You are on page 1of 16

Jumat, 27 Maret 2009

Apa itu Ruh


Sama siapa ? sapa pak Heriyadi teman di BPDE yang sekarang pindah ke KPU, ketika
bertemu di RS Petala Bumi. sama Ruh jawabku dengan enteng. sebelum dia menanya
lebih lanjut aku jelaskan bahwa yang sakit adalah jasadku, lagi batuk pilek biasa lagi
musim hujan. wah juragan kalung sakit juga katanya sambil terkekeh..
Dalam kehidupan sehari-hari sering kita dibingungkan oleh pemahaman akan jiwa dan
ruh. Sebagian masyarakat berpendapat bahwa jiwa dan ruh itu berbeda maknanya.
Masyarakat meyakini bahwa jiwa manusia itu berada di balik hati nurani. Mereka
meyakini pula jika di saat kita tidur, ruh kita terbang dan ruh itu nantinya akan kembali
pada kita jika Allah menginginkan. Sementara, sebagian masyarakat lainnya
menganggap bahwa jiwa dan ruh bermakna sama. Jiwa adalah ruh, dan ruh adalah
jiwa. Lantas, manakah yang benar? Apakah jiwa itu? Apakah jiwa memiliki persamaan
makna dengan ruh? Benarkah anggapan masyarakat tentang jiwa yang bersemayam
di balik hati nurani?

Potensi jiwa berada di balik kemampuan otak. Dengan kata lain, kekuatan otak
merupakan kekuatan jiwa. Sementara, ruh adalah suatu anugerah dari Allah yang
dimiliki oleh manusia. Ruh merupakan anugerah yang besar karena setiap ruh (baca:
ruh manusia) mewarisi sebagian sifat-sifat Allah. Maha Suci dan Maha Besar Allah atas
segala sesuatu yang dikehendakiNya.

Pengertian umum jiwa dan ruh


Jiwa adalah dzat di dalam diri kita yang memiliki kemampuan untuk memilih.
Sedangkan ruh adalah dzat yang menyebabkan munculnya kehidupan pada benda-
benda mati sekaligus menularkan sifat-sifat ketuhanan kepadanya. Dengan
ditiupkannya ruh, maka sesuatu yang tadinya mati, tak bernyawa, menjadi ada atau
hidup. Allah mengimbaskan sebagian dari sifat-sifatNya kepada manusia lewat ruh,
sehingga disamping bersifat hidup, manusia juga memiliki kehendak, kasih sayang,
keikhlasan, dan sifat-sifat lain yang membuat manusia berderajat lebih tinggi
dibandingkan makhluk ciptaan Allah lainnya yang hanya terimbas sifat hidup saja.
Perbedaan jiwa dengan ruh
1. Berdasarkan subtansi
Dalam QS. A Nahl (16):78, QS. Yusuf:22, QS. Al Insaan (76):1, dan QS. Asy Syam
(91):7-10 dijelaskan bahwa jiwa merupakan dzat yang labil kualitasnya. Bisa naik,

1
turun, kotor, bersih, dan seterusnya. Perkembangan kualitas jiwa seseorang terjadi
seiring dengan pengalaman hidup, ilmu, dan umurnnya. Sementara, ruh dalam QS. Al
Hijr (15):29, QS. Tahrim (66):12, QS. As Sajdah (32):9 digambarkan sebagai dzat yang
selalu baik, suci, dan berkualitas tinggi. Bahkan merupakan ‘turunan’ dari Dzat
Ketuhanan.
2. Berdasarkan fungsi
Jiwa adalah ‘sosok’ yang bertanggung jawab atas segala perbuatan kemanusiannya.
Jiwa memiliki kebebasan untuk memilih kebaikan atau keburukan dalam hidupnya.
Pertanggungjawaban itu akan dipikul oleh jiwa ketika ia dikembalikan ke badannya
pada hari kebangkitan kelak. Berbeda dengan jiwa, ruh merupakan anugerah Allah
yang menularkan sebagian sifat-sifat Allah. Dengan ditiupkannya ruh, saat itulah
manusia dapat bernafas.
Intinya, ruh berfungsi sebagai ‘sesuatu’ yang menjadikan manusia itu hidup dan jiwa
merupakan ‘sosok’ penentu setiap pilihan dalam kehidupan. Perbedaan makna jiwa
dengan ruh dapat kita lihat dalam kegiatan sehari-hari. Tatkala seseorang terlelap
dalam tidur, hembusan nafas dan detak jantungnya masih terdengar karena yang
ditahan oleh Allah adalah jiwanya, bukan ruhnya. [QS. Az Zumar (39):42]
3. Berdasarkan sifat
Jiwa berpotensi dapat merasakan kesedihan, kegembiraan, ketenangan, dll.
Sedangkan ruh bersifat stabil. Ruh adalah kutub positif dari sifat kemanusiaan sebagai
lawan dari sifat setan yang negatif.
Keberadaan jiwa dan ruh
Posisi Jiwa berpusat di otak, yaitu pada sektor-sektor tertentu di dalam otak. Lantas
dimanakah posisi ruh? Sebagaiman kita ketahui bahwa sel merupakan unit terkecil
kehidupan. Setiap sel mampu melaksanakan aktifitas kehidupan, seperti respirasi oleh
mitokondria, sekresi oleh kompleks golgi, serta proses pencernaan oleh lisosom.
Selanjutnya sel-sel itu bersatu membentuk jaringan-organ-sistem organ-organisme,
yaitu manusia, alias kita. Secara tidak langsung kita telah menemukan jawaban bahwa
ternyata ruh itu bersemayam di setiap sel tubuh. Subhanallah!
Dalam buku disimpulkan bahwa Allah menciptakan manusia dari unsur tanah dan
kemudian meniupkan sebagian RuhNya kepada badan itu. Maka hiduplah ‘bahan
organik tanah’ menjadi badan manusia. Akibat dari bersatunya badan dan ruh, sejak
saat itu pula mulai aktiflah jiwa manusianya. Jadi jiwa dalah ‘akibat’. Jiwa muncul akibat
interaksi antara ruh dengan badan. Jiwa dapat mengikuti petunjuk ruh lantas menuju
pada kebaikan atau justru tertarik pada badan yang cenderung mengtuhankan hawa
nafsu dan menggiring manusia pada keburuka
2
Jika kita mengumpamakan aktifitas tubuh manusia sama dengan aktifitas robot, maka
ruh-manusia itu bagaikan suatu operating system robot. Sementara jiwa sama halnya
dengan program aplikasinya. Dan pusat pengendalian program aplikasi tersebut
berada di ‘otak’ robot yaitu CPU. Dari pengandaian tersebut, jelaslah bahwa jiwa itu
bersemayam di otak. Sebagaimana suatu program aplikasi yang bersemayam dan
dikendalikan oleh CPU sebagai otak komputer.
Berdasarkan pemahaman itu, kita tidak dapat mengelak lagi jika kekuatan otak
merupakan penentu kekuatan jiwa. Seseorang yang mengalami gangguan pada sel-sel
otaknya, tentu akan terguncang kesehatan jiwanya. Entah besar atau kecil skala
kerusakan sel-sel otak itu berdampak pada besar atau kecilnya gangguan kesehatan
jiwanya. Orang yang ‘bermasalah’ dengan jiwanya, yang lebih umum kita sebut dengan
‘gila’, dalam penanganan medisnya, tidak hanya melibatkan dokter psikis atau dokter
jiwa, namun juga mendapatkan intervensi dokter syaraf. Secara tersirat kesimpulan kita
terbukti, jika kekuatan jiwa erat kaitannya dengan kekuatan otak.
Seorang korban kecelakaan yang mengalami kerusakan pada syaraf-syaraf
penciumannya, menyebabkan ia tidak mampu lagi membedakan bau benda-benda di
sekelilingnya ataupun aroma masakan. Syaraf penciumannya tidak dapat mengolah
dengan baik setiap implus bau atau aroma yang dikirim oleh indera penciuman, yaitu
hidung. Coba bayangkan, bagaimana menderitanya orang tersebut! Bagaiman
perasaanya?! Sangat tersiksa pastinya. Tidak menutup kemungkinan, jiwanya
terguncang dalam persentase yang kecil atau bahkan besar. Jadi sekali lagi, kesehatan
otak adalah kesehatan jiwa.
KELEBIHAN, KEKURANGAN, DAN KEBERMANFAATAN
Buku “Menyelam ke Samudera Jiwa dan Ruh” selain membantu kita dalam memahami
akan makna jiwa dan ruh, juga memberikan beberapa manfaat pada kita antara lain:
pertama, kita menjadi semakin tahu dan mengagumi betapa Maha Besar dan Maha
Kuasa Allah S.W.T. atas apa yang diciptakanNya sebab dengan terbuka, penulis
menuturkan kesempurnaan manusia sebagai ciptaaan Allah dibandingkan makhluk
lainnya; kedua, kita dapat merenungi akan diri kita (manusia) serta memahami lebih
jauh akan tempat atau keberadaan jiwa dan ruh dalam tubuh kita; ketiga, setelah
mengetahui bahwa kita adalah makhluk yang sempurna, akan membangun rasa syukur
pada Allah S.W.T. dengan demikian, jalan dekatNya sedang kita lalui, itulah makna
tasawwuf.

