You are on page 1of 24

AIR LIMBAH

Indonesia pada saat ini memiliki masalah mengenai pencemaran lingkungan terutama
pencemaran lingkungan perairan antara lain oleh air limbah, baik limbah industri,
pertanian maupun limbah rumah tangga. Dari semua sumber pencemar lingkungan,
pencemaran yang diakibatkan oleh limbah rumah tangga menempati urutan pertama (40%)
diikuti kemudian oleh limbah industri (30%) dan sisanya limbah rumah sakit, pertanian,
peternakan, atau limbah lainnya. (Kurniadie,1998)
Air limbah adalah air buangan yang berasal dari rumah tangga termasuk tinja
manusia dari lingkungan permukiman. (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 16 Tahun 2005 Bab I Pasal 1.3)
Limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak
dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan
sebagainya. Komponen utama limbah cair adalah air (99%) sedangkan komponen lainnya
bahan padat yang bergantung asal buangan tersebut. (Rustama et. al, 1998).
Air limbah merupakan salah satu hasil dari aktifitas hidup manusia. Hal tersebut
keberadaannya sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial - ekonomi masyarakat itu sendiri
dan aktifitas manusia. Sumber air limbah dari aktifitas manusia berkaitan dengan
penggunaan air seperti mandi, mencuci, tempat cuci,WC, industri dan lain-lain. Kualitas
air limbah yang dihasilkan tersebut sangat beragam, tergantung dari sumber dan sistem
pengolahan yang digunakan. Sehingga kualitas air limbah akan semakin baik jika di
tangani atau diolah dengan sistem pengolahan yang tepat.
Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan/atau komponen lain ke dalam air dan/atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Dengan itu akan menyebabkan terbentuknya air limbah.

I. Pendahuluan

Air limbah merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dengan kehidupan manusia
sehari-hari, oleh sebab itu air limbah ini akan selalu diupayakan.agar tidak mempengaruhi
kondisi lingkungan dan kesehatan manusia. Karena jika air limbah yang dihasilkan dari
aktifitas manusia tersebut tidak saja memepengaruhi aspek lingkungan dan kesehatan,

1
bahkan akan mempengaruhi produktifitas kerja manusia yang tinggal di dalam lingkungan
yang tidak sehat.
Pada zaman dahulu orang belum mengolah air limbah yang dihasilkan,karena
kuantitas air limbah belum mempengaruhi kondisi lingkungan dan kualitasnya dapat diolah
sendiri secara alamiah yang dikenal dengan self purifications.
Tetapi sekarang, dimana pertumbuhan manusia cukup tinggi, sedangkan sumber
daya air, baik kuantitas maupun kualitasnya semakin menurun , khsusunya air tanah mulai
tercemar oleh air limbah rumah tangga yang tidak dikendalikan dengan baik.
Berkembangnya teknologi pengolahan air limbah maka instalasi maupun komponen
instalasi yang digunakan saat ini banyak menggunakan teknologi yang modern pula.
Namun demikian adanya keterbatasan khususnya dalam operasi dan pemeliharaan
instalasi pengolahan air limbah, maka kondisi masyarakat indonesia masih memerlukan
teknologi yang sesuai dengan kondisi sosial dan ekonomi Indonesia saat ini.
Pengolahan air limbah mulai dari perdesaan, kota kecamatan hingga kota besar,
penggunaan instalasi pengolahan air limbah dalam bentuk instalasi individual seperti
Tangki Septik atau Cubluk, masih sesuai dengan tingkat pelayanan penyehatan lingkungan
bagi masyarakat yang terdapat di pedesaan. dikota kecil maupun kota di kota besar.
Untuk mengetahui apakah pengolahan air limbah dari sumbernya layak atau tidak, dapat
dilihat dari berbagai kasus pada tiap pembangunan perumahan yang kurang atau bahkan
tidak sama sekali memperhatikan standar yang ada sebagai pedoman ataupun guide line
pembangunan sistem pengolahan air limbah.
Apabila air limbah dari sumber tersebut diketahui tidak memenuhi syarat-syarat
yang ditentukan maka diperlukan pengolahan terlebih dahulu. Teknologi pengolahan air
limbah yang dipilih harus dapat meningkatkan kualitas air efluent dari sistem yang
digunakan baik secara fisik, kimia maupun bakteriologis. Karena kualitas air efluent dari
suatu sistem yang memenuhi persyartan baku mutu air limbah maka kondisi sanitasipun k
akan tercipta dengan baik.
Selain penanganan air limbah rumah tangga yang memenuhi persyaratan kesehatan,
diperlukan pula penyediaan air bersih, sampah dan pembuangan air hujan yang memenuhi
persyaratan kesehatan lingkungan, sehingga akan tercipta kondisi lingkungan yang sehat
dan pada akhirnya akan berdapampak pula pada kesehatan dan produktifitas kerja dari
masyarakat itu sendiri.
Permasalahan sanitasi pemukiman kota yang hingga saat ini masih belum tergarap
dengan baik yaitu pembuangan air limbah rumah tangga dan pembuangan sampah, dimana

