Professional Documents
Culture Documents
Oke, sekarang apa sih definisi dari menulis? Dari kuliah DDP gw beberapa hari yang
lalu, dosen DDP gw mengatakan bahwa, menulis adalah suatu kegitan mentranskripsi,
mengubag bunyi (verbal) menjadi tanda-tanda baca. Menulis adalah mengemukakan
gagasan (fakta dan opini) melalui teks dengan menggunakan bahasa dan struktur artikel
yang mudah dimengerti orang lain sehingga pesan yang disampaikan seperti apa yang
dimaksud si penulis.
Pada dasarnya menulis terbagi ke dalam dua bagian utama, yaitu: (1) mempelajari
kenyataan (bisa berarti berpikir, bisa berarti riset) dan merumuskan kerangka tulisan, dan
(2) menyajikan gagasan tersebut dengan didukung fakta (diri turut berperan – The Art of
Writing).
Kemudian, agar mudah dipahami maka penulisan harus jelas dalam hal:
1. pilihan kata
2. susunan kalimat
3. susunan paragraf
Lalu, bagaimana dengan tujuan dari penulisan? Nah, di bawah ini adalah lima tujuan
penulisan:
1. memberi informasi, yakni menyampaikan fakta-fakta mengenai peristiwa, masalah,
tren, atau fenomena
3. mengarahkan tulisan ”Seperti Ini”/tip dalam mengerjakan suatu hal (“How To”
Article), seperti misalnya: “Cara Mengatasi Kejahatan di Jalan Raya”, dsb.
>>>
Tujuan Menulis
Submitted by team e-penulis on Kam, 17/01/2008 - 3:53pm
Semulia-mulianya orang menulis adalah demi tercapainya kehidupan yang lebih baik
bagi seisi dunia. Jurnal ilmiah, karangan populer, fiksi, atau roman picisan sekali pun,
ditulis dengan tujuan supaya manusia, setidak-tidaknya segolongan kecil, terinspirasi dan
tergerakkan.
Orang boleh saja menulis tanpa tujuan, tetapi lazimnya orang menulis guna mencapai
tujuan tertentu, seperti:
>>>>
Setiap orang bisa menulis, itu benar. Namun, tentunya tidak semua orang menulis dalam
level yang sama dengan yang lainnya. Kualitas sebuah tulisan, atau paling tidak apakah
tulisan itu enak dibaca, juga tidak dapat dilihat hanya dari usia, gender, latar belakang
pendidikan, status sosial, bahkan pemahaman seorang penulis terhadap topik yang ia
tulis. Jam terbang tentunya cukup menentukan. Namun lebih daripada itu, ada satu hal
lain yang tak kalah penting, yaitu bagaimana sikap penulis terhadap pembaca.
Seorang penulis tidak bisa hidup tanpa pembaca. Bahkan dikatakan ketika sebuah tulisan
diterbitkan (apa pun medianya), maka tulisan itu bukan lagi menjadi milik penulis,
melainkan milik pembaca. Itulah yang disampaikan Roland Barthes dalam karyanya
"Dead of the Author". Lebih dalam lagi, sastrawan almarhum Pramoedya Ananta Toer
dalam berbagai kesempatan malah menyebut menulis sebagai sebuah tugas sosial. Saat
menulis, seseorang harus menyadari bahwa ia menulis untuk melayani masyarakat
(pembaca), jadi pembaca adalah yang utama. Paradigma ini sangat perlu ditanamkan di
benak mereka yang ingin menjadi penulis yang baik. Anda bisa menyajikan tulisan yang
baik jika tulisan Anda:
(1) menghormati pembaca;
(2) berbicara dengan pembaca;
(3) tidak berbelit-belit.
Meski demikian, nyatanya banyak orang yang masih sering gagal membuat tulisan yang
menarik minat pembaca. "Saya memiliki banyak pemikiran untuk dibagikan yang sering
saya tulis dan saya sebar di milis-milis. Namun, jarang ada yang merespon, malah ada di
antara mereka yang salah mengerti atas apa yang ingin saya sampaikan," keluh seorang
rekan.
