu Marx dalam Manifesto Komunis mengatakan : “ “ Kaum
proletar bersatulah !” Sebab inilah satu-satunya kekuatan dari kaum proletar adalah
persatuan dan solidaritas . Ini kita lihat di Polandia itu bisa bertentangan dengan
pemerintah , yang dianggap sebagai pemerintah sosialis . Dalam perttentangan itu
masing-masing akan menyusun kekuatannya sendiri, juga kelas kapitalis . Dia akan
berusaha untuk mempertahankan diri dan untuk melangsungkan dirinya . Lalu terjadilah
proses akumlasi dan konsentrasi . Akumulasi berarti mengumpulkan modal . Dengan
akumulasi modal ini kekuatan pengusaha –pengusaha disatukan . Hal ini kita kita
sekarang di sini . kalau pengusaha itu merasa tidak kuat , dia akan cari teman untuk
bekerjasama . Company itu bukan hanya dalam negeri tetapi juga dengan luar negeri ,
joint venture . Apa yang dulu merupakan usaha-usaha pribadi dikumpulkan menjadi satu
perusahaan besar NV-NV besar , naamloos ; jadi bukanlah kepunyaan satu orang tapi
milik kelompok .

Dengan demikian , maka terjadilah suatu pemusatan kekuasaan antara kapitalis dan
proletar , tapi pemusatan kekuasaan itu tidak bisa mempertahankan diri masing-masing .
Ketegangan akan meledak sehingga suatu ketika akan timbul revolusi . Inilah analisa
Marx terhadap situasi di dalam abad ke-19 , Marx mengatakan di dalam menganalisa ini,
bahwa masyarakat itu mempunyai struktur-struktur atas dan struktur bawah ;
suprastruktur dan infrastuktur . Apa hubungan antara struktur atas dan struktur bawah ?
Struktur atas adalah pencerminan dari struktur bawah , atau suprastruktur adalah
manifestasi dari infrastuktur .

Kalau infrastuktur itu berubah secara mendasar, maka berubahlah suprastukturnya, tetapi
kalau suprastuktur itu diubah, tidak berarti infrastukturnya berubah . Apalagi kalau
mengubahnya itu adalah hanya tambal- sulam saja. Di dalam struktur ini ada empat faktor
yang masing-masing bertumpu pada yang lain . Kalau kita melihat faktor yang paling
bawah yaitu infra struktur adalah alat produksi . Seluruh kehidupan manusia dan
masyarakat ditentukan oleh alat produksi . Kalau masyarakat itu memakai alat produksi
yang sangat primitif ini. Kalau ada orang yang mengumpulkan alat produksi , ada orang
yang tidak mempunyai alat produksi , timbullah kelas-kelas dalam masyarakat .

Alat produksi menentukan hubungan manusia atau hubungan produksi , dan ini
menentukan kehidupan masyarakat . Dua unsur alat produksi dan hubungan produksi ini
infrastruktural sifatnya . Inilah yang menentukan sistem hukum dan sistem politik tidak
lain hanyalah pencermian dari infrastuktur ini . Jadi kehidupan politik itu apa ?
Kehidupan politik tidak lain hanyalah suatu manifestasi dari keadaan , bahkan dia
mengatakan bahwa kehidupan politik tidak lain menunjukan suatu kekuatan kelas
tertentu, misalnya orang yang mempunyai alat produksi dan menentukan hubungan
produksi ini , dia akan berusaha secara yuridis untuk melestarikan kekuasaannya itu

26
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

secara yuridis juga . Oleh karena itu dia berusaha membuat undang-undang yang
menjamin kedudukan ini . Menurut analisa Marx , ada kaitan antara alat-alat produksi ,
hubungan sosial , dan hubungan kekuasaan atau politik . Dan manifestasinya yang
keempat setelah bentuk-bentuik kesadaran yang tidak lain adalah pencerminan dari
infrastuktur ini .

Menurut Marx , ideologi adalah pencerminan dari kelas –kelas masyarakat . Inilah urutan
faktor-faktor yang kelihatan di dalam masyarakat menurut analisa Marx . Maka kalau kita
mau mengubah masyarakat , ubahlah infrastrukturnya, sehingga relasi-relasi dan ideologi
berubah .

Dari keempat unsur ini yang paling revolusioner adalah alat produksi . Sedangkan unsur-
unusr lainnya itu konservatif sifatnya . Maksud dari revolusioner adalah orang itu mudah
untuk mengubah alat , jadi misalnya dulu pakai lampu minyak sekarang pakai listrik
Apalagi kalau memakai alat-alat yang serba otomatis itu lebih mudah . Oleh karena itu
arti revolusioner , yaitu mudah untuk berubah , tapi kalau kita bicara mengenai hubungan
atau bukti lain-lainnya , ini sulit . Misalnya kalau kita punya pembantu rumah tangga ,
kita suruh dia mengganti anglo dengan kompor gas , mudah dilakukan karena
menyangkut alat . Tetapi kalau di Indonesia ini majikannya menyuruh pembantunya
makan bersama , ini sulit dilakukan karena ini menyangkut hubungan . Hal ini disebut
konservatif . Demikian juga hubungan antara majikan dengan buruh juga sulit . Bangunan
bawah revolusioner tapi atasnya konservatif . Kalau begitu ada kontradiksi , kontradiksi
antara yang konservatif dengan yang revolusioner dengan yang revolusioner .Bagaimana
ini bisa terjadi ? Harus dipaksa , dan ini revolusi .Bagaimana mengubah masyarakat yaitu
dengan jalan revolusi . Untuk mengubah struktur sosial yang kapitalis , satu-satunya jalan
adalah revolusi .

Marx mengatakan revolusi itu terjadi pada waktunya , kalau suasana sudah matang
Kelihatan sekali pandangan Marx melawan individualisme . Hak milik pribadi
dianggapnya sebagai penyakit dari kemelaratan , pemerasaan , dan lain-lainnya . Oleh
karena itu hak milik harus dihapus , menjadi hak milik kolektif , Individualisme diganti
sosialisme , sebab manusia bukan individu , tapi manusia adalah sekumpulan relasi .
Prinsip dari sosialisme yang pertama ialah merombak masyarakat ini . Kalau berhasil
merombak struktur masyarakat dengan revolusi , kaum kapitalis akan hilang dan kaum
proletar akan menang . Kaum proletar yang akan menjalankan pemerintahan di mana hak
milik pribadi dihapus , diganti dengan hak milik kolektif . Dengan demikian sosialisme
Marx ini menekankan kerjasama, solidaritas dan kolektivisme .

Kalau kita lihat di dunia ini ada dua ideologi yang besar . Masing-masing di dalam abad
ke-20 mengadakan perubahan dalam dirinya mengadakan revisi , pembaruan , dan lain-
lainnya , tetapi dasarnya tetap sama. Dari sosialisme , akan timbul bermacam-macam
cabang . Demikian juga dengan liberalisme. Tetapi kedua akar besar ini akan tetap
kelihatan . ( Poespowardojo , 1986 : 24 – 32 )

Sebenarnya Marxisme pecah dalam tiga cabang yang kemudian berkembang nyaris
tanpa interaksi dan masing-masing menemukan nasibnya sendiri-sendiri . Yang pertama ,

27
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

dapat dibandingkan dengan pukulan gendering dashyat , adalah Komunisme . Tanpa


ragu-ragu Vladimir Ilyic Lenin memakai Marxisme untuk menggembleng ideologi
perjuangan , dan kekuasan partai komunis . Marxisme –Lenisisme , yang menjadi dasar
legitimatif sistem kekuasaan diktaktorial paling dashyat , kejam , dan totaliter yang
pernah ada dalam sejarah umat manusia . Keruntuhan mendadak sistem kekuasaan
komunis itu – hampir tanpa – jejak antara 1989 dan 1991 termasuk salah satu lejutan
terbesar dalam sejarah manusia juga .

Cabang kedua adalah sosialisme demokratis sebagaimana dirintis oleh Eduard Bernstein .
Penolakan terhadap komunisme Lenin menempatkan sosialisme demokratis itu dengan
tegas dalam kamp mereka yang berkeyakinan demokratis . Sosialisme demokratis , di
samping liberalisme dan conservative moderat , menjadi pendukung paling yakni
demokrasi dan hak-hak asasi manusia . Sosialisme demokratis memperjuangkan
pembentukan negara sosial yang khas bagi kebanyakan negara di Eropa . Meskipun untuk
sementara masih mempertahankan retorika Marxis , sosialisme demokratis secara
substansial sudah meninggalkan sosialisme Marx sejak tahun 1920-an abad ke -20 Antara
tahun 1950-an dan 1970-an mereka semua juga secara formal memutuskan hubungan
dengan teori-teori Marx .

Tunas ketiga adalah Neomarxisme dan Kiri Baru yang mencapai puncaknya , antara
tahun 1965 dan 1975 di universitas-universitas di Eropa . Marxisme itu tidak pernah
berhasil ke luar dari lingkungan akademik , dan meskipun secara politis cukup
berpengaruh , pada hakikatnya , merupakan gejala cultural . Karena lemahnya basus
sosial dalam masyarakat , gerakan itu tidak dapat bertahan lama . Sebagian besar dari
mereka kemudian kembali ke sistem ; sebagian kecil menga,mbil jalan terorisme yang
pada hakikatnya kemudian dihancurkan pada akhir tahun 1970-an dan permulaan tahun
1980-an , sedangkan sebagioan cukup besar masuk ke dalam suatu gerakan yang berhasil
mengangkat suatu isu yang sangat nyata , yang sekarang merupakan unsure tetap dalam
spektrum politik banyak masyarakat Barat , yaitu gerakan lingkungan hidup . ( Suseno,
1999 : 254 – 255 )

Ideologi besar dipertanyakan

Dalam buku yang banyak dibahas , The End of Ideology ( 1960 ) , Daniel Bell
menyatakan kemenangan pragmatisme liberal secara sosial .Di sana ia mengeritik
ideologi dengan menyatakan bahwa orang bisa saja melihat isi dari gagasan sebuah
ideologi . tetapi perlu juga melihat apa fungsi dari gagasan-gagasan itu . Kemudian , jika
ideologi menyembunyikan kepentingan suatu kelompok , maka dapat dikatakan bahwa
kebenaran sesungguhnya adalah kebenaran kelas. Sehingga sesungguhnya tidak ada
filsafat yang obyektif , sebab yang ada adalah filsafat borjuis atau filsafat populer.
Pembedaan semacam ini menyulitkan kedudukan ilmu yang seharusnya memiliki
otonomi keilmuan , suatu syarat supaya ilmu tetap obyektif . Kedua , tentang
korespondensi antara ide dengan dari mana ide itu berasal . Ketiga . definisi kelas. Bagi
Martx , kunci pembagian masyarakat berada pada distribusi kepemilikan . Sekarang
dalam dunia politis-teknologis , kepemilikan telah kehilangan kekuatannya sebagai

28
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

kekuatan yang menentukan . Dalam masyarakat modern, kemenangan teknis lebih


penting dan lebih mempunyai peluang untuk mendapat kedudukan .

Dalam perkembangan selanjutnya, kata Daniel Bell , penjelasan dari sejauh mana ide-ide
mempengaruhi perubahan sosial menjadi bagian dari sosiologi pengetahuan . Dalam
penggunaan yang lebih populer , ideologi bersangkutan dengan suatu pandangan dunia
atau sistem kepercyaaan dari sekelompok masyarakat yang secara moral dianggap benar
Dalam kerangka berpikir semacam inilah liberalisme atau fasisme dianggap sebagai
ideologi . Konsepsi particular ideologi dapat diterangkan sebagai berikut : seseorang yang
meyakini nilai-nilai tertentu pasti memiliki kepentingan di baliknya . Ada bias berupakan
kepentingan ekonomi , politik , atau kepentingan lain . Konsepsi ideologi total adalah
suatu sistem komprehensif atas realitas , sebuah perangkat kepercayaan , bertujuan untuk
merubah keseluruhan pandangan hidup . Ideologi dalam pengertian ini dapat disamakan
dengan agama sekuler .

