You are on page 1of 10

FRASE

Makalah Disusun untuk Memenuhi Mata Kuliah Sintaksis


Pengampu: Dr. Muhammad Rohmadi, S.S, M.Hum

Oleh:
Erwin Hadi W. K1209025
Nima Lestianingsih K1209046
Rossalyn Nevirhesty K1209061
Sekar Ningtyas D. P. K1209064
Yustina Dian P. K1209076
Warsini K1209071
Zurni Masrurotin K1209078

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
2010
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sintaksis merupakan ilmu yang mempelajari tentang tata bahasa.
Sintaksis juga dapat dikatakan tata bahasa yang membahas hubungan
antarkata dalam tuturan. Sintaksis secara etimologis berarti menempatkan
bersama-sama kata-kata menjadi kelompok kata, kelompok kata menjadi
kalimat. Menurut istilah sintaksis dapat mendefinisikan: bagian dari ilmu
bahasa yang membicarakan seluk beluk kalimat, klausa, dan frasa (Ibrahim,
dkk:1). Sintaksis itu mempelajari hubungan gramatikal di luar batas kata,
tetapi di dalam satuan yang kita sebut kalimat (Verhaar, 1981:70).
Frase, klausa, dan kalimat adalah satuan bahasa. Konsrtuksinya
disebut konstruksi sintaksis. Dilihat dari tatanan unsur-unsur pembentuknya,
frase, klausa, dan kalimat itu merupakan konstruksi, yang secara khas
disebut sintaksis karena konstruksi-konstruksi itu dibahas dan dikaji dalam
subdisiplin sintaksis. Atas dasar pemikiran itu dikenal konstruksi frase,
konstruksi klausa, dan konstruksi kalimat (Suparno, 1987:7).
Banyak permasalahan yang sering kita temui dalam sintaksis.
Misalnya banyak yang sering mempermasalahkan antara frase dengan kata,
ada yang membedakannya dan ada juga yang mengatakan bahwa keduanya
itu sama.
Oleh karena itu makalah ini disusun untuk memahami lebih lanjut
tentang frase dan hal-hal yang berkaitan dengan frase dalam sintaksis
Bahasa Indonesia.

B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di awal
makalah, rumusan masalah yang akan dibahas, antara lain:
Apa yang dimaksud dengan frase?
Apa saja jenis-jenis frase beserta contohnya?

C. TUJUAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini yaitu :
1. Memenuhi tugas mata kuliah sintaksis.
2. Mengenal dan memahami kontruksi frase.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN FRASA
Terdapat beberapa macam pengertian frase menurut berbagai
sumber, antara lain:
1. Frase adalah kelompok kata yang merupakan bagian fungsional
dari tuturan yang lebih panjang
2. Frase adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau
lebih yang tidak melampaui batas fungsi.
3. Frase adalah kelompok kata, gabungan dua buah kata atau lebih
yang tidak membentuk arti baru.
Dari pengertian di atas dapatlah dikemukakan bahwa frase
mempunyai tiga sifat, yaitu:
1. Frase merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau
lebih.
2. Frase merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi unsur
klausa, maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi
unsur klausa yaitu: S, P, O, atau K.
3. Frase hanya menegaskan kata sebelumnya.
Misalnya: akan datang, kemarin pagi, yang sedang menulis.

B. JENIS-JENIS FRASE
1. Frase Endosentrik
Frase endosentrik adalah frase yang mempunyai distribusi yang
sama dengan unsurnya. Frase ini disebut juga frase modifikatif karena
komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu
(Inggris head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau
hulunya itu. Selain itu disebut juga frase subordinatif karena salah satu
komponennya, yaitu yang merupakan inti frase berlaku sebagai
komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang
membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.
Frase endosentrik dapat dibedakan menjadi tiga golongan yaitu:
Frase endosentrik yang koordinatif, yaitu: frase yang terdiri dari unsur-
unsur yang setara, ini dibuktikan oleh kemungkinan unsur-unsur
itu dihubungkan dengan kata penghubung.
Misalnya: kakek nenek, pembinaan dan pengembangan, laki
bini, belajar atau bekerja
Frase endosentrik yang atributif, yaitu frase yang terdiri dari unsur-
unsur yang tidak setara. Karena itu, unsur-unsurnya tidak
mungkin dihubungkan.
Misalnya: perjalanan panjang, hari libur
Perjalanan, hari merupakan unsur pusat, yaitu: unsur yang
secara distribusional sama dengan seluruh frase dan secara
semantik merupakan unsur terpenting, sedangkan unsur lainnya
merupakan atributif.
c. Frase endosentrik yang apositif: frase yang atributnya berupa
aposisi/ keterangan tambahan.
Misalnya: Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai.
Dalam frase Susi, anak Pak Saleh secara sematik unsur yang
satu, dalam hal ini unsur anak Pak Saleh, sama dengan unsur
lainnya, yaitu Susi. Karena, unsur anak Pak Saleh dapat
menggantikan unsur Susi. Perhatikan jajaran berikut:
Susi, anak Pak Saleh, sangat pandai
Susi, …., sangat pandai.
…., anak Pak Saleh sangat pandai.
Unsur Susi merupakan unsur pusat, sedangkan unsur anak Pak
Saleh merupakan aposisi (Ap).
2. Frase Eksosentrik
Frase eksosentrik ialah frase yang tidak mempunyai distribusi
yang sama dengan unsurnya. Frase eksosentris biasanya dibedakan atas
frase eksosentris yang direktif atau disebut frase preposisional
( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan
komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya
berkategori nomina) dan non direktif (komponen pertamanya berupa
artikulus, seperti si dan sang sedangkan komponen keduanya berupa
kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektifa, atau verba).
Misalnya:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di dalam kelas.
Frase di dalam kelas tidak mempunyai distribusi yang sama
dengan unsurnya. Ketidaksamaan itu dapat dilihat dari jajaran berikut:
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong di ….
Siswa kelas 1A sedang bergotong royong …. Kelas

