Professional Documents
Culture Documents
PROPOSAL PENELITIAN
“KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA SMU YANG
AKAN MENGHADAPI UJIAN”
M. Ikbal, M.Psi
Oleh :
Wenty Anggraini
1550406010
PSIKOLOGI
2008
BAB I
PENDAHULUAN
B. Rumusan Permasalahan
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah bagaimana tingkat kedisiplinan siswa SMU dalam yang
akan menghadapi ujian?
C. Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kedisiplinan
siswa SMU dalam yang akan menghadapi ujian
D. Manfaat
Manfaat dari penelitin ini adalah sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini secara teoritis dapat memberikan sumbangan bagi
perkembangan ilmu Psikologi, khususnya Psikologi yang terkait dengan
perilaku disiplin.
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna
bagi orang tua dan guru-guru dalam kaitannya dengan bagaimana kesiapan
dan persiapan anak terhadap ujian yang tidak lama lagi akan segera
dilaksanakan serta bagaimana kedisiplinan anak dalam belajar agar
nantinya mencapai hasil yang maksimal.
BAB II
LANDASAN TEORI
1. Pengertian Kedisiplinan
Disiplin merupakan aspek yang sangat penting, karena bukan hanya
diperlukan dalam bidang ekonomi saja, tetapi juga dalam bidang karir,
jabatan, pendidikan, organisasi, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Disiplin
merupakan modal bagi individu agar dalam setiap karirnya lebih baik dari
sebelumnya sehingga tujuan dapat tercapai dengan mudah, dalam arti disiplin
akan membawa individu kea rah kesuksesan dan kemajuan.
Hurlock (2002: 82) berpendapat bahwa, kedisiplinan adalah mentaati
terhadap peraturan yang berlaku serta menyesuaikan dengan harapan social
yang tercakup dalam peraturan-peraturan yang diperlihatkan melalui
pemberian hadiah atau pujian dan pengakuan social. Menurut Hurlock (2002:
83) ada beberapa macam kedisiplinan, yang meliputi disiplin otoriter, disiplin
permissive, dan disiplin demokratis.
Soegeng Prijodarminto (1994: 23) menyatakan bahwa kedisiplinan
adalah kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses serangkaian perilaku
yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, keteraturan, dan
ketertiban terhadap aturan yang diberlakukan. Karena sudah menyatu dengan
dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan sama sekali tidak dirasakan
sebagai beban, melainkan perilaku atau perbuatan yang ia lakukan benar-benar
kesadaran di dalam dirinya.nilai-nilai kepatuhan, kepekaan, dan kepedulian
telah menjadi bagian dari perlakuan kehidupan. Sebelum orang menyatakan
“aneh” kalau dia berbuat menyimpang, dirinya terlebih dahulu sudah merasa
“aneh”, risih, atau merasa malu dan berdosa kalau berbuat menyimpang.
Kedisiplinan berguna untuk mengarahkan siswa agar dapat berperilaku
sesuai dengan aturan yang berlaku. Menurut Sobur (1985, h.64), kedisiplinan
adalah suatu proses dari latihan atau belajar yang bersangkut paut dengan
pertumbuhan dan perkembangan. Selanjutnya, menurut Hurlock (1991, h.82),
disiplin berasal dari kata “disciple” yang berarti bahwa seseorang belajar
secara sukarela mengikuti seorang pemimpin dan anak merupakan murid yang
belajar dari mereka cara hidup menuju ke hidup yang berguna dan bahagia.
Setiap anak perlu memiliki kedisiplinan bila ia ingin bahagia dan
menjaadi pribadi yang baik penyesuaiannya. Melalui disiplin seseorang dapat
belajar berperilaku dengan cara – cara yang berlaku di masyarakat sehingga ia
dapat diterima oleh anggota kelompok sosialnya. Kedisiplinan pertama kali
didapatkan seorang anak dari keluarganya, dan kemudian anak akan belajar
tentang kedisiplinan ketika ia mulai masuk sekolah.
Menurut Abu (1989, h.30), kedisiplinan sisiwa di sekolah adalah
kepatuhan siswa terhadap peraturan – peraturan yang telah ditetapkan oleh
sekolah. Pendapat lain juga dikemukakan oleh Soekanto (1996, h. 80) yang
menyebutkan bahwa kedisiplinan merupakan suatu keadaan dimana perilaku
berkembang dalam diri seseorang yang menyesuaikan diri dengan tertib pada
keputusan, peraturan, dan nilai dari suatu pekerjaan.
