You are on page 1of 25

A.

Pengertian Puerperium
• Dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kurang lebih 6 minggu. Akan tetapi seluruh
alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
• Puerperium berasal dari kata puer = seorang anak dan parere = selanjutnya membawa.
• Masa genitalia interna dan externa : Pada masa ini organa genitalia interna dan externa akan
berangsur –angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil yang disebut involusi.
• Beberapa Perubahan Lain Pada Masa Nifas :
a. After pain : rasa mules sesudah partus akibat kontraksi uterus.
b. Suhu badan : sesudah partus dapat naik ±0,5° C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38°
C.
c. Nadi : berkisar antara 60 – 80 denyutan per menit.
d. Dapat di temukan hipertensi post partum yang dapat menghilang dengan sendirinya dalam
waktu ± 2 bulan.
e. Lochia : sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
- Pada hari ke 1 – 2 : lochia rubra atau lochia cruenta,terdiri atas darah segar bercampur dengan
sisa-sisa selaput ketuban,sel-sel decidua, sisa-sisa vernix caseosa, lanugo dan meconium.
- Hari berikutnya : Lonchia sanguinolenta, berupa darah bercampur lendir.
- Setelah 1 minggu : lochia serosa, berupa lochia cair, tidak berdarah lagi, warna agak kuning.
- Setelah 2 minggu : lochia alba, hanya berupa cairan putih.
B. Perawatan Masa Nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi,
seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3
bulan.Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir
atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya.
Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas:
1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan berlangsung lama,
karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jama post
partum untuk memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke
kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat
duduk,hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima bolehpulang. Mobilisasi
ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya
luka.
2. Diet / Makanan
Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang mengandung cukup
protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan sayuran karena si ibu ini mengalami
hemokosentrasi.
3. Buang Air Kecil
Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena
pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi
selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan
kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi
(urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya.
4. Buang Air Besar
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila adaobstipasi dan timbul berak
yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau
dilakukan klisma bilamasih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum,
dan menimbulkan demam.
5. Demam
Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 38 C.
Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 C/
mungkin telah ada infeksi.
6. Mules-mules
Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang menyusui. Hal ini dialami
selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput
ketuban, plasenta atau gumpalan dari di cavum uteri. Bila si ibu sangat mengeluh, dapat
diberikan analgetik atau sedativa supaya ia dapat beristirahat tidur.
7. Laktasi
8. Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untukmerangsang
timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui bayinya, misalnya: menderita
thypus abdominalis, tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis,DM berat, psikosi atau puting susu tertarik
ke dalam, leprae.Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya pada bayi sumbing (labiognato
palatoschizis) sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman
harus diberikan melalui sonde.

