Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Teori ialah prinsip kasar yang menjadi dasar pembentukan sesuatu ilmu
pengetahuan. Dasar teori ini yang akan di kembangkan pada ilmu pengetahuan agar
dapat di ciptakan pengetahuan baru yang lebih lengkap dan detail sehingga dapat
memperkuat pengetahuan tersebut.Teori juga merupakan satu rumusan daripada
pengetahuan sedia ada yang memberi panduan untuk menjalankan penyelidikan dan
mendapatkan maklumat baru. Sehingga ada ahli yang mengemukakan asumsinya
terhadap kebutuhan adanya sebuah rumusan teori. Menurut Snelbecker (di situs
www.teknologi-pembelajaran.com) menjelaskan sejumlah asumsi dijadikan dasar
untuk menentukan gejala yang diamati dan atau teori yang dirumuskan. Asumsi-
asumsi itu adalah:
1
lebih berdaya guna dan berhasil guna. Termasuk dalam sumber tradisional ini adalah
sumber insani untuk keperluan pendidikan.
Secara empiris calon pendidik masih banyak yang belum menguasai prinsip dan
teori belajar dan pembelajaran. Calon pendidik belum memahami berbagai teori dan
prinsip belajar dan pembelajaran. Padahal untuk mengaplikasikannya para colon
pendidik haruslah menguasai dan memahami terlebih dahulu teori-teori tersebut.
Belum dikuasainya materi dasar tersebut disebabkan karena kurang banyak membaca
buku teori, sumber-sumber belajar tentang teori belajar masih terbatas dan materi ini
masih termasuk materi baru bagi calon pendidik.
Jadi jika guru tidak menguasai kompetensi tersebut hal ini akan berdampak pada
penjabaran kemampuan-kemampuan dalam standar kompetensi tersebut hal ini akan
berdampak pada penjabaran kemampuan-kemampuan dalam standar kompetensi dan
2
kompetensi dasar yang harus dikuasai. Untuk itu, di dalam amkalah ini akan
dijabarkan tentang berbagai teori belajar dan pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
D. Maanfaat
3
4. Memberikan pengetahuan kepada calon guru tentang prinsip-prinsip
pembelajaran.
BAB II
PEMBAHASAN
A. TEORI BELAJAR
1. Teori Behavioristik
Teori belajar behavioristik adalah sebuah teori yang dicetuskan oleh Gage dan
Berliner tentang perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman. Aliran ini
menekankan pada terbentuknya perilaku yang tampak sebagai hasil belajar. Teori
behavioristik mendudukkan orang yang belajar sebagai individu yang pasif. Respon
atau perilaku tertentu dengan menggunakan metode pelatihan atau pembiasaan
semata. Munculnya perilaku akan semakin kuat bila diberikan penguatan dan akan
menghilang bila dikenai hukuman.
Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan
perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa
stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus adalah apa saja yang diberikan
guru kepada pebelajar, sedangkan respon berupa reaksi atau tanggapan pebelajar
terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara
stimulus dan respon tidak penting untuk diperhatikan karena tidak dapat diamati dan
tidak dapat diukur. Yang dapat diamati adalah stimulus dan respon, oleh karena itu
apa yang diberikan oleh guru (stimulus) dan apa yang diterima oleh pebelajar
(respon) harus dapat diamati dan diukur. Teori ini mengutamakan pengukuran, sebab
pengukuran merupakan suatu hal penting untuk melihat terjadi atau tidaknya
perubahan tingkah laku tersebut.
4
Faktor lain yang dianggap penting oleh aliran behavioristik adalah faktor
penguatan (reinforcement). Bila penguatan ditambahkan (positive reinforcement)
maka respon akan semakin kuat. Begitu pula bila respon dikurangi/dihilangkan
(negative reinforcement) maka respon juga semakin kuat.
Percobaan Thorndike yang terkenal dengan binatang coba kucing yang telah
dilaparkan dan diletakkan di dalam sangkar yang tertutup dan pintunya dapat
dibuka secara otomatis apabila kenop yang terletak di dalam sangkar tersebut
tersentuh. Percobaan tersebut menghasilkan teori “trial and error” atau “selecting
and conecting”, yaitu bahwa belajar itu terjadi dengan cara mencoba-coba dan
membuat salah. Dalam melaksanakan coba-coba ini, kucing tersebut cenderung
untuk meninggalkan perbuatan-perbuatan yang tidak mempunyai hasil. Setiap
response menimbulkan stimulus yang baru, selanjutnya stimulus baru ini akan
menimbulkan response lagi, demikian selanjutnya.
5
tingkah laku tersebut akan menimbulkan kepuasan individu sehingga asosiasi
cenderung diperkuat. Prinsip pertama teori koneksionisme adalah belajar
suatu kegiatan membentuk asosiasi (connection) antara kesan panca indera
dengan kecenderungan bertindak.