Apa yang menjadi kecenderungannya untuk diikuti . Bagi ideologi kebenaran muncul
dalam tindakan . Hal yang paling penting dari fungsi ideologi adalah mengisi emosi ,
demikian juga agama . Jika agama mewujudkan dunia ideal lewat lembar-lembar firman,
kidung , pengorbanan diri , maka ideologi menyatukan energi-energi itu dan
menyalurkannya dalam politik . .Menurut Bell, agama lebih efektif melakukan hal
tersebut. Ini berkaitan dengan masalah kematian manusia : bagi agama kematian bukan
akhir dari perjalanan jiwa manusia .

Suatu gerakan sosial dapat mempengaruhi orang ketika ia melakukan tiga hal :
menyederhanakan ide-ide , mengklaim kebenaran , dan dengan menggabungkan
keduanya membutuhkan satu komitmen untuk dipraktekan . Ideologi-ideologi abad ke-19
telah kehabisan nafas serta tidak lagi mampu membangkitkan kesetian dan kegairahan
dalam kalangan intelgensia.. Ini dibarengi dengan tumbuhnya para intelektual baru yang
kritis , yang,mengambil posisi berseberangan . Ideologi-ideologi semacam itu sekarang
telah selesai .

Bell menunjukkan sejumlah kelemahan dari teori yang mencoba menjelaskan masyarakat
Amerika yang terus-menerus berubah . Baginya , karena dunia intelektual meragukan
kebenaran-kebenaran asumis yang diajukan oleh ideologi , maka diskursus tentang
ideologi kini sudah berakhir . Hal ini berarti matinya ideologi . Terlebih bahwa
kecenderungan akan perubahan yang cepat dan berdampak luas telah menyulirkan
ideologi dalam menghikuti irama perubahan itu ,( Nuswantoro , 2001: 133 – 139 )

Menurut Sidney Hook bahwa berakhirnya ideologi dimakudkan bahwa dalam dunia
modern ini, dengan adanya cara pendekatan ilmiah yang realistik dalam menanggapi
grejala-gejala sosial, tidak mungkin lagi menerima suatu teori kemasyarakatan yang
sistimatis guna menjelaskan kejadian-kejadian besar perkembangan sejarah bangsa-
bangsa . Dengan kata lain , dalam pemikirannya berarti ia menolak konsepsi menyeluruh
tentang kemasyarakatan yang dapat menjelaskan semua kejadian-kejadian .

29
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Jadi pendekatan penyelesaian secara menyeluruh , yakni usaha untuk menjelaskan segala
sesuatu menurut ideologi kapitalisme ,sosialisme maupun komunisme serta segala macam
bentuk totalitariansme , tidak dapat dilakukan . Pada kenyataannya , ketika The End of
Ideology terbit banyak pemikir yang mengecam pemikirannya; bahwa tidak mungkin
ideologi berakhir , karena faktanya masih banyak orang yang percaya terhadap suatu
ideologi . Sebenarnya Bell lewat gagasannya itu diasumsikan telah menyatakan
berakhirnya semua ideologi sosial dan berkahirnya semua cita-cita sosial dan bahwa
dengan demikian dia menentang perubahan-perubahan sosial .

Para pengeritik Bell itu telah memberi pengertian yang sederhana kepada ideologi , yakni
semacam idealisme sosial . Tentunya pengertian yang demikian ini berlainan dengan
yang dimaksud sebagai kepercayaaan pada penyelesaian menyeluruh , sebagaimana juga
halnya dengan versi ideologi yang (mulanya ) dibela oleh golongan Marxis , yakni bahwa
ideologi adalah sama dengan kesadaran yang salah . ( Bacthiar , 1976 : 55 – 56 )

Daniel Bell dan Seymour Martin Lispet menurut Renhard Bendix bermaksud untuk
menyatakan tentang “ menurunnya peranan gagasan-gagasan politik di negari-negeri
Barat , “ atau “ berakhirnya “ ideologi di Barat “ tapi terdapat juga kemungkinan
“naiknya peranan ideologi di Asia dan Afrtika “. Tanda-tanda merosotnya pengaruh
ideologi itu ditandai oleh gejala-gejala seperti tumbuhnya totalitarisme di satu pihak yang
justru malah mengurangi kontroversi pendapat di kalangan yang anti-totalitartisme ;
tumbuhnya negara kesejahteraan yang melembagakan pendapat-pendapat yang pro
keadilan dan persamaan juga perbedaan ideologi itu menjadi berkurang dengan
diterimanya konsensus tentang “masyarakat majemuk “ yang mengatasi konflik itu
dengan jalan mendesentralisasikan kekuasaan secara cukup menyebar sehingga
kemerdekaan pribadi memperoleh ruang hidup yang cukup luas . Gejala itu menandai
berkurangnya pertentangan ideologi di satu bidang . Ini sebenarnya berarti beralihnya
pertentangan ideologi. Di satu bidang bisa berkurang , tapi di lain bidang bisa meningkat
Hal ini berlaku dalam konteks negara-negara Barat sekalipun . Dengan perkataan lain ,
menurut kseimpulan Bendix , gejala ideologi itu sebenarnya berada dalam dimensi
histories dan dimensi sktruktural ..

Setelah Bell berbicara mengenai The End of Ideology atau Watkins berbicara mengenai
The Decline of Ideology , timbul pertanyaan , apakah perannan dan pengaruh ideologi itu
dewasa ini telah atau mulai berakhir ? Aiken hanya menyebut abad ke-19 sebagai abad
ideologi , dan kemudian Morton White menyatakan abad ke-20 sebagai Abad Analisa
atau Abad Ilmu Pengetahuan dan Teknologi , tentu tidak berarti bahwa pengaruh ideologi
atau pendekatan –pendekatan ideologis telah lenyap , sebagaimana juga tidak berarti
bahwa semenjak zaman modern , pengaruh agama telah sirna . Sungguhpun demikian ,
gejala merosotnya pengaruh ideologi pada abad di mana kita hidup sekarang ini memang
terasa . Dan gejala ini merupakan perhatian karena perubahan ini mempunyai pengaruh ,
baik dalam cara kita memecahkannya . ( Rahardjo, 1986 :39 - 40 )

Ideologi : Sebuah Pengertian

30
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Ideologi secara konsep sering dipahami secara berbeda-beda , baik dalam pengertian
orang awam maupun dalam pemakaian di dunia keilmuan . but sebagai jalan kebenaran
yang menyerupai firman , dengan begitu perlu dituruti . Di lain pihak ideologi dianggap
sebagai gambaran palsu tentang dunia . Ia bisa juga menjadi guiding principle suatu
masyarakat atau bangsa dan mengantarkannya kepada satu tatanan yang obsesif ,
misalnya , kesetaraaan manusia atau keadilan dan kemakmuran . Ideologi juga diberi
makna sebagai perangkat keyakinan ketika suatu bangsa mempercayai peran yang harus
dimainkannya dalam berelasi dengan bangsa lain yang memiliki karakter berbeda
dengannya , baik berupa relasi simetris maupun keyakinan superioritas suatu bangsa
terhadap yang lain .

Istilah ideologi dimasukkan ke dalam khazanah bahasa ilmu-ilmu sosial oleh SLC
Destuut de Tracy (1754 – 1836 ) , seorang politisi dan filosof . Baginya “ideologi adalah
ilmu tentang idea-idea . Pada bagian pertama abad ke-19 di Jerman para pembela ,
gagasan-gagasan progresif ( seperti hak asasi manusia atau negara konsitusional) disebut
“ideologi “ . Pengertian yang paling umum dan paling dangkal yang terutama biasa dalam
kalangan ilmuwan sosial adalah “ideologi “ sebagai istilah bagi segala macam sistem
nilai , moralitas, interprestasi duinia , pokoknya terhadap apa yang berupa “ nilai” dan
berlawanan dengan “pengamatan “ tanpa nada peyoratif , jadi netral .

Berbicara ideologi , ada dua pertanyaan yang harus diajukan . Pertama, apakah ideologi
mempunyai arti positif atau negatif ? Ideologi dalam arti negatif , sering dikaitkan dengan
arti sebagai konsep kritis yang terbentuk kesadaran palsu atau kebutuhan untuk
melakukan penipuan . Dalam arti negatif ideologi dimaksud sebagai suatu upaya
bagaimana memutarbalikan pemahaman orang tentang realitas sosial . Dalam arti positif
ideologi dimaknai sebagai suatu ekspresi dari sudut pandang suatu kelas . Kedua ,
Apakah ideologi mempunyai sifat yang benar-benar subjektif dan memiliki watak
psikologis , atau sebaliknya , seluruhnya tergantung pada faktor-faktor obyektif ? Jika
subyektif , ideologi dipahami sebagai bentuk perubahan bentuk kesadaran , yang entah
bagaimana tidak dapat mengerti realitas sebenarnya . Jika obyektif , ideologi muncul
sebagai penipuan yang disebabkan oleh realitas itu sendiri ; bukan subyek yang
memutarbalikkan realita , akan tetapi realita itu sendiri yang menipu subyek . Selagi
pandangan subyektif menekankan peranan individu , golongan , dan partai dalam
produksi ideologi , maka pandangan obyektif menganggap ideologi sebagai pengisian
struktur dasar masyarakat ( Nuswantoro , 2001 : 49 – 50 ) .

Ada tiga macam ideologi . Ideologi dalam arti penuh sebagaimana Marxisme-Lenisme .
Marxisme-Leninisme adalah sebuah teori (1) tentang hakekat realitas seluruhnya
( sebutan teori metafisika berisi materialisme dialektika dan ateisme ) ; (2) tentang makna
sejarah ( bahwa sejarah menuju masyarakat tanpa kelas ); (3) yang memuat norma-norma
ketat tentang bagaimana masyarakat harus ditata ( secara sosialis , tanpa hak milik
pribadi, seluruh kehidupan masyarakat ditetapkan langsung oleh negara , jadi totaliter ) ,
bahkan tentang bagaimana individu harus hidup ( tentang gaya kreasinya , tentang karya
seni yang boleh dan yang tidak boleh , tentang bentuk pendidikan , tentang tidak
diperbolehkannya pelajaran agama, tentang apa yang boleh dan apa yang tidak boleh

31
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

dibacadlsb ), (4) yang pada hakekatnya melegitimasikan monopoli kekuasaan


sekelompok orang ( Partai Komunis ) di atas masyarakat ,

Teori seperti Marxisme-Lenisme merupakan ideologi dalam arti sepenuh-penuhnya Yaitu


ajaran atau pandangan dunia atau filsafat sejarah yang menentukan tujuan-tujuan dan
norma-norma politik, sosial, yang diklaiim sebagai kebenaran yang tidak boleh
dipersoalkan lagi melainkan yang sudah jadi dan harus dituruti .

Ideologi dalam arti sepenuhnya juga disebut disebut ideologi tertutup, karena isinya tidak
boleh dipertanyakan lagi , kebenarannya tidak boleh diragukan . Isinya dogmatis dan
apriori dalam arti bahwa ideologi itu tidak dapat dimodifikasi berdasarkan pengalaman .
Ideologi total itu tertutup juga dalam arti bahwa ia mengklaim status moral yang murlak ,
dengan hak untuk menuntut ketaatan mutlak , dalam arti bahwa ideologi itu tidak boleh
dipersoalkan berdasarkan nilai-nilai atas prinsip-prinsip moral lain . Di tingkat masing-
masing orang hal itu berarti bahwa ideologi tidak mengizinkan individu mengambil jarak
terhadapnya berdasarkan suara hati. Oleh karena itu ideologi tidak mungkin toleran
terhadap pandangan dunia atau nilai-nilai lain (oleh karena itu, makin ketat sebuah
ideologi , makin dia akan menentang agama , karena agama mempunyai acuan lain
daripada ideologi itu ) .

Adalah ciri khas ideologi tertutup bahwa klaimnya tidak hanya memuat nilai-nilai dan
prinsip-prinsip dasar saja , melainkan bersifat kongkret operasional : artinya , ideologi
tidak mengakui hak masing-masing orang untuk mempertimbangkan sendiri, berdasarkan
suara hatinya , bagaimana sebuah prinsip harus ditetapkan dalam situasi kongkret .
Ideologi tertutup menuntut ketaatan tanpa reserve .

