Professional Documents
Culture Documents
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Pada Mata Kuliah Teologi Islam
Judul :
“KAUM MURJI’AH”
Dosen :
DEDE, M.PD.
Penyusun :
Giri Laya
Fahrurrozi
Nurjanah
Pertama-tama kami panjatkan puji syukur ke hadirat Allah SWT. Yang dengan rahmat,
taufiq dan hidayah-Nya telah kami susun dan selesaikan sebuah makalah khusus dalam mata
kuliah Teologi Islam di lingkungan STIT Daarul Fatah Kota Tangerang Selatan.
Kepada teman-teman serta kerabat-kerabat tidak lupa pula kami ucapkan terimakasih
atas segala bimbingan dan pengetahuannya. Makalah ini kami susun untuk memenuhi tugas
salah-satu mata kuliah yakni Teologi Islam. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah
ini masih mengandung banyak kekurangan, sekalipun telah diupayakan seoptimal mungkin.
Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat konsturtif atau mebangun sangat penulis
Semoga makalah ini benar-benar bermanfaat bagi para mahasiswa, khususnya Maha
Siswa STIT Daarul Fatah dan umumnya bagi yang mambaca diseluruh Nusantara tercinta.
Penyusun
BAB I
PENDAHLUAN
A. Latar Belakang
agama. Setiap orang ingin menyelami seluk beluk agamanya secara mendalam, perlu
mempelajari teologi yang terdapat dalam agama yang dianutnya. Mempelajari teologi
yang tidak mudah diombang-ambing oleh peredaran zaman. Dalam istilah Arab ajaran-
ajaran dasar itu disebut Ushul al-Din dan oleh karena itu bukan yang membahas soal-
soal teologi dalam islam selalu diberi nama Kitab Usul al-Din oleh para pengarangnya.
Ajaran-ajaran dasar itu disebut juga Al-‘aqa’id, credos atau keyakinan-keyakinan dan
Al-‘Aqa’id al-Nasafiyah dan Al-‘Aqa’id al-‘Adulillah. Teologi dalam Islam disebut juga ‘ilm
al-tauhid. Kata tauhid mengandung arti satu atau esa dan keesaan-keesaan dalam
diantara segala sifat-sifat Tuhan. Selanjutnya teologi Islam disebut juga ‘ilm al-kalam.
Kalam adalah kata-kata. Kalau yang dimaksud dengan kalam disini adalah kata-kata atau
sabda Tuhan maka teologi Islam dalam Islam disebut ‘ilm al-kalam, karena soal kalam,
dikalangan umat Islam di abad IX dan X masehi, sehingga timbul penganiayaan dan
B. Tujuan
Penulisan Makalah/karya tulis ini bertujuan untuk menggali lebih dalam serta
luas tentang suatu pokok bahasan materi. Selain itu untuk menunjang salah satu studi
mata kuliah studi “TEOLOGI ISLAM”, khususnya untuk semerter I, yang berada
dilingkungan Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah-(STIT) Daarul Fatah Kota Tangerang Selatan
yang mana pada penulisan dipokokan pada salah satu materi/judul yakni “KAUM
karakteristik Kaum Murji’ah dan kaitannya terutama pada Sejarah Analisa Perbandingan.
media baca yang ada supaya lebih mendukung pada penyusunan materi.