2
sebahagian besar masyarkat masih membuang limbah rumah tangga ke saluran terbuka
yang menimbulkan lingkungan permukiman menjadi kotor dan merupakan salah satu dari
penyebab banjir akibat penyumbatan gorong-gorong oleh sampah yang dibuang ke saluran
air limbah dan ke saluran drainase. Disisi lain saluran drainase lingkungan yang ada kurang
dapat berfungsi sebagaimana mestinya karena pendangkalan dan tidak memperhatikan
aspek lingkungan dan siklus hidrologi serta yang paling utama adalah pemeliharaan.
Industri sesungguhnya menggunakan air jauh labih sedikit apabila dibandingkan
dengan irigasi, namun dampaknya mungkin parah, dipandang dari dua segi. Pertama,
penggunaan air bagi industri sering tidak diatur dalam kebijakan sumber daya air nasional,
maka cenderung berlebihan. Kedua, pembuangan limbah industri yang tidak diolah dapat
menyebabkan air permukaan atau air bawah tanah menjadi terlalu berbahaya untuk
dikonsumsi.
Penggunaan air bagi industri seringkali juga sangat tidak efisien. Karena tidak
dapat memasok kebutuhan industri melalui sistem yang dikelola oleh pemerintah daerah,
dan karena dorongan yang menggebu untuk pertumbuhan ekonomi, perusahaan industri
mengembangkan sendiri jaringan airnya secara swasta. Biaya air semacam ini seringkali
sangat rendah, dan karena biaya tersebut hanya merupakan bagian kecil dari seluruh biaya
manufaktur, maka mereka tidak merasa terdorong untuk mengadakan konservasi. Sebagai
contoh di Bangkok, Thailand, yang sangat menderita akibat penghisapan air bawah tanah
yang berlebihan, biaya yang harus dikeluarkan air dari perusahaan air metropolitan berlipat
delapan kali dari biaya yang diperlukan untuk memompa air tanah secara swasta.
Banyaknya air yang diperlukan untuk manufaktur dapat sangat berbeda-beda,
tergantung pada proses industri yang diterapkan dan ukuran daur ulangnya. Memproduksi
satu ton baja dapat saja menghabiskan sampai 190.000 liter air atau hanya 4.750 liter, dan
satu ton kertas dapat menghabiskan sampai 340.000 liter atau hanya 57.000 liter.
Pengaturan yang tepat untuk penyedotan air dan pengenaan biaya yang benar untuk air
tersebut akan dapat mendorong orang untuk menggunakannya secara lebih efisien tanpa
harus mempengaruhi biaya produksi secara mencolok. Biaya penggunaan air, bahkan di
negara-negara yang tarifnya pun sudah sesuai dengan biaya menyeluruh pemeliharaan
sumber, biasanya hanya merupakan bagian yang sangat kecil (1% sampai 3%) dari biaya
produksi industri.

Tabel 2: Kemungkinan Pembatasan Penyakit Melalui Pasokan Air dan Sanitasi


Jenis penyakit Perkiraan banyaknya kasustiap Kemungkinan penyusutan
tahun di negara-negara lewat peningkatan pasokan air

3
berkembang (kecuali cina) dan sanitasi
Diare (murus) 875 juta 225 juta (26%)
Cacing gelang 900 juta
260 juta (26%)
(askaris)
Cacing guinea 4 juta 3 juta (78%)
Cacing tambang 800 juta 615 juta (77%)
Trakoma 500 juta 135 juta (27%)
Karena keterbatasan data, semua angka di atas mengacu kepada kasus sakit, bukan
kematian. Lagi pula hendaknya dicatat bahwa tindakan yang diambil dapat mengurangi
kasus kematian tetapi bukan kasus sakit.

Sumber: Berdasar tulisan Esrey, Steven A., dkk, "Manfaat Kesehatan dari Perbaikan
dalam Pasokan Air dan Sanitasi. Laporan Teknik No. 66 Pasokan Air dan Sanitasi
Arlington, Virginia: Proyek Air dan Sanitasi untuk Kesehatan, Juli 1990.
Bahkan di industri-industri yang "padat air" jumlah air yang dipakai sangat kecil
biasanya 20% pada industri pengolahan pangan, 25% pada industri kertas, dan 33% pada
tekstil. Sisanya didaur-ulang (kecenderungan ini semakin meningkat di negara-negara
industri) atau dikeluarkan sebagai limbah cair. Penentuan tarif yang lebih realistik,
meskipun penting untuk sektor ini, tetap saja tidak merupakan dorongan untuk penggunaan
yang lebih efisien. Yang lebih penting adalah pengetatan alokasi air dan persyaratan
pengendalian pencemaran yang lebih keras. Contohnya seperti Israel yang memiliki
peraturan standar penggunaan air untuk berbagai macam industri, dan memberi alokasi
pembagian air yang disesuaikan. Sebagai hasilnya, di negara itu rata-rata penggunaan air
per unit produksi industri anjlok hingga 70% selama dua dekade ini.
Air buangan industri sering dibuang tanpa melalui proses pengolahan apapun. Air
tersebut dibuang langsung ke sungai dan saluran-saluran, mencemarinya, dan pada
akhirnya juga mencemari lingkungan laut, atau kadang-kadang buangan tersebut dibiarkan
saja meresap ke dalam sumber air tanah. Kerusakan yang diakibatkan oleh buangan ini
sudah melewati proporsi volumenya. Banyak bahan kimia modern begitu kuat sehingga
sedikit kontaminasi saja sudah cukup membuat air dalam volume yang sangat besar tidak
dapat digunakan untuk minum tanpa proses pengolahan khusus.
Cara menolongnya adalah pencegahan bukan penyembuhan. Seperti laporan dari
Bank Dunia dan Bank Investasi Eropa berjudul Pencemaran Industri di Kawasan Laut
Tengah: "Perbaikan pada efisiensi dalam pengoperasian dan pemulihan sumber air jauh
lebih baik dan kemungkinan besar akan memberikan hasil yang lebih banyak daripada
pengolahan pada akhir proses yang mahal, sebab banyak masalah pencemaran berkaitan

4
langsung dengan masalah-masalah pengoperasian dan pemeliharaan, serta rendahnya niat
untuk konservasi dan pemulihan sumber air".
Kiranya pantas dicatat bahwa statistik yang dipaparkan pada Tabel 1 tersebut
hampir dapat dipastikan terlalu optimistik. Misalnya, statistik tersebut tidak
mengungkapkan mutu layanan yang mungkin saja rendah dan dapat mengancam
lingkungan dan kesehatan masyarakat. Sangat sering statistik itu mengasumsikan bahwa
sekali dibentuk, sebuah sistem akan terus bekerja dengan baik, padahal keadaan
sesungguhnya tidak selalu demikian.
Masalahnya bukan hanya karena tidak cukup persediaan air; air yang ada itu pun
tidak dikelola secara layak atau dibagikan secara merata.
Dari cuplikan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa air tercemar adalah air
yang mengandung bahan-bahan asing dalam jumlah melebihi batas yang telah ditetapkan
sehingga air tersebut tidak dapat digunakan untuk keperluan tertentu, misalnya untuk air
minum, pertanian, perikanan, dll.
1. Sumber-sumber Pencemaran Air
Pencemaran air akibat kegiatan manusia tidak hanya disebabkan oleh limbah rumah
tangga, tetapi juga oleh limbah pertanian dan limbah industri. Semakin meningkatnya
perkembangan industri, dan pertanian saat ini, ternyata semakin memperparah tingkat
pencemaran air, udara, dan tanah. Pencemaran itu disebabkan oleh hasil buangan dari
kegiatan tersebut.
Pencemaran air pada dasarnya terjadi karena air limbah langsung dibuang ke badan
air ataupun ke tanah tanpa mengalami proses pengolahan terlebih dulu, atau proses
pengolahan yang dilakukan belum memadai. Pengolahan limbah bertujuan
memperkecil tingkat pencemaran yang ada agar tidak membahayakan lingkungan
hidup.
Sumber-sumber Pencemaran Air Meliputi:

1. Limbah Rumah Tangga


Limbah rumah tangga merupakan pencemar air terbesar selain limbah-limbah
industri, pertanian dan bahan pencemar lainnya. Limbah rumah tangga akan
mencemari selokan, sumur, sungai, dan lingkungan sekitarnya. Semakin besar
populasi manusia, semakin tinggi tingkat pencemarannya.
Limbah rumah tangga dapat berupa padatan (kertas, plastik dll.) maupun cairan (air
cucian, minyak goreng bekas, dll.). Di antara limbah tersebut ada yang mudah

5
terurai yaitu sampah organik dan ada pula yang tidak dapat terurai è Sampah dan
Pengelolaannya.
Limbah rumah tangga ada juga yang memiliki daya racun tinggi, misalnya sisa
obat, baterai bekas, air aki. Limbahlimbah tersebut tergolong bahan berbahaya dan
beracun (B3).
Tinja, air cucian, limbah kamar mandi dapat mengandung bibit-bibit penyakit atau
pencemar biologis (seperti bakteri, jamur, virus, dan sebagainya) yang akan
mengikuti aliran air.
2. Limbah Lalu Lintas
Limbah lalu lintas berupa tumpahan oli, minyak tanah, tumpahan minyak dari kapal
tangker. Tumpahan minyak akibat kecelakaan mobil-mobil tangki minyak dapat
mengotori air tanah. Selain terjadi di darat, pencemaran lalu lintas juga sering
terjadi di lautan. Semuanya sangat berbahaya bagi kehidupan.

Gambar (18). Limbah dari Kegiatan Rumah Tangga

6
Gambar (19). Limbah dari Kegiatan Lalu Lintas

3. Limbah Pertanian
Limbah pertanian berupa sisa, tumpahan ataupun penyemprotan yang berlebihan
misalnya dari pestisida dan herbisida. Begitu juga pemupukan yang berlebihan.
Limbah pestisida dan herbisida mempunyai sifat kimia yang stabil, yaitu tidak
terurai di alam sehingga zat tersebut akan mengendap di dalam tanah, dasar sungai,
danau serta laut dan selanjutnya akan mempengaruhi organisme-organisme yang
hidup di dalamnya. Pada pemakaian pupuk buatan yang berlebihan akan
menyebabkan eutrofikasi pada badan air/perairan terbuka Ô Hubungan Timbal
Balik.

Gambar (20). Limbah dari Kegiatan Pertanian


4. Limbah Industri / Pertambangan
Air limbah industri dapat mengandung berbagai jenis bahan organik maupun
anorganik. Secara umum zat-zat tersebut digolongkan menjadi:
 Garam anorganik seperti magnesium sulfat dan magnesium klorida yang
berasal dari kegiatan pertambangan, pabrik pupuk, pabrik kertas, dll.
 Asam anorganik seperti asam sulfat yang berasal dari industri pengolah
bijih logam dan bahan bakar fosil yang mengandung kotoran berupa ikatan
belerang.
 Senyawa organik seperti pelarut dan zat warna yang berasal dari industri
penyamakan kulit dan industri cat.
 Logam berat seperti kadmium, air raksa (merkuri) dan krom yang berasal
dari industri pertambangan, cat, zat warna, baterai, penyepuhan logam, dll.

7
Zat-zat tersebut di atas jika masuk ke perairan akan menimbulkan pencemaran yang
dapat membahayakan makhluk hidup pengguna air tersebut, termasuk manusia.
Kegiatan pertambangan selain menghasilkan bahan-bahan kimia seperti di atas juga
menghasilkan endapan lumpur dalam jumlah besar. Jika turun hujan, lumpur ini
bisa terbawa aliran air hujan sampai ke sungai. Hal ini akan meningkatkan
kekeruhan air.

Gambar (21). Limbah dari Kegiatan Industri/ Pertambangan


5. Kegiatan Penebangan Hutan
Penebangan hutan secara besar-besaran dan berkelanjutan akan menyebabkan hutan
gundul dan mengakibatkan erosi pada musim hujan, sehingga terjadi pengikisan
humus dan pengikisan tanah. Pengikisan humus ini selain menyebabkan lahan kritis
juga akan menyebabkan pencemaran air. Air hujan yang jatuh akan langsung
mengalir di permukaan dengan membawa tanah dalam alirannya. Akibatnya
kualitas air permukaan menurun (menjadi keruh) karena terlalu banyak partikel-
partikel tanah di dalamnya.

Gambar (22). Penebangan Hutan

2. Akibat Pencemaran Air

8
Pencemaran air dapat mengganggu peredaran air dan memungkinkan kualitas air
menurun sehingga tidak dapat dipakai sebagai air minum. Air yang bercampur zat-zat
pencemar dapat membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.
Akibat yang dapat ditimbulkan oleh jenis pencemar tertentu antara lain:
 Pencemaran secara fisik, misalnya oleh limbah panas dari buangan pabrik yang
dapat menyebabkan peningkatan temperatur perairan. Temperatur air yang terlalu
tinggi, mengakibatkan matinya ikan dan hewan air lain, baik karena suhu air
menjadi tidak sesuai untuk hidup maupun karena rendahnya kadar oksigen terlarut.
 Pencemaran secara kimia, misalnya oleh logam berat air raksa (merkuri). Air raksa
yang masuk ke perairan dan dikonsumsi, dapat mengganggu kesehatan manusia
karena dapat menghambat kerja enzim dan menyebabkan kerusakan sel.
 Pencemaran secara biologi, misalnya oleh bakteri-bakteri patogen. Bakteri patogen
di air bisanya penyebab infeksi saluran pencernaan seperti Vibro cholerae penyebab
kolera; Shigella dysenteriae penyebab disenteri basiler; Salmonella typhosa
penyebab tifus; dan Salmonella paratyphi penyebab paratifus, virus polio dan
hepatitis.

