You are on page 1of 14

KATA PENGANTAR

Seiring dengan perkembangan zaman dan dunia, kini bumi pun mengikuti perubahan tersebut
dengan berbagai dampak dan akibatnya. Perubahan zaman yang menuntut berbagai komponen dalam
lapisan konsumen untuk terus meningkatkan konsumsi dari berbagai jenis materi dan bahan-bahan
buatan, telah mencapai pada titik sangat tinggi. Dengan keadaan seperti demikian, membuat manusia
sangat tergantung akan hasil dari industri, yang kemudian menimbulkan keadaan dimana bumi
mengalami perubahan suhu, cuaca dan atmosfer menjadi tidak menentu disemua benua.

Perubahan tingkat penggunaan dan peningkatan industry, menjadi salah satu penyebab
terjadinya pemanasan bumi dan mengakibatkan efek rumah kaca. Keadaan suhu di bumi sekarang ini
semakin hari semakin panas kita rasakan. Suhu pun tidak stabil. Cuaca yang tidak menentu membuat
kehidupan di muka bumi ini terancam. Pembangunan gedung-gedung besar dan tinggi serta pembabatan
hutan secara liar merupakan salah satu penyebab makin panasnya suhu bumi – karena tidak
seimbangnya kadar karbon dioksida di udara dengan polusi yang ditimbulkan oleh msin-mesin industri,
asap kendaraan bermotor, dan lain-lain.

Dengan demikian, berbagai upaya dan aktifitas social, mulai digalakkan, mulai dari Program 3R
(Reuse, Reduce, Recycle), dimana setiap bahan-bahan sisa konsumsi dan industry, mulai digunakan
kembali (reuse), mengurangi (reduce) penggunaan bahan-bahan plastik, maupun melakukan daur ulang
(recycle) terhadap sampah-sampah sisa industry tersebut.

Begitu juga di kota-kota, program penanaman kembali, mulai digalakkan kembali, seperti
Program di Indonesia, satu orang tanam satu pohon, go green, green campus, penanaman hutan
kembali maupun pengurangan penggunaan kendaraan berbahan bakar minyak untuk para pekerja
kantoran, dengan programnya Bike To Work. Setidaknya dengan berbagai program tersebut Indonesia
mampu melakukan tindakan-tindakan mengurangi Pemanasan Global yang semakin parah. Dunia pun
telah melakukan berbagai program untuk mengurangi efek rumah kaca sebagai dampak dari pemanasan
global ini, salah satunya dengan program World Silent Day, dimana kita sebagai warga bumi diminta
untuk menghentikan aktifitas penggunaan alat-alat elektronik, handphone dan juga kendaraan bermotor,
untuk mengurangi kadar energy dan mampu menyegarkan bumi.

Mari kita dukung dan lakukan bersama gerakan untuk mengurangi Efek rumah kaca sebagai
akibat dari pemanasan Global, dengan berbagai program yang ada, sebagai bentuk kerja social kita
terhadap bumi.

Wassalam,

Metodologi Penelitian Page 1


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.......................................................................................................1

DAFTAR ISI..................................................................................................................2

BAB I...........................................................................................................................3

PENDAHULUAN...........................................................................................................3

BAB II.......................................................................................................................... 3

PEMBAHASAN............................................................................................................. 3

A. Pengenalan Efek Rumah Kaca.........................................................................4

B. Pengaruh Rumah Kaca.....................................................................................4

C. Mekanisme Terjadinya.....................................................................................5

D. Dampak Rumah Kaca.......................................................................................5

D.1. PENGARUH EFEK RUMAH KACA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN


PRODUKTIFITAS TANAMAN...................................................................................6

D.2. Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman............6

D.3. Pengaruh Biologis Langsung: Pertumbuhan Tanaman dalam rumah Kaca. . .7

D.4. Efisiensi Fotosintesis.....................................................................................8

D. 5. Efisiensi Penggunaan Air..............................................................................8

D.6. Produksi Tanaman Pangan Beririgasi............................................................9

D.7. Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman: Kemampuan Adaptasi terhadap


Suberdaya Iklim di Bumi.......................................................................................9

D.8. Prakiraan Regional: Pola Iklim dan Respons Tanaman................................10

E. Usaha Mengurangi Efek Rumah Kaca............................................................10

PENUTUP ..................................................................................................................11

A. Kesimpulan........................................................................................................11

B. Saran................................................................................................................. 12

DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................13

Metodologi Penelitian Page 2


BAB I

PENDAHULUAN
Sejak revolusi industri tahun 1750, industrialisasi di dunia – khususnya di Eropa terus meningkat.
Ini menyebabkan kadar gas yang berbahaya semakin tajam. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
membuat orang lupa akan kelestarian lingkungannya, namun seiring dengan itu usaha-usaha perbaikan
lingkungan pun juga gencar dilaksanakan.