BAB II
KAUM MURJI’AH
A. Latar Belakang
Kaum Murji’ah pada mulanya merupakan golongan yang tidak mau turut campur
menyerahkan peraturan hukum kafir atau tidak kafirnya orang-orang yang bertentangan itu
kepada Tuhan. Persoalan dosa besar yang ditimbulkan kaum Khawarij, mau tidak mau
menjadi bahan perhatian dan pembahasan pula bagi mereka. Kalau kaum Khawarij
menjatuhkan hukum kafir bagi orang yang berdosa besar, kaum Murji’ah menjatuhkan
hukum mukmin1 bagi orang yang serupa itu. Argumentasi yang mereka majukan dalam hal
ini ialah bahwa orang Islam yang berdosa besar itu tetap mengakui bahwa tiada Tuhan
selain Allah dan bahwa Nabi Muhammad adalah Rasul-Nya. Oleh karena itu berdosa besar
menurut pendapat golongan ini, tetap mu’min dan bukan kafir. Ini merupakan kesimpulan
logis dari pendirian bahwa yang menentukan Mu’min atau kekafirannya seseorang hanyalah
kepercayaan atau imannya dan bukan perbuatan atau amalnya. Perbuatan disini mendapat
kedudukan yang kudian dari iman. Dengan kata lain perbuatan di kudiankan kedudukannya
dari iman. Dan Arja’a memang mengandung arti membuat sesuatu mengambil tempat
dibelakang dalam makna memandang kurang penting. Dan sebagian akan dilihat kepada
berpendapat bahwa orang islam melakukan dosa besar bukanlah kafir, tetapi tetap mu’min
dan tidak akan kekal dalam neraka. Oleh karenai itu ada juga pendapat yang mengatakan
bahwa nama murji’ah diberikan kepada golongan ini, bukan karena merekan menunda
menentukan hukum terhadap orang Islam yang berdosa besar kepada Allah dihari
perhitungan kelah dan bukan pula karena mereka memandang perbuatan mengambil
1
Kata Mu’min sebagai dipakai pada waktu itu kelihatannya masih identik dengan kata muslim belum terdapat
perbedaan arti seperti yang terdapat di zaman sesudahnya.
tempat kudian dari Iman. Demikianlah beberapa pendapat tentang asal-usul nama murji’ah
yang diberikan kepada golongan ini. Kaum Murji’ah pecah menjadi beberapa golongan
kecil. Berlainan dengan kaum khawarij yang menekankan pemikiaran pada masalah siapa
dari orang islam yang sudah menjadi kafir, yaitu siapa yang telah keluar dari islam, kaum
murji’ah menekankan pemikiran pada hal yang sebaliknya, yaitu siapa yang masih mu’min
dan tidak keluar dari Islam. Disamping ini mereka membahas soal Jabariyah atau fatalisme
dan soal kodariyah atau free will. Pada umumnya kaum Murji’ah dapat dibagi dua golongan
Golongan moderat bependapat bahwa orang yang berdosa besar bukanlah kafir dan
tidak kekal dalam neraka, 3 tetapi akan dihukum sesuai dengan besarnya dosa yang
dilakukannya dan ada kemungkinan bahwa Tuhan akan mengampuni dosanya dan oleh
Dalam golongan Murji’ah moderat ini termasuk Al-Hasan Ibn Muhammad Ibn ’Ali
Ibn Abi Talib, Abu Hanifah abu Yusuf dan beberapa ahli hadis. 5 Jadi bagi golongan ini orang
Islam yang berdosa besar masih tetap mukmin. Dalam hubungan ini Abu Hanifah memberi
definisi iman sebagai berikut: iman ialah pengetahuan dan pengakuan tentang Tuhan,
tentang Rasul-Rasul-Nya dan tentang segala apa yang datang dari Tuhan dalam keseluruhan
dan tidak dalam perincian; iman tidak mempunyai sifat bertambah atau berkurang, dan
Definisi yang diberikan Abu Hanifah ini menggmbarakan bahwa semuanya, atau
dengan kata lain, Iman semua orang sama tidak ada perbedaan antara iman orang islam
2
Al-Baghdadi membagi mereka dalam tiga golongan Murji’ah, yang dipengaruhi ajaran-ajaran Jabariyah, Murji’ah
yang dipengaruhi ajaran Kodariyah dan Murji’ah yang tidak dipengaruho oleh ajaran-ajaran itu, Lihat al-Farq, 202.
Al-Syahrastani memberikan pembagian yang hampir sama, Murji’ah Khawarij, Murji’ah Jabariyah dan Murji’ah Asli,
Lihat Al-Milal I / 139.
3
Al-Milal, I / 146
4
Al-Mazahib, 205
5
Lihat Al-Almilal, I / 146.
6
Al-Farq,203.
yang berdosa besar dan Iman orang Islam yang patuh mrnjalankan perintah-perintah Allah.