Contoh-contoh lain : percobaan dan petunjuk didaktik è Hubungan Timbal Balik


Antara Manusia dan Lingkungan.

II. Pengolahanan Air Limbah

Air Limbah Rumah tangga

1. Sumber Air Limbah Rumah tangga

Sumber air limbah rumah tangga umumnya dari kamar mandi, tempat cuci, dapur dan
toilet/kakus. Air limbah dari kakus umumnya Pengolahan air imbah, sangat berkaitan
dengan karakteristik air limbah. Air limbah rumah tangga jika dilihat dari sumbernya
ada dua macam:

1) Air limbah rumah tangga yang bersumber dari toilet/kakus (black water)

2) Air limbah rumah tangga non kakus (grey water)

2. Karakteristik Air Limbah

9
Karakteristik air limbah rumah tangga non kakus berdasarkan hasil penelitian
Puslitbang Permukiman seperti pada tabel 1.

Tabel 1 Kualitas air limbah non kakus (Grey Water) di Indonesia


No Parameter Satuan Konsentrasi
1 pH - 8,5
2 Temperatur °C 24
3 Amonium Mg/L 10
4 Nitrat Mg/L 0
5 Nitrit Mg/L 0,005
6 Sulfat Mg/L 150
7 Phospat Mg/L 6,7
8 CO2 Mg/L 44
9 HCO3- Mg/L 107
10 DO Mg/L 4,01
11 BOD5 Mg/L 189
12 COD Mg/L 317
13 Khlorida Mg/L 47
14 Zat Organik mg/L KMnO4 554
15 Detergen mg/L MBAS 2,7
16 Minyak Mg/L <0,05

Sumber: Laboratorium TL ITB tahun 1994


Karakterikstik air limbah rumah tangga dari WC/kakus seperti terlihat pada tabel 2
Tabel 2 Kualitas air limbah rumah tangga dari WC/Kakus di Indonesia
No Parameter Satuan Konsentrasi
1 pH - 6,5 – 7,0
2 Temperatur °C 37
3 Amonium Mg/L 25
4 Nitrat Mg/L 0
5 Nitrit Mg/L 0
6 Sulfat Mg/L 20
7 Phospat Mg/L 30
8 CO2 Mg/L
9 HCO3- Mg/L 120
10 BOD5 Mg/L 220
11 COD Mg/L 610
12 Khlorida Mg/L 45
13 Total Coli MPN 3 X 10 5

Sumber: Laboratorium Balai Lingkungan Permukiman, 1994

10
Tinggi rendahnya mutu air limbah disuatu tempat dipengaruhi oleh karakteristik air
limbah secara fisik, kimia maupun biologi dengan parameter seperti berikut :

Fisik : Temperatur, Kekeruhan, Warna, dan Bau

Kimia : pH, organik (karbohidrat, protein, lemak, fenol), anorganik (zat mineral
yang mengurangi O2, zat beracun dan logam berat).

Biologi : terdiri dari golongan mikroorganisma yang terdapat dalam air (golongan
koli)

Karakteristik fisik, kimia dan biologi terdapat hubungan yang saling bergantung
dan saling mempengaruhi satu sama lainnya.

Sebagai contoh , temperatur air limbah berhubungan langsung dengan keaktifan


mikroorganisme, sehingga air limbah dapat membusuk dan bau, contoh lainnya
adalah adanya hubungan tak langsung antara mikroorganisma dengan karakteristik
kimia.

Untuk mengukur sampai berapa jauh tingkat pengotor air, maka dapat digunakan
beberapa parameter antara lain :

BOD (Biochemical Oxigen Demand), COD (Chemical Oxigen Demand), SS


(Suspended Solid), bakteri koli, dan golongan amoniak.

Parameter-parameter ini dipakai pula untuk mengukur kemampuan pengolahan air


limbah. Berdasarkan kekuatannya, air limbah digolongkan dalam 3 jenis yaitu :
kuat, sedang dan lemah.

Jenis kekuatan tersebut biasanya dinyatakan dengan tingkat BOD yaitu: Kuat, bila
nilai BOD > 300 mg/L Sedang, bila nilai BOD 100 -300 mg/L lemah, bila nilai
BOD < 100 mg/L

3. Pengolahan air limbah

Bentuk usaha di bidang prasarana dan sarana perumahan dan permukiman (air bersih,
sampah dan air limbah) dapat berupa:
a. Usaha patungan/kerjasama antara swasta dan Pemerintah Daerah sesuai dengan
Keputusan Presiden No. 7 Tahun 1998;
b. Diusahakan oleh swasta sendiri dengan pengawasan/izin Pemerintah Daerah
setempat.

11
Adapun penanganan pengolahan air limbah teridiri dari dua sistem:

1) Pengolahan sistem terpusat (off site)

2) Pengolahan sistem di tempat (on site)

Pengolahan air limbah yang dilakukan ditempat yaitu pengolahan air limbah dari suatu
unit rumah dengan sistem cubluk atau tangki septik yang ditempatkan pada kapling
rumah itu sendri.

Pengolahan air limbah yang dilakukan secara terpusat, misalnya dari setiap rumahj
buangan dari kakus disalurkan melalui sistem perpipaan ke suatu tangki septik,
sehingga tiap rumah tidak perlu membangun masing-masing tangki septik.

4. Teknologi Pengolahan air limbah rumah tangga


Ada berbagai macam teknologi pengolahan air limbah, diantaranya:
1) Cubluk
2) Tangki septik
3) Tangki Biokontaktor
4) Tangki UASB
4.1 Sistem Cubluk

Sistem Cubluk merupakan sistem pengolahan air limbah yang sangat konvensional
dan masyarakat sekarang cenderung menggunakan sistem cubluk yang dilengkapi
dengan kloset leher angsa.