(2) Hukum Latihan (law of exercise), yaitu semakin sering tingkah laku
diulang/ dilatih (digunakan), maka asosiasi tersebut akan semakin kuat.
Prinsip law of exercise adalah koneksi antara kondisi (yang merupakan
perangsang) dengan tindakan akan menjadi lebih kuat karena latihan-latihan,
tetapi akan melemah bila antara keduanya tidak dilanjutkan atau dihentikan.
Prinsip menunjukkan bahwa prinsip utama dalam belajar adalah ulangan.
Makin sering diulangi, materi pelajaran akan semakin dikuasai.
(3) Hukum akibat (law of effect), yaitu hubungan stimulus respon
cenderung diperkuat bila akibatnya menyenangkan dan cenderung diperlemah
jika akibatnya tidak memuaskan. Hukum ini menunjuk pada makin kuat atau
makin lemahnya koneksi sebagai hasil perbuatan. Suatu perbuatan yang
disertai akibat menyenangkan cenderung dipertahankan dan lain kali akan
diulangi. Sebaliknya, suatu perbuatan yang diikuti akibat tidak menyenangkan
cenderung dihentikan dan tidak akan diulangi.
6
Clark Hull juga menggunakan variabel hubungan antara stimulus dan respon
untuk menjelaskan pengertian belajar. Namun dia sangat terpengaruh oleh teori
evolusi Charles Darwin. Bagi Hull, seperti halnya teori evolusi, semua fungsi
tingkah laku bermanfaat terutama untuk menjaga agar organisme tetap bertahan
hidup. Oleh sebab itu Hull mengatakan kebutuhan biologis (drive) dan pemuasan
kebutuhan biologis (drive reduction) adalah penting dan menempati posisi sentral
dalam seluruh kegiatan manusia, sehingga stimulus (dorongan) dalam belajarpun
hampir selalu dikaitkan dengan kebutuhan biologis, walaupun respon yang akan
muncul mungkin dapat berwujud macam-macam.
Azas belajar Guthrie yang utama adalah hukum kontiguiti, yaitu gabungan
stimulus-stimulus yang disertai suatu gerakan, pada waktu timbul kembali
cenderung akan diikuti oleh gerakan yang sama (Bell, Gredler, 1991). Guthrie
juga menggunakan variabel hubungan stimulus dan respon untuk menjelaskan
terjadinya proses belajar. Belajar terjadi karena gerakan terakhir yang dilakukan
mengubah situasi stimulus sedangkan tidak ada respon lain yang dapat terjadi.
Hubungan antara stimulus dan respon bersifat sementara, oleh karena dalam
kegiatan belajar peserta didik perlu sesering mungkin diberi stimulus agar
hubungan stimulus dan respon bersifat lebih kuat dan menetap. Hukuman yang
diberikan pada saat yang tepat akan mampu mengubah tingkah laku seseorang.
Pebelajar harus dibimbing melakukan apa yang harus dipelajari.
Menurut Skinner hubungan antara stimulus dan respon yang terjadi melalui
interaksi dengan lingkungannya, yang kemudian menimbulkan perubahan tingkah
laku. Menurutnya respon yang diterima seseorang tidak sesederhana itu, karena
stimulus-stimulus yang diberikan akan saling berinteraksi dan interaksi antar
7
stimulus itu akan mempengaruhi respon yang dihasilkan. Respon yang diberikan
ini memiliki konsekuensi-konsekuensi yang nantinya mempengaruhi munculnya
perilaku (Slavin, 2000).
Gaya mengajar guru dilakukan dengan beberapa pengantar dari guru secara
searah dan dikontrol guru melalui pengulangan dan latihan. Menajemen Kelas
menurut Skinner adalah berupa usaha untuk memodifikasi perilaku antara lain
dengan proses penguatan yaitu memberi penghargaan pada perilaku yang
diinginkan dan tidak memberi imbalan apapun pada perilaku yanag tidak tepat.
8
Berdasarkan berbagai percobaannya pada tikus dan burung merpati Skinner
mengatakan bahwa unsur terpenting dalam belajar adalah penguatan. Maksudnya
adalah pengetahuan yang terbentuk melalui ikatan stimulus respon akan semakin
kuat bila diberi penguatan. Skinner membagi penguatan ini menjadi dua yaitu
penguatan positif dan penguatan negatif. Bentuk-bentuk penguatan positif berupa
hadiah, perilaku, atau penghargaan. Bentuk bentuk penguatan negatif antara lain
menunda atau tidak memberi penghargaan, memberikan tugas tambahan atau
menunjukkan perilaku tidak senang.
9
Eksperimen-eksperimen yang dilakukan Pavlov dan ahli lain tampaknya
sangat terpengaruh pandangan behaviorisme, dimana gejala-gejala kejiwaan
seseorang dilihat dari perilakunya. Hal ini sesuai dengan pendapat Bakker bahwa
yang paling sentral dalam hidup manusia bukan hanya pikiran, peranan maupun
bicara, melainkan tingkah lakunya. Pikiran mengenai tugas atau rencana baru
akan mendapatkan arti yang benar jika ia berbuat sesuatu (Bakker, 1985).
