You are on page 1of 41

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan terkadang dipahami sebagai kekuatan untuk


menggerakkan dan mempengaruhi orang, tetapi juga sebagai sebuah alat, sarana
atau proses untuk membujuk orang agar bersedia melakukan sesuatu secara
sukarela. Ada beberapa faktor yang dapat menggerakkan orang untuk berbuat
secara sukarela yaitu karena ancaman, penghargaan, otoritas dan bujukan.
Kepemimpinan dapat pula dikatakan sebagai proses mengarahkan dan
mempengaruhi aktivitas-aktivitas yang ada hubungannya dengan pekerjaan para
anggota kelompok. Terdapat tiga implikasi penting dalam hal tersebut yaitu,
pertama, kepemimpinan itu melibatkan orang lain, kedua kepemimpinan
melibatkan pendistribusian kekuasaan antara pemimpin dan anggota kelompok
secara seimbang karena kelompok bukanlah tanpa daya, ketiga adanya
kemampuan untuk menggunakan bentuk kekuasaan yang berbeda untuk
mempengaruhi tingkah laku bawahannya melalui berbagai cara.

Seorang pemimpin haruslah dapat mempengaruhi, menuntun atau


membimbing, mengepalai serta melatih orang lain atau bawahannya untuk dapat
melaksanakan tugas yang menjadi tanggung jawab bawahannya serta pemimpin
harus dapat memberikan kegairahan kerja bawahan ataupun karyawannya.
Pemimpin juga harus mendidik karyawan atau bawahannya dan mengantarkan
bawahannya itu menuju kesempurnaan baik kesempurnaan kerja bawahan tersebut
maupun kesempurnaan pikiran dari karyawan atau bawahannya itu dengan
memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan mudah dimengerti oleh bawahan
agar tercapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Oleh karena itu seorang
pemimpin memerlukan kemampuan atau kelebihan di atas orang lain atau
bawahannya (yang dipimpinnya) agar dapat mempengaruhi bawahan untuk
bekerja sesuai dengan rencana. Adapun kelebihan yang harus dimiliki oleh

1
2

seorang pemimpin dalam buku ajar PENGANTAR MANAJEMEN oleh Dr H.


Sulistriyo,Drs. Ign. Wagimin, dan Drs. Hery Sawiji (2003: 114) adalah:
1. Kelebihan dalam menggunakan ratio
Kelebihan dalam menggunakan ratio adalah kelebihan dalam memiliki
kemampuan tentang hakikat tujuan dan asas-asas organisasi yang
dipimpinnya
2. Kelebihan dalam rokhaniah
Kelebihan dalam rokhaniah adalah kelebihan dalam memiliki sifat sifat
memancarkan keluhuran budi pekerti, ketinggian moralitas dan
berdedikasi tinggi
3. Kelebihan dalam jasmaniah
Kelebihan dalam jasmaniah adalah kelebihan dalam hal kesehatan
jasmani.

Pemimpin harus dapat mempengaruhi bawahannya untuk dapat bekerja


sesuai dengan keinginan sang pemimpin yang disesuaikan dengan batas
kemampuan bawahannya tersebut. Disamping itu juga memberikan stimulus
(rangsangan) kepada bawahannya untuk bekerja secara efektif, efisien dan
produktif serta professional dengan memberikan petunjuk-petunjuk yang jelas dan
dimengerti. Apabila petunjuk atau instruksi dari pemimpin tersebut sulit
dimengerti oleh bawahannya maka kepemimpinan pemimpin tersebut gagal. Oleh
karena itu pada hakikatnya kepemimpinan merupakan
1. Proses mempengaruhi atau memberi contoh dari pemimpin kepada
bawahnnya dalam upaya mencapai tujuan organisasi
2. Seni mempengaruhi dan mengarahkan orang dengan cara kepauhan,
kepercayaan, kehormatan dan kerjasama yang bersemangat dalam mencapai
tujuan bersama.
3. Kemampuan untuk mempangaruhi, memberi inspirasi, dan mengarahkan
tindakan seseorang atau kelompok untuk mencapai tujuan yang diharapkan
4. Melibatkan tiga hal yaitu pemimpin, pengikut dan situasi tertentu
5. Kemampuan untuk mempengaruhi suatu kelompok untuk mencapai
tujuan yang bersumber pada formal maupun informal. Pengaruh formal ada
apabila seorang pemimpin memiliki posisi manajerial didalam sebuah
organisasi. Sedangkan pengaruh informal muncul dari luar struktur organisasi
formal
3

Pada era desentralisasi sekarang ini pemerintah daerah juga ikut andil
dalam mengelola pendidikan agar tercapai tujuan pendidikan nasional, yang pada
akhirnya tercapai peningkatan kualitas sumber daya manusia. Agar desentralisasi
dan otonomi pendidikan berhasil dengan baik, kepemimpinan kepala sekolah
perlu diberdayakan. Pemberdayaan berarti peningkatan kemampuan secara
fungsional sehingga kepala sekolah mampu berperan sesuai dengan tugas,
wewenang dan tanggung jawabnya. Dengan proses dan program pemberdayaan,
mereka akhirnya memiliki kinerja yang profesional dan fungsional. Kepala
sekolah harus bertindak sebagai manajer dan pemimpin yang efektif. Sebagai
manajer yang baik, kepala sekolah harus mampu mengatur agar semua potensi
sekolah dapat berfungsi secara optimal dalam mendukung tercapainya tujuan
sekolah. Hal ini dapat dilakukan jika kepala sekolah mampu melakukan fungsi-
fungsi manajemen sekolah dengan baik yang meliputi antara lain: (1)
perencanaan; (2) pengorganisasian; (3) pengarahan; dan (4) pengawasan.

Dari segi kepemimpinan, seorang kepala sekolah mungkin perlu


mengadopsi gaya kepemimpinan transformasional agar semua potensi yang ada di
sekolah dapat berfungsi secara optimal. Kepemimpinaan transformasional dapat
didefinisikan sebagai gaya kepemimpinan yang mengutamakan pemberian
kesempatan dan atau mendorong semua unsur yang ada dalam sekolah untuk
bekerja atas dasar sistem nilai (values system) yang luhur sehingga semua unsur
yang ada di sekolah (guru, siswa, pegawai, orangtua siswa, masyarakat, dan
sebagainya.) bersedia, tanpa paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam
mencapai tujuan ideal sekolah

Mengingat pentingnya usaha yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam


meningkatkan profesionalisme guru maka penulis mencoba membahas dan
meneliti profesionalisme guru. Dari latar belakang tersebut penulis mengajukan
judul penelitian sebagai berikut: “ANALISIS GAYA KEPEMIMPINAN
KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONALISME
GURU PADA SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 WONOSARI
TAHUN 2008”.
4

B. PERUMUSAN MASALAH
Berdasar latar belakang masalah diatas dapat dirumuskan masalah sebagai
berikut :
1. Apa saja peranan kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme
guru dengan didasarkan pada gaya kepemimpinan yang dijalankan oleh Kepala
Sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari?
2. Hambatan-hambatan apa saja yang dihadapi kepala sekolah dalam
meningkatkan profesionalisme guru yang didasarkan pada gaya kepemimpinan
kepala sekolah?
3. Upaya apa yang dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengatasi
hambatan-hambatan dalam meningkatakan profesionalisme guru?

C. TUJUAN PENELITIAN

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan diatas, penelitian ini


bertujuan :
1. Untuk mengetahui peranan Kepala Sekolah dalam meningkatkan
profesionalisme guru dengan didasarkan pada gaya kepemimpinan yang
dijalankan oleh Kepala Sekolah pada Sekolah Menengah Atas Negeri 1
Wonosari Klaten
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang dihadapi kepala sekolah dalam
menempuh guna meningkatkan profesionalisme guru yang didasarkan pada
gaya kepemimpinan kepala sekolah
3. Untuk mengetahui upaya yang ditempuh kepala sekolah dalam mengatasi
hambatan-hambatan dalam meningkatakan profesionalisme guru
5

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini penting dilakukan dengan harapan dapat memberikan


manfaat. Manfaat yang diharapakan dari penelitian ini antara lain :
4. Manfaat secara teoritis
a. Untuk menambah dan meperluas ilmu pengetahuan
manajemen terutama di bidang Kepemimpinan
b. Untuk menambah wawasan mengenai gaya
kepemimpinan
5. Menambah secara praktis
a. Masukan pengetahuan dan pengalaman sebagai peneliti
dalam bidang kepemimpinan khususnya pada gaya kepemimpinan
b. Sebaga informasi pihak lain yang ingin menggunakannya
sebagai pelengkap mengenai studi tentang kepemimpinan ataupun
kepustakaan
c. Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program
pada studi strata satu
6

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tinjauan Tentang Kepemimpinan


a. Pengertian Kepemimpinan
Banyak ahli yang mendefinisikan pengertian kepemimpinan, sejak masa
“kepemimpinan” yang muncul pada abad 18 diantaranya yaitu :
1) Kepemimpinan adalah pengaruh antar pribadi, dalam situasi tertentu dan
langsung melalui proses komunikasi untuk mencapai satu atau beberapa tujuan
tertentu (Tannebaum, Weschler and Nassarik, 1961, 24).
2) Kepemimpinan adalah sikap pribadi, yang memimpin pelaksanaan
aktivitas untuk mencapai tujuan yang diinginkan. (Shared Goal, Hemhiel &
Coons, 1957, 7).
3) Kepemimpinan adalah suatu proses yang mempengaruhi aktifitas
kelompok yang diatur untuk mencapai tujuan bersama (Rauch & Behling, 1984,
46).
4) Kepemimpinan adalah kemampuan seni atau tehnik untuk membuat
sebuah kelompok atau orang mengikuti dan menaati segala keinginannya.
5) Kepemimpinan adalah suatu proses yang memberi arti (penuh arti
kepemimpinan) pada kerjasama dan dihasilkan dengan kemauan untuk memimpin
dalam mencapai tujuan (Jacobs & Jacques, 1990, 281).
Definisi kepemimpinan menurut George Terry, “Kepemimpinan”
adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka
rela untuk mencapai tujuan kelompok. Cyriel O'Donnell, “Kepemimpinan” adalah
mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum. Serta
dalam buku ajar Pengantar Manajemen (oleh H. Sulistriyo, Ign. Wagimin, Hery
Sawiji) (2003: 113) menyebutkan bahwa “Kepemimpinan” atau leadership
didefinisikan sebagai tingkah laku manusia yang mengandung unsur-unsur
kemampuan yang melebihi kemampuan orang lain di dalam suatu lingkungan
kerja sama yang dapat mempengaruhi orang lain untuk dapat bekerja sesuai
dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya.