Pemanasan global atau Global Warming adalah adanya proses peningkatan suhu rata-rata
atmosfer, laut, dan daratan Bumi. Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ±
0.18 °C (1.33 ± 0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change
(IPCC) menyimpulkan bahwa, "sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan
abad ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca akibat
aktivitas manusia"[1] melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan oleh setidaknya
30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari negara-negara G8. Akan
tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan beberapa kesimpulan yang
dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan global akan
meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.[1] Perbedaan angka
perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda mengenai emisi gas-gas rumah
kaca di masa mendatang, serta model-model sensitivitas iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar
penelitian terfokus pada periode hingga 2100, pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan
terus berlanjut selama lebih dari seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. [1] Ini
mencerminkan besarnya kapasitas panas dari lautan.

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang lain


seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrim,[2] serta
perubahan jumlah dan pola presipitasi. Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah terpengaruhnya
hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan.

Beberapa hal-hal yang masih diragukan para ilmuwan adalah mengenai jumlah pemanasan yang
diperkirakan akan terjadi di masa depan, dan bagaimana pemanasan serta perubahan-perubahan yang
terjadi tersebut akan bervariasi dari satu daerah ke daerah yang lain. Hingga saat ini masih terjadi
perdebatan politik dan publik di dunia mengenai apa, jika ada, tindakan yang harus dilakukan untuk
mengurangi atau membalikkan pemanasan lebih lanjut atau untuk beradaptasi terhadap konsekuensi-
konsekuensi yang ada. Sebagian besar pemerintahan negara-negara di dunia telah menandatangani dan
meratifikasi Protokol Kyoto, yang mengarah pada pengurangan emisi gas-gas rumah kaca.

BAB II

PEMBAHASAN

Metodologi Penelitian Page 3


A. Pengenalan Efek Rumah Kaca

Efek rumah kaca, pertama kali ditemukan oleh Joseph Fourier pada 1824, merupakan sebuah
proses di mana atmosfer memanaskan sebuah planet. Mars, Venus, dan benda langit beratmosfer
lainnya (seperti satelit alami Saturnus, Titan) memiliki efek rumah kaca.

Efek rumah kaca dapat digunakan untuk menunjuk dua hal berbeda: efek rumah kaca alami yang
terjadi secara alami di bumi, dan efek rumah kaca ditingkatkan yang terjadi akibat aktivitas manusia
(lihat juga pemanasan global). Yang belakangan ini diterima oleh semua; yang pertama diterima
kebanyakan oleh ilmuwan, meskipun ada beberapa perbedaan pendapat.

Ketika radiasi matahari tampak maupun tidak tampak dipancarkan ke bumi, 10 energi radiasi
matahari itu diserap oleh berbagai gas yang ada di atmosfer, 34% dipantulkan oleh awan dan
permukaan bumi, 42% membuat bumi menjadi panas, 23% menguapkan air, dan hanya 0,023%
dimanfaatkan tanaman untuk perfotosintesis.

Malam hari permukaan bumi memantulkan energi dari matahari yang tidak diubah menjadi
bentuk energi lain seperti diubah menjadi karbohidrat oleh tanaman dalam bentuk radiasi inframerah.
Tetapi tidak semua radiasi panas inframerah dari permukaan bumi tertahan oleh gas-gas yang ada di
atmosfer. Gas-gas yang ada di atmosfer menyerap energi panas pantulan dari bumi.

Dalam skala yang lebih kecil – hal yang sama juga terjadi di dalam rumah kaca. Radiasi sinar
matahari menembus kaca, lalu masuk ke dalam rumah kaca. Pantulan dari benda dan permukaan di
dalam rumah kaca adalah berupa sinar inframerah dan tertahan atap kaca yang mengakibatkan
udara di dalam rumah kaca menjadi hangat walaupun udara di luar dingin. Efek memanaskan itulah
yang disebut efek rumah kaca atau ”green house effect”. Gas-gas yang berfungsi bagaikan pada
rumah kaca disebut gas rumah kaca atau ”green house gases”.

B. Pengaruh Rumah Kaca

Pengaruh rumah kaca terbentuk dari interaksi antara atmosfer yang jumlahnya meningkat
dengan radiasi solar. Meskipun sinar matahari terdiri atas bermacam-macam panjang gelombang,
kebanyakan radiasi yang mencapai permukaan bumi terletak pada kisaran sinar tampak. Hal ini
disebabkan ozon yang terdapat secara normal di atmosfer bagian atas, menyaring sebagian besar
sinar ultraviolet. Uap air atmosfer dan gas metana dari pembusukan – mengabsorpsikan sebagian
besar inframerah yang dapat dirasakan pada kulit kita sebagai panas. Kira-kira sepertiga dari sinar
yang mencapai permukaan bumi akan direfleksikan kembali ke atmosfer.

Sebagian besar sisanya akan diabsorpsikan oleh benda-benda lainnya. Sinar yang diabsorpsikan
tersebut akan diradiasikan kembali dalam bentuk radiasi inframerah dengan gelombang panjang atau
panas jika bumi menjadi dingin. Sinar dengan panjang gelombang lebih tinggi tersebut akan
diabsorpsikan oleh karbon dioksida atmosfer dan membebaskan panas sehingga suhu atmosfer akan
meningkat. Karbon dioksida berfungsi sebagai filter satu arah, tetapi menghambat sinar dengan
panjang gelombang lebih untuk melaluinya dari arah yang berlawanan. Aktivitas filter dari karbon
dioksida mengakibatkan suhu atmosfer dan bumi akan meningkat. Keadaan inilah yang disebut
pengaruh rumah kaca.