C. Pemeriksaan Pasca Persalinan


Pada wanita yang bersalin secara normal, sebaiknya dianjurkan untuk kembali 6 minggu sesudah
melahirkan. Namun bagi wanita dengan persalinan luar biasa harus kembali untuk kontrol
seminggu kemudian. Pemeriksaan pasca persalinan meliputi :
a. Pemeriksaan keadaan umum: tensi, nadi, suhu badan, selera makan, keluhan, dll
b. Keadaan payudara dan puting susu.
c. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rektrum.
d. Sekret yang keluar (lochia, flour albus).
e. Keadaan alat-alat kandungan (cervix, uterus, adnexa).
Pemeriksaan sesudah 40 hari ini tidak merupakan pemeriksaan terakhir,lebih-lebih bila
ditemukan kelainan meskipun sifatnya ringan. Alangkah baiknya bila cara ini dipakai sebagai
kebiasaan untuk mengetahui apakah wanita sesudah bersalinmenderika kelainan biarpun ringan.
Hal ini banyak manfaatnya agar wanita jangan sampai menderita penyakit yang makin lama
makin berat hingga tidak dapat ataususah diobati.
Nasihat untuk ibu post natal:
a. Fisioterapi pastnatal adalah baik diberikan
b. Susukanlah bayi anda
c. Kerjakan senam hamil
d. Ber-KB untuk menjarangkan anak dan untuk kesehatan ibu, bayi dan keluarganya.
e. Bawalah bayi untuk imunisasi.
Diposkan oleh cute_22 OP di 21.08
 Definisi Puerperium
Puerperium adalah masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk pulihnya kembali alat
kandungan yang lamanya 6 minggu
Aspek Klinis & Fisiologis Masa Nifas :
Perubahan pada Uterus
Involusi Rahim :
Setelah placenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi
otot-ototnya.
Fundus Uteri         : ± 3 jari di bawah pusat
Berat                     : 1000 Gram (Post partum)
                                      500 Gram (± 1 minggu Post partum)
                                      50 Gram (akhir masa nifas)
Involusi karena :
Sel menjadi lebih kecil (cytoplasma) yang berlebihan dibuang
Autolysis
Dimana zat protein dinding rahim dipecah, diabsorpsi dan kemudian dibuang dengan
air kencing ditunjukan dengan ditemukannya kadar nitrogen dalam air kencing yang
sangat tinggi.
Involusi tempat implantasi placenta :
Post partum merupakan luka ± sebesar telapak tangan
Setelah persalinan, tempat placenta merupakan tempay dengan permukaan kasar,
tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.Dengan cepat luka ini mengecil, pada
akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
Proses penyembuhan tanpa parut,
Pada permulaan nifas bekas placenta mengandung banyak pembuluh darah besar
yang tersumbat oleh thrombus. Biasanya luka yang demikan sembuh dengan cara
yang luar biasa ialah dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan  baru
endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir
luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
Pembuluh darah rahim
         Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi
karena setelah persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri
mengecil lagi pada masa nifas.
Perubahan pada serviks dan vagina
Ostium Externum lebih besar
Beberapa hari stelah persalinan, Ostium Externum dapat dilaluioleh 2 jari, pinggir-
pinggirnya tidak rata tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir
minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi
berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervicalis
Rugae vagina terbentuk lagi ± minggu ke 3 PP
Dinding Perut
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang sangat lama, tetapi
biasanya pulih kembali dalam ± 6 minggu.
Traktus Urinarius
Oedema Trigonum → Retentio urine
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-
kadang oedemadari trigonum, menimbulkan obstruksi dari utethra sehingga
terjadi retentiop urinae
Vesica Urinaria :
Kurang sensitif
Kapasitas bertambah
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitiv dan kapasitasnya
bertambah sehingga kandung kencing penuh atau sesudah kencing masih
tinggal urine residual. Sisa urin dan trauma pada dinding kandung kencing
waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
Laktasi
      Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan.
Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan kolostrum yang dapat
dikeluarkan dengan memijat oerola mammae.
Kolostrum adalah cairan berwarna kuning tua  seperti jeruk nipis yang
disekresi  payudara pada awal masa nifas
Kolostrum lebih banyak mengandung protein dan mineral tapi lebih   sedikit
mengandung gula dan lemak daripada ASI
Cairan kolostrum terdiri dari albumin, yang membeku kalau dipanaskan.
Kolostrum mengandung euglobulin yang mengandung antibodi sehaingga
menambah kekebalan tubuh bayi.
Sebab-sebab  laktasi :
Estrogen dan progesteron dari plasenta merangsang pertumbuhan kelenjar-
kelenjar susu, sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar.
Kedua hormon ini menghambat  LTH (Prolactin). Setelah plasenta lahir, maka
LTH dengan bebas merangsang laktasi.
Lobus posterior hypohyse mengeluarkan oxytocin yang merangsang
pengeluaran air susu. Pengeluaran air susu adalah refleks yang ditimbulkan oleh
rangsangan penghisapan putting susu oleh bayi. Rangsangan ini menuju ke
hypohyse  dan menghasilkan oxytocin yang menyebabkkan buah dada
mengeluarkan air susunya.
Hari ke 3 post partum :
Mammae besar, keras,nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu.
Kondisi – kondisi  ibu dilarang menyusui anaknya:
Mastitis purulenta
Penyakit menular
Keadaan umum ibu kurang baik
Bayi prematur/ sakit keras
His pengiring (royan)
Kontraksi & relaksasi rahim
Umum multipara
Lochia
Cairan yang keluar dari vagina pada awal masa nifas
Merupakan sekret luka, yang berasal dari luka dalam rahim terutama luka
placenta.
Lochia
      1). Rubra (berupa darah)         : 3-4 hari
      2). Serosa (darah encer)          : Sampai hari ke 10
      3) Alba (cairan putih)              : Setelah hari ke10  ± sampai 2-4 mg
Perawatan dalam nifas
kala IV : 1 jam pertama post partum. Pemeriksaan placenta supaya tidak ada
bagian-bagian placenta yang tertinggal
Pengawasan tingginya fundus uteri
Pengawasan perdarahan dari vagina
Pengawasan konsistensi rahim
Pengawasan keadaan umum ibu
Early Ambulation
Early Ambulation adalah kebijaksanaan untuk selekas mungkin membimbing
pasien keluar dari tempat tidurnya dan membimbing selekas mungkin berjalan.
Diet
Diet harus sangat mendapat perhatian dalam masa nifas karena makanan yang
baik mempercepat penyembuhan ibu, Selain itu makanan ibu sangat
mempengaruhi susunan air susu.
Suhu
Harus diawasi terutama dalam minggu pertama dari masa nifas karena kenaikan
suhu adalah tanda pertama infeksi.
Mictie
Pasien dianjurkan untuk buang air kencing 6 jam postpartum.
Defecatio
Jika pasien hari ketiga belum juga buang air besar, mak diberi clysma air sabun
atau glycerine.
Puting susu
Puting susu harus diperhatikan kebersihannya dan rhagde (luka pecah) harus
segera diobati karena kerusakan putting susu dapat menyebabkan mastitis
Haid
Bagi ibu yang tidak menyusui anaknya, maka haid akan datang lebih cepat dari
pada ibu yan menyusukan anaknya. Ibu yang tidak menyusukan anaknya biasanya
haid datang 8 minggu postpartum, sedangakan ibu yang menyusui anaknya
biasanya haid datang pada bulan ke-4 postpartum.
 Keluarga Berencana
Masa postpartum merupakan saat yang paling baik untuk menawarkan
kontrasepsi karena pada masa ini pasangan suami istri mempunyai motivasi tinggi
untuk menunda kehamilan. Pil dapat mempengaruhi sekresi air susu, biasanya
ditawarkan IUD, injeksi atau sterilisasi.

