You are on page 1of 26

BAB II

KAJIAN KRIMINOLOGI TERHADAP FAKTOR-FAKTOR YANG


MENYEBABKAN TIMBULNYA KEJAHATAN DENGAN
MENGGUNAKAN SENJATA API

A. Faktor-faktor Penyebab Timbulnya Kejahatan dalam Teori Kriminologi

1. Lingkungan Keluarga

Dalam khasanah kriminologi, orang-orang tidak akan pernah melupakan

seorang sarjana yang bernama Cesare Lambrosso, yang juga mendapatkan julukan

Bapak Kriminologi Modern. Jasanya bukan karena Teori Born Criminal–nya yang

terkenal, tetapi karena Lambrosso merupakan orang yang pertama yang

meletakkan metode ilmiah (rational-scientist thinking and experimental) dalam

mencari penjelasan tentang sebab-sebab kejahatan serta melihatnya dari banyak

faktor. 38

Teori Lambrosso tentang Born Criminal (Penjahat yang dilahirkan)

menyatakan bahwa para penjahat adalah suatu bentuk yang lebih rendah dalam

kehidupan, lebih mendekati nenek moyang mereka yang mirip kera dalam sifat

bawaan dan watak dibandingkan mereka yang bukan penjahat. Lambrosso juga

menambahkan 2 (dua) kategori lainnya yaitu Insane Criminal dan Criminoloids,

dimana Insane Criminal bukanlah penjahat sejak lahir, melainkan mereka menjadi

penjahat sebagai hasil dari beberapa perubahan dalam otak mereka yang

menggangu kemampuan mereka untuk membedakan antara benar dan salah.

Criminoloids mencakup suatu kelompok ambiguous termasuk penjahat kambuhan

(habitual kriminal), penjahat karena nafsu dan berbagai tipe. 39

                                                            
38
Topo Santoso, Op. cit, Hal. 23.
39
Ibid, Hal. 38.
39

Universitas Sumatera Utara


Keluarga merupakan permulaan dari kehidupan baru. Seorang bayi

dilahirkan, belum ada yang mampu meramalkan apakah bayi itu kelak akan

menjadi seorang yang sukses atau seorang pesuruh, atau mungkin kelak menjadi

seorang yang berkuasa ataukah seorang pencuri ataupun perampok, dan mungkin

pula menjadi seorang pengemis. Tidak ada yang mampu memberi ramalan yang
40
pasti apakah seorang anak tersebut seperti ini profesinya apabila besar nanti.

Tetapi bila hendak diramalkan bahwa seorang anak pedagang pada suatu waktu

akan menjadi pedagang, kemungkinannya akan lebih besar daripada pernyataan

pertama tadi. Namun sulit pula untuk dipastikan bahwa seorang anak pembunuh

pada suatu waktu akan menjadi seorang pembunuh juga, atau anak seorang

pemain piano pada suatu waktu akan menjadi pencipta lagu.

Kata-kata yang sering dikemukakan adalah bahwa sesuatu akan tergantung

pada situasi dan kondisi. Istilah situasi dan kondisi itu atau lebih tepat daripada

istilah tersebut adalah tergantung pada keadaan. 41

Berbicara tentang situasi dan kondisi ialah istilah dua patah kata yang memiliki

arti luas dan dalam. Lingkungan keluarga sebagai faktor yang akan menentukan

kearah mana pertumbuhan pribadi si kecil tadi, memiliki kondisi-kondisi tertentu

yang berbeda-beda dalam corak, sifat keluarga tertentu dengan keluarga lain.

Salah satu ciri yang menjadi yang menjadi perhatian didalam menelaah dari suatu

kejahatan adalah The Broken Home.

Broken Home dapat dikatakan sebagai lingkungan keluarga yang ditimpa

kemalangan dan dapat terdiri dari beberapa jenis, misalnya salah seorang

                                                            
40
G.W.Bawengan, Masalah Kejahatan dengan Sebab dan Akibat, (Jakarta: Pradya
Paramitha, 1977), Hal. 89.
41
Ibid
40

Universitas Sumatera Utara


ayah/ibu telah meninggal dunia, bercerai terpisah jauh, sehubungan dengan

delikuensi dan kejahatan. 42

Sutherland menyebutkan bahwa broken home itu sebagai unsur yang

dipandang sangat beralasan untuk mendorong kearah kejahatan. Kurangnya waktu

orang tua untuk memperhatikan kebutuhan-kebutuhan anak merupakan penyebab

terjadinya penyimpangan yang mengakibatkan anak melibatkan diri kearah

kejahatan yang tidak diinginkan. Bahkan seringkali orang tua itu hampir-hampir

tidak mempunyai waktu untuk membantu anak menyelesaikan persoalan-

persoalan yang harus dia kerjakan sendiri, mungkin persoalan pelajaran atau

mungkin persoalan kehidupan praktis dari teman anak tersebut. Kesibukan dapat

pula membuat orang tua acuh tak acuh terhadap pertanyaan anak yang ingin

mengetahui sesuatu, atau mungkin pula ayah memberikan jawaban yang

menimbulkan kejengkelan anak. Dengan demikian memupuk kecemasan pada

tunas yang mulai tumbuh itu. Oleh sebab itulah disini betul-betul perlu

diperhatikan mengenai pentingnya peranan kedua orangtua didalam mendidik

anaknya dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakatnya. 43

2. Pengaruh Sosial

Lingkungan sosial juga merupakan salah satu latar belakang yang

memberikan pengaruh pada tingkah laku kriminalitas dari setiap individu-

individu. Dalam Teori-teori Strain yang merupakan hasil karya dari Emile

Durkheim, satu cara dalam mempelajari suatu masyarakat adalah dengan melihat

pada bagian-bagian komponennya dalam usaha mengetahui bagaimana masing-

masing berhubungan satu sama lain. Dengan kata lain, kita melihat kepada

                                                            
42
Ibid, Hal. 90.
43
Ibid.
41

Universitas Sumatera Utara


struktur dari masyarakat guna melihat bagaimana ia berfungsi. Jika masyarakat itu

stabil, bagian-bagiannya beroperasi dengan lancar, susunan sosial berfungsi.

Masyarakat seperti itu ditandai oleh kepaduan, kerjasama, dan kesepakatan.