Marxisme, fasisme, beberapa bentuk sosialisme , ideologi keamanan nasional ala


Amerika Latin juga termasuk ideologi tertutup – meskipun memiliki perbedaan-
perbedaan formal yang cukup mendalam . Kita dapat mengklaim bahwa ideologi tertutup
bersifat dogmatis, eksklusif , intoleren dan totaliter , serta dapat dipergunakan untuk
melegitimasikan kekuasaan sebuah elit ideologis .

Di samping itu ada ideologi terbuka . Ia terbuka karena hanya mengenai orientasi dasar ,
sedangkan penerjemahannya ke dalam tujuan-tujuan dan norma-norma politik-sosial
selalu dapat dipertanyakan dan disesuaikan dengan prinsip-prinsip moral dan cita-cita
masyarakat lainnya . Cita-cita itu bersifat luwes . Operasionalisasinya ( realisasinya
dalam praktek kehidupan masyarakat ) tidak dapat ditentukan secara apriori , melainkan
masing-masing harus disepakati secara demokratis . Ideologi terbuka itu bersifat inklusif ,
tidak totaliter dan tidak dapat dipakai untuk melegitimasikan kekuasaan sekelompok
orang . Dalam ideologi terbuka itu termasuk macam cita-cita yang membela hak-hak
asasi manusia , keadilan dan demokrasi , begitu pula sebuah bangsa untuk menentukan
dirinya sendiri .

Semua ideologi memiliki ciri-ciri bersama . Mereka merupakan cita-cita dan nilai-nilai
yang secara eksplisit dan verbal dirumuskan , dipercayai atau diperjuangkan . Secara
historis ideologi-ideologi eksplisit itu baru muncul bersamaan dengan zaman modern

32
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

yang ditandai oleh rasionalisme dan sekularasi ( Rupa-rupanya selama masyarakat


memahami kehidupannya seluruhnya melalui kacamata agama, belum ada ruang di mana
ideologi-ideologi dapat muncul ) .

Akan tetapi di zaman tradisional pun masyarakat memiliki keyakinan-keyakinan tentang


hakekat realitas serta bagaimana manusia harus hidup di dalamnya . Meskipun
keyakinan-keyakinan itu sering harus implisit saja, tidak dirumuskan dan tidak diajarkan ,
namun keyakinan-keyakinan itu meresapi seluruh gaya hidup , merasa, berfikir , bahkan
beragama masyarakat ( dan dapat digali melalui analisa sastra , tulisan religius dll
masyarakat itu ) , Cita-cita dan keyakinan-keyakinan tidak eksplisit itu sering ada segi
ideologisnya, karena mendukung tatanan sosial yang ada , jadi memberikan legitimasi
kepada kekuasaan sebuah kelas atau lapisan sosial atas kelas-kelas sosial lain Begitu
misalnya pandangan Jawa tentang mikrokosmos dan makrokosmos memuat juga paham
tentang raja sebagai sumber keselarasan dan kesejahteraan masyarakat dan dengan
demikian melegitimasikan sistem kekuasaan monarki absolut . Oleh karena ketakinan-
keyakinan dan nilai-nilai dasar itu melegitimasikan sebuah struktur non-demokratis
tertentu , mereka juga disebut ideologi implisit .( Suseno, 1992 : 232 – 236 )

.
Kapitalisme versus Sosialisme : Model Pembangunan

Barangkali di sini perlu dibedakan antara “model” yang ditarik atau diabstrasikan dari
kenyataan-kenyataan atau atau fakta yang dijumpai dalam perkembangan masyarakat
atau proses pembangunan , dengan “model “ yang ditarik dari teori-teori pembangunan .
Dalam kepustakaan ilmu-ilmu sosial ( di bidang ekonomi , politik , atau sosiaologi ) kita
sering menjumpai istilah “ model Yugoslavia “, “model Korea “,” Model Cina “ . atau
“model Tanzania :. Di sini satuan model itu adalah negara atau seluruh masyarakat . Tapi
kerap kali juga , model itu menunjuk pada bidang-bidang tertentu saja , misalnya “model
koperasi di Taiwan “, ,” model perusahaan di Tugoslavia “ atau “ model pembangunan
pertanian di Cina “ . Dalam pengerrtian ini dimaksud dengan model adalah model yang
diabstraksikan dari pengalaman pembangunan di suatu negara tertentu dan atau di bidang
tertentu .

Selanjutnya kita bisa berbicara secara lebih detail lagi tentang apa yang dimaskusdkan
dengan “ model pembangunan “ . Kita umpamanya , bisa membicarakan “tingkat-tingkat
“ dari model itu . Pada tingkat pertama bisa disebut suatu model pada tingkat ideologi ,
umpamanya saja model pembangunan kapitalis, sossialis . fasis ( kapitalisme negara ).
Sosialisme demokratis . Di sini pun dapat disebut “model-model baru “ yang diusulkan
atau sedang dicoba untuk dilaksanakan , umpamamnya , model sosilisme religius .
sosialisme Burma, sosialmse humanisme , sosialisme Islam , atau Budha dan sebagainya .
Dalam model ini, seolah-olah model itu identik dengan suatu ideology . Sebenarnya yang
dimaksud dengan model di sini , adalah suatu pola atau bentuk pelaksanaan ideology
tertentu . Dalam kenyataannya model pada tingkat ideologi itu, walaupun sama namanya
tapi berbeda-beda di berbagai negara . Lagi pula suatu negara tertentu bisa menamakan
model yang ditempuhnya dengan suatu ideology seperti misalnya “liberal kapitalis “ tapi
dari luar orang bisa menilainya sebagai umpamanya “neo--fasis .”

33
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Pada tingkat selanjutnya terdapat model pada tingkat teori ekonomi dalam pengertian
ekonomi politik . Bjorn Hettene menyebut beberapa varian model pembangunan Barat
yang berasal dari tradisi intelektual dan kultural yang sama , yaitu model liberal
( misalnya menurut ajaran Milton Friedman ), model Kapitalis Negara , model Soviet ,
dan model Keynesianisme . Di samping itu kita bisa pula melihat model pada tingkat
teori ekonomi pembangunan yang lebih spesifik , seperti misalnya model WW Rostow
atau Levis . Model seperti ini tergantung dari penilaian seseorang apakah seseorang
tertentu itu memiliki teori yang cukup komprehensif yang memenuhi syarat-syarat suatu
kontruksi model .

Bagi John Galtung , ideologi liberalisme dan marxisme merupakan “ dua cara untuk
menjadi Barat “. Seharusnya perbedaannya karena menurut John Galtung kedua ideologi
itu dilahirkan dan dikembangkan di tempat yang sama, tempat yang sama serta
keduanya merefleksikan suatu kultur yang didominasi oleh sistem kapitalisme . Asumsi
pengembangan missi ( suatu gagasan bahwa Barat akan menyelamatkan dunia ). Gagasan
bahwa alam adalah obyek (yang harus dikuasai dan dieksploitasi ) dan juga gagasan
tentang masyarakat yang dikuasai oleh suatu hukum , kesemuanya menurut Hettne
merupakan prasangka yang dimiliki oleh kedua ideologi itu .

Pemikir-pemikir lain seperti Rajni Kothari , Yohiskazu Sakamoto , atau Richard Falks ,
nampaknya juga cenderung untuk melihat dan mengakui terdapatnnya persamaan dasar
antara ideologi kapitalisme dan sosialisme atau antara liberalisme dan marxisme. Ini
nampakanya memang aneh . Timbulnya ideologi sosialisme atau marxisme adalah justru
sebagai reaksi dan untuk menentang teori dan sistem ekonomi kapital-liberal.. Namun
setelah negara sosialis yang pertama berdiri di Rusia ( Uni Soviet ) , ternyata model
pembangunan yang ditempuh di situ memiliki persamaan dasar dengan model kapitalis .,
yaitu mengejar pertumbuhan ekonomi tinggi , dengan cara akumulasi capital besar-
besaran guna melaksanakan proses industrialisasi . Eksploirasi yang berlaku di negara-
negara kapitalis terjadi pula di Uni Soviet terhadap kaum tani . Perbedaannya hanyalah
bahwa di negara kapitalis akumulasi kapital dilakukan oleh perusahaan-pertusahaan
swasta , sedangkan di Uni Soviet peranan ini itu dilakukan oleh negara . Oleh sebab itu
maka model yang berlaku di Uni Soviet sering juga disebut sebagai state capiliasm untuk
menunjukkan adanya persamaan dengan private capitalism capitalism yang berlaku di
Amerika Serikat . Apabil;a yang memimpin dan menguasai kapitalisme swasta di
Amerika adalah tehno-structure “ ( seperti yang diistilahkan oleh Galbraith ), maka yang
merupakan elit dalam kapitalisme negara di Uni Soviet adalah penguasa teknokrasi.

Dengan mengobservasi berbagai pengertian dan penggunaan istilah dan konsep pada
berbagai tingkatan tersebut diatas , maka nampaklah kaitan antara model-model
pembangunan dengan asumis-asumsi ideologis . Ini nampak terutama pada model-model
yang ditarik dari teori-teori . Sungguhpun demokian , dari model-mdel yang ditarik dari
kenyataan yang dapat dilihat dengan penelitian atau pengatamatan empiris-positif , maka
nampak pula betapa model-model itu telah membuyarkan bangunan-bangunan ideologi ,
sebagaimana nampak dalam mejelitnya model RRC sebagai suatu model yang unik dan

34
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

sebaliknya tedensi di antara berbagai sarjana untuk menyamakan atau mengelompokan


model Uni Soviet dengan model pembangunan Barat umumnya .
.
Gejala pencarian ideologi itu nampak baik pada sisi liberal-kapitalis maupun sosialis-
marxis . Timbulnya basic need strategy yang mengakui faktor-faktor struktural dalam
perkembangan ekonomi dan yang berorientasi pada golongan bawah umpamanuya, justru
Tumbuh dari tradisi liberal , walaupun gagasan itu muncul dengan motivasi untuk
menghindari dan mencegah timbulnya revolusi sosial di negara-negara miskin . Dalam
kubu Marxis juga timbul gejala pencairan . Dalam kalangan Marxis modern umpamanya,
sudah mulai ada perbedaan – sebagian mengakui sebagian menolak pembagian itu –
antara Marxis “ortodoks “ ( pengajur teori dependency seperti Colin Leys dan H.
Bernstein dimasukkan dalam golongan ini ) dan “ Marxis-revisionis “ ( Paul Baran ,
Andre Gunder Frank , dan I Wallerstein ). Aspek yang menarik dari golongan Neo-
Marxis itu adalah bahwa mereka menyatakan diri tidak dogmatis, melainkan “terbuka “
dalam melihat teori Marxisme sebagai pendekatan ilmiah . Berdasarkan dan mengamati
gagasan-gagasan pokok dari Marxisme , mereka ini kemudian mencoba terjun ke dunia
empiris dan sebagaimana ekonom-positif lainnya ( mereka memang menganggap bahwa
Marxisme adalah suatu ilmu pengetahuan positif ), mereka berargumentasi dengan
berdasarkan fakta . Sesuai dengan paham historis-materialisme , kaum Neo-Marxis ini
selalu berbicara berdasarkan apa yang selalu mereka sebut sebagai historical evidence .
Karena itu mereka bisa menghasilkan analisa-analisa yang berbeda dari kaum Marxis
yang dogmatis-doktriner , sehingga umpamanya buku-buku Samir Amin yang Marxis itu
dilarang untuk dibaca di Uni Soviet sendiri .