Tetapi abu Hanifah juga berpendapat bahwa perbuatan atau amal tidak penting, rasanya
tidak dapat diterima. Sebagai orang islam yang membentuk mazhab besar dalam Islam, Abu
hanifah tidak mungkin mendapat bahwa perbuatan atau amal tidak penting bagi orang
Islam seperti kata Al-Syahrastani : “bagaiman mungkin seorang yang dididik beramal
Bertitik tolak sari kesimpulan definisi abu Hanifah tersebut diatas, yaitu bahwa
perbuatan atau amal tidak penting, ada ulama-ulama 8yang tidak menyetujui dimasukan Abu
Hanifah ke dalam golongan kaum Murji’ah. Untuk memasukan Abu Hanifah ke dalam
golongan kaum Murji’ah untuk memasukan kamum murjiah Esktrim, memang tidak
tidak akan merugikan bagi Abu Hanifah, kata Ahmad Amin, kalau ia dimasukan ke dalam
golongan Murji’ah.” Yang dimaksud oleh Ahmad Amin ialah Murji’ah Moderat. 9 Tetapi Abu
Zahrah berpendapat, karena tidak adanya kesatuan pendapat tentang siapa yang dimaksud
dengan sebenarnya dengan kaum Murji’ah, Murji’ah Moderat dan Murji’ah atau ekstrim
sebaiknya abu Hanifah dan Imam-imam lainnya janganlah dimasukan ke dalam golongan
Murji’ah.10
Bagaimanapun juga Abu Hanifah berpendapat bahwa orang Islam yang berdosa
besar bukanlah kafir, tetapi tetap mu’min. Kaum Murji’ah yang pertama kali mengeluarkan
Jahm Ibn Safwan. Menurut golongan ini orang Islam yang percaya pada Tuhan dan
7
Al-Milal, I /146
8
Umpamanya Al syahrastani Lihat Al-Milal, Ibid.
9
Duha Al-Islam, Kairo, Maktabah Al- Nahdah 1964, jilid III, halaman. 322
10
Lihat Al-Mazahid, 206.
kemudian menyatakan kekufuran secara lisan tidaklah menjadi kafir, karena iman dan Kufr
tempatnya hanyalah dalam hati, bukan dalam bagian lain dari tubuh manusia.
Bahka orang yang demikian juga tidak menjadi kafir, sungguhpun ia menyembah
Berhala menjalankan ajaran-ajaran agama yahudi atau agama kristen dengan menyembah
salib, menyatakan percaya pada trinity, dan kemudian mati. Orang yang demikian bagi Allah
Tuhan. Dalam pengertian mereka sembahyang tidaklah merupakan ibadah kepada Allah ,
karena yang disebut ibadat hanyalah Iman kepadanya dalam arti mengetahui Tuhan. Lebih
puasa, dan haji hanya menggambarkan kepatuhan dan tidak merupakan ibadah kepada
Karena dalam pengertian kaum Murji’ah yang disebut Iman ialah mengetahui Tuhan,
pula, tegasnya jika seseorang mati dalam iman, dosa-dosa dan perbuatan-perbuatan jahat
12
yang dikerjakannya tidak akan merugikan bagi yang bersangkutan. karena itu pulalah
maka Muqatil Ibn Sulaiman mengatakan bahwa perbuatan jahat, banyak atau sedikit, tidak
merusakan seseorang, dan sebaiknya pula perbuatan baik tidak akan mengubah kedudukan
Tuhan melarang makan daging babi, tetapi saya tak tahu apakah babi yang diharamkan itu
adalah kambing ini,” orang-orang yang demikian tetap mukmin dan bukan kafir. Dan jika
11
Al-Milal, I/140
12
Ibid
13
Al Fisal , jilid V, hlm. 47
seseorang mengatakan, “Saya tahu Tuhan mewajibkan naik haji ke Ka’bah tetapi saya tidak
tahu apakah Ka’bah di India atau ditempat lain, orang demikian juga tetap mukmin. 14
perbuatan amal tidaklah sepenting iman, yang kemudian meningkat pada pengertian bahwa
hanya ilmiah yang penting dan menentukan mukmin atau tidak mukminnya seseorang:
perbuatan-perbuatan tidak mempunyai pengaruh dalam hal ini. Iman letaknya dalam hati
dan apa yang ada dihati seseorang tidak diketahui orang lain; selanjutnya perbuatan-
perbuatan manusia tidak selamanya menggambarkan apa yang ada di dalam hatinya. Oleh
makna bahwa ia tidak mempunyai iman. Yang penting ialah iman yang dalam hati. Dengan
Ajaran serupa ini ada bahayanya karena dapat membawa pada moral latitude, sikap
yang berlaku. Karena yang dipentingkan hanyalah iman, norma-norma akhlak bisa
dipandang kurang penting dan diabaikan oleh oarng-orangyang menganut paham demikian.