Pengaruh karbon dioksida yang dihasilkan dari pencemaran udara berbentuk gas yang salah
satunya adalah dari rumah kaca. Karbon dioksida mempunyai sifat menyerap sinar (panas) matahari
yaitu sinar inframerah – sehingga temperatur udara menjadi lebih tinggi karenanya. Apabila kadar
yang lebih ini merata di seluruh permukaan bumi, temperatur udara rata-rata di seluruh permukaan
bumi akan sedikit naik, dan ini dapat mengakibatkan meleburnya es dan salju di kutub dan di puncak-
puncak pegunungan, sehingga permukaan air laut naik.

Metodologi Penelitian Page 4


C. Mekanisme Terjadinya

Proses terjadinya efek rumah kaca ini berkaitan dengan daur aliran panas matahari. Kurang lebih
30% radiasi matahari yang mencapai tanah dipantulkan kembali ke angkasa dan diserap oleh uap,
gas karbon dioksida, nitrogen, oksigen, dan gas-gas lain di atmosfer. Sisanya yang 70% diserap oleh
tanah, laut, dan awan. Pada malam hari tanah dan badan air itu relatif lebih hangat daripada udara di
atasnya. Energi yang terserap diradiasikan kembali ke atmosfer sebagai radiasi inframerah,
gelombang panjang atau radiasi energi panas. Sebagian besar radiasi inframerah ini akan tertahan
oleh karbon dioksida dan uap air di atmosfer. Hanya sebagian kecil akan lepas ke angkasa luar.
Akibat keseluruhannya adalah bahwa permukaan bumi dihangatkan oleh adanya molekul uap air,
karbon dioksida, dan semacamnya. Efek penghangatan ini dikenal sebagai efek rumah kaca.

Sedangkan proses secara singkatnya yaitu ketika sinar radiasi matahari menembus kaca sebagai
gelombang pendek sehingga panasnya diserapa oleh bumi dan tanaman yang ada di dalam rumah
kaca tersebut. Untuk selanjutnya, panas tersebut di radiasikan kembali namun dengan panjang
gelombang yang panjang(panjang geklombang berbanding dengan energi) sehingga sinar radiasi
tersebut tidak dapat menembus kaca. Akibatnya, suhu di dalam rumah kaca lebih tinggi dibandingkan
dengan suhu yang di luar rumah kaca.

D. Dampak Rumah Kaca

Meningkatnya suhu permukaan bumi akan mengakibatkan adanya perubahan iklim yang sangat
ekstrem di bumi. Hal ini dapat mengakibatkan terganggunya hutan dan ekosistem lainnya, sehingga
mengurangi kemampuannya untuk menyerap karbon dioksida di atmosfer. Pemanasan global
mengakibatkan mencairnya gunung-gunung es di daerah kutub yang dapat menimbulkan naiknya
permukaan air laut. Efek rumah kaca juga akan mengakibatkan meningkatnya suhu air laut sehingga
air laut mengembang dan terjadi kenaikan permukaan laut yang mengakibatkan negara Kepulauan
akan mendapatkan pengaruh yang sangat besar.

Menurut perkiraan, efek rumah kaca telah meningkatkan suhu bumi rata-rata 1-5°C. Bila
kecenderungan peningkatan gas rumah kaca tetap seperti sekarang akan menyebabkan peningkatan
pemanasan global antara 1,5-4,5°C sekitar tahun 2030. Dengan meningkatnya konsentrasi gas CO2
di atmosfer, maka akan semakin banyak gelombang panas yang dipantulkan dari permukaan bumi
diserap atmosfer. Hal ini akan mengakibatkan suhu permukaan bumi menjadi meningkat.

Efek rumah kaca disebabkan karena naiknya konsentrasi gas karbondioksida (CO 2) dan gas-gas
lainnya di atmosfer. Kenaikan konsentrasi gas CO2 ini disebabkan oleh kenaikan pembakaran bahan
bakar minyak (BBM), batu bara dan bahan bakar organik lainnya yang melampaui kemampuan
tumbuhan-tumbuhan dan laut untuk mengabsorpsinya. Energi yang masuk ke bumi mengalami: 25%
dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer 25% diserap awan 45% diabsorpsi permukaan
bumi 5% dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.

Energi yang diabsorpsi dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi infra merah oleh awan dan
permukaan bumi. Namun sebagian besar infra merah yang dipancarkan bumi tertahan oleh awan
dan gas CO2 dan gas lainnya, untuk dikembalikan ke permukaan bumi. Dalam keadaan normal, efek
rumah kaca diperlukan, dengan adanya efek rumah kaca perbedaan suhu antara siang dan malam di
bumi tidak terlalu jauh berbeda.