Kloset leher angsa merupakan merupakan kloset yang dilengkapi dengan peralatan
penampung air perapaat yang dapat mencegah bau dan mencegah berkembang
biaknya lalat dan serangga lainnya didalam perpipaan atauapun ruang cubluk itu
sendiri .

Sistem Cubluk dapat langsung dibangun dibawah kloset jika lokasi untuk
penempatan cubluk tersebut sangat terbatas atau penempatan kloset dengan cubluk
dilakukan pada lokasi yang terpisah Jarak maksimum letak cubluk terhadap kloset
adalah 8,0 m. Diameter pipa penyalur sekurang-kurangnnya 90 mm dengan
kemiringan sekurang-kurangnnya 1:40 . pengaturan perencanaan dan pembuatan
sistem pengolahan limbah dengan cubluk ini dapat dilihat pada Petunjuk teknis atau
standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai pembuangan air limbah rumah
tanggga.

12
Guna memperjelas penempatan sistem cubluk dengan kloset leher angsa dapat
dilihat pada gambar di bawah ini.

Gambar. Potongan dan tampak atas Cubluk Kembar


4.2 Sistem Tangki Septik

Sistem Tangki septik merupakan tangki berbentuk empat persegi panjang atau
bulat, umumnya terletak dibawah tanah dimana air bekas dari kakus, kamar mandi,
kamar cuci, dapur dan air bekas lainnya dialirkan ke dalam tangki tersebut. Air
yang keluar dari tangki septic (effluen) masih mengandung kuman-kuman penyakit
dan zat-at organic, karena itu masih perlu diolah lebih lanjut dalam suatu bidang
resapan atau media penyaring.

Tangki septik harus terbuat dari bahan yang tahan terhadap korosi, rapat air dan
tahan lama, misalnya: pasangan batu bata, batu kali, beton atau fiber gelas.

Konstruksi harus cukup kuat menahan gaya-gaya yang timbul akibat tekanan air
dan tanah maupun bebaban lainya.

Bahan yang dapat dipergunakan untuk bangunan Tangki septik berupa : batu, bata
merah dan beton, sedangkan bahan untuk plesteran dapat dipergunakan mortar dari
semen dan pasir. Plat penutup tangki:dapat berupa beton bertulang atau plat besi.

Saluran pembuuaangan aair limbah : pipa tanah liat, pipa beton, pipa asbes semen,
dan pipa PVC.

Perbandingan panjang dan lebar untuk tangki septik bertulang empat persegi
panjang adalah 2 : 1 sampai dengan 3 : 1

13
Gambar 2 Tangki Septik konvensional
Tangki septik ukuran kecil yang hanya melayani satu keluarga dapat berbentuk
bulat dengan diameter sekurang-kurangnya 1,20 m dan dalam sekurang-kurangnya
1,20 m. Tinggi air dalam tangki sekurang-kurangnya 1,20 m dan kedalaman
maksimum, 2,10 m. Tinggi tangki septik adalah tinggi air dalam tangki, ditambah
dengan ruang bebas air (free boaaar) sebesar 20 – 40 cm dan ruang penyimpanan
lumpur. Lebar tangki sekurang-kurangnyaa 0,75 m dan panjang tangki sekurang-
kurangnya 1,50 m. Dasar tangki dapat dibuat horizontal atau dengan kemiringan
tertentu untuk memudahkan pengurasan lumpur. Jarak dari bidang resapan tangki
septik ke sumur gali atau sumur pantek sekurang-kurangnya 11,0 meter. Tangki
septik harus diletakkan sedimikian rupa sehingga memungkinkan lancarnya
pengaliran air buangan dari bangunan dan lancarnya pengaliran efluen ke bidang
resapan.

Untuk membuat tangki septik yang baik sehingga tidak mencemari air dan tanah di
sekitarnya, maka beberapa hal perlu diperhatikan antara lain:

1. Dinding tangki septik hendaknya dibuat dari bahan yang rapat air.

2. Untuk membuang ai rkeluaran (effluent) dari tangki septik perlu dibuatkan


daerah peresapan.

3. Tangki septik ini direncanakan untuk membuang kotoran rumah tangga dengan
jumlah air limbah antara 70 – 90 % dari volume penggunaan air bersih.

4. Waktu tinggal air limbah di dalam tangki diperkirakan minimal selama 24 jam.

5. Besarnya ruang lumpur diperkirakan untuk menampung lumpur yang dihasilkan


dari proses pengolahan dengan banyaknya lumpur sebesar 30 - 45

14
liter/orang/tahun, sedangkan waktu pengambilan lumpur diperhitungkan
minimal selama 2 - 4 tahun.

6. Lantai dasar tangki septik harus dibuat miring ke arah ruang lujmpur.

7. Pipa air masuk ke dalam tangki septik hendaknya selalu lebih tinggi lebih
kurang 2,5 cm dari pipa air keluar.

8. Tangki septik hendaknya dilengkapi dengan lubang pemeriksaan dan lubang


penghawaan untuk membuang gas hasil penguraian.

9. Untuk menjamin terpakainya bidang peresapan, maka diperlukan pipa udara dan
pelepas tekanan agar pengaliran ke bidang resapan dapat mengalir secara terus-
menerus.

4.3 Tangki Biokontaktor

Sistem Tangki Biokontaktor merupakan pengembangan dari sistem Tangki septik


yang terdiri dari dua atau lebih kompartemen yang dilengkapi dengan media kontak
guna mempercepat proses perkembang biakan bakteri. Teknologi semacam ini telah
lama dikembangkan pula di Jepang yang diberi nama Johkaso.

Persyaratan teknis sistem tangki biokontaktor sebagai berikut:

1) Tangki harus dibuat dari bahan yang kedap air

2) Media kontak harus dipilih dari bahan yang tahan air limbah(yang telah
diujicobakan berupa tempurung kelapa, potongan bambu dan bekas botol
yakul).