Sobur (1995, h. 64) berpendapat bahwa seseorang dapat dikatakan
disiplin bila ia sudah berhasil dan bisa mengikuti dengan sendirnya tokoh –
tokoh yang telah menetapkan aturan tersebut. Tokoh – tokoh itu antara lain
adalah orang tua dan guru yang mengarahkan agar kehidupan menjadi lebih
bermanfaat begi diri sendiri dan menimbulkan perasaan bahagia. Lebih lanjut
Sobur juga mengatakan bahwa tujuan dair disiplin itu sendiri adalah membuat
seseorang terlatih dan terkontrol dengan mengajarkan kepada mereka bentuk –
bentuk tingkah laku yang pan tas dan yang tidak pantas atau yang masih asing
bagi mereka. selain itu disiplin juga sebagai pengarahan diri sendiri tanpa
pengaruh atau pengendalian diri dari luar.
Sekolah yang baik mutunya akan menciptakan suasana pengajaran dan
suasana kelas yang menyejukkan, yang akan menimbulkan motivasi belajar,
penuh perhatian dan rasa aman, berlaku adil dan adanya keteraturan yang
dapat memelihara kedisiplinan yang cukup tinggi, akan sangat berpengaruh
terhadap pembentukan sikap dan perilaku kehidupan pendidikan anak dan
pola pikirnya dalam memandang masa depannya kelak nanti. Namun, usaha
untuk menciptakan disiplin pada siswa – siswa tentunya membutuhkan waktu
yang lama dan harus ditetapkan secara bijaksana serta berlaku pada semua
orang yang berada di lingkungan sekolah mulai dari kepala sekolah, guru –
guru, dan para siswa dengan sanksi – sanksi yang diberikan secara bijaksana.
(1989, h.30).
Peraturan – peraturan yang dibuat harus jelas dan dapat dimengerti,
sehingga secara logis seseorang dapat mengikutinya bukan hanya dalam artian
mematuhi otoritas, melainkan juga mengerti bahwa pelanggaran peraturan
dapat merugikan kepentingan bersama dan diri sendiri. (Dreikurs dan Cassel,
1986, h.87). Dengan disiplin, siswa akan memiliki kecakapan mengenai cara
belajar yang baik dan disiplin juga merupakan suatu proses pembentukan
watak yang baik. Dengan adanya peraturan yang ditetapkan, maka siswa akan
mengarahkan diri sehingga menghasilkan suatu kedisiplinan. (Gie, 1988,
h.59).
Dari pengertian-pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa bahwa
kedisiplinan adalah seseorang yang dengan sukarela berperilaku mengikuti,
menyesuaikan diri dengan tertib pada peraturan – peraturan yang berlaku
untuk mencapai kehidupan yang lebih berguna dan bahagia. Dan kedisiplinan
belajar adalah suatu keadaan yang tercipta dan terbentuk melalui proses
serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan,
kesetiaan, keteraturan, dan ketertiban terhadap aturan yang lingkungan
ciptakan demi tercapainya suatu kegiatan belajar. Karena sudah menyatu
dengan dirinya, maka sikap atau perbuatan yang dilakukan bukan lagi
dirasakan sebagai beban, tapi justru akan membebani dirinya bila nantinya dia
tidak berbuat sebagaimana lazimnya.
3. Terbentuknya Disiplin
Soegeng Prijodarminto (1987: 26) menyatakan bahwa terbentuknya
disiplin melalui serangkaian perilaku yang menunjukkan ketaatan, kepatuhan
terhadap peraturan yang berlaku, kesadaran dalam melaksanakan peraturan,
dan kesetiaan anggota kepada pimpinan.
a. Ketaatan dan Kepatuhan
Ketaatan dan kepatuhan terhadap ketentuan, aturan-aturan atau
kelaziman-kelaziman yang berlku sangat penting adanya. Fungsi dari
kepatuhan dan ketaatan adalah untuk mencapai ketertiban dan
kenyamanan dalam proses belajar.
Kepatuhan berasal dari kata ”patuh” yang berarti suka menurut,
berdisiplin. Sedangkan kepatuhan berarti sifat patuh, ketaatan
(Depdikbud, 1996: 40).