Namun, jika bagian-bagiannya tertata dalam suatu keadaan yang membahayakan

keteraturan/ketertiban sosial, susunan masyarakat itu disebut dysfunctional (tidak

berfungsi). 44

Setelah lingkungan keluarga, maka terdapat pula lembaga-lembaga sosial

yang sangat penting fungsinya sehubungan dengan tingkah laku anggota

masyarakat itu, misalnya sekolah. Sekolah memegang peranan penting dalam

melatih anak-anak untuk kehidupan selanjutnya. 45 Dalam hal itu guru merupakan

teman yang dekat hubungannya dengan anak didiknya selain orangtua.

Dalam hal ini sekolah dipandang sebagai lembaga yang memiliki bagian

besar terhadap anak dalam rangka pembentukan watak manusia, karena disanalah

semua anak diseleksi dan dikembangkan bakatnya. Dari segi pembinaan bangsa,

sekolah merupakan wadah untuk memupuk manusia yang kelak akan berguna

bagi pembangunan dan kesejahteraan bangsanya dan dari segi kriminologinya

sekolahpun berfungsi sebagai lembaga yang mampu untuk mencegah kejahatan.

Ada tiga unsur yang perlu dipergunakan sebagai bekal untuk berhasilnya

seorang guru adalah: 46

a. Bahwa guru harus memiliki pengetahuan mengenai alam pribadi anak

didik,

b. Penguasaan mengenai subjek yang diajarkan,

                                                            
44
Topo Santoso, Op. cit, Hal. 58.
45
Edwin H. Sutherland, Op. cit, Hal. 274.
46
G.W.Bawengan, Loc. cit.
42

Universitas Sumatera Utara


c. Kemahiran serta teknik mengajarnya.

Agama tidak dapat disangkal lagi sebagai wadah yang tertinggi nilainya

dalam usaha memerangi kejahatan. Sebab agama bertujuan untuk mencapai

kesempurnaan pengikutnya dan dengan sendirinya kesempurnaan itu hanya dapat

dicapai dengan cara menghindari kejahatan yang merupakan larangan dari setiap

agama dimuka bumi ini.

Lunturnya norma-norma keagamaan membuat mereka melalaikan

keharusan-keharusan agama dan melebarkan jalan kearah petualangan yang

bertentangan dengan ajaran agamanya. Menurut E. H. Sutherland dengan tegas

menyatakan bahwa kekurangan latihan keagamaan adalah dasar penyebab

kejahatan. Hal ini berdasarkan dengan adanya orang-orang yang melakukan

kejahatan, akan tetapi mereka tidak dapat menerangkan dengan sesungguhnya

mengapa mereka berbuat demikian. 47 Terjadinya kejahatan ditengah-tengah

masyarakat beragama adalah menunjukkan kegagalan para pengajar agama, dan

dinyatakan pula bahwa berkurangnya perhatian terhadap agama merupakan

penyebab utama berkembangnya kejahatan.

Berkenaan dengan itu diperlukan juga peranan dari para guru agama dan

pimpinan keagamaan pada satu pihak yang merupakan suatu petunjuk untuk

kehidupan bahagia di akhirat nanti dan pihak lain merupakan suatu rel kehidupan

dalam masyarakat, jika faktor keluarga, sekolah, dan agama tidak memberikan

pengaruh dan kecil pengaruhnya terhadap tingkah laku manusia.

3. Faktor Ekonomi

                                                            
47
Edwin H. Sutherland, Op. cit, Hal. 273.
43

Universitas Sumatera Utara


Seperti halnya Durkheim, Robert Merton juga mengaitkan masalah

kejahatan dengan anomie. Menurut Merton, didalam masyarakat yang berorientasi

kelas, kesempatan untuk menjadi yang teratas tidaklah dibagikan secara merata.

Sangat sedikit anggota kelas bawah mencapainya. Kesempatan untuk meningkat

dalam jenjang sosial tadi memang ada, tetapi tidak tersebar secara merata.

Seorang anak yang lahir dari sebuag keluarga miskin dan tidak berpendidikan,

misalnya hampir tidak memiliki peluang untuk meraih posisi bisnis atau

profesional sebagaimana dimiliki anak yang lahir dari sebuah keluarga kaya dan

berpendidikan. 48

Latar belakang masalah ekonomi ini merupakan salah satu faktor

penyebab timbulnya suatu kejahatan adalah kejahatan-kejahatan yang menyangkut

harta benda, kekayaan, dan perniagaan atau hal-hal yang sejenisnya. Kejahatan-

kejahatan ini terjadi karena adanya tekanan ekonomi dimana rakyatnya berada

dalam kemiskinan, yang serba kekurangan di bidang pangan, apalagi sandang dan

perumahan. Salah satu contoh yaitu pencurian yang terjadi dimana-mana.

Walaupun mungkin kejahatan tersebut terjadi pada seorang remaja yang

melakukan pencurian sebuah cincin dengan maksud untuk menghadiahkan kepada

pacarnya, namun perkara pencurian atau penipuan dan penggelapan lebih banyak

dipengaruhi oleh gejala-gejala ekonomi. Kondisi-kondisi seperti kemiskinan atau

pengangguran, secara relatif dapat melengkapi rangsangan-rangsangan untuk

melakukan pencurian, perampokan, penggelapan, penipuan, atau

penyelundupan. 49

                                                            
48
Topo Santoso, Op. cit, Hal. 61.
49
G.W.Bawengan, Op. cit, Hal. 110.
44

Universitas Sumatera Utara


Didalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana dapat dijumpai mengenai

masalah kejahatan harta benda tersebut, misalnya pencurian, penipuan,

pemerasan, dan lain-lainnya. Hal ini harus kita bedakan dengan kejahatan

ekonomi, oleh karena itu di Indonesia telah dikenal adanya tindak pidana ekonomi

yang diikuti dengan pembentukan badan-badan peradilan ekonomi walaupun

perkara-perkara pencurian, penipuan, dan pemerasan banyak melatarbelakangi

keadaan ekonomi, tetapi delik-delik ini merupakan bagian dari Kitab Undang-

undang Hukum Pidana dan oleh karena itu bukanlah suatu delik ekonomi. Delik-

delik ekonomi dapat kita jumpai dalam undang-undang yang mengatur khusus

mengenai tindak pidana ekonomi tersebut. 50

4. Dampak Urbanisasi dan Industrial

Kejahatan juga dapat ditimbulkan oleh urbanisasi dan industrialisasi.