Kini kita menjadi tahu bahwa jiwa dan ruh itu berbeda. Namun keduanya memiliki
hubungan yang terikat satu dengan yang lain. Tidak akan ‘berfungsi’ dengan baik
3
seorang manusia apabila jiwa dan ruhnya tidak saling berinteraksi dengan baik. Jiwa
ada sebagai akibat bersatunya ruh dengan badan. ruhlah yang menjadikan manusia
hidup, dan selama manusia itu hidup, mereka dapat menentukan pilihan hidupnya
karena ada peranan jiwa di dalam tubuh manusia.

Jumat, 27 Maret 2009

Makanan ruh
Manusia terdiri daripada komponen jasmani, akal, dan ruh, Sebagaimana jasmani, ruh
itu juga perlu makan. Jasmani yang kurang makan akan lemas, lesu, tidak bertenaga.
Ruh yang kurang santapan juga akan lapar. Kalau makanan jasmani sudah jelas,
tempe goreng, soto betawi, opor ayam dll. Lha kalau makanan Ruh itu apa ?

Sebagaimana jasmani, Ruh juga perlu istirahat. Ruh juga akan lelah kalau tak pernah
istirahat. Manusia tanpa ruh, maka ia cuma mayat. Ruh tanpa jasad (jasmani) maka ia
juga belum bisa disebut manusia, mungkin masih di alam ruh. Jadi antara jasad dan
ruh, harus ada “kerjasama” sehingga keduanya bisa bersatu menjadi manusia.

Manusia yang jasadnya sudah rusak dan akhirnya mati, maka ruh akan kembali
kepada Sang Pencipta. Karena Ruh tidak bisa tinggal pada jasad yang mati. Ruh juga
tidak mau tinggal di badan manusia yang tidak sempurna. Jika seorang wanita hamil,
setelah 4 bulan (3 kali 40 hari), maka ruh akan masuk kepada jasad yang sempurna
pertumbuhannya. Jka pertumbuhan jasad (yang sudah 120 hari) kurang sempurna
pertumbuhannya, maka jasad tadi akan gugur (miscariage)

Dalam Islam, bacaan al-Quran, al-Hadis dan lain-lain bukan sekadar makanan akal
bahkan juga boleh dianggap sebagai makanan ruh. Aktivitas membaca dan mengkaji
dalam Islam tidak dilihat dari segi kognitif semata-mata, ia harus disertai dengan aspek
kejiwaan yang berusaha menjadikan ilmu yang diperolehi sebagai suatu landasan
untuk merasakan kebesaran Allah, justru mendekatkan diri kepada-Nya. Banyak lagi
makanan ruh yang boleh ‘disuapkan’ seperti berzikir, berdoa, berpuasa dan menziarahi
kubur. Ruh yang sejahtera mampu mengatasi gangguan syaitan yang dapat
mengganggu daya kreativitas.
Semasa manusia itu berada dalam dunia ini, dua hal perlu baginya.
Pertama , melindungi dan mengasuh(memelihara) Ruhnya dan

4
Keduanya , memelihara dan menyelenggara tubuhnya.
Makanan Ruh itu seperti yang tersebut sebelum ini, ialah Mengenal dan Cinta kepada
Alloh.

Jika cinta itu ditumpukan sepenuhnya kepada " ghair Alloh" (selain Alloh), maka
binasalah Ruh itu. Tubuh itu hanya ibarat binatang tunggangan bagi Ruh. Tubuh itu
akan hancur tetapi Ruh tetap hidup. Ruh itu sepatutnya memelihara tubuh. Ibarat orang
yang hendak mengerjakan Haji ke Mekah, ia perlu memelihara untanya, tetapi jika ia
menghabiskan masa dengan memberi makan dan menghias untanya saja, maka
kafilah akan meninggalkan ia di belakang dan binasalah ia di padang pasir.

Keperluan tubuh manusia itu terbagi kepada tiga saja yaitu makanan, pakaian, dan
tempat tinggal. Tetapi keinginan tubuh yang ada pada seseorang untuk mendapatkan
tiga hal itu cenderung melawan akal dan melebihkan dari tiga hal itu. Oleh itu, perlulah
kemauan itu disekat dan dibatasi dengan undang-undang syariat yang dibawa oleh
Rasul-Rasul.

Makhluk, merupakan hasil ciptaan dari Sang Maha Pencipta. yang dilengkapi tiga
komponen utama oleh Sang Pemberi, yaitu : Jasad, Akal dan Ruh. Ketiganya diberikan
untuk mendapat perhatian yang seimbang, tidak dilebihkan satu dari yang lain. Tidak
dilebihkan komponen ruh atas kedua komponen yang lain, karena Sang Maha Pencipta
mengetahui bahwa Dia mencipta manusia, bukan malaikat. Ketiganya harus
memperoleh porsi perhatian yang sama, harus mendapatkan ‘makanan’ yang sama.
Keseimbangan ini pun dapat kita perhatikan tidak hanya pada diri kita, manusia, tetapi
juga pada makhluk Alloh lainnya (QS. 36 : 39-40)

Telah kita pahami, betapa perhatian kita terhadap komponen kedua, yakni Jasad,
begitu berlebihan. Kita akan sedih bila tubuh kita terlalu kurus atau terlampau gemuk.
Fitness Center tersedia dimana-mana untuk pemenuhan perhatian kepada komponen
ini. Untuk makanannya pun kita tidak pernah alpa untuk memuaskannya. Yang paling
bergizi tinggi selalu disediakannya, sengaja waktu disisakan untuk pergi berbelanja dan
memasak hanya untuk sekedar memenuhi kebutuhan satu komponen ini. Dengan kata
lain, kita telah dan akan senantiasa memperhatikan pertumbuhan dan komponen jasad
ini.