Selain gas CO2, yang dapat menimbulkan efek rumah kaca adalah sulfur dioksida (SO2), nitrogen
monoksida (NO) dan nitrogen dioksida (NO2) serta beberapa senyawa organik seperti gas metana

Metodologi Penelitian Page 5


(CH4) dan khloro fluoro karbon (CFC). Gas-gas tersebut memegang peranan penting dalam
meningkatkan efek rumah kaca.

D.1. PENGARUH EFEK RUMAH KACA TERHADAP PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIFITAS


TANAMAN

Iklim dan cuaca merupakan faktor penentu utama bagi pertumbuhan dan produktifitas tanaman
pangan. Sistem produksi pertanian dunia saat ini mendasarkan pada kebutuhan akan tanaman
setahun, kecuali beberapa tanaman seperti pisang, kelapa, buah-buahan, anggur, kacang-kacangan,
beberapa sayuran seperti asparagus, rhubarb, dan lain-lain. Tanaman-tanaman tersebut
dikembangbiakan dalam kondisi pertanaman tertentu.

Produktifitas pertanian berubah-ubah secara nyata dari tahun ke tahun. Perubahan drastis cuaca,
lebih berpengaruh terhadap pertanian dibanding perubahan rata-rata. Tanaman dan ternak sangat
peka terhadap perubahan cuaca yang sifatnya sementara dan drastis. Perbedaan cuaca antar tahun
lebih berpengaruh dibanding dengan perubahan iklim yang diproyeksikan. Dan tak terdapat bukti
bahwa perubahan iklim akan mempengaruhi perubahan cuaca tahunan.

Petani selalu berhadapan dengan perubahan iklim. Besaran perbedaan antar tahun telah
melampaui prakiraan perubahan iklim. Fluktuasi iklim tahunan, dalam beberapa urutan besaran lebih
tinggi dibanding dengan besar prediksi perubahan pelan-pelan iklim yang diajukan para ahli ekologi.
Hal ini digambarkan pada Musim panas daerah pertanian Jagung Amerika serikat, antara tahun 1988
(kering dan panas) dan 1992 (basah dan dingin). Suhu selama Juli dan Agustus berbeda 80F dalam
dua tahun dibeberapa negara bagian. Hal paling kritis yang belum diketahui adalah pola frekuensi
kemarau. Kemarau terjadi dibeberapa tempat didunia setiap tahun. Kemarau tahunan juga lumrah
terjadi di area pertanian India, China, Rusia dan beberapa negara Afrika.

Makalah ini akan membahas implikasi dari effek rumah kaca, atau khusunya, perubahan iklim
yang diakibatkan meningkatnya kandungan CO2 atmosfir dan gas rumah kaca lainnya terhadap
produktifitas tanaman pangan. Juga mempertimbangkan efek langsung maupun biologis dari
peningkatan kadar CO2 tersebut. Dan interaksi Biologi dan Iklim terhadap pertumbuhan dan produksi
tanaman pangan.

D.2. Pengaruh Iklim terhadap Pertumbuhan dan Produktivitas Tanaman

Variabel menonjol yang diperkirakan akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan
produktivitas tanaman pangan akibat terjadinya peningkatan kadar CO2 adalah bumi yang memanas.
Berdasarkan pengamatan obyektif di lapangan, diperkirakan akan lebih rendah dibanding
permodelan iklim yang lemah dan kasar menggunakan komputer. Berdasarkan permodelan
komputer, muka bumi rata-rata akan memanas sebesar 1,5-4,5OC jika kadar CO2 meningkat
duakali. Secara keseluruhan iklim akan memanas 3 kali 1,5OC pada akhir abad nanti, dan
pemanasaan terbesar terjadi dikutub, dan lebih rendah dikhatulistiwa.
Kedua, kenaikan suhu dapat diperkirakan dan akan berpengaruh terhadap pola hujan. Untuk
kebanyakan tanaman pangan dan serat dan beberapa spesies lain perubahan dalam ketersediaan
air memiliki akibat yang lebih besar dibanding kenaikan suhu. Permodelan iklim secara regional telah
dimodelkan dalam tingkat yang lebih kurang meyakinkan dibanding model untuk iklim global.

Perubahan yang diperkirakan, jika terjadi dalam pola hujan dan suhu dengan kadar CO2 yang
tinggi akan menguntungkan produksi tanaman pangan beririgasi. Pertambahan areal pertanian
beririgasi di Amerika terjadi di delta misisipi dan dataran utara. Hal serupa terjadi di India, China dan
Rusia bagian selatan. Di USA, area tanam jagung dan gandum musim dingin akan bergeser ke utara
dan akan digantikan sorgum dan padi-padian.

Metodologi Penelitian Page 6


Ketiga, pemanasan global mempengaruhi variabel yang berpengaruh terhadap produktifitas
pertanian. Hal ini akan sangat penting bagi pertanian yang terkait zona suhu, baik bagi pertambahan
maupun intensitas masa tanam atau satuan tingkat pertumbuhan. Perhatian petani akan tertuju pada
perbedaan musiman dan antar tahun pada curah hujan, salju, lama musim tanam, dan beda suhu
dalam hari-hari yang berpengaruh pada tahap pertumbuhan. Stabilitas dan keandalan produksi
adalah sama pentingnya dengan besaran jumlah produksi itu sendiri.