Indonesia sebagai suatu negara berkembang sebenarnya menghadapi suatu

dilemma. Pada satu pihak merupakan suatu keharusan untuk melaksanakan

pembangunan, dan pada pihak lain pengakuan yang bertambah kuat, bahwa harga

diri pembangunan itu, adalah peningkatan yang menyolok dari kejahatan. Luasnya

problema yang timbul karena banyaknya perpindahan, dan peningkatan fasilitas

kehidupan, bisanya dinyatakan sebagai urbanisasi yang berlebihan

(overurbanization) dari suatu negara. Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan

peningkatan kejahatan yang tambah lama tambah kejam diluar kemanusiaan.

5. Pengaruh Media Komunikasi dan Informasi

                                                            
50
Ibid, Hal. 111.
45

Universitas Sumatera Utara


Demikian juga media komunikasi massa tidak ketinggalan, karena media

komunikasi massa ikut serta memberikan rangsangan terhadap jalan pemikiran

dan sepak terjang dalam kehidupan bermasyarakat.

Media yang dimaksudkan itu adalah misalnya melalui bacaan-bacaan,

seperti surat kabar, majalah, buku-buku bahkan melalui internet. Menurut Elmer

H. Johnson dalam bukunya Crime Correction and Society mengemukakan

beberapa argumentasi mengenai pengaruh televisi, film, surat-surat kabar, komik-

komik serta internet pada jaman sekarang ini dapat menimbulkan rangsangan

kearah kejahatan. Argumentasi tersebut adalah: 51

a. Bahwa media tersebut gagal untuk membangkitkan respek terhadap

hukum serta peraturan-peraturan lainnya. Para penjahat sering

disodorkan sebagai pahlawan atau ditunjuk sebagai korban penuntutan,

sedangkan perwira-perwira penegak hukumnya ditonjolkan sebagai aktor

yang kasar dan berlindung dibalik seragamnya.

b. Bahwa media itu telah membangkitkan kerakusan akan usaha untuk

memperoleh uang secara mudah sehingga akibat dan dampak yang

timbul sangat berpengaruh bagi yang menyaksikan media tersebut.

c. Bahwa didalam media-media itu sering ditimbulkan masalah-masalah

abnormal dalam bidang seks, serangan, dan kekejaman serta penipuan.

d. Bahwa cara-cara untuk melakukan kejahatan serta menghindari

pengusutan oleh yang berwajib dapat dipelajari dari bacaan-bacaan fiksi

atau nonfiksi, sehingga banyak sekali anak-anak yang biasanya

melakukan perbuatan-perbuatan meniru kekejaman dan kejahatan yang

                                                            
51
Ibid, Hal. 106.
46

Universitas Sumatera Utara


pernah mereka baca atau lihat dari dalam televisi ataupun melalui

internet.

e. Bahwa media massa telah dipersalahkan karena mengutamakan

pemberitaan kejahatan, sehingga masalah kejahatan dipandang sebagai

hal yang biasa saja misalnya acara-acara di televisi menempatkan

pertunjukan kejahatan pada waktu dimana penonton berjumlah maksimal

dan berita-berita mengenai kejahatan diberikan tempat-tempat yang

mencolok didalam surat kabar.

f. Media massa nampaknya merupakan penghalang kemajuan intelektual

dan mendorong orang untuk mengejar sensasi dan ketegangan-

ketegangan daripada membentuk manusia-manusia yang

bertanggungjawab serta berguna bagi kehidupan.

g. Bahwa media massa pernah dibandingkan dengan dongeng dan

dipandang bahwa dongeng atau kisah-kisah demikian itu lebih bermutu.

Beberapa argumentasi yang dikemukakan oleh Elmer H. Johnson dalam

bukunya yang telah disebutkan diatas tadi. Begitu pula ada beberapa kontra

mengenai argument Johnson tadi yang tentunya merupakan tangkisan dari pihak

petugas media massa adalah sebagai berikut: 52

a. Bahwa komunikator sering mengemukakan pertanyaan, apakah yang

cocok untuk dicetak atau untuk dipertunjukkan mereka berpendapat,

bahwa keuntungan financial dapat diperoleh dengan cara melengkapi

adegan pendidikan dengan sesuatu yang menarik penonton dari pembaca.

                                                            
52
Ibid.
47

Universitas Sumatera Utara


b. Bahwa kisah-kisah mengenai kekerasan dianggap menyegarkan jiwa dan

membebaskan sikap agresif dari pembacanya.

c. Bahwa acara-acara televisi telah dipandang membangkitkan perhatian

anak-anak untuk perkembangannya.

d. Bahwa berita dan fiksi mengenai kejahatan, mengingatkan kepada

masyarakat mengenai kegiatan-kegiatan penjahat dan membangkitkan

jaminan mengenai peranan polisi dan peradilan.

e. Berita-berita mengenai penghukuman penjahat dapat merupakan

penghalang bagi perkembangan kejahatan.

f. Bahwa berita mengenai kejahatan memaparkan bahaya dan kekejian

untuk membangkitkan semangat masyarakat untuk memerangi kejahatan.

g. Bahwa menyembunyikan berita-berita kejahatan dapat membangkitkan

perasaan ingin tahu, oleh sebab itulah anak-anak harus diperkenalkan

dengan apa yang baik dan apa yang buruk jika mereka hendak kita

hadapkan pada kenyataan hidup.

Dapatlah dikemukakan bahwa pengaruh media massa adalah berbeda-beda

sehubungan dengan kualitas individu dengan kondisi lingkungannya.

B. Contoh-Contoh Kasus dengan Menggunakan Senjata Api Baik yang


Dilakukan oleh Warga Sipil maupun Aparat Kepolisian atau TNI

1. Kasus pencurian dengan kekerasan (Curas) di Madina Sumut terhadap

korban Sugianto (40 Tahun) yang dilakukan oleh 2 (dua) Orang tidak

dikenal. Kronologis kejadian : Ketika korban hendak pulang kerumah

bersama istrinya dengan mengendarai mobil truck Coft Diesel dari

Panyabungan menuju Batahan, sesampainya di Tempat Kejadian Perkara,

tiba-tiba dicegat oleh 2 (dua) Orang pengendara sepeda motor Yamaha


48

Universitas Sumatera Utara


RX King sambil menodongkan senjata api kopada korban dan istri,

kemudian pelaku langsung mengambil perhiasan emas, 4 Unit HP dan

sejumlah uang. Akibat peristiwa tersebut korban menderita kerugian

materiil sebesar Rp 325.000.000. Kasus ini ditangani oleh Polda

Sumatera Utara.

