Professional Documents
Culture Documents
Dalam hukum perdata pada garis besarnya diadakan perbedaan antara hukum yang
belaku bagi golongan eropa dan timur asing pada satu pihak dan hukum yang berlaku
bagi golongan pribumi pada lain pihak. Bagi golongan Eropa dan Timur Asing Cina
berlaku hukum perdata barat , yang hamper semuanya merupakan hukum yang tertulis
dan berpokok pada KUUHPdt, KUUH Dagang serta faillissements verordening. Bagi
golongan timur asing bukan cina berlaku hukum perdata barat, yaitu kekayaan dan
hukum waris testamenter. Mengenai hukum pribadi, hukum keluarga dan hukum waris
abintestato (hukum waris tanpa wasiat ), bagi golongan ini masih berlaku hukum adatnya
masing-masing bagi golongan pribumi berlaku hukum perdata adat
Ini berarti, bahwa hubungan-hubungan hukum dan peristiwa-peristiwa hukum di
kalangan orang-orang dari golongan pribumi di selesaikan menurut ketentuan-ketentuan
hukum adatnya masing-masing. Demikian juga di kalangan orang-orang dari golongan
yang lain. Hukum yang diterapkan adalah hukum yang berlaku bagi golongan masing-
masing.
Adapun hubungan – hubungan hukum antara orang-orang pribumi dan orang-
orang non pribumi diselesaikan oleh apa yang disebut Hukum Antargolongan atau
Hukum Intergentiel. Misalnya seorang wanita pribumi menikah dengan seorang pria
Eropa, seorang cina membeli lima ekor ayam kampong dari seorang pedagang pribumi,
seorang pribumi meninggal dunia, sedang diantara para ahli warisnya ada yang berstatus
Eropa, petani pribumi menyewakan sawahnya kepada perusahaan pabrik gula. Dalam
peristiwa-peristiwa hukum antargolongan yang demikian itu timbul pertanyaan, hukum
yang mana atau hukum apa yang berlaku terhadapnya. Pertanyaan itu timbul karena
pemerintah hindia belanda meganut apa yang disebut asas persamaan drajat atau
persamaan penghargaan bagi stelsel – stelsel hukum yang berlaku, baik hukum barat,
hukum adat golongan pribumi maupun hukum adat golongan timur asing bukan cina.
Politik hukum tersebut berbeda dengan yang dianut pemerintah Perancis bagi
daerah-daerah tanah jajahannya. Di Aljazair misalnya, dalam hubungan-hubungan hukum
antargolongan antara orang pribumi Aljazair dan orang perancis, selalu hukum Perancis
yang diberlakukan. Politik hukum “assimilate” tersebur diberlakukan atas dasar
keyakinan bahwa hukum Perancis mempunyai bobot peradaban yang lebih tinggi.
Hukum antargolongan di Indonesia, terdiri atas berbagai peraturan hukum dan
asas-asas hukum yang di dasarkan pada politik persamaan derajat di antara stelsel-stelsel
hukum yang ada itu. Adakalanya hukum antargolongan memberikan ketentuan-ketentuan
khusus, memberikan ketentuan-ketentuan sendiri. Tetapi biasanya hanya menunjuk
kepada berlakunya atau peristiwa hukum yang di hadapi, berdasarkan asas atau factor-
faktor tertentu yang ditemukan dan dikembangkan oleh ilmu pengetahuan serta
yurisprudensi.
Dualismen dalam hukum tanah bukan karena pada pemegang hak atas tanah
berbeda hukum perdatanya, melainkan karene perbedaan hukum yang berlaku terhadap
tanahnya. Tanah dalam hukum Indonesia mempunya status atau kedudukan hukum
sendiri, terlepas dari status hukum subjek yang mempunyainya.
Ada tanah-tanah dengan hak-hak barat, seperti hak eigendom, hak erfpacht, hak
opstal, yang disebut tanah-tanah dengan hak-hak Indonesia, seperti tanah-tanah eropa.
Ada tanah-tanah dengan hak-hak Indonesia, seperti tanah-tanah dengan hak adat, yang
disebut tanah-tanah hak adapt. Ada tanah-tanah dengan hak-hak ciptaan pemerintah
hindia belanda.
Tanah – tanah hak barat jumlahnya tidak sebanyak tanah-tanah hak Indonesia
( lebih kurang 200.000 bidang ), tersebar di daerah-daerah perkotaan, daerah-daerah
peristirahatan pegunungan dan sebagai tanah-tanah usaha perkebunan besar, ditengah-
tengah tanah-tanah hak Indonesia.