Rupanya perkembangan ilmu pengetahuan yang positif atau empiris tidak sepenuhnya
bisa melenyapkan atau menetralisasikan pertentangan yang sifat dan polanya ideologis ,
sekalipun telah terjadi pencairan doktrin-doktrin dan mitos-mitos dalam ideologi .
Pencairan ini mungkin hanya mengubah saja peta ideologi tapi tetap saja melangsungkan
pendekatan ideologi , walaupun perdebatan itu sekarang tidak lagi senjata-senjata
berdasarkan adu argumentasi dan logika , melainkan telah didukung pula dengan
penelitian ilmiah . Dalam perdebatan intu , masing-masing memamakai paradigma ( kaca
mata ) yang berbeda dank arena itu, sukar sekali untuk bertemu sekalipun berdasarkan
fakta yang sama . ( Rahardjo, 1986 : 47 – 55 )

Buku Piramida Kurban Manusia ( 1982 ) yang ditulis Peter L Berger sangat
mengesankan .Di sana ia menyebut bahwa bukunya membahas dua topik yang
seluruhnya saling menjalin . Topik pertama menyoroti pembangunan di dunia ketiga ,
sedangkan topik kedua membicarakan etika politik dalam perubahan sosial . Apa yang
memikat dalam dua topic yang dikatakan oleh sang pengarang adalah , bahwa keduanya
dijalin dengan bertitik tolak pada kritik terhadap dua ideologi pembangunan yang sangat
berpengaruh terhadap pemikiran dan pola pembangunan di dunia ketiga dewasa ini ,
yakni Kapitalisme dan Sosialisme.

Kritik itu mengungkapkan bahwa dalam kedua ideologi acapkali mengandung keyakinan-
keyakinan buta dan janji-janji masa depan yang samar-samar . Bagi kedua penganutnya
berakibat cenderung menjadi fanatik dan berusaha memberikan pembenaran-pembenaran

35
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

terhadap penderitaan manusia yang ada sekarang – dengan kepercayaan-kepecrcayaan


asbtrak mereka serta membuat orang-orang itu tak mampu melihat kemungkinan-
kemungkinan lain dalam realitas sosial yang dihadapi . Berger menyebut keyakinan-
keyakinan buta dan janji-janji palsu itu sebagai mitos-mitos , dan ia berpendapat bahwa
mitos-mitos itu harus dibongkar kepalsuannya lewat pendekatan demitologisasi serta
berusaha mencari pendekatan pragmatis yang disertai oleh kepekaan moral atau etis
terhadap biaya-biaya manusiawi oleh pembangunan

Kritik itu mengungkapkan bahwa baik kapitalisme ( Brazil ) maupun sosialisme


( Cina )sebagai suatu model harus ditolak . Kedua model pembangunan tersebut
membebankan biaya-biaya manusiawi ( human cost ) yang terlalu mahal , dan ini dari
sudut moral tidak bisa diterima . Pada kenyataannya kedua model itu mengorbankan
paling tidak satu generasi demi tercapainya tujuan-tujuan dari masing-masing modelnya .
Dan ini kelihatannya dimungkinkan karena mitos-mitios yang menyelubungi kedua
model pembangunan tersebut . Eksprimen kapitalisme di Brazil menyebabkan jutaan
manusia tewas mengalami kelaparan , sedangkan percobaan sosialisme di Cina
menimbulkan jutaan manusia mati akibat terror .Yang pertama memitoskan pertumbuhan
, dengan menyetujui kelaparan saat ini demi kemakmuran di hari esok , sementara itu ,
yang disebut belakangan , memitoskan revolusi dengan mentolerir tirani dan terror saat
ini demi terciptanya suatu tatanan yang manusiawi di masa depan . Dan sebagai
alternative dan solusinya , setelah melakukan demitologisasi terhadap kedua ide tersebut (
kapitalisme dan sosialisme ) , maka Berger menawarkan pendekatan-pendekatan yang
lebih terbuka dan tidak dogmatis sebagai obat mujarab 9 Berger , 1982 : 216 – 217 ) .

Tetapi dalam bukunya Revolusi Kapitalis yang ditulis 12 tahun kemudian . Peter L
Berger berubah pikiran . Perubahan ini sebagian besar disebabkan perubahan dan
perkembangan yang terjadi di dunia , dan ini pada gilirannya merubah juga pandangan-
pandanganya , walaupun ia tetap pada kriteria moralitas yang dimiliki dulu . Dalam
kaitannya dengan model kapitalisme dan sosialisme , maka lewat buku yang ditulis itu ia
menyatakan dirinya untuk berpihak pada kapitalisme.

Buku yang yang terdahulu didasarkan daerah penelitian di Amerika Latin dan sedikit
wilayah Afrika dan Cina . Tetapi buku berikutnya ia mulai menjadikan wilayah Asia
Timur sebagai obyek penelitiannya .Rupanya Berger kagum melihat keberhasilan
negara-negara di Asia Timur .Mereka tidak hanya sukses dalam mendorong pertumbuhan
ekonomi , tetapi juga berhasil dalam mendistribusikan kekayaan dan pendapatan yang
merata terhadap masyarakatnya Lebih jauh laghi, menurut Berger . success stories
negara-negara kapitalis Asia Timur ini dan seluruh pelajarannya yang bisa kita dapat
harus dihadapkan dengan refleksi atay renungan kita yang memiliki keperdulian dengan
masalah-masalah kemiskinan di dunia . Terlihat jelas, sebagaimana dalam karya
sebelumnya , Berger selalu mengartikan pembangunan dalam kerangka “perhitungan
penderitaaan “ ( calculus of pain ) dan “perhitungan makna “ ( calculus of meaning )

Melalui Revolusi Kapitalis , Berger mencoba membangun teori kapitalisme .yang


didasarkan pada beberapa argumen sebagai berikut ; (1) jauh dari sifatnya yang
konservatif , kapitalisme justru secara radikal telah berubah struktur materi , sosial politik

36
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

dan budaya dari masyarakat yang disentuhnya . Atas dasar itu, kebutuhannya menjadi
mutlak untuk mengetahui dampak dari kapitalisme terhadap masyarakat . (2) kapitalisme
hadir dan beroperasi dalam konteks dan matriks tersebut menjadi perlu jika ingin
mengerti kapitalisme . Penelitiannya antara lain meliputi masalah kapitalisme dengan
kehidupan materialistis , kelas, demokrasi , otonomi individu , legitimasi dan
pembangunan . (3) dengan merujuk pada kenyataan –kenyataan empiris di dunia ketiga
saat ini , maka pemahaman mengenai kapitalisme tidak mencukupi jika hanya
memperhatikan gejala-gejalanya di negara-negara Barat saja . Alasannya , sederhana saja,
kapitalisme beroperasi di berbagai kawasan di dunia . Artinya , lebih jauh , studi
mengenai kapitalisme secra niscaya harus mengamati juga gejalanya di dunia ketiga, dan
secara khusus di dunia negara-negara kapitalis Asia Timur ( Empat Naga Asia ) . (4)
Kapitalisme dari sudut tertentu merupakan salah satu versi dari modernitas . Jika memang
demikian , maka pengamatan dari studi ini juga melihat bagaimana modernisasi terjadi di
dalam tiga tabung uji yakni , negara kapitalis industri di Barat , kapitalisme industri di
Asia Timur , sosialisme industri ditambah beberapa negara dunia ketiga lainnya .
Beranjak dari semua ini , Berger mencoba menawarkan berbagai hipotesa atau proposisi
berdasarkan berbagai argumentasi yang disertai oleh data-data empiris . Mengingat
argumentsi-argumentasi yang menjelaskan modernisasi dan teori kapitalisme bersifat
hipotesis , maka semua itu dapat dibantah dan bahkan digugurkan . (Berger , 1990 : 305
-322 ) .

Nasionalisme meruntuh Raksasa Komunisme

Disintegrasi Uni Republik-Republik Soviet Sosialis yang terjadi pada 31 Desember 1991,
merupakan klimaks dari perjalanan sejarah bangsa Uni Soviet yang dibentuk oleh
Vladimir Ilych Lenin pada 30 Desember 1922 . Disintegrasi Uni Soviet ini merupakan
sebuah keniscayaan yang tak dapat dihindarkan karena banyaknya warisan persoalan
lama lalu sejak era Lenin , Stalin , Khruschev dan Brezhnev . Dimensi persoalan itu
cukup kompleks menyangkut aspek ideologi , politik , ekonomi , sosial, budaya dan
keamanan .

Salah satu persoalan itu adalah faktor etnonasionalisme , yaitu nasionalisme yang
berdasar pada etnik atau bangsa dan republik-republik atau negara-negara bagian , selain
Rusia dalam konfigurasi Uni Soviet dan etnis non-Rusia dalam Republik Federasi Soviet
Sosialis Rusia . Munculnya semangat etnonasionalisme yang diterjemahkan dalam
tuntutan penentuan nasib sendiri (self determination ) dan pemisahan diri dari Uni Soviet
dan separatis di beberapa negara bagian adalah salah satu fenomena yang muncul ke
permukaan sebelum disintegrasi Uni Soviet .
Sebagai sebuah negara yang terdiri dari banyak bangsa dengan latar belakang sejarah dan
budaya . Uni Soviet tidak akan lepas dari potensi instabilitas yang di bawah oleh
perbedaan-perbedaan itu . meskipun perbedan latar belakang itu di satu sisi menjadi
faktor yang memperkaya khazanah budaya, namun di sisi lain ia akan tetap hadir sebagai
potensi konflik yang laten jika tidak dikelola secara benar . Pengelolaan itu bersifat
sistemik yang menyangkut semua aspek kehidupan . Dalam kasus Uni Soviet ,
keberadaan ideologi komunisme dengan perangkat-perangkatnya telah berhadapan

37
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

dengan kenyataan-kenyataan perbedaan akar budaya bangsa di negara-negara bagian Uni


Soviet.

Untuk menjaga stabilitas etnonasional itu dikeluarkan kebijakan etnonasional dari para
pemimpin Soviet sejak Lenin . Lenin termasuk pemimpin Soviet yang pragmatis
menghadapi isu etnonasionalisme . Baginya etnonasionalisme akan lepas dari sikap
permusuhan melalui fusi dan pendekatan atau pengerucutan . Fusi etnonasional adalah
tujuan jangka panjang sosialisme, ketika perjuangan kelas selesai maka konflik etnis akan
hilang . Lenin berpandangan bahwa konflik etnik adalah bagian dari perjuangan kelas . Ia
juga pada awalnya memberi angin bagi hak menentukan nasib sendiri setiap etnonasional
itu, tetapi kemudian Lenin mengoreksinya dengan mengatakan bahwa kepentingan
sosialisme lebih penting tinimbang penetuan nasib sendiri .

Stalin adalah pemimpin Soviet yang bertangan besi menghadapi aspirasi


etnonasionalisme . Selain berhasil menganeksasi empat republik baru . Stalin juga
mendesportasi lebih dari enam etnonasionalisme minoritas karena dianggap berkhianat
pada negara dan melakukan tindakan criminal kolektif . Kedendaman atas kebijakan
Stalin muncul era berikutnya mulai dari Khruschev hingga Gorbachev . Bedanya di
zaman Kruschev , Brezhnev , Adropov dan Chernenko , mereka mempunyai sensitivitas
atas signifikannya faktor etnonasionalisme . Sedangkan Gorbachev adalah produk sistem
Soviet yang lahir setelah Revolusi .dan tidak pernah mengalami interkasi dengan faktor
etnonasinalisme. Sikap menganggap remeh Gorbachev terhadap faktor etnonasionalisme
menjadi buah sejarah yang tidak pernah diduganya .

Dalam nafas perang dingin , berbagai kendala ekonomi dan politik menghadang Uni
Soviet terutama pada era Brezhnev . Dapat dikatakan periode akhir Brezhnev adalah
periode yang diwaranai stagnasi ekonomi dan politik . Stagnasi di bidang politik terutama
hadir karena merosotnya kualitas kepemimpinan Uni Soviet setelah kematian Brezhnev ,
Andropov dan Chernenko , penerus Brezhnev yang menjabat Sekretaris Pertama Komite
Sentral PKUS , memerintahkan tidak lama karena keduanya terbunuh . Kemudian
Chernenko telah menaikkan Gorbachev ke puncak karirnya sebagai Sekretaris Jendral
PKUS pada 11 Maret 1985 .

Sejak menjabat posisi ini Gorbachev menyatakan programnya yaitu reformasi ekonomi
dan politik yang dikenal dengan glasnost dan prestorika . Secara sederhana dua kata itu
diterjemahkan menjadi keterbukaan dan restrukturisasi . Keterbukaan utamanya di bidang
politik , dan restrukturisasi di bidang ekonomi . Dua kata ini dalam waktu singkat
menjadi konsumsi publik internasional dan membawa reputasi Gorbachev di tingkat
internasional semakin tinggi . Selain glasnost dan prestorika , terdapat pula kebijakan
mengenai demokrasi politik dan pemikiran baru terhadap kebijakan luar negeri . Harapan
terhadap reformasi itu makin membesar seiring dampak yang relatif tampak secara cepat .

