You are on page 1of 13

Sejarah Perkembangan Islam di Dunia

Islam dimulai dengan ajaran Muhammad SAW di tempat kelahirannya Mekkah; sifat-
sifat yang menjadi ciri agama baru ini dikembangkan setelah beliau pindah ke Madinah dalam
tahun 622 M. Sebelumnya beliau wafat sepuluh tahun kemudian, telah jelaslah sudah bahwa
Islam bukannya semata-mata merupakan suatu badan kepercayaan agama pribadi, akan tetapi
Islam meliputi pembinaan suatu masyarakat merdeka, dengan sistem sendiri tentang
pemerintahan, hukum, dan Lembaga Generasi Muslimin pertama, telah menginsafi bahwa Hijrah
adalah satu titik perubahan penting dalam sejarah. Merekalah yang menetapkan tahun 622 M
sebagai permulaan takwin Islam baru.

Dengan pemerintah yang kuat, cerdas, dan satu kepercayaan yang menggelorakan
semangat penganut-penganut dan tentara-tentara dalam waktu yang tidak lama, masyarakat baru
ini menguasai seluruh Arabia Barat dan mencari dunia baru untuk ditundukkan.

Setelah sedikit kemunduran pada wafat Muhammad SAW, gelombang penaklukan


bergerak dengan cepat di Arabia bagian Utara dan Timur, berani menyerang kubu-kubu
pertahanan di perbatasan kerajaan Romawi Timur di Syirq al-Ardun dan kerajaan Persia di Irak.
Selatan. Angkatan-angkatan perang kedua kerajaan raksasa ini –karena perang tidak henti-
hentinya– telah kehabisan kekuatan, dikalahkan satu-persatu dalam suatu rangkaian operasi cepat
dan cemerlang. Dalam waktu enam tahun sesudah Muhammad saw. wafat, seluruh Siria dan Irak
diharuskan membayar upeti kepada Madinah, dan empat tahun kemudian Mesir digabungkan
pada kerajaan Islam baru.

Kemenangan-kemenangan yang mengagumkan tadi, mendahului kemenangan yang lebih


besar lagi akan membawa orang Arab dalam waktu kurang dari satu abad ke Maroko, Spanyol,
Perancis, pintu-pintu kota Konstantinopel, jauh ke Asia Tengah sampai ke Sungai Indus,
membuktikan sifat Islam sebagai suatu kepercayaan kuat, insaf akan harga diri, dan jaya. Sifat
ini mengakibatkan pendirian yang tidak kenal menyerah dan memusuhi segala yang ada
diluarnya, tetapi menunjukkan toleransi, kesabaran hati yang luas dalam pelbagai masyarakat,
keseganan menuntut orang dari golongan lain, dan kebesaran hati mereka dalam waktu
kegelapan.

Pada tahun 660 M. ibu kota Kerajaan Arab dipindahkan ke Damsyik, tempat kedudukan
baru Khalifah Bani Umayah. Sedangkan Madinah tetap merupakan pusat pelajaran agama Islam;
pemerintah dan kehidupan umum kerajaan dipengaruhi oleh adat-istiadat Yunani Rumawi
Timur. Tingkat pertama saling pengaruh-mempengaruhi dengan peradaban yang lebih tua ini
tidak hanya dilambangkan dengan dua buah monumen, yang indah sekali dari zaman Bani
Umayahh ialah Mesjid Raya di Damsyik dan Mesjid Al-Aqsa di Darusalam, akan tetapi
kemunculan tiba-tiba cara aliran-aliran baru dan pendapat yang berlawanan dengan paham resmi
di “propinsi-propinsi baru.” Akibat paling akhir dari pertumbuhan demikian ialah perpecahan
antara lembaga-lembaga agama dan duniawi dalam masyarakat Islam. Pembelahan ini
merusakkan azas duniawi Bani Umayah, dan ditambah dengan rasa ketidakpuasan para warga
negara bukan Arab, dan pecah perang saudara diantara suku, Arab, menyebabkan jatuhnya tahun
750 M.