Dari pengertian tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan


adalah suatu proses komunikasi orang satu untuk mempengaruhi orang lain untuk
bekerja sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya dengan
menggunakan pengaruh yang ada pada dirinya melalui kemampuan-kemampuan
7

yang dimilikinya pada suatu lingkungan, dan dalam situasi tertentu guna
mencapai tujuan bersama.

Ciri ciri kepemimpinan menurut Drs. Sondang Siagian MPA (1979: 86)
mengemukakan sejumlah persyaratan yang pada dasarnya merupakan ciri-ciri
kepemimpinan sebagai berikut:

1) Pendidikan Umum Yang Luas

Seorang pemimpin hendaknya mempunyai kemampuan yang untuk


mengembangkan keahlian managerial yang dituntut oleh tugasnya dan
tidak perlu menjadi seorang spesialis dengan pemilikan keahlian teknik
yang mendalam.

2) Kemampuan Analitis

Kemampuan analitis adalah kemampuan menganalisa situasi yang


dihadapi secara teliti, matang, dan mantap. Hal ini merupakan prasyarat
untuk suksesnya kepemimpinan seseorang.

3) Ketrampilan Komunikasi

Dalam memberikan perintah, petunjuk, pedoman, dan nasihat, seorang


pemimpin hendaknya menguasai teknik-teknik komunikasi. Dalam
hubungannya dengan ini, perlu diperhatikan penggunaan bahasa dengan
baik, kejelasan ide yang disampaikan dan teknik penyampaiannya baik
secara lisan maupun tertulis.

4) Ketrampilan Mendidik

Seorang pemimpin akan menjadi tempat bagi para bawahan meminta


petunjuk dan memperoleh pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan
tugasnya dengan baik.

5) Keberanian

Semakin tinggi kedudukan seseorang dalam organisasi, ia perlu memiliki


pula keberanian dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya.

6) Ketegasan

Ketegasan dalam menghadapi bawahan dan menghadapi situasi didalam


maupun diluar organisasi sangat penting bagi seorang pemimpin.
Ketegasan itu diperlukan dalam usaha menjaga stabilitas oragnisasi yang
dipimpinnya.
8

7) Memiliki Daya Ingat Yang Kuat

Seorang pemimpin seringkali dihadapkan pada informasi yang volumenya


besar dan iapun berinteraksi dengan banyak orang. Dengan daya ingat
yang kuat, diharapkan ia dapat menyaring hal-hal yang relevan baginya
dalam melaksanakan tugas-tugas kepemimpinannya

8) Kapabilitas Integratif

Kapabilitas integratif merupakan kemampuan yang mencakup berbagai


aspek. Ini sangat penting artinya, karena dengan adanya kapabilitas
integratif maka administrasi dan organisasi sungguh-sungguh dapat
digerakkkan sebagai satu kesatuan ke arah pencapaian tujuan yang telah
ditentukan.

9) Rasa Ingin Tahu

Mengingat bahwa satu-satunya yang konstan di dunia ini adalah


perubahan itu sendiri, maka kesadaran pemimpin tentang perubahan dan
perkembangan lingkungan, prosedur kerja, dan teknologi dan sebagainya
memungkinkan seorang pemimpin menjadi kreatif dan inovatif.

10) Kesederhanaan

Seorang pemimpin hendaknya memberikan teladan pada bawahannya


berkenaan dengan kesederhanaan dan kewajaran dalam cara hidup mereka.

b. Teori-Teori Kepemimpinan

Dalam bukunya yang berjudul Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi


Edisi Kedua halaman 11 Prof..Dr. Vethzal Rivai M.B.A (2002: 11) menyebutkan
teori teori mengenai kepemimpinan. Teori-teori kepemimpinan tersebut antara
lain :

1. Teori Sifat

Teori ini menekankan pada asumsi bahwa beberapa orang merupakan


pemimpin alamiah dan dianugerahi beberapa ciri yang tidak dimiliki orang lain
seperti energi yang tiada habis-habisnya, intuisi yang mendalam, pandangan masa
depan yang luar biasa dan kekuatan persuasive yang tidak tertahankan.
Keberhasilan manajerial disebabkan karena pemimpin tersebut memiliki
kmampuan-kemampuan yang luar biasa yang dikaitkan dengan karakteristik khas
(fisik, mental, kepribadian)

a) Intelegensia
9

Ralph Stogdill mengemukakan bahwa antara pemimpin dan bawahan


(pengikutnya) lebih pintar pemimpin tersebut. Perbedaan intelegensia antara
keduanya dapat menimbulkan gangguan. Sebagai contoh pemimpin dengan IQ
tinggi mempengaruhi bawahannya yang memiliki IQ rata-rata kemungkinan tidak
akan mengerti yang disampaikan oleh pemimpin tersebut.

b) Kepribadian

Beberapa hasil penelitian menyiratkan sifat kepribadian (kesiagaan,


integritas pribadi, dan percaya diri) mempunyai hubungan dengan kepemimpinan
yang efektif.

c) Karakteristik Fisik

Hubungan antara kepemimpinan yang efektif dan karakteristik fisik ( usia,


tinggi badan, berat badan dan penampilan) mepunyai hasil yang bertolak
belakang.

2. Teori Kepribadian Perilaku

Akhir tahun 1940-an para peneliti mulai mengeksplorasi pemikiran bahwa


perilaku seseorang dapat menentukan keefektifan kepemimpinan seseorang.

a) Study dari University of Michigan

Pada penelitian yang dilakukan oleh PUSAT Riset Universitas Michigan


dengan sasaran melokasi karakteristik perilaku kepemimpinan yang tampaknya
dikaitkan dengan keefektifan kinerja diperoleh hasil dua gaya kepemimpinan yang
berbeda yaitu (2002: 12)

1) Pemimpin yang job-centered

Pemimpin yang berorientasi pada tugas menerapkan pengawasan ketat


sehinnga bawahan melakukan tugasnya dengan menggunakan prosedur
yang telah ditentukan dengan mengandalkan kekuatan paksaan, imbalan
dan hukuman dalam memepangaruhi sifat-sifat dan prestasi pengikutnya.

2) Pemimpin yang berpusat pada bawahan

Mendelegasikan pengambilan keputusan pada bawahan dan membantu


pengikutnya dalam memuaskan kebutuhannya dengan cara menciptakan
lingkungan kerja yang suportif.

b) Studi dari Ohio State University

Setelah Perang dunia II peneliti Fleishman dan rekan-rekannya di Ohio


State University melakukan penelitian kepemimpinan dan menghasilkan teori dua
10

factor dari kepemimpinan. Suatu seri penelitian mengisolasikan dua factor


kepemimpinan yaitu (2002: 13)

1) Membentuk struktur

Melibatkan perilaku dimana pemimpin mengisolasilakan dan


mendefinisikan hubungan_hubungan di dalam kelompok membentuk pola
dan saluran kominukasi yang jelas dan menjelaskan cara-cara mengerjakan
tugas.

2) Konsiderasi

Melibatkan perilaku yang menunjukkan persahabatan , saling percaya,


menghargai, kehangatan dan komunikasi anatara pemimpin dan
bawahannya.

3. Teori Kepemimpinan Situasional

Suatu pendekatan terhadap kepemimpinan yang menyatakan bahwa


pemimpin memahami perilakunya, sifat-sifat bawahannya, dan situasi sebelum
menggunakan suatu gaya kepemimpinan tertentu. (2002: 14)

4. Pendekatan Terbaru Dalam Kepemimpinan

a) Teori Atribusi Kepemimpinan


Teori mengemukakan bahwa kepemimpinan semata-mata suatu atribusi
(alat) yang dibuat orang mengenai individu-individu lain
b) Teori Kepemimpinan Kharismatik
Teori ini mengemukakan bahwa para pengikut membuat atribusi
(hubungan) dari kepemapuan pemimpin yang luar biasa dalam mengamati
perilaku pemimpinnya.
c) Kepemimpinan Transaksional dan Transformasional
1) Pemimpin Transaksional, pemimpin yang memadu
atau memotivasi bawahan dalam arah tujuan ynag ditegakkan
dengan memerjelas peran dan tuntutan tugas
2) Pemimpin transformasional, pemimpin yang
memberika pertimbangan dan rangsangan intelektual yang
individual dan yang memiliki kharismatik.
(Sumber Veithzal Rivai, 2002: 14)

5. Dasar Konseptual Kepemimpinan Perspektif Islam


11

Selain teori diatas Islam juga memperkenalkan konsep mengenai


kepemimpinan. Untuk memahami konsep kepemimpinan Islam paling tidak harus
digunakan tiga pendekatan yaitu antara lain: (2002: 15)
a) Pendekatan Normatif
Dasar konseptual kepemimpinan Islam secara normative bersumber pada
Al Qur”an dan Hadist yang terdiri dari empat prinsip pokok, yaitu:
1) Prinsip Tanggung Jawab dalam Organisasi
Dalam Islam telah digarikan bahwa setiap diri adalah Pemimpin
(minimal dirinya sendiri) dan untuk kepemimpinan itu ia dituntut
untutk bertanggung jawab . untuk memehami makana tanggung
jawab adalah substansi uatama yang harus dipahamai oleh seorang
calon pemimpin agara amanah yang diserahkan kepadanya tidak
disia-siakan

2) Prinsip etika tauhid


Persyaratan utama seorang pemimpin yang telah digariskan oleh
Allah pada Al Qur’an surat Ali Imran ayat 118 dalam artinya :
Hai orang yang beriman, janganlah kamu menjadi teman
kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena)
mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudhratan bagimu.
Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata
kebencian dari mulut mereka dan apa yang disembunyikan oleh
hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah kami terangkan
kepdamu ayat-ayat Kami, jika kamu memahaminya.