Seiring dengan reformasi itu , Uni Soviet menghadapi resistensi dari negara-negara
bagiannya yang menuntut kemerdekaan . Munculnya etnonasionalisme di Uni Soviet
bukanlah hal yang baru . Melemahnya pusat memberi peluang pada 15 republik bagian
Uni Soviet dan kelompok etnik atau bangsa lainnya untuk menuntut hak merdeka dari

38
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Uni Soviet . Tidak dapat dipungkiri terjadinya revolusi di Eropa Timur pada tahun 1989
ikut mempengaruhi kebangkitan nasionalisme di Uni Soviet . Sebelum bulan Maret 1990
telah ada lima republik yang menyatakan kedaulatan dan kemerdekannya yaitu :
Azerbaidjan , Estonia, Latvia, Lithuania dan Georgia . Bulan Juni 1990 , bahkan
Parlemen Rusia di bawah Presiden Boris Yeltsin memproklamasikan Republik Federasi
Rusia sebagai negara berdaulat .

Proklamasi Rusia ini adalah suatu kejutan dan sukar dibayangkan – sebuah negara yang
luasnya seperti Uni Soviet , setengah jumlah pendudukannya menguasai Uni Soviet , dan
di Moskow , Rusia , terletak ibukota Uni Soviet – seketika menyatakan berpisah dari Uni
Sovuet dan berdiri otonom . Sebelum berkahirnya musim panas tahun 1990 , hampir
semua negara bagian menyatakan kemerdekaannya ./ Bahkan banyak pemerintah lokal
dan republic 15 negara bagian itu telah menyetujui hukum privatisasi yang lebih liberal
ketimbang yang berlaku secara nasional ( Uni Soviet ) . Lebih jauh sejak ini terjadi
kerengganangan hubungan antara Moskow dan beberapa republik berkaitan dengan klaim
perusahaan-perusahaan negara .

Tidak adanya jaminan ekonomi dan politik di Rusia telah menghasilkan suatu upaya coup
d”etat oleh kawan-kawan dekat Gorbachev sendiri pada 19-20 Agustus 1991 .
Konspirasi yang dipimpin Wakil Presiden Genady Yannayev ini merupakan aksi
kalangan konservatif yang anti reformasi . Kudeta ini berhasil digagalkan oleh Presiden
Boris Yeltsin dengan keterlibatan massa yang luas . Akibat usaha kdeta itu, posisi
Gorbachev semakin marjinal dari panggung politik Uni Soviet , sebaliknya arus
mendukung Boris Yeltsin semakin besar . Yeltsin memerintahkan penahanan mereka
yang terlibat usaha kudeta , dan pada 24 Agustus 1991, ia menyatakan larangan bagi
semua aktivitas Partai Komunis di Rusia , membubarkan dinas rahasia KGB ,
memerintahkan pemebentukan tentara territorial Rusia , mengambil alih asset-aset Partai
dan menunda penerbitan media massa baik cetak maupun elektronik .

Sebagai konsekuensi kondisi PKUS dalam tahap ini , maka Gorbachev dipaksa mundur .
Pada bulan Desember 1991 , Presiden Rusia Boris Yeltsin , Presiden Ukrania dan
Presiden Byelorusia menandatngani sebuah pakta yang secara resmi membubarkan Uni
Soviet dan menyatakan berdirinya Persemakmuran Negara-Negara Merdeka ( PNM )
atau Commonwealth of Indepenedence States ( CIS ) yang diikuti oleh seluruh bekas
republik Uni Soviet kecuali tiga republik Baltik ( Latvia, Estonia dan Lithuania ) dan
Georgia .

Peristiwa diisntegrasi Uni Soviet menjadi tonggak runtuhnya ideologi komunisme. Proses
kearah disintegrasi ini jelas melibatkan banyak faktor yang beragam . Faktor
etnonasionalisme merupakan faktor yang tidak diperhitungkan oleh Gorbachev di masa
awal reformasinya . Faktor ini semakin mencuat ke permukaan seiring dengan gelombang
kebebasan dan melemahnya kontrol pusat yang selama rezim komunis selalu sentralistik .
Reformasi Gorbachev pada beberapa sisi gagal menjawab situasi dan kondisi saat itu ,
menjadi picu bangkitnya gerakan etnonasionalis , gerkan separatis untuk memisahkan diri
dari Uni Soviet dan mendirikan negara berdaulat yang bebas dari subordinasi Moskow .
( Zon , 2002 : 1 – 13 )

39
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Optimisme Liberal berhadapan dengan Nasionalisme

Ketika Tembok Berlin runtuh pada 1989 , bayangan indah sempat memukau imajinasi
orang Amerika . Liberalisme telah mengalahkan dua lawan ideologisnya pada abad ke-
20, komunisme dan fasis , dan tidak ada lagi lawan baru . Imperium dan kediktaktoran
telah tumbang . Demokrarisasi marak di negara-negara yang dulu otoriter di Amertika
Latin , Eropa bagian selatan , dan Eropa Timur , bahkan kini mulai merambah Asia
Timur, bahkan kini mulai merambah Asia Timur . Praktis semua negara menerapkan
perekonomian pasar . Keterkaitan perekonomian global semakin kuat . Media massa dan
budaya pop liberal asal Amerika sudah menjalar ke seluruh dunia . Kemenangan
liberalisme ini , begitu dikatakan , bakal mengatar dunia ke gerbang “ akhir sejarah “ .

Percaya bahwa semua yang baik terjadi serentak , para komentator liberal bersikukuh
bahwa perang sudah mulai usang , sedikitnya di antara negara-negara yang sedang dalam
proses liberalisasi , proses yang sedang menjadi kecenderungan global . Satu buku ilmiah
yang terbit pada 1990 menyimpulkan bahwa nasionalisme , yang biasa diartikan sebagai
doktrin bahwa setiap kelompok budaya seharusnya punya negara sendiri , mulai cepat
cepat dibuang ke tong sampaj sejarah , karena negara seperti itu sudah tidak sanggup lagi
menghadapi dunia yang semakin saling tergantung , semakin global . Sisa-sisa
penghalang di jalan liberalisme yang berjaya itu akan dapat disingkirkan dengan bantuan
seperangkat lembaga-lembaga internasional yang bersemangat – pasukan PBB untuk
menjaga perdamaian , para ahli IMF untuk menggiring berbagai negara masuk lingkaran
liberal dan melaksanakan kebijakan fiscal yang hati-hati . Sejalan dengan wawasan ini ,
Presiden Clinton menjelaskan bahwa meningkatkan demokratisasi seyogyanya dijadikan
semboyan politik luar negeri Amerika Serikat - karena sesama negara demokrasi tidak
pernah saling memerangi , mereka berdagang bebas satu sama lain , dan menghormati
hak-hak asasi manusia warganegara masing-masing .

Wawasan ini cepat pudar . Perang mewabah sejak runtuhnya Tembok Berlin . Rangkaian
perang itu juga bukan perang kecil yang cuma meletus di pinggiran tatatan internasional:
Perang Teluk pada 1991 menyebabkan pasokan minyak dunia terancam ; Juni 1991
tentara Yugoslavia memerangi seperatis Slovenia kurang daripada seratus mil jauhnya
dari Wina , dan pasukan udara NATO terus memborbardir seluruh Serbia selama konflik
Kosovo pada 1999 . Bukannya dicerca retorika nasionalisme malah menjadi mode
Seperempat dari seluruh suara dalam pemilihan umum demokrasi Rusia yang baru
tumbuh pada 1993 memilih partai yang dipimpin oleh Vladimir Zhiriovsky , seorang
nasionalisme ekstrem . Dalam perang saudara yang pecah mulai dari Somalia sampai
Bosnia , angkatan bersenjata yang dikirim oleh golongan liberal internasional diganggu,
diserang , dan disandera oleh kelompok bersenjata setempat . Pembantaian SARA yang
brelangsung pada 1994 telah menyebabkan setengah juta orang lebih mati di Rwanda ,
setelah anggota pasukan perdamaian Belgia terbunuh pada hari pertama kampanye
pembantaian terhadap suku minoritas Tutsi .

40
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Akibatnya , kearifan konvensional segera jungkir-balik . The Atlantic Monthly mengganti


julukan dunia pasca- komunis dengan “ anarki yang melanda “ dan ilmuwan politik
terkemuka Samuel Huntington , mencanangkan bahwa hari depan umat manusia
terancam oleh “ benturan peradaban “ . Dalam pandangan pakar seperti itu , konflik
budaya , entah menurut garis patahan peradaban seluruhnya atau Cuma menurut garis
perbedaan kelompok-kelompok SARA yang hidup bersama di wilayah tertentu , akan
menjadi jurang pemisah dalam hubungan internasional pada masa mendatang .

Media massa dan para pemimpin politik umumnya mengaitkan perkembangan yang
suram ini dengan “ kebencian lama “ di antara budaya yang bermusuhan , yang selama
berabad-abad seperti api dalam sekam , dan yang menyala segera setelah tutup tungku
Perang Dingin tersingkir . Penjelasan ini terdengar gampang , cocok dengan perasaan ,
dan tiap hari diperkuat dengan pembenaran yang disodrkan oleh para kagal SARA .

Bagi politisi Barat yang disodorkan mencari-dalih murahan agar tidak terlibat banyak
dalam rangkaian konflik yang tak pantas , dongeng kebencian lama itu juga punya
kelebihan karena memberi kesan bahwa pertikaian SARA mustahil diatasi . Bahkan
mereka masih terus bercita-cita menyebarkan demokrasi liberal ke pelosok-pelosok
dunia yang terpencil menganggap prasangka SARA yang kuno itu sebagai musuh
bersama liberalisme . Dalam pidato pengankatannya pada 1993 , Presiden Clinton
mengeaskan bahwa “ satu generasi yang dibesarkan di bawah baying-bayang Perang
Dingin memikul tanggung jawab baru di suatu dunia yang dihangati oleh sinar matahari
kebebasan namun tetap terancam oleh kebencian lama .”

Untunglah, pandangan tersebut di atas sebagian besar keliru . Kebanyakan pertikaian


yang melanda dunia sekarang ini bukanlah akibat kebencian budaya masa silam .
Beberapa kelompok saling memerangi baru-baru ini tidak pernah bertikai dengan
kekerasan senjata sebelumnya . Orang-orang Serbia dan Kroasia , misalnya , baru pada
abad ke-2- terlibat dalam peperangan , itu pun sebagaian besar karena Nazi mendirikan
rezim boneka yang militeristik di Zagreb . Ada kalanya konflik sesekali meletus di antara
berbagai kelompok SARA diselengi jeda panjang berupa hubungan yang hangat di antara
mereka ., jadi perbedaan budaya tidak cukup menjadi alasan buat timbulnya pertarungan
yang sekarang . Hanya sedikit sarjana yang serius yang menghubungkan sentimen dan
konflik SARA dengan kebencian budaya lama .

Celakanya , pandanga liberal tersebut mengandung ironi yang mendalam: kecenderungan


yang menurut kaum liberal telah menimbulkan akhir sejarah ; dalam banyak hal juga
telah mengobarkan sentimen SARA . Berakhirnya imperium Soviet yang otoriter telah
memacu para calon pemimpin kelompok SARA untuk mendirikan negara sendiri, yang
penentuan batas-batas kedaulatan dan wilayahnya sering menyebabkan pertikaian .
Pemilihan umum acapkali mempertajam perbedaan-perbedaan SARA ini . Di berbagai
negara itu , yang baru menikmati demokrasi , para demagog mengeksploitasii kebebasan
pers yang makin meningkat untuk menunggangi untuk menunggangi wacana umum demi
tujuan-tujuan anti-kebebasan .