10
manusia, yang ternyata diketemukan banyak reflek bersyarat yang timbul tidak
disadari manusia.
Apakah situasi ini bisa diterapkan pada manusia? Ternyata dalam kehidupan
sehar-hari ada situasi yang sama seperti pada anjing. Sebagai contoh, suara lagu
dari penjual es krim Walls yang berkeliling dari rumah ke rumah. Awalnya
mungkin suara itu asing, tetapi setelah si pejual es krim sering lewat, maka nada
lagu tersebut bisa menerbitkan air liur apalagi pada siang hari yang panas.
Bayangkan, bila tidak ada lagu tersebut betapa lelahnya si penjual berteriak-teriak
menjajakan dagangannya. Contoh lain adalah bunyi bel di kelas untuk penanda
waktu atau tombol antrian di bank. Tanpa disadari, terjadi proses menandai
sesuatu yaitu membedakan bunyi-bunyian dari pedagang makanan (rujak, es, nasi
goreng, siomay) yang sering lewat di rumah, bel masuk kelas-istirahat atau usai
sekolah dan antri di bank tanpa harus berdiri lama.
11
instruksi pembelajaran yang dipraktekkannya dalam training pilot AU Amerika.
Ia kemudian mengembangkan konsep terpakai dari teori instruksionalnya untuk
mendisain pelatihan berbasis komputer dan belajar berbasis multi media. Teori
Gagne banyak dipakai untuk mendisain software instruksional.
Bandura seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau
kognitif sosial serta efikasi diri. Eksperimennya yang sangat terkenal adalah
eksperimen “Bobo Doll” yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku
agresif dari orang dewasa disekitarnya
12
4. Motivasi, mencakup dorongan dari luar dan penghargaan terhadap diri
sendiri.
Selain itu juga harus diperhatikan bahwa faktor model atau teladan
mempunyai prinsip-prinsip sebagai berikut:
Karena melibatkan atensi, ingatan dan motivasi, teori Bandura dilihat dalam
kerangka Teori Behaviour Kognitif. Teori belajar sosial membantu memahami
terjadinya perilaku agresi dan penyimpangan psikologi dan bagaimana
memodifikasi perilaku. Teori Bandura menjadi dasar dari perilaku pemodelan
yang digunakan dalam berbagai pendidikan secara massal.
2. Teori Kognitifistik
13
1992:28). Oleh karena itu proses belajar seseorang akan mengikuti pola dan tahap
perkembangan tertentu sesuai dengan umurnya. Perjenjangan ini bersifat hierarkis
yaitu melalui tahap-tahap tertentu sesuai dengan umurnya. Seseorang tidak dapat
mempelajari sesuatu diluar kemampuan kognitifnya.
Pada tahap ini anak sudah mampu berpikir sebelum bertindak, meskipun
kemampuan berpikirnya belum sampai pada tingkat kemampuan berpikir
logis. Masa 2-7 tahun, kehidupan anak juga ditandai dengan sikap egosentris,
di mana mereka berpikir subyektif dan tidak mampu melihat obyektifitas
pandangan orang lain, sehingga mereka sukar menerima pandangan orang
lain. Ciri lain dari anak yang perkembangan kognisinya ada pada tahap
preporational adalah ketidakmampuannya membedakan bahwa 2 objek yang
sama memiliki masa, jumlah atau volume yang tetap walau bentuknya
berubah-ubah. Karena belum berpikir abstrak, maka anak-anak di usia ini
14
lebih mudah belajar jika guru melibatkan penggunaan benda yang konkrit
daripada menggunakan hanya kata-kata.
Pada tahap ini, kemampuan siswa sudah berada pada tahap berpikir
abstrak. Mereka mampu mengajukan hipotesa, menghitung konsekuensi yang
mungkin terjadi serta menguji hipotesa yang mereka buat. Kalau dihadapkan
pada suatu persoalan, siswa pada tahap perkembangan formal operational
mampu memformulasikan semua kemungkinan dan menentukan
kemungkinan yang mana yang paling mungkin terjadi berdasarkan
kemampuan berpikir analistis dan logis.
15
Sehingga pada yang terakhir inilah merupakan kesempurnaan dari
penerimaan pembelajaran yang baik dan mengembangkan potensi diri yang
sempurna.
