You are on page 1of 10

1.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Hutan tropika basah merupakan salah satu ekosistem yang banyak membangkitkan minat
orang untuk mempelajarinya dan juga sekaligus ancaman. Oleh karena itu pengelolaan hutan
tropika menjadi sorotan dunia baik melaui pemberitaan popular press maupun scientific press.
Intervensi manusia dalam pemanfaatan dan manipulasi terhadap hutan baik pada masa
silam maupun sekarang merupakan pengalaman yang konsekuensinya tidak dapat
dihindarkan, yaitu berupa kerusakan baik biologi (vegetasi) maupun fisik (tanah dan iklim).

Data aktual tentang laju konversi hutan tropis sangat sulit diperoleh karena datanya
sangat beragam. FAO (1992) memperkirakan bahwa laju deforestasi hutan tropis sekitar 17
juta ha per tahun. Dari angka tersebut menurut USP et al. (1990) sebagian besar dikonversi
menjadi lahan pertanian, padang rumput (areal penggembalaan) dan hutan tanaman.
Kurang lebih 5.1 juta ha berupa hutan sekunder tanpa pengelolaan dan perlakuan silvikultur
yang memadai. Deforestasi hutan tropis tidak hanya berpengaruh pada produksi kayu
(timber) tetapi juga lingkungan secara global.

Sehubungan dengan hal tersebut di atas maka Jordan (1985) menyatakan bahwa
ada tiga level tingkat kerusakan (disturbance), yaitu rendah, sedang dan tinggi. Kategori
pertama mencakup skala kecil seperti pohon tumbang secara alami yang kemudian
membentuk gap (celah). Sedangkan yang termasuk kategori kedua adalah tebang pilih dan
perladangan berpindah. Adapun yang tergolong kelompok ketiga yaitu tebang habis yang
digunakan untuk tujuan lain seperti hutan tanaman dan perkebunan.

Dengan mengacu pada kategori kedua seperti di atas, intervensi manusia terhadap
hutan tropis melalui tebang pilih telah menyebabkan kerusakan baik vegetasi maupun
lapisan tanah atas. Dalam hubungannya dengan dampak penebangan terhadap vegetasi,
yaitu semakin banyak jenis tumbuhan yang terancam punah. Sedangkan yang berkaitan
dengan kerusakan tanah menyangkut dua aspek yaitu kerusakan fisik (pemadatan) dan
kimia (pencucian hara). Kapan proses kerusakan ini (disturbance) berubah menjadi kondisi
degradasi (degradation) ?.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari degradasi hutan?

2. Apa saja faktor penyebab degradasi hutan?

3. Permasalah apa yang timbul akibat degradasi hutan?

1.3 Tujuan

1. Mengetahui dan memahami pengertian dari degradasi hutan.

2. Mengetahui penyebab dan dampak apa saja dari degradasi hutan.

3. Menyadari pentingnya menjaga dan melestarikan hutan.

4. Mencari solusi untuk mengatasi dampak dari degradasi hutan tersebut

2. PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Degradasi Hutan

Definisi degradasi agak bersifat subjective (Lamb, 1994), memiliki arti yang berbeda
tergantung pada suatu kelompok masyarakat. Rimbawan memiliki persepsi yang bervariasi
terhadap arti degradasi. Sebagian mengatakan bahwa hutan yang terdegradasi adalah hutan yang
telah mengalami kerusakan sampai pada suatu point/titik dimana penebangan kayu maupun non
kayu pada periode yang akan datang menjadi tertunda atau terhambat semuanya. Sedangkan
sebagian lainnya mendefinisikan hutan yang terdegradasi sebagai suatu keadaan dimana fungsi
ekologis, ekonomis dan sosial hutan tidak terpenuhi. Sedangkan menurut Oldeman (1992)
mengatakan bahwa degradasi adalah suatu proses dimana terjadi penurunan kapasitas baik saat ini
maupun masa mendatang dalam memberikan hasil (product).

Penebangan hutan yang semena-mena merupakan degradasi lahan. Selain itu tidak
terkendali dan tidak terencananya penebangan hutan secara baik merupakan bahaya ekologis yang
paling besar. Kerusakan lahan atau tanah akan berpengaruh terhadap habitat semua makhluk hidup
yang ada di dalamnya dan kerusakan habitat sangat berpengaruh terhadap kelangsungan makhluk
hidup yang disangganya.

