You are on page 1of 101

KUTIL TOKOH LOKAL DALAM REVOLUSI SOSIAL

DI TEGAL TAHUN 1945-1946

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana S1


.Program Studi Ilmu Sejarah. Fakultas Ilmu Sosial.
Universitas Negeri Semarang.

Oleh

Laela Khikmiyah
NIM: 3150402021

FAKULTAS ILMU SOSIAL


UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2007
PERSETUJUAN PEMBIMBING

Skripsi ini telah disetujui oleh pembimbing untuk diajukan ke sidang panitia ujian
skripsi pada :
Hari :
Tanggal :

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. AJ Sumarmo Drs. Ba’in


M.Hum.
NIP.130340222 NIP.131876207

Mengesahkan
Ketua Jurusan Sejarah

Drs. Jayusman M.Hum


NIP. 131764053

ii
PENGESAHAN KELULUSAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas
Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal :10 Oktober 2006

Penguji Skripsi

Drs. Karyono M.Hum


NIP.130815341

Anggota I Anggota II

Drs. AJ Sumarmo Drs. Ba’in M.Hum


NIP.130340222 NIP. 131876207

Mengesahkan
Dekan,

Drs. Sunardi M.M


NIP.13036799

iii
PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa yang tertulis di dalam Skipsi ini benar-benar


hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain, baik sebagian atau
seluruhnya. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam Skripsi ini
dikutip atau di rujuk berdasarkan kode etik ilmiah

Semarang,
September 2006

Laela khikmiyah
NIM: 3150402021

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“ Keberhasilan dapat dicapai dengan doa dan usaha yang maksimal dan kesabaran
adalah bagian dari suatu perjuangan untuk mencapai kemenangan “

Dengan Rasa Syukur kepada Allah SWT,


Skripsi ini kupersembahkan untuk:
1. Bapak dan ibu tercinta atas
doa,dukungan dan kasih sayangnya.
2. Adikku Fani atas dukungan dan
doanya
3. Ema, Shinta, Asmara, Efi, Nova &
Afri terimakasih untuk doanya, kalian
memang adik-adikku. Irham al Fauzani
terimakasih banyak untuk doa,
dukungan & bantuannya slama ini.
4. Teman-teman seperjuangan di Prodi
Ilmu Sejarah ’02 atas saat indah dalam
kebersamaan selamanya tidak akan
pernah aku lupakan dan aku pasti akan
selalu merindukan setiap kebersamaan
kita. SEMANGAT!

ii
PRAKATA

Segala Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala

nikmat, rahmat dan hidayah NYA, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

ini.

Skipsi berjudul “ Kutil Tokoh Lokal Dalam Revolusi Sosial di Tegal tahun

1945-1946 “. Di susun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Studi Strata Satu

untuk mencapai gelar Sarjana Sosial

Ucapan terimakasih sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah

memberikan bantuan dalam segala hal, kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. AT. Sugito, SH, MM, Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Sunardi, M.M, Dekan Fakultas Ilmu Sosial yang telah memberikan ijin

dalam penelitian sehingga Penulis dapat menyelesaikan skipsi ini.

3. Drs. Jayusman, M. Hum, Ketua Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial yang

telah memberikan kesempatan kepada Penulis untuk menyelesaikan skripsi.

4. Drs. AJ Sumarmo, pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

pengarahan dan saran pada Penulis.

5. Drs.Ba’in, M.Hum. pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

pengarahan, dan Saran pada Penulis.

6. Bapak/Ibu Dosen di Jurusan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial yang telah

memberikan ilmu dan bimbingan pada Penulis sehingga dapat menyelesaikan

studi.

iii
7. Bapak Sahmad, sebagai kepala Legiun Veteran Kota Tegal, Bapak Karso,

Mustain, Sadum, Ruslim, Tasik,Wastap, Prawoto yang telah banyak

membantu penulis dalam penelitian.

8. Bapak dan Ibu pihak Musium Mandala Bhakti yang telah membantu dalam

memperoleh bahan literature dalam skripsi ini

9. Orang tuaku yang telah memberikan semangat dan doa pada penulis dalam

menyusun skripsi ini.

10.Teman-teman angkatan 2002 yang selalu ada di dalam hati dan selalu

memberikan penulis semangat dalam menyusun skripsi ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah banyak

membantu Penulis.

Menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih banyak kekurangannya maka

saran dan kritik senantiasa Penulis harapkan dan semoga skripsi ini bermanfaat

bagi pembaca dan peneliti selanjutnya.

Semarang, September

2006

Penulis

iv
SARI

Laela Khikmiyah. Kutil Tokoh Lokal dalam Revolusi Sosial di Tegal tahun
1945-1946.Program Studi Ilmu Sejarah/S1. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas
Negeri Semarang. 81 Halaman.

Kata Kunci: Tokoh lokal, Revolusi sosial


Revolusi Kemerdekaan RI merupakan revolusi politik, terhadap struktur
politik baru, menggantikan sistem kolonial. Gerakan sosial yang terjadi di Tegal,
dua setengah bulan setelah proklamasi kemerdekaan adalah bentuk gerakan rakyat
atau lebih dikenal dengan sebutan Revolusi Sosial, Revolusi Sosial adalah
perlawanan yang dilakukan oleh rakyat setempat bertujuan menghapuskan tatanan
lama misalnya dengan mengganti kepala-kepala desa, pamong desa, Camat,
Wedana, serta pemerintah kabupaten. Munculnya tokoh Kutil yang bernama asli
Sakyani, pekerjaan nya hanya sebagai tukang cukur, dengan berani muncul
sebagai seorang pemimpin, seolah-olah mempunyai kharisma yang begitu besar,
ingin memperjuangkan nasib rakyat lepas dari segala macam bentuk penjajahan.
Sikapnya yang berani menjadikan dia seorang yang dalam setiap perkataan,
perbuatan dan perintahnya menjadi hukum yang berlaku dalam masyarakat pada
saat itu.
Permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini adalah (1) Bagaimanakah
latar belakang kehidupan Kutil? (2) Seperti apakah bentuk Revolusi Sosial di tegal
tahun 1945-1946? (3) Sejauh mana peranan Kutil dalam menggerakan Revolusi
Sosial?
Penelitian ini bertujuan : (1) Ingin mengetahui bagaimana Latar belakang
kehidupan Kutil (2) Ingin mengetahui Seperti apa bentuk Revolusi Sosial di Tegal
tahun 1945-1946 (3) Ingin mengetahui sejauh mana peranan Kutil dalam
menggerakan Revolusi Sosial.
Ruang lingkup penelitian ini mencakup ruang lingkup temporal dan ruang
lingkup Tematikal. Lingkup temporal adalah berkaitan dengan batas waktu
penelitian dalam penelitian ini waktu yang dimaksud adalah sejak tahun 1945-
1946. Lingkup tematikal yaitu tokoh Kutil dalam perjuangan tiga daerah.
Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian sejarah.
Dengan tahap-tahap yaitu: Heuristik (mencari dan mengumpulkan jejak-jejak
peristiwa tiga daerah). Kritik sumber yaitu dengan mengkritik ekstern dan kritik
intern. Interpretasi (menghubungkan satu fakta dengan fakta lain). Historiografi
(Penulisan cerita sejarah) sedangkan yang menjadi sumber dalam penelitian ini
adalah sumber kepustakaan dan koran-koran yang terbit pada tahun itu.
Berdasar hasil penelitian dapat diketahui bahwa:(1)Latar belakang
kehidupan Kutil terutama masa kecilnya yang berasal asli dari Madura, seperti
yang dinyatakan Kuntowijoyo orang Madura adalah suku bangsa jawa yang
mempunyai adat-istiadat yang keras, kasar dalam tutur katanya, tetapi juga
merupakan pekerja yang bersungguh-sungguh dan suka berterus terang sifat
itulah sangat mempengaruhi watak dan pandangannya. (2) Revolusi Sosial yang

v
terjadi di Tegal pada tahun 1945-1946 di latar belakangi dengan keadaan
masyarakat Tegal yang secara ekonomi sangat memprihatinkan, munculnya
kekuatan sosial yang berdasarkan Idiologi dengan munculnya kelompok
Leggaong (bandit) adalah bagian dari berkobarnya revolusi sosial di Tegal tahun
1945-1946 berdampak pada kondisi sosial masyarakat, kondisi ekonomi dan juga
kondisi politik masyarakat Tegal. (3) Peranan Kutil dalam menggerakan revolusi
sosial diantaranya Munculnya dia sebagai seorang tokoh yang mempunyai
pengaruh sangat besar. Caranya menarik simpati dan bentuk kepemimpinannya
adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam peristiwa tiga daerah. Kutil
adalah orang yang dijadikan tokoh sentral yang memimpin “aksi pendombrengan”
diwilayah Tegal. Ia sebagai tokoh yang dijadikan ciri dalam peristiwa tiga daerah,
pengaruhnya begitu besar dengan latar belakang pendidikan yang dia peroleh
hanya sampai kelas dua sekolah rakyat, namun kemampuannya mengerahkan
masa dengan jumlahnya yang ribuan untuk ikut dalam gerakannya, menuruti
segala perintah dan ucapannya adalah kelebihan yang dimilikinya, serta sikap
yang berani memperjuangkan nasib rakyat dengan mengangkat orang-orang yang
berasal dari kalangan sendiri duduk dalam jabatan pemerintah. Gerakan yang dia
pimpin adalah gerakan yang spontanitas, namun strukturnya secara sederhana
sudah terbentuk.

vi
DAFTAR ISI

halaman

Halaman Judul............................................................................................ i

Persetujuan Pembimbing............................................................................ ii

Pengesahan kelulusan................................................................................. iii

Pernyataan .................................................................................................. iv

Motto dan Persembahan............................................................................. v

Prakata........................................................................................................ vi

Sari ............................................................................................................. viii

Daftar isi..................................................................................................... x

Daftar Lampiran ......................................................................................... xii

Daftar Gambar............................................................................................ xiii

BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................... 1

A. Latar Belakang Masalah......................................................... 1

B. Perumusan Masalah................................................................ 6

C. Tujuan Penelitian.................................................................... 6

D. Manfaat Penulisan.................................................................. 6

E. Ruang Lingkup Kajian............................................................ 7

F. Tinjauan Pustaka..................................................................... 7

G. Metode Penelitian................................................................... 10

H. Sistematika Penulisan............................................................. 14

BAB II. Latar Belakang Kehidupan Kutil ................................................. 16

A. Masa Kecil ............................................................................. 16

vii
B. Masa Sekolah ......................................................................... 17

C. Masa Dewasa.......................................................................... 18

BAB III. Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946 ................................. 23

A. Keadaan Masyarakat Tegal tahun 1945-1946........................... 23

B. Munculnya kekuatan Sosial berdasarkan Idiologi..................... 27

C. Munculnya Kelompok Leggaong (bandit) ................................ 33

D. Berkobarnya Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946.......... 39

E. Dampak Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946 ................. 43

1. Dampak Terhadap Kondisi Sosial Masyarakat Tegal............ 43

2. Dampak Terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Tegal...... 45

3. Dampak Terhadap Kondisi Politik Masyarakat Tegal.......... 49

BAB IV. Peranan Kutil dalam menggerakkan Revolusi Sosial................. 55

A. Munculnya tokoh Kutil ............................................................. 55

B. Cara Kutil menarik simpati ....................................................... 61

C. Bentuk Kepemimpinan Kutil..................................................... 68

BAB V. PENUTUP................................................................................... 79

A.Simpulan .................................................................................... 79

B.Saran ........................................................................................... 81

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 82

LAMPIRAN-LAMPIRAN......................................................................... 84

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1: Biodata Informan……………………………………………… 84

Lampiran 2: Instrumen wawancara…………………………………………. 85

Lampiran 3: Foto Penelitian ……………………………………………….. 88

Lampiran 4: Peta Kabupaten Tegal, Kabupaten Brebes, Kabupaten -

Pemalang ………………………………………………………. 94

Lampiran 5: Risalah rapat GBP3D tanggal 25 November 1945…………….. 95

Lampiran 6: Turunan Tuntutan Rakyat tiga daerah, terhadap pembebasan

daerah Pekalongan…………………………………………….. 106

Lampiran 7: Harian Penghela Rakjat, Jum’at 11 Oktober 1946……………. 109

Lampiran 8: Harian Penghela Rakjat, Jum’at 11 Oktober 1946……………. 110

Lampiran 9: Harian Penghela Rakjat, Jum’at 25 Oktober 1946……………. 112

Lampiran 10: Harian Soeara Rakjat, 1 Januari 1947………………………… 113

Lampiran 11: Harian Repoeblik, Jum’at 10 Januari 1947…………………… 115

Lampiran 12: Harian Repoeblik, Senin 13 Januari 1947…………………….. 120

Lampiran 13: Mingguan Pantja Raja…………………………………………. 121

ix
DAFTAR FOTO

halaman

Foto 1: Bapak Wastap ............................................................................... 88

Foto 2: Bapak Tasik .................................................................................. 88

Foto 3: Bapak Roeslim.............................................................................. 89

Foto 4: Bapak Sachmad Salam ................................................................. 89

Foto 5: Bapak Sadum ................................................................................ 90

Foto 6: Bapak Karso.................................................................................. 90

Foto 7: Bapak Mustain .............................................................................. 91

Foto 8 Jembatan Pesayangan berada di Perojosumarto Desa


pesayangan Kecamatan Talang, tempat pembunuhan orang-
orang yang tidak disenangi dan dilakukan oleh Kutil serta
anak buahnya.yang se-karang dibuat jembatan baru letaknya
bersebelahan dengan jembatan yang lama.................................... 92

Foto 9: Aliran Sungai gung yang lama ..................................................... 92

Foto10: Tokoh-tokoh Revolusioner Tiga Daerah di penjara Wiragunan


Yogyakarta sekitar Desember 1946, termasuk di dalamnya
Kutil .............................................................................................. 93

x
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada akhir abad XIX, di Jawa timbul huru-hara kerusuhan dan

kekacauan yang memuncak menjadi pemberontakan. Hal ini terjadi

terutama di daerah pedesaan sehingga fenomena gerakan ini bersifat

endemis.

Huru-hara kerusuhan dan kekacauan yang berakhir dengan

pemberontakan seringkali mengarah pada persoalan-persoalan yang

menyangkut aspek sosial, ekonomi, politik, dan agama. Sebab persoalan

ini dianggap sangat komplek dan di jadikan dasar suatu kelompok untuk

melakukan tindakan tidak puas terhadap tatanan yang ada

(Lucas.1989:193)

Revolusi kemerdekaan RI merupakan Revolusi politik terhadap

stuktur politik baru, menggantikan sistem kolonial. Pengertian struktur

politik ditandai dengan proklamasi kemerdekaan yang berakibat terjadinya

perubahan besar dan mendasar pada tahun 1945-1946. Revolusi sosial

yang terjadi ini tidak hanya terjadi di Tegal saja namun meliputi juga

wilayah kabupaten Brebes, dan kabupaten Pemalang mengakibatkan

dampak/perubahan yang fundamental dalam masyarakat. Perubahan yang

fundamental itu tampak pada perubahan struktur dari masyarakat

kolonial/feodal menjadi susunan suatu masyarakat yang lebih demokratis.

1
2

Revolusi sosial yang terjadi di Tegal kurang lebih, dua setengah

bulan setelah proklamasi kemerdekaan, tepatnya bulan Oktober 1945

berbentuk Gerakan Rakyat atau lebih dikenal dengan sebutan Revolusi

Sosial. Revolusi sosial adalah perlawanan yang dilakukan oleh rakyat

setempat bertujuan menghapus tatanan lama, misalnya mengganti kepala-

kepala desa, pamong desa, Camat, Wedana, serta pemerintah Kabupaten

(Lucas 2004:147)

Gerakan rakyat semakin matang dilakukan dengan melihat kondisi

sosial rakyat, sebab setelah terjadi proklamasi, keadaan tidak menjadi lebih

baik malah sebaliknya, kelaparan dan kekurangan yang dialami malah

semakin bertambah. Berbagai usaha dilakukan untuk memperoleh

keadilan, karena rakyat selama ini merasa dibodohi, rakyat selalu saja

dibebani pajak dan pungutan maupun pekerjaan (Lucas.2004: 47).

Revolusi Sosial tidak hanya terjadi pada bidang politik saja tetapi

juga terjadi pada bidang ekonomi dan sosial. Kemunculan tiga kelompok

sosial baru di daerah Tegal memberi perubahan pada bidang politik dan

sosial. Kelompok ini berpangaruh dan mempunyai peran yang luas dalam

gerakan. Kelompok baru ini adalah kelompok agama, kelompok komunis

dan kelompok leggaong (bandit). Munculnya kelompok tersebut tentunya

membawa gerakan yang dapat memobilisasi rakyat, karena rakyat sebagai

unsur terpenting.

Kelompok Islam di daerah Tegal menjadi komponen penting dalam

perjuangan yang memiliki basis kuat untuk memobilisasi rakyat.

2
3

Pengangkatan K.H. Abu, Suja’I sebagai Bupati Tegal pada bulan

November 1945 yang memposisikan ulama sebagai elit birokrasi baru

yang menggantikan elit birokrasi lama bupati Sunaryo. Pengangkatan KH.

Abu Suja’I mendapatkan dukungan dari rakyat Tegal, walaupun secara

resmi pemerintah menolak keberadaanya sebagai Bupati. Kelompok

komunis sengaja menggunakan Islam dan ulama sebagai kekuatan

ajarannya karena mereka menganggap bahwa dalam Islam secara realistis

merupakan kekuatan politis yang besar di Indonesia.

Kelompok Komunis, perjuangannya sudah dimulai sejak Sarekat

Islam di pekalongan pada tahun 1918. diteruskan oleh gerakan PKI dan

Sarekat Rakyat sampai dengan tahun 1926. Di Jawa pemberontakan

meletus pada tahun 1927 tetapi baru tercapai pada bulan Oktober sampai

November. Peristiwa pemberontakan tahun 1926 ini mengakibatkan

banyak pemimpin dari Tegal dibuang ketempat pengasingan Boven Digul

di Irian Jaya (Achmad, 1987:10)

Tanggal 21 Oktober 1945 diumumkan bahwa PKI berdiri kembali.

Di Tegal saat itu juga PKI mempunyai pengaruh yang sangat besar di Jawa

dan cabang-cabang sarekatnya mendukung secara aktif. Karesidenan

Pekalongan menjadi sebuah pusat dari kegiatan politik yang radikal dan

para pengikut PKI di Tegal dan Pekalongan adalah tokoh-tokoh penggerak

terkenal dalam pemberontakan melawan belanda tahun 1926 (Kahin,

1990:31) sehingga di Tegal dan Pekalongan menjadi pangkalan kuat

kelompok komunis.

3
4

Kelompok Komunis di Tegal membentuk front rakyat yang disebut

Gabungan Badan Perjuangan Tiga Daerah (GBP3D). Berdiri pada tanggal

16 November 1945 dengan markas di Kantor Partai Sosialis Amir

Syarifudin, cabang Tegal. Kemunculan Lenggaong di daerah Tegal

seringkali memberi rasa takut, di desa-desa yang di tempati para

Lenggaong, seperti di kecamatan Talang dikenal dengan nama Kutil

jagoan yang bernama asli Syacyani. pekerjaannya sebagai tukang cukur

yang dianggap mempunyai kekuatan doa-doa dan jimat. Dia di anggap

sebagai Ratu Adil sebagai dampak gejala Missianisme. Gerakan Tiga

Daerah disebut-sebut sebagai “Negara Talang” dan Kutil berperan sebagai

perantara antara kelompok agama dengan kelompok lenggaong serta

mempunyai peran politik.

Pengaruh Kutil dalam Revolusi sosial adalah melakukan protes

sosial dengan memimpin aksi “dombreng”, aksi “dombreng” sama artinya

dengan tindakan mengarak dan mengerahkan massa sebagai bentuk

kebencian rakyat terhadap pangreh Praja. Sikap pemerintah daerah yang

kurang tegas yang masih memegang tradisi lama yang selalu menunggu

perintah dari atas atau pusat adalah alasan rakyat menginginkan pergantian

pejabat pangreh praja. Karena rakyat menginginkan pejabat dari kalangan

sendiri, orang-orang yang mereka pilih sendiri, orang-orang yang

memperjuangkan kemerdekaan mereka, memperhatikan kesejahteraan

mereka. Lenggaong atau perbanditan selalu memperkuat militansinya

4
5

dengan kekuatan magis keagamaan yang di pandang sebagai resistensi

sosial.