Dalam pada itu, perselisihan tadi menjelaskan bahwa dalam abad yang lampau sejak
wafat Muhammad SAW. kebudayaan agama Islam telah mengalami perkembangan dan
konsolidasi yang luar biasa, baik, di dalam maupun di luar Arabia. Seorang guru agama di satu
pihak menunjukkan perkembangan kebatinan pada tingkat tertinggi. Ia menyatakan inti sari yang
penting dan menghidupkan itu dengan kepribadiannya dan keyakinannya sehingga tampak pada
penganutnya sebagai wahyu kebenaran baru.

Itulah sumbangan asasi yang menentukan dari orang Arab terhadap kebudayaan Islam
baru. Terhadap peradaban materiil sokongan mereka sedikit. Kemajuan materiil baru mulai;
dengan cemerlang setelah Bani Abbas menggantikan Bani Umayah sebagai khalifah, dan
mendirikan ibu kotanya yang baru di Baghdad dalam tahun 762 M. Masa pertama dari
penaklukan wilayah luar Arabia telah lampau, disusul oleh masa perluasan ke dalam. Abad
kesembilan dan kesepuluh Masehi menyaksikan puncak kemajuan peradaban Islam yang luas
dan usaha-usaha yang berhasil. Kerajinan, perdagangan, kesenian bangunan, dan beberapa
kesenian yang kurang penting, berkembang dengan subur waktu Persia, Mesopotamia, Siria, dan
Mesir, memberikan sokongan mereka dalam usaha serentak.

Kegiatan-kegiatan baru ini menumbuhkan kehidupan intelektual. Sedang ilmu


pengetahuan agama berkembang pada beberapa pusat baru terbesar dari Samarqand sampai ke
Afrika Utara dan Spanyol, kesusasteraan dan pikiran dengan menggunakan sumber-sumber
Yunani, Persia, dan juga India, melebar ke jurusan baru, seringkali bebas dari tradisi Islam dan
banyak sedikitnya memberontak terhadap kepicikan dan kesempatan sistem kuno. Dengan
dorongan perluasan kaki langit alamiah, kecerdasan pikiran, keduniawian, dan kerohanian, saling
pengaruh mempengaruhi dengan hebatnya.

Sukarlah untuk menyatakan dengan singkat usaha-usaha bidang intelektual yang


bermacam-macam dalam zaman tersebut. “Ilmu pengetahuan Islam” yang lain seperti sejarah
dan ilmu bahasa, melebar hingga meliputi sejarah duniawi dan kesusasteraan. Ilmu kedokteran
dan ilmu pasti Yunani disediakan dalam perpustakaan buku-buku terjemahan dan dikembangkan
oleh sarjana Persia dan Arab, khusus ilmu Aljabar, ilmu ukur segitiga, dan ilmu optik
(penglihatan). Ilmu bumi –barangkali yang boleh diumpamakan barometer kebudayaan yang
paling cermat– berkembang pada seluruh cabangnya, di bidang politik, organik, matematik,
astronomik, ilmu alam, dan pesiar, meluas demikian jauh hingga meliputi negara-negara dan
peradaban bangsa yang jauh letak kediamannya.

Ilmu pengetahuan baru tersebut, boleh dikatakan hanya mengenai jumbai-jumbai,


pinggiran kebudayaan agama, pemasukan ilmu mantik, dan filsafat Yunani, mau tidak mau
menumbuhkan perselisihan paham yang tajam dan pahit. Pertikaian ini memuncak dalam abad
ketiga. Para pemimpin Islam melihat dasar-dasar kerohanian dibahayakan oleh keingkaran halus
dan cerdik paham rasionalisme murni. Walaupun mereka akhirnya mengalahkan pelajaran yang
berpengaruh Yunani, ilmu filsafat selalu tetap harus dicurigai dalam pandangan para alim ulama,
biarpun ilmu tadi hanya dipelajari sebagai alat perbantahan dan pembahasan. Lebih berbahaya
ialah akibat kemenangan yaitu pertumbuhan dalam kalangan ahli agama, semacam perasaan iri
hati terhadap usaha para intelektual yang bercorak murni keduniawian ataupun yang
memberanikan diri ke luar dari bidang pengawasan mereka.