3) Prinsip Keadilan
Untuk menjaga keseimbangan kepentingan, maka asas keadilan
harus benar-benar dijaga agar tidak muncul stgma-stigma
ketidakadilan.
4) Prinsip Kesederhanaan
Rasulullah Saw. Menegaskan bahwa serang pemimpin itu harus
melayani dan tidak meminta u tuk dilayani sebagaiman dalam
sabdanya :
“Pemimpin suatu kaum adalah pelayan mereka”( H.R Abu Na’im)

b) Pendekatan Historis
Al Qur’an begitu kaya dengan kisah-kisah umat masa lalu sebagai
pelajaran dan bahan pertimbangan (perenungan) bagi umat-yang akan
datang. Dengan pendekatan histories ini diharapkan akan lahir pemimpin-
pemimpin Islam yang melilki sifat Islami sebagai syarat keberhasilannya
dalam memimpin
c) Pendekatan teoritis
Ideologi Islam adalah ideology yang terbuka. Hal ini mengandung arti
walaupun dasar-dasar konseptual yang ada di dalam bangunan ideology
Islam sendiri sudah sempurna, namum, Islam tidak menutup kesempatan
mengkomunikasikan ide-ide dan pemikiran dari luar Islam selama
pemikiran tersebut tidak bertentangan dengan Al Qur’an dan Sunah
Rasulullah Saw.
12

2. Gaya Kepemimpinan
a. Pengertian Gaya Kepemimpinan
Gaya artinya sukap gerakan, tingkah laku, sikap yang elok, gerak-gerik
yang bagus, kekuatan , kesanggupan untuk berbuat baik.
Sedangkan arti (definisi) dari Gaya kepemimpinan menurut Prof. Dr.
Veithzal Rivai, M.B.A menyebutkan gaya kepemimpinan adalah sekumpulan ciri
yang digunakan pemimpin untuk mempengaruhi bawahan agar sasaran organisasi
tercapai atau dapat pula dikatakan bahwa gaya kepemimpinan adalah pola
perilaku dan strategi yang disukai dan sering diterapkan oleh seorang pemimpin.
Gaya kepemimpinan merupakan dasar dalam mengklasifikasikan tipe
kepemimpinan. Terdapat tiga pola pokok pada gaya kepemimpinan yaitu yang
mementingkan pelaksanaan tugas, yang mementingkan hubungan kerjasama, yang
terakhir mementingkan hasil yang dapat dicapai.
Pada tahun 1930-an ada yang berpendapat bahwa gaya kepemimpinan
sebagai suatu rangkaian kesatuan yang didasarkan pada derajat pembagian
kekuasaan dan pengaruh antara pimpinan dan bawahan. Dalam rangkaian tersebut
dapat diidentifikasikan empat gaya kepemimpinan dasar yaitu, mengatakan,
menjual, konsultasi, dan bergabung. Mengatakan adalah gaya kepemimpinan
otokratis, sedangkan bergabung adalah gaya kepemimpinan demokratis. Menurut
pendapat ini gaya kepemimpinan demokratis bukanlah pendekatan yang terbaik
semua kondisi (situasi), para ahli saat itu lebih menyarankan penggunaan semua
gaya mulai dari mengatakan sampai bergabung. Menurut para ahli saat itu juga
untuk menentukan gaya yang paling efektif dalam menghadapi keadaan tertentu
maka perlu mempertimbangkan kekuatan yang ada dalam tiga unsur yaitu dari diri
pemimpin, bawahan dan situasi yang menyeluruh
Perkembangan selanjutnya terjadi pada tahun 1960-an yang dinamakan
“pola manajerial”. Kepemimpinan dipengaruhi oleh dua perhatian manajerial
yang mendasar, yaitu perhatian terhadap produksi atyau tugas dan perhatian
13

terhadap manusia. Menurut teori ini ada empat gaya dasar kepemimpinan : (1)
gaya manajemen tugas, pemimpin menunjukkan perhatian tinggi terhadap
produksi terhadap perhatian rendah terhadap manusia, (2) gaya manajemen
country club, pemimpin memperlihatkan perhatian yang tinggi terhadap manusia
tetapi perhatian rendah terhadap produksi/tugas, (3) gaya manajemen miskin.
Pemimpin tidak terlalu menunjukkan perhatian, baik terhadap produksi/ tugas
maupun manusia (4) gaya manajemen tim, pemimpin menunjukkan perhatian
yang tinggi terhadap produksi/tugas maupun manusia. Menurut teori ini gaya
menajemen tim, yang pada dasarnya sama dengan gaya demokratis merupakan
gaya kepemimpinan yang terbaik untuk semua orang dalam esgala situaasi yang
dapat dilihat dari tabel dibawah ini

Daftar Gambar 1.Gaya Dasar Kepemimpinan


Gaya Dasar Perhatian Manjerial
Produksi Manusia
kepemimpinan
Manajemen Tugas Tinggi Rendah
Manjemen Country Club Rendah Tinggi
Manajemen Miskin Rendah Rendah
Manajemen Tim Tinggi Tinggi

Sementara itu menurut Contigency Theory leadership menyatakan bahwa


ada kaitan antara gaya kepemimpinan dengan situasi tertentu yang dipersyaratkan.
Menurut teori ini pemimpin akan efektif jika gaya kepemimpinannya akan sesuai
dngan situasi yang terjadi. Pendekatan ini menyarankan bahwa diperlukan dua
perangkat perilaku untuk kepemimpinan yang efektif yaitu perilaku tugas dan
perilaku hubungan. Dengan kedua perangkat ini maka akan melahirkan gaya
kepemimpinan, yaitu (1) mengarahkan, gaya kepemimpinan ini perilaku tugas
tinggi, perilaku hubungan rendah, (2) menjual, perilaku tugas maupun perilaku
hubungan hubungan sama tinggi, (3) ikut serta, perilaku tugas rendah sedangkan
perilaku hubungan tinggi, (4) mendelegasikan, baik perilaku tugas maupun
perilaku hubungan sama rendah.
14

Daftar Gambar 2.Perangkat Perilaku Kepemimpinan


Gaya Perilaku
Tugas Hubungan
Kepemimpinan
Mengarahkan Tinggi Rendah
Menjual Tinggi Tinggi
Ikut serta Rendah Tunggi
mendelegasikan Rendah Rendah

Sedang pakar manajemen modern berpendapat bahwa gaya kepemimpinan


yang tepat adalah suatu gaya yang dapat menyatukan tiga variabel situasional,
yaitu hubungan pimpinan dan bawahan dan anggota, struktur tugas, sert posisi
kekuasaan, sehingga dapat dikatakan bahwa gaya kepemimpinan yang terbaik
adalah jika posisi kekuasaan itu moderat. Path-Goal model sepaham dengan
pendapat di atas, bahwa suksesnya seorang pemimpin tergantung pada
kemampuannya dalam menyesuaikan gaya kepemimpinannya dengan lingkungan
dan karakteristik individual bawahannya. Pengembangan baru dari teori ini yang
dapat dikatakan sebgi kalangan moderat, menggambarkan bahwa ada empat gaya
kepemimpinan yaitu (1) mengarahkan, gaya ini sama dengan gaya otokratis, jadi
bawahan mengetahui secara persis apa yang diharapkan dari bawahan, (2)
mendukung, pemimpin bersifat ramah pada bawahan, (3) berpartisipasi,
pemimpin bertanya dan menggunakan saran bawahan, (4) berorientasi pada
tugas, pemimpin menyusun serangkaian tujuan yang menantang untuk
bawahannya.
Seorang pemimpin yang efektif harus menggunakan gaya kepemimpinan
yang berbeda dalam situasi yang berbeda, jadi tidak tergantung pada satu
pendekatan untuk semua situasi. Pandangan ini mensyaratkan agar seorang
pemimpin mampu membedakan gaya-gaya kepemimpinan, membedakan situasi,
menentukan gaya yang sesuai untuk situaasi tertentu serta mampu menggunakan
gaya tersebut secara benar
15

Dengan demikian berdasarkan uraian diatas, secara konseptual gaya


kepemimpinan didefinisikan sebagai perilaku dan strategi, yang merupakan hasil
kombinasi dari falsafah, ketrampilan, sifat,sikap, yang sering diterapkan seorang
pemimpin dalam berinteraksi dengan orang lain, dalam mengambil keputusan,
dan dalam melaksanakan kegiatan pengendalian
Dari uraian diatas dapat disimpulkan beberapa jenis/macam dari gaya
kepemimpinan. Gaya-gaya kepemimpinan tersebut antara lain :

1. Gaya Kepemimpinan Otokratik

Gaya kepemimpinan otokratik adalah gaya pemimpin yang memusatkan


segala keputusan dan kebijakan yang diambil dari dirinya sendiri secara
penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung jawab dipegang oleh si
pemimpin yang otoriter tersebut, sedangkan para bawahan hanya
melaksanakan tugas yang telah diberikan.

2. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Gaya kepemimpinan demokratis adalah gaya pemimpin yang memberikan


wewenang secara luas kepada para bawahan. Setiap ada permasalahan
selalu mengikutsertakan bawahan sebagai suatu tim yang utuh. Dalam
gaya kepemimpinan demokratis pemimpin memberikan banyak informasi
tentang tugas serta tanggung jawab para bawahannya.

3. Gaya Kepemimpinan Bebas

Pemimpin jenis ini hanya terlibat delam kuantitas yang kecil di mana para
bawahannya yang secara aktif menentukan tujuan dan penyelesaian
masalah yang dihadapi.

4. Gaya Kepemimpinan Transformasional

Gaya Kepemimpinaan transformasional yaitu sebagai gaya kepemimpinan


yang mengutamakan pemberian kesempatan dan atau mendorong semua
16

unsur yang ada dalam sekolah untuk bekerja atas dasar sistem nilai (values
system) yang luhur sehingga semua unsur yang ada bersedia, tanpa
paksaan, berpartisipasi secara optimal dalam mencapai tujuan

5. Gaya Kepemimpinan Paternalitik

Gaya kepemimpinan yang bersifat kebapakan. Pemimpin bertindak


sebagai seorang bapak yang selalu memberikan perlindungan kepada para
bawahannya dalam batas-batas kewajaran

6. Gaya Kepemimpinan Militeristik

Gaya kepemimpian tidak hanya terdapat di dalam militer saja, tetapi


banyak pemimpin instansi non militer (sipil) yang menerapkan
kepemimpinan gaya ini

2. Tinjauan Tentang Profesionalisme Guru


a. Pengertian Profesi

Piet A. Saherfian (1994: 26) mengemukakan bahwa "Profesi pada


hakikatnya adalah suatu pernyataan atau janji terbuka (to profess artinya
menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itu mengabdikan dirinya pada
suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk
menjabat pekerjaan itu". Mengenai istilah profesi ini Everett Hughes yang di kutip
oleh Piet A. Sahertian (1994: 26) menjelaskan. bahwa "istilah profesi rnerupakan
simbol dari suatu pekerjaan dan selanjutnya menjadi pekerjaan itu sendiri.
Sedangkan, Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 897) profesi di artikan
sebagai "Bidang pekerjaan yang dilandasi pendidikan keahlian (ketrampilan,
kejujuran, dan sebagainya) tertentu".

Dalam buku profesi kependidikan dikutip Ahmad Sanusi (2002: 2)


menyebutkan istilah profesi berasal dari bahasa Inggris profession dalam kamus,
profession adalah "a calling requiring specialized knowledge and often
17

long and intensive academic preparation". Profesi merupakan sebuah


pekerjaan yang mensyaratkan pengetahuan terspesialisasi dan sering
mensyaratkan persiapan akademik yang lama dan intensif. Dari ketiga definisi
tersebut dapat disimpulan bahwa profesi adalah suatu pernyataan bahwa
seseorang akan mengabdikan dirinya kepada jabatan atau pekerjaan tertentu.
Profesi menuntut adanya kependidikan keahlian, terspesialisasi, adanya persiapan
akademik. yang lama dan intensif.

b. Persyaratan profesi
Mengingat tugas dan tanggungjawab guru yang begitu kompleksnya,
maka profesi ini memerlukan persyaratan khusus antara lain dikemukakan berikut
ini :
1) Menuntut adanya ketrampilan yang berdasarkan konsep dan teori ilmu
pengetahuan yang mendalam
2) Menekankan pada suatu keahlian dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan
bidang profesinya.
3) Menuntut adanya tingkat pendidikan keguruan yang memadai.
4) Adanya kepekaan terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang
dilaksanakannya.
5) Memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. (Moh. Ali,
1985)
Selain pernyataan tersebut, menurut Moh. Uzer Usman masih ada
persyaratan yang harus dipenuhi oleh setiap pekerjaan yang tergolong dalam suatu
profesi antara lain : 1). Memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan
tugas dan fungsinya. 2). Memiliki klien / objek layanan yang tetap, seperti dokter
dengan pasiennya, guru dengan muridnya. 3).Diakui oleh masyarakat kerena
memang diperlukan jasanya di masyarakat.
Atas dasar persyaratan tersebut jelaslah jabatan profesional harus di
tempuh melalui jenjang pendidikan yang khusus mempersiapkan jabatan itu.
Demikianpun dengan profesi guru, harus ditempuh dengan jenjang pendidikan pre
service education seperti Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD), KIP, dan
Fakultas Keguruan di luar lembaga kependidikan.
18

c. Pengertian Kompetensi, Profesional dan Profesionalisme Guru


Menurut Broke and Stone yang dikutip oleh E. Mulyasa (2007: 25)
mengemukakan bahwa, " Kompetensi guru sebagai ... descriptive of qualitative
nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful... kompetensi guru
merupakan gambaran kualitatif tentang hakikat perilaku guru yang penuh arti".
Menurut Charles yang juga dikutip oleh E. Mulyasa (2007: 25) mengemukakan
bahwa kompetensi merupakan, "Perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan
yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan". Sedangkan dalam
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen, dijelaskan bahwa, "Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan,
ketrampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru
atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan".
Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi mengacu pada
kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan;
kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional
untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan.
Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance
merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati, tetapi juga
menyangkut scsuatu yang tidak kasat mata.
Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 897) makna dari
profesional adalah "Bersangkutan dengan profesi; memerlukan kepandaian
khusus untuk menjalankannya; mengharuskan adanya pembayaran untuk
melakuannya (lawan amatir)". Sedangkan menurut Wagiman.dkk istilah
profesional menunjukkan pada dua hal, yang pertama; profesional berarti
orang yang menyandang suatu profesi dan yang kedua; profesional berarti
penampilan seseorang dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
profesinya. Samana A (1994: 27) berpendapat bahwa "Seorang pekerja
profesional dalam bahasa keseharian tersebut adalah seorang pekerja yang
terampil atau cakap dalam kerjanya, biarpun keterampilan atau kecakapan
tersebut sekedar produk dari fungsi minat dan belajar dari kebiasaan".
19

Dari ketiga definisi tsrsebut dapat disimpulkan bahwa pada intinya


profesional berarti sesuatu yang berhubungan dengan profesi, yang dalam
menjalankan profesinya diperlukan suatu kepandaian khusus yang berpijak
pada landasan intelektual yang harus dipelajari secara sengaja, terencana,
terampil dan cakap dalam kerjanya yang di pergunakan demi kemaslahatan
orang lain.
Mengenai pengertian dari kata profesionalisme Wagimin, dkk (2002:
1) mengatakan "Istilah profesionalisme menunjukkan pada komitmen para
anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan
terus menerus mengembangkan strategi-strategi yang digunakanya dalam
melakukan pekerjaan yang sesuai dengan profesinya". Menurut Muhibbin
Syah (2006: 230) " Profesionalisme dapat dipahami sebagai kualitas dan tindak
tanduk khusus yang merupakan ciri orang profesional". Sedangkan menurut
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002: 897) kata profesionalisme
menunjukkan kata benda yang berarti mutu, kualitas, dan tindak tanduk yang
merupakan ciri suatu profesi atau orang yang profesional. Dari ketiga
pengertian tersebut dapat diambil kesimpulan bahwa pengertian dari
profesionalisme adalah komitmen dari anggota suatu profesi untuk
meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus menerus mengembangkan
strategi-straleginya agar mutu atau kualitas dan tindak-tanduk yang dimiliki
benar-benar bisa diterapkan dalam melakukan pekerjaan yang sesuai dengan
profesinya

d. Pengertian Guru
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 158) guru diartikan
sebagai "Orang yang kerjanya mengajar". Sedangkan Moh. Uzer Usman (2005:
6) mengemukakan bahwa, "Guru merupakan profesi / jabatan / pekerjaan yang
memerlukan keahlian khusus sebagai guru.
Pendapat lain menyatakan bahwa:
Guru adalah pribadi dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus
melalui lembaga pendidikan guru (LPTK), agar dengan keahliannya
mampu mengajar sekaligus mendidik siswanya untuk menjadi warga
negara yang baik (susila), berilmu, produktif, sosial, sehat, dan
20

mampu berperan aktif dalam peningkatan sumber daya manusia /


investasi kemanusiaan. (A. Samaria 1994, 115)

Jadi guru dapat menunjuk kepada jabatan profesional yang memerlukan


keahlian khusus atau dapat pula berarti orang yang berprofesi sebagai
pengajar dan pendidik yang menjadikan bidang pendidikan tak sekedar sumber
pendidikan tetapi juga sebagai sarana pengabdian. Guru merupakan pribadi
dewasa yang mempersiapkan diri secara khusus melalui lembaga
pendidikan guru, menggunakan keahliannya mengajar sekaligus mendidik
siswanya menjadi warga negara yang baik, berilmu, produktif, sosial, sehat,
dan mampu berperan aktif dalam peningkatan SDM.

e. Tugas Guru
Menurut Piet A. Saherlian (199-1: 12-13)," Tugas guru umumnya
dibedakan: a) Tugas Personal, b) Tugas Sosial, dan c) Tugas Profesional".
Sedangkan Moh. Uzer Usman (2005: 6-7) berpendapat bahwa, " Terdapat
tiga jenis tugas guru, yakni tugas dalam profesi, tugas kemanusiaan, dan tugas
dalam bidang kemasyarakatan". Macam-macam tugas tersebut dijelaskan
sebagai berikut:
1). Tugas Personal
Yang dimaksud dengan tugas personal adalah tugas guru yang
menyangkut dirinya sendiri, setiap guru harus mendalami konsep dirinya dan
menatap dirinya, mampu berkaca pada diri sendiri, dengan begitu dia akan
melihat bahwa apa yang ada pada dirinya bukan lainnya. satu pribadi, melainkan
tiga pribadi yaitu: Saya dengan konsep diri saya {self concept), saya dengan
ide diri saya (self idea), saya dengan realita diri saya (self reality).
2). Tugas Sosial
Misi yang diemban guru adalah misi kemanusiaan, mendidik dan
mengajar adalah tugas pemanusiaan manusia. Guru harus dapat menjadikan
dirinya scbagai orang tua kedua di sekolah, harus dapat menarik simpati
sehingga dia menjadi idola para siswanya. Pembelajaran apapun yang
diberikan, hendaknya dapat menjadi motivasi bagi siswanya dalam belajar.
3). Tugas Profesional
21

Tugas guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar, dan melatih.


