You are on page 1of 7

A.

Induksi Diri

Pengubahan kuat arus yang melewati suatu penghantar mengubah medan magnet
di sekeliling penghantar itu sehingga terjadi induksi terhadap pengantar itu sendiri.
Induksi ini disebut induksi diri.

Besarnya induksi diri tergantung dari kecepatan perubahan kuat arus ∆I ∕ ∆t,
bentuk, dan ukuran penghantar, serta zat yang terdapat di sekitar penghantar itu.

Induksi diri akan lebih terasa gejalanya pada penghantar berbentuk kumparan
dibandingkan dengan penghantar lurus. Perhatikan gejala pada gambar 6.8!

Jika saklar S ditutup, lampu P akan menyala. Namun jika saklar S dibuka, arus
berhenti mengalir. Ternyata lampu P dalam rangkaian itu dapat menyala beberapa saat,
baru kemudian padam. Hal itu menunjukkan bahwa pada saat aliran diputus, timbul suatu
arus yang masih menyalakan lampu. Arus tersebut disebut arus induksi.

Pada saat arus diputus, garis gaya magnetic di kumparan L menghilang.


Akibatnya, di L terjadi perubahan jumlah garis gaya dari ada menjadi nol. Hal itu
menimbulkan arus induksi sehingga lampu P masih dapat menyala. Memutuskan suatu
arus dapat juga diartikan sebagai usaha untuk mengadakan perubahan kuat arus.

Arus induksi yang menyalakan lampu P tersebut adalah arus induksi yang timbul
karrena terjadinya perubahan kuat arus dalam penghantar itu. Besarnya ggl arus induksi
sendiri (єs) berbanding lurus dengan cepat perubahan kuat arus ∆I ∕ ∆t, dinyatakan dengan
rumus sebagai berikut.

єs = -L∆I ∕ ∆t

Keterangan:

Єs = ggl induksi sendiri (V)

L = koefisien induksi diri (H)

∆I ∕ ∆t = cepat perubahan kuat arus (A/s)


Definisi

Koefisien induksi diri adalah perbandingan antara ggl yang terjadi dalam suatu
penghantar dengan laju perubahan kuat arus.

Satuan

Satuan koefisien induksi diri adalah henry (H).

“Satu henry ialah koefisien induksi diri suatu penghantar, di mana timbul ggl 1
volt karena perubahan kuat arus 1 ampere tiap sekon.”

Besarnya induksi diri suatu kumparan dirumuskan sebagai berikut.

Єi= Єs

-N = -L di

dt dt

N dΦ = L dl

Bila diintegralkan,

NΦ=Li

L=

Keterangan:

L = induktansi kumparan (H)

N = jumlah lilitan kumparan

Φ = fluks magnetic di dalam kumparan (weber atau wb)

i = kuat arus (A)


• Induktansi Diri Toroida dan Solenoida

Toroida adalah solenoida yang dilengkungkan sehingga membentuk lingkaran.


Harga L untuk kedua susunan itu memiliki rumus yang sama, yang ditentukan
sebagai berikut.

Misalkan suatu toroida atau solenoid jumlah lilitan = N, dengan panjang l dialiri
arus I, rapat fluks magnetic di dalam kumparan B, adalah

μ0 i N

B=

Fluks magnetik total di dalam kumparan dinyatakan dalam bentuk


persamaan berikut.

Φ = BA

Faktor A menyatakan luas penampang kumparan (m2).

μ0 i N

Φ= .A

Karena

L= maka,

N (μ0 i N) A

L=

i.l
μ0 N2A

L=

Karena adanya induksi diri, arus yang mulai dialirkan lewat solenoida
atau kumparan tidak dapat langsung mencapai harga stasionernya. Sebaliknya, pada
saat dihentikan, arus tidak langsung berhenti.

Koefisien induksi diri antara lain digunakan untuk mengadakan suatu


redaman elektromagnetik.

B. Induksi Silang (Induktansi Timbal Balik)

Pada gambar , rangkaian kumparan primer P dilengkapi dengan tahanan geser R dan
baterai elemen E, sedangkan rangkaian kumparan sekunder S dilengkapi dengan
galvanometer G.

Jika pada rangkaian P terjadi perubahan kuat arus hingga menyebabkan perubahan fluks
magnetik di kumparan P, maka fluks magnetik yang dilingkungi kumparan S juga
berubah. Menurut Faraday, pada rangkaian kumparas S akan timbul ggl induksi. Gejala
ini disebut induksi timbal balik.

Jika jumlah lilitan kumparan P dan S masing – masing N1 dan N2 dan perubahan fluks
magnetik di kumparan S ialah dΦ1 (karena pengubahan arus di kumparan 1 atau
kumparan P) dalam waktu dt, maka ggl induksi di kumparan S dapat dicari melalui
persamaan berikut.
dΦ1

Є2 = -N2

Dt

Jika perubahan arus selama dt pada kumparan P sebesar di 1, analog rumus besarnya Є2 di
S dapat pula ditunjukkan oleh persamaan berikut.

di1

Є2 = -M

dt

Besaran M disebut koefisien timbal balik atau induktansi timbal balik.

Jika dalam waktu dt di titik S terjadi perubahan arus di2 , maka dapat menimbulkan
perubahan fluks magnetik di kumparan P, misalnya sebesar dΦ2. Sehingga, di titik P akan
terjadi ggl induksi sebesar.

dΦ2

Є1 = -N1

dt

Analog uraian di atas,

di2

Є1 = -M

dt

Jadi induktansi timbal balik dapat ditulis sebagai berikut.

Є2 Є1

M= - = -

di1/ dt di2/ dt
Rumus di atas dapat dipakai untuk mendefinisikan induktansi timbale balik 1 henry (H).

Suatu pasangan yang terdiri dari 2 kumparan akan mempunyai induktansi timbal balik
sebesar 1 henryjika perubahan kuat arus sebesar 1 ampere tiap 1 detik dari kumparan
yang satu akan menimbulkan ggl induksi sebesar 1 volt pada kumparan kedua.

Jika kita memperhatikan salah satu kumparan, misalnya kumparan sekunder (S),

dΦ1 di1

-N2 = -M

dt dt

N2 dΦ1 = M di1

N2 Φ1

M=

i1

Dengan Φ1 menyatakan fluks yang menembus kumparan 2 yang berasal dari kumparan 1.

Dengan demikian, dapat ditunjukkan bahwa

N1 Φ2

M=

i2

dengan Φ2 menyatakan fluks yang menembus kumparan 1 yang berasal dari kumparan 2.

You might also like