Kelompok Kutil melakukan kegiatan bawah tanah yang bersifat

tertutup. tanpa diketahui oleh orang lain, dengan melakukan penyusupan,

meskipun bentuknya tradisional gerakan ini mempunyai struktur dan

pemimpin. struktur itu menunjukan hubungan antara satu bagian dengan

bagian lain yang merupakan ikatan atas bawah dan mempunyai tugas yang

berbeda-beda.

Situasi daerah Tegal dalam penguasaan Kutil ketika itu lebih

menjurus kearah anarkhis, terutama tindakan-tindakan komplotan kutil

yang bergaya mirip koboy, ugal-ugalan, berseragam polisi negara lengkap

dengan pistol serta adanya pengangkatan oleh dirinya sendiri sebagai

kepala kepolisian (Wawancara dengan bapak Karso, Juni 2006)

Sikap menunggu perintah yang sudah menjadi pola elite birokrat

adalah alasan yang kuat awal terjadinya pemberontakan. Karena sikap

menunggu yang di tunjukan oleh elite birokrat itu mencerminkan sifat

ragu-ragu, tidak berinisiatif dan sikap kepatuhan seorang abdi yang

terpuruk oleh latar belakang pendidikan kolonial belanda yang

diperolehnya.

Awal pemberontakan terjadi dimulai dengan dibunuhnya seorang

anggota polisi setempat oleh sekelompok orang yang marah, peristiwa itu

5
6

terjadi karena polisi tersebut secara tidak adil menangkap pedagang-

pedagang dan menyita barang dagangannya.

Pendistribusian kain yang tidak adil di Talang juga merupakan faktor

awal terjadinya pemberontakan. Camat Talang mendapat 14 gulung tekstil

oleh KNI di bagikan kepada mereka yang membutuhkan sesuai dengan

kebutuhan masing-masing, tetapi Kutil menginginkan pembagian di

dasarkan asas “ Sama rata sama rasa”. Kelompok yang diketuai Kutil

dibentuk untuk membagi-bagikan tekstil timbunan Jepang di pabrik gula

diluar kota. Tidak ada yang membayar untuk pembagian itu dan tidak ada

catatan tentang jumlah pembagian itu.

B. Perumusan Masalah

Dari uraian di atas alasan penulis memilih judul Kutil Tokoh Lokal

dalam Revolusi Sosial di Tegal 1945-1946

1. Bagaimana Latar Belakang Kehidupan Kutil

2. Bagaimana Bentuk Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946

3. Seberapa besar Peranan Kutil dalam menggerakkan Revolusi Sosial

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah:

1. Ingin mengetahui bagaimana latar belakang kehidupan Kutil

2. Ingin mengetahui bagaimana bentuk Revolusi Sosial di Tegal tahun

1945-1946

6
7

3. Ingin mengetahui seberapa besar peranan Kutil dalam menggerakkan

Revolusi Sosial

D. Manfaat penulisan

1. Dengan penulisan ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pada

sejarah tentang pergerakan sosial di daerah Tegal sebagai studi sejarah

lokal.

2. Dapat memberi gambaran pengetahuan bahwasanya perlu adanya

pengangkatan tokoh-tokoh yang memang berjasa atau berperan, ikut

andil dalam Revolusi sosial yang terjadi di Tegal tahun 1945-1946.

3. Memperluas cakrawala dan mendalami gerakan sosial di Tegal sebagai

salah satu bagian dari gerakan Tiga Daerah.

E. Ruang Lingkup Kajian

Agar dalam pembahasan ini tidak terjadi kesimpangsiuran dan

mudah diuraikan secara jelas serta sistematis, maka perlu adanya

pembatasan dalam membahas suatu permasalahan . oleh karena itu dalam

penulisan ini perlu dibatasi ruang lingkup kajiannya. Ruang lingkup ini

meliputi:

a. Skope Tematikal

Skope ini merupakan pembatasan agar dalam penulisan tidak

keluar dari tema yang telah ditetapkan sebelumnya. Dalam penulisan

mengambil tema tentang Tokoh Kutil dalam peristiwa tiga daerah.

b. Skope Temporal

7
8

Skope temporal yaitu yang berhubungan dengan kurun waktu atau

kapan peristiwa itu terjadi. Dalam penulisan ini yang diambil adalah

kurun waktu tahun 1945 sampai dengan tahun 1946.

F. Tinjauan Pustaka

Dalam tema yang berjudul Kutil Tokoh Lokal dalam Revolusi Sosial

di Tegal 1945-1946. Buku utama yang dijadikan acuan adalah Anton

E.Lucas yang berjudul One Soul One Struggle setelah sebelumnya menulis

Peristiwa Tiga daerah pada tahun 1986

Dalam bukunya, one soul one struggle (peristiwa tiga daerah seri

revolusi) Anton Lucas menambahkan sumber-sumber baru yang sifatnya

hanya melengkapi bukunya yang pertama. Dilihat dari isinya antara buku

yang pertama dan kedua tidak banyak mengalami perubaha, tulisannya

dalam bukunya yang kedua jauh lebih berani, berani menyampaikan

aspirasi lewat tulisan yang berupa kritikan dan sindiran, tulisannya lebih

jujur mengungkapkan fakta atau kenyataan yang ada di lapangan, namun

juga dengan mengembangkan kalimat sendiri. Data dan sumber-sumber

yang digunakan juga jauh lebih banyak sehingga menambah faliditas data

yang coba untuk diungkapkan.

Isi buku secara keseluruhan antara bukunya yang pertama yang terbit

pada tahun 1986 dengan bukunya kedua yang terbit tahun 2004 tidak

banyak mengalami banyak perubahan, isinya sama bagian setiap babnya,

susunan dari setiap babnya pun sama. Namun secara keseluruhan isi dari

8
9

buku ini tetap menarik, walaupun sebagian besar sumber yang diperoleh

adalah berasal dari sumber lisan.

Buku ini, menceritakan secara urut mulai dari kaum Nasionalis dan

elite birokrasi di Pekalongan sebelum perang, pengalaman masa Jepang:

Swasembada penunjang Jepang, beban ekonomi yang berat, oposisi dan

perlawanan, serta proklamasi kemerdekaan dan berakhirnya kekuasaan

Jepang.

Pada bab lima bagian dari buku ini adalah bagian yang sangat

membantu penulis, disana dijelaskan peranan Lenggaong dalam revolusi

sosial, termasuk juga tokoh Kutil juga banyak diulas dibagian ini. Pada

bab enam dijelaskan masa-masa kacau, kesadaran revolusioner bayangan

bagi kenyataan. Serta revolusi yang terjadi di kota-kota Kabupaten, front

persatuan di Tiga daerah, peranan militer dalam revolusi lokal adalah

bagian yang tidak dapat dipisahkan.

Pada bagian lain yang juga membantu penulis adalah pengadilan

peristiwa tiga daerah yang akhirnya memutuskan Kutil dihukum mati.

Buku kedua yang dijadikan acuan adalah buku yang ditulis

Timur Mahardika tahun 2000 adalah buku yang berjudul Gerakan Masa.

Gerakan ini mengupayakan demokrasi dan keadilan secara damai, gerakan

ini dilakukan oleh rakyat. Secara prinsip merupakan gerakan yang lahir

dari problem-problem yang ada dalam masyarakat. sama halnya dengan

gerakan sosial yang terjadi di Tegal adalah gerakan yang terjadi akibat

problem masalah yang dialami masyarakat Tegal pada waktu itu.

9
10

Dalam gerakan rakyat di dalamnya muncul gerakan Elite adalah

merupakan upaya yang di lancarkan oleh kalangan elite yang di tunjukan

dengan maksud memperkuat posisi mereka, atau bahkan meningkatkan

kualitas protes mereka.

Di dalam buku ini dijelaskan pula bahwasanya suatu gerakan yang

terorganisir mensyaratkan adanya pengelolaan, pengaturan, pengendalian

dan sinergi antar berbagai komponen yang ada berupa sumber daya

manusia. gagasan logistik untuk mencapai gerakan yang terorganisir bukan

saja membutuhkan:

1. Kecakapan aktivitasnya (kader) dalam menggalang dan

mengembangkan sumberdaya dan jaringan kerja namun juga.

2. Organisasi yang solid berdisiplin, kepemimpinan yang efektif.

Jadi Buku Gerakan Massa bisa juga dijadikan acuan/dasar pemikiran

penulis, karena dalam buku tersebut dijelaskan bahwasanya suatu gerakan

yang dilakukan oleh rakyat pastinya membutuhkan pemimpin yang di

dukung sepenuhnya oleh rakyat. disana juga dijelaskan pula pemimpin

suatu gerakan juga pastinya mempunyai susunan walaupun bentuknya

masih tradisional. Kelebihan buku ini, pada buku yang di tulis Timur

Mahardika tahun 2000 buku ini sangat membantu karena di sana

dijelaskan bagaimana pengelolaan, pengaturan, pengendalian dalam suatu

gerakan yang terorganisir, cara penulisannya juga kronologis. Kekurangan

buku ini, kebanyakan yang dibahas adalah gerakan masa yang terjadi pada

10
11

masa reformasi. dan ternyata gerakan sosial apapun pasti membutuhkan

pemimpin walaupun bentuknya sederhana.

G. Metodologi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah Metode sejarah, metode

sejarah adalah proses menguji dan menganalisis secara kritis rekaman dan

peninggalan sejarah masa lampau (Gottschalk 1975:32). Adapun proses

metode sejarahmeliputi empat tahap, yaitu: Heuristik (pengumpulan data),

kritik sumber, interpretasi, historiografi.

1. Heuristik

Heuristik adalah usaha untuk menelusuri jejak-jejak sejarah

sebagai langkah permulaan dari prosedur kerja para sejarawan (Widja,

1988:18). kegiatan ini terutama ditujukan untuk

menemukan dan menghimpun data sejarah dengan mencari sumber

yang berupa sumber tertulis dan sumber kebendaan.

Dalam penelitian ini penulis menggunakan teknik antara lain:

a. Studi Kepustakaan

Dalam menghimpun data, penulis menggunakan metode

Kepustakaan. Metode kepustakaan dilakukan untuk mencari

koleksi yang ada di perpustakaan dalam mengumpulkan sumber-

sumber sejarah yang relevan dengan topik penelitian. Sumber

tersebut kemudian diseleksi dan diambil yang mempunyai

kesesuaian dengan topik penelitian. Untuk mendapatkan sumber-

sumber tersebut yang berupa buku-buku, dokumen dan arsip (yang

11
12

berupa majalah dan Koran yang terbit pada tahun itu) Peneliti

mendatangi tempat-tempat sebagai berikut:

a. Perpustakaan UNNES

b. Perpustakaan Jurusan Sejarah UNNES

c. Perpustakaan Wilayah Jawa Tengah

d. Musium Mandala Bhakti Semarang.

b. Wawancara

Teknik wawancara ini bertujuan untuk mendapatkan

sumber sejarah yang benar-benar dapat dipercaya dan dapat

dipertanggungjawabkan dari para pelaku sejarah ataupun saksi

sejarah.

Dalam teknik wawancara ini dilakukan tanya jawab dengan

penduduk atau masyarakat di wilayah Tegal yang tentunya sumber

lisan ini dapat dipercaya kebenarannya. Dalam melakukan

wawancara diperlukan langkah-langkah sebagai berikut:

1. Membuat Interview Guide yaitu menyusun rambu-rambu

pertanyaan yang akan digunakan dalam wawancara.

2. Menetapkan serta menghubungi tokoh-tokoh peristiwa.

3. Pengaturan waktu dan tempat wawancara

4. Pelaksanaan wawancara, dilakukan setelah diadakan perjanjian

dengan tokoh yang dimaksud

5. Pengolahan hasil wawancara.

2. Kritik Sumber

12
13

Kritik sumber adalah merupakan usaha untuk menilai sumber

mengenai bentuk dan isinya dan menguji kebenaran dan keaslian

sumber, kritik dibagi menjadi dua yaitu:

Kritik Intern

Merupakan uji validitas dengan kredibilitas sumber yang

berupa penilaian Instrinsik, kesaksian sumber berkaitan dengan

persoalan apakah sumber itu dapat memberikan informasi yang dapat

dipercaya tentang masalah yang diselidiki.

Kritik Ekstern

Merupakan uji otensitas/keaslian melalui kesaksian sumber

yang berupa sumber yang dikehendaki sumber itu turunan/asli melalui

dokumen seperti surat kabar yang terbit pada waktu itu.

Tujuan dari pengujian adalah untuk mengetahui apakah

data/sumber sejarah yang diperoleh dapat dipercaya, keaslian dan

kebenarannya untuk di gunakan dalam penelitian, menguji dilakukan

dengan cara membandingkan antara data yang satu dengan data yang

lain.

Apabila penulis menemukan buku-buku yang

memuat/membahas tema/topik tentang Kutil dan Revolusi sosial, maka

buku tersebut bisa penulis pakai sebagai sumber untuk selanjutnya

tulisan-tulisan tersebut diadakan uji otentitas, kapan sumber itu ditulis,

untuk memahami jarak waktu peristiwa sejarah terjadi dengan kapan

ditulisnya sumber/data asli. misalnya sumber asli berupa bangunan

13
14

peristiwa tiga daerah, maka penulis bisa mengetahui bahwa memang

ada aktifitas dari gerakan sosial di Tegal.

3. Interpretasi

Interpretasi adalah proses penafsiran sumber/fakta untuk

menilai secara obyektif dan menafsirkan secara tepat diperlukan jarak

antara subyek dan fakta. sehingga terjadi suatu rangkaian yang

sistematis dan masuk akal dalam arti yang berkesesuaian.

penafsiran/fakta tidak dipengaruhi kepentingan pribadi dan golongan

serta politik karena akan mengakibatkan subyektifitas sumber, fakta

yang diperoleh harus benar-benar nyata, sehingga dapat mengetahui

proses periodisasi dan proses seleksi sejarah dilihat berdasarkan hasil

wawancara dan obserfasi lapangan kejadian Revolusi sosial di Tegal

4. Historigrafi

Historiografi merupakan satu penulisan/penyajian yang

sistematis dalam bentuk cerita, yang memperhatikan prinsip realisasi

(cara membuat urutan peristiwa) prinsip kronologi (urutan waktu)

prinsip kausalitas (hubungan sebab akibat) dan kemampuan imajinasi

(kemampuan untuk menghubungkan peristiwa-peristiwa yang

terpisahkan menjadi satu rangkaian yang masuk akal dengan bantuan

pengalaman).

14
15

Dalam penelitian ini peristiwa revolusi sosial yang terjadi di

Tegal tahun 1945-1946 dilakukan atas dasar urutan peristiwa yang

jelas mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan menghubungkan

satu peristiwa lain yang saling berkaitan.

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penelitian yang akan penulis lakukan adapun sistematikanya

sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan.

Berisi pengantar yang terdiri dari Latar belakang permasalahan,

tujuan penulisan, manfaat penulisan, ruang lingkup kajian, metode

penelitian, tinjauan pustaka dan sistematika penulisan.

Bab II Latar Belakang Kehidupan Kutil

Membicarakan tentang kehidupan Kutil Masa kecil, sekolah dan

masa dewasa

Bab III Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946

Menjelaskan tentang keadaan masyarakat Tegal tahun 1945-1946,

munculnya kekuataan sosial berdasarkan idiologi, munculnya

kelompok Leggaong (bandit), melatar belakangi berkobarnya

revolusi sosial di Tegal tahun 1945-1946 yang berdampak pada

kondisi sosial, ekonomi dan politik masyarakat Tegal.

Bab IV Peranan Kutil dalam menggerakkan Revolusi Sosial

Menjelaskan tentang munculnya tokoh Kutil, cara Kutil menarik

simpati dan bentuk kepemimpinan Kutil.

15
16

Bab V Penutup

Berisi tentang kesimpulan dan saran dari uraian bab-bab

sebelumnya yakni sebagai jawaban atas permasalahan yang

diajukan.

16
BAB II

LATAR BELAKANG KEHIDUPAN KUTIL

A. Masa Kecil

Kutil bernama asli Sakhyani. Dalam bahasa jawa yang berarti “Bintil

Kecil” (yang menempel di kulit). Atau bisa juga di artikan “pencopet”. Ia diberi

nama sebutan Kutil karena memang Sakyani kecil raut mukanya berbintil-bintil

berwarna hitam. Sesudah dewasa bintil-bintil itu hilang, namun demikian nama

itu tetap melekat padanya.

Ia adalah anak kedua seorang pedagang emas dari Taman dekat Pemalang

menurut anggapan umum dia berasal dari Madura. Secara kelakar dia di juluki

“orang seberang” karena dia tidak tinggal di Talang melainkan di Dukuh

Pesayangan di seberang Kaligung sebab itu Ia disebut orang seberang.

Kaligung merupakan sumber mata air dari masa ke masa, yang mengalir

dari gunung sampai laut melewati daerah Kabupaten Tegal. Pada masa dulu

Kaligung airnya masih sangat jernih, karena merupakan air yang berpasir dan

dijadikan sumber air bagi penduduk yang berada disekitar aliran sungai. Tapi

sekarang Kaligung adalah sungai yang sudah dalam dengan kondisi air yang kotor

dan keruh. Hal ini disebabkan adanya penambangan pasir dan batu kali oleh

masyarakat sekitar sebagai bahan bangunan.

Dahulu kala Kaligung letaknya tidak di Perpil. Sebelum sampai di Perpil

Kaligung berada tepat belakang rumah Kutil. Kali tersebut digunakan sebagai

jalur perdagangan, terbukti dengan banyaknya kapal-kapal yang singgah dan

16
17

berlabuh. Disamping itu pula dahulu di sekitar tempat tinggal Kutil dijadikan

sebagai dermaga pelabuhan, itu terbukti dengan adanya tali-tali besar kapal yang

dililitkan dipaku besar sebagai pengait (wawancara dengan Bapak Taim, Juni

2006). Namun pada saat kutil di Pesayangan kaligung sudah berpindah letaknya

lebih jauh dari jalan raya yang dikenal dengan sebutan jalan Perpil. Pemindahan

Kaligung ke Perpil lebih disebabkan karena sering terjadi banjir yang cukup besar

kadang airnya meluap sampai sekitar depan pasar (wawancara dengan Bapak

Taim, Juni 2006). Tinggalnya yang diseberang sungai Gung yang menyebabkan

asal mula timbul kekaburan mengenai julukan yang dikaitkan dengan asalnya

yang dari Madura. Di Jawa orang Madura dan orang yang berasal dari luar Jawa

disebut orang seberang. Selain itu juga orang-orang Madura di Jawa dianggap

memiliki sifat yang keras sehingga sesuai dengan perwatakan Kutil sebagai anak

yang nakal “bangor” (dalam logat Tegal) Ia jarang menuruti orang tuanya. (Lucas,

2004:153)

B. Masa Sekolah

Pendidikan Kutil, sama seperti anak-anak yang lainnya bahkan dia

memperoleh pendidikan hanya sampai kelas dua Sekolah Rakyat akibatnya Ia

hanya bisa membaca dan menulis sedikit, sedangkan tulisan tangannya hampir

tidak terbaca. Sekolah Rakyat adalah sekolah yang didirikan oleh pemerintah

Jepang khusus untuk anak-anak pribumi (orang Indonesia), Sekolah Rakyat pada

saat itu setingkat dengan SD sekarang. Sekolah Rakyat diperuntukan untuk orang-

orang pribumi yang mau belajar, mereka datang ke sekolahpun karena pegawai

desa mengajak dan mengumumkannya di jalan-jalan. Sekolah Rakyat merupakan


18

sekolah dengan gaya pendidikan orang-orang Jepang, pola-pola yang diajarkan

adalah pola-pola yang biasa digunakan oleh orang-orang jepang. pola

pendidikannya terdiri dari pendidikan militer, baca tulis dan olah raga orang-orang

jepang. Sekolah Rakyat yang diperuntukan khusus untuk anak-anak Pribumi,

tidak bayar. Yang diajarkan diantaranya untuk kelas satu diajarkan Huruf Jawa,

kelas dua diajarkan Huruf Latin, membaca huruf Abjad dan bahasa Melayu

diajarkan kelas empat. Sekolah rakyat dahulu dalam satu Kecamatan hanya ada

satu sekolah saja . Kecamatan Talang pada waktu itu hanya mempunyai satu

Sekolah Rakyat yaitu di Ekoproyo (wawancara dengan Bapak Karso, Juni 2006)

Masa kecil Kutil dilewati sama seperti anak-anak yang lain, tidak ada hal yang

istimewa dalam dirinya.