Mendidik berarti meneruskan dan mengembangkan nilai-nilai hidup, mengajar
berarti meneruskan dan mengembangkan iilmu pengetahuan dan teknologi,
sedangkan melatih berarti mengembangkan ketrampilan -ketrampilan kepada
siswa.
4). Tugas guru dalam Bidang Kemasyarakatan
Tugas guru dalam bidang kemasyarakatan meliputi dua hal . yaitu:
1) mendidik dan mengajar masyarakat untuk menjadi warga negara Indonesia
yang bermoral agama. 2) mencerdaskan bangsa Indonesia. Masyarakat
menempatkan guru pada tempat yang terhormat dalam kehidupan masyarakat
yakni di depan memberi suri tauladan, di ditengah-tengah membangun, dan di
belakang memberi dorongan dan motivasi Ing Ngarso sung tuladha, ing madya
mangun karsa, tut wuri handayani. Selain itu guru juga mempunyai peran yang
strategis dalam menentukkan gerak maju pertumbuhan bangsa.

f. Guru yang professional


Menurut Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 2, guru yang
profesional adalah "guru yang telah memiliki sertifikat pendidik setelah mengikuti
pendidikan profesi". Pedidikan yang dimaksud wajib diikuti oleh setiap calon
guru sebagai pendidikan lanjutan setelah sarjana. Pendidikan profesi dapat
ditempuh dalam kurun waktu kurang lebih satu tahun atau dengan beban belajar
antara 36-40 SKS. Untuk mencapai sebulan guru profesional, setiap calon guru
harus memiliki:
1) Kualifikasi akademik sekurang-kurangnya sarjana (S-l) atau diploma (D-
IV)
2) Lulus uji kompetensi yang meliputi kompetensi paedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi
profesional.
3) Sertifikasi pendidikan yang ditlempuh melalui pendidikan profesi. Di
samping itu, calon guru harus sehat jasmani dan rohani serta memiliki
kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. (Subijanto, 2006)
22

Menurut Glickman yang dikutip oleh Ibrahim Bafadal (2003: 5)," Seorang guru
bisa dikatakan profesional bilamana memiliki kemampuan tinggi (high level of
abstract) dan rnotivasi kerja yang tinggi Qiigh level of commitment) ".Apabila
ditelaah lebih mendalam temyata kata komitmen memiliki makna lebih luas
daripada concern sebab komitmen mencakup waktu dan usaha. Tingkat komitmen
guru terbentang dalam satu garis kontinum, bergerak dari yang paling rendah
menuju yang paling tinggi. Guru yang memiliki komitmen yang rendah biasanya
wajib, memberikan perhatian kepada murid, demikian pula waktu dan tenaga
yang dikeluarkan untuk meningkatkan mutu pembelajaran pun sangat sedikit.
Sebaliknya, seorang guru yang memiliki komitmen tinggi biasanya tinggi sekali
pecrhatiannya kepada murid, demikian pula waktu yang disediakan untuk
peningkatan mutu pendidikan sangat banyak. Menurut Piet A. Saherlian (1994:
30) " makna profesional dapat dipandung dari tiga dimensi, yaitii ahli (ekspert),
rasa tanggung jawab (responsibility), dan memiliki rasa kesejawatan". Ketiga hal
tersebut bisa dijabarkan sebagai berikut:
1) Ahli (Ekspert)
Maksud dari ahli adalah ahli dalam bidang pengetahuan yang diajarkan
dan ahli dalam fungsi mendidik. Seorang guru tidak saja menguasai isi pengajaran
yang diajarkan tetapi juga mampu dalam menanamkan konsep mengenai
pengetahuan yang diajarkan.
Pemahaman konsep dapat dikuasai bila guru juga memahami psikologi
belajar. Psikologi belajar membantu guru menguasai cara membimbing subjek
belajar dalam memahami konsep tentang apa yang di ajarkan. Selain itu, guru juga
menyampaikan pesan-pesan didik. Guru yang ahli memiliki pengalaman tentang
cara mengajar (leaching is a skill) dan mengerti bahwa mengajar adalah juga
suatu seni (teaching is an art). Guru bukan hanya pengajar, tetapi juga, mendidik.
Dengan mengajar maka guru membentuk konsep berfikir, sikap jiwa, dan
menyentuh afeksi yang terdalam dari inti kemanusiaan subjek didik. Selain itu,
dengan mengajar berarti guru memberikan pengetahuan, mengembangkan
pengetahuan, dan menumbuhkan apresiasi, sehingga inti kemanusiaan subjek
didik dapat berkembang.
23

Guru yang ahli mampu menciptakan situasi belajar yang mengandung


makna relasi interpersonal. Relasi interpersonal harus diciptakan sehingga subjek
didik merasa "diorangkan", subjek didik mempunyai jati dirinya, selain itu guru
yang ahli juga harus dapat menyentuh inti kemanusiaan subjek didik melalui
pelajaran yang diberikan. Ini berarti bahwa cara mengajar guru harus diubah
dengan cara yang bersifat dialogis. Praktek pengalaman calon guru harus lebih
lama sekurang-kurangnya satu tahun agar mereka memperoleh peningkatan dan
kelengkapan profesional yang mantap sebelum terjun dalam dunia mengajar.
Sehingga seorang guru yang dapat memainkan perannya dengan baik, baik
sebagai pengajar ataupun pendidik maka guru tersebut ahli dalam mengajar
ataupun mendidik.
2). Memiliki otonomi dan rasa tanggungjawab.
Yang dimaksud dengan otonomi adalah suatu sikap yang pofesional yang
disebut mandiri. Sikap otonomi atau mandiri ini, dia wujudkan dalam
mengemukakan hal-hal yang harus dikatakan berdasarkan keahliannya. Pada
awalnya, guru belum mempunyai kebebasan otonomi melalui proses belajar dan
perkembangan profesi maka pada suatu saat ia akan memiliki sikap mandiri. Piet
A. Sahertian (1994: 34), mengemukakan ciri mandiri antara lain: a) Dapat
mengamalkan nilai-nilai hidup. b) Dapat membuat pilihan nilai. c) Dapat
menentukkan dan mengambil keputusan sendiri. e) Dapat bertanggungjawab
terhadap keputusan tadi. Pengertian tanggungjawab dalam teori ilmu mendidik
adalah guru mampu memberi pertanggungjawaban dan kesediaan untuk dimintai
pertanggungjawaban, baik terhadap diri sendiri, terhadap siswa, terhadap orang
tua, lingkungan sekitarnya, masyarakat, bangsa dan negara, sesama manusia dan
akhirnya terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Rasa tanggungjawab yang dimiliki oleh guru meliputi lima aspek, yaitu
aspek individual, sosial, etis, religius, dan intelektual. Aspek individu artinya
yang bertanggungjawab adalah orang secara pribadi, berdiri sendiri sebagai
makhluk yang utuh, untuk mengambil keputusan dan mempertanggungjawabkan
keputusan itu, dan juga harus punya kesadaran untuk dimintai
pertanggungjawaban. Aspek sosial artinya, guru harus mampu
mempertanggungjawaban kepada orang lain. Aspek etis maksudnya
24

tanggungjawab itu sendiri adalah perbuatan. yang baik (etic). Sedangkan


tanggungjawab dari aspek religius maksudnya guru mempunyai tanggungjawab
terhadap Tuhan Yang Maha Kuasa.