Inilah yang kelihatannya yang menjadi sebab maka onama Murji’ah itu pada
Tetapi bagaimanapun ajaran yang terdapat pada golongan kaum Murji’ah Moderat
di atas menjadi ajaran yang diterima dalam golongan ahli sunnah wal jama’ah dalam Islam.
Menurut al-Asy’ari sendiri ialah pengakuan dalam hati tentang ke-Esaan Tuhan dan
tentang kebenaran Rasul-rasulnya serta segala apa yang mereka bawa. Pendapat yang
diuraikan al’Asy’ari ini identik dengan pendapat yang dimajukan golongan Murji’ah
14
Al-Milal I/140
moderat. Dan mungkin inilah sebabnya maka Ibn Hasan memasukkan al-Asy’ari kedalam
Paham yang sama diberikan oleh al-Baghdadi ketika ia menerangkan bahwa ada 3
1. Iman yang membuat orang keluar dari golongan kafir dan tidak kekal dalam neraka;
yaitu mengakui Tuhan , Kitsb, Rasul-rasul, kadar baik dan buruk, sifat-sifat Tuhan dan
2. Iman yang mewajibkan adanya keadilan dan yang melenyapkan nama fisik dari
seseorang serta yang melepaskannya dari neraka, yaitu mengerjakan yang wajib dan
3. Iman yang membuat seseorang memperoleh prioritas untuk langsung masuk surga
tanpa perhitungan, yaitu mengerjakan segala yang sunnat dan menjauhi segala
dosa.16
Ringkasnya menurut uraian di atas orang yang berdosa besar bukalah kafir, dan
tidak kekal dalam neraka. Orang yang demikian Mu’min dan akhirnya akan masuk surga.
Ahli Sunnah Tersebut di atas pada dasarnya sama dengan pendapat-pendapat yang
dikemukakan oleh kaum Murji’ah moderat. Hal ini diakui sendiri oleh al-Baznawi ketika
ia mengatakan “Kaum Murji’ah pada umumnya sependapat dengan ahli Sunnah dan
Jama’ah.”17
15
Lihat Al-Fisal, Jilid V, Hlm. 46
16
Usul al-Din, Istambul 1928, hlm.249
17
Ibid., 132
BAB III
A. Kesimpulan
sebagai golongan sendiri telah hilang dalam sejarah dan ajaran-ajaran mereka mengenai
iman, kufr, dan dosa besar masuk kedalam aliran Ahli Suna wal Jamaah. Adapun
golongan Mur’jiah ekstrim juga telah hilang sebagai aliran yang berdiri sendiri, tetapi
dalam praktek masih dapat sebagian umat Islam yang menjalankan ajaran-ajaran
ekstrim itu, mungkin dengan tidak sadar bahwa mereka sebenarnya dalam hal ini
B. Penutup
agama pada masa-masa tertentu secara rinci dan jelas. Pada uraian-uraian tentang
kaum Mur’jiah diatas kami pandang masih banyak pendapat-pendapat yang belum kami
uaraikan dikarnakan keterbatasan sarana penunjang yang kami dapat. Untuk itu, kami
sangat mengharapkan agar mahasiswa yang membaca/menelaah karya tulis ini, tidak
sepenuhnya berpendapat benar. Namun kita harus terus lebih menggali tentang Ilmu
lainnya. Semoga makalah/karya tulis ini dapat bermanfaat dan menjadi motifasi bagi