Hutan hujan tropis Indonesia merupakan salah satu hutan yang paling terancam di muka
bumi. Menurut Butler (2007), antara tahun 1990 – 2005, negara ini telah kehilangan lebih dari 28
juta hektar hutan, termasuk 21,7 persen hutan perawan. Penurunan hutan-hutan primer yang kaya
secara biologi ini adalah yang kedua di bawah Brazil. Jumlah hutan-hutan di Indonesia makin
menurun dan banyak dihancurkan karena aktivitas manusia. Data pada tahun 1960-an, sebanyak
82% luas negara Indonesia ditutupi oleh hutan hujan, turun menjadi 68% di tahun 1982, 53% di
tahun 1995, dan 49% pada saat ini. Umumnya, hutan tersebut bisa dikategorikan sebagai hutan yang
telah terdegradasi.

2.2 Faktor penyebab degradasi

Hutan di Indonesia kini sedang dalam kondisi yang parah karena kehilangan lebih dari dua
juta hektare area hutan pada setiap tahun. Kerusakan terutama terjadi di hutan hujan tropis di pulau
Kalimantan. Manusia adalah penyebab utama terdegradasinya hutan hujan tropis. Di Indonesia,
aktivitas manusia yang merusak hutan antara lain :

Penebangan Kayu
Penebangan hutan di Indonesia telah memperkenalkan beberapa daerah yang paling
terpencil, dan terlarang di dunia pada pembangunan. Penebangan hutan dilakukan dengan
alasan kebutuhan kayu untuk bangunan dan kayu bakar. Aktivitas penebangan hutan di
Indonesia, dilakukan oleh masyarakat dan perusahaan-perusahan industry kayu baik secara legal
maupun illegal. Praktek penebangan hutan sangat luas terjadi di pulau Kalimantan dan Papua, di
mana perusahaan kayu terus masuk semakin dalam ke daerah interior untuk mencari pohon
yang cocok. Hal tersebut telah menimbulkan kerusakan yang semakin parah pada hutan hujan di
Indoensia. Sebagai contoh, di pertengahan 1990-an sekitar 7% dari ijin penambangan berada di
Irian Jaya, namun saat ini lebih dari 20 persen ada di kawasan tersebut (Butler, 2007).

Agrikultur Di Hutan Hujan

Setiap tahun, ribuan mil hutan hujan dihilangkan untuk kegunaan pertanian. Ada dua
dua kelompok yang terlibat dalam mengubah hutan hujan menjadi tanah pertanian yaitu
penduduk setempat (petani) dan perusahaan dalam bidang pertanian. Menurut Butler (2007),
para petani miskin menggunakan cara tebang dan bakar untuk membersihkan bidang tanah di
hutan. Biasanya mereka bercocoktanam di bidang tanah tadi untuk beberapa tahun hingga tanah
kehabisan nutrisi dan setelah itu mereka harus berpindah ke suatu bidang tanah baru di dalam
hutan dan melakukan hal yang sama kembali.

Kondisi ini semakin diperparah dengan adanya program transmigrasi ke lokasi hutan
hujan tropis pada beberapa dasawarsa terakhir. Sedangkan perusahaan bidang pertanian banyak
menggunakan jasa penduduk local, dipekerjakan untuk membuka hutan dengan cara tebang dan
bakar. Kemudian lahan tersebut digunakan untuk tanaman monokultur seperti kelapa sawit.

Aktivitas Pertambangan

Pertambangan merupakan salah satu penyebab terbesar hilangnya hutan hujan tropis di
Indonesia. Hal ini dapat dilihat dengan sangat jelas terutama hutan hujan tropis di Kalimantan.
Luas hutan hujan berkurang secara luar biasa oleh aktivitas pertambangan baik legal dan ilegal.
Kerusakan hutan Kalimantan telah berdampak pada erosi massal, pendangkalan sungai dan
berujung pada bencana banjir. Banyak aktivitas pertambangan lain di Indonesia memiliki
wilayah operasi di dalam hutan hujan tropis yang dilindungi, seperti di Sumatera, Sulawesi, dan
Papua. Semuanya berkontribusi besar dalam proses degradasi hutan hujan tropis, meskipun
tetap dilakukan upaya rehabilitasi purnatambang.

