You are on page 1of 4

Ekonomi Islam Online

Mekanisme Pasar Menurut Ibnu Taimiyah


Ditulis oleh Abdul Azim Islahi
Monday, 26 January 2009

Pendahuluan Tujuan utama dari makalah ini adalah untuk mempelajari dan menganalisa konsep mekanisme pasar
menurut Ibnu Taimiyah. Tulisan ini juga akan mencoba untuk membandingkan pandangannya dengan beberapa pemikir
muslim lainnya serta penulis barat sampai pada pertengahan abad ke delapan belas. Konsep permintaan dan
penawaran merupakan konsep dasar ilmu ekonomi. keduanya adalah inti dari mekanisme pasar. Namun ide
mengklasifikasi semua kekuatan-kekuatan pasar tersebut ke dalam dua kategori dan penentuan harga melalui
permintaan dan penawaran adalah sesuatu hal yang terlambat dalam sejarah pemikiran ekonomi. Menurut Schumpeter,
"Dalam hal teori mekanisme harga, terdapat hanya sedikt catatan mengenai hal ini sampai pada pertengahan abad
kedelapanbelas ... (Schumpeter, hal 305). Menarik untuk diketahui bahwa pada awal abad ketiga belas Ibnu Taimiyah
(1263-1328 CE/661-728AH) memiliki konsep tentang mekanisme pasar.
Mekanisme Pasar Menurut Ibnu Taimiyah Ibn Taimiyah memiliki gagasan yang jelas tentang harga-harga di pasar
bebas yang ditentukan oleh kekuatan permintaan dan penawaran. Dia mengatakan: "Naik, turunya harga tidak selalu
terjadi karena ketidakadilan (zulm) dari beberapa orang. Kadang-kadang terjadi karena kekurangan produksi atau
penurunan Impor barang yang diminta. Dengan demikian jika keinginan pembelian barang mengalami peningkatkan
sedang ketersediaan barang merosot, maka harga akan naik. Di sisi lain jika ketersediaan barang bertambah sedang
permintaan turun, maka harga akan turun. Kelangkaan atau kelimpahan ini mungkin tidak disebabkan oleh tindakan dari
beberapa orang, yang mungkin karena suatu alasan berlaku tidak adil,atau kadang-kadang, mungkin ada yang
menyebabkan hal yang mengundang ketidakadilan. Allah-lah yang Maha Kuasa yang menciptakan keinginan dalam hati
*manusia ..."( Ibnu Taimiyah, 1381, vol.8, hal 523). Dari pernyataan Ibnu Taimiyah tersebut nampaknya berlaku satu
pendapat pada masanya bahwa kenaikan harga sebagai akibat dari ketidakadilan atau penyimpangan yang di lakukan di
sisi penjual. Atau dikenal dengan Istilah 'zulm' yang berarti pelanggaran atau ketidakadilan. Istilah tersebut digunakan
dalam arti manipulasi oleh penjual yang mengarah pada ketidaksempuraan harga di pasar, seperti penimbunan. Menurut
Ibnu Taimiyah hal ini tidaklah selalu benar. Dia menyatakan alasan ekonomi untuk naik dan turunya harga berasal dari
kekuatan pasar. Ibnu Taimiyah menyebut dua sumber penawaran yakni - produksi lokal dan impor barang (ma yukhlaq
aw yujlab min dhali'k al mal al matlub). `al matlub ' berasal dari kata “tholaba” yang merupakan sinonim
dari kata `demand 'dalam bahasa Inggris. Untuk mengekspresikan permintaan barang dia menggunakan frase `raghabat
fi'l Shai ', permintaan akan barang. Keinginan yang mencerminkan kebutuhan atau `selera 'adalah salah satu hal penting
dalam menentukan permintaan, begitu pula dengan pendapatan. Namun faktor kedua ini tidak disebutkan oleh Ibnu
Taimiyah. Perubahan penawaran, kekuatan pasar selain permintaan, dijelaskan sebagai akibat dari peningkatan atau
penurunan ketersediaan barang. Sebagaimana dia telah mencatat dua sumber penawaran yakni: produksi lokal dan
impor. Pernyataan sebelumnya menunjukkan bahwa pendapat Ibnu Taimiyah tersebut merujuk pada apa yang disebut
sebagai pergeseran permintaan dan fungsi penawaran, walaupu dia tidak menyatakan langsung seperti itu, peningkatan
permintaan dilakukan pada harga yang sama dan sedikit penawaran dilakukan pada harga yang sama pula atau
sebaliknya, pengurangan permintaan dan peningkatan penawaran pada harga yang sama. Menyebabkan penurunan
harga barang. Ia menggabungkan dua perubahan tersebut dalam satu akibat (peningkatan/penurunan harga). Tidak
diragukan, jika terjadi penurunan penawaran yang dibarengi dengan peningkatan permintaan, akan mengakibatkan
meningkatnya harga. Demikian pula, jika peningkatan penawaran dikaitkan dengan penurunan permintaan, maka harga
akan turun secara lebih besar, karena kedua perubahan tersebut membantu pergerakan harga dalam arah yang sama.