Keprihatinan akan perubahan iklim dimasa depan dan perubahan yang lebih besar lagi akan
diimbangi dengan penelitian mengenai manfaat peningkatan CO2 bagi fotosintesis dan berkurangnya
kebutuhan tanaman akan air, dan tetap meningkatnya hasil. Selama 70 tahuan, perubahan cuaca,
mencerminkan bahwa hasil tanam di USA, Rusia, India, China, Argentina, Canada dan Australia,
memungkinkan negara dengan cuaca baik dapat menjaga keamanan pangan negara dari cuaca
yang buruk. Kekeringan secara menyeluruh di dunia hampir tak pernah terjadi saat ini.

Walau ada kepastian bahwa pertanian dunia dapat mengantisipasi perubahan iklim, perubahan
itu akan menambah masalah yang harus ditangani dalam dasa warsa kedepan. Masalah lain adalah
Kelangkaan air dan kualitas air, tanah yang menjadi gersang, pengadaan energi dari bahan bakar
fosil serta kelangsungan praktek pertanian yang sekarang ada. Beberapa praktek yang
membahayakan kesehatan manusia dan kelestarian lingkungan harus diubah bersamaan dengan
tingkat produksi yang aman dan dapat diandalkan juga harus terus ditingkatkan. Prakiraan terjadinya
perubahan iklim membuat penelitian pertanian yang komprehensif menjadi sangat penting dalam
menghadapi perubahan itu secara efektif.

Penelitian mengenai perubahan iklim, akan melengkapi usaha peningkatan produktivitas


tanaman, yang dipengaruhi oleh tekanan lingkungan, yang kini tengah dilakukan melalui rekayasa
genetik, perlakuan kimiawi dan pola pengolahan. Ini akan memberi dua manfaat sekaligus, baik
sebagai pelindung mengahadapi perubahan jangka pendek lingkungan, seperti kemarau dan juga
membantu menghadapi perubahan iklim dalam jangka panjang, dan untuk mengkapitalisasi
sumberdaya hayati bagi peningkatan produksi.

Pandangan yang berbeda mengenai pemanasan global yang memiliki bobot ilmiah yang baik
muncul, mendukung penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, sekarang telah disimpulkan oleh
beberapa ilmuwan bahwa model prakiraan iklim yang dibuat merupakan penyederhanaan yang
sangat simplistis dari proses atmosfir dan lautan yang sangat kompleks. Dan tak dapat dibuktikan
bahwa pengeluaran gas rumah kaca akan berpengaruh signifikan terhadap iklim dunia, sebab-sebab
pemanasan global juga lebih tidak dapat lagi dipastikan.

D.3. Pengaruh Biologis Langsung: Pertumbuhan Tanaman dalam rumah Kaca

Penelitian mengenai manfaat pengayaan CO2 dimulai abad lalu. Awal 1888, manfaat
pemupukan dengan CO2 telah dilakukan pada tanaman di dalam rumah kaca di Jerman, dan
beberapa tahun kemudian di Inggris, serta 80 tahun yang lalu di USA. Hasil yang menguntungkan
pertama kali dilaporkan terjadi pada tanaman pangan seperti letuce, tomat, mentimun, dan kemudian
bunga dan tanaman hias.

Banyak catatan dan pernyataan yang disusun mengenai pertumbuhan tanaman yang berada
dalam lingkungan yang dikontrol dan diberi pengayaan CO2. Wittwer dan Robb membuat catatan
menyeluruh mengenai data-data sebelumnya dan ditambah hasil penelitiannya sendiri bahwa
tanaman tomat mencapai usia dewasa dan hasil produksi yang menguntungkan dalam rumah kaca
yang diperkaya CO2. Sementara Strain dan Cure menyusun Bibliographi literature mengenai
pengayaan CO2 dan efeknya terhadap lingkungan dan tanaman yang lengkap. Kimball dkk. pada
tahun 1983, 1985 dan 1996 mengumpulkan 770 penelitian mengenai hasil tanaman dalam rumah
kaca dengan pengayaan CO2, dan terbukti hasil tanaman tersebut meningkat 32%.

Metodologi Penelitian Page 7


Pada tahun 1982 diselenggarakan Konferensi Internasional yang bertujuan mengidentifikasi
makalah yang terkait dengan pengaruh biologis langsung dari pengaruh peningkatan CO2 pada
produktifitas tanaman, sebagai sesuatu yang tak terpisahkan dengan efisiensi photositensis, efisiensi
penggunaan air, Penyerapan Nitrogen biologis terkait dengan sumberdaya iklim seperti cahaya, suhu
dan kelembaban. Fokus makalah ini dibuat dengan mengacu kepada tindak konferensi tersebut.
Dokumentasi yang lebih lengkap mengenai efek langsung CO2 terhadap produkstifitas tanaman
diterbitkan Departemen Energi USA pada Tahun 1985-1987 secara berseri, makalah Wittwer tahun
1985 dan 1992. Itu semua dilengkapi oleh materi yang diedit oleh Enoch dan Kimball pada 1968
mengenai Pengayaan Karbondioksida Pada Tanaman Rumah Kaca meliputi status dan sumber CO2,
physiologi, hasil daan ekonomi. Juga telah dilakukan riset selama 35 tahun oleh sebuah grup dalam
Komisi Tanaman Terlindung pada International Society for Holticultural Science, yang membuktikan
bahwa pengayaan CO2 menambah hasil sebesar 12-13 %, dibanding pada kadar atmosfir biasa
sebesar 335 ppm.