Tanah – tanah hak adat hamper semuanya belum di daftar, sebagaimana
dikemukakan diatas, tanah-tanah tersebur tunduk pada hukum tanah adapt, yang tidak
tertulis. Tanah-tanah hak adapt yang terdiri atas apa yang disebut tanah ulayat
masyarakat-masyarakat hukum adapt dan tanah atas perorangan, seperti hak milik adapt,
merupakan sebagian besar tanah di hindia belanda.
Tanah – tanah di Indonesia yang bukan tanah-tanah hak adapt, juga tunduk pada
ketentuan hukum tanah adat, sepanjang tidak ada ketentuan yang khusus diadakan untuk
hak yang bersangkutan.
Yang dimaksudkan dengan di daftar adalah dihimpun dan di sediakan data fisik
dan data yuridis tanah dan hak yang bersangkutan. Kegiatan tersebut diadakan dalam
rangka menjamin apa yang disebut “kepastian hukum dan kepastian hak” di bidang
pertanahan.
• Selain hak – hak atas tanah yang beraneka perangkat, hukum tanah perdata yang
dualistic mengenal perangkat hak jaminan atas tanah yang dualistic juga. Yang
dimaksudkan dengan hak jaminan atas tanah adalah hak penguasaan yang secara
khusus dapat diberikan kepada kreditor, yang memberi wewenang kepadanya
untuk, jika debitor cidera janji, menjual lelang tanah yang secara khusus pula
ditunjuk sebagai agunan piutangnya dan mengambil seluruh atau sebagian
hasilnya untuk pelunasan piutangnya tersebut, dengan hak mendahulu daripada
kreditor-kreditor yang lain. Selain berkedudukan mendahulukan kreditor
pemegang hak jaminan atas tanah tetap berhak menjual lelang tanag yang
dijadikan jaminan dan mengambil pelunasan piutangnya dari hasil penjualan
tersebut, sungguhpun tanah yang bersangkutan sudah dipindahkan haknya kepada
pihak lain.
• Bagi hypotheek, pembebanannya dilakukan di hadapan overcshrijivings
ambtenaar yang membuat aktanya, sedang bagi credietverband penajabt yang
membuat aktanya adalah wedana. Oleh pejabat-pejabat tersebut diterbitkan surat
tanda bukti adanya hypotheek dan credietverband yang bersangkutan, berupa
salinan akta yang dibubuhi irah-irah dengan kata-kata seperti putusan pengadilan
yang telah mempunyai kekuataan hukum tetap.
• Di hindia belanda ada tanah-tanah yang dipunyai dengan hak-hak yang memnuhi
syarat untuk dijadikan jaminan kredit, tetapi tidak dapat digunakan hypotheek,
karena oleh undang-undang tidak ditunjuk sebagai objek hypotheek. Dalam hal
terjadi cidera janji pada pihak debitur, tanah yang bersangkutan bukan terus
dimilikinya melainkan harus dijualnya lelang untuk pelunasan piutangnya.
Jika debitor memenuhi kewajibannya, hak atas tanah yang bersangkutan dengan
sendirinya kembali kepada debitor. Tetapi dalam hubungannya dengan kreditor
lain, ia adalah pemegang hak atas tanah yang bersangkutan, karena hak tersebut
sudah dipindahkan kepadanya.
• Dalam hukum adat tidak dikenal lembaga hak jaminan atas tanah dalam
pengertian sebagai yang diuraikan diatas, yaitu bahwa jika debitor tidak
memenuhi kewajibannya tanah yang ditunjuk sebagai agunan, akan dijual lelang
oleh kreditor untuk pelunasan piutangnya. Dalam hubungan utang piutang
dikalangan para warga masyarakat hukum adat, digunakan lembaga jonggolan.
Diperjanjikan bahwa selama utangnya belum bayar lunas, debitor tidak akan
melakukan perbuatan hukum apapun dengan pihak lain mengenai tanah yang
dijadikan jonggolan. Selama itu tanah yang bersangkutan tetap dikuasai debitor.
Jika debitor tidak dapat lagi memenuhi kewajibannya, maka utangnya
diselesaikan dengan cara melakukan perbuatan hukum mengenai tanah yang
bersangkutan dengan kreditor. Bisa jual tahunan, gadai atau jual beli. Uang yang
diterima debitor dalam perbuatan hukum tersebut, digunakan untuk memenuhi
kewajibannya.