Selain keutamaan segi intelektual dan fungsi dalam pelajaran, syariat ialah alat yang
paling luas pengaruhnya dan paling tepat membentuk ketertiban sosial dan kehidupan
masyarakat bagi bangsa-bangsa Islam. Oleh karena lengkapnya, maka syariat memberi tekanan
yang tidak hentinya pada segala kegiatan pribadi dan sosial, dan mewujudkan suatu ukuran-baku
yang harus dianut lebih lama, meskipun ada rintangan kebiasaan kuno dan adat-istiadat yang
telah berlaku lama. Khusus suku nomad dan suku yang diam di pegunungan, berlawanan.
Tambahan pula, syariat memberikan pernyataan praktis dalam memperjuangkan persatuan yang
menjadi ciri Islam. Hukum tadi dalam segala pokok yang penting adalah seragam, walaupun
pelbagai mazhab berbeda dalam beberapa pasal kecil. Pertumbuhan ini disebabkan karena cita-
cita sosial dan cara hidup di seluruh dunia Islam dalam abad pertengahan menuju arah yang
sama. Syariat lebih dalam mempengaruhi kehidupan hukum Rumawi; karena memiliki landasan
agama dan ancaman hukuman Tuhan, maka syariat adalah pengatur rohani merupakan suara hati
umat Islam dalam semua segi dan kegiatan kehidupannya.

Tugas hukum syariat ini bertambah besar artinya waktu kehidupan politik dunia Islam
lebih lama menyimpang dari keinginan Muhammad SAW. dan pengganti-pengganti beliau yaitu
pemerintahan berdasarkan ketuhanan. Keruntuhan khalifah Bani Abbas dalam abad kesembilan
dan kesepuluh Masehi membuka pintu tidak hanya bagi kehancuran politik, tetapi juga bagi
perebutan kekuasaan kerajaan oleh pangeran-pangeran setempat dan gubernur militer, terbit dan
tenggelamnya kerajaan-kerajaan yang berumur pendek, dan berkobarlah perang saudara.
Bagaimanapun hebatnya kekuatan politik dan militer kerajaan Islam itu telah dilemahkan, gengsi
moral hukum syariat lebih dijunjung dan dapat mengutuhkan serta mengukuhkan bentuk sosial
Islam sepanjang pasang surut nasib politik Islam.

Pada akhir, abad kesepuluh Masehi, daerah Islam sedikit lebih luas dibandingkan pada
tahun 750. Semenjak diciptakan suatu peradaban besar, memuncak kehidupan intelektual, kaya
dan cerdas dalam bidang ekonomi, dipersatukan dengan kukuh oleh syariat yang dihormati;
seluruhnya merupakan penjelmaan kekuasaan Islam rohani dan duniawi. Waktu kekuatan
militernya berkurang, maka sebagaimana juga. terjadi dengan kerajaan Rumawi enam abad
sebelumnya, kerajaan Islam berangsur-angsur dikuasai oleh bangsa-bangsa biadab dari luar
perbatasannya; dan juga seperti kerajaan Rumawi, mengenakan pada bangsa biadab tadi
agamanya, hukumnya, dan penghormatan terhadap peradabannya.

Bangsa-bangsa biadab itu ialah Turki yang berasal dari Asia Tengah. Tekanan ke arah
Barat membawa orang Bulgar, Magiar, Kumari, Pecineg ke Rusia Selatan dan Eropa Timur,
mendatangkan suku-suku lain ke Iran dan lebih ke Barat, ke Irak, dan Anatolia. Pekerjaan
pengislaman telah dilakukan, waktu mereka masih diam di tempat asalnya di Asia Tengah; oleh
karena itu, kerajaan Sultan Turki yang didirikan di Asia Barat mula-mula hanya membawakan
sedikit perubahan yang tampak ke luar dalam kehidupan rumah tangga umat Islam. Akibat
pertama adalah perluasan militer; ke arah Tenggara menuju India Utara, ke arah Barat Laut
menuju Asia Kecil. Pada waktu yang sama, jauh di sebelah Barat, suku Berber nomad telah
membawa Islam, ke tepi dunia Afrika Negro di daerah lembah Senegal dan Niger sedang buku-
buku Arab nomad yang tidak diawasi lagi oleh kekuasaan khalifah yang terdahulu telah
merusakkan dan melengahkan pusat peradaban yang telah didirikan oleh bangsanya sendiri
sebelum di atas puing runtuhan Afrika Romawi dan Bizantium.

Mulai abad kesebelas Masehi, ilmu Sufi mengerahkan kebaktian sebagian besar kegiatan
kerohanian umat Islam, dan mendirikan suatu sumber pembaharuan kepribadian yang sanggup
mempertahankan tenaga kebatinan selama abad-abad sesudahnya penuh dengan kemerosotan
politik dan perekonomian.