Pengaruh paling mencolok dari pengayaan tersebut dalah efisiensi fotosintesis dan Penggunaan
Air yang lebih efisien.

D.4. Efisiensi Fotosintesis

Hanya sedikit keraguan bahwa kadar CO2 dalam atmosfir adalah kurang optimal bagi
fototosintesis ketika faktor lain yang berpengaruh terhadap tanaman (cahaya, air, suhu dan unsur
hara) mencukupi. Fotosintesa Netto adalah jumlah fotosintesa brutto minus fotorespirasi, dan
fotorespirasi setidaknya memiliki besaran mengubah 50% karbohidrat hasil fotosintesa kembali
menjadi CO2, dengan peningkatan CO2 fotorespirasi diperkirakan akan menurun. Peningkatan
Biomassa terbukti terjadi ketika dilakukan pengayaan CO2. Ini tak selalu muncul dari fotosintesa
netto. Kadar CO2 yang tinggi memicu penggunaan air yang efisian dalam tanaman C4 seperti
jagung. Peningkatan efisiensi air ini merangsang pertumbuhan tanaman.

Dampak langsung yang dapat dijejaki dari peningkatan CO2 adalah peningkatan tingkat
fotosintesa daun dan kanopi. Peningkatan fotosintesis akan meningkat sampai kadar CO2 mendekati
1000 ppm. Hasil paling pasti adalah tanaman tumbuh cepat dan lebih besar. Ada perbedaan antara
spesies. Spesies C3 lebih peka terhadap peningkatan kadar CO2 dibanding C4. Terjadi juga
pertambahan luas dan tebal daun, berat per luas, tinggi tunas, percabangan, bibit dan jumlah dan
berat buah. Ukuran Tubuh meningkat seiring rasio akar-batang. Rasio C:N bertambah. Lebih dari itu
semua hasil panen meningkat. Terutama pada Kentang, Ubi Jalar, Kedelai. Dengan meningkatnya
kadar CO2 menjadi dua kali sekarang secara global, hasil pertanian diperkirakan akan meningkat
sampai 32% dari sekarang. Perkiraan sementara saat ini sekitar 5%-10% dari kenaikan produksi
pertanian adalah akibat kenaikan kadar CO2. Manfaat pengayaan CO2 terhadap pertumbuhan dan
produktifitas tanaman saat ini telah dikenal telah dikenal luas. Banyak pengujian yang dilakukan
dalam lingkungan terkontrol secara penuh atau sebagian, terhadap beberapa tanaman komersial
(padi, Jagung, gandum, kedelai, kapas, kentang, tomat, ubi jalar, dan beberapa tanaman hutan),
yang membuktikannya.

D. 5. Efisiensi Penggunaan Air

Kebutuhan utama tanaman yang lainnya adalah air, baik secara kualitas maupun kuantitas.
Air kini telah menjadi permasalahan penting bagi lima negara dengan jumlah penduduk terbesar di
dunia (China, India, USA, Sovyet, Indonesia). Juga tentu dinegara-negara temur tengah, afrika utara
dan sub sahara. Satu faktor penting yang berpengaruh terhadap produksi tanaman namun masih
merupakan misteri adalah pola musim kering yang terjadi. Kekeringan adalah hal yang paling ditakuti
oleh para petani diberbagai negara produsen pangan. Kebutuhan akan air menjadi semakin penting

Metodologi Penelitian Page 8


dan kritis, di USA, 80–85 % konsumsi air bersih adalah untuk pertanian. Sepertiga persediaan
tanaman pangan sekarang tumbuh padi 18% lahan beririgasi.

Aspek penting dari peningkatan kadar CO2 dalam atmosfir adalah kecenderungan tanaman
untuk menutup sebagian dari stomata pada daunnya. Dengan tertutupnya stomata ini penguapan air
akan menjadi perkurang, dan dengan itu berarti efisiensi penggunaan air meningkat. Kekurangan air
adalah faktor pembatas utama dari produktifitas tanaman. Bukti yang selama ini dikumpulkan
menunjukan bahwa peningkatan CO2 di atmosfir meningkatkan efisiensi penggunaan air. Hal ini
adalah penemuan yang penting bagi bidang pertanian dan juga bagi ekologi. Implikasi dari hal itu
bermacam-macam, salah satunya adalah peningkatan daya tahan terhadap kekeringan dan
berkurangnya kebutuhan air untuk pertanian.