Menurut Bruner untuk mengajar sesuatu tidak usah ditunggu sampai anak
mancapai tahap perkembangan tertentu. Yang penting bahan pelajaran harus
ditata dengan baik maka dapat diberikan padanya. Dengan lain perkataan
perkembangan kognitif seseorang dapat ditingkatkan dengan jalan mengatur
bahan yang akan dipelajari dan menyajikannya sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Penerapan teori Bruner yang terkenal dalam dunia pendidikan
adalah kurikulum spiral dimana materi pelajaran yang sama dapat diberikan mulai
dari Sekolah Dasar sampai Perguruan tinggi disesuaikan dengan tingkap
perkembangan kognitif mereka. Cara belajar yang terbaik menurut Bruner ini
adalah dengan memahami konsep, arti dan hubungan melalui proses intuitif
kemudian dapat dihasilkan suatu kesimpulan (discovery learning).
16
Berikut adalah tiga dalil pokok Piaget dalam kaitannya dengan tahap
perkembangan intelektual atau tahap perkembangan kognitif atau biasa juga
disebut tahap perkembagan mental. Ruseffendi (1988: 133) mengemukakan:
• Pilih materi yang secara potensial bermakna lalu diatur sesuai dengan
tingkat perkembangan dan pengetahuan masa lalu;
• Diberikan dalam situasi belajar yang bermakna;
Ausubel mengatakan bahwa ada dua jenis belajar, yaitu belajar bermakna
(meaningful learning) dan belajar menghafal (rote learning). Bahan pelajaran
yang dipelajari haruslah bermakna. Belajar bermakna adalah suatu proses di mana
informasi baru dihubungkan dengan struktur pengertian yang sudah dipunyai
seseorang yang sedang belajar. Belajar akan bermakna bila siswa mengaitkan
17
informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif
seseorang. Struktur kognitif ialah fakta-fakta, konsep konsep dan generalisasi-
generalisasi yang telah dipelajari dan diingat oleh siswa.
d) Teori Vygotsky
Hal terpenting dari teori ini adalah pentingnya interaksi antara aspek internal
dan eksternal pembelajaran dengan menekankan aspek lingkungan sosial
pembelajaran. Vygotsky yakin bahwa pembelajaran terjadi ketika siswa bekerja
menangani tugas-tugas yang belum dipelajari, namun tugas-tugas itu masih
berada dalam jangkauan kemampuannya atau tugas-tugas itu berada dalam zona
perkembangan proksimal (zone of proximal development).
Sumbangan teori Vigotsky adalah penekanan pada bakat sosio budaya dalam
pembelajaran. Menurutnya, pembelajaran terjadi ketika siswa bekerja dalam zona
perkembangan proksima (zone of proximal development). Zona perkembangan
proksima adalah tingkat perkembangan sedikit di atas tingkat perkembangan
seseorang pada ketika pembelajaran berlaku. Secara terperinci, yang dimaksudkan
dengan “zona per-kembangan proksima” adalah jarak antara tingkat per-
kembangan sesungguhnya dengan tingkat perkembangan potensial. Tingkat
perkembangan sesungguhnya adalah kemampuan pemecahan masalah secara
mandiri sedangkan tingkat per-kembangan potensial adalah kemampuan
pemecahan masalah di bawah bimbingan orang dewasa melalui kerja sama
dengan rakan sebaya yang lebih mampu. Oleh yang demikian, maka tingkat
perkembangan potensial dapat disalurkan melalui model pembelajaran koperatif.
18
Ide penting lain juga diturunkan Vygotsky ialah konsep pemenaraan
(scaffolding) (Nur 2000), yaitu memberikan sejumlah bantuan kepada siswa pada
tahap-tahap awal pembelajaran, kemudian menguranginya dan memberi
kesempatan kepada siswa untuk mengambil alih tanggungjawab sekadar yang
mereka mampu. Bantuan tersebut berupa petunjuk, peringatan, dorongan,
menguraikan masalah pada langkah-langkah pemecahan, memberi contoh
ataupun hal-hal lain yang memungkinkan siswa tumbuh sendiri.
3. Teori Humanistik
Tokoh penting dalam teori belajar humanistik secara teoritik antara lain adalah:
19
tetapi karena mereka enggan dan terpaksa dan merasa sebenarnya tidak ada alasan
penting mereka harus mempelajarinya. Perilaku buruk itu sebenarnya tak lain
hanyalah dati ketidakmampuan seseorang untuk melakukan sesuatu yang tidak
akan memberikan kepuasan baginya.
Untuk itu guru harus memahami perlaku siswa dengan mencoba memahami
dunia persepsi siswa tersebut sehingga apabila ingin merubah perilakunya, guru
harus berusaha merubah keyakinan atau pandangan siswa yang ada. Perilaku
internal membedakan seseorang dari yang lain. Combs berpendapat bahwa
banyak guru membuat kesalahan dengan berasumsi bahwa siswa mau belajar
apabila materi pelajarannya disusun dan disajikan sebagaimana mestinya. Padahal
arti tidaklah menyatu pada materi pelajaran itu. Sehingga yang penting ialah
bagaimana membawa si siswa untuk memperoleh arti bagi pribadinya dari materi
pelajaran tersebut dan menghubungkannya dengan kehidupannya.
