Professional Documents
Culture Documents
Indonesia pada saat ini memiliki masalah mengenai pencemaran lingkungan terutama
pencemaran lingkungan perairan antara lain oleh air limbah, baik limbah industri,
pertanian maupun limbah rumah tangga. Dari semua sumber pencemar lingkungan,
pencemaran yang diakibatkan oleh limbah rumah tangga menempati urutan pertama (40%)
diikuti kemudian oleh limbah industri (30%) dan sisanya limbah rumah sakit, pertanian,
peternakan, atau limbah lainnya. (Kurniadie,1998)
Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja
manusia dari lingkungan permukiman. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2005 Bab I Pasal 1.3)
Limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak
dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan
sebagainya. Komponen utama limbah cair adalah air (99%) sedangkan komponen lainnya
bahan padat yang bergantung asal buangan tersebut. (Rustama et. al, 1998).
Air limbah merupakan salah satu hasil dari aktifitas hidup manusia. Hal tersebut
keberadaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial - ekonomi masyarakat itu sendiri
dan aktifitas manusia. Sumber air limbah dari aktifitas manusia berkaitan dengan
penggunaan air seperti mandi, mencuci, tempat cuci,WC, industri dan lain-lain. Kualitas
air limbah yang dihasilkan tersebut sangat beragam, tergantung dari sumber dan sistem
pengolahan yang digunakan. Sehingga kualitas air limbah akan semakin baik jika di
tangani atau diolah dengan sistem pengolahan yang tepat.
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan/atau komponen lain ke dalam air dan/atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Dengan itu akan menyebabkan terbentuknya air limbah.
I. Pendahuluan
Air limbah merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia
sehari-hari, oleh sebab itu air limbah ini akan selalu diupayakan.agar tidak mempengaruhi
kondisi lingkungan dan kesehatan manusia. Karena jika air limbah yang dihasilkan dari
aktifitas manusia tersebut tidak saja memepengaruhi aspek lingkungan dan kesehatan,
1
bahkan akan mempengaruhi produktifitas kerja manusia yang tinggal di dalam lingkungan
yang tidak sehat.
Pada zaman dahulu orang belum mengolah air limbah yang dihasilkan,karena
kuantitas air limbah belum mempengaruhi kondisi lingkungan dan kualitasnya dapat diolah
sendiri secara alamiah yang dikenal dengan self purifications.
Tetapi sekarang, dimana pertumbuhan manusia cukup tinggi, sedangkan sumber
daya air, baik kuantitas maupun kualitasnya semakin menurun , khsusunya air tanah mulai
tercemar oleh air limbah rumah tangga yang tidak dikendalikan dengan baik.
Berkembangnya teknologi pengolahan air limbah maka instalasi maupun komponen
instalasi yang digunakan saat ini banyak menggunakan teknologi yang modern pula.
Namun demikian adanya keterbatasan khususnya dalam operasi dan pemeliharaan
instalasi pengolahan air limbah, maka kondisi masyarakat indonesia masih memerlukan
teknologi yang sesuai dengan kondisi sosial dan ekonomi Indonesia saat ini.
Pengolahan air limbah mulai dari perdesaan, kota kecamatan hingga kota besar,
penggunaan instalasi pengolahan air limbah dalam bentuk instalasi individual seperti
Tangki Septik atau Cubluk, masih sesuai dengan tingkat pelayanan penyehatan lingkungan
bagi masyarakat yang terdapat di pedesaan. dikota kecil maupun kota di kota besar.
Untuk mengetahui apakah pengolahan air limbah dari sumbernya layak atau tidak, dapat
dilihat dari berbagai kasus pada tiap pembangunan perumahan yang kurang atau bahkan
tidak sama sekali memperhatikan standar yang ada sebagai pedoman ataupun guide line
pembangunan sistem pengolahan air limbah.
Apabila air limbah dari sumber tersebut diketahui tidak memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan maka diperlukan pengolahan terlebih dahulu. Teknologi pengolahan air
limbah yang dipilih harus dapat meningkatkan kualitas air efluent dari sistem yang
digunakan baik secara fisik, kimia maupun bakteriologis. Karena kualitas air efluent dari
suatu sistem yang memenuhi persyartan baku mutu air limbah maka kondisi sanitasipun k
akan tercipta dengan baik.