Oleh karena itu masalah kepatuhan dalam mentaati peraturan-peraturan
belajar masih bersifat abstrak sekali, maka perlu diidentifikasi terlebih
bahulu indikator-indikator yang meliputi:
1) Pengetahuan
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui berkenaan
dengan hal (mata pelajaran), (Depdikbud, 1996: 995). Jadi
pengetahuan yang dimaksud adalah kedisiplinan belajar siswa SMA
dalam menghadapi ujian adalah segala sesuatu yang diketahui oleh
siswa berkenaan dengan hal-hal apa saja yang harus dilaksanakan
ataupun yang harus dihindari demi tercapainya suatu hasil yang
maksimal dalam hasil belajarnya sebagai siswa kelas 3 SMA yang
akan menghadapi ujian.
2) Perilaku
Perilaku adalah tanggapan atau reaksi individu terhadap
rangsangan atau lingkungan (Depdikbud, 1996: 775). Perilaku dalam
kedisiplinan belajar siswa SMA menjelang ujian adalah tanggapan atau
reaksi berupa tindakan nyata untuk disiplin, untuk mendisiplinkan
proses belajar agar tindak mendapat banyak gangguan yang berasal
dari dalam diri siswa itu sendiri, maupun dari sosial lingkungannya.
Jika dikembalikan pada permasalahan semula, maka dengan
pengetahuan, sikap dan perilaku yang dimiliki oleh siswa dalam
melaksanakan kewajibannya sebagai seorang siswa akan dapat terwujud
dengan baik dan mendapatkan hasil yang maksimal.
b. Kesadaran
Kesadaran berasal dari kata sadar yang mendapat imbuhan awalan ke
dan akhiran an. Sadar diartikan sebagai tahu, sedangkan imbuhan ke dan
an menunjukkan pada keadaan. Dengan demikian, kesadaran dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1) Keadaan tahu, mengerti atau merasa.
2) Keinsyafan.
Dari batasan-batasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa yang
dimaksud dengan kesadaran di sini adalah keadaan tahu, mengerti atau
merasa atau sesuatu yang dirasakan tahu atau yang dialami seseorang.
Setiap anggota organisasi harus menyadari bahwa aturan-aturan atau
ketentuan-ketentuan ataupun kelaziman-kelaziman yang berlaku, yang
harus dipatuhi adalah berguna untuk tercapainya tujuan, yang dalam hal
ini adalah justru untuk kebaikan atau untuk kepentingan manusia itu
sendiri, untuk keselamatan atau untuk keberhasilannya dalam usaha
dengan memuaskan. Kesadaran tersebut akan menjadi pendorong dalam
diri setiap anggota untuk bertingkah laku, untuk berbuat sesuai aturan,
ketentuan-ketentuan atau kelaziman yang berlaku. Dengan kesadaran akan
timbul atau tumbuh apa yang kita dengan disiplin yang hidup sebagai
lawan dari disiplin yang mati. Kesadaran akan menjadi dasar yang kuat
bagi pengendalian diri.
Pengendalian diri merupakan usaha,baik bagi mental, psikologis,
maupun fisik yang berisi kemampuan untuk menjamin agar tingkah laku
atau perbuatan seorang anak sesuai dengan syarat yang selayaknya atau
dapat mencapai suatu tujuan. Dalam hal ini termasuk kemampuan untuk
menjamin agar seseorang berbuat, bertingkah laku sesuai dengan aturan
atau ketentuan yang berlaku. Karena itu, kesadaran yang dimaksud
hendaklah mengambil tempat dalam setiap hati nurani setiap anggota.
c. Kesetiaan
Kesetiaan merupakan keteguhan hati atau ketaatan setiap siswa kepada
peraturan baik yang dia buat sendiri maupun yang dibuat oleh sosial
lingkungannya. Kesetiaan merupakan hal yang sangat penting sekali demi
terwujudnya ketertiban dan kenyamanan belajar siswa itu sendiri. Untuk
mengetahui kesetiaan seseorang dapat dilihat dari indikator-indikator
berikut:
1) Konsisten adalah keseimbangan antara tindakan yang dilaksanakan
dengan ucapan. Konsisten dalam hal ini adalah tindakan-tindakan
siswa dalam proses belajarnya harus sesuai dengan apa yang menjadi
tujuannya belajar dan mendapat hasil yang maksimal.