Konstruksi Jalan Di Hutan Hujan

Konstruksi jalan maupun jalan raya di hutan hujan membuka banyak wilayah untuk
pengembangan. Di Indonesia, pembukaan jalan raya trans di Kalimantan, Sumatera, Sulawesi
dan Papua menghasilkan perusakan hutan di banyak wilayah. Dengan konstruksi jalan,
memudahkan akses oleh rakyat miskin dan pihak tertentu untuk melakukan eksploitasi hutan
secara ilegal. Hal ini secara perlahan memungkinkan terbentuknya perkampungan-
perkampungan baru oleh masyarakat sehingga efek ke hutan semakin besar.

Hewan Ternak Di Hutan Hujan

Membersihkan hutan untuk menggembalakan hewan ternak adalah penyebab


utama hilangnya hutan di Amazon, dan Brazil saat ini memproduksi daging sapi lebih
banyak dari sebelumnya. Selain beternak untuk makan, banyak pemilik tanah
menggunakan hewan ternak mereka untuk meluaskan tanah mereka. Hanya dengan
menaruh hewan ternak mereka di suatu wilayah di hutan, para pemilik tanah bisa
mendapatkan hak kepemilikan bagi tanah tersebut. Untuk di Indonesia, aktivitas
peternakan di hutan hujan tropis tidak berpengaruh signifikan karena peternakan oleh
penduduk umumnya masih tradisional.

Penyebab lain teradinya degradasi, yaitu :

• Pestisida

• Bahan radioaktif

• Pupuk kimia

• Deterjen

• Sampah organik (terutama dari daerah perkotaan)

• Wabah dan penyakit (baik bagi manusia, hewan maupun tumbuhan) dan penyebaran
organisme yang menyebabkan infeksi

• Limbah industri anorganik (berbentuk gas, cair dan padat)

2.3 Permasalahan yang timbul akibat degradasi

Seperti telah diuraikan sebagian pada pendahuluan bahwa saat ini dan pada masa-masa
mendatang hutan tropis banyak memperoleh perhatian dari kalangan ahli lingkungan tau kehutanan
dunia. Alasan utamanya adalah bahwa :
1. Hutan tropis merupakan komunitas yang paling banyak mengabsorpsi energi matahari yang
sangat berpengaruh terhadap iklim bumi melalui evapotranspirasinya.

2. Hutan tropis memainkan peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan
Carbon global.

3. Sebagai daerah/kawasan dengan laju pertambahan populasi penduduk tinggi maka hutan
tropis akan semakin terancam keberadaannya dimasa mendatang (Uchijima, 1991).

Berubahnya lingkungan diawali oleh adanya penebangan hutan. Dampaknya dapat


berakibat pada degradasi lahan, menurunnya suplai air, erosi, pemadatan tanah dan pencucian hara,
kerusakan vegetasi dan emisi gas rumah kaca. Diperkirakan bahwa pertumbuhan dan laju regenerasi
menurun pada areal yang terkena kerusakan yang diantaranya disebabkan oleh rusaknya hutan dan
menurunnya produktivitas lahan yang terjadi setelah penebangan. Penebangan hutan baik selective
maupun clear cutting, dan kebakaran hutan merupakan faktor utama yang menyebabkan rusaknya
ekosistem

Dampak Degrdasi Lahan/ Tanah

• Kerusakan lahan atau tanah dapat menyebabkan berbagai dampak antara lain terjadinya
erosi dan sedimentasi serta masih banyak hal yang ditimbulkan.

• Erosi mempunyai beberapa akibat buruk. Penurunan kesuburan tanah. Kedua menurunnya
produksi sehingga akan mengurangi pendapatan petani. Erosi tanah dapat terjadi akibat
adanya curah hujan yang tinggi, vegetasi penutup lahan yang kurang. Kemiringan lereng
dan tata guna lahan yang kurang tepat. Pendangkalan sungai untuk mengalirkan juga
berkurang dan menyebabkan bahaya banjir. Pendangkalan saluran pengairan
mengakibatkan naiknya dasar saluran, mengurangi luas lahan pertanian yang mendapat
aliran irigasi.