5
Bagaimana dengan komponen yang ketiga, akal? Sama saja perhatian kita terhadap
komponen ini. Selalu kita puaskan komponen ini dengan membaca dan menimba
berbagai ilmu pengetahuan yang selalu up to date. Bahkan, pergi jauh meninggalkan
keluarga dan sanak saudara untuk memenuhi ‘makanan’ bagi sang akal pun sanggup
kita jalani. Kebutuhan jasad berupa makanan yang lezat dan minuman yng segar tak
pernah sekalipun terlupakan. Begitu pula ‘makanan’ akal berupa ilmu pengetahuan
senantiasa dicari dimana-mana walaupun jauh dari kampung halaman sekalipun. Lalu
bagaimana perhatian kita terhadap komponen yang pertama?

Ruh, tentunya menuntut suatu pemuasan seperti halnya kedua komponen yang lain.
Apakah kita sadar apa sebenarnya ‘makanan’ ruh ini? Apa yang terjadi manakala kita
mengalami tingkat kesulitan, depresi yang amat sangat? Jiwa/ruh kita terombang-
ambing, belajar tak mampu, makan dan minum pun tak enak. Itulah saat ruh menuntut
suatu pemuasan tersendiri kepada suatu Dzat Yang Maha Esa, Alloh SWT. Tak sadar
kita berdoa, memohon kiranya kesulitan yang menghimpit segera hilang. Benar! Ruh
menuntut suatu pemuasan berupa pendekatan kepada Sang Pencipta. Makannya
berupa ‘dzikir’, mengingat Alloh SWT.

Islam mengajarkan cara pemuasan yang sangat simpel dan lugas. Sholat 5 waktu.
Apabila kita mampu belajar untuk memenuhi kebutuhan akal sampai 10 jam sehari,
dan kalau kita sanggup menyisakan waktu 3 jam sehari untuk makan pagi siang dan
malam, dan kalau kita mampu untuk tidur 6 jam sehari semata-mata untuk menjaga
kondisi tubuh/jasad kita, mengapa kita (sebagai muslim) tidak mampu bahkan tidak
mau menyisakan sekurangnya 5 x 10 menit sehari untuk sholat?
Seorang muslim yang baik mampu mengerahkan ketiga potensi yang diberikan
kepadanya itu dengan cara-cara yang paling baik dan benar sesuai dengan petunjuk
yang tertera dalam Al Qur’an dan juga Al Hadits.

Pengerahan ketiga potensi tersebut erat kaitannya dengan "tugas fungsional utama"
yang diberikan Aloh SWT yaitu sebagai "Khalifah fil Ardh" sebagaimana yang
ditegaskan Alloh SWT dihadapan para malaikat tatkala akan menciptakan manusia di
jagad raya, Alloh SWT berfirman :

"Dan ingatlah ketika Robb-mu berkata kepada malaikat: ‘Sesungguhnya Aku akan
menjadikan seorang Khalifah di muka bumi…’ " (QS. Al Baqarah, 002 : 030)

6
Untuk tugas utama yang telah diberikan inilah, Alloh SWT menyertakan ketiga
komponen utama yang tidak diberikannya kepada makhluk yang lain (mahluk lain
memperoleh secara parsial saja). Ketiga komponen itu, seperti yang telah diungkapkan
adalah Ruh, Akal dan Jasad yang disebut Alloh sebagai "Ahsani Taqwim" (sebaik-baik
penciptaan).

Ruh / Jiwa / Hati, disiapkan Sang Pencipta untuk menangkap dan meyakini sesuatu
yang bersifat abstrak / ghaib / unreal, yang tidak mungkin dicerna oleh akal dan badan.
Badan / Tubuh / Raga, merupakan instrumen pelksana dalam hal-hal yang menyangkut
kerja fisik, seperti berjan, berlari, makan, minum, reproduksi, dsb. Sedangkan Akal
berfungsi untuk mengkaji serta mencerna fenomena alam yang bersifat ilmiah,
sehingga dari kajian tersebut akan lahir perkembangan Ilmu dan Teknologi.

Ternyata Alloh SWT tidak hanya memberikan ketiga potensi internal itu saj di sisi lain
Dia pun menurunkan "Guide Book", Al Qur’an Al Karim, sebagai pedoman hidup
manusia untuk mengerahkan potensinya semaksimal mungkin.

Sebagai potensi eksternal, pokok-pokok isi Al Qur’an sangat cocok dengan 3 potensi
internal tersebut. Pada garis besarnya, Al Qur’an terdiri dari 3 hal utama (potensi
eksternal) yaitu :

1. Iman yang bersifat ghaib;


2. Hukum (perdata dan pidana); dan
3. Ilmu Pengetahuan.

Agar penelaahan dan pengaplikasian ketiga komponen eksternal itu dapat dilakukan
secara tepat, maka manusia perlu menggunakan ketiga potensi internanya secara
akurat. Sebab, apabila penelaahan tersebut memakai pendekatan dan alat yang salah,
akan terjadi disfungsionalisasi yang berakibat kesesatan dan kerusakan. Dan manusia
baru dapat melakukannya hanya dengan memahami islam melalui pendidikan islam
yang menyeluruh dan mencakup semua komponen di atas.

Dan mereka bertanya kepadamu tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan
Tuhan-ku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit". (QS. Al-Isra': 85)

Allohu’lam bish showab.


7
MISTERI OTAK DAN JIWA MANUSIA

OTAK MANUSIA
Otak manusia bentuknya sangat kecil dibanding kepala manusia tetapi memiliki fungsi
yang sangat luar biasa. Otak manusia adalah jaringan lunak dalam tubuh manusia
yang memiliki berat kurang lebih 0,5 kg, yang berisi kurang lebih 100 milyar sel yang
tersusun dengan sangat canggih yang berfungsi sebagai pusat pengendali aktivitas
manusia , mulai dari menerima sinyal dari badan kita ,sampai proses pemahaman,
analisa, membuat keputusan sampai melakukan gerakan motorik.
Otak manusia bila dicermati memiliki tiga bagian penting yaitu :
Bagian pertama : .
Kulit otak ( cortex cerebri ) yang berada di bagian luar otak yang merupakan basis dari
aktifitas yang berkaitan dengan kamampuan manusia untuk berfikir secara rasional
Bagian Kedua :
Yaitu sistem limbik dan bagian tengah otak yang masih sangat misterius. Bagian ini
sangat bertanggung jawab terhadap fungsi luhur yang sangat berhubungan erat
dengan emosi seseorang Seperti sikap adil, jujur, pemaaf mencintai sedih gembira dan
menderita.
Sistem limbik ini juga mengatur alam bawah sadar yang menyimpan memori seperti
kebaikan keburukan atau sikap manusia yang dianggap baik maupun buruk.
Bagian Ketiga :
Bagian pada batang otak dan otak kecil ,pada bagian ini sangat terkait dengan fungsi
dasar kehidupan. Pada bagian inilah proses pengaturan denyut jantung, pernafasan,
tekanan darah, termasuk pengaturan keseimbangan serta kehalusan melakukan
gerakan.
Dari bagian otak tersebut diatas yang ditinjau secara global ada beberapa bagian
didalam otak yang memiliki peran sangat penting yaitu :
Thalamus, Bagian yang terdapat di otak depan yang berfungsi mengatur proses
masuknya informasi dari luar otak ke kulit otak, mengatur prose terjadinya gerakan
organ tubuh melalui kombinasi kulit otak dan otak kecil.
Hypothalamus. Posisi dibawah thalamus, Bagian untuk mengatur kestabilan suhu
badan.rasa lapar dan haus, kegiatan seksual, pertumbuhan dan mentruasi bagi
perempuan yang dikendalikan secara hormonal.
Hippocampus. Bagian untuk menyimpan memori rasional, seperti ingtan jangka
pendek. Bagian ini bentuknya mirip huruf C dan berada di tengah otak Dibagian inilah
yang memberikan pertimbangan rasional terhadap fungsi luhur manusia.