Namun demikian, tidak perlu menggabungkan perubahan keduanya atau untuk menemukan fenomena tersebut secara
berkesinambungan. Cetris paribus, kita dapat memperoleh hasil yang sama jika hanya salah satunya mengalami
perubahan. Misalnya, jika permintaan menurun sementara penawaran tetap sama, maka harga akan turun begitu pula
sebaliknya. Kemungkinan-kemungkinan tersebut bisa dibayangkan, yang nampaknya sesuai dengan pernyataan Ibnu
Taimiyah di atas. Dalam bukunya Al Hisbah fi'l Islam, Ibnu Taimiyah menjelaskan perubahan-perubahahan tersebut
secara terpisah dapat dinyatakan: "Jika seseorang menjual barang sesuai dengan cara pada umumnya diterima tanpa
ketidakadilan sedang harga meningkat akibat penurunan komoditi (qillat al Shai ') atau disebabkan oleh peningkatan
jumlah penduduk (kathrat al Khalq), maka ini adalah kehandak Allah "(Ibnu Taimiyah, 1976, p.24). Di sini ia
memberikan alasan tentang kenaikan harga sebagai akibat dari penurunan komoditi, atau peningkatan populasi
penduduk. "Penurunan komoditi", dapat diterjemahkan dengan tepat sebagai penurunan penawaran. Demikian pula,
peningkatan populasi menyebabkan peningkatan permintaan di pasar, sehingga dapat dijelaskan sebagai peningkatan
permintaan. Peningkatan harga akibat penurunan penawaran atau karena adanya peningkatan permintaan
dikarakteristikan sebagai tindakan Tuhan, sebagai pengatur mekanisme pasar murni. Dalam petikan sebelumnya Ibn
Taimiyah membedakan antara peningkatan harga yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan pasar dan yang disebabkan
oleh ketidakadilan, misalnya penimbunan – sebuah perbedaan harga yang di bentuk oleh kebijakan pemerintah
yang berwenang. Ibnu Taimiyah adalah pendukung kuat pengendalian harga dalam kasus ketidaksempurnaan di pasar,
tetapi dia menentang pengendalian jika kenaikan harga disebabkan oleh kekuatan-kekuatan pasar murni, yakni
permintaan dan penawaran. (Islahi, pp.79-90; Kahf, dan Al Mubarak, pp.107-125). Perlu dicatat disini bahwa dalam
teks yang dikutip di atas, Ibnu Taimiyah menganalisa efek perubahan permintaan dan penawaran terhadap harga namun
dia tidak mencatat efek tinggi atau rendahnya harga pada barang yang diminta dan ditawarkan (pergerakan sepanjang
kurva yang sama dari satu titik ketitik lainnya). Di satu bahasan di `al Hisbah 'ia menjelaskan dengan persetujuan
pandangan dari Abul Walid (l013-l081 TM-403-474AH) " pengaturan administratif terhadap harga yang terlalu rendah
tidak dapat menghasilkan keuntungan sehingga menyebabkan korupsi terahadap harga, menyembunyikan barang (oleh