Combs memberikan lukisan persepsi diri dan dunia seseorang seperti dua
lingkaran (besar dan kecil) yang bertitik pusat pada satu. Lingkaran kecil (1)
adalah gambaran dari persepsi diri dan lingkungan besar (2) adalah persepsi
dunia. Makin jauh peristiwa-peristiwa itu dari persepsi diri makin berkurang
pengaruhnya terhadap perilakunya. Jadi, hal-hal yang mempunyai sedikit
hubungan dengan diri, makin mudah hal itu terlupakan.
b) Maslow
Teori Maslow didasarkan pada asumsi bahwa di dalam diri individu ada dua
hal yaitu:
20
Maslow mengemukakan bahwa individu berperilaku dalam upaya untuk
memenuhi kebutuhan yang bersifat hirarkis.
c) Carl Rogers
1. Kognitif (kebermaknaan)
2. experiential ( pengalaman atau signifikansi)
21
berinisiatif, evaluasi oleh siswa sendiri, dan adanya efek yang membekas pada
siswa.
22
g. Belajar diperlancar bilamana siswa dilibatkan dalam proses belajar dan
ikut bertanggungjawab terhadap proses belajar itu.
h. Belajar inisiatif sendiri yang melibatkan pribadi siswa seutuhnya, baik
perasaan maupun intelek, merupakan cara yang dapat memberikan hasil yang
mendalam dan lestari.
i. Kepercayaan terhadap diri sendiri, kemerdekaan, kreativitas, lebih mudah
dicapai terutama jika siswa dibiasakan untuk mawas diri dan mengritik
dirinya sendiri dan penilaian dari orang lain merupakan cara kedua yang
penting.
j. Belajar yang paling berguna secara sosial di dalam dunia modern ini
adalah belajar mengenai proses belajar, suatu keterbukaan yang terus menerus
terhadap pengalaman dan penyatuannya ke dalam diri sendiri mengenai proses
perubahan itu.
Salah satu model pendidikan terbuka mencakup konsep mengajar guru yang
fasilitatif yang dikembangkan Rogers diteliti oleh Aspy dan Roebuck pada tahun
1975 mengenai kemampuan para guru untuk menciptakan kondidi yang
mendukung yaitu empati, penghargaan dan umpan balik positif. Ciri-ciri guru
yang fasilitatif adalah :
23
Dari penelitian itu diketahui guru yang fasilitatif mengurangi angka bolos
siswa, meningkatkan angka konsep diri siswa, meningkatkan upaya untuk meraih
prestasi akademik termasuk pelajaran bahasa dan matematika yang kurang
disukai, mengurangi tingkat problem yang berkaitan dengan disiplin dan
mengurangi perusakan pada peralatan sekolah, serta siswa menjadi lebih spontan
dan menggunakan tingkat berpikir yang lebih tinggi.
4. Teori Sibernetik
1. Sensory Receptor (SR), merupakan sel tempat pertama kali informasi diterima
dari luar. Di dalam SR informasi ditangkap dalam bentuk aslinya, bertahan dalam
waktu sangat singkat, dan informasi tadi mudah terganggu atau berganti.
24
stimulus aslinya. Artinya agar informasi dapat bertahan dalam WM, upayakan
jumlah informasi tidak melebihi kapasitas disamping melakukan pengulangan.
Menurut Landa ada dua macam proses berpikir. Pertama disebut proses berpikir
algoritmik, yaitu proses berpikir sistematis, tahap demi tahap, linear, konvergen, lurus
menuju ke satu target tertentu. Kedua adalah cara berpikir heuristik, yaitu cara
25
berpikir devergen, menuju ke beberapa target sekaligus. Memahami suatu konsep
yang penuh arti ganda dan penafsiran biasanya menuntut cara berpikir heuristik.
Proses belajar akan berjalan dengan baik jika apa yang hendak dipelajari atau
masalah yang hendak dipecahkan diketahui ciri-cirinya. Suatu materi lebih tepat
disajikan dalam urutan teratur, linear, sekuensial. Materi lainnya lebih tepat disajikan
dalam bentuk terbuka dan memberi keleluasaan kepada siswa untuk berimajinasi dan
berpikir.
Pendekatan serialis yang diusulkan oleh Pask dan Scott sama dengan pendekatan
algoritmik. Sedangkan cara berpikir menyeluruh (wholist) adalah berpikir yang
cenderung melompat ke depan, langsung ke gambaran lengkap sebuah system
informasi. Siswa tipe wholist atau menyeluruh cenderung mempelajari sesuatu dari
tahap yang paling umum kemudian bergerak ke yang lebih khusus. Sedangkan siswa
tipe serialist cenderung berpikir secara algoritmik.