8
Neorotransmiter. Ini zat kimia di dalam otak yang berfungsi membawa pesan antar sel
saraf
Dengan gambaran tersebut diatas maka sebenarnya kegiatan atau kehidupan manusia
dikendalikan oleh jaringan otak.

JIWA MANUSIA
Jiwa adalah sosok non fisik yang berfungsi dan bersemayam di tubuh manusia yang
bertanggung jawab terhadap kemanusiaannya.Eksistensi jiwa terbentuk ketika ia
bergabung dengan fisiknya dan akan tidak berfungsi ketika terpisah dari badannya.
Jiwa dan fisik adalah sisi yang berbeda seperti mata uang dimana keduannya akan
berfungsi secara bersama sama.
Ada pendapat yang mengatakan jiwa ya sama dengan ruh manusia namun demikian
menurut hemat kami ternyata memang ada perbedaan. Ruh manusia skalanya lebih
luas dari jiwa, wilayah cakupan ruh meluas sampai kecakupan infrastruktur dalam
tubuh manusia sampai yang terkecil yaitu sel dan ruh mengatur dasar kehidupan.
Sedangkan jiwa adalah jaringan yang bekerja pada sistem kerja ruh, sehingga jika ruh
tidak berfungsi maka jiwa tidak akan berfungsi , namun jika jiwa tidak bekerja ruh akan
tetap bisa berfungsi
Ruh adalah yang memiliki pengaruh paling besar karena ia berpengaruh pada kerja
jiwa dan badan sekaligus. Jika roh tidak berfungsi maka jiwa dan badan tidak berfungsi
alias mati.
Jiwa memiliki pengaruh terhadap badan, tapi tidak memiliki pengaruh terhadap ruh,
Jika jiwa kita kuat maka badan kita juga akan kuat dan jika jiwa kita lemah maka badan
lemah, namun lemahnya badan tidak sampai nol melainkan sampai pada fungsi
dasarnya yang menjadi wilayah kekuasaan ruh.
Misalnya seseorang mengalami pingsan karena sesuatu hal, pingsan adalah pengaruh
jiwa, sedangkan badan tidak mati karena ruh masih bekerja.. Jadi jiwa adalah akibat,
bukan penyebab. Penyebab utama adalah masuknya ruh ke dalam badan kemudian
muncullah jiwa sebagai interaksi antara ruh dengan badan,

Proses Keluarnya Ruh dari Jasad


Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan proses keluarnya ruh dari jasad
dalam hadits Al-Bara’ bin ‘Azib radhiyallahu ‘anhu yang panjang, yang diriwayatkan
Abu Dawud, An-Nasa’i, Ibnu Majah, Al-Imam Ahmad, dan Al-Hakim. Asy-Syaikh Muqbil
rahimahullahu menyebutkan hadits ini dalam Ash-Shahihul Musnad.

9
1. Keluarnya ruh seorang mukmin dan kabar gembira baginya.

‫ججوَهُهْم‬
ُ ‫ن ُو‬
ّ ‫ججوِه َكجَأ‬
ُ ‫ض اْلُو‬
ُ ‫سجَماِء ِبيج‬
ّ ‫ن ال‬
َ ‫لِئَكجٌة ِمج‬
َ ‫ل ِإَلْيجِه َم‬
َ ‫خجَرِة َنجَز‬
ِ‫ل‬ْ ‫نا‬
َ ‫ل ِمج‬
ٍ ‫ن الّدْنَيا َوِإْقَبا‬
َ ‫ع ِم‬
ٍ ‫طا‬
َ ‫ن ِفي اْنِق‬
َ ‫ن ِإَذا َكا‬
َ ‫ن اْلَعْبَد اْلُمْؤِم‬
ّ ‫ِإ‬
‫حّتى‬
َ ‫لم‬
َ‫س‬ّ ‫عَلْيِه ال‬
َ ‫ت‬
ِ ‫ك اْلَمْو‬
ُ ‫جيُء َمَل‬
ِ ‫صِر ُثّم َي‬
َ ‫سوا ِمْنُه َمّد اْلَب‬
ُ ‫جِل‬
ْ ‫حّتى َي‬
َ ‫جّنِة‬
َ ‫ط اْل‬
ِ ‫حُنو‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ط ِم‬
ٌ ‫حُنو‬
َ ‫جّنِة َو‬
َ ‫ن اْل‬
ِ ‫ن َأْكَفا‬
ْ ‫ن ِم‬
ٌ ‫س َمَعُهْم َكَف‬
ُ ‫شْم‬
ّ ‫ال‬
‫ن ِفججي‬
ْ ‫طَرُة ِمج‬
ْ ‫ل اْلَق‬
ُ ‫سي‬
ِ ‫ل َكَما َت‬
ُ ‫سي‬
ِ ‫ج َت‬
ُ ‫خُر‬
ْ ‫ َفَت‬:‫ل‬
َ ‫ َقا‬.‫ن‬
ٍ ‫ضَوا‬
ْ ‫ل َوِر‬
ِ ‫نا‬
َ ‫جي ِإَلى َمْغِفَرٍة ِم‬
ِ ‫خُر‬
ْ ‫طّيَبُة ا‬
ّ ‫س ال‬
ُ ‫ َأّيُتَها الّنْف‬:‫ل‬
ُ ‫سِه َفَيُقو‬
ِ ‫س عِْنَد َرْأ‬
َ ‫جِل‬
ْ ‫َي‬
‫ج ِمْنَهججا‬
ُ ‫خ جُر‬
ْ ‫ط َوَي‬
ِ ‫حُنو‬
َ ‫ك اْل‬
َ ‫ن َوِفي َذِل‬
ِ ‫ك اْلَكَف‬
َ ‫جَعُلوَها ِفي َذِل‬
ْ ‫خُذوَها َفَي‬
ُ ‫حّتى َيْأ‬
َ ‫ن‬
ٍ ‫عْي‬
َ ‫طْرَفَة‬
َ ‫عوَها ِفي َيِدِه‬
ُ ‫خَذَها َلْم َيَد‬
َ ‫خُذَها َفِإَذا َأ‬
ُ ‫سَقاِء فََيْأ‬
ّ ‫ال‬
ِ ‫لْر‬
‫ض‬ َْ ‫جِه ا‬
ْ ‫عَلى َو‬
َ ‫ت‬
ْ ‫جَد‬
ِ ‫ك ُو‬
ٍ‫س‬
ْ ‫حِة ِم‬
َ ‫ب َنْف‬
ِ ‫طَي‬
ْ ‫َكَأ‬