http://ekisonline.com Powered by: Joomla! Generated: 24 April, 2009, 08:16
Ekonomi Islam Online

penjual) serta perusakan kesejahteraan masyarakat"(Ibnu Taimiyah, 1976, p.41). Kesadaran akan kurangya penawaran
menyebabkan harga akan jatuh terlalu rendah, oleh sebab itu hal ini membawa Ibnu Taimiyah sangat dekat dengan
analisis yang mengindikasikan hubungan langsung antara kuantitas barang tersedia dengan harga. Pada kesempatan
lain, dalam Fatwanya ia memberikan beberapa faktor yang mempengaruhi permintaan dan harga yang ditimbulkan. Dia
mengatakan (Ibnu Taimiyah, 1383, vol.29, pp.523-525): (a) " Keinginan orang (al raghabah) terdiri dari berbagai jenis
dan sering beragam. Keberagaman keinginan tersebut sesuai dengan kelimpahan atau kelangkaan barang yang diminta
(al matlub). Barang yang langka seringkali lebih dikehendaki dibanding dengan barang yang tersedia melimpah. (b)
"keberagaman keinginan juga bergantung pada jumlah permintan (tullab). Jika jumlah permintaan barang komuditas
besar, maka harga akan naik ketika jumlah komuditas barang tersebut sedikit. (c) "Hal ini juga dipengaruhi oleh
kekuatan dan kelemahan kebutuhan akan barang konsumsi, serta besaran ukuran kebutuhan untuk itu. Jika kebutuhan
itu besar dan kuat, maka harga akan meningkat dibanding jika kebutuhan akan barang dalam skala lebih kecil dan
lemah. (d) "(Tingkat harga juga bervariasi) menurut (pelanggan) yang melakukan transaksi (al mu'awid). Jika ia kaya
dan terpercaya dalam membayar hutang, harga yang lebih kecil dapat diterima (bagi penjual) dimana (tingkat harga)
tidak akan diterima dari orang yang mempunyai kesuliatan membayar hutang, keterlambatan pembayaran atau
penolakan pembayaran ketika jatuh tempo. (e) "Dan juga (harga dipengaruhi) oleh jenis (mata uang) yang dibayarkan
dalam pertukaran, jika dalam sirkulasi umum (naqd ra'ij), harga lebih rendah jika pembayaran dilakukan dalam sirkulasi
yang kurang umum. Dirham dan dinar sebagaimana yang berlaku saat ini di Damaskus di mana pembayaran
menggunakan dirham menjadi praktek yang umum. (f) "Hal ini dikarenakan tujuan kontrak adalah untuk mengikat kedua
belah pihak yang terlibat dalam (kontrak). Jika pembayar mampu melakukan pembayaran dan diharapkan ia dapat
memenuhi janji nya, maka tujuan kontrak tersebut dapat terealisasi sebaliknya kontrak tidak akan terjadi jika ia tidak
mampu atau tidak dipercaya dalam memegang janjinya. Dengan tingkat kemampuan dan kesetiaan berbeda. Hal ini
berlaku juga bagi penjual dan pembeli, lessor (pemberi sewa) dan penyewa, perempuan dan laki-laki dalam perkawinan.