Rekan saya tersebut memang suka menuliskan ide-idenya. Namun, ternyata dari
tulisannya sering terlihat beberapa hal tak perlu yang selalu ia lakukan dan selalu ia
ulang. Hal-hal tersebut mungkin sepertinya kecil, tapi jika dilakukan berulang-ulang dan
bahkan menjadi kebiasaan, yang kecil itupun menjadi sesuatu yang besar. Kebiasaan-
kebiasaan itu adalah sebagai berikut.
Bicara dengan pembaca juga berarti menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana. Jika
Anda berpikir bahwa memakai kata-kata yang rumit dan "berbusa-busa" akan membuat
pembaca tertarik, Anda salah. Dalam menulis, tujuan Anda adalah untuk menjelaskan,
bukan untuk membuktikan bahwa Anda lebih pintar dari pembaca. Manusia memang
memiliki dua macam bahasa. Bahasa lisan yang biasanya lebih sederhana dan bahasa
tulisan yang biasanya lebih panjang. Pakailah bahasa yang sederhana untuk membuat
pembaca lebih cepat menangkap makna yang ingin disampaikan. Sebaliknya, saat
memakai kalimat- kalimat panjang, Anda akan memaksa pembaca untuk menerjemahkan
kalimat panjang dan rumit itu ke bentuk yang sederhana. Ini juga yang dilakukan
copywriter dalam dunia periklanan. Mereka akan memakai kata-kata yang paling
memiliki daya persuasif (menggoda/ membujuk/memikat) untuk menarik perhatian
pembaca. Kata-kata itu sering kali sederhana seperti "ya", "gratis", "dijamin", "baru", dll.
Di beberapa tempat, dalam penulisan yang melibatkan opini, penggunaan kata "saya"
dilarang. Namun sebenarnya, kata "saya" malah bisa dipakai untuk lebih memberi kesan
lugas. Sementara kata "kita" dalam sebuah penulisan opini akan memiliki kesan
mendominasi, mengklaim, dan memaksa pembaca menuruti pendapat penulis. Pada
akhirnya, yang tak kalah penting adalah bersikaplah jujur, jangan berlebihan. Sekali
pembaca menangkap kalimat Anda yang berlebihan, kalimat-kalimat Anda berikutnya
akan dicurigai.
2. Pamer
Sama halnya dalam pergaulan, penulis yang suka pamer tidak akan memiliki banyak
pembaca. Kebiasaan pamer ini biasa berwujud penggunaan kata-kata sulit yang tak perlu
untuk satu makna yang sebenarnya mudah. Penggunaan kata-kata sulit (namun tak tepat),
misalnya terdapat ketika menyebut seorang sebagai pemimpin "karismatis" hanya karena
pemimpin itu memiliki penampilan fisik yang menarik dan murah senyum. Hal serupa
juga terjadi pada kebiasaan pemakaian kata-kata bahasa asing atau istilah teknis yang
sebenarnya tak harus dipakai. Memang kata-kata teknis, bahasa asing, atau kata-kata sulit
tidak dilarang untuk dipakai. Dan jika memang harus dipakai, untuk menghindari kesan
pamer itu perlu dibuat sebuah standar untuk tulisan. Jika Anda tergabung dalam sebuah
institusi (misalnya di sebuah kantor jasa), standar itu berguna untuk menetapkan apakah
Anda akan memakai kata klien, konsumen, pelanggan, dll. untuk menyebut mereka yang
memakai jasa institusi Anda. Standar ini pun bisa ditetapkan jika Anda menulis mewakili
pribadi, namun sekali lagi dengan mengingat bahwa Anda menulis untuk pembaca.
Kebiasaan ini bisa disebabkan karena beberapa hal. Pertama, penulis merasa nyaman
dengan hal itu sehingga tak menyadarinya lagi. Kedua, kata-kata klise sering tidak
disadari. Dalam beberapa hal, kata yang trendi atau yang sedang dibicarakan banyak
orang (untuk saat ini misalnya: reformasi, indie, dll) bisa berpotensi menjadi klise. Jadi,
setiap periode waktu tertentu memiliki kata klisenya sendiri. Bahkan pemberian tanda
petik dalam kata yang klise juga tidak banyak membantu. Malah dengan melakukannya,
Anda seakan sedang menggarisbawahi kekurangan Anda sendiri.
Untuk jargon, (misalnya, istilah "gereja yang injili" yang sering dipakai dalam artikel
tentang penginjilan) sering kali dipakai tanpa memberikan kejelasan makna. Jika
memang ingin memakainya, sebaiknya jelaskan artinya, kalau tidak, lupakan. Penulis
yang baik adalah penulis yang rajin menggali dan memperkaya perbendaharaan
kosakatanya.