2) Tanggung jawab adalah sikap yang berani menerima resiko atau
konsekuesi dari apa yang telah dilakukannya. Jadi seorang siswa harus
berani menanggung segala resiko atau konsekuesi dari apa yang
dilakukan atau diperbuatnya. Tanggung jawab disini dapat dilihat dari
menejemen waktu yang digunakan siswa untuk beristirahat di sela-sela
belajarnya, atau yang lainnya.
BAB III
PENGEMBANGAN SKALA PSIKOLOGI
a. Definisi Operasional
Kedisiplinan adalah perilaku siswa yang dengan sukarela mengikuti,
menyesuaikan dengan tertib pada aturan–aturan yang berlaku untuk mencapai
apa yang menjadi tujuan siswa dengan lebih mudah dan hasilnya maksimal.
Tinggi rendahnya kedisiplinan siswa dapat diukur dengan skala kedisiplinan
yang disusun berdasarkan tiga aspek kedisiplinan, yaitu: ketertiban terhadap
aturan, tanggung jawab, dan kontrol diri. Semakin tinggi skor yang diperoleh
dari skala menunjukkan semakin tinggi kedisiplinan siswa, sebaliknya
semakin rendah skor yang diperoleh menunjukkan semakin rendah
kedisiplinan siswa.
Aspek-aspek dalam skala kedisiplinan ini meliputi:
1. Ketaatan dan Kepatuhan
a) Pengetahuan
b) Perilaku
2. Kesadaran
3. Kesetiaan
a) Konsisten
Menunjukkan adanya keseimbangan antara tindakan yang
dilaksanakan dengan ucapan.
b) Tanggung jawab
b. Blue Print
Tabel
ψ Pengetahuan
- Favourable
sangat penting
- Unfavourable
maksimal
2. Saya merasa akan tetap bisa berprestasi, walaupun saya tidak bisa
seenaknya sendiri
ψ Perilaku
- Favourable
kegiatan belajar
- Unfavourable
2. KESADARAN
- Favourable
- Unfavourable
- Favourable
- Unfavourable
pelajaran
3. Saya belajar ketika sudah diperintahkan oleh kedua orang tua saya
3. KESETIAAN
ψ Konsisten
- Favourable
ψ Tanggung jawab
- Favourable
1. Karena sebentar lagi saya akan mengikuti Ujian, maka saya harus
- Unfavourable
1. Jika di rumah, saya hanya akan belajar ketika disuruh oleh orang
tua
pengajar saya
BAB IV
HASIL SKALA PSIKOLOGI
a. Skala Psikologi
Dalam penelitian ini digunakan Skala Kedisiplinan Belajar untuk
mengukur seberapa besar tingkat kedisiplinan belajar siswa sebelum ujian
nasional dilaksanakan. Namun dalam pelaksanaan try out skala pada
penelitian ini digunakan Skala Kedisiplinan belajar yang dibuat secara umum.
Tidak langsung dikerucutkan pada persiapan siswa SMA sebelum menghadapi
ujian Nasional. Karena subyek yang peneliti pilih adalah mahasiswi UNNES
yang akan menghadapi ujian yang sebentar lagi akan dilaksanakan. Peneliti
meilih untuk memakai subjek tesebut dikarenakan antara subjek yang
sebenarnya dan yang di try outkan memiliki beberapa karakteristik yang sama.
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode skala psikologi sebagai alat ukur. Dalam kegiatan penelitian ini yang
digunakan adalah berupa skala Kedisiplinan Belajar yang berisi sejumlah
pernyataan yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden
dalam arti laporan mengenai diri pribadinya untuk dapat mengukur tingkat
kedisiplinan belajar siswa sebelum menghadapi ujian nasional. Melalui
penggunaan skala psikologi dalam pengumpulan data pada penelitian, maka
diharapkan data yang diperoleh dapat diinterpretasikan dengan lebih objektif
melalui pengukuran disamping valid dan reliabel. Pengumpulan data melalui
skala psikologi dalam penelitian diharapkan dapat mengukur seberapa besar
kedisiplinan belajar yang dimiliki subjek dalam penelitian secara objektif.