Teori sibernetik sebagai teori belajar dikritik karena lebih menekankan pada
system informasi yang akan dipelajari, sedangkan bagaimana proses belajar
berlangsung sangat ditentukan oleh system informasi tersebut. Selain itu teori ini
tidak membahas proses belajar secara langsung sehingga hal ini menyulitkan
penerapannya. Teori ini memandang manusia sebagai pengolah informasi yang akan
dipelajari, pemikir, dan pencipta. Sehingga diasumsikan manusia mampu mengolah,
menyimpan, dan mengorganisasikan informasi.
1. Menarik perhatian
2. Memberitahukan tujuan pembelajaran kepada siswa
26
3. Merangsang ingatan pada pra syarat belajar
4. Menyajikan bahan peransang
5. Memberikan bimbingan belajar
6. Mendorong unjuk kerja
7. Memberikan balikan informative
8. Menilai unjuk kerja
5. Teori Konstruktivistik
27
Teori-teori baru dalam psikologi pendidikan dikelompok dalam teori
pembelajaran konstruktivis (constructivist theories of learning). Teori konstruktivis
ini menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan
informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan-aturan lama dan
merevisinya apabila aturan-aturan itu tidak lagi sesuai. Bagi siswa agar benar-benar
memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, mereka harus bekerja memecahkan
masalah, menemukan segala sesuatu untuk dirinya, berusaha dengan susah payah
dengan ide-ide. Teori ini berkembang dari kerja Piaget, Vygotsky, teori-teori
pemrosesan informasi, dan teori psikologi kognitif yang lain, seperti teori Bruner
(Slavin dalam Nur, 2002: 8).
Brooks dan Books (1993) pula menyatakan konstruktivisme berlaku apabila siswa
membina makna tentang dunia dengan mensintesis pengalaman baru pada apa yang
mereka telah faham sebelum ini. Mereka akan membentuk peraturan melalui
cerminan tentang tindak balas mereka dengan objek dan ide. Dalam teori
konstruktivisme, penekanan diberikan lebih pada siswa daripada guru. Ini karena
siswalah yang bertindak balas dengan bahan dan peristiwa dan memperoleh
kepahaman tentang bahan dan peristiwa tersebut. Justru, siswa membina sendiri
28
konsep dan membuat penyelesaian kepada masalah (Sushkin 1999). Pada teori
menekankan pada siswa untuk mencari cara sendiri untuk setiap penyelesaian
masalah. Sehingga dapat ditemukan cara yang sesuai dengan dirinya.
Salah satu teori atau pandangan yang sangat terkenal berkaitan dengan teori
belajar konstruktivisme adalah teori perkembangan mental Piaget. Teori ini biasa juga
disebut teori perkembangan intelektual atau teori perkembangan kognitif. Teori
belajar tersebut berkenaan dengan kesiapan anak untuk belajar, yang dikemas dalam
tahap perkembangan intelektual dari lahir hingga dewasa. Setiap tahap perkembangan
intelektual yang dimaksud dilengkapi dengan ciri-ciri tertentu dalam mengkonstruksi
ilmu pengetahuan. Misalnya, pada tahap sensori motor anak berpikir melalui gerakan
atau perbuatan (Ruseffendi, 1988: 132).
29
Berkaitan dengan anak dan lingkungan belajarnya menurut pandangan
konstruktivisme, Driver dan Bell (dalam Susan, Marilyn dan Tony, 1995: 222)
mengajukan karakteristik sebagai berikut:
(1) siswa tidak dipandang sebagai sesuatu yang pasif melainkan memiliki tujuan,
(2) belajar mempertimbangkan seoptimal mungkin proses keterlibatan siswa,
(3) pengetahuan bukan sesuatu yang datang dari luar melainkan dikonstruksi
secara personal,
(4) pembelajaran bukanlah transmisi pengetahuan, melainkan melibatkan
pengaturan situasi kelas,
(5) kurikulum bukanlah sekedar dipelajari, melainkan seperangkat pembelajaran,
materi, dan sumber.
B. PRINSIP BELAJAR
30
mengajar yang dilakukannya telah sesuai dengan prinsip-prinsip belajar maka guru
perlu memahami prinisp-prinsip belajar itu.
Pentingnya guru memahami prinsip dari teori belajar menurut Lindgren dalam
Toeti Sukamto (1992: 14) mempunyai alasan sebagai berikut:
1. Teori belajar ini membantu guru untuk memahami proses belajar yang terjadi
di dalam diri siswa;
2. Dengan kondisi ini guru dapat mengerti kandisi0kondisi dan faktor-faktor
yang dapat mempengaruhi, memperlancar atau menghambat proses belajar;
3. Teori ini memungkinkan guru melakukan prediksi yang cukup akurat tentang
hasil yang dapat diharapkan suatu aktifitas belajar;
4. Teori belajar merupakan sumber hipotesis atau dugaan-dugaan tentang proses
belajar yang telah diuji kebenarannya melalui experimen dan penelitian;
5. Dengan mempelajari teori belajar pengertian seseorang tentang bagaimana
terjadinya proses belajar akan meningkat.