C. Masa Dewasa

Waktu Kutil dewasa, dia pindah ke Talang menempati sebuah rumah di

Dukuh Pesayangan yang dibeli ayahnya untuk cucu-cucunya. Sambil meneruskan

pekerjaan ayahnya sebagai tukang emas kecil-kecilan Ia membuka tempat

pangkas rambut di desa Kajen yang terletak di pinggir jalan raya selatan Tegal.

Pangkalan cukur Kutil menjadi satu-satunya pangkalan cukur yang ada di daerah

itu. Disamping meja cukurnya, ada sebilah pedang panjang (gobang) tergantung di

dinding di sebelah kaca. Tentu saja ini menyebabkan dari pada berkelahi dengan

dia, tukang cukur yang lainnya di desa itu lebih baik angkat kaki cepat-cepat.

Pangkalan cukur Kutil mengenakan tarif yang cukup mahal bagi pelanggannya.

Orang yang cukur dikenakan biaya 5 sen. Bagi orang biasa itu ibarat uang

sabendung, nilainya tinggi sekali. Orang-orang yang cukur padanya kebanyakan


19

anak-anak cina dan pegawai pegadaian (wawancara dengan Bapak Wastap, Juni

2006).

Kutil termasuk orang yang kreatif senantiasa berusaha mengembangkan

usahanya, diantaranya adalah membeli barang-barang bekas di rumah-rumah

untuk dijual kembali. Sifat kreatifnya didukung karena Desa Pesayangan adalah

desa yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai tukang emas,

pengrajin kuningan, kerajinan logam (seperti pembuatan pisau, gunting, sendok

dan suku cadang sepeda). Dari jaman Kutilpun masyarakat Pesayangan sudah

berdagang sampai keluar kota, kota Bandung adalah kota yang paling besar

memesan emas ataupun perak dari daerah ini (wawancara dengan Bapak Taim,

Juni 2006). Pada tahun 1937 Kutil mencalonkan diri dalam pemilihan lurah Desa

Kajen, tetapi kalah “hanya satu suara saja” selama masa pendudukan Jepang Kutil

terkenal dengan kebolehannya karena dia mudah memperoleh barang-barang yang

sulit didapat, misalnya batu korek api.

Watak dan sifat Kutil sudah terbentuk sejak kecil, karena latar

belakangnya yang berasal dari Madura membawa pengaruh watak yang keras.

Menurut Kuntowijoyo, orang Madura terkenal sebagai suku bagsa yang

mempunyai adat istiadat yang keras, keras dalam tutur katanya, tetapi mereka juga

merupakan pekerja yang bersungguh-sungguh dan suka berterus terang.

Kebudayaan dan adat istiadatnya telah banyak dipengaruhi oleh kebudayaan

luar, meskipun demikian masih menampakkan nilai-nilai aslinya. Hal tersebut

tercermin dalam kehidupan masyarakat desanya yang memiliki ikatan yang

berdasarkan kekerabatan dan teritorial. Dalam menjalani kehidupan sehari-hari


20

mereka sangat senang bekerja, memiliki perasaan persaudaraan yang kuat, dan

gotong royong yang sangat mendalam(Sairin 2002:83).Watak orang Madura

terbentuk karena dipengaruhi oleh letak geografis Madura yang berada di daerah

pantai, dimana orang pantai cara berbicaranya lebih keras, emosinya masih sulit

dikontrol, perompokan yang terjadi umumnya kejahatan yang lebih mengerikan,

lebih sadis dan tingkat kesulitan ekonominya lebih tinggi.

Petualangan Kutil dimulai dengan dibuangnya dia beserta dua orang

temannya yaitu Slamet dan Washari ke Digul dalam perjuangan Sarekat Rakyat.

Mereka melarikan diri dan pulang ke Tegal dengan terlebih dahulu membunuh

penjaga penjara (orang belanda) dengan menggunakan perahu. Sifat membunuh

sudah Kutil tunjukkan dari dahulu ketika dalam perjalanan ketiga orang itu

berjanji “Nanti kalau lapar, diantara kita siapa yang akan dibunuh, itu yang akan

dimakan terlebih dahulu.” Perkataan Kutil menunjukkan bahwasanya sifat Kutil

tega membunuh walaupun itu temannya sendiri.

Ia menikah dengan orang asli Pesayangan bernama Was’ah dan

mempunyai empat orang anak, dua anaknya laki-laki bernama Khambali dan

Sapi’i dan dua anak perempuannya bernama Fatimah dan Rokhmah. Istrinya pada

waktu itu membuka warung makan di depan rumah bersebelahan dengan

pangkalan potong rambut suaminya (Wawancara dengan Bapak Taim, Juni 2006)

Kutil sebagai guru agama biasa bepergian jauh dengan sepeda untuk

memimpin pengajian al-Qur’an. Dia sering pulang kerumah lewat tengah malam

tanpa diganggu penyamun yang berkeliaran dikawasan itu (Lucas 2004:153).

Nilai-nilai keislaman pada waktu itu memang kuat, terlihat dari penuhnya masjid
21

maupun Mushola yang dipadati dengan banyaknya orang sholat. Mereka sholat

sampai di halaman depan Masjid (wawancara dengan Bapak Wastap, Juni 2006).

Kutil selalu mengucapkan “Assalamualaikum” bila memasuki rumah, kendati dia

tidak selalu menjalankan ibadah sholat lima kali sehari. Penduduk setempat

menyebutnya santri, menggunakan istilah itu dalam arti lama yang berarti orang

suci.

Pemikiran Kutil yang pertama adalah ingin mengganti pejabat-pejabat

lama dan orang-orang golongan Pangreh Praja dengan orang pilihannya, orang

yang ditunjuknya. Dia menganggap mereka adalah penghianat bangsa, mereka

adalah pejabat yang ditunjuk dan diangkat oleh penjajah. Segala keputusan dan

tindakan pejabat-pejabat itu dirasa sangat lamban karena selalu menunggu

perintah dari atasan dan masih menganut sistem penjajahan. Selain itu Kutil juga

menindak orang-orang yang menghina Republik, misalnya jika di jalan dia

mengucapkan salam MERDEKA! Namun tidak menjawab, orang itu langsung

dibunuh (wawancara dengan Bapak Ruslim, Juni 2006). Menghapus kemiskinan,

mengakhiri penderitaan masyarakat dengan membagi rata jatah yang diberikan

oleh pemerintah baik jatah bahan pakaian, terlebih jatah beras. Tidak ada yang

dibedakan dan pengistimewaan bagi sekelompok golongan. Golongan pejabat

ataupun Pangreh Praja mendapat jatah yang sama. Kutil menganut paham sama

rasa, sama rata semua orang sama, karena pada tahun 1945 masa awal

kemerdekaan, rakyat menderita kelaparan. Di jalan-jalan banyak sekali ditemui

orang-orang yang kelaparan perutnya kempes, yang terlihat hanya tulang dan

kebanyakan dari mereka akhirnya meninggal. Pemikirannya yang lain ialah, ingin

mendirikan dan merebut kekuasaan Kabupaten dan Tiga Daerah. Dia ingin
22

menjadi seorang pemimpin Tiga Daerah. Membuat pemerintahan sendiri diatas

pemerintahan yang sah pada waktu itu, Dia bercita-cita memerintah penuh dan

memiliki wewenang dalam mengambil keputusan bahkan membuat peraturan

sendiri yang nantinya menjadi hukum yang berlaku dalam masyarakat. Ia tidak

mengakui pemerintahan yang sah, yaitu Pemerintahan Republik Indonesia.

Masyarakat pada waktu itu menginginkan pemerintahan Rakyat, apa yang dimiliki

negara adalah milik rakyat, aparatur-aparatur pemerintah juga ditunjuk dan

diangkat oleh rakyat, pemerintahan yang ada adalah untuk kesejahteraan rakyat.

Pemikiran Kutil yang semata-mata untuk tujuan rakyat kesejahteraan masyarakat,

disambut gembira oleh Rakyat karena mereka menganggap Kutillah yang akan

merubah nasib mereka jauh lebih baik. Pemikiran Kutil lahir dari penderitaan

yang Ia alami. Bagaimana beratnya hidup dijajah dan kini setelah Indonesia

merdeka, keadaan masyarakat tidak berubah malah sebaliknya banyak masyarakat

yang meninggal karena kelaparan. Kemiskinan dimana-mana, sedang jatah

pakaian dan terutama beras tidak dibagikan secara merata. Tindakan maupun

keputusan yang mereka ambil juga dirasa sangat lamban karena menunggu

terlebih dahulu perintah dari atasan.

Tindakan yang dilakukan Kutil diantaranya, menjatuhkan pemerintahan

yang ada, perusahaan-perusahaan, gudang-gudang gula dan padi disegel rakyat,

seperti pabrik tekstil dan gudang padi. (wawancara dengan Bapak Karso, Juni

2006). Idiologinya sepaham dengan Komunis, gerakannya bersifat ekstrim dan

tidak berperikemanusiaan.
BAB III

REVOLUSI SOSIAL DI TEGAL TAHUN 1945-1946

A. Keadaan masyarakat Tegal tahun 1945-1946

Kondisi masyarakat Tegal awal Revolusi sosial secara ekonomi

mengalami tekanan yang sangat berat, adanya kebijakan pemerintah militer

Jepang merubah sendi-sendi pemerintahan tradisional di desa maupun

perekonomian desa. Pada masa itu terjadi perubahan-perubahan diberbagai aspek

kehidupan ekonomi, sosial, budaya maupun politik. Hal ini dikarenakan

penjajahan yang dilakukan oleh bangsa Jepang dilakukan secara menyeluruh dan

mendalam.

Dalam perubahan tersebut terdapat golongan yang naik status sosialnya

misalnya golongan elit intelektual, adapun golongan yang status sosialnya turun.

Struktur otoritas tradisional didaerah pedesaan yang telah berjalan bertahun-tahun

turut berubah. Perubahan ini diwujudkan dalam hubungannya dengan pemimpin

setempat dengan rakyat yang berakar pada sifat-sifat feodal yang mulai longgar.

Para kepala desa yang ada di Tegal hanya dijadikan sebagai alat didalam

penyampaian kebijakan dari pemerintahan Jepang.

Daerah Tegal terkenal dengan penduduknya yang hampir seluruhnya

beragama Islam dan sangat fanatik. Kefanatikannya terlihat nyata pada adat

istiadat, kebiasaan tingkah laku serta perubahan mereka. Di Slawi karena

fanatiknya sekalipun bermain sepak bola tetap memakai sarung tidak boleh

memakai celana. Orang arab saat itu mendapatkan tempat yang lebih tinggi

dimata masyarakat. Karena mereka sebangsa dengan Nabi bahkan mereka

16
17

dianggap keturunan Nabi sehingga mendapatkan sebutan “ Ndoro Tuan Syeh “

untuk menghormati mereka (Wawancara dengan Bapak Mustain, Juni 2006)

Penduduk Tegal terdiri dari bermacam-macam suku bangsa, selain suku

pribumi (Jawa) terdapat golongan-golongan penduduk bagsa Cina (Tionghoa) dan

Arab. Diantara golongan-golongan bangsa tersebut suku Jawa merupakan

penduduk pribumi yang sebagian besar dari mereka hidup di pedesaan dan sedikit

sekali yang hidup di kota. Mereka terdiri dari orang kaya yaitu para pangreh praja,

lurah, para pedagang kaya dan selebihnya para petani yang berdiam di desa.

Bangsa Cina (Tionghoa) pada waktu itu sangat dipercaya sebagai kaki

tangan pemerintah Hindia Belanda. Mereka memegang peranan penting dibidang

perekonomian. Mereka sebagian besar adalah pedagang dan bertempat tinggal di

kota atau dilingkungan pemukiman orang Belanda.

Pertanian merupakan mata pencaharian rakyat yang terutama di daerah

Karesidenan Pekalongan. Baik sebagai petani penggarap atau buruh tani ataupun

sebagai pemilik sawah atau tanah. Di daerah pantai tanahnya kurang subur karena

mengandung garam sehingga dapat menanam kelapa, bunga melati untuk

memberi aroma teh dan polowijo. Di daerah daratan rendah keadaan tanahnya

subur, karena adanya pengairan yang baik dari sungai-sungai yang melewati

daratan itu sehingga ditanami padi dan polowijo di musim kemarau. Sawah-sawah

yang lain ditanami tebu untuk memenuhi kebutuhan pabrik gula yang terdapat

didaerah itu. Dalam masa pemerintahan Belanda hampir diseluruh sawah daratan

rendah ditanami tebu untuk mencukupi kebutuhan pabrik gula itu sesuai dengan

target yang telah ditentukan.


18

Daerah pegunungan merupakan daerah yang subur dengan hasil pertanian

seperti kopi, teh, kayu jati, Pinus. Didalam pemerintahan Belanda kopi merupakan

hasil ekspor utama didaerah ini disamping teh dan gula, karet, kina dan panili.

Penduduk Tegal yang lain bermata pencaharian sebagai nelayan dikarenakan

wilayah Tegal bagian utara adalah lautan dan pantai penghasil perikanan, selain

perikanan penduduk juga mengusahakan ternak.

Bangsa Jepang datang mula-mula memperhatikan kehidupan sosial seperti

menggunakan tenaga-tenaga bangsa Indonesia untuk menjalankan pemerintahan,

menjadikan mereka pemimpin di perusahaan-perusahaan yang semula dipegang

oleh bangsa Belanda, menghapuskan jurang pemisah didalam bidang pendidikan

antara bangsa asing dengan penduduk pribumi. Hal ini berarti menaikkan tingkat

kehidupan bangsa Indonesia. Bangsa Jepang juga memperhatikan mereka dalam

hal olahraga yang menyeluruh dari kota sampai desa adalah merupakan perhatian

mereka terhadap kesehatan jasmani dan rohani bagi rakyat Indonesia. Selain itu

latihan-latihan kemiliteran yang diberikan kepada pemuda-pemuda Indonesia

telah memberikan kepercayaan yang besar dalam diri mereka yang akan sangat

berguna untuk perjuangan dalam merebut kemerdekaan. Tetapi dibalik perhatian

Jepang ternyata ketentuan wajib militer ini meliputi seluruh lapisan usia dari anak-

anak sampai yang tua akhirnya menimbulkan kehidupan sosial yang memburuk.

Keadaan ekonomi yang buruk berdampak pada kondisi kesehatan

masyarakat yang cukup memprihatinkan. Penyakit kulit menjadi penyakit yang

memasyarakat dikalangan rakyat. Tidak hanya penyakit kulit, beri-beri, busung


19

lapar maupun kudisan yang merajalela bahkan hampir setiap hari terdapat orang

yang meninggal akibat kelaparan.

Kondisi politik masyarakat Tegal setelah kedatangan balatentara Dai

Nippon di Indonesia mengalami perubahan-perubahan yang mendasar dalam

bidang hukum dan politik. Dalam bidang politik, pemerintahan Jepang segera

membubarkan seluruh organisasi politik yang ada. campur tangan dari

pemerintah terhadap korp pangreh praja merupakan bentuk dari salah satu

penetrasi politik dan depolitisasi terhadap lembaga-lembaga politik tradisional

pedesaan.

Pelatihan dan Indokrinasi dilakukan oleh Jepang sedangkan politik

imbalan dan hukum yang dilakukan, dalam bentuk pemecatan untuk

menyingkirkan orang-orang anti Jepang dan kompromis terhadap barat.

Pemerintahan militer Jepang dengan orientasi ekonominya telah melanggar batas-

batas otonomi dari pemerintahan desa. Hal ini terbukti dengan pengangkatan

kepala desa berdasarkan kriteria tertentu dan melalui serangkaian prosedur tes dan

seleksi hal ini bertujuan agar kepala desa mengerti Administrasi pemerintah dan

sekaligus menyingkirkan orang-orang yang tidak mendukung pemerintah Jepang.

Selain dalam bidang pemerintah, dampak pendudukan Jepang didaerah

Tegal juga dalam bidang keorganisasian. Pada masa pergerakan nasional sudah

muncul beberapa organisasi politik yang berjuang untuk kemerdekaan dan

melepaskan diri dari penjajahan Jepang. Namun pada masa itu Jepang melarang

pembentukan organisasi politik, sebagai gantinya Jepang mendirikan beberapa

organisasi kepemudaan.
20

Mobilisasi pemerintah Jepang terhadap para pemuda Tegal dilakukan

secara besar-besaran dalam program cadangan bagi kepentingan militer Jepang.

Mobilitas tersebut dalam bentuk barisan Sainendan, Keibodan, Heiho dan Peta.

Dampak dari pembentukan organisasi tersebut adalah keterampilan dalam

penggunaan senjata dan sikap kedisiplinan yang selalu digembleng dalam latihan-

latihan.

Pelatihan-pelatihan yang diikuti oleh para pemuda merupakan keuntungan

bagi bangsa Indonesia, untuk melawan penjajah. Para pemuda yang dilatih militer

pada akhirnya akan berbalik melawan pemerintahan Jepang demi kepentingan

perjuangan kemerdekaan, misalnya Peta yang dibentuk oleh Jepang. Mereka tidak

sepenuhnya patuh pada Jepang, tetapi dibalik semuanya mereka juga melatih para

pemuda-pemuda yang lainnya setelah menyelesaikan tugasnya.

Penderitaan akibat penjajahan Jepang serta latihan-latihan militer

mengubah sikap hidup dan pandangan rakyat Tegal. Budaya Jawa yang selalu

pasrah dan menerima apa adanya tidak dianut lagi oleh sebagian pemuda.

Pemuda Tegal mulai berjiwa reaksioner terhadap semua yang berkenaan dengan

kebijakan Jepang.

B. Munculnya kekuatan Sosial berdasarkan Idiologi

Revolusi sosial yang terjadi di Tegal kurang lebih tiga bulan setelah

Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, sebenarnya gejolak pedesaan yang

tidak hanya terjadi di Tegal saja namun, terjadi juga di daerah-daerah lain seperti

di Pekalongan dan Pemalang. Revolusi tersebut adalah merupakan bentuk

kekecewaan masyarakat terhadap pemerintahan yang ada pada saat itu.


21

Penyebabnya adalah adanya sikap menunggu perintah yang sudah menjadi pola

elite birokrat, karena sikap menunggu mencerminkan sifat ragu-ragu, tidak

berinisiatif dan sikap kepatuhan seorang abdi yang terpuruk oleh latar belakang

pendidikan kolonial belanda yang diperolehnya. Kekuatan sosial berdasarkan

Idiologi inilah kelompok yang membentuk Front Rakyat yang di sebut Gabungan

Badan Perjuangan Tiga Daerah (GBP3D). Kelompok ini terbentuk pada tanggal

16 November 1945 dan bermarkas di kantor partai sosialis Amir Syarifudun

cabang Tegal. dengan tujuan utama front adalah merebut stuktur karesidenan

dalam kekuasaan organisasi yaitu di Tegal, Brebes, dan Pemalang. Gerakan ini

dapat terbagi menjadi tiga kelompok yaitu:

Kelompok pertama yaitu kelompok kiri di Tiga Daerah, diantaranya

Veteran Pemberontak Komunis tahun ‘26 eks Digulis, termasuk di dalamnya

pemimpin Barisan Pelopor dan Badan Pekerja di Tegal dan Brebes. AMRI Slawi

mereka anti Fasis dan tidak berkompromi dengan Belanda. Pengikutnya yaitu

kalangan Feodal Pangreh Praja. Pada tahun 1945 mereka menggunakan

kesempatan untuk merombak struktur pemerintahan yang lama ke arah yang lebih

demokratis. Tetapi karena pada tahun 30-an sewaktu mereka kembali dari

Digul/penjara lain. mereka selalu dalam pengawasan Belanda, dan tidak boleh

mendirikan organisasi di tahun 1945, sehingga mereka tidak mempunyai

pengikut atau massa, baik di kota maupun di desa.

Kelompok kedua yaitu kelompok sosial yang berpengaruh di Tegal dan

Brebes ikut mengaktifkan KNI sebagai wakil pemerintahan sesudah proklamasi

dan berusaha mempengaruhi sikap Pangreh Praja ke arah yang lebih mendukung
22

republik yang baru. Diantara mereka ada yang duduk dalam GBP3D yang di

ketuai oleh K.mijaya. kelompok sosialis juga mempunyai saluran ke tingkat

nasional lewat dua tokoh yang berasal dari Tegal yang pertama Supeno, anggota

partai Sosialis dan badan pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat (BP-KNIP)

yang kemudian menjadi menteri pembangunan dan pemuda dalam kabinet Hatta

yang pertama (1948-1949), membela perkara Tiga Daerah di Pengadilan

Pekalongan pada awal 1947 tokoh kedua ialah Subagio Mangunraharjo pemimpin

PNI-baru dan sahabat Perdana Menteri Sutan Syahrir.