Skala ini terdiri dari dua kelompok yaitu item yang berbentuk positif atau
mendukung (favorable) dan item yang berbentuk negatif atau tidak
mendukung (unfavorabel).
Pernyataan dalam aitem favorabel mempunyai skor sebagai berikut ini:
Sangat sesuai (SS ) :4
Sesuai (S) :3
Tidak sesuai (TS) :2
Sangat tidak sesuai (STS) :1
Sementara itu, pernyataan dalam aitem unfavorabel mempunyai skor
sebagai berikut:
Sangat sesuai (SS) :1
Sesuai (S) :2
Tidak sesuai (TS) :3
Sangat tidak sesuai (STS) :4
Beri tanda V (cek) pada kolom pilihan yang dianggap sesuai dengan
keadaan,ide dan pendapat Anda. Adapun makna dari setiap jawaban
adalah sebagai berikut :
STS :Jika pernyataan sangat tidak sesuai dengan apa yang saudara
rasakan.
No. Aitem SS S TS ST
S
1. Tanpa kedisiplinan dalam belajarpun, saya bisa
sangatlah penting
4. Ketika ada tontonan di televisi yang menarik,
maksimal
8. Saya akan menemui teman saya yang datang
belajar
9. Saya akan lebih memilih pergi jalan-jalan dengan
pasti
12. Jika di rumah, saya hanya akan belajar ketika
belajar
14. Ketika waktu belajar tiba, hal-hal yang
santai
22. Saya akan lebih memilih untuk membaca materi
teman
23. Setiap harinya saya belum pasti mengulang materi
kesuksesan
28. Saya belajar ketika sudah diperintahkan oleh
langsung belajar
30. Karena saya seorang pelajar, saya mempunyai
N N
Keterangan :
rxy
: Koefisien korelasi Product Moment
2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah taraf sejauh mana test tersebut sama dengan
test itu sendiri (Suryabrata, 1984, h. 29). Sedangkan menurut Ancok
(1987, h. 19) reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana
alat ukur tersebut dipercaya atau dapat diandalkan.
Reliabilitas diterjemahkan dari kata reliability. Pengukuran yang
memilki reliabilitas tinggi adlah pengukuran yang dapat menghasilkan
sata yang reliabel (Azwar, 2003 : 180).
Reliabilitas instrumen merupakan ukuran yang menunjukkan
tingkat kepercayaan instrumen dalam mengungkap data, artinya
istrumen tidak bersifat tendensius, mengarahkan responden untuk
memilih jawaban-jawaban tertentu. Instrumen yang dapat dipercaya
reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya pula (Suharsimi
Arikunto, 2002 : 154).
Untuk keperluan penelitian peneliti menggunakan jenis
reliabilitas internal yaitu menganalisis data dari satu kali hasil
pengetesan terhadap kelompok responden (Suharsimi Arikunto, 2002 :
156).
Reliabilitas memiliki nama lain seperti kepercayaan dan
keajegan. Pengujian terhadap reliabilitas dengan mengunakan formula
koefisien alpha yang dikemukan oleh Cronbach. Adapun rumus
tersebut adalah sebagai berikut :
Keterangan :
α : Koefisien reliabilitas Alpha
2
S1 : Varians skor belahan 1
2
S2 : Varians skor belahan 2
2
Sx : Varians skor total
N %
Cases Valid 50 100,0
Exclud
0 ,0
ed(a)
Total 50 100,0
Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,909 30
BAB V
REFLEKSI; KESAN-PESAN PENYUSUNAN SKALA
PSIKOLOGI
a. Kesimpulan
Berdasarkan analisis data seperti yang terurai di atas, maka peneliti dapat
menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Dari hasil perhitungan terhadap hasil try out pada skala kedisiplinan
belajar, maka diperoleh r hitung 1 dengan taraf signifikansi 5% untuk
N=50. Oleh karena itu maka diperoleh r tabel 0,279. Dari hasil
0,279.
2. Dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel (r product
moment) untuk N = 50 (subjek uji coba) dan taraf signifikansi 5%
diperoleh r tabel 0,279 , maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 2
aitem atau pernyataan yang tidak valid.
3. Terdapat 28 aitem dari 30 item dinyatakan valid, karena r hitung > r
tabel.