Selain penanganan air limbah rumah tangga yang memenuhi persyaratan kesehatan,
diperlukan pula penyediaan air bersih, sampah dan pembuangan air hujan yang memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan, sehingga akan tercipta kondisi lingkungan yang sehat
dan pada akhirnya akan berdapampak pula pada kesehatan dan produktifitas kerja dari
masyarakat itu sendiri.
Permasalahan sanitasi pemukiman kota yang hingga saat ini masih belum tergarap
dengan baik yaitu pembuangan air limbah rumah tangga dan pembuangan sampah, dimana
2
sebahagian besar masyarkat masih membuang limbah rumah tangga ke saluran terbuka
yang menimbulkan lingkungan permukiman menjadi kotor dan merupakan salah satu dari
penyebab banjir akibat penyumbatan gorong-gorong oleh sampah yang dibuang ke saluran
air limbah dan ke saluran drainase. Disisi lain saluran drainase lingkungan yang ada kurang
dapat berfungsi sebagaimana mestinya karena pendangkalan dan tidak memperhatikan
aspek lingkungan dan siklus hidrologi serta yang paling utama adalah pemeliharaan.
Industri sesungguhnya menggunakan air jauh labih sedikit apabila dibandingkan
dengan irigasi, namun dampaknya mungkin parah, dipandang dari dua segi. Pertama,
penggunaan air bagi industri sering tidak diatur dalam kebijakan sumber daya air nasional,
maka cenderung berlebihan. Kedua, pembuangan limbah industri yang tidak diolah dapat
menyebabkan air permukaan atau air bawah tanah menjadi terlalu berbahaya untuk
dikonsumsi.
Penggunaan air bagi industri seringkali juga sangat tidak efisien. Karena tidak
dapat memasok kebutuhan industri melalui sistem yang dikelola oleh pemerintah daerah,
dan karena dorongan yang menggebu untuk pertumbuhan ekonomi, perusahaan industri
mengembangkan sendiri jaringan airnya secara swasta. Biaya air semacam ini seringkali
sangat rendah, dan karena biaya tersebut hanya merupakan bagian kecil dari seluruh biaya
manufaktur, maka mereka tidak merasa terdorong untuk mengadakan konservasi. Sebagai
contoh di Bangkok, Thailand, yang sangat menderita akibat penghisapan air bawah tanah
yang berlebihan, biaya yang harus dikeluarkan air dari perusahaan air metropolitan berlipat
delapan kali dari biaya yang diperlukan untuk memompa air tanah secara swasta.
Banyaknya air yang diperlukan untuk manufaktur dapat sangat berbeda-beda,
tergantung pada proses industri yang diterapkan dan ukuran daur ulangnya. Memproduksi
satu ton baja dapat saja menghabiskan sampai 190.000 liter air atau hanya 4.750 liter, dan
satu ton kertas dapat menghabiskan sampai 340.000 liter atau hanya 57.000 liter.
Pengaturan yang tepat untuk penyedotan air dan pengenaan biaya yang benar untuk air
tersebut akan dapat mendorong orang untuk menggunakannya secara lebih efisien tanpa
harus mempengaruhi biaya produksi secara mencolok. Biaya penggunaan air, bahkan di
negara-negara yang tarifnya pun sudah sesuai dengan biaya menyeluruh pemeliharaan
sumber, biasanya hanya merupakan bagian yang sangat kecil (1% sampai 3%) dari biaya
produksi industri.
3
berkembang (kecuali cina) dan sanitasi
Diare (murus) 875 juta 225 juta (26%)
Cacing gelang 900 juta
260 juta (26%)
(askaris)
Cacing guinea 4 juta 3 juta (78%)
Cacing tambang 800 juta 615 juta (77%)
Trakoma 500 juta 135 juta (27%)
Karena keterbatasan data, semua angka di atas mengacu kepada kasus sakit, bukan
kematian. Lagi pula hendaknya dicatat bahwa tindakan yang diambil dapat mengurangi
kasus kematian tetapi bukan kasus sakit.
Sumber: Berdasar tulisan Esrey, Steven A., dkk, "Manfaat Kesehatan dari Perbaikan
dalam Pasokan Air dan Sanitasi. Laporan Teknik No. 66 Pasokan Air dan Sanitasi
Arlington, Virginia: Proyek Air dan Sanitasi untuk Kesehatan, Juli 1990.
