You are on page 1of 4

Ferdinand Siswanto

XII IPS 1
09

“KRIMINALITAS”

I. Pendahuluan

Pada paper ini, saya akan menjelaskan mengenai tindak kriminalitas yang dewasa ini
semakin sering terjadi di lingkungan sekitar kita. Kriminalitas memberikan dampak
negatif terhadap korbannya. Mulai dari kerugian harta material bahkan sampai
kehilangan nyawa. Dalam paper ini saya akan membahas tentang definisi kriminalitas,
faktor penyebab kriminalitas

II.

i) Definisi Kriminalitas

Kriminalitas berasal dari kata “crimen” yang berarti kejahatan atau segala sesuatu
yang melanggar hukum. Pelaku kriminalitas disebut seorang kriminal. Biasanya yang
dianggap kriminal adalah seorang pencuri, pembunuh, perampok, atau teroris.
Walaupun begitu kategori terakhir, yakni teroris, agak berbeda dari kriminal karena
teroris melakukan tindak kejahatannya berdasarkan motif politik atau paham.

Selama kesalahan seorang kriminal belum ditetapkan oleh seorang hakim, maka orang
ini disebut seorang terdakwa. Sebab ini merupakan asas dasar sebuah negara hukum:
seseorang tetap tidak bersalah sebelum kesalahannya terbukti. Pelaku tindak kriminal
yang dinyatakan bersalah oleh pengadilan dan harus menjalani hukuman disebut
sebagai terpidana atau narapidana.1

Kriminalitas dapat dilihat dari 2 sisi, antara lain :


i. Sisi Perbuatannya
Dilihat dari sisi perbuatannya, kriminalitas dapat dikelompokkan lagi ke dalam
dua kelompok yaitu :
a. Cara Perbuatan itu dilakukan, kelompok ini dapat dibagi menjadi:
 Perbuatan dilakukan dengan cara si korban mengetahui baik perbuatannya
maupun pelakunya. Tidak menjadi masalah apakah si korban sadar bahwa
itu adalah suatu tindak pidana atau bukan. Misalnya dalam hal
penganiayaan, penghinaan, perampokan, penipuan, dan delik seksual. Di
samping itu terdapat pula delik yang dilakukan sedemikian rupa sehingga
si korban tidak mengetahui baik perbuatannya maupun maupun pelakunya
pada saat perbuatan itu dilakukan seperti penggelapan, penadahan,
pencurian, pemalsuan, dan peracunan
 Perbuatan dilakukan dengan menggunakan sarana seperti bahan kimia,
perlengkapan, dan sebaginya atau tanpa sarana
 Perbuatan dilakukan dengan menggunakan kekerasan atau dilakukan
dengan “biasa”
b. Benda hukum yang dikenai atau menjadi obyek delik misal kejahatan terhadap
nyawa, kejahatan terhadap kekuasaan umum, dan lain sebagainya.

1
http://id.wikipedia.org/wiki/Kriminalitas
ii. Sisi Pelakunya
Dilihat dari sisi pelakunya, dapat dibagi menurut motif si pelaku, mengapa
melakukankejahatan, dan dari sifat pelaku sendiri.2

ii) Faktor Penyebab Kriminalitas/Kejahatan

Pada umumnya penyebab kejahatan terbagi ke dalam tiga kelompok pendapat yaitu :

a. Pendapat bahwa kriminalitas itu disebabkan karena pengaruh yang terdapat di


luar diri pelaku
b. Pendapat bahwa kriminalitas merupakan akibat dari bakat jahat yang terdapat di
dalam diri pelaku sendiri
c. Pendapat yang menggabungkan, bahwa kriminalitas itu disebabkan baik karena
pengaruh di luar pelaku maupun karena sifat atau bakat si pelaku.3

Sebab-sebab terjadinya kejahatan ada bermacam-macam . Walaupun secara


jelas belum dapat diberikan sutu teori tentang sebab-sebab kejahatan, namun banyak
faktor yang telah diidentifikasikan ,yang sedikt banyaknya mempunyai korelasi
dengan frekuensi kejahatan. Faktor-faktor tersebut secara kasar dapat diklasifikasikan
dalam tiga kategori, yaitu:

1. Kondisi-kondisi sosial yang menimbulkan hal-hal yang merugikan hidup manusia.


Kemiskinan yang meluas dan pengangguran, pemerataan kekayaan yang belum
berhasil diterapkan, pemberian ganti rugi tidak memadai pada orang-orang yang
tanahnya diambil pemerintah, kurangnya fasilitas pendidikan,dan lain-lain.
2. Kondisi yang ditimbulkan oleh urbanisasi dan industrialasai. Indonesia sebagai
suatu Negara berkembang sebenarnya menghadapi suatu dilema. Pada satu pihak
merupakan suatu keharusan untuk melaksanakan pembangunan, dan pada pihak
lain pengakuan yang bertambah kuat, bahwa harga diri pembangunan itu , adalah
peningkatan yang menyolok dari kejahatan. Luasnya problema yang timbul karena
banyaknya perpindahan, dan peningkatan fasilitas kehidupan,bisanya ,biasanya
dinyatakan sebagai “urbanisasi yang berlebihan” (overurbanization) dari suatu
Negara. Keadaan-keadaan tersebut menimbulkan peningkatan kejahatan yang
tambah lama tambah kejam diluar kemanusiaan.
3. Kondisi lingkungan yang memudahkan orang melakukan kejahatan. Contohnya
adalah memamerkan barang-barang dengan menggiurkan di supermarket,mobil
dan rumah yang tidak terkunci ,took-toko yang tidak dijaga, dan kurangnya
pengawasan atas senjata api dan senjata-senjata lain yang berbahaya. Tidak
diragukan bahwa banyak calon-calon penjahat yang ingin melakukannya.

Di Indonesia, data-data kepolisian menunjukkan terjadinya kejahatan sebagai berikut :


2
http://blog.unila.ac.id/rone/mata-kuliah/sosiologi-kriminalitas/
3
idem
a. Pencurian dengan kekerasan terjadi pada setiap 4,5 menit
b. Penganiayaan berat terjadi pada setiap 31 menit
c. Pemerasan terjadi pada setiap 3 jam
d. Pemerkosaan terjadi pada setiap 3,5 jam.
e. Penculikan terjadi pada setiap 4,5 jam.
f. Pembunuhan terjadi pada setiap 4,5 jam.4

iii) Kriminalitas Sebagai Profesi dan Kebiasaan

Batasan antara penjahat professional dan yang sebagai kebiasaan menurut Noach
adalah: “Penjahat professional memang pekerjaannya atau mata pencahariannya
sebagai penjahat, sedangkan penjahat sebagai kebiasaan, kecuali melakukan kejahatan
juga mempunyai pekerjaan lain. Apakah menjadi tumpuan penghidupannya itu
pekerjaan dari kejahatan atau pekerjaan yang lain yang halal bukan masalah”

Sutherland menunjukkan sifat-sifat khusus dari penjahat professional antara lain


sebagai berikut: “Secara teratur tiap hari menyiapkan dan melakukan kejahatan.
Untuk itu, penjahat tersebut memerlukan kemampuan teknik guna melakukan
kejahatannya dan melatih diri serta mengembangkan kemampuannya itu.

Pencuri professional dapat melakukan kejahatannya dengan aman karena tiga hal
yaitu:
a. Memilih cara yang paling minimum bahayanya
b. Pencuri meningkatkan ketrampilan dan kemampuannya baik secara fisik maupun
psikisnya
c. Dengan cara mengatur “fix” (pemulihan) sekiranya ia tertangkap, teknik
pemulihan itu juga sedemikian rupa, baik dilakukan oleh si pencuri sendiri
maupun oleh orang lain, dan tidak jarang polisi, jaksa, bahkan hakim dilibatkan.
Selain kejahatan secara umum, ada pula kejahatan yang terorganisasi (organized
crime). Organisasi kecil-kecilan seperti di kalangan pencopet membuat normanya
sendiri, dengan sanksinya yang cukup tegas dan kadang daerah operasinyapun telah
dibagi. Organisasi tersebut disebut dengan organisasi informal
Terdapat pula organisasi penjahat yang bersifat lebih formal. Cirinya adalah yang
pertama adanya pembagian pekerjaan, yaitu semacam spesialisasi tertentu yang
berada dalam jaringan sistem, kedua bahwa kegiatan masing-masing di dalam sistem
tersebut dikoordinasikan dengan kegiatan lain melalui aturan permainan, persetujuan
dan saling pengertian, dan yang ketiga, seluruh kegiatan tersebut secara rasional
diarahkan pada suatu tujuan yang sama-sama diketahui oleh para anggotanya.
Prostitusi juga dapat dikategorikan ke dalam kejahatan professional walaupun kata
kejahatan kurang tepat jika disematkan pada prostitusi karena jika dilihat dalam
KUHP tidak ada pasal yang mengancam prostitusi kecuali perbuatan yang
memudahkan prostitusi.5

III. Pentup
4
http://cintalestari.wordpress.com/2008/11/26/faktor-kriminalitas-meningkatkan-angka-kematian-di-
indonesia/
5
Weda, Made Darma, SH, MS, Kriminologi, PT. Raja Grafindo Persada, Surabaya, 1995
Segala bentuk kriminalitas akan memberikan dampak negatif bagi korbannya. Oleh
karena itu, kita tidak diperkenankan melakukan tindakan kriminalitas dalam bnetuk
apapun. Selain itu, kita juga harus berperan serta untuk mengurangi tindak
kriminalitas di Indonesia meskipun salah satu faktor meningkatnya kriminalitas di
Indonesia disebabkan karena para aparat penegak hukum yang kurang bersikap adil
serta tegas. Begitu juga dengan pemerintahan kita yang kurang bersikap tegas
terhadap peraturan-peraturan yang telah dibuat.

You might also like