3). Memiliki Rasa Kesejawatan


Salah satu kriteria jabatan profesional adalah jabatan profesi harus
mempunyai wadah untuk menyatukan gerak langkah dan mengendalikan
keseluruhan profesi, yakni organisasi profesi. Dalam Undang-Undang Republik
Idonesia Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dikemukakan bahwa:
"Organisasi profesi guru adalah perkumpulan yang berbadan hukum yang
didirikan dan diurus oleh guru untuk mengembangkan profesionalitas guru".
Salah satu tugas dari organisasi profesi adalah menciptakan rasa
kesejawatan sehingga ada rasa aman dan perlindungan jabatan. Etik profesi ini
dikembangkan melalui organisasi profesi. Melalui organisasi profesi diciptakan
rasa kesejawatan sehingga harkat dan martabat guru dapat di junjung tinggi, baik
oleh guru sendiri maupun oleh masyarakat pada umumnya. Bagi guru di Indonesia
wadah organisasi profesi bagi guru sudah ada, yakni Persatuan Guru Republik
Indonesia (PGRI). Selain PGRl sebagai satu-satunya organisasi guru yang diakui
oleh pemerintah sampai saat ini, ada organisasi guru yang disebut Musyawarah
Guru Mata Pelajaran (MGMP), Ikatan Sarjana Pendidikan Indonesia (ISPI),
Asosiasi Bimbingan dan Konseling Profesi Indonesia (AKBIN), Ikatan Pengurus
Bimbingan Indonesia (IPBI), dan lain-lain. Hubungan oranisasi-organisasi
tersebut dengan PGRI masih belum tampak nyata secara formal, sehingga nampak
kerjasama mutualisma dalam peningkatan kualitas guru. Dengan diberlakukannya
standar kompetensi dan sertifikasi guru, organisasi-organisasi profesi tersebut ;
akan sangat berperan dalam meningkatkan kualitas guru, melalui berbagai
kegiatan sesuai dengan visi dan misinya masing-rnasing.
Menurut Sadiman AM (1990: 133-134) guru sebagai tenaga professional
mempunyai kualifikasi sebagai berikut:
a) Capable Personal
25

Maksudnya guru di harapkan memiliki pengetalnian, kecakapan, dan


ketrampilan serta sikap yang lebih mantap dan memadai sehingga mampu
mengelola proses belajar mengajar secara efektif.
b) Inovator
Tenaga kependidikan yang mempunyai komitmen terhadap upaya
perubahan dan reformasi, guru diharapkan memiliki pengetahuan kecakapan dan
ketrampilan serta sikap yang tepat terhadap perubahan dan sekaligus sebagai
penyebar ide pembaharuan yang efektif.

c) Developer
Guru yang memiliki visi keguruan yang mantap dan luas perspektifnya.
Guru harus mampu dan mau melihat jauh kedepan menjawab tantangan-
tantangan yang dihadapi oleh sektor pendidikan sebagai sistem.
Faktor-faktor lain, selain faktor-faktor pengetahuan, kecakapan,
ketrampilan dan tanggap terhadap ide pembaharuan dan wawasan yang lebih luas
sesuai dengan keprofesiannya, pada diri guru sebenarnya masih memerlukan
persyaratan khusus yang bersifat mental. Persyaratan khusus itu adalah faktor
yang menyebabkan seseorani itu rnerasa senang, karena merasa terpanggil
hati nuraninya untuk menjadi pendidikatau guru.
Menurut Oemar Hamalik (2006: 27) "Guru profesional merupakan
orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat
master serta telah memiliki ijazah negara dan telah berpengalaman dalam
mengajar pada kelas-kelas besar". Secara lebih rinci, beliau menyampaikan
bahwa, guru profesional mempuyai kriteria sebagai berikut :
a) Fisik
1) Sehat jasmani dan rohani
2) Tidak mempunyai cacat tubuh yang bisa menimbulkan ejekan
atau cemoohan atau rasa kasihan dari anak didik
b) Mental aiau kepribadian
1) Mencintai bangsa dan sesama manusia dan rasa kasih sayang
kepada anak didik
2) Berbudi pekerti yang luhur
26

3) Berjiwa krea tif, dapat memanfaatkan sarana pendidikan yang


ada secara maksimal
4) Mampu menyuburkan sikap demokrasi dan penuh tenggang
rasa
5) Mampu mengembangkan kreatifitas dan tanggungjawab yang
besar akan tugasnya
6) Mampu mengembangkan
kecerdasan yang tinggi
7) Bersifat terbuka, peka, dan
inovatif
8) Menunjukkan rasa cinta kepada profesinya
9) Ketaatannya akan disiplin
10) Memiliki sense of humany
c) Keilmiahan atau pengetahuan :
1) Memahami ilmu yang dapat melandasi pembentukan pribadi
2) Memahami i lmu pendidikan dan keguruan dan mampu
menerapkannya dalam tugas sebagai pendidik
3) Memahami, menguasai, serta mencintai ilmu pengetahuan
yang di ajarkan
4) Mempunyai ilmu pengetahuan yang cukup tentang bidang -
bidang lain
5) Senang membaca buku-buku ilmiah
6) Mampu memecahkan persoalan secara sistematis, terutama
yang berhubungan dengan bidang studi
7) Memahami prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar
d. Ketrampilan
1) Mampu berperan sebagai organisator proses belajar mengajar
2) Mampu menyusun bahan pelajarun atas dasar pendekatan
struktural, interdisipliner, fungsional, behaviour, dan teknologi.
3) Mampu memecahkan dan melaksanakan teknik-teknik
4) Mampu mercanakan dan melaksanakan evaluasi pendidikan,
memahami dan mampu melaksanakan kegiatan dari pendidikan
27

luar sekolah. (Oemar Hamalik , 2004)


Dari keterangan di atas dapat diperoleh kualifiasi dari guru profesional
yaitu : memiliki sertifikat pendidik setelah mengikuti pendidikan profesi, ahli
(ekspert ), memiliki otonomi dan rasa tanggungjawab, memiliki rasa
kesejawatan, capable personal, inovator, developer dan telah menempuh
program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah memiliki
ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar pada kelas-kelas
besar.”

g. Peranan Guru yang Profesional


Sebagai suatu profesi, guru melaksanakan peran profesi ( professional-
role). Dalam menjalankan peran profesinya, guru memiliki kualifikasi
profesional, yaitu : menguasai pengetahuan yang diharapkan sehingga dapat
memberi sejumlah pengetahuan kepada siswa, menguasai psikologi
perkembangan dan psikologi belajar, menjadi penanggungjawab dalam
pemberian disiplin.
Peran profesi yang lainnya adaluh guru sebagai penilai atau konselor
kegiatan siswa juga pengembang kurikulum yang sedang dilaksa nakan,
sebagai , penghubung antara sekolah dan masyarakat, orang tua, dan juga
terus menerus mencari pengetahuan yang baru dan ide-ide baru untuk
disampaikan kepada siswanya.
Menurut Cole & Chan (1994: 17)," Ada beberapa dimensi yang
dibutuhkan untuk menjalankan pedoman guru secara profesional dalam
mengajar, antara lain: 1) komi tmen pada standar dan profesi; 2) percaya diri;
3) strategi analitik dan gaya refleksi; 4) pengetahuan tentang isi kurikulum; 5)
kemampuan lebih dalam memahami simbol, baik huruf atau angka .
Peranan guru secara profesional harus terus dilatih. Lima hal pokok yang telah
disebutkan di atas merupakan suatu keharusan yang dipunyai oleh seorang
guru terutama adalah komitmen pada profesi yang bertujuan untuk menaikkan
standard dalam pembelajaran siswa agar lebih baik dan juga potensi diri siswa
secara umum .Termasuk pada pula di dalam pengajaran yang pada ukuran etika,
khususnya hal yang berhubungan dengan integritas siswa konsep
28

tentang hubungan inasyarakat, dan penolakan terhadap semua pola


penyalahgunaan dan diskriminasi. Kedua adalah percaya diri,
kepercayaan terhadap diri sendiri bahwa tindakan guru dapat membawa
siswa sedapat mungkin. Mendapat kesempatan dalam kegiatan belajar
mengajar. Ketiga, kemampuan analitik dan refleksi, berhubungan dengan
penerapan pengetahuan praktis atau prinsip evaluasi dalam situasi
pengajaran. Keempat, guru seharusnya memahami pelajaran yang
diajarkan dan yang kelima, berhubungan dengan standar yang dipakai
guru dalam memahami simbol harus lebih baik dan juga potensi dari
siswa secara umum.Termasuk pada pula di dalam pengajaran yang pada
ukuran etika, khususnya hal yang berhubungan dengan integritas siswa
konsep tentang hubungan masyarakat, dan penolakan terhadap semua pola
penyalahgunaan dan diskriminasi. Kedua adalah percaya diri, kepercayaan
terhadap diri sendiri bahwa tidakan guru dapat membawa siswa sedapat
mungkin. Mendapat kesempatan dalam kegiatan belajar mengajar. Ketiga,
kemampuan analitik dan refleksi, berhubungan dengan penerapan
pengetahuan praktis atau prinsip evaluasi dalam situasi pengajaran.
Keempat, guru seharusnya memahami pelajaran yang diajarkan dan yang
kelima, berhugungan dengan standar yang dipakai guru dalam memahami
symbol harus lebih baik

h. Profil Guru dalam Konteks Profesional


Menurut Piet A. Sahertian (1994: 24), " Guru yang profesional
mempunyai kualifikasi professional”. Penjabaran dari hal tersebut adalah
sebagai berikut :
1) Kualifikasi personal
Ada beberapa ungkapan untuk melukiskan kualifikasi personal,
antra lain yang pertama yaitu, guru yang baik (a good teacher), baik
dalam artian ini punya konotasi sifat atau atribut-atribut moral yang baik.
Sifat-sifat ini diutamakan dari asumsi bahwa manusia itu sejak lahir sudah
membawa sifat-sifat yang baik. Kedua guru yang berhasil (a succcessfull
teacher), seorang guru dikatakan berhasil bila dalam mengajar ia dapat
29

menunujukkan kemampuannya sehingga tujuan tujuan yang telah


ditentukan dapat dicapai oleh subyek belajar. Ketiga , guru yang efektif
(an effective teacher). Guru dikatakan efektif bila ia dapat
mendayagunakan waktu dan tenaga yang sedikit tetapi dapat mencapai
hasil yang banyak. Guru yang pandai menggunakan strategi mengajar dan
mampu menerapkan metode-metode mengajar secara berdaya guna dan
berhasil guna.