2. Kasus perampokan di Kantor PT Perkebunan Sumatera Utara Deli

Serdang. Kronologis kejadian : terjadi perampokan di PT Perkebunan

Sumatera Utara Deli serdang. Berdasarkan keterangan ketiga satpam

perusahaan yang sempat disandera para pelaku, menyatakan bahwa

terdapat enam pelaku dalam kejadian ini. Terungkap kalau keenam

pelaku yang disebut-sebut menggunakan atribut loreng itu cukup

mengenali seluk-beluk ruangan kantor perkebunan itu. Sejumlah saksi

yang dimintai keterangan diarahkan untuk mengungkap dugaan

keterlibatan orang dalam. Saksi menyebutkan perampokan itu dilakukan

enam pelaku yang dilengkapi senjata tajam dan sejenis senjata api.

Keenam pelaku membobol dua unit brankas dari ruang kasir yang berisi

uang tunai Rp 5 juta.

3. Pada tanggal 12 Maret 2006 pukul 15.00 Wib telah terjadi pencurian

dengan kekerasan (curas) dengan menggunakan senjata api. Kronologis

kejadian : kejahatan tersebut dilakukan oleh 4 (empat) prang laki-laki

dengan mengendarai sepeda motor RX King dan sepeda motor Suzuki

Satria mengejar dan membuntuti dari belakang mobil Datsun BB 8136

NG yang dikendarai oleh Lembang Harahap, seorang supir warga

Tapanuli Selatan, sehingga korban melaju dengan kecepatan tinggi lalu

49

Universitas Sumatera Utara


pelaku menghadang dari depan dan menodongkan senjata api jenis pistol

serta melakukan penembakan ke udara sebanyak 1 (satu) kali sehingga

korban berhenti, namun para pelaku tidak berhasil mengambil barang-

barang milik korban, kemudian pelaku ditangkap.

4. Tindak pidana karena lalainya menyebabkan meninggalnya orang yang

dilakukan oleh Seorang Aparat Penegak Hukum. Kronologis kejadian :

pada hari Senin tanggal 15 Juni 2009 seorang BRIPTU Hendro Kuswoyo

sedang melakukan pengejaran terhadap pelaku atau tersangka

penjambretan. Selanjutnya melakukan pengejaran tersebut dan kemudian

pada saat berada di Jalan Keadilan Simpang Medan, Hendro Kuswoyo

melakukan penembakan terhadap tersangka/pelaku penjambretan tadi,

namun tembakan mengenai seorang yang lain, yang menyebabkan luka

dan meninggal dunia.

5. Kasus pemerkosaan yang dilakukan oleh 4 (empat) orang pria pada

seorang gadis. Kronologis kejadian : Jumat 21 Agustus 2009, ketika Ima

Suci Purnamasari (pelapor) bersama temannya Yosefa dan Julianto

sedang berada di Live Music Retro, maka oleh Julianto mengenalkan

kepada Ima Suci Purnamasari ke beberapa orang teman laki-lakinya

(terlapor), Arbi Albar, dkk. Setelah gabung sebentar dan bercerita

ditempat itu, maka oleh si terlapor mengajak pelapor dan temannya

Yosefa untuk gabung sambil minum-minum di warkop Elisabeth. Atas

ajakan tersebut, pelapor dan temannya, Yosefa setuju dan naik ke mobil

terlapor. Dan selanjutnya pelapor dibawa oleh si terlapor ke Hotel Sehati,

Pancur batu. Tiba di hotel, si pelapor dipaksa masuk kedalam kamar

50

Universitas Sumatera Utara


dibawah ancaman senjata api, dan selanjutnya didalam kamar tersebut

maka oleh si terlapor dan teman-temannya memperkosa pelapor secara

bergiliran. Atas kejadian tersebut pelapor merasa keberatan dan

melaporkan hal tersebut ke kepolisian sekitarnya.

6. Kasus penjualan senjata api rakitan secara illegal. Lima pria ditangkap

aparat Kepolisian Daerah Sumatra Utara, Selasa 24 Juni 2009 karena

kepergok menjual senjata api rakitan. Kronologis kejadian : ketika

seorang anggota Brigade Mobil Polda Sumut berpura-pura membeli

senjata ke Ponirin dan Fery. Pria itu bermaksud membeli pistol rakitan

beserta dua butir peluru jenis SS-1. Harga yang disepakati Rp 250 ribu.

Mereka pun bersepakat bertransaksi di sebuah tempat di Medan.

Beberapa saat setelah jual beli tercapai, pria itu lantas membekuk Ponirin

dan Fery. Kedua tersangka tak pernah menyangka pria itu adalah polisi

yang tengah menyamar. Berdasarkan pengakuan keduanya, polisi

kemudian meringkus Roni yang disebut pemilik pistol tersebut.

Tersangka ketiga ini bernyanyi dan mengatakan, barang ilegal ini titipan

Adi Chandra asal Deli Serdang. Setelah ditangkap, Adi pun mengikuti

jurus rekannya dan menyebut Ardiansyah sebagai pemiliknya. Polisi

belum mengetahui apakah Ardiansyah itu tokoh karangan Adi. Kelima

tersangka mengaku membantu menjualkan pistol itu untuk mendapat

komisi. Uangnya digunakan untuk membeli rokok.

7. Pada tanggal 11 April 2007 pukul 20.30 Wib di Jalan Khairil Anwar

belakang SD Negri Nomor 050660 Kel. Kuala Binjai Kec. Stabat

Langkat telah terjadi Pencurian dengan menggunakan Senjata Api.

51

Universitas Sumatera Utara


Kronologis kejadian : kejahatan tersebut dilakukan oleh 2 (dua) orang

tidak dikenal dengan menggunakan sepeda motor GL Pro (plat kendaraan

tidak diketahui) berhenti tidak jauh dari korban lalu pelaku mendekati

korban berpura-pura bertanya pada korban lalu salah satu pelaku

mengeluarkan dan menodongkan kearah korban, sedangkan seorang lagi

mengeluarkan pisau dan menodongkan kearah pacar korban. Lalu pelaku

meminta handphone kepada korban dan kemudian korban melakukan

perlawanan terhadap dua orang pelaku sehingga korban mengalami luka

tusuk pada dada sebelah kiri dan tidak berdaya lalu pelaku mengambil

handphone milik korban dan satu unit sepeda motor Supra Fit BK 5762

PR milik korban, kemudian pelaku melarikan diri, sedangkan korban

meninggal dunia ditempat.