• Kerusakan sumber daya air selain banjir dan erosi adalah kekeringan dan pencemaran
lingkungan yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Kerusakan sumber daya tanah dan air
merupakan masalah yang tidak dapat dipisahkan. Hal ini karena sebagai sumber daya
alam,tanah mempunyai peranan yang sangat penting. Sebagai sumber unsur bagi tumbuhan
dan sebagai media akar tumbuhan berjangkar dan tempat air tanah tersimpan. Erosi yang
terjadi secara terus menerus dapat mengakibatkan sedimentasi. Sedimentasi adalah
terbawanya material hasil dari pengikisan dan pelapukan oleh Air, angin atau gletser ke
suatu wilayah yang kemudian diendapkan
Remediasi

Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah. Sebelum dilakukan


remediasi hal yang perlu diketahui adalah:

1. Jenis perusak atau pencemar (organik/ anorganik), terdegredasi/ tidak, berbahaya atau
tidak.

2. Berapa banyak zat perusak/ pencemar yang telah merusak/ mencemari tanah tersebut.

3. Perbandingan Karbon (C), Nitrogen (N), dan Fosfat (P)

4. Jenis tanah

5. Kondisi tanah (basa, kering)

6. Telah berapa lama zat perusak terendapkan di lokasi tersebut.

Ada dua jenis remediasi tanah:

In situ (on-site)

In situ adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah,
terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.

Ex situ (off site)

Ex situ meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah
yang aman. Dari daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar, caranya:

• tanah tersebut disimpan di bak/ tangki yang kedap

• kemudian pembersih dipompakan ke bak/ tangki tersebut

• selanjutnya zat perusak/ pencemar dipompakan keluar dari bak yang


kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-
site ini jauh lebih mahal dan rumit.

Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan perusakan atau pencemaran tanah dengan
menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau
mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun
(karbondioksida dan air).

Empat teknik dasar yang biasanya digunakan dalam bioremediasi:

1. Stimulasi aktivitas mikroorganisme asli (di lokasi tercemar) dengan penambahan nutrient,
pengaturan kondisi redoks, optimasi PH, dan sebagainya.

2. Inokulasi (penanaman) mikroorganisme di lokasi tercemar, yaitu mikroorganisme yang


memiliki kemampuan biotransformasi khusus.

3. Penerapan immobilized enzymes.

4. Penggunaan tanaman (phyroremediation)

Proses bioremediasi harus memperhatikan:

• temperatur tanah

• ketersediaan air

• nutrient (N,P,K)

• Perbandingan C:N kurang dari 30:1

• ketersediaan oksigen

3. PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah yang telah kami buat, yaitu :

• Degradasi adalah penurunan kualitas maupun kerusakan hutan

• aktivitas manusia yang merusak hutan antara lain penebangan kayu, penambangan di
wilayah hutan, agrikultur, konstruksi jalan raya, perkampungan, dan peternakan.

• Dampak perubahan lngkungan dapat berakibat pada degradasi lahan, menurunnya


suplai air, erosi, pemadatan tanah dan pencucian hara, kerusakan vegetasi dan emisi
gas rumah kaca

• Keterlambatan penanaman lahan menyebabkan erosi,sedangkan erosi terus menerus


menyebabkan sedimentasi

• Dampak kerusakan lahan dapat menyebabkan berbagai akibat, misalnya erosi dan
sedimentasi.

3.2 Saran

Saran mengenai degradasi hutan, yakni :

• Dalam pembukaan, penggunaan dan pengelolaan lahan hendaknya menggunakan


prinsip konservasi.

• Mencegah keterlambatan penanaman lahan kosong.

• Proses pemulihan kerusakan tanah harus dilakukan mulai dari hal-hal yang kecil
secara sistematis.
DAFTAR PUSTAKA

Mahmuddin. 2009. “Degradasi Hutan Hujan Tropis di Indonesia”.


http://mahmuddin.wordpress.com/2009/09/09/degradasi-hutan-hujan-tropis-di-indonesia/
(diakses tanggal 22 Agustus 2010)

Kohyar. 2009. “Degradasi Lahan”. http://lasonearth.wordpress.com/makalah/degradasi-lahan/


(diakses tanggal 22 Agustus 2010)

Tryono, Slamet. 2010. “Penyebab Terjadinya Degradasi Lingkungan”. http://slamet-


triyono.blogspot.com/2010/01/penyebab-terjadinya-degradasi.html (diakses tanggal 22
Agustus 2010)

You might also like