Bahkan di industri-industri yang "padat air" jumlah air yang dipakai sangat kecil
biasanya 20% pada industri pengolahan pangan, 25% pada industri kertas, dan 33% pada
tekstil. Sisanya didaur-ulang (kecenderungan ini semakin meningkat di negara-negara
industri) atau dikeluarkan sebagai limbah cair. Penentuan tarif yang lebih realistik,
meskipun penting untuk sektor ini, tetap saja tidak merupakan dorongan untuk penggunaan
yang lebih efisien. Yang lebih penting adalah pengetatan alokasi air dan persyaratan
pengendalian pencemaran yang lebih keras. Contohnya seperti Israel yang memiliki
peraturan standar penggunaan air untuk berbagai macam industri, dan memberi alokasi
pembagian air yang disesuaikan. Sebagai hasilnya, di negara itu rata-rata penggunaan air
per unit produksi industri anjlok hingga 70% selama dua dekade ini.
Air buangan industri sering dibuang tanpa melalui proses pengolahan apapun. Air
tersebut dibuang langsung ke sungai dan saluran-saluran, mencemarinya, dan pada
akhirnya juga mencemari lingkungan laut, atau kadang-kadang buangan tersebut dibiarkan
saja meresap ke dalam sumber air tanah. Kerusakan yang diakibatkan oleh buangan ini
sudah melewati proporsi volumenya. Banyak bahan kimia modern begitu kuat sehingga
sedikit kontaminasi saja sudah cukup membuat air dalam volume yang sangat besar tidak
dapat digunakan untuk minum tanpa proses pengolahan khusus.
Cara menolongnya adalah pencegahan bukan penyembuhan. Seperti laporan dari
Bank Dunia dan Bank Investasi Eropa berjudul Pencemaran Industri di Kawasan Laut
Tengah: "Perbaikan pada efisiensi dalam pengoperasian dan pemulihan sumber air jauh
lebih baik dan kemungkinan besar akan memberikan hasil yang lebih banyak daripada
pengolahan pada akhir proses yang mahal, sebab banyak masalah pencemaran berkaitan
4
langsung dengan masalah-masalah pengoperasian dan pemeliharaan, serta rendahnya niat
untuk konservasi dan pemulihan sumber air".
Kiranya pantas dicatat bahwa statistik yang dipaparkan pada Tabel 1 tersebut
hampir dapat dipastikan terlalu optimistik. Misalnya, statistik tersebut tidak
mengungkapkan mutu layanan yang mungkin saja rendah dan dapat mengancam
lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sangat sering statistik itu mengasumsikan bahwa
sekali dibentuk, sebuah sistem akan terus bekerja dengan baik, padahal keadaan
sesungguhnya tidak selalu demikian.
Masalahnya bukan hanya karena tidak cukup persediaan air; air yang ada itu pun
tidak dikelola secara layak atau dibagikan secara merata.
Dari cuplikan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa air tercemar adalah air
yang mengandung bahan-bahan asing dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan
sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan tertentu, misalnya untuk air
minum, pertanian, perikanan, dll.
1. Sumber-sumber Pencemaran Air
Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya disebabkan oleh limbah rumah
tangga, tetapi juga oleh limbah pertanian dan limbah industri. Semakin meningkatnya
perkembangan industri, dan pertanian saat ini, ternyata semakin memperparah tingkat
pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran itu disebabkan oleh hasil buangan dari
kegiatan tersebut.
Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan
air ataupun ke tanah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses
pengolahan yang dilakukan belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan
memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan
hidup.
Sumber-sumber Pencemaran Air Meliputi:
5
terurai yaitu sampah organik dan ada pula yang tidak dapat terurai è Sampah dan
Pengelolaannya.
Limbah rumah tangga ada juga yang memiliki daya racun tinggi, misalnya sisa
obat, baterai bekas, air aki. Limbahlimbah tersebut tergolong bahan berbahaya dan
beracun (B3).
Tinja, air cucian, limbah kamar mandi dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau
pencemar biologis (seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya) yang akan
mengikuti aliran air.
2. Limbah Lalu Lintas
Limbah lalu lintas berupa tumpahan oli, minyak tanah, tumpahan minyak dari kapal
tangker. Tumpahan minyak akibat kecelakaan mobil-mobil tangki minyak dapat
mengotori air tanah. Selain terjadi di darat, pencemaran lalu lintas juga sering
terjadi di lautan. Semuanya sangat berbahaya bagi kehidupan.