Para ahli Sufi, baik sebagai penyiar perseorangan maupun (di kemudian hari) sebagai
anggota dalam gabungan tarekat merupakan pemimpin dalam tugas mengislamkan orang
penyembah berhala, yang tidak beragama, dan suku yang hanya tipis sekali pengislamannya.
Penyebaran agama berhasil ialah terbanyak oleh kawan sebangsa sendiri dari suku-suku tersebut
yang biasanya kikuk, buta huruf, dan kasar. Merekalah yang meletakkan dasar-dasar yang
memungkinkan generasi kemudian menerima keadaban hukum syariat dan tauhid yang lebih
halus. Berkat pekerjaan mereka, maka dalam abad-abad berikutnya, batas-batas daerah Islam
dapat diperluas di Afrika, India, dan Indonesia, melintangi Asia Tengah ke Turkestan dan
Tiongkok, dan di beberapa bagian Eropa Tenggara

Perkembangan yang digambarkan di muka tadi dipercepat oleh malapetaka yang berturut-
turut terjadi di Asia Barat dalam abad ketiga belas dan keempat belas. Penyerbuan pertama kaum
Mongol penyembah berhala, membumihanguskan propinsi-propinsi bagian Timur Laut antara
1220 dan 1225 M. Gelombang kedua yang menduduki Persia dan Irak menamatkan khalifah
Baghdad yang bersejarah dalam 1258 M, dan memaksakan seluruh dunia Islam Timur, terkecuali
Mesir, Arabia, dan Siria, membayar upeti kepada kerajaan Mongol yang besar. Sisa-sisanya
diselamatkan oleh golongan militer terdiri dari “budak belian” Turki dan Kipcak, kaum Mamluk,
yang telah merebut kekuasaan politik di Mesir.

Di bawah pemerintahan Mamluk, peradaban Islam yang lama langsung berkembang lebih
kurang dua setengah abad dalam bidang kesenian benda (istimewa dalam lapangan seni
bangunan dan seni-kerajinan logam), tetapi disertai kemunduran daya kerohanian dan intelek.

Pada waktu yang sama, di daerah-daerah kekuasaan Mongol hidup kembali suatu
peradaban Islam Persia yang cemerlang pada beberapa segi. Terutama dalam seni bina dan
kesenian halus, termasuk seni lukis dalam bentuk yang sangat kecil (miniatur); kebudayaan
tersebut berakar dalam kerohanian Sufi. Meskipun kedatangan dua kali “Maut Hitam” dan
mengalami serbuan Timur Lenk dalam abad keempat belas yang menghancurleburkan Persia,
namun kebudayaan Persia mampu memberikan ragam kepada kehidupan intelektual dari
kerajaan-kerajaan Islam baru, –yang dilahirkan pada kedua sisinya– di Anatolia, Balkan, dan
India.

Perluasan kerajaan Dinasti Osman di Asia dan Afrika Utara serta pembentukan kerajaan
Mughal di India dalam abad keenam belas membawa sebagian besar dunia Islam kebawah
pengawasan pemerintahan negara keduniawian yang kuat, memusatkan kekuasaannya yang
besar. Ciri khas kedua kerajaan tadi ialah menitikberatkan pada pandangan ahli sunah waljamaah
dan hukum syariat. Urusan agama dan urusan ketatanegaraan tidak dipersatukan karena
kebijaksanaan militer dan sipil disusun menurut garis tidak Islam yang bebas, tetapi dapat saling
menyokong akibat suatu persetujuan yang berlangsung hingga abad kesembilan belas.

Diantara dua saluran kehidupan agama Islam tersebut, saluran Sufilah yang lebih lebar
dan dalam. Abad ketujuh belas dan permulaan abad kedelapan belas menyaksikan puncak
tertinggi tarekat Sufi. Tarekat-tarekat besar menyebarkan suatu jalinan perhimpunan-
perhimpunan dari mula hingga akhir dunia Islam, sedang perkumpulan-perkumpulan setempat
dan cabang-cabangnya menggabungkan anggota pelbagai golongan dan kejuruan jadi umat yang
bersatu padu. Selain itu, kebudayaan Islam dalam dua kerajaan tersebut yang hanya hidup atas
warisan zaman silam, dapat memelihara, akan tetapi jarang dapat menambah kekayaan warisan
intelektual tersebut. Tokoh-tokohnya berpendapat bahwa kewajibannya pertama ialah bukan
hanya memperluas, akan tetapi memelihara, menyatukan, dan menyesuaikan kehidupan sosial
atas sendi-sendi nilai Islam. Dalam batas-batas tersebut kadar persatuan yang telah mereka capai,
dan ketertiban sosial yang dapat dilangsungkan memang menarik perhatian.