Objek jual beli kadang-kadang (secara fisik) tersedia dan terkadang tidak. Harga dari apa yang tersedia lebih rendah dari
harga atas apa yang tidak (secara fisik tersedia). Hal yang sama juga berlaku pada pembeli yang kadang-kadang
mampu membayar sekaligus secara tunai, namun kadang-kadang juga tidak ada (uang tunai) dan ingin meminjam
(untuk membayar) atau menjual komoditi (untuk melakukan pembayaran). Maka kasus yang pertama akan menjadikan
harga komuditas lebih rendah daripada kasus yang kedua. (g) "Hal yang sama juga berlaku bagi orang yang
menyewakan (obyek) sewa. Dia mungkin dalam posisi untuk memberikan manfaat kontrak sehingga penyewa mendapat
keuntungan tanpa mengeluarkan biaya (lebih lanjut). Namun terkadang penyewa tidak mendapatkan keuntungan tanpa
mengeluarkan biaya (tambahan) seperti yang terjadi di desa-desa yang sedang dikunjungi oleh perampok, atau di
tempat-tempat yang sedang terkena infeksi binatang buas. Jelas bahwa harga (sewa) untuk kasus diatas tidak pada
harga par dan sebanding dengan harga sewa tanah yang tidak memerlukan (biaya tambahan). " Seperti yang telah kita
perhatikan sebelumnya, Ibnu Taimiyah memasukkan `keinginan dalam permintaan’. Kemudian dia dengan tepat
menggunakan kata `al matlub 'dan` Al talibun' untuk barang yang diminta bagi masing-masing konsumen. Dalam analisis
peningkatan dan penurunan harga. faktor-faktor Ekonomi dan non ekonomi serta peran individu dan kolektif disebutkan
secara bersamaan. Perkataan bahwa barang yang langka lebih diinginkan daripada barang yang tersedia secara
melimpah, dapat digunakan untuk menyusun fungsi permintaan dan penawaran sebagai variable yang tidak berkaitan,
pada umumnya adalah tidak benar. Ibnu Taimiyah mencatat melalui pengamatanya bahwa hal tersebut dianggap
sebagai fakta psikologis : bahwa beberapa individu menemukan suatu barang tersedia dalam jumlah terbatas maka
perkiraan individu di masa adalah sama yakni jumlah barang tersebut juga akan terbatas, sehingga permintaan sekarang
cenderung meningkat. Peningkatan jumlah permintaan menyebabkan peningkatan harga adalah fenomena ekonomi
dan merupakan salah satu kasus pertukaran dalam fungsi permintaan pasar. Besar kecilnya kebutuhan sebagai
perbedaan intensitas kebutuhan dapat merujuk pada komoditi yang tersedia dalam ruang kebutuhan konsumen.
interpretasi ini mungkin benar, lbn Taimiyah menghubungkan intensitas kebutuhan, dengan besaran proporsi
pendapatan untuk konsumsi, dengan harga tinggi. Sebaliknya, intensitas yang lebih sedikit berarti permintaan akan
barang tersebut menjadi rendah, yang pada akhirnya hal ini akan menyebabkan harga menjadi lebih rendah. Untuk
kasus, (d) di atas) terkait dengan penjualan secara kredit. Berkaitan dengan kasus tertentu yang tidak relevan dalam
analisis tingkat harga pasar, kecuali jika kasus tersebut menjadi hal umum dalam praktek sehingga penjual harus
memperhitungkan resiko ketidak pastian dalam pembayaran. Untuk kasus harga koin perak yang lebih rendah (para (e)
di atas) mereferensikan keadaan moneter di Damaskus pada saat itu. Alasannya mungkin terjadinya peningkatan
kuantitas logam dalam bentuk koin emas atau pertukaran rasio antara dinar dan dirham yang tidak dikehendaki,
sebagaimana catatan sejarah periode tersebut (Qalaqshandi, ol. 3, mukasurat 438; Maqrizi, vol. 1, hal 899). Perlu dicatat
bahwa menjelang akhir kekuasaanya, Nasir Muhammad b. Qalawun – Sultan di masa Ibnu Taimiyah melarang
orang menjual atau membeli emas. Semuanya harus menyerahkan emas mereka kepada depertemen pencetak uang
yang nantinya akan diganti dengan dirham (mata uang perak). (Maqrizi, vol.2, p.393). hal inilah yang mungkin
menyebabkan harga dinar menjadi lebih tinggi. Pada kasus yang lebih Spesifik dimana penetapan harga untuk barang
yang telah tersedia di pasaran lebih rendah daripada penetapan harga bagi komoditas barang yang tidak tersedia di
pasar lebih tinggi (kasus (f) di atas) dapat diinterpretasikan sebagai kasus pembayaran ekstra yang dilakukan untuk
mendapatkan, komoditas yang sulit didatangkan. lbn Taimiyah telah menganalisa hal ini beserta kasus harga tunai yang
lebih rendah dibanding harga pembelian secara tangguh. Ini dia sudah tercatat (dalam kasus (d) di atas). Contoh yang
diberikan dalam (g) bertujuan untuk membuat sebuah kesimpulan bahwa Biaya yang harus dikeluarkan oleh pembeli