2) Kualifikasi Profesional
Guru yang berkualitas professional yaitu guru yang tahu secara
mendalam tentang apay yang diajarkannya, cakap dalam mengajarkan
secara efektif dan efisien dan guru tersebut berkepribadian mantap.
Menurut Soekartawi (1995: 33)disebutkan bahwa, “Profil pengakar
dituntut serba bisa”, antara lain meliputi peran:
a) Mempunyai keahlian terhadap ilmu
pengetahuan (bahan ajar) yang diberikan kepada siswanya;
Mempunyai keahlian dalam dalam memberikan
pengajaran:
c) Mampu memberikan motivasi kepada siswa
d) Mampu bertindak sebagai manajer di kelas
(kadang-kadang juga dikantor dimana dia bekerja)
e) Mampu bertindak sebagai pemimpin;
f) Mempunyai keahlian dalam memberikan
bimbingan
g) mempunyai keahlian sebagai "ahli lingkungan"
dalam arti bahwa bila di lingkungan di mana pengajar tersebut
bekerja dirasakan terjadi situasi yang kurang menyenangkan, atau
bila di kelas dimana ia mengajar terjadi situasi kurang mendukung
proses belajar mengajar, maka pengajar harus pula mengubahnya;
h) Mampu sebagai figur yang berwatak- ing
ngarso sung tulodho ing madaya mangun karsa lan tut wuri
handayani (di depan pengajar mampu berperan sebagai figur
30

teladan atau panutan, di tengah ia dituntut untuk mampu sebagai


penggerak inisiatif dan di belakang harus mampu melaksanakan
dengnn baik);
i) Mampu membuat suasana di kelas tetap
terkontrol dalam arti bahwa siswa tetap aktif mengikuti pengajaran
dengan baik (misalnya siswa tidak ada yang mengantuk, gaduh,
atau menganggu siswa yan lain)
j) Mampu membuat atau memberikan humor
kepada siswa yang bekajar tidak merasa bosan mengikuti
pengajaran, disamping itu juga dimaksudkan agar topik bahan ajar
dapat diterima dengan baik. Dengan humor mungkin dapat
menciptakan suasana hangat dan akrab dan mampu mendorong
siswa senang dan dapat menyerap bahan ajar dengan baik;
k) Mampu menerima umpan balik (feed back)
dari siswa atau dari teman sejawatnya dengan maksud agar proses
belalar megajar dapat terus ditingkatkan
l) Mau menerapkan hasil penelitiannya di dalam
bahan ajar yang diberikan , dimaksudkan agar kualitas bahan ajar
terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi;
m) Mampu melaksankan instructional design (ID)
terbaru (atau paling tidak ID yang dipakai sekarang adalaha lebih
baik dari ID yang digunakana sebelumnya). Dengan memelihara
atau menggunakan ID yang terus diperbaiki (up to date), maka
proses belajar mengajar akan menjadi lebih baik

B. Kerangka Berfikir

Kepala sekolah dalam hal ini sebagai pemimpin di lingkugan sekolah


harus dapat memberikan contoh, penjelasan, serta pelaksanaan kewajiban kepada
guru, agar tercipta adanya keprofesioala guru menunaikan tugasnya senagai
pendidik yang bermoral, yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, serta
mampu menjalankan fungsinya dengan baik
31

Guru yang professional tidak pernah lepas dari tugasnya mendidik peserta
didiknya untuk itu seorang guru harus mematuhi perintah dari kepala sekolah
yang dimana perintah dari kepala sekolah tersebut sesuai pada kaedah/aturan
sekolah
Sebagai seorang pemimpin di lingkungan sekolah seorang kepala sekolah
ditutuntut untuk memberikan yang terbaik kepada keprofesionalan guruuntuk
selalu ditingkatkan dengan berbagai cara, yang disesuiakan dengan kemampuan
dan aturan-atturan yang ada di sekolah tersebut. Sebagai contoh yang dapat
dilakukan oleh kepala sekolah dalam meningkatkan profesionalisme guru adalah
dengan mengikutsertakan guru pada pelatihan-pelatihan yang dapat meningktaka
profesipnalisme guru.
Berdasarkan kajian teori diatas, dapat disusun suatu kerangka pemikiran
yang mengarah pada penemuan jawaban sementara. Adapun kerangka pemikiran
dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Guru

Kepemimpinan Profesionalis
Kepala sekolah me Guru

Karyawan di
lingkungan
Sekolah

Gambar 3. Kerangka Berfikir


32

BAB III
METODOLOGI

A. Tempat dan Waktu Penelitian


1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian merupakan sumber diperolehnya data yang dibutuhkan
dari masalah yang sedang diteliti. Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah
Atas Negeri 1 Wonosari. Alasan peneliti memilih Sekolah Menengah Atas Negeri
1 Wonosari untuk dijadikan sebagai tempat penelitian karena di sana tersedia data
mengenai gaya kepemimpinan yang dibutuhkan oleh peniliti

2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan secara bertahap dari persiapan, tahap
pelaksanaan sampai dengan tahap penyusunan laporan.
a. Tahap Persiapan
Pada tahap ini peneliti melakukan kagiatan seperti permohonan
pembimbing, pengajuan proposal penelitian, permohonan ijin penelitianke
Sekolah Menengah Atas negeri 1 Wonosari, Klaten dilaksanakan pada
bulan Januari sampai dengan Februari 2009
b. Tahap Pelaksanaan
33

Pada tahap ini peneliti melakukan kegiatan pengambilan data. Kegiatan ini
akan dilaksankan mulai bulan April sampai bulan Mei 2009
c. Tahap Penyelesaian
Pada tahap ini peneliti melakukan analisis data hasil penelitian, penulisan
laporan hasil penelitian dan konsultasi dosen pembimbing, dilaksanakan
pada bulan Juni sampai Juli 2009

B. Bentuk dan Strategi Penelitian


1. Bentuk Penelitian
Berdsarkan pada tujuan penelitian yang ingin dicapai, penelitian ini
termasuk penelitian kualitatif, dimana penelitian ini bertujuan untuk memahami
suatu masalah. Adapun pengertian kualitatif menurut Sugiyono (2005:1) yang
mengemukakan bahwa:
“penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang digunakan untuk
meneliti kondisi obyek alamiah, (sebagai lawannnya adalah eksperimen)
dimana peneliti sebagai instrument kunci, tekhnik pengumpulan data
dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi”.

2. Strategi Penelitian
Strategi penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah
startegi penelitian tunggal terpancang, dimana peneliti hanya mengkaji satu
masalah saja yaitu tentang bagaimana meningkatkan profesionalisme guru di
Sekolah Menengah Atas negeri 1 Wonosari yang didasarkan pada gaya
kepemimpinan kepala sekolah. Jadi strategi tunggal terpancang yang digunakan
dalam penelitian ini mengandung pengertian sebagai tunggal dalam arti hanya ada
datu ruang lingkup penelitian di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari.
Sedangkan terpancang pada tujuan penelitian maksudnya yaitu, bahwa yang harus
34

diteliti dibatasi pada aspek-aspek yang sudah dipilih sebelum melakukan


penelitian di lapangan. Penelitian deskriptif tunggal terpancang bertujuan agar
penelitian dilakukan secara lebih mendalam sehingga hasilnya mempunyai mutu
yang tidak disangkal (Smith dalam Miles and Hubberman, 1992:2)

C. Sumber Data
Lofland dan Lofland yang dikutip Lexy J. Moleong (2003:112)
mengemukakan bahwa “sumber data utama penelitian kualitatif adalah kata-kata
dan tindakan, selebihnya seperti dokummen dan lain-lainnya.
Perlu dijelaskan bahwa peran dari sumber data sangatlah penting, karena
berkatian dengan bias atau tidaknya data penelitian diperoleh. Oleh karena itu
pada penelitian ini peneliti menggunkan data sebagai berikut:
1. Informan
Adalah orang yang dipandang mengetahui peraslahan yang akan dikaji
peneliti. Menurut Suharsimi Arikunto (2002:116) “Responden atau
informan penelitian adalah orang yang dapat merespon dan memberikan
informasi tentang data penelitian”. Dalam penelitian ini yang dijadikan
informan adalah Kepala Sekolah dan guru di Sekolah Menengah Atas
Negeri 1 Wonosari
2. Lokasi
Lokasi yang dijadikan sebagai tempat penelitian mengenai gaya
kepemimpinan ini adalah Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari
3. Arsip dan Dokumen
Merupakan sumber data dalam penelitian kualitaif, terutama apabila
sasarannya terarah pada latar belakang peristiwa masa lalu yang sekarang
sedang dipelajari. Arsip dan dokumen yang digunakan oleh peneliti yang
sesuai dengsn tema dan masalah penelitian ini berupa buku, data dari
internet dan data dari Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Wonosari .
35

D. Teknik Pengumpulan Data


Sutrisno Hadi (1993:131) menyatakan bahwa baik burukny suatu hasil
research sebagian tergantung pada tekni pengumpilan datanya, akuat dan reliable
pekerjaan research menggunakan teknik-teknik, prosedur-prosedur, alat-alat, serta
kegiatan yang dependable tang dapat diandalkan”.
Sesuai dengan bentuk penelitian kualitaif dan jenis sumber data yang
digunakan, maka penelitian ini teknik pengumpulan yang peneliti gunakan adalah:

1. Wawancara
Lexy J Moleong (2003 :135) menyatkan bahwa, “Wawancara Adalah
percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan ini dilakukan oleh dua
pihak, yaitu pewawanara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan
yang diwawancarai (interviewe) yang memberikan jawaban atas
pertanyaan”. Dengan wawancara yang mendalam diharapkan penliti
mampu memperoleh acara detail informasi-informasi dari informan
sehingga data yang diperoleh benar-benar akurat dan obyektif.
2. Observasi
Menurut Kerlinger yang dikutip dari Suharsimi Arikunto (2002: 171)
bahwa “Metode Observasi adalan suatu usaha sadar untuk mengumpulkan
data yang dilakukan secar sistematis, dengan prosedur yang terstandar”.
Observasi sebagaimana halnya dengan wawancara adalah termasuk teknik
pengumpulan data yang sering digunakan dalam penelitian kulaitatif
sebagai pelengkap dari teknik wawancara.
3. Analisis Dokumen
Teknik ini dilakukan untuk pengumpulan data yang besumber dari arsip
dan dokumen yang ada di lokasi penelitian. Menurut Suharsimi Arikunto
(2002: 202), “Metode untuk mencari data mengenai hal-hal atau variable
yang catatan, transkrip, surat kabar, majalah, prasasti, notulen, rapat dan
sebagainya

E. Teknik Sampling
36

Menurut Burhan Bungin (2003: 44), :Prinsip-prinsip penentuan sample


mengacu pada maslah teknis pelaksanaan dan kualitas porduk yang dihasilkan.
Berkaitan dengan masalah teknis pelaksanaan, cara-cara penentuan sample
haruslah sederhana, tidak terlalu rumit, sehingga mudah dipahami oleh khusunya
petugas lapangan dan mudah diaplikasikan”. Cara yang sederhana pada dasarnya
juga mendukung prinsip efisiensi dimana selain mudah dilaksanakan juga
berbiaya rendah.
Dalam penelitian ini penentuan dampel dilakukan dengan cara purposive
Sampling yaitu teknik penentuan sample untuk tujuan tertentu saja (Budiono,
1998: 56). Peneliti cenderung memilih informan yang dianggap tahu dan dapat
dipercaya untuk menjadi sumber data yang mantap dan mengetahui masalahnya
secara mendalam
Peneliti juga dapat menggunakan tekni Snowball Sampling yaitu peneliti
pertama-tama datang pada seseoang yang menurut pengetahuannya dapat dipakai
sebagai key informan, tetapi setelah berbicara cukup, informan tersebut
menunjukkan informasi lain yang dipandang mengetahui lebih banyak
masalahnya sehingga peneliti menunjuknya sebagai informan baru dan demikian
seterusnya sampai data dirasa cukup.

F. Validitas Data
Suharsimi Arikunto (2002: 136) menyatakan bahwa “Validitas adalah
suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau keabsahan ssuatu
instrument”. Sehingga dikatakan pula “Sebuah instrument dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa uang diinginkan. Sebuah instrument dikatakan valid
apabila dapat mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi
rendahnya validitas instrument menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul
tidak menyimpang dari gambaran tentsng variabel yang dimaksud”.
Dalam penelitian ini pemeriksaan data yang digunakan adalah triangulasi.
“Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang diluar data itu untuk keperluan pengecekan sebagai pembanding
terhadap data itu”. (Lexy J. Moleong, 2003: 78).
37

Triangulasi dalam pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan


data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Sugiyono
(2005: 125) terdapat triangulasi sumber, triangulasi tekhnik, triangulasi waktu
1. Triangulasi Sumber
Triangulasi Sumber untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data yang telah diperoleh melalui beberapa sumber
Atasan Teman

Bawahan

Gambar 4. Triangulasi Sumber


(Sumber Sugiyono, 2005: 125)

2. Triangulasi Tekhnik
Triangulasi tekhnik untuk menguji kredibilitas data dilakukan dengan cara
mengecek data kepada sumber yang sama dengan tekhnik yang berbeda

Wawancara Observasi

Kuisioner/
Dokumen

Gambar 5. Triangulasi Tekhnik


(Sumber Sugiyono, 2005: 126)

3. Triangulasi Waktu
Waktu juga sering mempengaruhi kredibilitas data. Data yang
dikumpulkan dengan tekhnik wawancara di pagi hari pada saat sumber

Sore
38

masih segar, belum banyak masalah, akan memberikan daya yang lebih
valid sehingga lebih kredibel.

Siang

Pagi

Gambar 6. Triangulasi Waktu


(Sumber Sugiyono, 2005: 126)
Dalam penelitian ini jenis triangulasi yang dilakukan dengan cara
triangulasi tekhnik, sumber data dan waktu. Triangulasi teknik dengan cara
menanyakan hal yang sama dengan teknik yang berbeda, yaitu dengan
wawancara, observasi dan dokumentasi. Triangulasi sumber, dilakukan dengan
cara menanyakan hal yang sama melalui sumber data yang berbeda, dalam hal ini
sumber datanya adalah Kepala Sekolah. Triangulasi waktu artinya pengumpulan
data dilakukan pada berbagai kesempatan, pagi, siang dan sore hari

G. Analisis Data
Menurut Miles & Huberman (1992: 16), “Dalam proses analisis terdapat
tiga komponen utama yang harus benar-benar dipahami oleh setiap peneliti
kualitatif yaitu, reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan atau
verifikasi”. Ketiga komponen tersebut terlibat dalam proses analisis dan saling
berkaitan serta menentukan hasil akhir analisis. Pada penelitian ini digunakan
ketiga komponen tersebut., yaitu :
1. Reduksi Data
Reduksi data adalah bagian dari proses analisis yang mempertegas,
memperpendek, membuat fokus, membuang hal-hal yang tidak penting
dan mengatur data sedemikian rupa sehingga simpulan peneliti dapat
dilakukan
2. Sajian Data
39

Sajian data merupakan suatu rakitan organisasi informasi, deskripsi dalam


bentuk narasi yang memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan.
Penyajian data ini mengacu pada perumusan masalah narasi yang tersaji
merupakan deskripsi mengenai kondisi yang rinci untuk menceritakan dan
menjawab permasalahan yang ada.
3. Penarikan kesimpulan
Penarikan kesimpulan adalah dimana peneliti menafsirkan kategori-
kategori sehingga menjadi kesimpulan yang bermakna. Penafsiran
terhadap data dilakukan berdasarkan kategorisasi-kategorisasi ataupun
gabungannya sesuai dengan kelompok permasalaha yang akan dicari
jawabannya

Berikut keterangan gambar mengenai ketiga hal diatas


Penyajian
Pengumpulan data
data

Reduksi
data
Penarikan
kesimpulan

gambar 7. Analisis data


(Sumber Mathew B. Miles & A. Michael Huberman, 1992: 18)

H. Prosedur Penelitian
40

Prosedur penelitian merupakan sekumpulan langkah-langkah secara urut


dari awaal hingga akhir yang digunakan dalan penelitian. Adapun kegiatan
penelitian ini dilaksanakan melalui beberapa tahap sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
Tahap persiapan dilaksanakan dimulai dari pembuatan rancangan
penelitian, memilih lokasi, dan megurus perijinan
2. Tahap Pengumpulan Data
Tahap ini meliputi berbagai aktivitas yang ada di lapangan untuk
mengumpulkan data yang relevan dengan tujuan penelitian.
3. Tahap Analisis Data
Untuk analisis data awal dilakukan sejak pengumpulan data di lapangan,
sedanga analisis data akhir dilakukan setelah penggalian data dianggap
cukup mendukung maksud dan tujuan penelitian. Dengan demikian
diharapkan data yang dihasilkan benar-benar valid.
4. Tahap Penarikan Kesimpulan
Setelah diadakan analisis data yang diperoleh selanjutnya diadakan
penarikan kesimpulan yang harus didasarkan pada tujuan penelitian
dengan didukung data yang valid, sehingga akan diperoleh hasil penelitian
yang dapat dipertanggungjawabkan
5. Tahap penulisan dan Penggandaan Laporan
Pada tahap ini, semua data yang telah diolah dan analisis disusun dan
ditulis dalam bentuk laporan hasil penelitian. Dari hasil penelitian
diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.
41

DAFTAR PUSTAKA

Anomius. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi. Surakarta: Fakultas Kegururan dan


Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret.
A. Samana. 1994. Profesionalisme Kuguruan. Yogyakarta: Kanisius
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta
Bungin, Burhan. 2003. Metodologi Penelitian Kualitatif Aktualisasi Metodologis
ke Arah Perkembangan Ragam Varian Kontemporer. Jakarta: PT. Raja
Grafindo Pratama
Cece Rahmat& Dedi Suherdi.. 2001. Evaluasi Pengajaran. Bandung: Maulana
E. Mulyasa. 2006 Menjadi Guru Profesional. Bandung: Remaja Rosdakarya
. . 2007. standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Hamalik, Oemar. 2006. Pendidikan Guru Berdasarkan Pendekatan Kompetensi.
Jakarta: PT. Bumi Aksara.
. 2003 Perancanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan
Sistem. Jakarta: PT Bumi Aksara
H. Sulistriyo, Ign.Wagimin& Hery Sawiji. 2003. Pengantar. Manajemen.
Universitas Sebelas Maret.
Moleong, Lexy J. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosda
Pedoman Penulisan Skripsi. 2007. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret.
Purwanto, Ngalim. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada
.3002. Profesionalisme Keguruan. Yogyakarta: Adi Cita
Karya Nusa
Rivai, Vethzal. 2004. Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi Edisi Kedua.
Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Sahertian, Piet A. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: Andi Offset
Sugiyono. 2005. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung: Aksara
Siagian, Sondang, 1979. Sistem Informasi Untuk Pengambilan Keputusan.
Jakarta: Jaya Agung.

You might also like