Efek langsung dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah
meningkatkan efisiensi air dalam fotosintesa. Dan pada tanaman C4 dan C3 mengurangi
membukanya stomata, hal ini ditunjukan oleh Roger et al. pada tanaman kedelai. Tanaman dengan
cara fotosintesa C3 mendapat keuntungan dengan 3 cara. Pertama meluasnya ukuran daun, kedua
peningkatan tingkat fotosintesis perunit luas daun, dan terakhir efisiensi penggunaan air.

D.6. Produksi Tanaman Pangan Beririgasi

Perubahan yang telah diperkirakan mengenai penguapan dan suhu akibat efek rumah kaca dan
pemanasan global sepertinya akan menguntungkan lahan pertanian beririgasi. Di USA, luas areal
pertanian beririgasi akan meluas sampai dataran utara dan delta Missisipi, hal ini juga berlaku untuk
Cina, India dan negara lain. Dimana lingkungan lebih lembab dan diperuntukkan untuk tanaman biji-
bijian dan kacang-kacangan. Kecenderungan ini telah terjadi di USA, China, dan India. Jagung dan
Gandum kini bergeser mendekati daerah yang dingin dan lebih lembab. Produksi Sorgum dan padi-
padian akan menggeser posisi areal gandum dan jagung tersebut. Diharapkan juga, dimasa
mendatang model dari atmosfir dan iklim akan lebih berkembang dan melengakapi dari apa yang
sekarang telah dikembangkan, sehingga sensitivitas tanaman terhadap perubahan iklim lebih dapat
diketahui.

D.7. Pertumbuhan dan Produkstifitas Tanaman: Kemampuan Adaptasi terhadap


Suberdaya Iklim di Bumi

Banyak tanaman pangan mampu beradaptasi terhadap perubahan iklim. Di bumi padi, ubikayu,
ubijalar dan jagung dapat tumbuh dimana saja kelembaban dan suhu sesuai. Jagung mampu tumbuh
di areal yang beraneka ragam kelembaban, suhu, dan ketinggian dibumi ini. Areal produksinya di
USA telah meluas ke utara sampai 800 km selam lima puluh tahun ini. Kedelai dan Kacang tanah
dapat tumbuh di daerah tropik sampai lintang 450 LU dan 400 LS. Gandum musim dingin yang lebih
produktif dari gandum musim semi areal tanamnya telah meluas keutara sejauh 360 km. Ditambah
dengan kemampuan rekayasa genetik yang kita miliki perluasan areal tanam akan semakin mungkin
dan cepat terealisasi.

Diperkirakan penggandaan kadar CO2 akan meningkatkan produktivitas tanaman di Amerika


Utara, hal serupa juga terjadi di Sovyet, Eropa dan propinsi bagian utara China. Tanaman hortikultura
dapat berkembang bebearapa musim diseluruh negara bagian USA. Tanaman seperti Tebu dan
Kapas semakin meluas areal tanamnya dengan dimanfaatkannya mulsa dan pelindung plastik.
Pemanasan global akan lebih menguntungkan dibanding dengan kembalinya era es sebagaimana
diprediksi beberapa dekade yang lalu. Terlebih dimana produksi tanaman pangan terpusat di Lintang
300 LU sampai 500 LS.

Metodologi Penelitian Page 9


Perubahan iklim secara drastis dan ekstrem sebagaimana yang selama ini dipublikasikan adalah
hal yang sangat berlebihan. Pemanasan secara perlahan mungkin menguntungkan, karena
memungkinkan penanaman tumbuhan tropis seperti mangga, pepaya, nanas dan pisang , dinegara
bagian selatan USA.

D.8. Prakiraan Regional: Pola Iklim dan Respons Tanaman

Sejak 1850, kadar CO2 dalam atmosfir telah meningkat sebesar 25 % akibat pembakaran
bahan bakar fosil dan penggundulan hutan tak ada yang menentangnya. Kadar gas rumah kaca
selain CO2 juga telah meningkat melebih prosentase CO2 dan dengan efek pemanas yang setara
CO2. Namun terdapat kontrovesi mengenai kapan pemanasan global pertama kali muncul, juga
terdapat kontroversi mengenai besaran perubahan suhu yang terjadi, jika terjadi pada masa yang
akan datang. Perkiraan yang ada berkisar antara minus 1,50C sampai 60C. Prakiraan iklim dan
cuaca regional dengan sebaran variabel seperti awan, kelembaban, dan angin lebih tidak pasti lagi.

Efek langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap tumbuhan, sebagaimana
dibahas diatas, namun bila terjadi kekeringan sebagaimana ramalan hasil permodelan iklim yang
sekarang, hasil pertanian tak dapat dipastikan. Namun secara garis besar dampak yang terjadi masih
dapat kita kendalikan. Tindakan dari petani, ilmuwan dan kebijkan pemerintah lebih diperlukan
dibandingkan dengan perubahan pola hidup kita.