Persatuan itu merupakan suatu kekecualian yang menyolok mata. Dalam permulaan abad
keenam belas, suatu kerajaan baru yang disokong oleh suku Turki dan Adzerbaijan menaklukan
Persia dan menghidupkan kembali Syiah yang telah mengalami kemunduran, dan meresmikan
Syiah sebagai agama resmi Persia. Selama peperangan dengan Dinasti Osman, orang Turki dari
Asia Tengah, dan orang Mughal, yang semuanya ahli sunah waljamaah, Syiah dijadikan ciri
perasaan nasional Persia. Akibat perpecahan antara Persia dan tetangganya penting buat
semuanya. Umat Islam selanjutnya dipecah menjadi dua golongan yang terpisah, dan hubungan
kebudayaan antara dua golongan tadi, sejak itu meskipun tidak diputuskan seluruhnya hanya
dapat dilakukan serba sedikit saja. Persia terpaksa terpencil dalam urusan politik dan agamanya
mencukupi kebutuhannya sendiri, yang akhirnya memiskinkan kehidupan rohani dan budaya
mereka. Lebih-lebih pula waktu kekuatan politiknya mundur, orang suku Afghan dalam abad
kedelapan belas melepaskan hubungan dan mendirikan suatu negara sunah merdeka.

Di Afrika Barat Daya adanya perasaan kesukuan diantara kedua pihak, orang Arab dan
Berber, menukarkan kegiatan kebudayaan. Aliran ortodoks dan tarekat Sufi, keduanya
dipengaruhi pemujaan orang-orang suci, wali yang masih hidup setempat (“marabout”). Di
Tunisia dan di beberapa kota lain, sebagian warisan kebudayaan Spanyol Arab tetap dilanjutkan,
bahkan waktu Tunisia dan Aljazair merupakan wilayah bajak laut, setengah jajahan kerajaan
Dinasti Osman. Di Maroko di bawah sultan-sultan (yang dapat menyelamatkan kedaulatannya
hingga 1912), bahkan di Sahara Barat di bawah kepala suku-suku yang lebih kecil, pelajaran ahli
sunah yang lazim dilanjutkan, dan diperkuat oleh pengaruh yang datang dari daerah Timur.

Di kepulauan Melayu sendiri, Islam telah beroleh tumpuan di Sumatera dan Jawa, oleh
pedagang-pedagang dalam abad ketiga belas dan keempat belas. Agama Islam lambat laun
membiak, sebagian hasil tindakan panglima militer, tetapi lebih cepat dengan jalan perembesan
damai, khusus di Jawa. Dari Sumatera, Islam dibawa oleh para perantau ke Semenanjung
Malaya; juga dari Pulau Jawa ke Maluku. Sejak itu agama tersebut mendapat kedudukan yang
lebih kuat di seluruh kepulauan di bagian Timur hingga ke Pulau Sulu, Mindanao, dan Filipina.

Penyebaran Islam di Tiongkok hingga kini masih terselubung dalam kegelapan.


Kelompok muslimin dalam jumlah agak besar, yang pertama menetap di sana –barangkali dalam
zaman kerajaan Mongol– dalam abad ketiga belas dan keempat belas. Jumlahnya bertambah
besar di bawah pemerintah Mancu, biarpun ada perasaan permusuhan setempat karena
pemberontakan (kadang-kadang hebat) yang dilakukan oleh kaum muslimin. Tetapi, hingga kini
tidak mungkin menaksirkan jumlahnya.