Kelompok ketiga di dalam Aliran Kiri yang menguasai GBP3D ialah PKI

bawah tanah. Di mulai akhir tahun 30-an di Surabaya. Widarta dan K.Mijaya cs,

telah memupuk kader-kader yang progresif melawan Fasisme. Tindakan-tindakan

mereka di masa pendudukan Jepang, antara lain di Lasem, Blitar, dan Pemalang.

Meskipun dengan jaringan lokal yang terbatas, ikut menentukan cita-cita Gerakan

Tiga Daerah walaupun dalam tingkat nasional. Widarta dan K.Mijaya

memperoleh salurannya melalui Amir Syarifudin, namun tidak pula menolong

terpukulnya GBP3D. Di Tiga daerah itu selain perbedaan pandangan dalam aliran

kiri tentang bagaimana revolusi itu harus di jalankan juga terdapat perbedaan

tentang penentuan prioritasnya.

Selain kaum Kiri yang ada dalam Peristiwa Tiga Daerah elemen lain yang

juga sangat penting adalah kelompok Islam. mengapa kaum agama ikut arus

Revolusi dan apa cita-cita Islam pada waktu itu. Islam nasionalis sejak zaman

Sarekat Islam, melakukan kegiatan melawan kolonial Belanda maupun Jepang

yang tokohnya antara lain K.H.Abu Suja’i (Pemimpin partai sarekat Islam
23

Indonesia di Tegal) yang menjadi Bupati Tegal pada waktu Peristiwa Tiga

Daerah. yang diangkat oleh komplotan Kutil. Di Tegal, 22 persen camat baru

yang terpilih terdiri dari golongan Islam Nasionalis. Di Pemalang kelompok ini

disebut sebagai Santri rakyat, dengan maksud untuk membedakan mereka dari

golongan Muhammadiyah yang anggotanya adalah golongan priyayi, sedang di

Pekalongan anggota Muhammadiyah adalah para pedagang. Tokoh Islam

Muhammadiyah K.H. Iskandar Idris, Komandan TKR Pekajangan merupakan

persenyawaan dua elemen yaitu TKR dan Muhammadiyah yang berhasil

menghentikan Pemerintah Revolusioner baru, baik di Pekalongan maupun di Tiga

Daerah.

PKI semasa pendudukan Jepang tidak bisa berbuat banyak. Partainya

lemah dan anggotanya sedikit. Di Karesidenan Pekalongan hanya ada delapan

orang anggota Gerakan Bawah Tanah. Seorang di Pekalongan, tiga di Pemalang,

dua orang di Tegal dan dua orang lagi di Brebes dan tujuh anggota lainnya K.

Mijaya (di Tegal) dan Amir (di Pemalang) yang paling aktif.

Sejak Karl Marx mencetuskan manifesto Komunis tahun 1884, maka

kelompok itu menyebar di kalangan Eropa termasuk negeri Belanda. Pada abad

XX beberapa pegawai belanda yang berhaluan Komunis di Indonesia, di

antaranya H.J.F.M.Sneevliet, Ia adalah anggota Social Democratiche Arbeider

Partij (SDAP) atau Partai Bumi Sosial Demokrat. Ia menyebarkan paham

komunis di Indonesia dengan mencoba mempengaruhi pemimpin bangsa

Indonesia. Pada tahun 1914 di dirikan organisasi Marxisme di Indonesia dengan


24

nama Indisce Sosial Democratisce Vereniing (ISDV) dengan Semarang sebagai

pusatnya.

ISDV lalu menyusup kedalam tubuh Organisasi Sarekat Islam yang

membaginya menjadi Sarekat Islam Merah yang di pimpin oleh Semaun dan

Sarekat Islam putih yang di pimpin oleh HOS Cokroaminoto. Sarekat Islam merah

bergabung dengan ISDV dan pada tahun 1920 membentuk Perserikatan Komunis

Hindia/ PKI yang diketuai oleh Semaun dan wakilnya Darsono.

Masalah lain yang dihadapi PKI bawah tanah di Tiga Daerah yaitu; bahwa

para tokohnya Widarta, Bung Kecil dan K.mijaya (juga residen Baru Sarjio dan

sekretarisnya Muroso) berasal dari luar daerah dan bukan orang setempat,

sehingga pengaruhnya tidak begitu besar.

Pada tanggal 21 Oktober 1945 di umumkan bahwa PKI berdiri kembali, di

Tegal di ketuai oleh Sardjono. saat itu juga PKI mempunyai pengaruh yang sangat

besar di Jawa, dan cabang-cabang sarekatnya mendukung secara aktif.

Karesidenan Pekalongan menjadi sebuah pusat dari kegiatan politik yang radikal

dan para pengikut PKI di Tegal dan Pekalongan adalah tokoh-tokoh penggerak

terkenal dalam pemberontakan melawan Belanda tahun 1925 (Andrey R.

Kahin,1990:31) sehingga di Tegal, Pekalongan menjadi pangkalan kuat kelompok

komunis.

Kamijaya merupakan tokoh sentral atas pembentukan badan-badan pekerja

yang menjadi otak dari segala kegiatan perjuangan PKI di Tiga Daerah. Tokoh

lain penggerak perjuangan politik Tegal adalah Parno Sutikno, seorang pegawai
25

pegadaian mereka berhasil mempersatukan tiga kelompok untuk melakukan

gerakan dengan usaha yang di lakukan adalah:

1. Membujuk Kutil atau Sakyani dari kelompok Leggaong untuk bergabung

dalam perjuangan revolusioner.

2. Menjadikan kecamatan Talang, Adiwerna dan Slawi sebagai pusat gerakan.

3. Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI) sebagai inti dari kekuatan

pemuda dan menentang keberadaan BKR (Wawancara Sahmad, Juni 2006)

(Lucas,1989:196)

Kegiatan Perjuangan Komunis di Tegal yang ada di daerah Pantai Utara

sebagai pusat kegiatan kelompok PKI Kamijaya. Dijalankan secara ilegal dengan

kegiatan operasional bawah tanah. yang bekerja sama dengan kekuatan progresif

setempat dan kader PKI bawah tanah di Hutan Sukowati Pemalang seperti

S.Mustofah, Widarta, Kamijaya, Amir, Sarjio dan Murosa yang melakukan

feodalisme dan Kapitalisme.

Secara politik Kamijaya mengikuti garis politik Tan Malaka seperti pada

pernyataan dengan Sayuti Melik,”....bahwa Kamijaya menyatakan dengan agak

marah, bahwa ia tidak suka campur tangan saudara Sayuti Melik dalam masalah

ini, karena ia adalah golongan Tan Malaka .....(Lucas,1989:216) Pernyataan

tersebut menyebutkan bahwa Kamijaya sebagai golongan Komunis dan Sayuti

Melik sebagai golongan nasional, mempunyai rentan jauh dalam segi pemikiran

maupun Idiologinya.

Strategi yang di jalankan oleh kelompok Komunis adalah dengan

menerapkan revolusi yang mempunyai tiga segi yaitu politik, ekonomi, dan
26

militer. Ketiga segi tersebut mampu mengadakan revolusi jangka panjang yang di

tuangkan sebagai gerilya politik dan ekonomi.

Gerakan komunis yang berkembang di daerah banyak di ilhami oleh

golongan Komunis pusat oleh ajaran Tan Malaka yang membakar semangat

perjuangan dalam mencapai kemerdekaan 100 persen yang berisi tujuh pasal

yaitu:

1. Berunding atas dasar pengakuan kemerdekaan 100 persen

2. Pemerintahan rakyat (dalam arti, kemauan rakyat)

3. Tentara rakyat (dalam arti, Kemauan tentara sesuai dengan kemauan rakyat)

4. Menyelenggarakan tawanan Eropa

5. Melucuti senjata Jepang

6. Menyita hak milik musuh

7. Menyita perusahaan-perusahaan dan pertanian musuh (Frederick,1984:353-

354)

C. Munculnya kelompok Legaong (bandit)

Dalam Revolusi Indonesia, banyak dijumpai para bandit yang

memanfaatkan jalannya revolusi. Apabila pada suatu saat timbul kegentingan dan

alat-alat pemerintah menjadi lemah serta tidak berdaya menguasai situasi, maka

unsur-unsur kriminal “berperan” untuk kepentingan pribadinya. Mereka

membonceng gerakan revolusiner/badan-badan perjuangan yang menjadikan teror

dan kekerasan sebagai alat untuk menjalankan kekuasaannya. Sebagaimana

badan-badan perjuangan, unsur-unsur kriminal membentuk dirinya dalam suatu

kelompok yang terorganisasikan mereka ”hidup” dalam dunia “hitam” atau dunia
27

“bawah” atau dunia “bengkok” yaitu dengan membalikan nilai-nilai dari dunia

“Lurus”.

Dunia perbanditan merupakan kehidupan dunia ”bawah” atau dunia

“hitam” yang selalu menampakkan diri pada saat-saat tertentu. Idiologi

perbanditan pada umumnya bersifat sekuler yang merupakan gerakan anti

ekstorsi, anti pemerasan oleh pihak penguasa, tuan tanah, pihak pabrik dan

perkebunan.

Dalam Peristiwa Tiga Daerah kelompok yang di pimpin Kutil adalah

kelompok Leggaong (bandit) yang tumbuh dan berkembang pada saat itu,

kelompok Kutil adalah kelompok yang memiliki tempat dan kedudukan tersendiri

pada saat itu. Kelompok yang muncul akibat sikap ketidak puasan atau sebagai

wujud ketidak setujuan masyarakat terhadap tatanan yang ada, mereka

menganggap mereka mampu menentukan nasib mereka sendiri. Kelompok

Leggaong/bandit, Menurut Hobsbawn, seorang sejarawan sosial Inggris yang

menyatakan bahwa, bandit adalah seorang dari anggota kelompok yang

menyerang dan merampok dengan kekerasan. Istilah bandit di bedakan menjadi

dua:

1. Bandit biasa

Merupakan seseorang yang melakukan kejahatan dengan merampok tanpa latar

belakang apapun.

2. Bandit sosial

Merupakan seseorang yang melakukan perbuatan merampok yang di latar

belakangi oleh kepentingan sosial (Suhartono,1995: 93-94)


28

Hobsbawn mengemukakan juga bahwa Bandit merupakan istilah untuk

menyebut Individu atau kelompok yang menentang hukum. Hobsbawn juga

membedakan 4 istilah bandit yaitu:

1. Perampok berkawan

2. Seorang yang mencuri, membunuh dengan cara kejam dan tanpa rasa malu

(gangster)

3. Seorang yang mendapat keuntungan dengan tidak wajar.

4. Musuh.(Ibrahim, 2004: 222)

Perbanditan bukan semata-mata gerakan Antiekstorsi seperti pendapat

Sartono Kartodirjo, yang di maksud gerakan sosial lebih menitik beratkan pada

gerakan sosial keagamaan, perbanditan disini dapat dimasukan dalam gerakan

sekuler (Suhartono,1995:103)

Di pandang dari Idiologinya, perbanditan Pedesaan lebih menitik beratkan

hal-hal yang sifatnya riil dan Ekonomis, artinya menghadapi kepentingan primer

yang merupakan hajad hidup bersama dalam masyarakat pedesaan.

(Suhartono,1995:105)

Perbanditan di pandang sebagai pahlawan, jago, jawara yang mempunyai

komunitas kuat di dukung oleh masyarakat, karena mencerminkan nilai moral

sebagai aksi protes di tingkat lokal. Kelompok sosial ini memainkan peranan

politik dan mempunyai kedudukan istimewa di mata masyarakat, karena dengan

peran tersebut, masyarakat mempunyai rasa ketakutan dan berusaha untuk

menerima tindakan walaupun menentang hukum.


29

Revolusi sosial yang terjadi di Tegal kurang lebih dua setengah bulan

setelah Proklamasi Kemerdekaan tepatnya bulan Oktober 1945, disebabkan oleh

hilangnya Pemerintahan Jepang di Tegal serta adanya pergantian pemimpin praja

di beberapa Kecamatan dan Kawedanan. Pergantian pemimpin Praja di pimpin

oleh masyarakat yang berasal dari berbagai lapisan diantaranya: pedagang,

penjual makanan, Penjahit, Petani miskin, tukang besi dan penjual Jamu.

Kelaparan dan Kekurangan yang di alami rakyat selama masa Penjajahan

Jepang tidaklah menjadi lebih ringan, berton-ton padi yang di setorkan setelah

panen (Mei-Juni 1945) di Tiga Daerah, menumpuk di gudang-gudang tak

digunakan. Pejabat pemerintah Pangreh Praja tidak segera membagi-bagikannya

kepada masyarakat, mereka menunggu perintah terlebih dahulu dari atasan. Hal

itulah yang menjadikan kemarahan masyarakat bertambah, terutama Kutil

(Lucas,2004:147)

Pengaruh Leggaong/bandit dalam Revolusi memang jelas karena mereka

adalah golongan yang memimpin aksi Dombreng dan sebagai kelompok

penggerak revolusi kemerdekaan di pedesaan. Gerakan yang di lakukan adalah

berupa aksi dombreng yang intinya gerakan ini merupakan tindakan membuat

malu para pejabat yang korup di depan umum. Gerakan perbanditan ini

mempunyai struktur dan pemimpin walaupun bentuknya tradisional, adanya

struktur menunjukan hubungan antara satu bagian dengan bagian lain yang

merupakan ikatan atas bawah secara hirarkhis (Suhartono,1995:101)

Kemunculan leggaong di daerah Tegal seringkali memberi rasa takut di

desa-desa yang di tempati para leggaong. seperti di kecamatan Talang terkenal


30

dengan jagoan yang bernama Kutil yang bernama asli Syakyani sebagai tukang

cukur. Dia dianggap mempunyai kekuatan doa-doa, jimat dan dianggap Ratu Adil

sebagai dampak gejala Messianisme.

Kutil tidak punya Jimat, ataupun doa-doa. Kekuatan pada dirinya terletak

pada keberaniannya membunuh siapa saja yang dianggap musuh, dan

keberhasilannya mempengaruhi masyarakat sehingga ikut dalam gerakannya.

Kyai Makdum adalah teman Kutil. Kyai Makdum memiliki kekuatan istimewa

dan dapat menyembuhkan orang sakit, kepada Kyai inilah kelompoknya meminta

nasihat dan mendapat azimat dan mantra. Azimat tersebut berupa pandonga

slamet (minta doa selamat) Kyai Makdum memberikan segelas air putih untuk

diminum sebelum berangkat. Segelas air putih yang diminum dipercaya akan

memberikan keselamatan. Keselamatan yang dipercaya misalnya apabila akan

ditembak dengan sendirinya tembakan akan meleset, tidak mengenai sasaran.

tidak hanya itu, mereka juga membawa bambu runcing yang sudah diberkati.

Banyak pemuda AMRI memakai selempang Janur kuning sebagai lambang

perlawanan dan pemberi kekebalan serta penangkal roh jahat. Karena langkanya

senjata api (hanya dua orang tokoh AMRI, lainnya disamping Kutil yang

memilikinya) adanya perlindungan semacam itu dirasa lebih penting artinya, baik

bagi kaum Leggaong maupun bagi Kaum Revolusiner (Wawancara dengan Bapak

Wastap, Juni 2006). Kedekatan Kyai Makdum dengan Kutil memunculkan

anggapan bahwa Kyai Makdum adalah guru Kutil dan seperti anggapan

masyarakat pada umumnya Leggaong mendapat kekuatan magisnya dari seorang

Kyai terkenal.
31

Pengaruh Kutil dalam revolusi sosial adalah melakukan protes sosial

dengan memimpin aksi dombreng dan mengerahkan massa, sebagai bentuk

kebencian rakyat terhadap Pangreh Praja serta pengangkatan sepihak dirinya

sebagai kepala kepolisian Tegal.

Pengangkatan dirinya sebagai Kepala kepolisian tidak dilakukan oleh

masyarakat. Kutil mengangkat dirinya sendiri, karena dia merasa sebagai seorang

pahlawan yang disanjung-sanjung rakyat, merasa besar didukung sepenuhnya oleh

rakyat. Dukungan rakyat terbukti dengan tidak ada satupun orang yang berani

dengan dia apalagi menentangnya dan setiap tindakan maupun perintahnya benar-

benar dijadikan hukum oleh masyarakat pada saat itu. Tindakan yang dilakukan

Kutil adalah tindakan seorang yang arogan, tindakan yang tidak

berperikemanusiaan, tidak pandang bulu, tua, muda apabila dianggap bersalah

dengan tidak segan-segan dia akan membunuh dengan cara yang kejam. Kutil

tampil sebagai jagoan Republik (walaupun disiang bolong) yang ingin membalas

dendam atas perlakuan para pejabat semasa penjajahan Jepang (Wawancara

dengan Bapak Karso, Juni 2006).

Perbanditan yang terjadi di Talang jelas terlihat, masa revolusi sosial yang

terjadi kurang lebih tiga bulan, menunjukan bahwa perbanditan pada masa

pendudukan Jepang sudah di mulai. Adanya orang-orang yang dengan sendirinya

muncul yang mampu menggerakan massa/masyarakat lebih dari ribuan. Bahkan

pengikutnya pun terdiri dari tidak hanya orang-orang dari golongan bawah saja

melainkan juga orang-orang dari kalangan agama yang notabene namanya sudah
32

tidak di ragukan lagi di daerah masing-masing. mereka dengan mudah ikut

bergabung dengan para Leggaong.

Kelompok Kutil sengaja menggunakan Islam dan Ulama sebagai kekuatan

ajarannya karena mereka menganggap bahwa Islam merupakan kekuatan politis

yang besar di Indonesia.

D. Berkobarnya Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946

Masa Revolusi kemerdekaan 1945 merupakan bagian dari sejarah

perjuangan bangsa Indonesia untuk mencapai dan menegakkan kemerdekaan yang

dimulai sejak Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Didahului masa

pendudukan Jepang yang singkat (1942-1945). Hilangnya kekuasan Jepang

mengakibatkan adanya vacuum kekuasaan, dan menyebabkan munculnya

petualang-petualang politik yang sengaja mengambil kesempatan dengan

menyebarkan isu-isu untuk menghasut rakyat guna kepentingan golongannya

sendiri. Disamping itu juga hubungan kekeluargaan antara masyarakat sudah tidak

serasi. Anggota keluarga masing-masing mempunyai tugas dan kewajiban yang

tidak dapat ditinggalkan, jika berani menghindar hukuman berat menanti. Tenaga-

tenaga sukarela seperti Romusya yang merupakan kewajiban dari seluruh

penduduk dan keharusan menyerahkan hasil padi bagi para petani telah

mengakibatkan kebencian rakyat kepada pemimpin pemerintah bangsa sendiri.

Secara resmi pangreh praja dan kepolisian peninggalan pemerintah Jepang

masih berkuasa, maka untuk mendampinginya dibentuklah Komite Nasioal daerah

(K.N.I.Daerah). Namun demikian agaknya belum dianggap cukup, dan suara-

suara yang santer menginginkan digantinya anasir-anasir pimpinan pemerintahan


33

yang selama pendudukan Jepang sudah memegang pimpinan. Aksi-aksi mulai

timbul yang ditujukan pada diri:

1. Mr. Besar :Residen Pekalongan

2. R. Sungeb Reksoatmodjo :Wali Kota Tegal

3. Sarimin Reksodihardjo :Bupati Brebes

4. R.Slamet Sunaryo :Bupati Tegal

5. Rahardjo :Bupati Pemalang

Mereka semua dianggap sebagai antek-antek Jepang atau Agen-agen

Koloni Belanda (NICA) bahkan dalam Agetasinya dalam suatu rapat di Brebes

Sukirman dalam mengartikan BKR sebagai Badan Keamanan Residen.

Gerakan massa rakyat dimulai dengan melakukan tindakan-tindakan

kejam, menangkap, menyiksa bahkan membunuh pimpinan-pimpinan daerah yang

dianggap bersalah.