8. Pada tanggal 20 November 2008 pukul 20.00 Wib di Jalan SM Raja

depan Bahsorma Kel. Nagahuta Kec. Siantar telah terjadi Pencurian

Dengan Kekerasan yang disertai dengan Senjata Api terhadap diri korban

Berman Simanjuntak, 42 tahun, wiraswasta, Jalan Samosir 2 Nomor 17

Pematang Siantar yang dilakukan oleh 4 (empat) orang tersangka (dalam

Lidik) dengan cara sewaktu korban berhenti di TKP lalu tersangka

mengambil tas dari samping tempat duduk dalam mobil korban lalu

antara tersangka dan korban terjadi tarik menarik tas dan menembak

pinggang kiri korban, lalu mengambil tas yang berisikan uang Rp

7.000.000,- sesuai dengan LP/425/X/2008/STR tanggal 23 November

2008 (lidik Polres Pematang Siantar).

52

Universitas Sumatera Utara


9. Pada tanggal 7 Mei 2008 pukul 02.00 Wib di Jalinsum Ds. Aek Loba

Kec. Aek Kuasan Kab. Asahan telah terjadi kasus Pencurian dengan

kekerasan dengan menggunakan senjata api. Kronologis Kejadian : kasus

ini terjadi terhadap korban Palit Nasution 40 Tahun, Ds. Mampang Kec.

Kota Pinang yang dilakukan oleh 5 (lima) orang laki-laki yang tidak

dikenal dengan cara menyetop/menghadang sewaktu korban sedang

mngendarai mobil truk BK 8430 CC bermuatan sebanyak 7,835 ton, lalu

pelaku mengancam korban dengan senjata api dan pelaku membawa

kabur mobil truk tersebut, dan dapat ditangkap para pelaku pencurian ini

diantaranya bernama Fauzi Aruan, Muamar Khadafi Munte, Mangatas

Tanjung, Bangkit Ritonga, dan Zainal Abidin Nasution sesuai dengan

LP/70/V/2008/Asahan Raja tanggal 7 Mei 2008 (sidik Polres Asahan).

10. Pada tanggal 8 Mei 2009 pukul 16.30 Wib di Jalinsum Medan Kisaran

Dsn. III Ds. Sei Deras Kec. Sei Suka Kab. Batu Bara telah terjadi Kasus

Pencurian dengan kekerasan dengan menggunakan Senjata api.

Kronologis kejadian : kejahatan ini terjadi pada diri korban Firdaus yang

telah meninggal dunia, seorang satpam, Komplek Perumahan Tg. Gading

Blok S. 36-02 Kel. Perk. Sipare-pare Kec. Sei Suka Kab. Batu bara, dan

Andi Prima, seorang supir Komplek Perumahan Tg. Gading Blok T. 20

Kel. Perk. Sipare-pare Kec. Sei Suka Kab. Batu bara yang dilakukan 6

(enam) orang laki-laki yang tidak dikenal dengan 3 unit mengendarai

Sepeda Motor Yamaha RX King dan Jupiter MX tanpa plat. Kronologis

kejadian : para pelaku menghadang/menyerempet mobil kijang BK 1933

VF yang dikendarai korban karyawan Bank BNI 46 Cabang Kuala

53

Universitas Sumatera Utara


Tanjung, lalu pelaku menembakkan supir dan satpam dan mengambil

uang Rp 120.000.000,- yang ada didalam mobil, kemudian pelaku

melarikan diri sesuai dengan LP/54/V/2009/Asahan Puran, tanggal 8 Mei

2009 lidik Polres Asahan/Polsek Indra Pura. 53

C. Faktor-Faktor Penyebab Timbulnya Kejahatan dengan Menggunakan


Senjata Api di Wilayah Kepolisian Sumatera Utara dan Sekitarnya

Sekarang ini kejahatan-kejahatan yang sering terjadi ditengah-tengah

masyarakat sangatlah beraneka ragam bentuknya, misalnya pencurian, penipuan,

penganiayaan, penculikan, serta kasus kejahatan biasa lainnya sampai kejahatan

yang menimbulkan rasa takut dan cemas terhadap masyarakat, seperti kasus

dengan menggunakan senjata api, senjata tajam, pembunuhan dengan berbagai

motif, kejahatan narkotika dan psikotropika, perdagangan wanita dan anak

dibawah umur, serta kasus-kasus lainnya. Dengan begitu banyaknya terjadi

kejahatan-kejahatan tersebut tidak diragukan lagi bahwa akan menimbulkan

dampak yang sangat mengkhawatirkan terhadap masyarakat.

Meningkatnya jumlah kasus-kasus kriminalitas di kota-kota besar

merupakan suatu tempat dimana bertumpuknya segala macam persoalan-

persoalan yang dihadapi oleh komunitas masyarakat di kota-kota besar, terutama

bagi aparat kepolisian, dimana mereka mempunyai tugas yang sangat berat dalam

menghadapi berbagai macam jenis tindak pidana kejahatan yang ada di kota-kota

besar.

Memang masih ada sisa-sisa kenyamanan dan keamanan diberbagai

sudut kota, di rumah kediaman, kantor atau kampus, pusat-pusat perbelanjaan, dan

                                                            
53
Data-data yang diterima dari Kepolisian Sumatera Utara Bagian Reserse Kriminal, pada
tanggal 24 Maret 2010.
54

Universitas Sumatera Utara


tempat-tempat hiburan. Tetapi kondisinya tetap saja menakutkan dan

menyeramkan, karena adanya tindak kejahatan seperti pencopetan, pemerasan,

penodongan, dan pencurian yang sewaktu-waktu bisa saja terjadi atas diri

siapapun dan dimanapun kita berada.