untuk memanfaatkan barang sewa harus pula di catat ke dalam rekening orang yang menyewakan. lbn Taimiyah
menemukan elemen umum antara kasus d, e, dan f g: ketidakpastian atau komponen biaya menyebabkan harga yang
berbeda dari harga umum (harga tanpa ketidak pastian). Dengan demikian hal ini, merupakan kontribusi penting bagi
analisis ekonomi. Sebagai tambahkan adalah kepekaan terhadap efek perubahan persediaan dan permintaan terhadap
http://ekisonline.com Powered by: Joomla! Generated: 24 April, 2009, 08:16
Ekonomi Islam Online

harga. Sehingga akan menjadi menarik, untuk membandingkan ide-ide nya dengan beberapa pemikir Islam dan Barat
sampai analisis ekonomi lanjutan pada pertengahan abad kedelapanbelas. Formasi Harga Menurut Sudut Pandang
Pemikir Muslim Lainnya Catatan paling awal berkenaan dengan kenaikan dan penurunan produksi terhadap perubahan
harga dapat penulis temukan dalam Abu Yusuf (731-798 CE/113-182AH). Namun alih-alih memberikan konsep teori
permintaan dan penawaran dan pengaruhnya terhadap harga, dia menyatakan, "Tidak ada batas pasti akan murahnya
dan mahalnya barang yang dapat dipastikan. Ini adalah keputusan dari langit 'tidak diketahui bagaimana? Murahnya
harga tidak disebabkan oleh banyaknya makanan , dan bukan pula mahalnya harga bukan disebabkan oleh kelangkaan.
Kesemuanya tunduk pada perintah dan keputusan Allah. Kadang-kadang makanan yang banyak harganyapun tinggi
namun kadang-kadang barang yang tersedia sedikit namun murah "(Abu Yusuf, hal 48). Dari pernyataan di atas, Abu
Yusuf membantah fenomona umum hubungan negatif antara persediaan dan harga. Memang benar bahwa harga tidak
tergantung hanya pada persediaan. Sama pentingnya juga adalah kekuatan permintaan. Oleh karena itu, peningkatan
atau penurunan harga belum tentu terkait dengan penurunan atau peningkatan produksi. Memaksakan pada kesimpulan
ini Abu Yusuf mengatakan bahwa ada beberapa alasan lain juga, yang ia tidak dapat sebutkan "seperti pertanyaan-
pertanyaan berikut" (Abu Yusuf, p.48). Faktor-faktor apa sajakah itu? Apa yang ia simpan dalam pikiran? Apakah
perubahan permintaan, atau perubahan persediaan uang negara, atau penimbunan dan penyembunyian barang, atau
kesemuanya ? Tetap menjadi sebuah tela’ah bagi dia atau beberapa karyanya berkenaan dengan hal ini.
Menurut pendapat Siddiqi, dalam konteks di mana Abu Yusuf membahas isu tentang harga ie pajak pertanian
proporsional (Nizam al muqasamah) lebih baik dan lebih sesuai dengan ketentuan syari’ah dibanding dengan
pajak tetap akan tanah (Nizam al misahah), tidak memerlukan penjelasan eksplisit dan rinci terhadap semua faktor yang
terlibat. (Siddiqi, 1964, pp.79-80, 85-87). Ibn Khaldun (1332-1404 CE/732-806AH) adalah tokoh penting lain, dimana
dalam tulisan-tulisannya dapat ditemukan diskripsi berkenaan dengan permintaan dan penawaran sehubungan dengan
naik turunya harga. Pada karya monumentalnya `al Muqaddimah ', dalam judul` Harga di Kota', dia membagi barang
menjadi barang kebutuhan dan barang mewah. Menurutnya, disaat kota berkembang dan populasinya meningkat, harga
barang kebutuhan akan mengalami penurunan dan harga barang-barang mewah akan mengalami peningkatan. Alasan
yang dikemukakan olehnya adalah bahwa makanan dan komoditas yang menjadi kebutuhan hidup menjadi protitas
utama dan menjadi perhatian masyarakat, sehingga pasokan akan barang tersebut meningkat, sehingga menyebabkan
harga turun. Di sisi lain, produksi barang mewah tidak begitu menarik perhatian setiap orang, sementara permintaan
akan barang mewah tersebut mengalami peningkatan akibat perubahan pola hidup yang pada gilirannya akan
menyebabkan harga meningkat. Dengan cara ini, Ibn Khaldun menyatakan alasan rasional berkenaan dengan
permintaan dan penawaran serta pengaruhnya terhadap harga. Dia juga mencatat peran kompetisi di antara konsumen
dan peningkatan biaya penawaran karena pengenaan pajak dan peraturan kota. (Ibnu Khaldun, hal. 288 - 289). Di
tempat lain Ibn Khaldun menggambarkan efek peningkatan atau penurunan suplai terhadap harga. Dia mengatakan:
".... Ketika barang (yang dibawa dari luar) itu sedikit dan langka, maka harga akan naik. disisi lain, ketika negara
pengimpor jaraknya jaraknya dekat dan jalan aman untuk dilalui, maka akan ada banyak transportasi barang terjadi.