Berkobarnya Revolusi Sosial di Tegal terjadi bersamaan dengan

munculnya tokoh Kutil yang terkenal dengan tindakannya yang tidak mengenal

hukum, sadis, dan tidak berperikemanusiaan, namun prokemerdekaan dan

tindakannya semata-mata untuk kepentingan dan kesejahteraan rakyat. Kutil pada

masa revolusi sosial di tegal, dijadikan tokoh utama dalam setiap gerakan, razia,

penyerbuan terhadap kantor-kantor pemerintah maupun perusahaan-perusahan,

pergantian pejabat-pejabat pemerintah yang dianggap NICA serta pembunuhan-

pembunuhan terhadap orang-orang yang dianggap bersalah maupun orang-orang

yang dianggap menghina republik semuanya terlebih dahulu melalui komandonya.


34

Revolusi Sosial di Tegal di dimulai dengan ketegangan yang terjadi dalam

satu rapat di Kecamatan Moga, Pemalang selatan. Awal bulan Oktober rakyat

meminta agar padi dibagikan. Camat yang sedang pergi membuat suasana

semakin tegang. Wakil camat adik Bupati Pemalang berusaha menenangkan

suasana, namun rakyat yang berkumpul malah menjadi marah dan melempari

gedung dan tempat penyimpanan padi dengan batu.

Di tiga daerah ketegangan yang serupa terjadi dimana-mana. Hal ini

menunjukkan bahwa pemerintah setempat sudah tidak punya waktu lagi untuk

bertindak, karena pada akhir minggu kedua bulan Oktober tindakan pemerintah

untuk membagi-bagikan padi dirasa sudah terlambat. Revolusi sosialpun telah

dimulai.

Revolusi sosial dimulai di Desa Cerih, daerah miskin penghasil singkong

di wilayah perbukitan Tegal selatan. Yang terkenal dengan pusat gerakan

radikalnya. Sebelum perang, pada tanggal 7 Oktober malam hari, sehari setelah

korban-korban akibat perlawanan dengan konpeitai dimakamkan di Pekalongan.

Rumah “Den Mas” Harjowiyono, lurah desa Cerih, dikepung oleh rakyat. Rakyat

mengancam akan membakar rumah itu, bila lurah tidak mau keluar. Pada pagi

harinya, Raden Mas Harjowiyono dengan pakaian resmi keluar menghadapi

rakyat yang mengancam akan membunuhnya, dan beliau menanyakan kepada

mereka apa kesalahannya. Ia dilucuti dan diberi pakaian goni, sedangkan istrinya

diberi kalung padi, suami istri ini diarak, diiringi bunyi gamelan milik lurah yang

melambangkan kedudukan dan kekayaannya. Sesudah diarak, mereka dihina dan

diperlakukan seperti ayam, dipaksa minum air mentah dalam tempurung kelapa
35

dan makan dedak (kulit padi) kemudian lurah dan kelurganya ditahan di

kecamatan agar para pemimpin perjuangan setempat, termasuk camat baru

(karena camat lama kabur) dapat mengawasinya.

Revolusi sosial yang terjadi di Tegal dimulai antara tanggal 20-25 Oktober

1945, pemuda-pemuda di Talang dan Ujungrusi terlihat sangat aktif mengadakan

latihan baris-berbaris setiap pagi atas perintah dari pimpinannya dalam rangka

persiapan untuk menghadapi musuh Belanda. Sebagai inti gerakan ini berasal dari

kalangan pemuda yang tergabung dalam Angkatan Muda Republik Indonesia

(AMRI) dimana Sakyani alias Kutil sebagai pimpinanya.

Latihan rutin yang dilakukan kemudian berubah menjadi beratus-ratus

pemuda bergerombol-gerombol dengan membawa berbagai jenis senjata tajam

dan mulai mengadakan pemeriksaan- pemeriksaan, penggeledahan terhadap

orang-orang yang berjalan melewati markas penjagaan Pemuda di Talang. Baik

orang-orang yang berjalan kaki, naik sepeda, dokar maupun dengan kendaraan

bermotor mereka, diberhentikan dan diperiksa satu persatu dengan cara yang tidak

teratur dan apabila dalam pemeriksaan tersebut dijumpai seseorang anggota

Pamong Praja, polisi negara langsung diseret dan dibawa ke markas. Demikian

pula bila terdapat orang yang membawa barang-barang atau pakaian yang

bercorak Merah Putih Biru, mereka diseret secara beramai-ramai dengan tuduhan

NICA kaki tangan Kolonial Belanda. Kelompok pemuda ini juga memberlakukan

ketentuan, kepada siapa saja yang berjalan melewati markas penjagaan Pemuda

harus berhenti dan mengangkat tangannya untuk menyampaikan salam

MERDEKA!
36

Dari contoh tindakan diatas menunjukan bahwa begitu besar pentingnya

kelompok pemuda dalam menggerakan revolusi, disamping keberanian yang

tinggi. Adanya pemimpin yang pemberani, tegas dalam memerintah, tindakannya

yang cepat dalam mengambil keputusan yang semata-mata untuk kepentingan dan

kesejahteraan rakyat disamping dukungan penuh dari seluruh masyarakat,

pemuda yang berjuang bersamanya adalah kunci utama berjalannya suatu

gerakan.

Kelompok pemuda di daerah Tegal, adalah tidak dari golongan pemuda

namun kelompok itu sebagian besar terdiri dari orang-orang yang usianya sekitar

30-40 tahunan, yang memiliki semangat juang yang tinggi.

E. Dampak Revolusi Sosial di Tegal tahun 1945-1946

1. Dampak terhadap Kondisi Sosial Masyarakat Tegal

Sejak bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaan tanggal 17

Agustus 1945, negara Indonesia dihadapkan pada banyak persoalan baik dibidang

Ekonomi, Sosial, maupun Politik. Disamping sosial ekonomi warisan kolonial

masih cukup kuat mengakar pada kehidupan masyarakat. Sedang dibidang politik,

konsolidasi negara Republik Indonesia terutama dalam menghadapi kekuatan

militer Belanda dan melancarkan revolusi nasional yang menyebabkan tingkat

politisasi masyarakat menjadi semakin tinggi.

Kegiatan sosial masyarakat Tegal sesudah proklamasi kemerdekaan

berjalan sangat lambat, karena aktivitas masyarakat dipusatkan pada usaha usaha

mengobarkan peristiwa tiga daerah. Keadaan sosial masyarakat Tegal tidak

tentram, sebab kegentingan suasana akibat tanda-tanda adanya perang semakin


37

menjadi nyata. Kedatangan tentara sekutu dari Semarang adalah salah satu faktor

yang ikut memperkeruh suasana di Tegal.

Dampak yang dirasakan oleh masyarakat Tegal pada Peristiwa Tiga

Daerah ini adalah kekerabatan yang telah berlangsung lama dalam kehidupan

keluarga menjadi terpisah, karena banyak dari anggota masyarakat yang

meninggal dalam peristiwa tersebut. Dalam bidang pendidikan masyarakat Tegal

mendapatkan kesempatan bersekolah tanpa dipungut biaya. Mutu pendidikan

sekolah pada masa ini secara umum tidak meningkat, karena pelajaran yang

diajarkan sangat sedikit. Mereka sering kali diggerakkan untuk melakukan kerja

bakti diantaranya seperti membersihkan tempat-tempat umum, mencari berbagai

tanaman liar untuk diserahkan kepada pihak Jepang. Hal ini sering dilakukan

sehingga pelaksanaan kurikulum secara normal menjadi terganggu.

Jepang meninggalkan Tegal setelah Indonesia merdeka. Meletusnya

Peristiwa Tiga daerah menyebabkan pendidikan masyarakat Tegal menjadi kacau

dan banyak masyarakat yang tidak sekolah. Berakhirnya peristiwa tiga daerah

mengakibatkan pendidikan masyarakat berjalan baik dan ada sedikit mata

pelajaran dari masa pemerintahan Jepang yang dapat dijadikan kurikulum

Masyarakat Tegal mayoritas beragama Islam, sehingga banyak pondok-

pondok pesantren, guru agama, dan Kyai. Guru agama pada saat itu mempunyai

kedudukan yang istimewa karena masyarakat pada saat itu menganggap guru

agama adalah orang yang pantas dihormati dan merupakan tokoh yang

kharismatik. Status haji dan Kyai dianggap sebagai simbol martabat sosial. Peran

Kyai dan guru agama mempunyai pengaruh yang sangat penting, mereka
38

dianggap mampu mengurangi tindakan kekejaman ataupun meredakan suasana.

Misalnya ketika pemimpin TKR Kol H. Iskandar Idris akan dibunuh, yang

berhasil menyelamatkan adalah seorang Kyai. Kelompok lain yang cukup

berpengaruh dalam masyarakat adalah para ulama, kelompok Elite Birokrasi yaitu

aparatur pemerintah seperti bupati, patih, wedana, camat termasuk juga kepala

desa atau bekel. Seorang kepala desa berperan sebagai pelindung rakyat,

mengumpulkan pajak, sehingga Ia dianggap sebagai penghubung rakyat dengan

pihak pemerintah. Pada waktu peristiwa tiga daerah meletus semua aparatur

pemerintah tidak berperan. Sehingga masyarakat menghendaki adanya pergantian

pemerintahan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Tegal.

2. Dampak terhadap Kondisi Ekonomi Masyarakat Tegal

Proklamasi kemerdekaan merupakan masa terjadinya perubahan politik

yang berdampak pada bidang ekonomi. Ekonomi perang peninggalan Jepang telah

menyebabkan kesengsaraan rakyat yang berlarut-larut dan menimbulkan trauma

bagi rakyat. Masalah gizi pada jaman Jepang masih menjadi penyakit rakyat

karena kurangnya kontrol dari pemerintah penjajah maupun pemerintah lokal

yang kurang memperhatikan kesehatan masyarakat. Masyarakat pada waktu itu

terkena penyakit busung lapar dengan ciri-ciri perut besar dan buncit, tubuh kurus

kering akibat menderita kelaparan. Sisa-sisa ekonomi penjajahan masih dirasakan

oleh masyarakat bahkan, hukum rimba masih melekat pada jiwa masyarakat

Tegal, “Siapa yang kuat dialah yang dapat”. Semboyan itu muncul pada saat

rakyat tidak bisa mempertahankan haknya karena kedudukan priyayi yang lebih

tinggi dan posisi rakyat yang harus mengabdi pada priyayi.


39

Keadaan ekonomi yang dijadikan alasan untuk kepentingan politik, terkait

karena pemerintah Tegal sebagai wilayah yang mempunyai pengaruh besar

terhadap daerah lain. Kamijaya sebagai golongan kiri yang berhasil menyusup

dalam lingkungan masyarakat Tegal memprovokasi untuk menentang

pemerintahan, dengan mengakatakan bahwa rakyat dieksploitasi hak-haknya oleh

negara dengan melihat kenyataan bahwa tanah yang membentang luas dan hutan

yang menghijau merupakan bagian hak milik negara, sehingga rakyat harus

merasakan apa yang dirasakan negara.

Keadaan ekonomi masa Revolusi ditandai dengan pencarian dana

perjuangan yang merupakan masalah ekonomi yang dihadapi bangsa Indonesia,

antara lain:

Periode awal Revolusi (1945-1946) adanya pencarian dana perjuangan

ditambah dengan perjuangan melawan musuh lama (Belanda). Salah satu

ciri pada tahun tersebut adalah negara dalam keadaan lemah, namun

masyarakat dalam keadaan yang cukup kuat. Karena itu ketika cita-cita

ekonomi nasional yang berorientasi kerakyatan dirumuskan dalam konsep

Bung Hatta, prioritas utama perekonomian nasional dalam konsep tersebut

adalah pengambil alihan sumber-sumber strategis yang dikuasai oleh

penjajah. Usaha itu belum sepenuhnya berhasil mengingat lemahnya

mekanisme kontrol pemerintah, disamping masih dominannya faktor non

ekonomi dalam suasana revolusi dan kurangnya modal asing serta

kurangnya tenaga kerja yang trampil (Abdullah,1995:259)


40

Seperti terjadi di daerah Tegal yang merupakan daerah miskin, walaupun

daerah itu kaya dengan pabrik-pabrik tekstil dan sumber daya alam, tetapi

penduduknya sebagian besar bermata pencaharian sebagai buruh dan petani,

bahkan beban ekonomi masyarakat bertambah dengan penguasaan bahan-bahan

pokok oleh golongan Cina. Golongan Cina menyembunyikan barang-barang

kebutuhan yang diperlukan masyarakat, akibatnya bahan-bahan pokok menjadi

langka dan harganya mahal.

Kondisi ekonomi yang sulit di Tegal dapat dikemukakan penyebabnya

yaitu:

1.Rakyat yang baru merasakan kemerdekaan digoncang oleh adanya Peristiwa

Tiga

Daerah

2.Penimbunan bahan kebutuhan pokok oleh golongan Cina menyebabkan harga-

harga membumbung tinggi.

3.Kurangnya perhatian Rakyat terhadap penggarapan sawah, perdagangan dan

industri sebagai akibat adanya pendudukan Belanda di kota-kota

(Kutoyo,1979:98).

Kota Tegal menjadi kacau, aktifitas perekonomian berhenti. Masyarakat

tidak lagi menggarap sawah melainkan bergabung dalam kelompok organisasi

penumpasan peristiwa tiga daerah. Tingkat perekonomian masyarakat Pekalongan

menurun dan pemenuhan kebutuhan pokok berkurang serta terjadi krisis moral.

Dalam peningkatan perekonomian masyarakat Tegal, Gabungan Badan

Peristiwa Tiga Daerah (GBP3D) membentuk suatu badan ekonomi. Badan


41

tersebut digunakan sebagai wadah ekonomi yang secara umum kedudukannya

adalah menanggulangi masalah-masalah ekonomi di tiga daerah. Sebagai wadah

untuk memperbaiki ekonomi sebelumnya yang dianggap tidak sesuai lagi dengan

keadaan yang diharapkan oleh kelompok Kamijaya, antara lain sebagai berikut:

1. Mengadakan sentralisasi untuk tiga daerah

2. Pembagian dan pembelian bahan makanan yang diatur oleh badan sentral

3. Perekonomian dikoperasikan pada masyarakat kecil.

4. Mengambil alih perusahaan angkutan pemerintah pendudukan Jepang (Kunco)

ketangan pemerintah

5. Memperluas front kemerdekaan dan front perjuangan sampai ke natura untuk

memperbanyak hasil-hasil bumi

6. Menyesuaikan produksi pabrik dengan kebutuhan saat ini.

7. Memberi nama kantor perekonomian dengan kantor perekonomian rakyat

(KPR)

8. Menyerahkan tiap pengiriman bahan makanan ke wilayah tiga daerah yang

mendapat izin dari KPR daerah

9. Menganjurkan Home Industri serta memperbanyak tanaman kapas.

Dengan adanya badan ekonomi yang dibentuk GBP3D perekonomian

masyarakat Tegal mengalami peningkatan kebutuhan hidup, meskipun distrubusi

pangan sangat terbatas. Kondisi sosial ekonomi masyarakat Tegal pada masa

proklamasi kemerdekaan sampai dengan peristiwa tiga daerah 1945 sangat

terganggu. Setelah peristiwa tiga daerah berhasil diselesaikan dan masyarakat


42

Tegal mulai dapat melakukan aktifitasnya secara perlahan, masyarakat Tegal

dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Peristiwa Tiga Daerah membawa pengaruh dan dampak bagi masyarakat

Tegal. Dibidang ekonomi kebutuhan hidup masyarakat tidak dapat terpenuhi

dengan cepat karena rakyat tidak berani keluar rumah, tempat-tempat

penyimpanan padi dan pusat-pusat kebutuhan dikuasai Komunis. Pertanian

masyarakat Tegal banyak mengalami kesusahan dibandingkan dengan

keuntungannya antara lain:

1. Saluran irigasi sawah diperbaiki.

2. Jalur lalu lintas yang menghubungkan antar desa diperbaiki.

3. Dengan adanya Kereta Api, pengangkutan jadi lebih lancar dan banyak hasil

bumi yang dijual ke daerah lain.

4. Pendirian pabrik-pabrik gula Pangkah, Dukuh Wringin, Kemangten Pagongan,

Balapulang, Ujungrusi, dan Kemangtran menampung tenaga kerja sehingga

mengurangi pengangguran.

Berakhirnya Peristiwa Tiga Daerah menjelang tahun 1946-1947 para

pejabat pemerintahan yang baru, mengadakan program perkebunan seperti

perkebunan kopi dan tebu untuk mencukupi kebutuhan rakyat Tegal. Penduduk

sekitar perkebunan banyak bekerja sebagai kuli yang merendahkan derajatnya.

Dilihat dalam kenyataannya kehidupan petani biasa dalam segi ekonomi.

Tahun 1946-1947 masyarakat Tegal masih merasakan akibat dari peristiwa

tiga daerah, akan tetapi masyarakat tetap berusaha meningkatkan kebutuhan hidup

sesuai dengan kemampuan mereka. Ada yang mulai membuat kerajianan Poci
43

(tempat teh) untuk memenuhi kebutuhan keluarga Pangreh Praja dan para pejabat

pemerintahan Tegal dan ada juga yang sudah mulai berdagang di pasar walaupun

hanya sedikit orang yang berjualan.

3. Dampak Terhadap Kondisi Politik Masyarakat Tegal.

Keadaan sosial ekonomi seperti yang telah diuraikan, sangat

mempengaruhi perkembangan politik di daerah Tegal. Dalam bidang politik

pemerintah Jepang ikut campur tangan dalam struktur pemerintahan sampai

tingkat pedesaan. Campur tangan pemerintah Jepang terhadap Korp pangreh Praja

merupakan bentuk-bentuk penetrasi politik dan depolitisasi terhadap lembaga-

lembaga politik tradisional di pedesaan.

Tatanan kehidupan politik tradisional di pedesaan, pemerintahan Jepang

dengan orientasi ekonominya telah melanggar batas-batas otonomi pemerintah

desa. Kepala desa diangkat berdasarkan kriteria tertentu secara demokratis. Pada

masa pendudukan Jepang proses pemilihan dan pengangkatan kepala desa,

Wedana, Bupati diharuskan mengerti administrasi pemerintahan dan sekaligus

menyingkirkan orang-orang yang tidak mendukung sistem pemerintahan Jepang.

Oleh sebab itu upaya Jepang mengeksploitasi sumber bahan mentah,

makanan dan sumber tenaga dapat lebih mudah. Kepala desa berperan penting,

disamping mempunyai tugas tradisional pangreh praja juga memiliki kewajiban

antara lain:

a. Menuntun dalam upaya peningkatan padi

b. Mengawasi tanaman baru

c. Pengumpulan padi
44

d. Perekrutan Romusha

e. Pengorganisasian tenaga kerja

f. Mengawasi koperasi pertanian

Melihat kewajiban kepala desa atau pangreh praja tersebut diatas,

masyarakat mempunyai penilaian negatif terhadap pangreh praja, sebab pangreh

praja yang semula merupakan sumber pengayom bagi masyarakat berubah

menjadi alat pendukung atau antek-antek Jepang dalam pelaksanaan ekploitasi.

Akibatnya timbul kebencian masyarakat terhadap pamong praja pada waktu itu.

Masyarakat menganggap merekalah yang menyebabkan timbulnya penderitaan

dan kemiskinan.

Hidup rakyat selama penjajahan Jepang selalu tertekan dan penuh

kekurangan dan mudah menerima hasutan yang dilakukan oleh agigator-agigator

komunis. Pejabat di daerah-daerah pada umumnya bersikap pasif, lemah dan

bingung. Pemerintah tidak menjelaskan makna kedaulatan rakyat kepada rakyat,

akibatnya para pejabat tidak mempunyai wibawa dan pemerintah sendiri tidak

mampu menghentikan kesewenang-wenangan yang muncul.

Sistem politik Jepang menciptakan pemerintahan daerah yang tidak sesuai

dengan keinginan masyarakat. Gejolak banyak muncul dan terjadi antara

golongan pangreh praja dan golongan pemuda dengan aksi gerakan daerah.

Tindakan yang dilakukan adalah mengeluarkan agitasi untuk mengeruhkan

suasana. Mereka juga menuntut penggantian pejabat-pejabat peninggalan jaman

Jepang.
45

Masyarakat Tegal mengadakan pemilihan pangreh praja atau pemerintah

daerah yang sah dan disetujui oleh masyarakat Tegal. Pangreh praja yang telah

dipilih diharapkan mampu melaksanakan tugas sesuai dengan jabatannya.

Pengaruh pemimpin agama sangat dibutuhkan untuk meredakan situasi. Sejumlah

Kyai diangkat menjadi Bupati, Wedana, dan Camat untuk menggantikan pejabat

lama yang berasal dari masa pemerintahan Jepang. Adanya pengangkatan Pangreh

Praja oleh masa rakyat menunjukkan bahwa mereka membutuhkan pemimpin

baru yang diharapkan sesuai dengan situasi baru.