41
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Derita akibat penyusunan menuju perekonomian pasar dan saling ketergantungan


internasional memberikan peluang kepada para politisi nasionalis untuk mengumbar janji
proteksi di dalam negara yang kuat , atau membagi-bagikan kue ekonomi yang sudah
makin susut kepada kelompok-kelompok SARA . Sementara itu, globalisasi media dan
budaya sering memuakan bagi mereka yang gagal menikmati kemakmuran di dunia yang
mengalami pembaratan . Lagipula , sebagaimana diutarakan oleh beberapa kritisi , alih-
alih mencegah , organisasi-organisasi internasional terkadang malah meningkatkan
konflik dengan strategi perdamaian mereka yang cemplang dan falsafah reformasi
ekonomi mereka yang sok ketat .

Walaupun mengejutkan bagi kaum liberal yang optimis , perkembangan dasawrasa 1990-
an tersebut sesungguhnya menunjukkan pola lama dalam sejarah nasionalisme.
Nasionalisme sama-sekali bukanlah langkah mundur yang usang , melainkan sebagian
besarnya merupakan reaksi terhadap perubahan sosial zaman modern . Perubahan
tersebut terjadi di Eropa Barat antara Revolusi Perancis dan Perang Dunia II , masa yang
ditandai dengan munculnya nasionalisme modern dan perang rakyat . Selama masa itu ,
demokratisasi , pembangunan ekonomi , dan revolusi teknologi komunikasi telah
menyulut nasionalisme , yang acapkali muncul dalam bentuk yang militan . Negara-
negara yang terseret oleh perubahan sosial ke dalam transisi demokrasi lebih besar
kemungkinannya terlibat di dalam perang , juga memulainya dibandingkan dengan
negara-negara yang rezimnya tidak berubah . Berakhirnya Perang Dingin telah
meningkatkan kehadiran nasionalisme dengan memberi kebebasan bagi transisi yang
berbahaya menuju masyarakat demokratis dan berpasar besar di negara-negara bekas-
Komunis .

Walaupun demokratisasi memperbesar resiko terlibat perang bagi suatu negara , namun
kenyataan sejarah menunjukkan , tiga dari empat negara yang sedang dalam proses
demokratisasi berhasil mengghindari perang satu dasawarsa setelah demokratisasi .
Lagipula , sekali demokrasi liberal berurat-berakar , maka tak ada negara negara
demokratis yang saling memerangi . Di negara –negara semacam itu, di mana transisi
menuju demokrasi berhasil selama dasawrasa 1990-an , hak-hak kelompok SARA
minoritas cenderung membaik , dan konflik SARA jarang terjadi .

Yang terjadi sekarang ini adalah sebuah paradoks . Di satu pihak , berhasilnya revolusi
demokratis liberal global pada akhirnya bisa memperteguh perdamaian dalam politik
internasional . Di pihak lain , transisi menuju demokrasi menciptakan kondisi yang subur
bagi konflik nasionalis, khususnya SARA, yang tidak hanya memperbesar biaya transisi ,
tetapi mungkin juga mengembalikan peran –serta politik masyarakat ke jalan anti-
demokrasi yang berkepanjangan . Jadi , proses demokraatisasi bisa menjadi salah satu
musuh terbesar bagi dirinya sendiri , dan harapan akan perdamaian yang terkandung di
dalamnya dipersuram oleh bahaya peperangan ( Snyder,2002 :5 – 10 )
Ideologi dan Genocide

Ada petunjuk yang menyatakan ada kaitan erat antara ideologi dengan genocide yang
didefinisikan sebagai kejahatan atau konspirasi untuk memusnahkan sekelompok atas
dasar perbedaan identitas etnis , kebangsaan , ras , atau agama . Helen Fein menunjukkan

42
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

bahwa genocide sebenarnya telah terjadi sejak lama . Pada abad ke-15 terjadi
pembunuhan besar-besaran yang dilakukan oleh angkatan perang Atilla yang terkenal
dengan julukan Sang Penakluk dari Asia . Pada abad ke-13 , pasukan Mongol Jenghis
Khan melakukan pembataian besar-besaran terhadap orang Timur Tengah . Hingga abad
ke-20 ini pun , sebuah zaman yang katanya modern , pembunuhan missal demi kejayaan
kerajaan , atas nama kehormatan negara , atau kemurnian ras masih .menjadi bagian dari
kebijakan beberapa pemimpin negara guna mencapai tujuan-tujuan politik domestik dan
luar negerinya .

Pada Perang Perang Dunia I ( 1914 – 1918 ) , pemerintah Kekaisaran Utsmani


mendeportasi dua per tiga warga ( lebih dari hampir 1 juta hingga 1,8 juta ) Armenia di
Anatolia Timur ( Turki – Asia sekarang ) . Kebijakan deportasi ini diikuti oleh tindakan
pembantaian dan pemerkosaan yang menyebabkan kelaparan dan dehidrasi . Peristiwa ini
mendapat kecaman dari Parlemen Eropa dan oleh lebih dari sepuluh negara – termasuk
Vatikan – sebagai tindakan genocide , walaupun pada kenyataannya pemerintah Turki
sangat enggan mengakuinya .

Selama Perang Dunia II , kembali terjadi kejahatan kemanusian holocaust yang dilakukan
oleh tentara Nazi terhadap etnis Yahudi . Genocide yang dikomando oleh Hitler ini
adalah yang paling sistematis dan paling biadab yang pernah terjadi di muka bumi
dibandingkan yang dilakukan oleh imperium Utsmani . Malapetaka kemanusian ini
memakan korban tidak kurang dari 5 – 6 juta Yahudi , sekitar 500,000 orang Roma , dan
jutaan manusia lain yang tidak diperbolehkan hidup di wilayah Jerman . Dalam kalkulasi
yang lebih rinci , genocide ala Hitler setaip setiap memakan korban dua dari tiga Yahudi
Jerman dan Eropa , setiap sembilan dari sepuluh orang Roma Jerman , setengah tawanan
perang Soviet , dan 10 – 29 persen lainnya yang berada di Eropa Timur . Selain
pemerintah Nazi Hitler , pemerintah Kroasia bekas Yiugoslavia juga pernah melakukan
genocide selama Perang Dunia II yang mmembatasi sedikitnya 200.000 – 340,000 warga
Serbia .

Sejak akhir Perang Dunia II , sedikitnya terdapat 16 rezim penguasa yang melakukan
genocide di negara-negara Afrika , Amerika , Asia dan Eropa . Selama tahun 1975 – 1979
di Kamboja , Komunis Khemer Merah membunuh tidak kurang dari 1,7 juta rakyat
Kamboja . Indonesia pun pernah mengalami . Indonesia adalah salah satu negara di Asia
Tenggara yang pernah melakukan genocide terhadap penduduk Timor Timur atas nama
integrasi ke dalam NKRI . Padahal yang dilakukan Soeharto saat itu tiada lain kecuali
invasi terhadap rakyat Timor Lorosae , bekas koloni Portugis yang terletak di bagian
tenggara kepulauan Indonesia yang kini telah memerdekakan diri dari NKRI .Upaya
Indonesia untuk menundukkan dan mengintegrasikan wilayah tersebut , telah menelan
korban 200.000 orang - lebih dari satu per tiga penduduk asli Timor Timur . Kasus lain ,
selama perang sipil di Guatemala dari 1960-1996 , diperkirakan 200,000 orang telah
terbunuh atau menghilang oleh pemerintah militer Guatemala dari 1960 – 1996 ,
diperkirakan 200,000 orang telah terbunuh atau menghilang oleh pemerintah Guatemala
sayap-kanan . Dalam kasus ini, pemerintah militer secara spesifik menjadikan orang-
orang asli Maya sebagai target pembunuhannya . Ketika pada tahun 1981 – 1983
dilakukan klarifikasi tentang jumlah korban , para jendral yang terlibat dalam kebiadaban

43
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

ini mengatakan hanya 85.000 penduduk asli Maya pedesaan yang terbunuh . Tahun 1994
di Rwanda , seluruh negara di pusat timur Afrika , antara 500.000 – 1 juta penduduk yang
sebagian besarnya kelompok etnis Tutsi , telah dibunuh pascakudeta kelompok ekstremis
kelompok etnis Hutu . Sejak 1991 ribuan orang , terutama Muslim Bosnia menjadi
korban genocide dalam peperangan yang terjadi antaranegara di bekas Yugoslavia .
( Adams, 2004 : xv – xvii ) .

Penutup

Filsuf Perancis , Antoine Destutt de Tracy (1754 – 1836 ) , menciptakan istilah Ideologie
Pada 1796 . De Tracy adalah bangsawan yang bersimpati pada Revolusi Perancis 1789 ,
namun dipenjara selama pemerintahan Teror kelompok Jacobin . Setelah bebas , ia
mengalihkan perhatian pada apa yang mengakibatkan tindakan barbar tersebut , dan
bagimana sikap tak toleran yang brutal bisa muncul atas nama kemajuan dan rakyat .
Secara lebih umum , ia mengajukan pertanyaan tentang bagaimana nilai zaman dan
masyarakat dapat demikian berbeda –beda .

De Tracy adalah pengikut rasional gerakan abad ke-18 yang dikenal sebagai Pencerahan–
yang kritis terhadap otoritas tradisional dan mistifikasi ajaran agama – namun juga amat
prihatin pada penyimpangan . Pencerahan yang dilakukan oleh Robespierre dan anggota
kelompok lainnya . De Tracy memandang ideologi sebagai ilmu tentang pikiran manusia
yang mampu menunjukkan arah yang benar menuju masa depan . Seperti anggota-
anggota lain dalam Institut Nasional yang menggantikan akademi-akademi kerajaan
setelah revolusi , de Tracy percaya bahwa tugasnya , tidak sekedar memberikan
penjelasan . Dengan jalan Pencerahan yang sejati , ia ingin meneruskan :kemajuan :
dengan memperbaiki manusia – untuk menunjukkan ide-ide mana yang salah , dan
mengembangkan sistem pendidikan sekuler yang bisa menghasilkan manusia yang lebih
baik .

Pengaaitan ideologi dengan ilmu dan kajian yang obyektif ternyata tidak bertahan lama .
Istilah ideologi segera menjadi istilah negatif yang mengacu pada obyek , bukan pada
bentuk kajian dan sering dibedakan dengan pendekatan ilmiah . Tokoh pertama yang
menggunakan istilah ini dengan sisi negative adalah Napoleon Bonaparte ( 1869 – 1821 ),
Napoleon pada awalnya bersimpati dengan karya de Tracy sebab sangat tertarik dengan
kekuatan-kekuatan ide dan simbol untuk membentuk manusia , dan memperkuat
dukungan bagi rezimnya yang tidak memiliki legitimasi tradisional . Namun setelah
menjadi kaisar , ia mengolok-olok Pencerahan dan kelompok de Tracy sebagai ideologue
yang dipengaruhi oleh keinginan untuk mencari dukungan dari kelompok-kelompok
tradisional , terutama gereja Katolik . . Sejak itun, Napoleon mulai menjadi kritikus yang
mempertautkan “ideologi “ dengan karakter seperti keinginan a priori untuk mengubah
cara lama dan memperbaiki kehidupan masyarakat , dan atau mendukung kepercayaan
yang cocok dengan kepentingan mereka yang memiliki keinginan itu ( Etwell, 2004 : 5 –
6)

44
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Sebenarnya tidak ada satu pun definisi ideologi yang dianggap baku . Tidak seorang pun
bisa memberikan satu definisi ideologi secara memadai . Membatasi pengertian ideologi
dengan satu definisi yang tegas dan berlaku umum tidak dapat dilakukan tanpa mereduksi
makna ideologi secara menyeluruh . Pengertian ideologi yang beragam dari berbagai
kajian tidak dapat disingkat dalam satu definisi saja . Ada berbagai sudut pandang yang
digunakan berbagai pemikir untuk memahami ideologi . Hasilnya pun beragam. Tiap-tiap
pemikir mengemukakan definisinya masing-masing . Untuk memahami masing-masing
pengertian kita perlu mengetahui asumsi dasar dan kerangka teoritis yang digunakan oleh
setiap tokoh dari Aristotekles, Plato , Francis Bacon sampai Michel Foucault, Jean-
Francois-Lyotard dan Pirre Bourdieu .