Prakiraan pengaruh CO2 terhadap iklim menimbulkan banyak spekulasi, dan beberapa riset telah
dimulai untuk meneliti dampaknya terhadap hubungan hama dan tanaman dan strategi perlindungan
tanaman. Gulma, Serangga, nematoda dan wabah berdampak sangat merugikan bagi pertanian.
Perubahan Iklim yang mungkin akan berdampak pada hubungan tumbuhan – hasil panen – hama,
dan ekosistem lain. Peningkatan kandungan karbohidrat dan akumulasi nitrogen akan berpengaruh
terhadap pola makan serangga, ini telah ditunjukan dalam beberapa eksperimen. Pengendalian
hama memasuki era baru, dengan pengintegrasian penanganan hama.

E. Usaha Mengurangi Efek Rumah Kaca

Banyak hal gampang yang bisa kita lakukan untuk mengurangi efek rumah kaca yang
menyebabkan pemanasan global. Caranya, kita bisa mematikan lampu dan peralatan elektronik saat
tidak digunakan. Selain hemat energi dan uang untuk bayar listrik, juga mengurangi polusi karena
penggunaan bahan bakar. Rajin-rajin memanggil tukang servis AC. Carpooling atau berangkat
bareng teman atau keluarga ke sekolah, tempat les, atau mal. Selain mengurangi kemacetan, kita
juga menghemat energi. Saat mencetak tugas, usahakan memakai dua sisi kertas. Plastik adalah
bahan yang sulit untuk diuraikan. Kalau dibakar, plastik akan menjadi zat racun atau polusi.
Pemakaian kantong plastik saat belanja harus dikurangi. Seluruh plastik itu hanya menjadi sampah.
Coba deh pakai tas karton atau tas kanvas.

Metodologi Penelitian Page 10


PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Efek rumah kaca menyebabkan kenaikan suhu bumi – sehingga mempengaruhi iklim secara
global.

2. Namun demikian, efek rumah kaca juga berdampak positif, seperti tetap berlangsungnya
kegiatan pertanian pada musim dingin oleh orang-orang Eropa.

3. Efek rumah kaca menimbulkan dampak-dampak negatif lainnya yang menyebabkan kerugian
pada manusia dan makhluk hidup lainnya.
Metodologi Penelitian Page 11
4. Efek langsung dari meningkatnya CO2, berdampak positif terhadap tumbuhan dan produksi
tanaman. Pengaruh peningkatan CO2 adalah peningkatan tingkat fotosintesa daun dan kanopi.
Peningkatan fotosintesis akan meningkat sampai kadar CO2 mendekati 1000 ppm. Efek
langsung dari kadar CO2 dalam atmosfir terhadap fotosintesis tanaman C4 adalah meningkatkan
efisiensi air dalam fotosintesa. Pada tanaman C4 dan C3 mengurangi membukanya stomata.
Perubahan yang telah diperkirakan mengenai penguapan dan suhu akibat efek rumah kaca dan
pemanasan global akan menguntungkan lahan pertanian beririgasi, seperti tanaman biji-bijian
dan kacang-kacangan.

B. Saran

1. Penggunaan emisi gas karbon dioksida, mobil-mobil yang boros bahan bakar sebaiknya lebih
diefisienkan.

2. Mengganti bahan bakar minyak dengan tenaga tata surya yang ramah lingkungan.

3. Penghijauan kembali hutan-hutan yang sudah ditebang untuk mengurangi kadar karbon
dioksida.

4. Penganekaragaman bahan bakar minyak, gas, tenaga listrik, bahkan tenaga tata surya.

5. Bagi negara-negara berkembang seperti Indonesia sebaiknya melakukan pemeliharaan


kendaraan emisi gas karbon dioksida atau dengan kata lain melaksanakan program Langit Biru
untuk mengurangi kadar polusi udara yang sudah di ambang batas – terutama di kota-kota besar
seperti Jakarta.

6. Efek rumah kaca yang tidak terkendali dapat menyebabkan perubahan ekologi yang sulit
ditebak, seperti perubahan suhu dan pola hutan yang mengurangi produktivitas pertanian.

7. Kerugian Indonesia di bidang pertanian karena perubahan iklim yang disebabkan oleh dampak
efek rumah kaca diperkirakan sangat besar. ANGLAS (Asian Least Gost Greenhouse Gas
Abatement Strategy) memaparkan bahwa efek rumah kaca mengakibatkan antara lain: naiknya
permukaan air laut, krisis air bersih, meningkatnya frekuensi penyakit yang ditularkan oleh
nyamuk, rusaknya infrastruktur daerah tepi pantai, dan menurunnya produksi pertanian.

Metodologi Penelitian Page 12


DAFTAR PUSTAKA

Dikutip dari situs : http://id.wikipedia.org/wiki

Disadur dari situs : http://nagasundani.blogsome.com/2005/05/09/efek-rumah-kaca-buruk-


jika/trackback/

Disadur dari situs : http://munawar.8m.net/rmh_kaca.htm

Metodologi Penelitian Page 13


Dikutip dari situs : http://www.worldsilentday.org/

Dikutip dari situs : http://www.gogreenindonesiaku.com

Metodologi Penelitian Page 14

You might also like