Pengangkatan terhadap pangreh praja telah dilakukan, tetapi pengaruh

dibidang pemerintahan yang masih dapat kita rasakan sampai sekarang adalah:

a. Strkturisasi yang dibentuk pada masa pemerintahan Jepang masih tetap ada

sampai sekarang walaupun istilahnya berbeda.

b. Jabatan kepala desa tidak dapat turun temurun akan tetapi melalui tes terlebih

dahulu dan dipilih rakyat.

c. Pembentukan Tonarigumi (RT / RW) membentuk persatuan dan kerja sama

antar sesama warga.

Tujuan GBP3D pada dasarnya adalah membuat pemerintahan karesidenan

yang demokratis, karena mereka menganggap pemerintahan yang baru terbentuk

masih mendapat pengaruh feodalisme penjajah. Pada tanggal 11 Desember 1945,

pemindahan kekuasaan administratif karesidenan oleh staf pengoperan pada

pemerintahan baru masih berlanjut. Pada tanggal 11 Desember itu juga, Sarjio

mengeluarkan pengumuman bahwa pemerintah daerah karesidenan Tegal telah

menyerah dan jatuh ketangan rakyat, semua sebutan dan gelar kepriyayinan harus

diganti. Pemerintah baru berprinsip demokrasi dan keluarga, dimana semua


46

hubungan antara pejabat dan rakyat harus didasari oleh prinsip tersebut. Sebutan

“paduka” atau “Ndoro” diganti dengan “Bapak”, sedangkan panggilan “Bung”

diganti dengan “ Saudara” atau yang lazim digunakan.(Lucas, 1989:249-

250)

Dengan Perubahan pemerintahan Tegal masyarakat mengharapkan

pemimpin yang demokratis adil dan bijaksana serta dapat meningkatkan struktur

pemerintahan yang sehat. Pergantian pejabat karesidenan Pekalongan sangat

dibutuhkan oleh masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan hidup

bermasyarakat dan mendekatkan hubungan antara pemerintah dengan rakyat.

Setelah Peristiwa tiga daerah berakhir, maka pada tanggal 1 Januari 1946

terbentuklah Resimen XIII Tegal dengan Komandan Resimen Letkol Rachim

Gondo Suwito dan sejak saat itu TKR di Tegal tidak lagi masuk ke dalam

Resimen XVII Pekalongan melainkan berdiri Resimen tersendiri dan masuk ke

dalam devisi II / Sunan Gunung Jati, cirebon(jarahdam VII,1968:30). Demikian

pula TKR laut telah disempurnakan dan terbentuklah ALRI Pangkalan IV Tegal,

dengan Panglima Letkol Darwis Djamin.

Berakhirnya Peristiwa Tiga Daerah dan pemerintah membentuk susunan

pemerintahan baru dan pangreh praja baru yang diinginkan masyarakat yaitu

pemimpin yang adil, jujur, dan mempunyai wibawa. Pemerintah membentuk

badan-badan perjuangan bersenjata yaitu:

1. Pada tanggal 15 Januari 1946, terbentuklah Resimen Hibullah Tegal, dengan

Komandan Resimen kosim Nachrawi.

2. Pada tanggal 1 Maret 1946 terbentuklah BPRI Resimen Pusponegoro, sebagai

Koordinator/ Komandan Resimen Moh. Yunus Pusponegoro

3. Menyusul kemudian terbentuk Laskar Rakyat Jawa Barat Karesidenan

Pekalongan
47

di Tegal, dengan Pimpinan Zubir

Sejak bulan Maret 1946, Resimen XIII Tegal, ALRI Pangkalan IV Tegal

serta badan-badan perjuangan bersenjata di Tegal dengan secara bergantian

mengirimkan pasukan-pasukannya ke berbagai front di daerah-daerah yang telah

diduduki oleh Belanda.

a. Resimen XIII Tegal ke front Bandung Utara, Lembang- Ciater dan Front

Bandung

Timur, Ujung Berung, Cileunyi.

b. ALRI Pangkalan IV Tegal, ke front Karawang Timur, dan front Semarang

Barat.

c. Resimen Hisbullah Tegal, ke front Bandung Utara, Lembang-Ciater, dan front

Semarang barat bagian Selatan.

d. BPRI Tegal, ke Front Semarang Barat bagian Utara.

e. Laskar rakyat Tegal, ke Front Karawang Timur dan Front Semarang Barat

( Jarahdam VII, 1968: 31)

Dengan dibentuknya badan perjuangan diatas keadaan politik daerah

Tegal menjadi lebih aman dan sistem pemerintahan yang stabil dan dinamis.
BAB IV

PERANAN KUTIL DALAM MENGGERAKAN REVOLUSI SOSIAL

A. Munculnya Tokoh Kutil

Dalam Revolusi Tiga Daerah pengaruh Kutil sangat besar, selain dijadikan

sebagai The Great Man, seorang pemimpin yang dalam setiap perkataannya

didengar tidak hanya oleh orang-orang golongan pribumi yang berpendidikan

rendah saja, tetapi orang kaya yang berpendidikanpun tunduk dan patuh pada

tindakan dan perintah yang dilakukannya.

Bulan Oktober 1945, Kutil membentuk organisasi yang bernama AMRI.

Gerakan yang dia pimpin mengatasnamakan Angkatan Muda Republik Indonesia.

Gerakan ini mempunyai dua markas, markasnya yang pertama berada di

Ujungrusi digunakan sebagai pusat pertahanan, sedangkan Markasnya yang kedua

di Talang menggunakan Bank Rakyat Talang sebagai Markas terdepan (operasi)

(wawancara dengan Bapak Karso, juni 2006).

Masyarakat yang ikut dalam gerakan Kutil dengan sendirinya masuk

menjadi anggota AMRI diantara anggotanya adalah para pedagang, penjual

makanan, penjahit, petani miskin, tukang besi, penjual jamu. Seperti badan-badan

perjuangan lainnya, tugasnya ditetapkan sendiri oleh dia yaitu mencari sisa-sisa

orang Jepang dan melucutinya. Kemudian melakukan pengejaran terhadap agen-

agen NICA.

Revolusi sosial di Talang mulai lebih awal dari pada di tempat-tempat lain

dan tujuan AMRI bentukan Kutil dimasa Revolusi Sosial adalah pembagian

kekayaan. Tujuan lain adalah menumpas setiap orang yang dicurigai menjadi agen

16
17

NICA, yang dianggap sebagai pengkhianat. Sedangkan tujuan jangka panjang

kelompok ini tidak jelas.

Kutil muncul sebagai pemimpin pada saat itu, seakan-akan mempunyai

kharisma yang begitu besar. Ia seakan-akan diangkat oleh massa, dan merasa

dirinya sebagai pemimpin karena di puja-puja, di percaya rakyat secara penuh dan

tindakannya untuk kemakmuran rakyat. makin tebal keyakinannya, semakin besar

pengaruhnya.

Munculnya Kutil menjadi awal terjadi dan munculnya pembunuhan-

pembunuhan sadis yang dia lakukan. Tindakannya yang pertama adalah

mengadakan Razia umum, kereta Api yang lewat pada saat itu dihentikan, kereta

penumpang jurusan Purwokerto dan Tegal di razia yang kelihatan pegawai

diturunkan. Kelompok Kutil mengatakan Pangreh Praja dengan sebutan Kaum

Plontos, Karena mereka menggunakan blangkon. Pada saat itu pegawai-pegawai

pemerintah menggunakan Blangkon dan setiap akan masuk kantor mereka

berjalan dengan membungkukan badan dari halaman Kantor, sampai kedalam

Kantor. Lurah-lurah, camat-camat yang menentang dicopot, diseret, di tombreng-

tombreng ke jalan dan banyak juga yang dibunuh, Ada juga yang dirazia di

kantor-kantor. Ia mengangkat, Camat dan Bupati sendiri. Di setiap desa

diberlakukan sama seperti itu (Wawancara dengan Bapak Karso, Juni 2006).

Aksi penyerbuan yang dilakukan kelompok Kutil dan komplotannya

dimulai pada Bulan November 1945 (Peristiwa-peristiwa anarkhis sudah dimulai

dari tanggal itu), sasarannya tidak hanya ditunjukkan untuk golongan Pangreh

Praja saja. Namun ditunjukkan juga kepada Polisi, Asrama Polisi, wilayah yang
18

diserang diantaranya; Brebes, Kejambon, Margasari, Pemalang dan kemudian

Batang diserbu oleh rakyat bersenjata dan dilucuti senjatanya.

Kutil sebagai pemimpin gerakan, sebagai komando dalam setiap

pembunuhan-pembunuhan, dimulai dengan tindakannya yang berani menganiaya

dengan cara yang tidak berperikemanusiaan. Seperti yang dialami oleh diri

Ruslim, Opsichter bengkel KA Tegal, ia dicincang di tiang listrik dan dipukuli

secara beramai-ramai, baru setelah babak belur ditanya, mau ikut siapa? Setelah

dijawab mau ikut Kutil barulah dia dilepaskan. Dengan anggapan bahwa tindakan-

tindakan mereka tidak akan mendapatkan hukuman dari yang berwajib, mereka

kemudian berani melakukan tindakan pembunuhan (Wawancara dengan Bapak

Sahmad 2006).

Korban pembunuhan pertama adalah menimpa diri seorang anggota polisi

negara yaitu Singa, dia adalah orang yang paling sulit dibunuh karena Singa

dianggap Mempunyai alat-alat kekebalan semacam Jimat, sehingga samurai

(pedang panjang) tidak mempan walaupun berulang-ulang diarahkan pada

tubuhnya. Singa akhirnya meninggal dengan cara dimasukan dalam lubang yang

telah dibuat oleh orang-orang Cina di dekat jembatan Kaligung dan dikubur

hidup-hidup (Wawancara dengan Bapak Sadum, Juni 2006). tindakan Keji dan

brutal dari Massa pemuda pimpinan Syakyani ternyata tidak ada yang menuntut.

hal ini membawa akibat tindakan –tindakan yang lebih brutal dilakukan Syakyani.

Ia dan anak buahnya mulai mengadakan tindakan teror kepada rakyat. Rumah-

rumah penduduk di teror dan di gedor, setiap orang di dobrak untuk keluar dari

rumahnya kecuali orang yang sudah tua dan sedang sakit. Mereka di haruskan
19

untuk mengikuti gerakan-gerakannya dan kepada siapa saja yang tidak mau

mengikutinya apalagi menentang, mereka tidak luput dari sasaran pembunuhan

Sakyani (Wawancara dengan Bapak Ruslim, Juni 2006).

Pada saat itu, beribu-ribu massa Rakyat membanjiri jalan besar Talang

menunggu komando dari Algojonya Kutil dan sejak saat itu pula Massa pemuda

yang brutal itu kemudian memblokade jalan ke jurusan selatan Slawi. praktis

seluruh daerah Talang di kuasai massa rakyat. jalan raya Talang yang biasanya di

gunakan lalu lintas umum jurusan Tegal-Purwokerto menjadi tertutup, karena

tidak ada lagi kendaraan yang berani lewat di jalan tersebut. Perbanditan pada saat

itu situasinya memuncak menjadi lebih gawat dan timbul Pembunuhan lagi yang

ketiga kalinya terhadap:

1. R saleh

2. Sidik dari pemuda API

3. Moh. Ali, karyawan Pabrik Texin Tegal

Ketiga orang tersebut, di bunuh secara beramai-ramai oleh massa Rakyat

di desa Pesayangan Talang.

Kejadian-kejadian tersebut, dalam waktu yang relatif singkat segera

meluas dan menjalar ke daerah-daerah lainnya dan meledakkan gerakan Rakyat

Tiga Daerah. Gerakan ini mulai bergerak menyerbu kantor-kantor Kecamatan,

Kawedanan, dan menyerbu Kantor Polisi di Kejambon dengan melucuti

senjatanya. sehingga mengakibatkan para pejabatnya melarikan diri, kecuali

wedana Balapulang yang tertangkap dan akhirnya di bunuh.


20

Situasi di luar kota Tegal setiap hari selalu timbul huru-hara/keributan-

keributan pengejaran-pengejaran dan penangkapan-penangkapan terhadap lurah,

Pegawai Pamong Praja dan Kepolisian Negara dengan jalan beramai-ramai

memukul kentongan dan timbul penyembelihan-penyembelihan terhadap orang-

orang yang di anggap menentangnya. dan pada setiap malam harinya terjadi

penculikan-penculikan, pembakaran-pembakaran rumah.

Situasi sudah benar-benar gawat, sulit untuk dapat di kendalikan. massa

Rakyat sudah menjadi meluap-luap, penduduk di kecam ketakutan setiap hari

terdengar berita kematian karena ulah keji massa rakyat pimpinan Syakyani.

Dalam situasi yang demikian orang tidak boleh berkata keliru atau secara

bersenda gurau sekalipun dengan teman sendiri. Sebab salah-salah bisa dianggap

menentang sehingga pada waktu itu orang-orang menjadi terdiam diri tidak berani

berkata apa-apa, kecuali apa yang di katakan oleh Kutil dan komplotannya harus

di jawab dengan suara gemuruh MUFAKAT_MUFAKAT (Wawancara dengan

Bapak Sahmad Juni 2006).

Seperti yang menimpa Dastra dari desa Harjosari Adiwerna, Dastra adalah

terkenal sebagai seorang Jagoan sehingga kalau berbicara di muka umum

seenaknya sendiri, oleh massa Rakyat dia dinggap tidak menyetujui gerakan

rakyat, Ia langsung di seret dan di pukul kepalanya dengan pukul besi, kepalanya

pecah meninggal seketika. Kejadian ini terjadi di Markas Pemuda Ujungrusi.

Tanggal 10 Oktober Camat R.M.Suparto Sastrosuworo. Camat Adiwerna

dengan berseragam lengkap, Camat yang masih muda dan belum berpengalaman.

berbicara di depan umum di Lemah Duwur, di depan Makam Kuno Tegal Arum.
21

Ia mengatakan bahwa Presiden Sukarno telah di tahan oleh NICA yang baru saja

mendarat bersama-sama pasukan Inggris di Jakarta pada tanggal 29 September

1945. Berita-berita semacam itu, memang telah di desas-desuskan di Jakarta.

Setelah selesai pidato, Suparto tidak segera meninggalkan rapat dan Ia di bunuh

setelah rapat berakhir. Sebelum dibunuh Camat tersebut minta untuk

diperkenankan Adzan terlebih dahulu ( Wawancara dengan Bapak Sadum, Juni

2006).

Camat Adiwerna dibunuh diseret menuju Lorong kepalanya pecah karena

ada orang yang tidak sengaja menginjak rambut yang sudah gembel akibat darah

yang sudah kering karena banyaknya darah yang keluar. Kaki orang tersebut

dengan cepat-cepat orang itu angkat dan ternyata kepala Camat Adiwerna pecah.

Contoh lain dari tindakan kelompok Kutil yaitu dengan brutal menjarah

dan membunuh orang-orang yang sebetulnya mereka tidak tahu apa-apa, Slamet

(23 tahun) anak sulung Wedana Adiwerna menjadi sasaran amarah kelompok

Kutil. Ia mendapat surat dari pimpinan API yang mengatakan bahwa harta milik

keluarganya dapat diambil di markas API Kejambon dengan sebuah truk pinjaman

dari kantor Kabupaten, Slamet berangkat ke Markas API dan Ia tak pernah

kembali, Ia di bunuh sangat Keji dan brutal dengan cara di tangkap dan di ikat

kedua tangan dan kakinya kemudian di angkat dan di jatuhkan di atas batu besar

berulang-ulang kali sehingga meninggal seketika. Keadaan sepanjang jalan utama

ke Adiwerna waktu itu sepi sekali tidak ada kendaraan lewat, karena di setiap 25

meter ada rintangan jalan dari kayu atau bambu. Di pinggir-pinggir jalan banyak

orang dan anak-anak yang membawa bambu runcing, semua orang yang lewat
22

harus memberi salam “Merdeka” kepada mereka. Di setiap pos jaga terkumpul

meja kursi dan barang-barang rampasan dari orang-orang cina yang melewati pos

itu.

Rakyat mulai terpengaruh oleh hasutan-hasutan dari para petualang politik

yang mendalangi gerakan rakyat tiga daerah. Daerah-daerah yang sudah

terpengaruh ketika itu adalah kecamatan Talang, Adiwerna, Slawi sebagai pusat

gerakan. Di Brebes meliputi Brebes kota, Jatibarang, Losari Timur dan Tonjong

dengan Pimpinan Binadji, ketua KNI Brebes. Daerah Pemalang meliputi

Pemalang kota, Petarukan dan Comal dengan pimpinan Supangat dan Idris.

B. Cara Kutil Menarik Simpati

Dalam Revolusi Sosial yang terjadi di Tegal, pengaruh Kutil sangat besar,

itu terbukti dari banyaknya orang-orang yang menjadi pengikut dan ikut dalam

gerakan yang Ia pimpin. Masyarakat dengan sendirinya dengan penuh sukarela

ikut bergerak dan berjuang bersama, tidak ada paksaan, maupun janji-janji yang

Kutil berikan.

Masyarakat pada waktu itu berada dalam keadaan dan situasi yang sulit

penuh ketakutan dan kekhawatiran karena makin banyaknya orang-orang yang di

bunuh oleh massa pimpinan Kutil. Ia tidak menggunakan cara-cara kekerasan

fisik, namun dia hanya mengumumkan di depan umum bahwasanya akan

diadakan penyerangan-penyerangan terhadap orang-orang yang tidak ikut. orang-

orang yang tidak ikut dengan sendirinya dianggap adalah pengkhianat dan

langsung di bunuh ataupun didombreng ke muka umum.


23

Setiap akan mengadakan pembunuhan, Ia mengadakan rapat terlebih

dahulu di Bank Rakyat (bank BRI cabang Talang sekarang) yang dijadikan

markas gerakannya. Dia berdiri diatas Podium dan menyebutkan nama-nama

orang yang akan dibunuh, bahkan apabila orang itu sudah dalam penyekapan,

orang tersebut di suruh naik di Podium dan diperlihatkan pada massa dan secara

serempak massa rakyat selalu mengatakan SETUJU!

Gerakan bisa menjadi besar dan membuat anggotanya bertambah banyak,

khususnya dari Masyarakat adalah dengan membunyikan dan memukul kentongan

dalam istilah bahasa Tegal dikenal dengan “Tung Tung Grumbung” Yaitu

membunyikan kentongan di sepanjang jalan dan dengan sendirinya masyarakat

keluar dari rumah. Tua, muda kecuali orang yang sedang sakit, berjalan di jalan

raya dan bergabung dengan massa lainnya. Mereka bergabung ikut mengeksekusi

menghukum orang-orang yang dianggap Probelanda, ataupun orang Pribumi yang

dianggap sebagai pengkhianat dan orang-orang yang dianggap melecehkan

Republik (Wawancara dengan Bapak Taim, Juni 2006).

Secara umum Kutil tidak memaksa dan menggedor-gedor turun sendiri

dari rumah-kerumah dan mengatakan “harus ikut” namun apabila Kutil melihat

sendiri ada masyarakat yang tidak ikut bergerak pada saat itu juga. Ia tidak segan-

segan untuk membunuh orang tersebut. Karena tindakannya yang menakutkan

itulah dengan sendirinya, masyarakat apabila terdengar ada aba-aba dan Kutil

mengatakan SIAP! Pasti masyarakat akan selalu SIAP mendukung gerakan

tersebut. Walaupun pada akhirnya di tengah-tengah perjalanan Masyarakat yang


24

tidak setuju dengan gerakan itu meninggalkan rombongan massa dan berjalan

kearah yang lain.