6
Gambar (19). Limbah dari Kegiatan Lalu Lintas
3. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang berlebihan
misalnya dari pestisida dan herbisida. Begitu juga pemupukan yang berlebihan.
Limbah pestisida dan herbisida mempunyai sifat kimia yang stabil, yaitu tidak
terurai di alam sehingga zat tersebut akan mengendap di dalam tanah, dasar sungai,
danau serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme-organisme yang
hidup di dalamnya. Pada pemakaian pupuk buatan yang berlebihan akan
menyebabkan eutrofikasi pada badan air/perairan terbuka Ô Hubungan Timbal
Balik.
7
Zat-zat tersebut di atas jika masuk ke perairan akan menimbulkan pencemaran yang
dapat membahayakan makhluk hidup pengguna air tersebut, termasuk manusia.
Kegiatan pertambangan selain menghasilkan bahan-bahan kimia seperti di atas juga
menghasilkan endapan lumpur dalam jumlah besar. Jika turun hujan, lumpur ini
bisa terbawa aliran air hujan sampai ke sungai. Hal ini akan meningkatkan
kekeruhan air.
8
Pencemaran air dapat mengganggu peredaran air dan memungkinkan kualitas air
menurun sehingga tidak dapat dipakai sebagai air minum. Air yang bercampur zat-zat
pencemar dapat membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Akibat yang dapat ditimbulkan oleh jenis pencemar tertentu antara lain:
Pencemaran secara fisik, misalnya oleh limbah panas dari buangan pabrik yang
dapat menyebabkan peningkatan temperatur perairan. Temperatur air yang terlalu
tinggi, mengakibatkan matinya ikan dan hewan air lain, baik karena suhu air
menjadi tidak sesuai untuk hidup maupun karena rendahnya kadar oksigen terlarut.
Pencemaran secara kimia, misalnya oleh logam berat air raksa (merkuri). Air raksa
yang masuk ke perairan dan dikonsumsi, dapat mengganggu kesehatan manusia
karena dapat menghambat kerja enzim dan menyebabkan kerusakan sel.
Pencemaran secara biologi, misalnya oleh bakteri-bakteri patogen. Bakteri patogen
di air bisanya penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibro cholerae penyebab
kolera; Shigella dysenteriae penyebab disenteri basiler; Salmonella typhosa
penyebab tifus; dan Salmonella paratyphi penyebab paratifus, virus polio dan
hepatitis.
Sumber air limbah rumah tangga umumnya dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dan
toilet/kakus. Air limbah dari kakus umumnya Pengolahan air imbah, sangat berkaitan
dengan karakteristik air limbah. Air limbah rumah tangga jika dilihat dari sumbernya
ada dua macam:
1) Air limbah rumah tangga yang bersumber dari toilet/kakus (black water)
9
Karakteristik air limbah rumah tangga non kakus berdasarkan hasil penelitian
Puslitbang Permukiman seperti pada tabel 1.
10
Tinggi rendahnya mutu air limbah disuatu tempat dipengaruhi oleh karakteristik air
limbah secara fisik, kimia maupun biologi dengan parameter seperti berikut :
Kimia : pH, organik (karbohidrat, protein, lemak, fenol), anorganik (zat mineral
yang mengurangi O2, zat beracun dan logam berat).
Biologi : terdiri dari golongan mikroorganisma yang terdapat dalam air (golongan
koli)
Karakteristik fisik, kimia dan biologi terdapat hubungan yang saling bergantung
dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.
Untuk mengukur sampai berapa jauh tingkat pengotor air, maka dapat digunakan
beberapa parameter antara lain :
Jenis kekuatan tersebut biasanya dinyatakan dengan tingkat BOD yaitu: Kuat, bila
nilai BOD > 300 mg/L Sedang, bila nilai BOD 100 -300 mg/L lemah, bila nilai
BOD < 100 mg/L
Bentuk usaha di bidang prasarana dan sarana perumahan dan permukiman (air bersih,
sampah dan air limbah) dapat berupa:
a. Usaha patungan/kerjasama antara swasta dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
Keputusan Presiden No. 7 Tahun 1998;
b. Diusahakan oleh swasta sendiri dengan pengawasan/izin Pemerintah Daerah
setempat.