Dengan demikian quantitas barang menjadi lebih banyak yang pada gilirannya akan menyebab penurunan harga. "(Ibn
Khaldun, p.314). Kutipan sebelumnya menunjukkan bahwa seperti Ibnu Taimiyah, Ibn Khaldun juga mempertimbangkan
penawaran dan permintaan dalam penentuan harga. kemudian Ibn Khaldun lebih jauh mengatakan bahwa keuntungan
yang moderat akan meningkatkan perdagangan sedangkan keuntungan yang rendah menyebabkan kelesuan
perdagangan dan keuntungan yang sangat tinggi akan menurunkan permintaan (Ibn Khaldun, pp.315-316). Memang,
pemikiran Ibn Khaldun melebihi Ibnu Taimiyah dalam analisis kompetisi dan perbedaan biaya penawaran dimana Ibnu
Taimiyah belum mempertegas pandangannya. Setelah pernyataannya mengenai permintaan dan penawaran, Ibn
Khaldun mengutip contoh perbedaan barang dan penawarannya di tiap negara yang berbeda serta tinggi rendahnya
harga menurut ketersediaan quantitas barang. Dia membuat observasi ini namun ia tidak mendorong kebijakan
kontroling harga. kelihatannya dia lebih mementingkan fakta-fakta sementara Ibnu Taimiyah lebih tertarik pada masalah
kebijakan. Ibnu Taimiyah tidak membatasi analisisnya untuk mendiskusikan efek dari peningkatan, penurunan
permintaan dan penawaran terhadap harga, tetapi ia menentang penetapan selama kekuatan-kekuatan pasar bekerja
secara normal. Pada kasus ketidaksempurnaan di pasar atau ketidakadilan dari sisi pemasok ia merekomendasikan
kontrol harga. (Ibnu Taimiyah, 1976, pp.25-51; Islahi, hal. 79-90; Kahf, dan Mubarak, hal. 107-125). Dalam sub bahasan
di Muqaddimah, Ibn Khaldun mengikaji dampak negative perdagangan negara terhadap harga barang dijual oleh
kompetitor swasta dan pemasok, (Ibn Khaldun, pp.223-224), tapi hal tersebut tidak ada hubungannya dengan kebijakan
kontrol harga. Pemikiran Barat Mengenai Mekanisme Harga Sampai Pertengahan Abad Delapan Belas. Menurut
sejarawan pemikiran ekonomi, filosof Yunani Aristoteles dan Plato tidak dapat memberikan teori tentang pembentukan
harga oleh pengoperasian penawaran - mekanisme permintaan di pasar. (Gordon, p.46; Schumpeter, hal.60). Hampir
sama dengan dengan pemikir Scholastik terkenal Thomas Aquinas (1225-1274 TM) dimana pemikirannya
mempengaruhi zaman. Di awal tulisan ini telah dicatat pandangan Schumpeter berkenan dengan teori mekanisme harga
dalam sudut pandang pemikiran barat. Ia tidak menemukan banyak bahasan mengenai konsep ini sampai pertengahan
abad kedelapanbelas. Dia juga mengatakan bahwa, "Kontribusi paling brilian, seperti Barbon, Petty, Locke, tidak banyak,
dan mayoritas konsultan, administrator dan pemikir abad ketujuhbelas berisi teori yang dapat di ditemukan di Pufendorf.