Persenjataan yang digunakan pada saat itu masih sangat sederhana. yang

pertama digunakan adalah senjata yang dibuat dari bahan bambu yang diruncingi

yaitu bambu runcing atau pada saat itu masyarakat menyebutnya dengan nama

cocolan. Ada beberapa senjata api hasil rampasan tentara Jepang dan polisi yang

telah dibunuh dan hanya beberapa orang saja yang menggunakan. Kutil sendiri

pada saat itu tidak menggunakan senjata apa-apa. Ia bertindak sebagai pemimpin

gerakan yang memberikan Komando. Gerakannya pada saat itu memegang

pengaruh yang sangat besar, terutama perkataan Kutil yang seperti dijadikan

hukum dalam masyarakat. Sebagai contoh pada saat itu sudah dilakukan

pendombrengan pada seorang laki-laki yang ketahuan selingkuh, Ia diperintahkan

hanya menggunakan celana pendek, dengan muka yang di coret-coret

menggunakan angus. Laki-laki itu diarak dijalan raya dengan diikuti massa yang

berada dibelakang dengan membawa kaleng kosong, kentongan kayu (atau apa

saja) yang dipukul oleh para pengaraknya. Bunyi kentongan tergantung pada

jumlah dan irama pukulannya. Di desa Jawa, ditempat Lurah biasanya ada

tabuhan yang disebut kentongan yang terbuat dari potongan kayu besar dan

dilubangi, sehingga apabila dipukul keluar bunyi “Thong” dari kata “Thong”

disitulah timbul nama “Kentongan” bunyi kentongan biasanya digunakan sebagai

tanda-tanda waktu rapat desa, kebakaran, pencurian, atau tanda bahaya lainnya.

Hukum yang berlaku pada masyarakat saat itu adalah hukum “Tombreng-

tombreng” suara pukulan dari kaleng kosong, kentongan atau apa saja sebagai
25

tanda untuk menyiarkan berita bahwa mereka telah menangkap pencuri desa,

pamong desa yang dianggap korupsi (Wawancara dengan Bapak Sahmad, Juni

2006). Pendombrengan terhadap pasangan orang selingkuh mendadak berhenti

ketika Kutil serentak mengatakan JANGAN! Dengan sendirinya orang itu

dilepaskan dan tidak jadi dibunuh namun sebaliknya ketika Kutil mengatakan

BUNUH! Pasti masyarakat dengan sepakat setuju untuk mengadakan

pembunuhan. Perkataan Kutil pada saat itu benar-benar menjadi hukum yang

dipatuhi masyarakat.

Situasi di luar kota Tegal setiap hari selalu timbul huru-hara, keributan-

keributan, pengejaran-pengejaran, dan penagkapan-penagkapan terhadap lurah,

pegawai Pamong Praja dan Kepolisian Negara. Dengan jalan beramai-ramai

memukul kentongan dan timbul penyembelihan-penyembelihan terhadap orang-

orang yang dianggap menentang. Dalam situasi seperti itulah cara dan pandangan

rakyat sudah tidak bisa dibenarkan lagi, rakyat menganggap pandangan Kutillah

yang nantinya akan memberikan suatu perubahan dalam masyarakat.

Gerakan kutil inilah yang akhirnya melahirkan pemahaman-pemahaman

dalam Idiologi pada masing-masing anggotanya. Yang menjadi motif dan

pandangan peristiwa-peristiwa tersebut adalah perongrongan terhadap Revolusi

Pancasila dan siapapun yang menjadi penggerak maupun pelaksana-

pelaksanaanya ia adalah musuh-musuh revolusi dari dalam. Peristiwa-peristiwa

tersebut pada hakekatnya adalah akses-akses revolusi yang berupa:

“..........Penyimpangan-penyimpangan dari rel Revolusi Indonesia yang

sebenarnya, karena penyesatan-penyesatan oleh Idiologi-Idiologi dan alam-alam


26

fikiran Liberalisme dan Komunisme/Marxisme-Leninisme/Maoisme dan paham-

paham lain serta oknum-oknum yang bertentangan dengan jiwa Pancasila. Pada

hakekatnya Peristiwa Tiga daerah merupakan akses revolusi yang kalau tidak ada

kewaspadaan dan kecepatan bertindak dari pada TKR Resimen XVII dapat

mengancam keselamatan Revolusi Agustus 1945 yang berlandaskan UUD 1945

dan Pancasila (Arsip Peristiwa Tiga Daerah,S.32,Musium Mandala Bakti).

Dalam Tri Upaya sakti dinyatakan bahwa Revolusi Indonesia yang di jiwai

oleh Pancasila merupakan gerakan-gerakan simultan antar penjebolan dan

pembangunan destruksi dan kontruksi. Revolusi yang simultan dan multi

kompleks tidak mustahil menimbulkan gerakan-gerakan yang pada hakekatnya

merupakan suatu akses. Kemungkinan timbulnya akses-akses itu semula dapat

kita terima manakala kita selalu ingat kondisi dan situasi pada saat tercetusnya

Revolusi. Kondisi dimana rakyat dan bangsa Indonesia berjuang dan menghimpun

kekuatan tanpa adanya perintah-perintah dari atasan. Sedangkan situasinya pada

saat itu masyarakat Indonesia di hadapkan pada suatu krisis. Krisis kelaparan,

masyarakat banyak yang meninggal karena tidak mampu makan (Arsip Peristiwa

Tiga Daerah, S.32, Musium Mandala Bakti)

Situasi Kota yang tidak terkendali yaitu dengan kacaunya keadaan sangat

memudahkan bagi unsur petualang-petualang politik maupun kriminal untuk

memancing di air keruh, dengan jalan menghasut dan menunjuk-nunjuk kambing

hitam.

Dalam gerakan yang Kutil pimpin, dengan tindakannya yang Arogan,

Sadis dan tidak berperikemanusiaan menunjukan bahwa Ia sebenarnya berpaham


27

Kumunis, dugaan itu lebih diperkuat lagi dengan akan dibunuhnya orang-orang

dari golongan agama, Kyai-kyai yang dianggap menentangnya (Wawancara

dengan Bapak Taim, Juni 2006).

Tindakan Kutil membunuh orang-orang dari golongan Agama di mulai

tanggal 27 November 1945 kira-kira jam 05.00 dengan berkendaraan sedan,

komandan resimen XVII tiba di markas yang masih sepi, yang ada hanya petugas

jaga piket. Haji Iskandar Idris lalu memerintahkan kedua orang petugas masing-

masing Tjasmuan dan Ambari untuk memanggil Kyai Bisri dan Kyai Muchidin,

ulama yang dipandang, mempunyai pengaruh besar di daerah Talang. Mereka

diajak pergi ke daerah tersebut untuk memberi nasehat kepada murid dan

santrinya yang banyak menjadi pengikut gerakan pada saat itu. Kemudian Kyai

Bisri, Kyai Muchidin, H. Iskandar Idris dengan berkendaraan sedan dikawal oleh

satuan regu pasukan bersenjata yang menggunakan kendaraan truk berangkat

menuju Talang. Ketika kendaraan yang membawa Komandan Resimen dengan

dua ulama itu memasuki daerah Talang dihentikan oleh massa rakyat. Kendaraan

terpaksa berhenti dan untuk selanjutnya kedua ulama Kyai Bisri dan kyai

Muchidin dibawa ke selatan, dimasukan kedalam bangunan rumah tua yang tidak

digunakan, yang dijadikan tempat tahanan. Termasuk juga Kardinah yang juga

pernah disekap di tempat itu. Bangunan penyekapan sekarang di jadikan SD

Talang. Kyai H.Iskandar Idris dengan kendaraan termasuk sopirnya dibawa ke

Markas pemuda Ujungrusi sedang truk-truk regu pengawal dikeroyok massa

rakyat dan dilucuti senjatanya.


28

Gerakan Kutil pada dasarnya BerIdiologi Komunisme/Marxisme

Leninisme/Maoisme. Mengatasnamakan untuk kepentingan rakyat. Adapun

sebab-sebab mendasar yang membuat Marxisme sebagai sebuah ajaran memiliki

daya pikat dan daya hidup yang panjang. Sidney Hook menyatakan:

1. Marxisme adalah teori yang monistik yang memegang kunci penjelasan

mengenai segala sesuatu yang penting dalam organisasi dan masyarakat

sekaligus mengenai segala hal yang mungkin terjadi di masyarakat.

2. Lepas setuju atau tidak bahwa dalam sekalian bentuknya yang terselubung

dalam seluruh teori-teorinya terkandung suatu ekspresi harapan. Harapan ini

mengambil bentuk, penyusunan suatu konsep masyarakat masa depan yang

dianggap pasti benar. Sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai pegangan dan

ukuran yang sudah pasti berbeda dengan masyarakat yang sekarang. Konsep

mengenai masa depan diberi kerangka dan batas-batas yang lebih spesifik,

berupa keruntuhan sistem kapitalisme dan berakhirnya kebudayaan. Kapitalis

inilah yang oleh Ignas Kleden dikatakan sebagai Utopia yang digunakan oleh

banyak pemimpin bangsa.

3. Mereka percaya akan kebebasan, sehingga banyak orang yang kemudian juga

terpikat dengan Marxisme karena gagasan kebebasannya. Alasan lain dalam

beberapa hal Marxisme menyimpan kebenaran. Betapapun kaburnya

Marxisme membeberkan beberapa peristiwa dan fakta sosial yang secara

khusus bicara tentang hakekat masyarakat Industri, itu sebabnya “Kelebihan”

dalam teori Marxisme adalah penjelasan-penjelasannya mengenai perubahan

sosial memberi tempat bagi faktor eksogen (luar) di mana pada beberapa teori
29

perubahan sosial hal ini kurang mendapatkan perhatian yang memadai

(Prasetyo,2002:178)

C. Bentuk Kepemimpinan Kutil

Bentuk Kepemimpinan Kutil pada masa revolusi sosial, tidak terlihat jelas.

Bentuk gerakan pada saat itu boleh dikatakan berantakan, semrawud dalam bahasa

Tegal. Gerakan itu adalah gerakan spontanitas, tidak memegang hukum tetapi

Prokemerdekaan. Organisasinya belum rapi dan tanpa bentuk. Gerakan itu

Menggunakan Bank Rakyat (Bank BRI Cabang Talang sekarang) sebagai markas

gerakan. Gerakan Kutil adalah gerakan Spontanitas rakyat, tidak mempunyai

bendera maupun lambang-lambang khusus, bendera yang dibawa rakyat adalah

bendera merah putih, sebagai simbol perlawanan rakyat. Tidak ada struktur yang

resmi dan jelas. Namun secara sederhana struktur dalam gerakan itu sudah ada

walaupun bentuknya masih sederhana dan tidak tertulis jelas dalam susunan

struktur sebuah gerakan. Struktur yang sederhana itu terlihat dengan adanya

pembagian tugas yang lumayan jelas, Bagi orang-orang yang berada di bawah

Kutil. Kutil sebagai komandan tertinggi mempunyai dua ajudan yang selalu

menemani dia kemanapun. Mereka berjalan layaknya dua tentara yang siap

mendapat perintah dari komandannya, Dua ajudan Kutil bernama Rasyan dan

Abdul Manaf. Setiap pulang dari markas cara berjalan mereka seperti orang yang

berbaris, dan memakai senjata Klewan. Anggota yang lain ada juga yang tugasnya

mengumumkan di jalan-jalan pada masyarakat bahwasanya akan diadakan

pembunuhan dan pendombrengan. Salah seorang juga ada yang tugasnya

mengumpulkan orang-orang Cina untuk membuat Lubang kuburan. Orang-orang


30

cina apabila ada orang yang berteriak di jalan dan mengumumkan bahwa harus

membuat lubang, dengan sendirinya orang-orang Cina keluar dari dalam rumah

membawa cangkul dan berbaris mencangkul tanah disebelah Jembatan Sungai

Gung.

Tidak hanya itu saja, Kutil juga memerintahkan agar orang-orang pribumi

yang bekerja pada orang-orang cina sebagai pembantu (dalam bahasa Tegal lebih

dikenal dengan sebutan babu) segera keluar dari pekerjaannya dan tidak

diperbolehkan bekerja pada orang-orang Cina lagi. Dan apabila ada orang yang

tidak menuruti perintahnya, Kutil tidak akan segan-segan untuk membunuh

(Wawancara dengan Bapak Taim. Juni 2006).

Keadaan Tegal pada masa kepemimpinan Kutil aman, perbanditan

diantaranya pencurian, penggarongan tidak ada. keadaan desa dan wilayah Tegal

pada saat itu tenang dari pencurian dan penggarongan. Rumah tidak di kuncipun

barang-barang dan kekayaan lainnya aman karena tidak ada yang berani mencuri

apalagi menggarong. Mereka takut pada kutil, takut apabila tindakannya ketahuan

karena Kutil tidak hanya menindak orang-orang yang dianggap Probelanda saja.

Namun Ia juga menindak pencuri yang ketahuan mencuri, biasanya mereka diarak

ke jalanan dijadikan tontonan masyarakat dan didombreng-tombreng sepanjang

jalan. Ada pada saat itu pencuri ayam yang ketahuan, ayam curiannya

dikalungkan dan ditombreng di jalan raya.

Orang Cina pada saat itu diundang datang ke Markas, orang cina

ketakutan. Mereka bersedia menyerahkan harta benda atau apapun yang mereka

punya dan bersedia memenuhi apa saja yang mereka butuhkan asalkan mereka
31

tidak dibunuh. Tidak ada perlawanan sedikitpun dari mereka, ada juga beberapa

orang Cina yang melarikan diri, keluar dari wilayah Tegal meninggalkan harta

bendanya karena takut dibunuh.

Kepemimpinan Kutil berakhir ketika tiga kota Slawi, Pemalang, dan

Brebes telah di kuasai oleh gerakan Massa. Tanggal 4 November 1945, gerakan

massa Tiga daerah mengadakan penyerbuan kota Tegal. Tampak ribuan Massa

Rakyat dengan membawa bambu runcing dan berkalungan Janur Kuning,

beramai-ramai membaca Tahlil berjalan menuju ke Utara. Sebagian massa lainnya

keluar masuk kampung mencari orang laki-laki untuk diajak menyerbu kota

Tegal, sedang yang perempuan di suruh menyediakan minuman di depan rumah.

Massa rakyat sampai di jalan simpang tiga, beramai-ramai menyerbu dan

menduduki kantor kabupaten dan stasiun kereta api.

Bupati Tegal, RS. Sunaryo dengan cepat diselamatkan oleh Mansyur dari

pemuda API. Ia di sembunyikan di markas pemuda API selanjutnya di bawa ke

Pekalongan, untuk menyelamatkan diri.

Raden Ajeng Kardinah, adik kandung R.A.Kartini yang saat itu berada di

tengah-tengah Bupati bersama keluarga Bupati lainnya di bawa oleh massa rakyat

dan di paksa berpakaian sarung goni dan di arak keliling Kota, sehingga menjadi

tontonan dan bahan olok-olokan massa.

Di Stasiun KA, massa rakyat membongkar brangkas dan merampok uang

serta menguasai Stasiun Kereta. Hari itu juga massa rakyat mulai mengejar-ngejar

para pejabat di kota Tegal. Mereka yang tertangkap kemudian di bunuh secara keji

tercatat:
32

1. Haji Abu Bakar

2. Bekas pengurus Badan Ekonomi pada masa pemerintahan Jepang

3. Hamzah (putera Abu Bakar)

4. Singgih ( Ajun jaksa)

5. H.Ichsan (Konsul haji)

6. Sumarjono (Guru SMP Negeri Tegal)

7. 3 orang tidak dikenal

8. Wedana Tegal Basirun dan Keluarganya menghilang ( Jarahdam VII,

1968:21)

Alun-alun Tegal waktu itu di jadikan markas gerakan massa beribu-ribu

massa rakyat selalu membaca Takbir. Mereka datang dari berbagai desa. Warga

kota Tegal yang tidak mau ikut-ikutan waktu itu menyembunyikan diri, sehingga

ada penilaian dari gerakan massa bahwa warga kota Tegal perempuan semua

sama.

Hari itu juga, massa yang berkumpul di alun-alun mulai bergerak ke

bagian utara kota yang masih di kuasai oleh TKR. Perjalanan massa rakyat di bagi

menjadi dua kekuatan:

1. Lewat Jalan Gajah Mada

2. Sebagai intinya Lewat jalan A.Yani.

Mereka bergerak sambil mengumandangkan takbir, sehingga terdengar

suara gemuruh. Walaupun beberapa pimpinannya telah tertangkap tetapi gerakan

rakyat semakin menjadi-jadi, mereka kemudian memperluas daerah pengaruhnya

antara lain menyerbu asrama polisi di Brebes, Pemalang, dan berhasil melucuti
33

senjatanya. sedang terhadap para prajurit TKR mereka masih berfikir dua kali

untuk bertindak menyerang.

Kegagalan penyerbuan di Kota Tegal rupanya masih menghantui mereka.

Terbukti waktu massa gerakan rakyat hendak menyerbu markas TKR di

Petarukan, mereka hanya bergerombol dan tidak berani menyerang. Mereka

kemudian bubar setelah pimpinannya yang dikenal kebal terhadap senjata tewas

di tembus peluru anggota TKR.

Sejak saat itu para pimpinan Gerakan Massa menganggap bahwa

Pemerintah Daerah Tegal, Brebes, dan Pemalang sudah tidak berfungsi terbukti

pada pejabatnya seperti Bupati Tegal, Brebes, dan Pemalang dan Residen

Pekalongan Mr Besar meninggalkan tempat tugasnya. Kejadian itu di manfaatkan

oleh para dalang komplotan Kutil untuk mengangkat para pejabat dari orang-

orang mereka sendiri. Beberapa Pejabat yang diangkat oleh dalang Komplotan

Kutil tercatat antara lain:

Bupati Tegal : Kyai Abu Sudjai, dari desa Pacul

Bupati Brebes : Kyai H. Satori

Bupati Pemalang : Supangat

Residen Pekalongan : Sardjio

Patih kab.Tegal : Tjitrosatmoko

Wedana Tegal : Mardjono wakil ketua KNI

Wedana Slawi : Kyai H. Fachruri

Wedana Adiwerna : Kyai H.Mawardi (Achmad, 1977:19)


34

Pengangkatan para pejabat itu sempat memusingkan masyarakat sebab

komplotan Kutil di dalangi oleh orang-orang yang berpaham Komunis, tetapi

mengangkat para pejabat yang sebagian besar para ulama dan tokoh agama Islam.

Setelah pengangkatan pejabat, Ia melakukan penyerbuan ke Kota Pekalongan.

Penyerbuan ke Kota Pekalongan menjadi akhir penangkapannya, adanya

penyerbuan gerakan ini ke kota Pekalongan di manfaatkan oleh TKR untuk

melakukan penagkapan terhadap Kutil dan komplotannya. Serta mengakhiri

gerakan Kutil dan komplotannya yang semakin lama ternyata tindakannya

meresahkan masyarakat.

Dalam menghadapi penyerbuan Gerakan Kutil, TKR menggunakan taktik

kota terbuka, yaitu dengan cara membuat sepi kota Pekalongan. Masyarakat di

minta untuk tidak berkeliaran di jalan-jalan umum sehingga menimbulkan kesan

bahwa kota Pekalongan tidak di jaga keamanannya. Taktik dan Strategi yang di

terapkan oleh TKR dengan baik dan lancar sehingga tidak dapat di ketahui oleh

Seorang dari pihak Kutil yang di kirim ke Pekalongan. Gerakan Tiga Daerah dari

Tegal dan Pemalang bergerak ke Pekalongan dipimpin langsung oleh algojonya

yaitu Kutil alias Sakyani. Massa dari Tegal naik kereta api sedang massa dari

Pemalang naik truk kemudian dari kedua massa tersebut bertemu di depan Stasiun

Kereta Api. Laskar gerakan Tiga Daerah dengan membawa senjata dan bambu

runcing bergerak menuju kantor karesidenan. Ketika mereka sampai di halaman

kantor dan bermaksud mengepung, TKR segera bertindak dan mengadakan

pengepungan di bawah ancaman senjata. Akhirnya massa menyerah dan para

pemimpinnya segera di jebloskan kesel tahanan.


35

Sakyani alias Kutil datang belakangan, Ia di kawal oleh tujuh buah

kendaraan. Seorang prajurit TKR, Kartedjo waktu itu menyamar sebagai massa

rakyat menyetop iring-iringan kendaraan tersebut. para pemimpin massa yang

bermobil itu rupanya mengira bahwa gerakan rakyat menyerbu ke Kantor

Karesidenan telah berhasil. Mereka menurut saja di ajak meninjau markas

resimen oleh prajurit Kartedjo yang menyamar. dengan mudah akhirnya para

pemimpin gerakan rakyat termasuk Kutil dapat di tangkap dan mereka kemudian

di masukkan ke dalam sel tahanan (Wawancara dengan Bapak Sahmad, Juni

2006).