Hasil bersih dari perluasan selama tiga belas abad ialah Islam sekarang merupakan agama
yang terutama dalam lingkungan daerah luas yang meliputi Afrika Utara, Asia Barat, hingga
bukit Pamir, kemudian ke Timur meliputi Asia Tengah hingga

Tiongkok, dan ke Selatan ke Pakistan. Di India hanya tinggal sepersepuluh penduduk


yang beragama Islam. Di Semenanjung Malaya, Islam unggul lagi melewati Indonesia hingga
berakhir di Filipina. Di pantai Barat Lautan India, Islam memanjang ke selatan sebagai lajur
yang sempit dari pantai Afrika hingga Zanzibar dan Tanganyika dengan beberapa kelompok
hingga masuk ke Uni Afrika Selatan. Di Eropa, kelompok-kelompok muslimin terdapat di
sebagian besar negara Balkan dan Rusia Selatan. Di Amerika Utara dan Amerika Selatan, Islam
diwakili oleh kelompok imigran dari Timur Tengah.

Semua agama besar di dunia, maka Islam –sebelumnya perluasan kegiatan misi Kristen
dalam abad kesembilan belas– meliputi jumlah bangsa yang terbanyak. Asal mulanya di tengah-
tengah orang Arab dan bangsa Semit lain, kemudian Islam berkembang diantara orang Iran,
Kaukasus, orang kulit putih Laut Tengah, Slavia, Turki, Tartar, Tionghoa, India, Indonesia,
Bantu, dan Negro dari Afrika Barat. Jumlah terbesar sekarang ialah muslimin dari Pakistan dan
India sebanyak 100.000.000.

Disusul oleh orang Melayu dan Indonesia sebanyak 70.000.000. Orang Arab dan bangsa-
bangsa yang berbahasa Arab menyusul dekat dengan 20.000.000. Muslimin di Asia Barat,
24.000.000, Afghanistan kira-kira 12.000.000, dan Turki (walaupun Islam bukan agama resmi,
masih tetap merupakan agama rakyat) 20.000.000. Jumlah masyarakat Islam di daerah Asia, Uni
Sovyet, di Turkestan Tiongkok, dan di Tiongkok sendiri sukar ditaksir, tetapi jumlahnya
sekurang-kurangnya 30.000.000. Jumlah muslimin di Afrika Negro dan Afrika Timur hanya
dapat ditaksir dengan kasar 24.000.000. Akhirnya, kaum muslimin di Balkan dan di Rusia
Selatan berjumlah kurang lebih 3.000.000. Oleh karena itu, Islam dapat menuntut memiliki
penganut 350.000.000, atau kira-kira sepertujuh dari taksiran seluruh jumlah penduduk dunia

Islam di Amerika Serikat Tiap Hari Bertambah Satu Mualaf

”Alhamdulillah kondisi umat Islam di Amerika Serikat baik-baik saja. Umat Islam terus
bertambah banyak di Amerika Serikat, baik sebelum maupun sebelum peristiwa 11 September,”
kata Mohammad Kudaimi, angota Nawawi Fondation, sebuah lembaga pendidikan yang berbasis
di Chicago, Amerika Serikat. Ia bertutur kepada Republika di sela-sela kunjungannya ke
Pesantren Khusus Yatim As-Syafi’iyah, Jatiwaringin Bekasi, Jawa Barat, awal bulan ini.

Pria keturunan Syria yang sudah menetap di AS selama lebih dari 25 tahun itu kini
menjadi warga negara AS. Lima tahun belakangan ini, ia aktif di yayasan itu. Mengutip sebuah
koran yang terbit di AS, ia menyebut Islam merupakan agama yang paling cepat
perkembangannya di Amerika Serikat. bahkan, ia sedikit meralat redaksional tulisan itu.
”Mestinya juga ditambahkan, setiap harinya di AS, selalu ada warga negara Amerika yang
memeluk Islam,” ujarnya.

Apa yang diungkapkannya, kata dia, adalah fakta sesungguhnya yang terjadi di AS.
Lembaganya turut membantu para mualaf mengikrarkan syahadat dan membantu mereka
memahami Islam dengan lebih baik. Bagi Kudaimi, sulit untuk memahami fenomena
kontradiktif ini.