4. Selip kata
Salah ketik, salah pelafalan, kurang tanda baca (tanda koma, tanda titik, tanda tanya,
dsb.) atau pemakaian tanda baca yang tidak tepat, subjek dan predikat yang tidak cocok,
penempatan kata yang salah, dan penggunaan kalimat menyangatkan (superlatives) yang
ditandai oleh kata-kata beratribut ter-, paling, dsb. tanpa didukung alasan yang kuat
adalah kebiasaan yang dapat membuat pembaca merasa terganggu.
"Lelaki itu datang ke perkebunan sambil membawa sekop, lalu menggaruk- garuk
tanah hingga tanaman yang tumbuh di atasnya berantakan. Sang pemilik datang
dengan mengacungkan parangnya kemudian berusaha mengusir lelaki itu sembari
mengancam akan melaporkannya ke polisi. Bukannya takut, lelaki itu malah
menghampiri sang pemilik kebun. Matanya menyipit karena marah, lalu meludah
sebelum mengatakan kalau dia tidak takut pada polisi. "Kamu pikir polisi berani
padaku?" tanyanya sambil mendengus kesal. "Aku tak sabar menunggunya."
Lelaki itu tersenyum meremehkan, ia menendang pot bunga yang ada di dekatnya
dan kembali mengacungkan sekopnya ke arah pemilik kebun. "Katakan pada
mereka, kalau aku menunggunya di sini," teriaknya. *)
Dari penggambaran di atas, terlihat kalau sang lelaki itu bukan saja pemarah, tapi juga
seorang pengacau. Tidak perlu dikatakan kalau dia pengacau, tapi pembaca akan tahu
secara lebih jelas kalau lelaki itu pengacau melalui penggambaran yang ditulis.
Lengkap dan jelas juga tidak berarti panjang. Pascal pernah menulis surat, "Maaf karena
merepotkan Anda dengan tulisan yang panjang mengingat saya tidak punya waktu untuk
menulis yang pendek." Menulis secara singkat dan lengkap memerlukan waktu. Hindari
juga terlalu banyak menulis singkatan dan akronim, kecuali Anda yakin bahwa pembaca
akrab dengan singkatan atau akronim tersebut.
6. Tidak menghargai
Tindakan yang tidak menghargai pembaca maupun orang lain, misalnya terlihat dari
kalimat-kalimat yang mengandung stereotipe, pukul rata, dan mengandung bias. Untuk
menghindari hal itu, jika memungkinkan, mintalah penilaian dari pembaca pertama
(keluarga atau teman) sebelum memublikasikan tulisan. Akan lebih baik lagi jika mereka
itu termasuk dalam golongan target pembaca Anda. Jangan marah atau tersinggung jika
pendapat mereka tidak sesuai dengan harapan Anda.
- Scott, Dewitt. H,. Secrets of Succesful Writing, Reference Software International, USA,
1989.
- Wibowo, Wahyu., 6 Langkah Jitu Agar Tulisan Anda Makin Hidup dan Enak Dibaca,
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2002
>>>>
Umumnya banyak orang setuju bahwa tujuan menulis adalah untuk mengekspresikan
diri. Karena itu tentu saja seseorang memiliki kebebasan untuk menuliskan apa yang ia
pikirkan, inginkan, atau angankan.
Beberapa orang juga menyatakan bahwa tujuan menulis adalah untuk berbagi. Saya pikir
ini adalah tujuan yang mulia. Patut menjadi teladan kita.
Menurut saya, Gladwell telah merumuskan tujuan menulis dengan sangat baik dalam
prakata buku “What The Dog Saw”. Tujuan menulis bukanlah membuat pembaca setuju
dengan ide penulis. Tentu juga bukan membuat agar pembaca menolak ide sang penulis.
Tetapi tujuan menulis adalah mengajak pembaca agar terlibat berpikir.
Paman APIQ banyak menulis artikel di blog memang untuk mengajak kita berpikir.
Tulisan Paman APIQ kadang pendek kadang juga panjang. Jumlah tulisan Paman APIQ
di blog sudah melampau seribu artikel. Tentu butuh waktu banyak bila kita harus
membacanya. Silakan membaca bagian mana saja yang Anda minati.