Tindakan penyelesaian peristiwa tersebut di mulai pertengahan Desember

tepatnya tanggal 17 Desember 1945, resimen TKR Pekalongan menerima berita

Internasional dari markas besar tentara yang isinya menyebutkan bahwa dalam

waktu dekat Presiden RI beserta Panglima besar Sudirman akan mengadakan

kunjungan kerja ke daerah Tegal. Dengan adanya berita tersebut mendorong TKR

Pekalongan untuk segera menyelesaikan dan mengambil tindakan keamanan dan

ketertiban sehubungan dengan gangguan keamanan yang di pimpin oleh

kelompok Kutil. Gerakan penyerangan dan pembersihan terhadap kekuatan-

kekuatan massa rakyat Kutil segera di lakukan, untuk mengembalikan keamanan

dan ketertiban daerah yang telah mengancam stabilitas nasinal, dengan alasan-

alasan sebagai berikut:

1. Bahwa rakyat pada umumnya tidak setuju dengan Gerakan Rakyat Tiga

daerah, terbukti dengan adanya perlawanan rakyat Tegal karena:

a. Peristiwa Tiga Daerah menimbulkan tindakan anarkhis


36

b. Koordinasi pemerintah di daerah karesidenan Pekalongan tidak dapat di

laksanakan di tiga daerah karena di tiga daerah di jalankan oleh orang-

orang komunis

c. Laskar di tiga daerah ini tidak mengikuti badan pemerintahan Komite

Nasional Indonesia (KNI)

2. Adanya berita-berita dari Markas Besar tentara bahwa dalam waktu lima hari

lagi, Presiden RI bersama dengan panglima Sudirman akan berkunjung ke

Pekalongan dan Tegal (Jarahdam VII,1968:27)

Rencana operasi tersebut banyak mendapat dukungan rakyat luas dan

pihak kepolisian serta para tokoh pejuang. Operasi yang menyeluruh dan

dilakukan serentak di tempat-tempat konsentrasi komplotan massa tiga daerah

berjalan dengan lancar tanpa rintangan yang berarti. Beberapa orang yang

dianggap tokoh ditangkap dan ditawan di gudang kopi. Sedangkan para pemimpin

mereka sudah banyak yang melarikan diri. Kepercayaan rakyat kepada TKR dapat

tercipta kembali untuk melanjutkan perjuangan dan mengamankan Negara

Proklamasi 17 Agustus 1945.

Pada tanggal 25 Desember 1945, Presiden RI Sukarno dan Panglima Besar

Jenderal Sudirman, masing-masing beserta rombongan dengan menumpang

Kereta Api Istimewa, untuk melaksanakan kunjungan ke Tegal dan Pekalongan

dalam menyelesaikan masalah politik serta masa konsolidasi. Adapun rombongan

presiden terdiri dari:

1. Ibu Fatmawati Sukarno

2. Wakil Presiden RI Drs. Moh.Hatta beserta Ibu


37

3. Perdana Menteri Sutan Sjahrir

4. Menteri Dalam Negeri Mr.Hermani

Sedangkan rombongan Panglima Besar Jenderal Sudirman terdiri dari:

1. Letjen.Oerip Sumohardjo, Kepala Staf APRI

2. Mayjen. Sumatupang

3. Mayjen. Kafrawi, dan para perwira lainnya dari MBT

Kedatangan rombongan disambut dengan upacara militer di halaman

Stasiun Kereta Api Tegal, rombongan langsung menuju ke Stadion Sepak Bola

Slerok Tegal untuk menyampaikan pidato. Pidato presiden RI antara lain

menanyakan keadaan rakyat, apakah rakyat di Tegal, Brebes, Pemalang akan

mencoba membuat negara dalam negara, membentuk republik kecil-kecilan

seperti Republik Talang, republik Slawi, Republik Tegal atau Republik Brebes.

Rapat umum tersebut berjalan tertib dan aman tanpa gangguan apapun

(Wawancara dengan Bapak Sahmad. Juni 2006).

Selanjutnya penyelesaian mengenai persoalan “Tiga Daerah” diambil alih

oleh pemerintah pusat dengan jalan:

a. Memindahkan Sarjio ke Yogyakarta

b. Mengangkat Residen baru dengan stafnya maupun bupati-bupati di

daerah-daerah

c. Membawa masalahnya di muka sidang Pengadilan Negeri Pekalongan.

d. Mengenai orang-orang yang telah diangkat menjadi pejabat Pamong Praja

seperti Lurah, Camat, Wedono, Bupati oleh Gabungan Badan Perjuangan

Tiga Daerah tetap diperkenankan menduduki jabatannya sebagai pejabat


38

pemerintah yang sah atas persetujuan rakyat setempat (Kodam VII,

1968:24). Pada tanggal 14,15,18,19,21 Oktober 1946 di Pekalongan di

bentuk pengadilan bagi para pelaku gerakan anarkhis tersebut termasuk di

dalamnya Kutil alias Sakyani. Bertindak sebagai Hakim Ketua Suprapto,

SH Hakim Tinggi Pekalongan yang kelak menjadi Jaksa Agung. Sebagai

saksi adalah Kol. H. Iskandar Idris, Letkol. Wadiono, H. Iksan Dimiyati,

H. Ismail Hasan Idris, Sudarsono Amir dan para bekas tahanan tiga daerah

yang lain. Ditunjuk sebagai pembela oleh pemerintah ialah Supeno,

Usman Sastro Amijoyo yang merupakan tokoh dari PSI.

Sebagai pegangan dalam pembelaan perkara adalah surat pengangkatan

Sardjio dari Pemerintah pusat. Dengan demikian berarti bahwa Gerakan Badan

Perjuangan Rakyat Tiga Daerah ini adalah gerakan yang dilegalisir oleh

Pemerintah. Adapun tuduhan yang dikenakan oleh para terdakwa adalah:

“Menggunakan masa rakyat dengan jalan kekerasan untuk merebut kekuasaan

Pemerintah RI yang sah, khususnya di daerah Tegal, Brebes, Pemalang dan

Pekalongan” (Achmad, 1977:29).

Tanggal 21 Oktober 1946, hukuman mati dijatuhkan terhadap Kutil alias

Sakyani, algojo Tiga Daerah karena dianggap bersalah. Sebelum hukuman mati

tersebut dilaksanakan, terjadi Agresi Belanda Pertama (Juli 1947) narapidana

bersama Pemerintah Karesidenan diungsikan ke pegunungan di selatan

Pekalongan. Walaupun hakim Suprapto tidak sempat membawa barang-barang

pribadinya, tetapi sempat membawa dua koper berisi Transkripsi Interogasi

Pemeriksaan Pendahuluan dan Proses Pengadilannya. Kutil yang banyak akal,

melarikan diri ke Jakarta, dan bekerja sebagai tukang cukur, profesi lamanya
39

sewaktu di Tegal. Di Kebun Kacang Gang II dia membuka pangkalan cukurnya.

Tahun 1949 wajahnya dikenali orang Slawi, dan kemudian ditahan oleh Polisi

Belanda (Jakarta dibawah kekuasaan Belanda). Pada penyerahan kedaulatan bulan

Januari 1950. Kutil ikut diserah terimakan kepada polisi Republik, dikirim

kembali ke Semarang dan kemudian ke Pekalongan, dan tiba di Pekalongan

tanggal 13 Februari 1950. Suprapto, yang menjabat Jaksa Agung RI, diminta

kedatangannya di Pekalongan dan menjadi satu-satunya saksi yang dapat

memastikan hukuman yang dulu dijatuhkan atas diri Kutil. Tanggal 8 April

penegasan kembali hukuman yang dijatuhkan oleh Pengadilan Pekalongan pada

21 Oktober 1946 dikelurkan. Pada tanggal 1 Agustus 1950, Kutil mengajukan

langsung permohonan pengampunan kepada Presiden Sukarno. Permohonannya

ditolak pada tanggal 21 April 1951. Dua minggu kemudian Kutil dibawa ke pantai

dekat Pekalongan, tempat yang dipilih untuk eksekusi oleh Komandan Militer

Kota, Sudharmo, yang menjadi Kepala Staf Resimen XVII TKR di Pekalongan

semasa Peristiwa Tiga Daerah dan ikut memainkan peranan penting dalam

Operasi penghancurannya. Ketika ditanya apa permintaan terakhirnya, Kutil

Menjawab ”tidak ada”. Dia menolak matanya ditutup, dan dengan berjongkok Ia

menghadapi butir-butir peluru yang mengakhiri hidupnya pada tanggal 5 Mei

1951. (Lucas,2004:309-310).
BAB V

PENUTUP

Simpulan

Sebagai langkah akhir dalam penulisan skripsi ini, penulis akan mencoba

mengemukakan simpulan terhadap apa yang telah dibahas dalam bab-bab

terdahulu, yaitu:

1. Latar belakang kehidupan Kutil terutama masa kecilnya yang berasal asli dari

Madura, menurut Kuntowijoyo orang Madura terkenal sebagai suku bangsa

Jawa yang mempunyai adat istiadat yang keras, kasar dalam tutur katanya,

tetapi mereka juga merupakan pekerja yang bersungguh-sungguh dan suka

berterus terang. Kebudayaan dan adat istiadatnya telah banyak dipengaruhi

oleh kebudayaan luar, meskipun demikian masih menampakkan nilai-nilai

aslinya. Hal tersebut tercermin dalam kehidupan masyarakat desanya yang

memiliki ikatan yang berdasarkan kekerabatan dan teritorial. Dalam menjalani

kehidupan sehari-hari mereka sangat senang bekerja, memiliki perasaan

persaudaraan yang kuat, dan gotong royong yang sangat mendalam.

Penderitaan yang dia alami semasa penjajahan menjadikan dia orang yang

berani memperjuangkan keadialan, serta masa dewasa yang dimulai dengan

pembungan dirinya beserta 2 orang temannya di Digul menjadikan dia

menjadi orang yang tega untuk membunuh sesama.

2. Revolusi Sosial yang terjadi di Tegal pada tahun 1945-1946 di latar belakangi

oleh keadaan masyarakat Tegal yang cukup memperihatinkan disamping

munculnya kekuatan sosial yang berdasarkan Idiologi adanya kelompok

16
17

Leggaong yang memimpin aksi massa rakyat serta Berkobarnya Peristiwa

Tiga tiga daerah mengakibatkan dampak yang tidak hanya pada kondisi sosial

masyarakat salah satunya dalam bidang pendidikan, yaitu bahwa pendidikan

masa Jepang berlaku untuk seluruh masyarakat tanpa adanya stratifikasi

sosial. Kondisi Ekonomi masyarakat Tegal tidak baik, semua kegiatan

perekonomian dihentikan. Masyarakat merasa tidak aman. penyerahan bahan

pokok kepada pamong praja atau pejabat-pejabat untuk membayar pajak

pemerintah mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan rakyat apalagi

ternyata pemungutan pajak tersebut disalah gunakan untuk kepentingan

pribadi. Dalam bidang politik, pemerintah daerah yang di bentuk Jepang

menyebabkan penderitaan masyarakat Tegal, sehingga setelah peristiwa tiga

daerah masyarakat mengadakan pemilihan pangreh praja. Pengaruh pemimpin

agama disini tampak lebih dibutuhkan untuk menguasai situasi baru. Sejumlah

kyai diangkat menjadi bupati, wedana dan camat untuk menggantikan pejabat-

pejabat yang lama, karena masyarakat membutuhkan kepemimpinan baru

yang sesuai dengan situasi baru.

3. Peranan Kutil dalam menggerakan Revolusi Sosial di mulai dengan

munculnya tokoh Kutil yang menjadi awal terjadinya pembunuhan-

pembunuhan sadis. cara dia menarik simpati, serta bentuk kepemimpinan

Kutil yang pada saat itu belum terlihat, namun struktur secara sederhana sudah

terbentuk dan masih sangat sederhana sekali. Bentuk kepemimpinannya

ternyata memberi pengaruh besar pada masyarakat.


18

Saran

1. 1. Kepada penulis sejarah yang masih diliputi keberpihakan, hendaknya

membuang segala macam subyektifitas personal yang seringkali membuat

sejarah sebagai kisah menjadi rancu dan sulit untuk dipahami secara runtut

dan berimbang. Dengan meminimalisir keberpihakan terhadap suatu subyek

dalam tulisannya, maka akan lahirlah tulisan yang tentunya jujur dan dapat

dipertanggung jawabkan netralitasnya. Sedangkan penilaian baik, buruk

biarlah pulang kepada kedewasaan dan kebijaksanaan masyarakat pembaca.

2. Diharapkan kepada penulis sejarah lokal agar selalu ditingkatkan, hal ini dapat

memperkaya khasanah bagi para penulis yang masih pemula. Semoga

penulisan skripsi ini dapat pula dijadikan sebagai sumbangan dalam

penulisan-penulisan sejarah lokal ataupun menambah khasanah sejarah

penulisan kota Tegal


82

DAFTAR PUSTAKA

Alfian.T. Ibrahim. 1987. Dari babad dan hikayat sampai sejarah kritis

Yogyakarta: UGM press

Achmad 1977.Ungkapan Peristiwa Tiga Daerah (Tegal, Brebes, Pemalang).

Tegal: Markas cabang Legiun Veteran RI kabupaten/kodya Tegal

Depdikbud. 1989. Revolusi Nasional di Tingkat Lokal. Jakarta: Depdikbud

Djoko Suryo, 1978. Pergolakan daerah di awal Revolusi kasus di daerah

pekalongan. Jakarta: LP3ES

E. Lucas Anton. 2004. One Soul one struggele (peristiwa tiga daerah).

Yogyakarta : Resist Book

E. Lucas Anton. 1986. Peristiwa Tiga Daerah. Yogyakarta: Grafiti Pers

Geertz. S. Clifford. 1989. Abangan Santri Priyayi dalam masyarakat jawa.

Jakarta: Pustaka jaya.

Ghazali, Zulfikar. 1995. Sejarah Lokal ( Kumpulan Makalah Diskusi). Jakarta:

Departemen pendidikan & Kebudayaan.

Ibrahim Julianto, Pengantar Prof Dr Suhartono. 2004. Bandit dan pejuang di

simpang Bengawan. Wonogiri: Bina Citra Pustaka.

Kartono, kartini. 2003. Patologi sosial. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

(Rajawali Perss)

Kahin Audrey R. 1989. Pergolakan daerah pada awal kemerdekaan. Jakarta :

Grafiti.

Kuntowijoyo.1994. Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Tiara wacana

Kutoyo Sutrisno. 1979/1980 Sejarah Revolusi Kemerdekaan 1945-1949 Jawa

tengah. Semarang : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat


83

Sejarah dan nilai tradisional proyek Inventarisasi dan Dokumentasi

Kebudayaan Daerah.

Louis Gottschalk. 1986. Mengerti Sejarah. Jakarta: UI- Press

Mahardika Timur.2000. Gerakan Massa (menyampaikan demokrasi dan

keadilan). Secara damai Yogyakarta: Lapera

Moedjanto, G. 1988. Indonesia Abad ke 20 .jilid 1 Yogyakarta: Kanisius

Pruitt. G, Deandan Robin.Z. Zeffrey.2004. Teori Konflik Sosial. Yogyakarta:

Pustaka pelajar.

R.Z. Leirissa. Sejarah Masyarakat Indonesia 1900-1950. Jakarta: PT Melton

Putra.

Sejarah Militer Kodam VII/ Diponegoro 1986 Sirnaning Jakso Katon Gapuraning

Ratu. Semarang: Yayasan Diponegoro

Saputro 1956. Tegal. Tegal: markas cabang Legiun Veteran RI Kabupaten/kodya

Tegal

Suhartono.1993. Bandit-bandit pedesaan ( studi histories 1850-1942 di Jawa).

Yogyakarta: Aditya Media

Sudjatmoko dkk. 1995. Historiografi Indonesia Sebuah pengantar. Jakarta: PT

Gramedia Pustaka Utama.

Soeyono. Gerakan 30 September Pemberontakan Partai Komunis Indonesia.

Lapian.1996. Terminologi Sejarah (1945-1950 & 1950-1959) Jakarta:

Departemen Pendidikan & Kebudayaan RI

Arsip Nomor S.32. Peristiwa Tiga Daerah


84

Lampiran I
DAFTAR INFORMAN

1. Nama : Wastap
Umur : 70 th
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Kajen Rt 19/ 05 Talang

2. Nama : Sadum
Umur : 70 th
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Kajen Rt 15/05 Talang

3. Nama : Mustain
Umur : 74 th
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Desa Kajen Rt 19/ 05 Talang

4. Nama : Tasik
Umur : 64th
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Desa Talang Rt 04/01

5. Nama : Sachmad salam


Umur : 77 th
Pekerjaan : Ketua Legiun Veteran kota Tegal
Alamat : Desa Pagerbarang kab Tegal

6. Nama : H.Muh Karso


Umur : 70 th
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Desa Kebasen Rt 09/ 03 Talang

7. Nama : Roeslim
Umur : 66 th
Pekerjaan : Pensiunan PNS
Alamat : Desa Talang Rt 04/ 01 Talang
85

Lampiran II

INSTRUMEN

Pertanyaan

Bab II 1.Apakah Peristiwa Tiga Daerah

2. Bagimana Jalannya Peristiwa tiga daerah di Tegal

3. Bagaimana bentuk Revolusi Sosial yang terjadi di Tegal

4.Apa yang anda ketahui tentang Kutil

5.Beragama apakah Kutil

6. Seperti apakah nilai-nilai keagamaan yang Kutil peroleh

7. Seperti apakah pemikiran-pemikiran Kutil

8. Di dapat atau dipengaruhi oleh siapakah pemikiran Kutil

9. Apakah Kutil berkeluarga

10. Apakah Kutil mempunyai anak, jika ya, berapa jumlahnya

11. Bagaimana nasib anak Kutil yang berumur 15 tahun

12. Bagaimana nasib istrinya setelah dia ditangkap dan dihukum mati pada

akhirnya.

13.Dalam kelompok Leggaong pada Revolusi sosial, apakah mempunyai

struktur dan pemimpin

14. Apabila ada stuktur/pemimpin struktur itu apakah menunjukan

hubungan antara satu bagian lain yang mempunyai tugas berbeda-beda.

Bab III 15. Kelompok apa saja yang muncul pada masa Revolusi

16. Bagaimana Terbentuknya Gabungan Badan perjuangan Tiga Daerah


86

17. Dalam GBP3D terdiri dari kelompok-kelompok yang beridiologi apa

saja

18. Di daerah mana saja Markas dan daerah-daerah yang di jadikan

pertahanan Kutil dan teman-temannya.

19. Seperti apakah bentuk perbanditan pada saat itu

20. Sejauh mana sajakah peranan Leggaong (bandit) dalam hal ini

kelompok Kutil dalam revolusi sosial di Tegal

21. Motivasi apa sajakah sehingga Kutil dan komplotannya melakukan

suatu gerakan yang bersifat sekuler

22.Bagaimana menurut anda jika dilihat dari tindakan Kutil dan

komplotannya yang tidak menghiraukan hukum dengan menghakimi

orang secara sendiri

23. Bagaimana tanggapan anda tentang Kutil yang dijadikan kambing

hitam oleh orang-orang yang berpaham komunis.

24.Alasan apa yang membuat akhirnya Kutil diangkat menjadi seorang

kepala kepolisian.

25.Stategi apa sajakah yang digunakan Kutil dan teman-temannya dalam

menggerakkan masyarakat.

26. Bagaimana awal munculnya tokoh Kutil

27. Beridiologi apakah Kutil dan kelompoknya

28.Sejauhmana Idiologi itu berpengaruh dalam perjuangan Kutil dan

kelompoknya.
87

29.Bagaimana/upaya yang dilakukan pemerintah untuk menyelesaikan

permasalahan Kutil dan kawan-kawannya.

30. Bagaimana upaya penangkapan Kutil ( proses penagkapan)

31. Bagaimana keadaan Tegal setelah Kutil dan komplotannya berhasil di

tangkap

Bab IV 32. Menurut anda bentuk seperti apakah pergerakan Kutil dalam Revolusi

Sosial

33. Seperti apakah Bentuk kepemimpinan Kutil dalam Revolusi sosial

34. Bagaimana cara Kutil mempengaruhi masyarakat Tegal

35. Apa cerita Kutil ( peristiwa 3 Daerah ) anda ceritakan kepada anak

cucu anda ( Tradisi lokal dalam masyarakat menokohkan Kutil)

36. Persenjataan apa saja yang di gunakan Kutil dan komplotannya

37. Bagaimana reaksi rakyat/ sikap rakyat Tegal menanggapi gerakan yang

diketuai Kutil

38.Bagaimana Reaksi Masyarakat Tegal terhadap peristiwa Tiga daerah di

Tegal

You might also like