Jika kita menanyakan apa itu ideologi , maka banyak orang akan memberikan jawaban
yang merujuk pada pengertian ideologi sebagai “isme” atau aliran politik, seperti
sosialisme , komunisme , liberalisme dan konservatisme . Dalam konteks kelompok atau
masyarakat ideologi seringkali digunakan sebagai dasar bagi usaha pembebasan manusia.
Dalam hal ini , ideologi memiliki pengerrtian sebagai sekumpulan gagasan yang menjadi
panduan bagi sekelompok manusia dalam bertingkah laku mencapau tujuan tertentu .
Dengan cara menurunkan gagasan-gagasan dalam ideologi menjadi sejumlah kerangka
aksi dan aturan –aturan tindakan , sekelompok manusia bertindak membebaskan diri dari
sesuatu yang dipersepsi sebagai kekangan atau penindasam . Ideologi memberi arah bagi
gerakan pembebasan . Ideologi menjadi keyakinan bagi kelompok itu Dalam makna
ideology sebagai acuan manusia, terjadi pula pertarungan antar ideologi . Pertarungan
antar kelas merupakan pertarungan contoh pertarungan antar ideologi . Begitu pula
pertarungan antar partai politik serta pertarungan duna negara seperti yang pernah terjadi
antara Amerika Serikat dan Uni Soviet , Di sisi lain ada juga kelompok manusia yang
memandang pembebasan manusia sebagai upaya pembebasan dari ideologi . Di sini
ideology dipandang sebagai sesuatu yang bernilai negative . Karl Marx yang menilai
ideologi dipahami sebagai kesadaran palsu yang memutarbalikkan realitas . Ideologi
membutakan manusia dari kenyataan yang sesungguhnya . ( Takwin , 2003 : 6 – 7 )

Tesis akhir ideologi Daniel Bell menyatakan runtuhnya ideologi-ideologi radikal ,


terutama fasisme dan komunisme , sambil merayakan kemenangan pragmatisme liberal
secara sosial . Para pengeritiknya menyatakan penganut pandangan “akhir ideologi “
benar-benar merupakan juru bicara propaganda Amerika yang memakai metodetologi
ilmu sosial dan filsafat yang obyektif unntuk melegitimasi sistem kepercyaan dan politik
mereka sendiri . Kritiukus lain menyatakan bahwa walaupun sistem kepercayaan seperti
liberalisme dan marxisme memiliki muatan beragam , sistem itu memeliki bentuk yang
lebih sama. Keduanya adalah pewaris Pencerahan yang membayangkan perkembangan
sejarah tertentu yang dengan pelbagai cara melibatkan rasionalitas universal . Bahaya
terakhir dalam tesis akhir ideologi pada penghujung 1960-an berasal dari kenyataan dunia
politik itu sendiri .

Setelah dua dasawarsa terbitnya The End od Ideology , dunia komunis tetap berjaya ;
Amerika Serikat mundur dengan memalukan dari Vietnam Selatan pada 1975 setelah
kekalahan dalam perang melawan pemberontak Komunis Vietnam Utara . Di Dunia
Ketiga pada umumnya terdapat sejumlah tanda tumbuhnya radikalisme dan sentimen

45
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

anti-Barat naiknya rezim fundamentalisme Islam di Iran pada 1979 merupakan bukti
terkuat dari pola ini . Bola kristal Daniel Bell dan pendukung “akhir ideologi “ tampak
menyesuaikan diri dengan perkembangan di Barat . Tahun 1960-an membuktikan
bangkitnya ketidakpuasan , khususnya dari kelompok-kelompok mahasiswa dari kulit
hitam di Amerika . Era ini menyaksikan bangkitnya Kiri Baru yang memiliki pengikut
utama di kalangan akademisi , dan Kanan Baru yang mempunyai efek kebijakan yang
mendalam terhadap pemerintah . Perkembangan yang beragam itu rupanya ingin
membuktikan tesis “akhir ideologi “ sebagai sampah intelektual .

Di abad ke-20 kita menyaksikan dunia yang terpuruk dalam kekerasan ideologis .
Awalnya liberalisme berhadapan dengan sisa-sisa absolutisme , kemudian Bolshevisme
dan fasisme , dan akhirnya dengan Marxisme yang diperbaruhi dan mengancam
menimbulkan peristiwa paling desktruktif berupa perang nuklir . Namun , abad yang
dimulai dengan dengan penuh percaya diri berupa kemenangan demokrasi liberal Barat
sepertinya justru kembali pada keadaan awalnya , yaiyu kememangan liberalisme
ekonomi dan politik . Itulah dunia baru yang diyakini oleh Francis Fukuyama dalam
tulisannya yang menggemparkan .

Seperti perdebatan “akhir ideologi “ sebelumnya , terdapat unsur paham keunggulan


Barat , namun juga ada ada persoalan metodelogis . Fukuyama menegaskan ( mengikuti
Hegel dan Marx ) bahwa ada pola dasar dalam evolusi sejarah , bahwa ada keadaan akhir
di mana masyarakat menyesuaikan dengan pola dasar kecenderungan manusia yang
mencari pengakuan dan kebebasan yang hanya diketemukan dalam masyarakat kapitalis-
demokratis-liberal .

Watak manusia merupakan salah satu dari tiga kunci yang dilihat Fukuyama sebagai
sejarah yang menentukan dan mengantarkan pada kemenangan demokrasi liberal . Tiga
faktor tersebut adalah perjungan untuk meraih apa yang disebut pengakuan , logika
penguasan atas alam dengan ilmu pengetahuan , dan tidak adanya kontradiksi dalam
demokrasi liberal . Amat bermanfaat untuk mengupas yang disebut pertama karena
mencerminkan aspek idealis dari analisanya . Ia melihat sebagai penyangkalan terhadap
pandangan Marxis – bahwa basis menetukan suprastuktur . Ia menerima gagasan yang
yang dapat ditelusuri kembali kepada Seymour Martin Lipset pada 1950-an bahwa
pembangunan ekonomi membantu mewujudkan dan mempertahankan demokrasi , namun
ia melihat bahwa kemenangan liberalisme berkaiatan dengan ideologi , bukan ekonomi
( Eatweel , 2004 :383 – 386 ).

Fukuyama tampak percaya bahwa dunia terus-menerus akan menjadi seperti Amerika ,
karena semua orang menginginkan kemakmuran dan kebebasan seperti di Amerika
Namun dapat dinyatakan bahwa jika orang menginginkan kemakmuran , model yang
lebih baik dapat ditemukan di Asia .

Jepang adalah superpower ekonomi terbesar dan para tetanggnya di Asia Tenggara telah
mengalami pertumbuhan ekonomi yang paling spektakuler pada tahun –tahun terakhir .
Keberhasilan ekonomi yang besar dari negara-negara seperti Korea Selatan , Singapura ,
Taiwan, dan Hongkong , bukanlah hasil dari demokrasi liberal. Tetapi kombinasi pasar

46
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

bebas dan berbagai tingkat kekuasaan yang otoritarian . ( Lee Kuan Yu , pemimpin
Singapura yang berpendidikan Inggris , menyatakan bahwa demokrasi akan merintangi
keberhasilan ekonomi di negaranya . Sementara itu , pertumbuhan eekonomi Korea
Selatan tampak kiurang spektakuler sejak negara ini mulai bergerak kearah demokrasi
tahun 1986 ) Kita juga melihat bahwa Cina sedang mengusahakan model ototarian ini
alih-alih model demokrasi liberal .

Ada anggapan bahwa salah satu segi keberhasilan ekonomi Asia adalah karena tidak
adanya individualisme Barat . Orang bekerja demi kelompok , bukan demi diri-sendiri .
Ikatan keluarga dan komunitas jauh lebih kuat . Hal ini terjadi di Jepang , di mana
loyalitas kelompok yang kuat telah mengikat pekerja pada perusahaan mereka. Meskipun
Jepang secara konsitusionall merupakan negara demokrasi liberal ( yang dipaksakan
padanya setelah tahun 1945 ) - sebuah partai tunggal yang dominan telah membawa
keberhasilan ekponomi yang luar biasa – dan untuk mencapai ini , Jepang tidak
membutuhkan perubahan pemerintahan yang periodil . Lebih lanjut , ekonomi Jepang
adalah contoh ekonomi yang dibimbing oleh negara , bukan pasar bebas sebagaimana
dalam pikiran Barat .

Nilai-nilai komunitas dan loyalitas yang begitu kuat di Asia tidak terjadi di AS . Dalam
kelemahan ini , orang-orang Amerika menemukan . dekadensinya , kebusukan moral ,
kejahatan , obat-obatan terlarang , dan persoalan lain . Keberhasilan ekonomi Timur dan
mundurnya ekonomi Barat , dapat meyakinkan orang-orang Asia bahwa demokrasi
liberal meniri model Barat , (dengan sikap memperturutkan diri sendiri dan kurangnya
disiplin ) , adalah sebuah ideal yang bermasalah .

Penolakan terhadap masyarakat Barat yang dekaden yang merupakan satu faktor besar
terjadinya gelombang kebangkitan Islam, misalnya , menganggap musik , pakaian dan
sikap Barat sebagai hal-hal yang merusak akhlak generasi muda Muslim . Mungkin
Islam tidak akan bisa menaklukan dunia , namun ada sekitar satu milyard Muslim ( 20
persen dari penduduk dunia ) yang mungkin menolak Barat dan menemukan alternatif
bagi diri sendiri .

Ada pula persoalan yang terkait dengan kekosongan spiritual dalam masyarakat Barat
yang konsumtif , sebuah persoalan yang juga disinggung oleh Fukuyama . Ia berkata
bahwa, persoalan mengisi kekosongan ini sepenuhnya merupakan masalah pribadi ,.
Tetapi pernyataan ini hampir sama sekali tidak menjawab persoalan . Orang
membutuhkan tujuan bersama, sesuatu yang lebih besar dan tujuan pribadi . Ideologi-
ideologi baru mungkin akan muncul untuk memenuhi kebutuhan itu . Ini mungkin pula
berarti munculnya fundamentalisme agama, dan tentu hidupnya kembali ideologi lama
atau munculnya ideologi baru .

Masyarakat kapitalis memiliki persoalan-persoalan besar yang belum menunjukkan


tanda-tanda menghilang , bahkan bertambah buruk . Pasar bebas tentu akan kembali
memberi kita pertumbuhan ekonomi pada masa depan , tetapi juga kemerosotan ekonomi
yang besar . Kapitalisme pasar besar memiliki sifat yang ganas , sebagaimana terhadi
pada abad ke-19 di bawah slogan laisse-faire . Kegagalan pasar bebas telah mendorong

47
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

perkembangan kolektivisme , dan orang Barat harus kembali mengalami akibat dari
kegagalan itu. Jika kapitalisme goyah , akan muncul tuntutan pikiran yang baru , dan ide-
ide baru tentu akan lahir .

Fukuyama tidak memperhitungkan kreativitas masa depan . Bahkan , dalam peristiwa


dunia yang hampir mustahil berubah dalam waktu lama, kita melihat munculnya ide-ide
baru dalam waktu yang sangat dekat . Semua jenis perubahaan akan terjadi . Ide tentang
akhir dari sejarah mengandung gagasan ideal yang statis . Di dalam ide ini, kapitalisme
tidak mungkin bisa menjadi landasannya, karena kapitalisme merupakan sistem ekonomi
yang paling dinamis , paling terbuka terhadap perubahan dan paling efektif mengubah
masyarakat . Kapitalisme digerakan oleh perubahan dan akhirnya ia menggerakan
perubahan , bahkan dengan langkah yang semakin cepat dan membingungkan . Siapa
yang dapat mengatakan titik paling akhir perubahan ekonomi dan sosial jika selalu
muncul titik akhir , dan tak seorang pun dapat berkata bahwa perubahan semacam itu
tidak akan memberi dampak pada ideologi .

Akhirnya , kita mungkin bisa mengatakan sesuatu tentang seluruh usaha Fukuyama .Tesis
akhir sejarah jelas merupakan teori gerak maju . . Teori-teori semacam itu sangat
ketinggalan zaman . Jika kita melihat pertumpahan darah yang mengerikan selama
Perang Dunia I , mimpi buruk Nazi Jerman , dan kemungkinan Perang Dingin , yang
semua ini mengarah pada pada pembinaan umat manusia , maka tesis akhir sejarah
mungkin tidak mengejutkan . Di sisi lain , ada alsan intelektual yang meragukan teori
sejarah semacam itu yang dikesampingkan oleh Fukuyama .