“Sesungguhnya seorang hamba yang mukmin apabila akan meninggal dunia, maka
para malaikat rahmat turun kepadanya, wajahnya seakan-akan matahari yang bersinar,
membawa kain kafan dan wangi-wangian dari jannah (surga). Mereka duduk di tempat
sejauh mata memandang. Kemudian datanglah malakul maut r hingga duduk di
samping kepalanya, lalu berkata: ‘Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau menuju
ampunan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan keridhaan-nya.’ Maka ruh tersebut keluar
dari jasadnya seperti tetesan air yang mengalir dari bibir tempat air minum. Malakul
maut pun mengambil ruh yang sudah keluar dari jasadnya itu. Tiba-tiba para malaikat
rahmat yang menunggu tidak membiarkan ruh tersebut berada di tangannya sekejap
mata pun. Mereka segera mengambil dan menaruhnya di dalam kafan dan wangi-
wangian tersebut, dan keluarlah bau wangi misik yang paling harum yang dijumpai di
muka bumi.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kabar


gembira kepada hamba-hamba-Nya yang beriman dan istiqamah di atas agama yang
sempurna ketika menghadapi sakaratul maut. Ini adalah bukti kasih sayang Allah
Subhanahu wa Ta’ala terhadap hamba-Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
ُ ‫حج‬
‫ن‬ ْ ‫ َن‬.‫ن‬
َ ‫عجُدو‬
َ ‫جّنجِة اّلِتججي ُكْنُتجْم ُتو‬
َ ‫شجُروا ِباْل‬
ِ ‫حَزُنججوا َوَأْب‬
ْ ‫ل َت‬
َ ‫خججاُفوا َو‬
َ ‫ل َت‬
ّ ‫لِئَكجُة َأ‬
َ ‫عَلْيِهجُم اْلَم‬
َ ‫ل‬
ُ ‫سَتَقاُموا َتَتَنّز‬
ْ ‫ل ُثّم ا‬
ُ ‫ن اّلِذينَ َقاُلوا َرّبَنا ا‬
ّ ‫ِإ‬
‫حي جٍم‬
ِ ‫غُفججوٍر َر‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ل ِمجج‬
ً ‫ ُنججُز‬.‫ن‬
َ ‫عو‬
ُ ‫س جُكْم َوَلُكججْم ِفيَهججا َمججا َتججّد‬
ُ ‫ش جَتِهي َأْنُف‬
ْ ‫خ جَرِة َوَلُك جْم ِفيَهججا َمججا َت‬
ِ‫ل‬ْ ‫حَيججاِة ال جّدْنَيا َوِفججي ا‬
َ ‫َأْوِلَيججاُؤُكْم ِفججي اْل‬
“Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: ‘Rabb kami ialah Allah’ kemudian
mereka istiqamah, maka malaikat akan turun kepada mereka (dengan mengatakan):
‘Janganlah kamu merasa takut dan janganlah kamu merasa sedih; dan bergembiralah
kamu dengan (memperoleh) surga yang telah dijanjikan Allah kepadamu.’ Kamilah
Pelindung-pelindungmu dalam kehidupan dunia dan di akhirat; di dalamnya kamu
memperoleh apa yang kamu inginkan dan memperoleh (pula) di dalamnya apa yang
kamu minta. Sebagai hidangan (bagimu) dari Dzat Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (Fushshilat: 30-32)
10
Ayat-ayat ini adalah berita dari Allah Subhanahu wa Ta’ala sekaligus kabar gembira
bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa, bahwa para malaikat akan turun kepada
mereka ketika mereka menghadapi maut, juga di dalam kubur mereka, serta ketika
mereka dibangkitkan darinya. Para malaikat memberi jaminan keamanan kepada
mereka atas perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Mereka juga memberikan kabar
gembira agar orang-orang beriman tidak takut terhadap apa yang akan mereka hadapi
di akhirat, tidak bersedih terhadap perkara dunia yang mereka tinggalkan, seperti anak,
keluarga, dan harta. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala yang akan mengurus dan
menanggung mereka semua. Para malaikat juga memberikan kabar gembira kepada
orang-orang beriman dengan hilangnya berbagai kejelekan dan didapatkannya
berbagai kebaikan. (Tafsir Ibnu Katsir)

Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:


:‫ل‬
َ ‫ َفَقججا‬.‫ت‬
َ ‫ت؟ َفُكّلَنا َنْكجَرهُ اْلَم جْو‬
ِ ‫ َأَكَراِهَيُة اْلَمْو‬،‫ل‬
ِ ‫يا‬
ّ ‫ يَا َنِب‬:‫ت‬
ُ ‫ َفُقْل‬.‫ل ِلَقاَءُه‬
ُ ‫ل َكِرَه ا‬
ِ ‫ن َكِرَه ِلَقاَء ا‬
ْ ‫ل ِلَقاَءُه َوَم‬
ُ ‫با‬
ّ ‫ح‬
َ ‫ل َأ‬
ِ ‫ب ِلَقاَء ا‬
ّ ‫ح‬
َ ‫ن َأ‬
ْ ‫َم‬
‫لج‬
ِ ‫با‬
ِ ‫شجَر ِبَعجَذا‬
ّ ‫ن اْلَكجاِفَر ِإَذا ُب‬
ّ ‫ َوِإ‬،‫ل ِلَقجاَءُه‬
ُ ‫با‬
ّ ‫ح‬
َ ‫ل َفَأ‬
ِ ‫ب ِلَقاَء ا‬
ّ ‫ح‬
َ ‫جّنِتِه َأ‬
َ ‫ضَواِنِه َو‬
ْ ‫ل َوِر‬
ِ ‫حَمِة ا‬
ْ ‫شَر ِبَر‬
ّ ‫ن ِإَذا ُب‬
َ ‫ن اْلُمْؤِم‬
ّ ‫ َوَلِك‬،‫ك‬
ِ ‫س َكَذِل‬
َ ‫َلْي‬
‫ل ِلَقاَءُه‬
ُ ‫ل َوَكِرَه ا‬
ِ ‫طِه َكِرَه ِلَقاَء ا‬
ِ‫خ‬َ‫س‬
َ ‫َو‬

“Barangsiapa senang bertemu dengan Allah, maka Allah senang bertemu dengannya.
Dan barangsiapa tidak suka bertemu dengan Allah maka Allah juga tidak suka bertemu
dengannya.” Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Wahai Nabi Allah, benci terhadap
kematian? Kita semua membenci kematian.” Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menjawab: “Bukan seperti itu. Seorang mukmin apabila diberi kabar gembira dengan
rahmat, keridhaan, dan surga-Nya, maka dia akan senang bertemu dengan Allah,
sehingga Allah pun senang bertemu dengannya. Sedangkan orang kafir apabila diberi
kabar gembira dengan azab Allah dan kemurkaan-Nya maka dia akan benci bertemu
dengan Allah dan Allah pun benci bertemu dengannya.” (Muttafaqun ‘alaih)