Jadi, Paman APIQ sengaja mengajak para pembaca untuk terlibat berpikir.
Mari berpikir….!
>>>>
Selain itu, Anda dapat menggunakan media internet yang saat ini
sedang marak. Situs, milis, maupun blog yang menerima kiriman
tulisan, dapat Anda manfaatkan untuk menyebarkan tulisan Anda.
Nantinya, tulisan Anda dapat dinikmati oleh orang di seluruh
dunia, sehingga kesempatan untuk menjadi berkat bagi lebih banyak
orang sangat terbuka di sini.
>>>>>
Ketika saya menulis, ada tiga tujuan hasil inspirasi dari Injil yang menjadi fokus tulisan
saya -- saya ingin memuliakan Tuhan (1 Korintus 10:31), menyokong hamba-hamba
Tuhan (Galatia 6:10), dan memenangkan dunia (Markus 16:15). Apapun topiknya,
tujuan-tujuan tersebut selalu memberikan arahan kepada saya ketika menulis.
Ketika diminta untuk berbicara mengenai kebiasaan saya dalam menulis, saya menyadari,
meskipun tidak memiliki kemampuan khusus mengenai hal tersebut, saya terbiasa untuk
tidak tergesa-gesa dalam menulis dan selalu menguji apakah tulisan saya memenuhi
paling tidak dua tujuan menulis yang sudah ditetapkan di atas -- salah satunya harus
selalu memuliakan Allah.
Lukas berbicara kepada kita bahwa Yesus bertumbuh menjadi pria dewasa, yang
berkembang secara mental, fisik, rohani, dan sosial (Lukas 2:52). Jadi, kerinduan saya
dalam menulis adalah untuk mengajar serta mendorong pertumbuhan dan perubahan para
pembaca. Saya selalu memerhatikan pertumbuhan pembaca ketika saya menulis -- saya
dapat membangkitkan semangat dengan menggunakan firman Tuhan dan mengizinkan
Roh Kudus bekerja melalui ayat-ayat firman Tuhan. Saya dapat menambah wawasan
dengan mengajarkan kebenaran lama dengan cara yang baru, untuk menangkap imajinasi
seseorang terhadap Tuhan dan membangun pandangan yang alkitabiah. Saya dapat
menyentuh hati seseorang dengan menceritakan kisah-kisah saya secara sederhana dan
otentik, sehingga pembaca dapat mengerti dan memahami pesan saya. Saya dapat
memengaruhi kehendak dengan memberikan pilihan-pilihan yang merefleksikan
pandangan dan prioritas Tuhan.
"Karena itu, selama masih ada kesempatan bagi kita, marilah kita berbuat baik kepada
semua orang, tetapi terutama kepada kawan-kawan kita seiman." (Galatia 6:10)
Yang lain adalah proses menulis -- sarana yang menolong saya untuk mencapai tujuan
dan untuk melayani pembaca-pembaca tulisan saya. Dalam proses membuat sebuah
tulisan, saya memiliki empat kebiasaan: riset (research), mencatat (record), menulis ulang
(rewrite), dan menghaluskan (refine).
Riset (Research)
Jika kita tidak melibatkan kedalaman dan akurasi riset, tulisan kita dapat menjadi dangkal
dan lemah. Saya mencatat segala sesuatu (kartu-kartu dalam dompet, serbet restoran,
kwitansi, buletin gereja, dan lain-lain) yang menarik perhatian saya. Ketika saya
menyalin catatan-catatan tersebut di komputer saya, saya langsung menyertakan catatan
kaki jika memungkinkan, karena jika saya menundanya, terkadang untuk mendapatkan
bahan-bahan yang mendukung tulisan saya tersebut menjadi lebih sulit. Saya memiliki
daftar bahan-bahan online yang kualitasnya baik. Riset yang baik juga melibatkan
kegiatan mengenal pembaca dan mengetahui pesan apa yang paling dapat memotivasi
mereka.