3) Pengaliran air limbah melalui pipa inlet dan out let harus kontunyu

4) Media kotak ditempatkan pada ruangan/kompartemen khusus setelah


pengendapan

5) Waktu kontak (Detention time) yang diperlukan 12 – 36 jam

6) Perlu dilakukan pembibitan dari lumpur tinja/sampah yang sudah matang

15
Gambar. Tangki Biokontaktor

4.4 Sistem UASB

Pengolahan air limbah dengan sistem Upflow Anaerobic Sludge Balanket


merupakan pengembangan sistem tangki septik. Sistem UASB selain dapat
menurunkan parameter-parameter air limbah, juga dapat mengasil gas matan
sebagai ciri khas dari sistem ini yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar.

Kriteria teknis sistem UASB sebagai berikut:

1) Air limbah yang di olah berupa air limbah rumah tangga yang tercampur

2) Sistem UASB harus di dahului oleh sistem equalizer guna penstabil aliran air
selama 24 jam kapasitas aliran equalizer 20 – 25 % dari kapasitas pengolahan

3) Penempatan dan pengaliran air di dalam tangki secara vertikal

4) Waktu kontak (detention time) yang diperlukan (6- 36 ) jam

5) Beban permukaan tangki 0,5 –0,7 m/jam

6) Beban organik 0,2 – 0,5 kg/m3/hari sebagai BOD removal.

4.5 Instalasi pengolahan air limbah non kakus (grey water)

Instalasi pengolahan terdiri dari dua bak yakni, bak pertama berfungsi sebagai
perangkap sampah, pasir dan lemak dan bak kedua berfungsi sebagai bak anaerobik
.Efluen yang keluar dari instalasi dialirkan ke bak penampung, dari bak penampung
ini dengan tenaga pompa dialirkan ke atas menara yang dilengkapi dengan tabung
air. Proses selanjutnya adalah mengalirkan air secara gravitasi ke tabung fiiter yang
telah dilengkapi dengan unit desinfeksi dibagian sisinya terbuat dari dua buah : Tee
Y”, setelah itu air masuk dalam saringan pasir dan karbon.

16
Air yang telah melalui tabung filter ini sudah dapat dimanfaatkan untuk keperluan
non konsumsi.

Dengan konsep daur ulang ini diharapkan terjadi keseimbangan pemakaian air
dengan cadangan air yang ada, Seperti telah diketahui saat ini umumnya kota kota
besar telah mengalami defisit air tanah. Untuk hal tersebut instalasi pengolahan
seperti ini dapat membatasi pemakaian air serta menjaga kualitas air permukaan
dari unsur pencemar yang diakibatkan oleh limbah rumah tangga.

Gbr.Bagian Instalasi Pengolahan Air Limbah Rumah Tangga Non Kakus


4.6 Instalasi pengolahan lumpur tinja
Pengolahan lumpur tinja berupaa pengolahan biologis dengan sistem oksidation
Ditch (parit atau kolam oksidasi). Proses pengolahan biologis memanfaatkan sinar
matahari, mikroorganisma dengan penambahan oksigen yang diperoleh melalui
proses aerasi.

Operasional dilaksanaikan secara kontinyu 24 jam dengan tingkat operasional dan


pemeliharaan yang cukup baik. IPLT mengolah khusus air limbah rumah tangga
berupa lumpur tinja dari tangki septik.r

Hasil pengolahan lumpur tinja (IPLT) berupa effluen yang aman dibuang ke
lingkungan badan air, sedangkan lumpur dari pengeringan lumpur dapat
dimanfaatkan untuk kompos. Efisiensi pengolahan seperti pada tabel dibawah ini:

Parameter Inlet Outlet Efisiensi


BOD 8.250 80 99 %
COD 17.250 200 98 %
TSS 2.000 100 95 %
pH - 6-8
Sumber : Laboratorium Balai Lingkungan Permukiman, 1996

17
Gbr. Instalasi pengolahan lumpur tinja (IPLT)
5 Pembahasan Sistem pengolahan Air
Sistem pengolahan air limbah rumah tangga untuk suatu permukiman ataupun
perumahan, dalam hal ini sistem pengolahan air limbah dengan menggunakan Cubluk
ataupun Tangki Septik yang sering menjadi permaslahan di lapangan yaitu :

1. Adanya kesalahan pengertian anatara tangki septik dengan sistem Cubluk. Dimana
semua tangki penapungan dan pengaolahan air limbah dianggap sistem tangki
septik, sedangakan tangki septik harus kedap air dan diikuti dengan sistem
peresapan atau pengolahan lanjutan lainnya.

2. Faktor penempatan sistem peresapan dengan sumber air tanah yang digunakan
sebagai sumber air minum yang terlalu dekat.

3. Faktor pengaturan luas kapling tanah yang terlalu sempit sehinggga jarak aman dari
pencemaran air tanah tidak diperhatikan dalam penentuan kapling tanah

4. Pemilihan sistem pengolahan air limbah tidak terpadu dengan sistem penyediaan air
bersih yang ada.

Berdasarkan aspek tersebut diatas hendaknya sistem pengolahan air limbah memenuhi
kriteria sebagai berikut:

a. Sistem pengolahan air limbah hendaknya sederhana bentuknya, mudah dalam


pengoperasian dan perawatannya.

b. Tidak menggunakan atau sesedikit mungkin menggunakan peralatan mekanik yang


memerlukan pengoperasian dan dan perawatan khusus.

c. Hendaknya menggunakan energi potensial yang ada pada air limbah itu sendiri,
seperti pengaliran secara gravitasi.

d. Sistem pengolah air limbah harus mempunyai kinerja yang memadai.