Ada banyak teori-teori belajar, setiap teori memiliki konsep atau prinsip sendiri
tentang belajar. Berdasarkan perbedaan sudat pandang ini maka teori belajar tersebut
dapat dikelompokan. Teori belajar yang terkemuka saat ini dapat dikelompokkan
dalam dua kelompok yaitu kelompok teori behaviorisme dan kelompok teori
kognitifisme.
• Proses belajar dapat terjadi dengan baik bila siswa ikut dengan aktif
didalamnya
• Materi pelajaran disusun dalam urutan yang logis supaya siswa dapat dengan
mudah mempelajarinya dan dapat memberikan respon tertentu;
31
• Tiap-tiap respon harus diberi umpan balik secara langsung supaya siswa dapat
mengetahui apakah respon yang diberikannya telah benar;
• Setiap kali siswa memberikan respon yang benar maka ia perlu diberi
penguatan.
32
• Adanya perbedaan individu pada siswa harus diperhatikan karena faktor ini
sangat mempengaruhi proses belajar siswa. Perbedaan ini meliputi kemampuan
intelektual, kepribadian, kebutuhan akan suskses dan lain-lain. (dalam Toeti
Soekamto 1992 : 36)
C. TEORI PEMBELAJARAN
Berbeda dengan teori belajar maka teori pembelajaran persifat preskriptif. Teori
pembelajaran berusaha merumuskan cara-cara untuk membuat orang dapat belajar
dengan baik. Ia tidak semata-mata merupakan penerapan dari teori atau prinsip-
prinsip belajar walaupun berhubungan dengan proses belajar.
Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat individu, yang merubah
stimuli yang datang dari lingkungan seseorang ke dalam sejumlah informasi yang
selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar dalam bentuk ingatan jangka
panjang. Hasil-hasil belajar ini memberikan kemampuan melakukan berbagai
penampilan. Kemampuan yang merupakan hasil belajar ini dapat dikatagorikan
sebagai bersifat praktis dan teoritis.
33
Kejadian-kejadian di dalam pembelajaran yang mempengaruhi proses belajar
dapat di kelompokkan ke dalam kategori umum, tanpa memperhatikan hasil belajar
yang diharapkan. Namun tiap-tiap hasil belajar memerukan adanya kejadian-kejadian
khusus untuk dapat terbentuk. (Gagne: 1985)
Dari uraian di atas tampak bahwa teori pembelajaran merupakan suatu kumpulan
prinsip-prinsip yang terintegrasi dan memberikan preskripsi untuk mengatur situasi
agar siswa mudah mencapai tujuan belajar. Prinsip-prinsip pembelajaran dapat
diterapkan dalam pembelajaran tatapmuka dikelas maupun tidak seperti pembelajaran
jarak jauh, terprogram dll. Teori pembelajaran juga memberi arahan dalam memilih
metode pengajaran yang mana yang paling tepat untuk suatu pembelajaran tertentu.
Sehubungan dengan itu berdasarkan teori yang mendasarinya yaitu teori psikologi
dan teori belajar maka teori pembelajaran ini dapat dibagi ke dalam lima kelompok
yaitu
Teori ini diturunkan dari prinsip/teori belajar kognitifisme. Menurut teori ini
prinsip pembelajaran harus memperhatikan perubahan kondisi internal siswa yang
terjadi selama pengalaman belajar diberikan di dikelas. Pengalaman belajar yang
diberikan oleh siswa harus bersifat penemuan yang memungkinkan siswa dapat
memperoleh informasi dan ketrampilan baru dari pelajaran sebelumnya (Bruner).
34
2. Teori pembelajaran berdasarkan prinsip-prinsip belajar
35
4. Teori Pembelajaran berdasarkan Psikologi Humanistik
Agar belajar bermakna inisiatif siswa harus dimunculkan dengan kata lain siswa
harus selalu dilibatkan dalam proses belajar mengajar. Pengajaran yang cocok untuk
hal ini adalah dengan pengajaran eksperimental. (Toeti S. 1992:47)
D. PRINSIP PEMBELAJARAN
Tugas guru mengelola pengajaran dengan lebih baik, efektif, dinamis, efisien,
ditandai dengan keterlibatan peserta didik secara aktif, mengalami, serta memperoleh
perubahan diri dalam pengajaran. Ada beberapa prinsip pengajaran diantaranya
adalah:
1. Prinsip Aktivitas
Pengalaman belajar yang baik hanya bisa didapat bila peserta didik mau
mengaktifkan dirinya sendiri dengan bereaksi terhadap lingkungan. Belajar yang
berhasil mesti melalui berbagai macam aktivitas, baik aktivitas fisik maupun aktivitas
psikis. Aktifitas fisik adalah peserta didik giat dan aktif dengan anggota badan.