11
Adapun penanganan pengolahan air limbah teridiri dari dua sistem:
Pengolahan air limbah yang dilakukan ditempat yaitu pengolahan air limbah dari suatu
unit rumah dengan sistem cubluk atau tangki septik yang ditempatkan pada kapling
rumah itu sendri.
Pengolahan air limbah yang dilakukan secara terpusat, misalnya dari setiap rumahj
buangan dari kakus disalurkan melalui sistem perpipaan ke suatu tangki septik,
sehingga tiap rumah tidak perlu membangun masing-masing tangki septik.
Sistem Cubluk merupakan sistem pengolahan air limbah yang sangat konvensional
dan masyarakat sekarang cenderung menggunakan sistem cubluk yang dilengkapi
dengan kloset leher angsa.
Kloset leher angsa merupakan merupakan kloset yang dilengkapi dengan peralatan
penampung air perapaat yang dapat mencegah bau dan mencegah berkembang
biaknya lalat dan serangga lainnya didalam perpipaan atauapun ruang cubluk itu
sendiri .
Sistem Cubluk dapat langsung dibangun dibawah kloset jika lokasi untuk
penempatan cubluk tersebut sangat terbatas atau penempatan kloset dengan cubluk
dilakukan pada lokasi yang terpisah Jarak maksimum letak cubluk terhadap kloset
adalah 8,0 m. Diameter pipa penyalur sekurang-kurangnnya 90 mm dengan
kemiringan sekurang-kurangnnya 1:40 . pengaturan perencanaan dan pembuatan
sistem pengolahan limbah dengan cubluk ini dapat dilihat pada Petunjuk teknis atau
standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai pembuangan air limbah rumah
tanggga.
12
Guna memperjelas penempatan sistem cubluk dengan kloset leher angsa dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.
Sistem Tangki septik merupakan tangki berbentuk empat persegi panjang atau
bulat, umumnya terletak dibawah tanah dimana air bekas dari kakus, kamar mandi,
kamar cuci, dapur dan air bekas lainnya dialirkan ke dalam tangki tersebut. Air
yang keluar dari tangki septic (effluen) masih mengandung kuman-kuman penyakit
dan zat-at organic, karena itu masih perlu diolah lebih lanjut dalam suatu bidang
resapan atau media penyaring.
Tangki septik harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi, rapat air dan
tahan lama, misalnya: pasangan batu bata, batu kali, beton atau fiber gelas.
Konstruksi harus cukup kuat menahan gaya-gaya yang timbul akibat tekanan air
dan tanah maupun bebaban lainya.
Bahan yang dapat dipergunakan untuk bangunan Tangki septik berupa : batu, bata
merah dan beton, sedangkan bahan untuk plesteran dapat dipergunakan mortar dari
semen dan pasir. Plat penutup tangki:dapat berupa beton bertulang atau plat besi.
Saluran pembuuaangan aair limbah : pipa tanah liat, pipa beton, pipa asbes semen,
dan pipa PVC.
Perbandingan panjang dan lebar untuk tangki septik bertulang empat persegi
panjang adalah 2 : 1 sampai dengan 3 : 1
13
Gambar 2 Tangki Septik konvensional
Tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat berbentuk
bulat dengan diameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan dalam sekurang-kurangnya
1,20 m. Tinggi air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,20 m dan kedalaman
maksimum, 2,10 m. Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki, ditambah
dengan ruang bebas air (free boaaar) sebesar 20 – 40 cm dan ruang penyimpanan
lumpur. Lebar tangki sekurang-kurangnyaa 0,75 m dan panjang tangki sekurang-
kurangnya 1,50 m. Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan
tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur. Jarak dari bidang resapan tangki
septik ke sumur gali atau sumur pantek sekurang-kurangnya 11,0 meter. Tangki
septik harus diletakkan sedimikian rupa sehingga memungkinkan lancarnya
pengaliran air buangan dari bangunan dan lancarnya pengaliran efluen ke bidang
resapan.
Untuk membuat tangki septik yang baik sehingga tidak mencemari air dan tanah di
sekitarnya, maka beberapa hal perlu diperhatikan antara lain:
1. Dinding tangki septik hendaknya dibuat dari bahan yang rapat air.
3. Tangki septik ini direncanakan untuk membuang kotoran rumah tangga dengan
jumlah air limbah antara 70 – 90 % dari volume penggunaan air bersih.
4. Waktu tinggal air limbah di dalam tangki diperkirakan minimal selama 24 jam.
14
liter/orang/tahun, sedangkan waktu pengambilan lumpur diperhitungkan
minimal selama 2 - 4 tahun.