18
e. Bahan dan konstruksi harus diupayakan semaksimal mungkin menggunakan bahan
setempat.

f. Pemilihan dan penggunaan sistem harus diupayakan menggunakn standar


pengolahan air limbah yang berlaku

Air Limbah Industri

Irigasi Air Limbah


Pembenahan dan pembuangan air limbah di atas tanah merupakan salah satu cara
yang tertua ; di sini pembuangan air limbah dapat digabungkan dengan bercocok tanam.
lrigasi air limbah atau pertanian limbah berbeda dengan penggunaan saringan pasir
berselang-seling atau (bersusun) dalam penggunaan air limbah dengan giat, maka metode
penyiapan daerah-daerah di mana air limbah itu akan disebarkan dan menurut
kenyataannya, dalam pertanian air limbah. Bercocok tanam yang berhasil merupakan
pertimbangan tambahan.
Lepas dari perbedaan - bedaan ini, perubahan-perubahan yang dihasilkan karena
adanya penyaringan air limbah oleh proses penyaringan pasir berselang-seling atau karena
perjalanannya melalui lubang-lubang tanah, sebagaimana halnya pada pertanian air limbah,
adalah sama. Pada irigasi air limbah, pembenahan sampah dan pembuangan akhirnya
digabungkan di dalam satu operasi. Air limbah yang mengalir di atas daerah-daerah tanah
luas dengan penyaringannya melalui tanah secara bertahap mengalami oksidasi oleh
bakteri tanah menjadi hasil-hasil akhir yang tidak berbahaya dalam kehadiran udara tanah.
Pembenahan pendahuluan air limbah secara seksama pada umumnya tidak diadakan;
pembenahan demikian terbatas pada penyaringan sederhana dan sedimentasi sebagian-
sebagian.
Air limbah yang masih baru (kasar) mengandung nilai penyubur yang cukup;
pembenahan tambahan pada air limbah dapat mengurangi nilai ini sampai suatu tingkat
namun tidak ditentukan. Tanah yang berpori-pori, lempung dan lempung berpasir sangat
cocok untuk cara ini dan haruslah didahulukan bila saja keadaan memungkinkannya,
meskipun tidak terdapat tanah-tanah pertanian normal yang seluruhnya tidak cocok untuk
irigasi air limbah. Areal tanah yang dibutuhkan untuk cara pembenahan yang disertai
pembuangan air limbah tergantung pada sejumlah faktor seperti sifat tanah, jenis tanaman
yang ditanam, musim dan iklim.

3. Penanggulangan Air Limbah

19
Penanggulangan air limbah dapat dilakukan melalui:
 Perubahan perilaku masyarakat
 Pembuatan kolam/bak pengolahan limbah cair
a. Perubahan Perilaku Masyarakat
Secara alami, ekosistem air dapat melakukan “rehabilitasi” apabila terjadi pencemaran
terhadap badan air. Kemampuan ini ada batasnya. Oleh karena itu perlu diupayakan
untuk mencegah dan menanggulangi pencemaran air. Untuk mengatasi pencemaran air
dapat dilakukan usaha preventif, misalnya dengan tidak membuang sampah dan limbah
industri ke sungai. Kebiasaan membuang sampah ke sungai dan di sembarang tempat
hendaknya diberantas dengan memberlakukan peraturan-peraturan yang diterapkan di
lingkungan masing-masing secara konsekuen. Sampah-sampah hendaknya dibuang
pada tempat yang telah ditentukan.
Masyarakat di sekitar sungai perlu merubah perilaku tentang pemanfaatan sungai agar
sungai tidak lagi dipergunakan sebagai tempat pembuangan sampah dan tempat mandi-
cuci-kakus (MCK). Peraturan pembuangan limbah industri hendaknya dipantau
pelaksanaannya dan pelanggarnya dijatuhi hukuman. Limbah industri hendaknya
diproses dahulu dengan teknik pengolahan limbah, dan setelah memenuhi syarat baku
mutu air buangan baru bisa dialirkan ke selokan-selokan atau sungai. Dengan demikian
akan tercipta sungai yang bersih dan memiliki fungsi ekologis.
Tindakan yang perlu dilakukan masyarakat adalah :
 Tidak membuang sampah atau limbah cair ke sungai, danau, laut dll.
 2. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk tempat mencuci truk, mobil dan
sepeda motor
 3. Tidak menggunakan sungai atau danau untuk wahana memandikan ternak dan
sebagai tempat kakus
 4. Tidak minum air dari sungai, danau atau sumur tanpa dimasak dahulu
b. Pembuatan Kolam Pengolah Limbah Cair
Saat ini mulai digalakkan pembuatan WC umum yang dilengkapi septic tank di
daerah/lingkungan yang rata-rata penduduknya tidak memiliki WC. Setiap sepuluh
rumah disediakan satu WC umum. Upaya demikian sangat bersahabat dengan
lingkungan, murah dan sehat karena dapat menghindari pencemaran air sumur / air
tanah.

20
Selain itu, sudah saatnya diupayakan pembuatan kolam pengolahan air buangan (air
cucian, air kamar mandi, dan lain-lain) secara kolektif, agar limbah tersebut tidak
langsung dialirkan ke selokan atau sungai.
Untuk limbah industri dilakukan dengan mengalirkan air yang tercemar ke dalam
beberapa kolam kemudian dibersihkan, baik secara mekanis (pengadukan), kimiawi
(diberi zat kimia tertentu) maupun biologis (diberi bakteri, ganggang atau tumbuhan air
lainnya). Pada kolam terakhir dipelihara ikan untuk menguji kebersihan air dari polutan
yang berbahaya. Reaksi ikan terhadap kemungkinan pengaruh polutan diteliti. Dengan
demikian air yang boleh dialirkan keluar (selokan, sungai dll.) hanyalah air yang tidak
tercemar.
Salah satu contoh tahap-tahap proses pengolahan air buangan adalah sebagai berikut:
 Proses penanganan primer, yaitu memisahkan air buangan dari bahan-bahan
padatan yang mengendap atau mengapung.
 Proses penanganan sekunder, yaitu proses dekomposisi bahan-bahan
padatan secara biologis
 Proses pengendapan tersier, yaitu menghilangkan komponen-komponen
fosfor dan padatan tersuspensi, terlarut atau berwarna dan bau. Untuk itu bisa
menggunakan beberapa metode bergantung pada komponen yang ingin
dihilangkan.
Pengendapan, yaitu cara kimia penambahan kapur atau metal hidroksida untuk
mengendapkan fosfor.
Adsorbsi, yaitu menghilangkan bahan-bahan organik terlarut, berwarna atau bau.
Elektrodialisis, yaitu menurunkan konsentrasi garam-garam terlarut dengan
menggunakan tenaga listrik
Osmosis, yaitu mengurangi kandungan garam-garam organik maupun mineral dari air
Klorinasi, yaitu menghilangkan organisme penyebab penyakit
Tahapan proses pengolahan air buangan tidak selalu dilakukan seperti di atas, tetapi
bergantung pada jenis limbah yang dihasilkan. Hasil akhir berupa air tak tercemar yang
siap dialirkan ke badan air dan lumpur yang siap dikelola lebih lanjut.
Berdasarkan penelitian, tanaman air seperti enceng gondok dapat dimanfaatkan untuk
menyerap bahan pencemar di dalam air.