Dalam prinsip ini, maka tugas guru dalam mengajar antara lain:
a) Prinsip Motivasi
36
Motivasi berasal kata motive–motivation yang berarti dorongan atau
keinginan, baik datang dari dalam diri (instrinsik) maupun dorongan dari luar diri
seseorang (ekstrinsik). Motif atau biasa juga disebut dorongan atau kebutuhan,
merupakan suatu tenaga yang berada pada diri individu atau siswa, yang
mendorongnya untuk berbuat dalam mencapai suatu tujuan. Beberapa cara untuk
menumbuhkankembangkan motivasi pada siswa adalah:
b) Prinsip Lingkungan
37
Lingkungan adalah sesuatu hal yang berada di luar diri individu. Lingkungan
pengajaran adalah segala hal yang mendukung pengajaran itu sendiri yang dapat
difungsikan sebagai sumber pengajaran atau sumber belajar. Diantaranya; guru,
buku, dan bahan pelajaran yang menjadi sumber belajar.
c) Prinsip Konsentrasi
d) Prinsip Kebebasan
e) Prinsip Peragaan
38
Agar siswa dapat mengingat, menceritakan, dan melaksanakan suatu pelajaran
yang pernah diamati, diterima, atau dialami di kelas, maka perlu didukung dengan
peragaan-peragaan (media pengajaran) yang bisa mengkonkritkan yang abstrak.
Kerjasama dan persaingan adalah dua hal berbeda. Namun dalam dunia
pendidikan (prinsip pengajaran) keduanya bisa bernilai positif selama dikelola
dengan baik. Persaingan yang dimaksud bukan persaingan untuk saling
menjatuhkan dan yang lain direndahkan, tetapi persaingan yang dimaksud adalah
persaingan dalam kelompok belajar agar mencapai hasil yang lebih tinggi tanpa
menjatuhkan orang atau siswa lain.
g) Prinsip Apersepsi
39
4. Menurut para ahli psikologi modern, apersepsi dimaksud pengamatan dengan
penuh perhatian sambil memahami serta mengolah tanggapan-tanggapan baru
itu dan memasukanya ke dalam hubungan yang kategorial.
2. Prinsip Korelasi
4. Prinsip Globalitas
Prinsip global atau integritas adalah keseluruhan yang menjadi titik awal
pengajaran. Memulai materi pelajaran dari umum ke yang khusus. Dari pengenalan
sistem kepada elemen-elemen sistem. Pendapat ini terkenal dengan Psikologi Gestalt
bahwa totalitas lebih memberikan sumbangan berharga dalam pengajaran.
Setiap individu atau peserta didik sangat membutuhkan permainan dan hiburan
apalagi setelah terjadi proses belajar mengajar. Bila selama dalam kelas siswa diliputi
suasana hening, sepi, dan serius, akan membuat peserta didik cepat lelah, bosan,
40
butuh istirahat, rekreasi, dan semacamnya. Maka guru disarankan agar memberikan
kesempatan kepada anak didik bermain, menghibur diri, bergerak, berlari-lari, dan
sejenisnya untuk mengendorkan otaknya.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
41
1. TEORI BELAJAR
a. Teori Behavioristik
b. Teori Kognitifistik
c. Teori Humanistik
42
Menurut Teori humanistik, tujuan belajar adalah untuk memanusiakan
manusia. Proses belajar dianggap berhasil jika si pelajar memahami
lingkungannya dan dirinya sendiri.
d. Teori Sibernetik
e. Teori Konstruktivistik
2. PRINSIP BELAJAR
3. TEORI PEMBELAJARAN
43
Berbeda dengan teori belajar maka teori pembelajaran persifat preskriptif.
Teori pembelajaran berusaha merumuskan cara-cara untuk membuat orang
dapat belajar dengan baik. Ia tidak semata-mata merupakan penerapan dari teori
atau prinsip-prinsip belajar walaupun berhubungan dengan proses belajar.
4. PRINSIP PEMBELAJARAN
a. Prinsip Aktivitas
1) Prinsip Motivasi
• Prinsip Lingkungan
• Prinsip Konsentrasi
• Prinsip Kebebasan
• Prinsip Peragaan
• Prinsip Kerjasama dan Persaingan
• Prinsip Apersepsi
2) Prinsip Korelasi
3) Prinsip Efisiensi dan Efektifitas
4) Prinsip Globalitas
5) Prinsip Permainan dan Hiburan
B. SARAN
44
2. Calon guru hendaknya memepelajari prinsip-prinsip
belajar sebab merupakan bekal untuk kegiatan belajar mengajar.
3. Calon guru hendaknya memepelajari teori-teori
pembelajaran sebab merupakan bekal untuk kegiatan belajar mengajar.
4. Calon guru hendaknya memepelajari prinsip-prinsip
pembelajaran sebab merupakan bekal untuk kegiatan belajar mengajar.
45