Mencatat (Record)
Saya cenderung memperbaiki tulisan saat itu juga ketika sedang mencatat sesuatu. Tapi
ketika saya menemukan cara menulis yang "smart", saya menuliskan terlebih dahulu
semua yang ada di pikiran saya di atas kertas, dan kemudian merencanakan waktu
tertentu untuk mengoreksi masalah teknisnya. Terkadang, saya menggunakan daftar
centang untuk memastikan saya tidak melupakan teknik-teknis penulisan yang baik,
seperti menggunakan kata-kata yang menarik, yang menunjukkan dan bukannya
menggurui, atau menyederhanakan gagasan.
Sebelum saya menulis ulang, saya sering kali berkonsultasi dengan orang lain. Masukan
mereka membantu saya melihat apa yang terlewatkan, yang mungkin disalahmengerti,
dan cara yang lebih baik untuk menyampaikan apa yang hendak saya sampaikan. Menulis
ulang adalah proses pertimbangan dan pengambilan keputusan akan apa yang harus
dihilangkan dan yang dipertahankan, memutuskan apakah saya sudah mencapai tujuan-
tujuan saya, dan memutuskan apakah ada cara yang lebih baik untuk menyampaikan
sebuah pesan, dll..
Menghaluskan (Refine)
Pada akhirnya, setelah banyak kali menulis ulang, saya menghaluskan tulisan saya. Saya
menguji setiap kata sekali lagi untuk memastikan bawa kata-kata yang saya gunakan
benar-benar mengomunikasikan pemikiran saya dengan jelas. Jika memungkinkan, saya
meminta orang lain untuk menyunting tulisan saya.
Ketika saya menyadari bahwa Tuhan memanggil saya untuk melayani Dia melalui tulisan
-- yang berarti saya tidak memiliki waktu dan agenda menulis untuk kepentingan diri
sendiri -- tulisan saya pun berubah karena hati saya berubah. Sangat penting untuk
berusaha menghasilkan yang terbaik ketika menulis, karena saya menulis untuk Sang
Raja.
".... Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu
yang lain, lakukanlan semuanya itu untuk kemuliaan Allah." (1 Korintus 10:31)
(t/Davida)
>>>>>
Banyak orang yang suka menulis, tapi mereka dihinggapi penyakit MALAS. Pada waktu
tertentu, mereka sangat bersemangat dan menggebu-gebu (terlebih ketika mengikuti
pelatihan penulisan). Tapi setelah itu, kembali loyo
Maka salah satu pertanyaan yang paling sering saya terima dari teman-teman penulis
adalah, “Bagaimana cara menghilangkan penyakit malas menulis tersebut?”
Terima kasih kepada Pak Ikhwan Sopa, karena dari beliaulah untuk pertama kalinya saya
mendapat KIAT JITU dalam mengatasi penyakit yang satu ini.
Berikut kiatnya:
Dalam melakukan apapun, Anda pasti pujuan tujuan, bukan? Termasuk dalam menulis,
Anda pasti punya tujuan terrtentu. Apa yang membuat Anda ingin menjadi penulis?
Jawaban atas pertanyaan ini adalah tujuan Anda.
Sayangnya (bahkan anehnya), banyak teman penulis yang justru bingung ketika ditanyai
seperti ini. Mereka menjawab dengan ragu-ragu plus malu plus bingung, “Hm… apa ya?
Apa tujuan saya?”
Jawaban seperti ini sama seperti situasi ketika seseorang mencegat taksi di tepi jalan.
Lalu ketika si supir taksi bertanya “Mau ke mana?”, dia menjawab, “Hm.. ke mana ya?”
***
Bila Anda bingung soal tujuan, maka SANGAT TIDAK ANEH ketika Anda malas-
malasan dalam menulis. Sebab Anda tidak punya SESUATU untuk memompa semangat
Anda.
Coba lihat perilaku seorang karyawan yang disuruh mengerjakan tugas tertentu oleh
bosnya, sedangkan si karyawan ini tidak mengerti apa tujuan dari tugas tersebut. Dapat
dipastikan, si karyawan akan ogah-ogahan atau merasa terpaksa ketika mengerjakan
tugas tersebut. Dia bekerja hanya untuk melunasi kewajibannya. Itu saja. Titik.
Berbeda halnya bila sebelum memberikan tugas, si bos menjelaskan dengan detil apa
maksud dari tugas tersebut, apa tujuannya, dan hasil seperti apa yang diharapkan. Si
karyawan pasti lebih bersemangat. Apalagi bila di dalam tujuan tersebut sudah tercakup
hal-hal yang menyangkut kepentingan si karyawan, seperti, “Bila sukses mengerjakan
tugas ini, itu akan berdampak besar terhadap peningkatan karir kamu.”