Ide tentang progress terkait dengan nilai . Jika kita melakukan gerak maju , ini berarti kita
sedang bergerak kearah hal-hal yang kita anggap baik yang akan melepaskan kita dari
hal-hal yang kita anggap buruk. Tetapi tentu , orang memiliki nilai yang berbeda-beda
Sebagaimana telah kita lihat , ada orang yang menganggap ideal Fukuyama tentang
Amerika sebagai ideal yang hanya memperturutkan diri sendiri , penuh dekadensi dan
immoralitas . Yang lain melihat Amerika sebagai simbol berakhirnya nilai-nilai beradab ,
kubangan budaya massa yang berangka paling rendah . Yang lain lagi menyatakan,
Amerika adalah kubu kapitalisme yang merupakan perintang besar kemajuan umat
manusia . Memang , beberapa orang percaya bahwa sejarah adalah kebalikan dari gerak
maju .

Lebih lanjut , orang selalu menafsirkan dunia menurut ide-idenya sendiri . Kaum
fundamentalis Kristen , melihat peritiwa-peristiwa muthakir sebagai bukti jelas kebenaran
ramalan Bibel tentang akan berakhirnya dunia . Seorang yang percaya bahwa di dalam
jiwa manusia ada “harapan kematian “, maka orang itu akan menemukan banyak bukti
dari kepercayaan ini dalam berita sehari-hari . Pembacaan selektif terhadap sejarah dan
peristiwa muthahir akan memberi bukti tentang sejumlah teori yang tak terbtas yang
sebaliknya . Semua bergantung pada keyakinan dan kepercayaan orang .

Meskipun kita percaya , seperti Fukuyama, bahwa segalanya secara umum akan menjadi
lebih baik , tidak ada lasan untuk menudga , sebagaimana dilakukan oleh Fukuyama ,
bahwa segala sesuatunya pasti akan lebih baik bahwa ada suatu mekanisme yang akan

48
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

menjamin dalam jangka panjang akan terciptanya dunia yang paling mungkin untuk
ditinggali orang . Kita mungkin terus memperbaiki sains dan teknologi kita, tetapi iti
tidak berarti bahwa masyarakat dan perilaku sosial juga akan mengalami perbaikan, atau
bahwa kita akan menggunakan penemuan kita sebaik mungkin . Memang ada beberapa
orang yang menyatakan bahwa sains tidaklah maju . .

Thomas Kuhn yang memperlajari sejarah ilmiah , menyatakan bahwa setiap teori ilmiah
besar bukanlah perbaikan atas teori-teori sebelumnya , melainkan sekedar sudut pandang
yang berbeda . Akhirnya kepercayaan kita pada gerak maju ilmiah adalah sebuah ilusi .
Aklhir-akhir ini muncul sebuah teori modern yang berpengaruh , yang dikenal sebagai
postmodernisme . Teori ini mengklaim bahwa ada berbagai sudut pandang dunia yang
berbeda , historis , ilmiah , religius , dan praktis , yang masing-masing memiliki
kebenarannya sendiri , dan kita betul-betul tidak memiliki alat penilai untuk menentukan
mana yang benar-dan mana yang salah .

Jika aliran posmodernis benar , maka teori-teori besar sejarah dari Kuhn tidak akan
memiliki arti , apalagi teori Fukuyama . Yang lebih penting , aliran postmodernis
mempersoalkan apa yang mereka sebut “ proyek modernis :. Adalah kepercayaan bahwa
akal manusia dapat menguasai realitas dan dengan pengetahuan itu, dapat menciptakan
dunia yang lebih rasional . Semua kebenaran adalah relatif , dan ini tidak hanya berlaku
bagi periode sejarah dan kultur orang yang berbeda , tetapi juga berlaku bagi berbagai
teori , agama, pandangan , gaya, bahkan ideologi-ideologi yang berbeda .( Adams, 2004 :
465 – 471 )

Berbeda dengan Francis Fukuyama , dalam bahasan Anthony Giddens tentang sosialisme
( kiri) dan kapitalisme ( kanan ) tidak sepenuhnya mencerminkan adanya antagonisme
tajam . Giddens dapat memahami keprihatinan kaum kiri mengenai masalah
ketidaksamaan , dan pentingnya peran negara untuk mengatasi masalah ini . Tetapi
Giddens tidak percaya bahwa perubahan kearah masyarakat yang lebih adil dapat dicapai
dengan meninggalkan peran negara . Dia menunjukkan bukti empiris yang jelas dalam
gagalnya rezim komunis di Uni Soviet , Eropa Timur , bahkan juga RRC . Sosialisme di
Eropa Barat dalam wujud demokrasi sosial sama saja . .

Kendati demikian . Giddens tidak sepenuhnya dapat memeluk paham kapitalisme yang
menjelma dalam neoliberalisme . Ia memperlihatkan antipatinya terhadap masa
pemerintahan Margaret Thatcher ( 1979 – 1990 ) yang menurut pendapatnya
menyengsarakan mayoritas rakyat kecil . Namun Giddens melihat dinamisme yang
tersimpan dalam kapitalisme itu . Di situ manusia didorong untuk kompetitif , untuk
efisien , dan untuk tidak bermalas-malasan .

Bagi Giddens Kiri dan Kanan secara sendirri-sendiri tidak mungkin menyelesaikan
persoalan dunia saat ini . Masing–masing – dalam bentuknya yang ekstrem – terlalu
optimis dalam melihat persoalan sosial karena keduanya masih berakar dalam proyek
Pencerahan . Padahal dunia pada tahap radicalized modernity tidak demikian halnya
Maka tawaran Jalan Ketiga tidak boleh ditafsirkan sebagai sekedar pilihan antara
sosialisme atau kapitalisme , antara negara dan pasar . Jalan Ketiga yang ditawarkan oleh

49
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Giddens memang jalan untuk keluar dari pembelahan kiri dan kanan yang naïf , tetapi
lebih dari itu , suatu jalan untuk meredakan ketegangan antara high consequence risk dan
ontological security .( Giddens , 2000 : 1 – 30 )

Jika kita memiliki konsep yang netral ( yang mencakup semua jenis kepercyaan politik
tentang bagaimana bentuk masyarakat yang harus kita tempati dan bagaimana mencapai
masyarakat ini ) maka, kita memiliki alasan untuk menduga bahwa akhir ideologi sama
sekali tidak mungkin . Semua jenis kepercayaan politik tidak akan pernah mencukupi
sebagai kontruksi intelektual . Apapun konflik dan bahaya yang ditimbulkannya , kita
tampaknya membutuhkan jenis kepercayaan ini . Semua jenis kepercayaan merupakan
aspirasi kita untuk memecahkan masalah umat manusia dan menjalankan kehidupan yang
lebih baik . Semua jenis kepercayaan membantu memenuhi kebutuhan ( yang dirasakan
secara luas ) akan kepercyaan pada sesuatu yang lebih besar daripada kita , menawarkan
nilai-nilai bersama yang dibutuhkan setiap komunitas Dengan demikian , semua jenis
kepercayaan membantu kita menentukan identitas dan tempat kita di dunia .

Mungkin secara perlahan-lahan , sebuah ideologi akan menang , atau setidak-tidaknya


menang untuk jangka waktu lama, meskipun keadaannya tidak mesti demikian . Jika
sebuah ideologi akhirnya menang , ia mungkin merupakan ideologi yang paling
memuaskan bagi kebanyakan orang . Tetapi kemungkinan untuk mencapai hal ini
membutuhkan jalan yang sangat panjang . Untuk sementara waktu , kita masih akan
berada dalam dunia konflik ideologi , di mana pelbagai kepercayaan masih akan
bertarung untuk mendapat pengikut . Dengan kata lain , kita masih hidup dalam zaman
Revolusi Perancis .

50
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Bibliografi

Adams, Ian . 2004 . Ideologi Politik Mutakhir . Konsep, Ragam , Kritik , dan Masa
Depannya. Yogyakarta : Qalam .

Althusser . Louis . Tentang Ideologi . Marxisme Strukturalis , Psikoanalisis , Cultural


Studies .Yogyakarta : Jalasutra .

Bachtiar , Harsja W . 1976 . Percakapan dengan Sidney Hook . Jakarta :Penerbit Djam
batan .

Bartley , Robert et.al.1994 . Demokrasi & Kapitalisme . Perspektif Asia dan Amerika .
Jakarta : CIDES.

Berger, Peter L . 1982 . Piramida Kurban Manusia . Etika Politik dan Perubahan Sosial .
Jakarta : LP3ES . 1990 . Revolusi Kapitalis . Jakarta : LP3ES .

Budiardjo, Miriam (ed) . 1984 . Simposium Kapitalisme, Sosialisme , Demokrasi . Jakar


ta . PT Gramedia .

Cahyono , Cheppy Hari .1986 . Ideologi Politik . Yogyakarta : PT Hanindita .

Dahrendorf , Ralf .1992 Refleksi Atas Revolusi di Eropa .Jakarta :PT Gramedia Pustaka
Utama .

Eatwell , Roger dan Anthony Wright .2004 . Ideologi Politik Kontemporer . Yogyakarta
Jendela .

Fukuyama, Francis . 2001 . Kemenangan Kapitalisme dan Demokrasi Liberal .Yogya


karta : Qalam .

Giddens , Anthony .2000. The Third Way . Jalan Ketiga Pembaruan Demokrasi Sosial .
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama .

Habib, A Hasnan . “ Makna Perkembangan di Uni Soviet dan Eropa Timur bagi Hubung
an Internasional ,” dalam Dwi Susanto dan Zainuddin Djafar (ed) . 1990 .Perubahan
Politik di Negara-negara Eropah . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama .

Huntington, Samuel P . 1997 . Gelombang Demokratisasi Ketiga . Jakarta : PT Pustaka


Utama Grafiti .

Jones, Walter S . 1992. Logika Hubungan Internasional . Persepsi Nasional . Jakarta :


PT Gramedia Pustaka Utama .

Keraf , Sony . 1987 . Pragmatisme . Menurut William James . Togyakarta : Kanisius .

51
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com
Peter Kasenda

Kleden , Paskal. 2005 . Menuju Tengah Baru . Labour Party Inggris dan SOD Jerman di
Bawah Tekanan Neoliberalisme . Yogyakarta Pustaka Pelajar .

Lesmana , Tjipta . 1992 . Runtuhnya Kekuasaan Komunis .Jakarta.Erwin – Rika Press.

Nuswantoro.2001 .Daniel Bell . Matinya Ideologi . Magelang : Indonesiatera .

Purcell , Hugh . Fasisme . Yogyakarta : Insist Press .

Rahardjo, M Dawam . 1987 . Kapitalisme . Dulu dan Sekarang . Jakarta : LP3ES .

Sastrapratedja. M et.al. 1986 . Menguak Mitos-Mitos Pembangunan . Telaah Etis dan


Kritis , Jakarta : Gramedia .

Snyder, Jack . 2003 . Dari Pemungutan Suara Ke Pertumpahan Darah . Demokratisasi


dan Konflik Nasionalis .Jakarta : Kepustakaan Populer Gramedia .

Sudarmanto, JB. 1987 . Agama dan Ideologi . Yogyakarta : Kanisius .

Sukarna . 1981 . Ideologi . Suatu Studi Ilmu Politik . Bandung : Alumni .

Suseno , Franz Magnis . 1992 . Filsafat sebagai Ilmu Kritis Yogyakarta : Kanisius .

Suseno, Franz Magnis . 1999 . Karl Marx . Dari SosialismeUtopis ke Perselisihan Revisi
sionisme . Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama .

Takwin , Bagus . 2003 . Akar-akar Ideologi . Yogyakarta : Jalasutra.

Tudor , Henry . 1984 . Mitos dan Ideologi Politik . Konsep-konsep Kunci . Jakarta. PT
Sangkala Pulsar .

Zon, Fadli .2002 . Gerakan Etnonasionalis . Bubarnya Imperium Uni Soviet .Jakarta :
Sinar Harapan .

52
Web: www.peterkasenda.wordpress.com
Email: mr.kasenda@gmail.com

You might also like