Tingginya tingkat kriminalitas yang terjadi di kota-kota besar biasanya

disebabkan oleh faktor perekonomian seseorang. Hal ini dapat kita lihat dari

banyaknya pemberitaan mengenai kejahatan-kejahatan yang terjadi di kota-kota

besar melalui media informasi yang ada. Kurangnya tingkat perekonomian yang

berupa lapangan pekerjaan untuk golongan kelas menengah kebawah dapat

menimbulkan banyaknya jumlah pengangguran, serta meningkatnya harga-harga

kebutuhan hidup yang juga dapat mengurangi pendapatan masyarakat. Sehingga

dari kondisi yang seperti ini dapat menimbulkan suatu tekanan-tekanan kebutuhan

yang sangat besar, sehingga bagi mereka yang imannya lemah akan lebih mudah

tergiur untuk melakukan tindakan-tindakan kriminalitas.

Begitu juga dengan faktor sosial atau faktor lingkungan, kurangnya rasa

solidaritas sosial dikalangan masyarakat dapat menimbulkan rasa sentiment dan

kesenjangan sosial, dan pada keadaan-keadaan tertentu ada beberapa kalangan

masyarakat cenderung bergaya hidup mewah dan mencolok ditengah lingkungan

masyarakat yang tidak kondusif, sehingga dapat menyebabkan terjadinya tindak

pidana. Hal inilah yang memunculkan kecemburuan sosial serta hilangnya

komitmen moral masyarakat demi melakukan pengejaran terhadap keuntungan

pribadinya.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kepolisian Sumatera

Utara bagian Reserse Kriminal yang dilakukan melalui wawancara dengan Bapak

55

Universitas Sumatera Utara


Kompol Kasmin Ginting, Kepala Bagian Analisis, mengenai faktor-faktor

timbulnya suatu kejahatan di wilayah Hukum Kepolisian Sumatera Utara,

sekarang ini biasanya lebih banyak disebabkan oleh beberapa faktor dibawah ini,

yaitu: 54

1. Faktor Lingkungan,

2. Faktor ekonomi,

3. Faktor Industrial atau Lapangan pekerjaan.

Sampai saat ini ketiga faktor inilah yang menyebabkan timbulnya

masalah-masalah tentang kejahatan dengan menggunakan senjata api yang

semakin meningkat di Sumatera Utara.

Seperti yang tertuang dalam Teori-teori Strain yang merupakan hasil

karya dari Emile Durkheim, yang juga menyatakan bahwa untuk dapat

mempelajari seseorang dalam hubungannya terhadap suatu masyarakat adalah

dengan melihat pada bagian-bagian komponennya dalam usaha mengetahui

bagaimana masing-masing berhubungan seorang dengan yang lainnya. Kita dapat

melihat kepada struktur dari masyarakat guna melihat bagaimana ia berfungsi.

Jika seseorang yang dalam suatu masyarakat itu stabil, bagian-bagiannya

beroperasi dengan lancar, susunan sosial berfungsi. Orang yang seperti itu

ditandai oleh kepaduan, kerjasama, dan kesepakatan. Namun, jika bagian-

bagiannya tertata dalam suatu keadaan yang membahayakan

keteraturan/ketertiban sosial, susunan masyarakat itu tidak berfungsi. Dengan kata

                                                            
54
Hasil wawancara di Kepolisian Sumatera Utara bagian Reserse Kriminal, pada tanggal
24 Maret 2010.
56

Universitas Sumatera Utara


lain disini dapat kita lihat bahwa lingkungan sekitar sangat mempengaruhi

seseorang berniat melakukan kejahatan atau tidak. 55

Begitu juga akan perkembangan suatu negara. Semakin berkembangnya

suatu negara, semakin besar juga tekanan ekonomi terhadap seseorang akan

kebutuhan hidupnya. Hal tersebut dapat mendorong seseorang untuk melakukan

kejahatan agar dia dapat memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya.

Disamping ketiga faktor tersebut diatas, ada lagi satu faktor penyebab

meningkatnya tindak kejahatan dan kekerasan dengan menggunakan senjata api,

dimana sekarang ini banyak sekali kita lihat sindikat penjualan senjata api secara

illegal atau tanpa izin dari Kepolisian yang masuk ke wilayah Indonesia.

Sekarang ini banyak sekali senjata api illegal yang masuk ke Indonesia,

mulai dari jenis senjata api rakitan atau dibuat sendiri (home made) sampai senjata

api otomatis atau canggih (senjata api modern) yang sampai saat ini masih belum

jelas darimana senjata api tersebut dapat dengan mudah masuk ke wilayah

Indonesia. Kurangnya keamanan dan pengawasan dalam mengantisipasi

masuknya senjata api illegal ke wilayah Indonesia sehingga menyebabkan para

pelaku penyelundupan senjata api dapat dengan mudah menjual bebas senjata api

tersebut. 56

Selain mengenai masuknya berbagai jenis senjata api ke wilayah

Indonesia, mengenai undang-undang kepemilikan senjata api juga merupakan

salah satu pemicu meningkatnya tindak kejahatan. Undang-undang

memperbolehkan warga sipil untuk dapat memiliki senjata api untuk perlindungan

                                                            
55
Topo Santoso, Op.cit, Hal. 58.
56
Hasil wawancara di Kepolisian Sumatera Utara bagian Laboratorium Forensik, pada
tanggal 12 Februari 2010..
57

Universitas Sumatera Utara


diri. Undang-undang yang mengatur tentang diperbolehkannya warga sipil untuk

memiliki senjata api adalah Undang-Undang Nomor 8 tahun 1948 tentang

Pendaftaran dan Pemberian Izin Dalam Pemakaian Senjata Api, Undang-Undang

Nomor 20 Tahun 1960 tentang Kewenangan Perizinan yang diberikan menurut

perundang-undangan mengenai senjata api dan Undang-Undang Nomor 2 Tahun

2002 tentang Kepolisian Republik Indonesia.

Izin kepemilikan senjata api yang sudah dijelaskan dalam berbagai

macam undang-undang diatas memang memperbolehkan masyarakat umum untuk

memiliki senjata api. Menurut Kepala Laboratorium Forensik Kepolisian

Sumatera Utara, Drs. CH. Syafrian S. Warga tertentu yang karena tugas dan

jabatannya masyarakat umum dapat memperoleh izin untuk memiliki senjata api.