***
Maka, bila Anda ingin menghalau penyakit MALAS
MENULIS dari dalam diri Anda, HAL PERTAMA yang
harus Anda lakukan adalah mendefinisikan dan
mempertegas tujuan utama Anda dalam menulis.
Saya tentu tidak mendikte Anda dalam hal ini, sebab setiap
orang tentu punya tujuan yang berbeda-beda dalam
hidupnya. Walau kita sama-sama suka menulis, saya yakin
bahwa tujuan kita tidak mungkin sama seratus persen.
Namun karena banyak orang yang masih bingung soal tujuan ini, saya akan membantu
memperjelasnya di bawah ini.
Ada beberapa CONTOH tujuan yang dapat Anda jadikan inspirasi (saya tidak
menggunakan istilah “yang dapat Anda pilih”, sebab ini bukan multiple choises).
Anda bisa memilih satu di antara empat poin di atas, atau Anda bisa menentukan
berdasarkan kemauan Anda. Semua terserah Anda
Perlu diingat:
1. Yang tertulis di atas hanya contoh sebagai BAHAN INSPIRASI belaka, BUKAN
BAHAN UNTUK DIPILIH. Kalau tidak ada di antara ke-4 poin di atas yang
sesuai dengan tujuan Anda, silahkan tentukan sendiri.
.
2. Seiring perjalanan hidup, tujuan seseorang bisa berubah-ubah. Karena itu,
tentukan saja pilihan yang sesuai dengan hati nurani Anda SAAT INI. Bila
misalnya dua tahun lagi tujuan Anda ternyata berubah, it’s okay. No problem.
***
Setelah menetapkan tujuan yang jelas, saatnya Anda memegangnya dengan sungguh-
sungguh, menjadikannya panduan dalam langkah-langkah Anda selanjutnya.
Katakanlah Anda memilih nomor 4, yakni aktualisasi diri.
Maka bila suatu saat nanti Anda malas-malasan dalam
menulis, cobalah ingat lagi tujuan ini. Pikirkan hal-hal buruk
yang dapat menimpa Anda bila tidak menulis:
Ketika memikirkan hal-hal buruk seperti itu, yakin deh bahwa ada sesuatu yang “panas”
di dalam hati Anda (percaya atau tidak, hati saya juga ikut panas ketika menulis ketiga
poin di atas). Dan rasa panas seperti itulah yang nantinya bisa kembali membangkitkan
motivasi Anda. Rasa malas Anda pun sirna seketika, berubah menjadi semangat yang
menggebu-gebu!
***
Selain kiat di atas, ada beberapa KIAT TAMBAHAN yang dapat Anda terapkan:
***
Masukan Penting:
Ada orang yang berkata bahwa tujuan dia menulis adalah uang, popularitas, atau hal-hal
yang sejenis seperti “Agar mendapat penghargaan” dan seterusnya.
Oke, ini tidak salah-salah amat. Tapi tahukah Anda, bahwa itu semua adalah tujuan yang
menyesatkan? Sebab bila tujuan seperti itu tidak tercapai, Anda bisa jadi kehilangan
semangat, kecewa, bahkan frustasi dan stress.
Padahal sebenarnya, hal-hal seperti uang, polularitas, mendapat penghargaan dan
seterusnya, merupakan EFEK SAMPING belaka (Demikian menurut Helvy Tiana Rosa).
Bila Anda tekun menulis, bekerja keras, tak pernah menyerah, dan selalu meningkatkan
kualitas diri, maka hal-hal seperti uang, popularitas, penghargaan dan sebagainya akan
datang dengan sendirinya tanpa perlu Anda minta atau cari. Sebab semua itu
memang HANYA efek samping belaka.
Untuk apa kita mati-matian bekerja hanya untuk sebuah efek samping? Tanpa dikejar
pun, bukankah efek samping akan datang sendiri menghampiri kita?
Saran saya, lebih baik ubah tujuan kita ke arah hal-hal yang lebih mulia, seperti:
Atau tetapkan tujuan yang lebih kepada pengembangan diri sendiri, seperti:
Jonru
>>>>>
Ini merupakan sesi meluahkan perasaan, sila jangan terasa. Baca juga sebagai seorang
yang kosong berkaitan internet.