6. Lantai dasar tangki septik harus dibuat miring ke arah ruang lujmpur.
7. Pipa air masuk ke dalam tangki septik hendaknya selalu lebih tinggi lebih
kurang 2,5 cm dari pipa air keluar.
9. Untuk menjamin terpakainya bidang peresapan, maka diperlukan pipa udara dan
pelepas tekanan agar pengaliran ke bidang resapan dapat mengalir secara terus-
menerus.
2) Media kontak harus dipilih dari bahan yang tahan air limbah(yang telah
diujicobakan berupa tempurung kelapa, potongan bambu dan bekas botol
yakul).
3) Pengaliran air limbah melalui pipa inlet dan out let harus kontunyu
15
Gambar. Tangki Biokontaktor
1) Air limbah yang di olah berupa air limbah rumah tangga yang tercampur
2) Sistem UASB harus di dahului oleh sistem equalizer guna penstabil aliran air
selama 24 jam kapasitas aliran equalizer 20 – 25 % dari kapasitas pengolahan
Instalasi pengolahan terdiri dari dua bak yakni, bak pertama berfungsi sebagai
perangkap sampah, pasir dan lemak dan bak kedua berfungsi sebagai bak anaerobik
.Efluen yang keluar dari instalasi dialirkan ke bak penampung, dari bak penampung
ini dengan tenaga pompa dialirkan ke atas menara yang dilengkapi dengan tabung
air. Proses selanjutnya adalah mengalirkan air secara gravitasi ke tabung fiiter yang
telah dilengkapi dengan unit desinfeksi dibagian sisinya terbuat dari dua buah : Tee
Y”, setelah itu air masuk dalam saringan pasir dan karbon.
16
Air yang telah melalui tabung filter ini sudah dapat dimanfaatkan untuk keperluan
non konsumsi.
Dengan konsep daur ulang ini diharapkan terjadi keseimbangan pemakaian air
dengan cadangan air yang ada, Seperti telah diketahui saat ini umumnya kota kota
besar telah mengalami defisit air tanah. Untuk hal tersebut instalasi pengolahan
seperti ini dapat membatasi pemakaian air serta menjaga kualitas air permukaan
dari unsur pencemar yang diakibatkan oleh limbah rumah tangga.
Hasil pengolahan lumpur tinja (IPLT) berupa effluen yang aman dibuang ke
lingkungan badan air, sedangkan lumpur dari pengeringan lumpur dapat
dimanfaatkan untuk kompos. Efisiensi pengolahan seperti pada tabel dibawah ini:
17
Gbr. Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)
5 Pembahasan Sistem pengolahan Air
Sistem pengolahan air limbah rumah tangga untuk suatu permukiman ataupun
perumahan, dalam hal ini sistem pengolahan air limbah dengan menggunakan Cubluk
ataupun Tangki Septik yang sering menjadi permaslahan di lapangan yaitu :
1. Adanya kesalahan pengertian anatara tangki septik dengan sistem Cubluk. Dimana
semua tangki penapungan dan pengaolahan air limbah dianggap sistem tangki
septik, sedangakan tangki septik harus kedap air dan diikuti dengan sistem
peresapan atau pengolahan lanjutan lainnya.
2. Faktor penempatan sistem peresapan dengan sumber air tanah yang digunakan
sebagai sumber air minum yang terlalu dekat.
3. Faktor pengaturan luas kapling tanah yang terlalu sempit sehinggga jarak aman dari
pencemaran air tanah tidak diperhatikan dalam penentuan kapling tanah
4. Pemilihan sistem pengolahan air limbah tidak terpadu dengan sistem penyediaan air
bersih yang ada.
Berdasarkan aspek tersebut diatas hendaknya sistem pengolahan air limbah memenuhi
kriteria sebagai berikut:
c. Hendaknya menggunakan energi potensial yang ada pada air limbah itu sendiri,
seperti pengaliran secara gravitasi.
18
e. Bahan dan konstruksi harus diupayakan semaksimal mungkin menggunakan bahan
setempat.
19
Penanggulangan air limbah dapat dilakukan melalui:
Perubahan perilaku masyarakat
Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair
a. Perubahan Perilaku Masyarakat
Secara alami, ekosistem air dapat melakukan “rehabilitasi” apabila terjadi pencemaran
terhadap badan air. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu perlu diupayakan
untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air
dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak membuang sampah dan limbah
industri ke sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan di sembarang tempat
hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang diterapkan di
lingkungan masing-masing secara konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang
pada tempat yang telah ditentukan.
Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang pemanfaatan sungai agar
sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan tempat mandi-
cuci-kakus (MCK). Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau
pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah industri hendaknya
diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku
mutu air buangan baru bisa dialirkan ke selokan-selokan atau sungai. Dengan demikian
akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.
Tindakan yang perlu dilakukan masyarakat adalah :
Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut dll.
2. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci truk, mobil dan
sepeda motor
3. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak dan
sebagai tempat kakus
4. Tidak minum air dari sungai, danau atau sumur tanpa dimasak dahulu
b. Pembuatan Kolam Pengolah Limbah Cair
Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic tank di
daerah/lingkungan yang rata-rata penduduknya tidak memiliki WC. Setiap sepuluh
rumah disediakan satu WC umum. Upaya demikian sangat bersahabat dengan
lingkungan, murah dan sehat karena dapat menghindari pencemaran air sumur / air
tanah.
20
Selain itu, sudah saatnya diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air
cucian, air kamar mandi, dan lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak
langsung dialirkan ke selokan atau sungai.
Untuk limbah industri dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam
beberapa kolam kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi
(diberi zat kimia tertentu) maupun biologis (diberi bakteri, ganggang atau tumbuhan air
lainnya). Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk menguji kebersihan air dari polutan
yang berbahaya. Reaksi ikan terhadap kemungkinan pengaruh polutan diteliti. Dengan
demikian air yang boleh dialirkan keluar (selokan, sungai dll.) hanyalah air yang tidak
tercemar.
Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah sebagai berikut:
Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-bahan
padatan yang mengendap atau mengapung.
Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan
padatan secara biologis
Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-komponen
fosfor dan padatan tersuspensi, terlarut atau berwarna dan bau. Untuk itu bisa
menggunakan beberapa metode bergantung pada komponen yang ingin
dihilangkan.
Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal hidroksida untuk
mengendapkan fosfor.
Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut, berwarna atau bau.
Elektrodialisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut dengan
menggunakan tenaga listrik
Osmosis, yaitu mengurangi kandungan garam-garam organik maupun mineral dari air
Klorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit
Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan seperti di atas, tetapi
bergantung pada jenis limbah yang dihasilkan. Hasil akhir berupa air tak tercemar yang
siap dialirkan ke badan air dan lumpur yang siap dikelola lebih lanjut.
Berdasarkan penelitian, tanaman air seperti enceng gondok dapat dimanfaatkan untuk
menyerap bahan pencemar di dalam air.
21
Gambar (26). Kolam Pengolah Limbah Cair
III. Kesimpulan
Limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak
dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan
sebagainya. Komponen utama limbah cair adalah air (99%) sedangkan komponen lainnya
bahan padat yang bergantung asal buangan tersebut. (Rustama et. al, 1998).
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan/atau komponen lain ke dalam air dan/atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Dengan itu akan menyebabkan terbentuknya air limbah.
1. Penempatan sistem cubluk ataupun bidang resapan dengan sumber air tanah yang
digunakan sebagai sumber air bersih harus mempunyai jarak lebih dari 11 meter.
22
2. Unit hunian/perumahan yang berkelompok dengan kapling sempit seperti rumah
sederhana dengan sistem pebuangan air limbahnya berupa sistem cubluk individual dan
persyaratan minimal jarak 11 meter terhadap sumber air tanah yang digunakan sebagai
sumber air bersih tidak dapat diterapkan maka sistem penyediaan air bersihnya harus
menggunakan sistem terpusat.
3. Sistem pengolahan air limbah dengan sistem cubluk individual ataupun komunal tidak
direkomendasikan pada unit hunian yang padat yang menggunakan sistem penyediaan
air bersihnya setempat.
4. Sistem pengolahan air limbah harus terpadu dengan sistem penyediaan air bersih yang
digunakan.
5. Sistem pengolahan dapat dipilih dan disesuaikan dengan aspek lingkungan dan
peraturan/standar yang berlaku.
6. Sistem pengolahan yang dipilih dapat disesuaikan dengan bahan bangunan lokal yang
tersedia.
23
Lampiran
Daftar Petunjuk Teknis Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman
24