21
Gambar (26). Kolam Pengolah Limbah Cair

III. Kesimpulan

Limbah cair merupakan sisa buangan hasil suatu proses yang sudah tidak
dipergunakan lagi, baik berupa sisa industri, rumah tangga, peternakan, pertanian, dan
sebagainya. Komponen utama limbah cair adalah air (99%) sedangkan komponen lainnya
bahan padat yang bergantung asal buangan tersebut. (Rustama et. al, 1998).

Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi
dan/atau komponen lain ke dalam air dan/atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan
manusia atau oleh proses alam, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan
peruntukannya. Dengan itu akan menyebabkan terbentuknya air limbah.

Sumber-sumber pencemaran air meliputi :


1. Limbah Rumah Tangga
2. Limbah Lalu Lintas
3. Limbah Pertanian
4. Limbah Industri / Pertambangan
5. Kegiatan Penebangan Hutan
Sistem pengolahan air limbah untuk perumahan dan permukiman yang relatif
jarang/sedikit atau rumah sederhana, dengan memperhatikan aspek pencemaran yang
ditimbulkan oleh sistem yaitu;

1. Penempatan sistem cubluk ataupun bidang resapan dengan sumber air tanah yang
digunakan sebagai sumber air bersih harus mempunyai jarak lebih dari 11 meter.

22
2. Unit hunian/perumahan yang berkelompok dengan kapling sempit seperti rumah
sederhana dengan sistem pebuangan air limbahnya berupa sistem cubluk individual dan
persyaratan minimal jarak 11 meter terhadap sumber air tanah yang digunakan sebagai
sumber air bersih tidak dapat diterapkan maka sistem penyediaan air bersihnya harus
menggunakan sistem terpusat.

3. Sistem pengolahan air limbah dengan sistem cubluk individual ataupun komunal tidak
direkomendasikan pada unit hunian yang padat yang menggunakan sistem penyediaan
air bersihnya setempat.

4. Sistem pengolahan air limbah harus terpadu dengan sistem penyediaan air bersih yang
digunakan.

5. Sistem pengolahan dapat dipilih dan disesuaikan dengan aspek lingkungan dan
peraturan/standar yang berlaku.

6. Sistem pengolahan yang dipilih dapat disesuaikan dengan bahan bangunan lokal yang
tersedia.

IV. Daftar Pustaka

1. Kurniadie, D. 1998. Pengelolaan Air Limbah Rumah Tangga dengan Menggunakan


Tumbuhan Air. Institut f_r Pflanzenökologie der Justus Liebig Universitat. Giessen.
2. Rustama, M. M., R. Safitri, I. Indrawati. 1998. Pemanfaatan Limbah Cair Pabrik
Tahu Sebagai Media Pertumbuhan Phytoplankton. Laporan Penelitian Fakultas
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Padjajaran. Bandung
3. Sugiharto, Dasar-Dasar Pengelolaan Air Limbah, UI-Press, 1987.

4. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2005 tentang


Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum
5. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang
Pengelolaan Kualitas Air DAN Pengendalian Pencemaran Air
6. SNI 19-6466-2000, Tata cara evaluasi lapangan untuk sistem peresapan pembuangan
air limbah rumah tangga.

23
Lampiran
Daftar Petunjuk Teknis Bidang Penyehatan Lingkungan Permukiman

No. Judul Nomor Standar Ruang Lingkup


1 Tata Cara SNI03-2398-2001 Tata cara ini memuat istilah dan definisi,
Perencanaan Tangki persyaratan tangki septic dan sistem
Sseptik Dengan resapan yang berlaku bagi pembuangan
Sistem Resapan air limbah rumah tangga untuk daerah air
tanah rendah dan jumlah pemakai
maksimal 10 kepala keluarga (1KK=5
jw)
2 Tata Cara SNI03-2399-2001 Tata cara ini meliputi istilah dan definisi,
Perencanaan persyaratan yang berlaku untuk sarana
Bangunan MCK ruangan MCK yang terletak di lokasi
Umum permukiman padat, dengan beban
pemakai maksimum 200 orang. MCK
umum dapat merupakan satu kesatuan
bangunan atau terpisah-pisah untuk
mandi, cuci dan kakus.
3 Metode Pengujian 6447-2000 Metode ini digunakan untuk memisahkan
Kenerja Pengolah benda tersuspensi dan benda terlarut
Lumpur Aktif yang sukar mengendap menjadi hasil
SNI19- olahan Lumpur yang mudah mengendap,
dengan pencampuran air buangan
4 Tatacara evaluasi 6466-2000 Tata cara ini mengatur tentang cara
lapangan untuk evaluasi lapangan untuk sistem
sistem peresapan peeresapan pembuangan limbah air
pembuangan air rumah tangga
limbah RT SNI19-
5 Spesifikasi dan Tata SNI 03-6379-2000 Spesifikasi ini mengatur mengenai bahan
Cara Pemasangan dan pemasangan dari unit perangkap
Perangkap Bau pencegat dan pemisah
6 Spesifikasi dan Tata SNI 03-6368-2000 Spesifikasi ini mengatur tentang cara
Cara Pemasangan evaluasi lapangan untuk sistem peresapan
Perangkap Bau pembuangan limbah rumah tangga
7 Pengelolaan air Pt T-16-2002-C Tata cara ini memuat persyaratan umum
limbah non kakus dan persyaratan teknis mengenai tata cara
(Grey Water) pengoperasian dan pemeliharaan instalasi
pengolahan air limbah non kakus yang
berkapasitas 2 m3/hari atau cakupan
pelayanan 4 KK (16-20 jiwa
8 Penerapan Pt T-17-2002-C Petunjuk teknis ini mencakup kebutuhan
pengelolaan air air, timbulan sampah, penentuan teknolgi
limbah secara di Pondok Pesantren yang meliputi : air
komunal pada bersih, persampahan, drainase, aaair
kawasan limbah, dan MCK
penghijauan

24

You might also like