2. Keluarnya ruh seorang kafir dan azab terhadapnya

ُ ‫سججو‬
‫ح‬ ُ ‫جججوهِ َمَعُهجُم اْلُم‬
ُ ‫سججوُد اْلُو‬
ُ ‫لِئَكجٌة‬
َ ‫سجَماِء َم‬
ّ ‫ن ال‬
َ ‫ل ِإَلْيجِه مِج‬
َ ‫خجَرِة َنجَز‬
ِ‫ل‬ْ ‫نا‬
َ ‫ل ِمج‬
ٍ ‫ن الّدْنَيا َوِإْقَبا‬
َ ‫ع ِم‬
ٍ ‫طا‬
َ ‫ن ِفي اْنِق‬
َ ‫ن اْلعَْبَد اْلَكاِفَر ِإَذا َكا‬
ّ ‫َوِإ‬
‫لج‬
ِ ‫نا‬
َ ‫ط ِمج‬
ٍ‫خ‬َ ‫سج‬
َ ‫جججي ِإَلججى‬
ِ ‫خُر‬
ْ ‫خِبيَثجُة ا‬
َ ‫س اْل‬
ُ ‫ أَّيُتَها الّنْفج‬:‫ل‬
ُ ‫سِه َفَيُقو‬
ِ ‫عْنَد َرْأ‬
ِ ‫س‬
َ ‫جِل‬
ْ ‫حّتى َي‬
َ ‫ت‬
ِ ‫ك اْلَمْو‬
ُ ‫جيُء َمَل‬
ِ ‫صِر ُثّم َي‬
َ ‫ن ِمْنُه َمّد اْلَب‬
َ ‫سو‬
ُ ‫جِل‬
ْ ‫َفَي‬
‫طْرَف جَة‬
َ ‫عوَها ِفججي َي جِدِه‬
ُ ‫خَذَها َلْم َيَد‬
َ ‫خُذَها َفِإَذا َأ‬
ُ ‫ل َفَيْأ‬
ِ ‫ف اْلَمْبُلو‬
ِ ‫صو‬
ّ ‫ن ال‬
َ ‫سّفوُد ِم‬
ّ ‫ع ال‬
ُ ‫عَها َكَما ُيْنَتَز‬
ُ ‫سِدِه َفَيْنَتِز‬
َ‫ج‬
َ ‫ق ِفي‬
ُ ‫ َفُتَفّر‬:‫ل‬
َ ‫ َقا‬.‫ب‬
ٍ ‫ض‬
َ ‫غ‬
َ ‫َو‬
ِ ‫لْر‬
‫ض‬ َْ ‫جججججِه ا‬
ْ ‫عَلججججى َو‬
َ ‫ت‬
ْ ‫جججججَد‬
ِ ‫جيَفججججٍة ُو‬
ِ ‫ح‬
ِ ‫ج ِمْنَهججججا َكججججَأْنَتنِ ِريجججج‬
ُ ‫خججججُر‬
ْ ‫ح َوَي‬
ِ ‫سججججو‬
ُ ‫ك اْلُم‬
َ ‫جَعُلوَهججججا ِفججججي ِتْلجججج‬
ْ ‫حّتججججى َي‬
َ ‫ن‬
ٍ ‫عْيجججج‬
َ
“Apabila seorang hamba yang kafir akan meninggal dunia, turunlah malaikat azab dari
langit. Wajah-wajahnya hitam dan seram. Mereka membawa kain yang kasar dan jelek.
Mereka duduk di tempat sejauh mata memandang. Lalu datanglah malakul maut
11
hingga dia duduk di samping kepalanya. Kemudian dia berkata: ‘Wahai jiwa yang jelek,
keluarlah menuju kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan kemarahan-Nya.’ Maka
ruh tersebut bergetar di seluruh tubuhnya, kemudian malakul maut mencabutnya
sebagaimana dicabutnya besi alat pemanggang dari bulu-bulu yang basah. Dia
kemudian mengambil ruh tersebut. Para malaikat yang menunggu tadi tidak
membiarkannya di tangannya sekejap mata pun, sampai mereka mengambil dan
meletakkannya di kain yang kasar lagi jelek tadi. Keluarlah darinya bau seperti bau
bangkai yang paling busuk yang ditemukan di muka bumi.”

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengutus para malaikat-Nya untuk memberi kabar


gembira berupa kemurkaan dan azab-Nya, sehingga ruh-ruh mereka enggan untuk
keluar dari jasadnya. Maka para malaikat pun memukul wajah dan punggungnya,
sampai ruhnya keluar dari jasadnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ ‫ن ِبَما ُكْنُت جْم َتُقوُلججو‬


‫ن‬ ِ ‫ب اْلُهو‬
َ ‫عَذا‬
َ ‫ن‬
َ ‫جَزْو‬
ْ ‫سُكُم اْلَيْوَم ُت‬
َ ُ‫جوا َأْنف‬
ُ ‫خِر‬
ْ ‫طو َأْيِديِهْم َأ‬
ُ‫س‬
ِ ‫لِئَكُة َبا‬
َ ‫ت َواْلَم‬
ِ ‫ت اْلَمْو‬
ِ ‫غَمَرا‬
َ ‫ن ِفي‬
َ ‫ظاِلُمو‬
ّ ‫َوَلْو َتَرى ِإِذ ال‬
َ ‫سَتْكِبُرو‬
‫ن‬ ْ ‫ن َءاَياِتِه َت‬
ْ‫ع‬
َ ‫ق َوُكْنُتْم‬
ّ‫ح‬َ ‫غْيَر اْل‬
َ ‫ل‬
ِّ ‫عَلى ا‬
َ

“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zalim


(berada) dalam tekanan-tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul
dengan tangannya, (sambil berkata): ‘Keluarkanlah nyawamu.’ Di hari ini kamu dibalas
dengan siksaan yang sangat menghinakan, karena kamu selalu mengatakan terhadap
Allah (perkataan) yang tidak benar dan (karena) kamu selalu menyombongkan diri
terhadap ayat-ayat-Nya.” (Al-An’am: 93)

‫لج‬
َّ ‫ن ا‬
ّ ‫ت َأْيجِديُكْم َوَأ‬
ْ ‫ك ِبَمججا َقجّدَم‬
َ ‫ َذِلج‬.‫ق‬
ِ ‫حِريج‬
َ ‫ب اْل‬
َ ‫عَذا‬
َ ‫جوَهُهْم َوَأْدَباَرُهْم َوُذوُقوا‬
ُ ‫ن ُو‬
َ ‫ضِرُبو‬
ْ ‫لِئَكُة َي‬
َ ‫ن َكَفُروا اْلَم‬
َ ‫َوَلْو َتَرى ِإْذ َيَتَوّفى اّلِذي‬
‫لٍم ِلْلَعِبيِد‬
ّ‫ظ‬َ ‫َلْيسَ ِب‬

“Kalau kamu melihat ketika para malaikat mencabut jiwa orang-orang yang kafir seraya
memukul muka dan belakang mereka (dan berkata): ‘Rasakanlah olehmu siksa neraka
yang membakar’, (tentulah kamu akan merasa ngeri). Demikian itu disebabkan oleh
perbuatan tanganmu sendiri. Sesungguhnya Allah sekali-kali tidak menganiaya hamba-
Nya.” (Al-Anfal: 50-51)