3. Frase Nominal, Frase Verbal, Frase Bilangan, Frase Keterangan.


a. Frase Nominal: frase yang memiliki distributif yang sama
dengan kata nominal.
Misalnya: baju baru, rumah sakit
b. Frase Verbal: frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan golongan kata verbal.
Misalnya: akan berlayar
c. Frase Bilangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata bilangan.
Misalnya: dua butir telur, sepuluh keeping
d. Frase Keterangan: frase yang mempunyai distribusi yang sama
dengan kata keterangan.
Misalnya: tadi pagi, besok sore
e. Frase Depan: frase yang terdiri dari kata depan sebagai penanda,
diikuti oleh kata atau frase sebagai aksinnya.
Misalnya: di halaman sekolah, dari desa

4. Frase Ambigu
Frase ambigu artinya kegandaan makna yang menimbulkan
keraguan atau mengaburkan maksud kalimat. Makna ganda seperti itu
disebut ambigu.
Misalnya: Perusahaan pakaian milik perancang busana wanita
terkenal, tempat mamaku bekerja, berbaik hati mau melunaskan
semua tunggakan sekolahku.
Frase perancang busana wanita dapat menimbulkan pengertian
ganda:
a. Perancang busana yang berjenis kelamin wanita.
b. Perancang yang menciptakan model busana untuk
wanita.

Ciri-ciri Frase:
Tidak membentuk kata baru
Dapat disisipi kata lain
Contoh :
Ibu bapak : ibu dan bapak, ibu atau bapak
Di rumah : di dalam rumah
Di kelas : di dalam kelas
Bunga melati : nama bunga
Apabila terletak pada suatu kalimat, maka pengertian frase akan
menjadi lebih jelas.
a. Frase yang menyatakan sifat
- Santri perempuan diwajibkan mengenakan kerudung
- Anak-anak akan bermain bola di lapangan
b. Frase yang menyatakan milik
- buku kakak, gading gajah
Perluasan Frase
Salah satu ciri frase adalah dapat diperluas. Artinya, frase dapat
diberi tambahan komponen baru sesuai dengan konsep atau pengertian
yang akan ditampilkan.
Dalam bahasa Indonesia perluasan frase tampak sangat
produktif. Antara lain karena pertama, untuk menyatakan konsep-
konsep khusus, atau sangat khusus, atau sangat khusus sekali, biasanya
diterangkan secara leksikal. Faktor kedua, bahwa pengungkapan konsep
kala, modalitas, aspek, jenis, jumlah, ingkar, dan pembatas tidak
dinyatakan dengan afiks seperti dalam bahasa-bahasa fleksi, melainkan
dinyatakan dengan unsur leksikal. Dan faktor lainnya adalah keperluan
untuk memberi deskripsi secara terperinci dalam suatu konsep, terutama
untuk konsep nomina.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Frase adalah suatu kelompok kata fungsional yang memiliki gramatikal
tertentu (SPOK) yang tidak membentuk arti.
2. Jenis – jenis frase:
Endosentrik
Eksosentrik
Nominal
Ambigu
3. Ciri – ciri frase:
Tidak membentuk kata baru
Dapat disisipi kata lain
Dapat diperluas

B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA

Oka, I.G.N dan Suparno. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Proyek Pembinaan dan
Peningkatan Mutu Tenaga Kependidikan Direktorat Jenderal
Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Verhaar, dkk. 2008. Asas-Asas Linguistik Umum. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press.
http://zieper.multiply.com/journal/item/38 diakses pada 30 Agustus 2010 pukul
22:40 WIB
http://colinawati.blog.uns.ac.id/2010/05/10/13/ diakses pada 30 Agustus 2010
pukul 22:50 WIB
http://qlearn.wordpress.com/2007/10/31/frase/ diakses pada 1 September 2010
pukul 11:30 WIB
http://endonesa.wordpress.com/bahasan-bahasa/frase-klausa-dan-kalimat/ diakses
pada 30 September 2010 pukul 15:30 WIB

You might also like