"(Schumpeter, p.305). Samuel Von Pufendorf (1632-94) cendikiawan Swedia yang lahir tiga ratus tahun setelah Ibnu
Taimiyah. Kami tidak memiliki akses karya Pufendorf dimana Schumpeter menjadi pemimpin dari banyak pemikir
lainnya. Satu-satunya referensi terhadap kontribusinya sebagaimana diberikan oleh Schumpeter adalah sebagai
berikut: "Membedakan nilai guna dan nilai tukar di (atau pretium eminens), dia (Pufendorf) membiarkan yang terakhir
ditentukan oleh kelangkaan atau kelimpahan relatif barang dan uang. Harga pasar, kemudian merujuk pada biaya yang
timbul dalam produksi "(Schumpeter, p.122). Kutipan singkat terhadap substansi pemikiran Pufendorf ini tidaklah
mencukupi untuk dilakukannya penela’ahan kritis atau membandingkannya dengan kontribusi pemikiran Ibnu
http://ekisonline.com Powered by: Joomla! Generated: 24 April, 2009, 08:16
Ekonomi Islam Online

Taimiyah. Dengan mengatakan bahwa nilai tukar atau harga ditentukan oleh kelangkaan atau kelimpahan relatif barang
dan uang lebih berhubungan dengan teori kuantitas uang dibandingkan dengan teori mekanisme harga. mungkin, inilah
apa yang dimaksudkan oleh Schumpeter juga, Barbon, Petty (1623-1687), dan Locke (1632-1704) yang ia sebutkan
dalam hubungan ini yang lebih memprihatikan efek penawaran uang terhadap harga daripada hal lain. Kredit untuk
menemukan teori kuantitas uang ditemukan oleh seorang cendikiawan Perancis Jean Bodin (1530-1596) yang
mengembangkannya pada tahun 1568 " sebagai tanggapan terhadap Paradoxes M. Maletroit "(Speigel, p.89). Walaupun
yang diterapkan dalam teori ini adalah aplikasi analisis permintaan dan penawaran uang, ini adalah subjek yang
berbeda. Ibnu Taimiyah tidak memasukkan permintaan dan penawaran uang. Hanya pada satu kesempatan saja, ia
menyatakan, "penguasa harus mencetak uang (selain emas dan perak) sesuai dengan nilai transaksi masyarakat, tanpa
ada ketidakadilan kepada mereka ... dan penguasa jangan mulai bisnis uang dengan membeli koin tembaga dan
kemudian membuat mata uang darinya dan melakukan bisnis bersama mereka ... "(Ibnu Taimiyah, 1381, p.469).
Terpisah dari Jaen Boudin, Pufendort, Barbon, Petty dan Locke, ada penulis barat lainnya sebelum Adam Smith, yang
menggunakan analisis permintaan dan penawaran untuk menjelaskan perbahan harga. Dimana Schumpeter tidak
menyebutkannya, namun Gordon dalam bukunya “Economic Analysis Before Adam Smith” menyebutkan
John Nider (1380-1438), Navarrus (1493-1586), Luis Molina (1536-1600) dan Lessius (1554-1632) dan memberikan
ulasan singkat mengenai mereka. Dengan menyatakan pandangan dari Nider dia mengatakan: “ lebih jauh,
dengan banyaknya orang yang memilki kebutuhan akan barang dan berkeinginan untuk mengejarnya, padahal pasokan
barang tersebut kurang maka barang tersebut akan mengalami kenaikan harga" (Gordon, p. 232).Gordon menuliskan
tentang Narvus bahwa “Ia adalah penentang sistem penetapan stasionari harga, dengan berpendapat bahwa
ketika barang melimpah yang tidak dibutuhkan dan bahkan jika barang itu langka, system tersebut nantinya justru akan
mengancam kesejahteraan masyarakat…titik tekan baru bertumpu pada penentuan operasi penawaran dan ide