Sakaratul Maut Adalah Penghapus Dosa Seorang Mukmin


Dari Abu Sa’id Al-Khudri dan Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhuma, dari Nabi Shallallahu
‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
12
‫طاَيججاُه‬
َ‫خ‬
َ ‫ن‬
ْ ‫لج ِبَهججا ِم ج‬
ُ ‫ل َكّف جَر ا‬
ّ ‫شججاُكَها ِإ‬
َ ‫شْوَكَة ُي‬
ّ ‫ حَّتى ال‬،‫غّم‬
َ ‫ل‬
َ ‫ل َأًذى َو‬
َ ‫ن َو‬
ٍ ‫حَز‬
َ ‫ل‬
َ ‫ل َهّم َو‬
َ ‫ب َو‬
ٍ ‫ص‬
َ ‫ل َو‬
َ ‫ب َو‬
ٍ ‫ص‬
َ ‫ن َن‬
ْ ‫سِلَم ِم‬
ْ ‫ب اْلُم‬
ُ ‫صي‬
ِ ‫َما ُي‬
“Tidaklah menimpa seorang muslim suatu rasa capek, sakit, kesusahan, kesedihan,
gangguan, duka cita, sampaipun sebuah duri yang menusuknya, melainkan dengannya
Allah Subhanahu wa Ta’ala akan menghapus dosa-dosanya.” (Muttafaqun ‘alaih)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, dia berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda:
َ ‫ن ُقِبج‬
‫ض‬ ْ ‫طّهجَرُه َوِإ‬
َ ‫سجَلُه َو‬
َ‫غ‬َ ُ‫شججاَفاه‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ ِفجِإ‬.‫ن َيْعَمُلُه‬
َ ‫عَمِلِه اّلِذي َكا‬
َ ‫ح‬
َ ‫صاِل‬
َ ‫ب َلُه‬
ْ ‫ اْكُت‬:‫ل‬
ُ ‫لا‬
َ ‫سِدِه َقا‬
َ‫ج‬
َ ‫لٍء ِفي‬
َ ‫سِلَم ِبَب‬
ْ ‫ل اْلَعْبَد اْلُم‬
ُ ‫ِإَذا اْبَتَلى ا‬
‫حَمجججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججُه‬
ِ ‫غَفجججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججَر َلجججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججججُه َوَر‬
َ
“Apabila Allah Subhanahu wa Ta’ala menguji seorang hamba yang muslim dengan
suatu ujian pada badannya, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Tulislah baginya
amalan shalih yang biasa dia lakukan.’ Apabila Allah menyembuhkannya maka Dia
telah mencuci dan membersihkannya (dari dosanya). Namun apabila Allah mencabut
ruhnya, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya dan akan merahmatinya.” (HR.
Ahmad, dikatakan oleh Asy-Syaikh Muqbil rahimahullahu: “Hadits ini shahih, perawinya
adalah para perawi kitab-kitab Shahih.”)

Godaan Setan Ketika Sakaratul Maut


Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan hikmah dan keadilan-Nya menjadikan setan dari
golongan jin dan manusia sebagai musuh bagi hamba-Nya. Permusuhan itu tidak
berhenti sampai ajal datang kepada hamba tersebut. Setan pun terus berusaha
menyesatkan sehingga seorang hamba akan mati dalam keadaan kafir.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

‫ججُد‬
ِ ‫ل َت‬
َ ‫شجَماِئِلِهْم َو‬
َ ‫ن‬
ْ ‫عج‬
َ ‫ن َأْيَمججاِنِهْم َو‬
ْ ‫عج‬
َ ‫خْلِفِهجْم َو‬
َ ‫ن‬
ْ ‫ن َأْيِديِهْم َومِج‬
ِ ‫ن َبْي‬
ْ ‫لِتَيّنُهْم ِم‬
َ ‫ ُثّم‬.‫سَتِقيَم‬
ْ ‫ك اْلُم‬
َ‫ط‬
َ ‫صَرا‬
ِ ‫ن َلُهْم‬
ّ ‫لْقُعَد‬
َ ‫غَوْيَتِني‬
ْ ‫ل َفِبَما َأ‬
َ ‫َقا‬
َ ‫شاِكِري‬
‫ن‬ َ ‫َأْكَثَرُهْم‬

“Iblis menjawab: Karena Engkau telah menghukumku tersesat, aku benar-benar akan
(menghalang-halangi) mereka dari jalan Engkau yang lurus, kemudian aku akan
mendatangi mereka dari muka dan dari belakang mereka, dari kanan dan dari kiri
mereka. Dan Engkau tidak akan mendapati kebanyakan mereka bersyukur (taat)’.” (Al-
A’raf: 16-17)

‫سِعيِر‬
ّ ‫ب ال‬
ِ ‫حا‬
َ‫ص‬
ْ ‫ن َأ‬
ْ ‫حْزَبُه ِلَيُكوُنوا ِم‬
ِ ‫عو‬
ُ ‫عُدّوا ِإّنَما َيْد‬
َ ‫خُذوُه‬
ِ ‫عُدّو َفاّت‬
َ ‫ن َلُكْم‬
َ ‫طا‬
َ ‫شْي‬
ّ ‫ن ال‬
ّ ‫ِإ‬

“Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagimu, maka anggaplah ia musuh(mu),


13
karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya mereka
menjadi penghuni neraka yang menyala-nyala.” (Fathir: 6)

‫ك َمججا َفَعُلججوُه‬
َ ‫شججاَء َرّبج‬
َ ‫غجُروًرا َوَلجْو‬
ُ ‫ل‬
ِ ‫ف اْلَقجْو‬
َ ‫خُر‬
ْ ‫ض ُز‬
ٍ ‫ضُهْم ِإَلى َبْع‬
ُ ‫حي َبْع‬
ِ ‫ن ُيو‬
ّ‫ج‬
ِ ‫س َواْل‬
ِ ‫لْن‬
ِْ ‫ن ا‬
َ ‫طي‬
ِ ‫شَيا‬
َ ‫عُدّوا‬
َ ‫ي‬
ّ ‫ل َنِب‬
ّ ‫جَعْلَنا ِلُك‬
َ ‫ك‬
َ ‫َوَكَذِل‬
َ ‫َفَذْرُهْم َوَما َيْفَتُرو‬
‫ن‬

“Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian
yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia). Jikalau
Rabbmu menghendaki niscaya mereka tidak mengerjakannya. Maka tinggalkanlah
mereka dan apa yang mereka ada-adakan.” (Al-An’am: 112)

Hal inilah yang menjadikan kita sadar dan hati-hati dalam mencari lingkungan serta
teman bagi kita dan keluarga kita. Lebih-lebih tatkala dalam keadaan sakit atau
menghadapi kematian. Karena setan dari golongan jin dan manusia terus bekerja sama
dan saling membantu untuk menyesatkan hamba sehingga dia menjadi penghuni
neraka jahannam.

Namun sebaliknya, teman dan lingkungan yang baik akan mengajak serta
mendorongnya untuk berbuat kebaikan dan istiqamah di atasnya. Oleh karena itu,
perhatikanlah kisah berikut.