4. Ditemukannya r hitung terendah terendah 0,178 dan tertinggi 0,699.
5. Terdapatnya 2 aitem yang tidak valid tersebut maka diputuskan untuk
tidak dipergunakan atau digugurkan dalam penelitian. Hal ini
dikarenakan pada aitem tersebut telah terwakili oleh aitem-aitem lain
yang mengacu pada aspek kedisiplinan belajar.
6. Hasil perhitungan reliabilitas terhadap skala kedisiplinan belajar siswa
menjelang ujian akhir nasional, maka diperoleh reliabilitas sebesar
0,909 terhadap 30 aitem skala. Oleh karena itu, maka dapat disimpulkan
bahwa skala kediplinan belajar yang dibuat tersebut dapat dipercaya
sebagai alat untuk pengambilan data secara objektif di dalam penelitian
untuk mengetahui seberapa besar kedisiplinan belajar pada subjek
penelitian.
b. Saran
Atkinson, R.L, dkk. 1993. Pengantar Psikologi: Jilid I. Alih Bahasa: Widjaja
Kusuma. Batam Center: Interaksara.
1. Correlations
TOTAL
Aitem 01 Pearson Correlation 0,437**
Sig. (2-tailed) 0,001
N 50
Aitem 02 Pearson Correlation 0,475**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 03 Pearson Correlation 0,671**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 04 Pearson Correlation 0,570**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 05 Pearson Correlation 0,506**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 06 Pearson Correlation 0,468**
Sig. (2-tailed) 0,001
N 50
Aitem 07 Pearson Correlation 0,640**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 08 Pearson Correlation 0,187
Sig. (2-tailed) 0,195
N 50
Aitem 09 Pearson Correlation 0,699**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 10 Pearson Correlation 0,537**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 11 Pearson Correlation 0,540**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 12 Pearson Correlation 0,561**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 13 Pearson Correlation 0,649**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 14 Pearson Correlation 0,325*
Sig. (2-tailed) 0,021
N 50
Aitem 15 Pearson Correlation 0,504**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 16 Pearson Correlation 0,414**
Sig. (2-tailed) 0,003
N 50
Aitem 17 Pearson Correlation 0,584**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 18 Pearson Correlation 0,497**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 19 Pearson Correlation 0,682**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 20 Pearson Correlation 0,689**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 21 Pearson Correlation 0,416**
Sig. (2-tailed) 0,003
N 50
Aitem 22 Pearson Correlation 0,650**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 23 Pearson Correlation 0,248
Sig. (2-tailed) 0,083
N 50
Aitem 24 Pearson Correlation 0,474**
Sig. (2-tailed) 0,001
N 50
Aitem 25 Pearson Correlation 0,670**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 26 Pearson Correlation 0,402**
Sig. (2-tailed) 0,004
N 50
Aitem 27 Pearson Correlation 0,622**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 28 Pearson Correlation 0,607**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 29 Pearson Correlation 0,487**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
Aitem 30 Pearson Correlation 0,532**
Sig. (2-tailed) 0,000
N 50
TOTAL Pearson Correlation 1
Sig. (2-tailed)
N 50
* Correlation is
significant at the 0.01
level (2-tailed). ificant at the 0,01 level (2-tailed).
** Correlation is significant at the 0,05 level (2-tailed).
2. Reliability Statistics
Cronbach's N of
Alpha Items
,909 30
Petunjuk pengisian
cara member tanda centang (Ö) sesuai dengan keadaan diri saudara.
SS = Sangat Sesuai
S = Sesuai
TS = Tidak Sesuai
itu pilihlah jawaban yang paling sesuai dengan diri saudara, karena di
persiapan Ujian
10. Saat waktu belajar tiba, saya akan
dengan belajar
11. Saya tidak mempunyai jadwal belajar
acuhkan
15. Jika saya menerapkan kedisiplinan dalam
proses belajar saya, saya yakin hasil yang
ke pelajaran
17. Waktu belajar yang sudah saya tetapkan,
penting
20. Saya akan langsung berangkat nonton
dengan teman-teman
23. Setiap harinya saya belum pasti
mengulang materi yang diterangkan oleh
pengajar
24. Hasil belajar saya nantinya, adalah
sendiri
26. Ketika sedang belajar, saya akan menolak
faktor kesuksesan
28. Saya belajar ketika sudah diperintahkan
hari