Aku sudah menulis blog dengan nama domain sendiri sejak 2005, ketika itu baru aku
kenal apa itu Search engine optimization (SEO). Alhamdulillah, dengan berkat kerajinan
aku mencari apa maksud semua benda ini dahulu membuahkan hasil.
Aku telah mencuba bermacam-macam Content Management System (CMS) Script. Aku
telah mencuba phpnuke, Joomla, drupal, dan banyak lagi. Boleh dikatakan aku boleh
mengendalikan semua dari CMS ini, dari segi template, content, SEO dan sebagainya.
Namun, aku telah beralih kepada Worpress. Ada juga dari segelintir rakan-rakan
bertanya, “Kenapa kau tukar kepada wordpress? kenapa tinggalkan Joomla?”. Dulu aku
memang minat kepada Joomla, segala selok belok Joomla aku kenal.
Jawapan dari aku, aku menggunakan WordPress kerana lebih mesra SEO, mudah
dikendalikan, cara pemasangan yang mudah, script yang ringkas dan lengkap. Kenapa
pula aku tinggalkan Joomla? Jawapan mudah dari aku, kurang mesra SEO. Kurang ya!
bukan tidak. Joomla juga script yang terlalu compleks, walaupun boleh dikatakan expert.
Agak susah bagi pengguna baru mencuba. Antara sebab lain aku tinggalkan joomla juga
disebabkan rasa terkilan dengan Forum Joomla tempatan. Bukan sebab kena kepada aku,
cuma aku kasihan melihat orang lain. Cukup setakat itu.
Berbalik kepada tajuk, tujuan aku menulis blog ini. Dahulunya, aku hanya ingin belajar
tentang domain, hosting, xhtml, CSS, Php, design dan sebagainya. Bila dah tahu semua
benda ini, aku mula tamak, tamak dari segi Page rank, SEO, mudah cerita, orang cari
sesuatu keyword terus akan jumpa blog kita. Berada pada senarai teratas pada laman
carian google, yahoo, msn dan laman carian popular lain.
Jadi tujuan menulis blog aku telah berubah setelah memahami. Berubah kepada menjadi
Jutawan! haha. Tapi blog ahmadrushdi.com ini tetap bersih dari iklan. Disini aku akan
sampaikan hal-hal peribadi sahaja dan benda yang aku rasa berguna untuk orang lain.
Sejak akhir-akhir ini ramai yang datang bertanyakan berkaitan domain dan hosting.
“Bagaimana ya hendak membeli domain dan hosting ini? boleh tolong belikan tak?”
itulah soalan yang kerap ditanya. Aku tidak akan terus membeli, sebaliknya aku
menjawab supaya belajar xhtml, css, sedikit Php, dan sedikit kaitan domain serta hosting.
Belajar dan kenal supaya mudah dimasa akan datang.
Bukan tidak mahu tolong, kalau boleh lakukan carian terlebih dahulu, fahamkan segala
berkaitan benda ini. Tanya di forum-forum. Lebih ramai pakar akan menjawab dengan
pendapat masing-masing. Usaha sendiri sebelum bertanya adalah lebih baik.
Aku suruh mereka faham ada sebabnya. Bayangkan jika siap membeli, banyak pula
soalan yang akan ditanya, “bagaimana yang buat begini, begitu, nak yang macam laman
web ini, apa yang laman web tu guna ya! boleh tolong ajarkan tak?”, aku tahu tolong-
menolong adalah sifat terpuji, tetapi sehingga mengganggu masa dan tenaga saudara kita
adakah ia sifat terpuji? tidak bukan? jadi fikirkanlah. Mungkin ramai akan menganggap
aku semakin sombong. Aku tidak salahkan kamu semua, cuma aku berharap semua
memahami. Aku tidak mahu dikenali kerana blog, komputer, dan internet. Disebabkan ini
juga aku jadi tidak semangat untuk menulis.
Bukan sahaja aku menghadapi situasi begini, malah ramai lagi webmaster yang
menghadapi situasi sama. Tidak percaya? tanyalah mereka dengan jujur hehe. Jadi,
adalah lebih baik hubungi aku melalui emel. Supaya mudah aku menyusun senarai
menunggu untuk dibalas. Apa pendapat korang jika bergelar webmaster?
>>>>>