Dari Ibnul Musayyab rahimahullahu, dari bapaknya radhiyallahu ‘anhu, bahwa ketika
Abu Thalib menghadapi kematian, Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam masuk
menemuinya. Ketika itu Abu Jahal ada di sampingnya. Beliau Shallallahu ‘alaihi wa
sallam berkata: “Wahai paman, ucapkan Laa ilaha illallah, sebuah kalimat yang aku
akan jadikan sebagai hujjah untuk membelamu di hadapan Allah.” Maka Abu Jahal dan
Abdullah bin Abi Umayyah berkata: “Wahai Abu Thalib, apakah kamu membenci
agama Abdul Muththalib?” Terus-menerus Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
membujuknya untuk mengucapkannya. Namun mereka berdua (Abu Jahal dan
Abdullah bin Abi Umayyah) juga mengulang-ulang ucapan mereka. Hingga Musayyab
berkata: “Abu Thalib mati di atas agama Abdul Muththalib.” (HR. Al-Bukhari dan
Muslim)
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu:

‫عاُه‬
َ ‫ت َفجَد‬
ِ ‫ي صلى ال عليه وسججلم َيُعججوُدُه َوُهجَو ِبججاْلَمْو‬
ّ ‫ض َفَأَتاُه الّنِب‬
َ ‫ي صلى ال عليه وسلم َفَمِر‬
ّ ‫خُدُم الّنِب‬
ْ ‫ن َي‬
َ ‫ن اْلَيُهوِد َكا‬
َ ‫لًما ِم‬
َ‫غ‬ُ ‫ن‬ّ ‫ِإ‬
14
‫ل صلى ال عليججه‬
ِ ‫لا‬
ُ ‫سو‬
ُ ‫ج َر‬
َ ‫خَر‬
َ ‫ َف‬،‫ت‬
َ ‫سَلَم ُثّم َما‬
ْ ‫ َفَأ‬.‫سِم‬
ِ ‫طْع َأَبا اْلَقا‬
ِ ‫ َأ‬:‫ل َلُه َأُبوُه‬
َ ‫سِه َفَقا‬
ِ ‫عْنَد َرْأ‬
ِ ‫لُم ِإَلى َأِبيِه َوُهَو‬
َ ‫ظَر اْلُغ‬
َ ‫لِم َفَن‬
َ ْ‫لس‬
ِْ ‫ِإَلى ا‬
‫ن الّناِر‬
ْ ‫ل اّلِذي َأْنَقَذُه ِبي ِم‬
ِ ‫حْمُد‬
َ ‫ اْل‬:‫ل‬
ُ ‫عْنِدهِ َوُهَو َيُقو‬
ِ ‫ن‬
ْ ‫وسلم ِم‬

Seorang anak Yahudi yang membantu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam sedang sakit.
Maka Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam datang menjenguknya. Beliau duduk di
samping kepalanya. Beliau menawarkan kepadanya untuk masuk Islam. Beliau
berkata: “Masuk Islamlah.” Anak itu lalu memandang kepada bapaknya yang berada di
sampingnya. Bapaknya lalu berkata: “Taatilah Abul Qasim (Rasulullah).” Maka dia pun
masuk Islam lalu meninggal dunia. Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu keluar sambil
berkata: “Segala puji bagi Allah yang telah menyelamatkannya dari api neraka dengan
perantaraanku.” (Muttafaqun ‘alaih)

Oleh karena itu, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫خَواِتِمَها‬
َ ‫ل ِب‬
ُ ‫عَما‬
ْ‫ل‬َْ ‫ِإّنَما ا‬

“Hanyalah amalan-amalan itu tergantung dengan akhirnya.” (HR. Al-Bukhari dari Sahl
bin Sa’d As-Sa’idi radhiyallahu ‘anhu)

Tidak Ada yang Selamat Kecuali Orang yang Diselamatkan Allah Subhanahu wa Ta’ala
Karena dahsyatnya berbagai ujian dan cobaan yang dihadapi masing-masing hamba,
maka tidak mungkin bisa selamat dan berhasil melaluinya kecuali orang yang
diselamatkan oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan rahmat dan keutamaan dari-
Nya. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

ِ ‫ل ِبا‬
‫ل‬ ّ ‫ك ِإ‬
َ ‫صْبُر‬
َ ‫صِبْر َوَما‬
ْ ‫َوا‬

“Bersabarlah (wahai Muhammad) dan tiadalah kesabaranmu itu melainkan dengan


pertolongan Allah.” (An-Nahl: 127)

‫خَرِة‬
ِ‫ل‬ْ ‫حَياةِ الّدْنَيا َوِفي ا‬
َ ‫ت ِفي اْل‬
ِ ‫ل الّثاِب‬
ِ ‫ل اّلِذينَ َءاَمُنوا ِباْلَقْو‬
ُّ ‫ت ا‬
ُ ‫ُيَثّب‬

“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu
dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)

15
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dia berkata: Aku mendengar Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‫حَمِتججِه‬
ْ ‫ضججِلِه َوَر‬
ْ ‫لجج ِبَف‬
ُ ‫يا‬
َ ‫ن َيَتَغّمججَدِن‬
ْ ‫ل َأ‬
َ ‫ ِإ‬،‫ل َأَنججا‬
َ ‫ َو‬،‫ل‬
َ :‫ل‬
َ ‫لجج؟ َقججا‬
ِ ‫لا‬
َ ‫سججو‬
ُ ‫ت َيججا َر‬
َ ‫ل َأْنجج‬
َ ‫ َو‬:‫ َقججاُلوا‬.‫جّنججَة‬
َ ‫عَمُلججُه اْل‬
َ ‫حججًدا‬
َ ‫ل َأ‬
َ‫خ‬ِ ‫ن ُيججْد‬
ْ ‫َلجج‬
“Amalan seseorang tidak akan memasukkan dirinya ke dalam jannah.” Mereka
bertanya: “Tidak pula engkau, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab: “Tidak pula aku.
Hanya saja Allah Subhanahu wa Ta’ala telah meliputiku dengan rahmat dan
keutamaan dari-Nya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Sebagai penutup, kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala:

ُ ‫ت اْلَوّها‬
‫ب‬ َ ‫ك َأْن‬
َ ‫حَمًة ِإّن‬
ْ ‫ك َر‬
َ ‫ن َلُدْن‬
ْ ‫ب َلَنا ِم‬
ْ ‫غ ُقُلوَبَنا َبْعَد ِإذْ َهَدْيَتَنا َوَه‬
ْ ‫ل ُتِز‬
َ ‫َرّبَنا‬

“Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan
sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat
dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia).” (Ali
‘Imran: 8)

ِ ‫عَلى ِدْيِن‬
‫ك‬ َ ‫ت َقْلِبي‬
ْ ‫ َثّب‬،‫ب‬
ِ ‫ب اْلُقُلو‬
َ ‫َوَيا ُمَقّل‬

“Wahai Dzat Yang membolak-balikkan qalbu, tetapkanlah hatiku di atas agama-Mu.”


(HR. At-Tirmidzi, lihat Shahih Al-Jami’, Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu
mengatakan: “Shahih.”)

Walhamdulillahi Rabbil ‘alamin.

16

You might also like