tentang "sebuah pasar” menjadi lebih lebih focus dan tajam (Gordon, p. 239). Menurut Gordon, Molina
menjelaskan “Jika, misalnya barang di pasok secara retail (ecer) dengan quantitas sedikit, akan mengakibatkan
tingginya komuditas tersebut jika di jual secara partai besar”.ia adalah cendikiwan pertama yang menggunakan
kata kompetisi "(Gordon; p.240). Dan tentang Jesuit Belgia, Lessius, Gordon menulis, "Bukan hanya variasi kondisi
pasokan, melainkan juga berbagai kekuatan lainnya, secara tepat, mempengaruhi harga. Di antara factor-faktor yang
relevan adalah sebagai berikut ... barang itu sendiri, kelimpahan atau Kelangkaan barang; kebutuhan dan kegunaan;
penjual dan tenaga kerjanya, biaya, risiko yang didapat dari transportasi penyimpanan barang , cara yang penjualan,
baik yang ditawarkan secara bebas, atau sesuai dengan permintaan (pesanan), banyaknya konsumen, dan apakah
uang tersedia dalam jumlah banyak atau sedikit"(Gordon, p.269). Kesimpulan Telah jelas dari penjelasan di atas
bahwa sampai pertengahan abad kedelapanbelas, tidak ada penulis Baratpun dapat memberikan analisis permintaan
dan penawaran yang lebih baik dari pada Ibnu Taimiyah l3-l4 abad yang lalu. Hanya tambahan dari Leonard Lessius
bahwa beberapa variabel penting yang mempengaruhi harga yang tidak ditemukan secara eksplisit dalam tulisan-tulisan
Ibnu Taimiyah, seperti biaya produksi dan resiko yang ditanggung dalam mendapatkan barang, transportasi serta
penyimpanan, dan lain-lain. Ibnu Taimiyah juga membahas berbagai bentuk ketidaksempurnaan di pasar dan
mengadvokasikan secara rinci kebijakan kontrol harga di mana kekuatan-kekuatan pasar tidak diperbolehkan
beroperasi. Kami telah menela’ahnya di berbagai tempat lainnya (Islahi, pp.79-90). Daftar Pustaka Abu Yusuf,
Kitab al Kharai, Beirut, Dar al Ma'rifah, 1979. Gordon, B., Economic Analysis Before Adam Smith, London, Lewes
Reprint Ltd., 1979. Ibn Khaldun, al Muqaddimah, Beirut, Dar al Fikr, n.d. Ibn, Taimiyah, Majmu' Fatawa Shaikh al Islam
Ahmad b. Taimiyah, Riyadh, al Riyadh Press, vol. 8, 1381; vol. 29, 1383. ____________, Al Hisbah fi'l Islam, ed.
Azzam, S., Cairo. Dar al Sha'b, 1976. Islahi, A.A., Economic Veiws of Ibn Taimiyah, Aligarh Muslim University (Ph.D.
Thesis), 1980, unpublished. Kahf, Monzer, `Economic Views of Ibn Taimeyah' in Universal Message, Karachi, vol. 4,
No. 2. July 1982; vol. 4, No. 3, August 1982, first published in al Ittihad, Plainfield, Indiana, 1977. al Maqrizi, Taqiuddin,
Ahmad b. Ali, Kitab al Sulak Ii Ma'rifat al Duwal Wal Muluk, ed. Ziadeh, M.M., Cairo, Lajnah, al Talif Wa'I Tarjamah,
1956. al Mubarak, Muhammad, Ara' Ibn Taimiyah fi'l Dawlah wa mada Tadakhkhuliha fi'l Majal al Iqtisadi, Beirut, Dal al
Fikr, 1970. al Qalaqshandi, Abul Abbas Ahmad b. Ali, Subh al A'sha, Cairo, Dar al Kutub al Khudaiwiyah, 1913.
Schumpeter, J.A. History of Economic Analysis, London, George Allen and Unwin Ltd., 1972. Siddiqi, M.N., `Abu Yusuf
ka Ma'ashi Fikr' (Urdu) in Fikr-o-Nazar, Aligarh, vol. 5, No. 1, January, 1964, pp.79-80, 85-87. Speigel, H.W., The
Growth of Economic Thought, New Jersey, Prentice Hall Inc., 1971.

http://ekisonline.com Powered by: Joomla! Generated: 24 April, 2009, 08:16

You might also like