Kata Pengantar
Kami bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
kepada kami semua, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Perkembangan islam di dunia telah meningkat seara perlahan. Hal ini dikarenakan
jumlah penduduk di negara-negara muslim terus bertambah dan jumlah orang-orang mualaf
yang baru memeluk islam terus meningkat. Angka statistik tahun 1973 menunjukan bahwa
jumlah penduduk muslim di dunia adalah 500 juta, sekarang angka ini telah mencapai 1,5
miliar. Bukan suatu hal yang mustahil bahwa jumlah penduduk muslim akan terus bertambah
dan islam akan menjadi agama yang terbesar di dunia

Makalah ini dibuat dengan tujuan agar siswa / i mengetahui perkembangan islam di
dunia dan sehingga islam menjadi agama terbesar di dunia. Dengan kesempatan ini kami
mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah memberikan andil terhadap
pembuatan makalah ini kami sepenuhnya menyadari bahwa makalah ini tidak terlepas dari
sejumlah kekurangan. Untuk itu kami mngharapkan saran dan tanggapan agar kami dapat
menyempurnakan makalah ini.Akhir kata semoga makalah ini bermanfaat.

Pedes, 9 Maret 2010

Penyusun

PENDAHULUAN
Islam muncul di Jazirah Arab pada abad ke-7 masehi ketika Nabi Muhammad
s.a.w.mendapat wahyu dari Allah s.w.t. Setelah kematian Rasullullah s.a.w. kerajaan Islam
berkembang sampai Samudra Atlantik di Barat dan Asia Tengah di Timur. Lama-kelamaan umat
Islam terpecah dan terdapat banyak kerajaan-kerajaan Islam lain yang muncul.

Namun demikian, kemunculan kerajaan-kerajaan Islam seperti kerajaan


Umayyah,kerajaan Abbasiyyah, kerajaan Seljuk/Turki Seljuk,Kekhalifahan
Ottoman,Kemaharajaan Mughal,India,dan Kesultanan Melaka telah menjadi kerajaaan yang kuat
dan besar di dunia. Tempat belajar ilmu yang hebat telah mewujudkan satu Tamadun Islam yang
agung.Banyak ahli-ahli sains, ahli-ahli filsafat dan sebagainya muncul dari negeri-negeri Islam
terutama pada Zaman Emas Islam.

Pada abad ke-18 dan ke-19 masehi, banyak kawasan-kawasan Islam jatuh ke tangan
penjajah Eropa. Setelah Perang Dunia I, Kerajaan Ottoman yaitu kekaisaran Islam terakhir
tumbang menyembah bumi.

Jazirah Arab sebelum kedatangan Islam merupakan sebuah kawasan yang dilewati oleh
jalur sutera. Kebanyakkan orang Bangsa Arab/Arab merupakan penyembah berhala dan ada
sebagian merupakan pengikut agama Kristen dan Yahudi.Mekah ialah tempat suci bagi bangsa
Arab ketika itu karana di situ terdapatnya berhala-berhala agama mereka dan juga terdapat
Telaga Zamzam dan yang paling penting sekali yaitu Kaabah.

DAFTAR PUSTAKA
 http://hbis.wordpress.com/

 http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_islam

 Alkasah Yuhro,S.Ag,Mursidi,S.pd.I dan Saminu,S.Ag.2006.Pendidikan Agama Islam

SMA/MA.Jawa Tengah:Viva Pakarindo


Makalah ini disusun berdasar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam

Disusun oleh :

 Suherna
 Dede Ari Sutardi
 Fajri Kurniawan
DAFTAR ISI

 Kata Pengantar
 Pendahuluan
 Materi
 Sejarah Perkembangan Islam Di Dunia
 Kesimpulan
 Daftar Pustaka
Kesimpulan

Perkembangan Islam di dunia telah meningkat secara perlahan. Hal ini dikarenakan
jumlah penduduk di negara-negara muslim terus bertambah dengan jumlah orang-orang
Muallaf yang baru memeluk islam terus meningkat.

Perkembangan Islam di dunia saat ini memberikan pelajaran yang sangat berharga bagi
kita kaum muslimin.Beberapa yang dapat kita ambil adalah sbb:
1. Setiap muslim adalah saudara muslim yang lain.
2. Islam penah maju dan memimpin dunia.
3. Keadaan kita saat ini adalah ujian dan rasa saying Allah swt.
4. Allah swt.adalah pengatur segalanya.
5. Orang islam memiliki semangat juang yang tinggi.
6. Orang islam tekun dan giat bekerja
7. Orang islam berani membela kebenaran dan keadilan.

You might also like