Maksudnya adalah izin kepemilikan diberikan kepada warga sipil tertentu karena

tugas dan jabatannya serta dalam rangka untuk membela diri, seperti satuan

pengamanan atau satpam (security), polisi khusus (polsus), aparat keamanan pada

lokasi perkebunan tertentu, para pejabat pemerintahan seperti hakim dan jaksa,

pengusaha, anggota dewan, pengusaha, yang karena tugasnya sehari-hari yang

determinatif (yang menentukan hidup manusia).

Untuk izin kepemilikan senjata api yang diberikan kepada seseorang

karena permintaannya sendiri, izin tersebut haruslah diberikan oleh Kepolisian

Republik Indonesia secara selektif dan dengan prosedur yang cukup ketat. Izin

tersebut juga diberikan kepada seseorang yang ingin memiliki senjata api apabila

telah melakukan beberapa tes, yang diantaranya tes psikologi, tes kesehatan, tes

kecakapan, serta ujian menembak. Hal tersebut dilakukan agar seseorang yang

memiliki senjata api secara emosional dapat mempertanggungjawabkan

58

Universitas Sumatera Utara


perbuatannya, agar tidak sewenang-wenang atau secara sembarangan

mempergunakan senjata api tersebut. Tidak hanya kepada masyarakat umum saja

izin kepemilikan senjata api dilakukan secara selektif dan dengan prosedur yang

ketat, tetapi kepada aparat kepolisian juga dilakukan evaluasi terhadap izin

kepemilikan senjata api tersebut. 57

Dapat kita lihat dari contoh-contoh kasus kriminalitas diatas bahwa pada

saat ini memang banyak sekali kesulitan dan hambatan yang dihadapi oleh aparat

kepolisian, terutama mengenai banyaknya kasus-kasus kejahatan dengan

menggunakan senjata api. Aparat kepolisian yang dalam melakukan usaha

penyidikan terhadap kasus-kasus kejahatan dengan senjata api seringkali

menghadapi kesulitan-kesulitan seperti tidak ditemukannya barang bukti yang

benar-benar menunjang untuk dijadikan bahan penyelidikan lebih lanjut.

Meningkatnya kejahatan dengan menggunakan senjata api memang

dirasakan cukup meresahkan masyarakat. Kejahatan dengan menggunakan senjata

api ini tidak hanya dilakukan dengan menggunakan senjata api illegal atau rakitan

saja, tetapi juga dilakukan oleh orang yang telah memiliki izin dalam

menggunakan senjata api. Seperti yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya,

bahwa izin kepemilikan senjata api legal ini telah melalui prosedur perizinan

dimana mereka seharusnya dapat menahan dan mengendalikan emosi mereka

apabila terlibat dalam suatu masalah, sehingga tidak menimbulkan suatu tindak

pidana.

Kejahatan dengan menggunakan senjata api tidak hanya dilakukan oleh

masyarakat umum saja, tetapi aparat kepolisian juga ada yang menyalahgunakan

                                                            
57
Ibid.
59

Universitas Sumatera Utara


kegunaan daripada senjata api yang dimilikinya tersebut. Pada Tahun 2007 terjadi

peristiwa yang menjadi perbincangan masyarakat khususnya kota Medan akibat

terjadinya penembakan yang dilakukan oleh seorang aparat yaitu alm. Iptu Oloan

Hutasoit menembak sepasang pengantin baru di Syariah Fair Komplek IAIN

Sumatera Utara, karena sakit hati. Aksi yang berujung dengan penembakan bunuh

diri ini terjadi pada hari Rabu 24 Januari 2007.

Pada peristiwa tersebut, Iptu Oloan Hutasoit menembak pasangan suami

istri Ahrul Fahmi dan Nanda Syafrina Simangunsong warga kompleks IAIN

Medan. Oloan Hutasoit juga melakukan penembakan terhadap dirinya sendiri

pada bagian kepalanya. Kejadian tersebut terjadi karena persoalan percintaan

dimana Nanda Syafrina Simangunsong merupakan mantan kekasih Iptu Oloan

Hutasoit.

Peristiwa ini cukup mencoreng kreadibilitas Kepolisian dimata

masyarakat. Mantan Kepala Polisi Daerah Sumatera Utara Irjen Pol Nurudin

Usman mengatakan berjanji akan lebih memperketat lagi pemberian senjata

kepada aparat keamanan dan lebih selektif lagi mempersenjatai anggota di

lapangan.

Irjen Pol Nurudin Usman juga menegaskan pihaknya sudah melakukan

sejumlah rencana. Diantaranya yaitu berupa pengetatan terhadap registrasi yang

selama ini secara rutinitas dilakukan setiap enam bulan sekali kepada personel

khusus yang memegang senjata api. Nurudin juga berencana akan menerapkan tes

psikologi bagi anggota yang memegang senjata api. Ini dilakukan agar kejadian

itu tidak terulang kembali. Menyangkut penarikan senjata api bagi personel di

lapangan, Nurudin mengaku tidak bisa dilakukan secara global. Bagi personel

60

Universitas Sumatera Utara


non-operasional seperti ajudan dan penyidik, penarikannya akan dipertimbangkan,

sedangkan personel operasional sepertinya tidak mungkin dilakukan. 58

Tindak pidana dengan menggunakan senjata api yang dilakukan oleh

aparat kepolisian ataupun TNI hingga sekarang ini masih saja ada terjadi. Tindak

pidana karena lalainya menyebabkan meninggalnya orang yang dilakukan oleh

Seorang Aparat Penegak Hukum juga terjadi pada hari Senin tanggal 15 Juni 2009

seorang BRIPTU Hendro Kuswoyo sedang melakukan pengejaran terhadap

pelaku atau tersangka penjambretan. Selanjutnya melakukan pengejaran tersebut

dan kemudian pada saat berada di Jalan Keadilan Simpang Medan, Hendro

Kuswoyo melakukan penembakan terhadap tersangka/pelaku penjambretan tadi,

namun tembakan mengenai seorang yang lain, yang menyebabkan luka dan

meninggal dunia.

Kasus perampokan yang juga menyebabkan matinya orang oleh aparat

Kepolisian, dimana 2 (dua) tersangka jambret yang mengakibatkan tewasnya

seorang anggota TNI, Sertu Yudha Nugraha, disebabkan tertembak anggota

Polsekta Helvetia Briptu Hendro Kuswoyo, terpaksa dikenakan Undang-Undang

Darurat No.12 Tahun 1951 tentang kepemilikan senjata api (senpi). Kasat

Reskrim Poltabes Medan mengatakan kedua jambret itu adalah Indra Syaputra

(26) dan Yudi Sasmita (25) keduanya warga Mabar Hilir. Pada tanggal 15 Juni

2009 Pelaku perampokan diamuk massa karena tertangkap tangan saat beraksi.

Kemudian Sertu Yudha datang melerai agar tidak main hakim sendiri dan

menyarankan untuk menyerahkan kedua tersangka ke polisi. Tidak berselang lama

anggota Polsekta Helvetia, Briptu Hendro Kuswoyo datang dan mencoba

                                                            
58
http://www.kabarindonesia.com/berita.php?pil=8&dn=20070316050637, ”Kepolisian
Perketat Pengawasan Senjata Api Anggotanya” 21 Jan 2010.
61

Universitas Sumatera Utara


membantu Sertu Yudha Nugraha untuk membawa kedua pelaku. Tiba-tiba,

seorang dari tersangka mencoba untuk kabur. Melihat hal itu, Briptu Hendro

Kusmoyo spontan menarik senjatanya dari pinggang dengan niat memberikan

tembakan peringatan ke arah atas. Namun naas, belum lagi mengarahkan senjata

ke atas, senjatanya memuntahkan peluru sehingga mengenai tengkorak kepala

bagian bawah Sertu Yudha Nugraha. Akibatnya, Yudha bersimbah darah dan

terkapar. Sertu Yudha langsung dilarikan ke Rumah Sakit untuk mendapatkan

perawatan medis. Tapi nyawa Sertu Yudha tak tertolong hingga akhirnya ia

meninggal dunia. 59

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan di Kepolisian Sumatera

Utara, kasus-kasus kejahatan dengan menggunakan senjata api lebih banyak

terjadi pada kasus-kasus perampokan dan pencurian dengan kekerasan ataupun

ancaman dengan menggunakan senjata api, seperti dijelaskan dalam tabel dibawah

ini.

Tabel : Data Kasus Pencurian, Perampokan, Penculikan, Pembunuhan

dengan menggunakan kekerasan ataupun ancaman senjata api

di Wilayah Hukum Kepolisian Sumatera Utara dan Sekitarnya

Tahun 2005-2009.

Tahun Jumlah Kasus Alat yang sering Digunakan

2005 56 Kasus Senjata api yang sering

digunakan pelaku kejahatan


2006 66 Kasus

                                                            
59
Contoh-contoh kasus yang diambil dari Kepolisian Sumatera Utara Medan Bagian
Reserse Kriminal pada tanggal 24 Maret 2010.
62

Universitas Sumatera Utara


2007 78 Kasus adalah Senjata api rakitan

berlaras pendek atau sejenis


2008 50 Kasus
pistol, dan beberapa diantaranya

ada juga yang menggunakan


2009 48 Kasus
senjata api berlaras panjang.

Sumber : Kepolisian Sumatera Utara, data diolah.

Dari data-data tersebut diatas, dapat kita lihat bahwa kejahatan dengan

menggunakan senjata api di tahun 2005 hingga tahun 2007 terus meningkat.

Banyaknya kasus-kasus perampokan dan pencurian dengan menggunakan senjata

api terjadi setiap Tahunnya. Kejahatan tersebut banyak merugikan masyarakat

umum, para nasabah bank, pengusaha hingga ratusan juta rupiah. Bahkan para

pelaku tidak sungkan-sungkan melakukan kekerasan bahkan membuat tewasnya

korban ataupun orang-orang sekitarnya ditempat kejadian perkara demi

memperlancar aksi kejahatannya tersebut.

Belum lagi terhadap senjata-senjata api yang tidak dilengkapi dengan

surat-surat kepemilikan yang sah ataupun senjata api yang dibuat sendiri oleh

orang-orang teknisi yang mengetahui teknik-teknik cara pembuatan senjata api.

Senjata-senjata api tersebut digunakan untuk melakukan kejahatan-kejahatan yang

dapat meresahkan masyarakat umum. Oleh sebab itu diperlukan peningkatan

peranan dari aparat kepolisian untuk lebih meningkatkan lagi pengamanan dan

penindakan tegas bagi para pelaku kejahatan.

Banyaknya insiden tindak pidana dengan menggunakan senjata api yang

terjadi baik yang dilakukan oleh aparat kepolisian dan TNI maupun kepada

masyarakat umum, maka kepolisian terus melakukan penyelidikan terhadap

63

Universitas Sumatera Utara


kasus-kasus penyalahgunaan senjata api oleh aparat ataupun masyarakat. Sebagai

jawaban dari keresahan masyarakat akan meningkatnya kejahatan dengan

menggunakan senjata api, maka Kepolisian Republik Indonesia akan menarik

seluruh senjata api dari warga sipil dan berencana akan melarang kepemilikan

senjata api oleh warga sipil. Penarikan senjata api tersebut diharapkan dapat

mengurangi penyalahgunaan senjata api oleh warga sipil.

Pada Tahun 2007 Kepolisian Negara Republik Indonesia secara intensif

akan terus menarik senjata api yang beredar di masyarakat umum secara bertahap

dan akan digudangkan. Selain diperketatnya izin kepemilikan senjata api, bahkan

kepemilikan senjata api bagi warga sipil pun akan dilarang.

Semakin diperketatnya izin kepemilikan senjata api di Sumatera Utara

baik kepada anggota kepolisian dan TNI bahkan dilarangnya kepemilikan senjata

api lagi bagi masyarakat umum, merupakan salah satu cara sehingga dapat

membuat tindak pidana dengan menggunakan senjata api di Sumatera Utara

semakin menurun. Hal ini dapat kita lihat dari tabel diatas. Menurunnya angka

kriminalitas dengan menggunakan senjata api di Sumatera Utara pada tahun 2008

hingga 2009. Lebih selektifnya kepolisian dalam memberikan izin kepemilikan

senjata api membuat angka kejahatan tersebut menurun.

Langkah-langkah yang telah dilakukan oleh Kepolisian tersebut membuat

tindak pidana dengan menggunakan senjata api di Sumatera Utara semakin

menurun. Lebih selektifnya kepolisian dalam memberikan izin kepemilikan

senjata api membuat angka kejahatan tersebut menurun.

64

Universitas Sumatera Utara

You might also like