1.1. Definisi nifas / puerpenium


1. Puerpenium / nifas adalah masa sesudah persalinan yang lamanya 6 minggu. Anonim, 1984
2. Kala Puerpenium berlangsung selama 6 minggu / 40 hari merupakan waktu yang diperlukan
untuk pulihnya alat – alat kandungan pada keadaan normal Manuaba, 1998
3. Masa nifas (Puerpenium) dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat – alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama kira – kira 6
minggu. Maternal dan Neonatal, 2002
4. Masa nifas adalahmasa partus selesai dan berakhir setelah kira – kira 6 minggu. Kapita Selecta
Kedokteran, 2001
5. Nifas adalah masa pulihnya kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat
kandungan kembali pra – hamil, lama masa nifas ini yaitu 6 – 8 minggu. Mochtar Rustam, 1998
1.2. Periode Nifas
1. Puerpenium Dini
Yaitu pulihnya alat kandungan dimasa ibu sudah diperbolehkan jalan-jalan dan melaksanakan
aktifitasnya berlangsung + 40 hari.
2. Puerpenium Intermedial
Yaitu pulihnya alat-alat kandungan secara menyeluruh yang lamanya + 6-8 minggu
3. Remote Puerpenium
Yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama bila ibu selama
hamil/waktu persalinan mempunyai komplikasi waktu untuk sehat sempurna bisa berminggu –
minggu, bulanan / tahunan.
1.3. Tujuan Asuhan Kebidanan Masa Nifas
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya baik fisik maupun psikologis
2. Melaksanakan skrinning yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati/merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga
berencana, menyusui, pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana
1.4. Pada Masa Ini Terjadi Perubahan Fisiologis, Yaitu :
1. Perubahan fisik
A. . Alat genitalia
Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil atau sering disebut involusi, selain itu juga perubahan-perubahan penting lain,
yakni hemokonsentrasi dan timbulnya laktasi karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar mammae.

a. . Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi,
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.

b. . Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama kehamilan dan partus,
setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat
penunjang genetalia menjadi menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan
fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis darah yang dapat mengakibatkan
trombosis masa nifas.

2. Involusi uterus dan pengeluaran lochea


a. Fundus uteri
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera setelah plasenta lahir, TFU kurang
lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas
symfisis pusat, sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas symfisis.
Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas implantasi plasenta lebih tipis
dari bagian lain. Bagian bekas implantasi plasenta merupakan Penanganan suatu luka yang kasar
dan menonjol ke dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.
Otot-otot uterus berkontraksi setelah post partum. Pembuluh-pembuluh darah yang berada di
antara anyaman otot uterus akan terjepit. Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah
plasenta dilahirkan.
Proses involusi uteri:
Involusi Tinggi fundus Berat uterus
Plasenta lahir Sepusat 1.000 gr
7 hari (1 minggu) Pertengehan pusat dan simfisis 500gr
14 hari (2 minggu) Tak teraba 350gr
42 hari (minggu) Sebesar hamil 2 minggu 50gr
56 hari (minggu) normal 50gr
b. . Lochea
Adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas
Lochea tidak lain adalah sekret luka yang berasal dari luka dalam rahim luka bekas plasenta
Tahap – tahap pengeluaran lochea :
1. Lochea Rubra
Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua verniks caseosa, lanugo, dan
mekoneum, selama 2 hari pasca persalinan
2. Lochea Sanguinolenta
Berwarna merah kuning berisi darah dan lendir, pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan
3. Lochea Serosa
Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 pasca persalinan
4. Lochea Alba
Cairan putih, setelah 2 minggu
5. Lochea Purulenta
Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk
6. Lochrostatis
Lochea tidak lancar keluarnya
3. Laktasi pengeluaran air susu ibu
Laktasi diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu untuk menghadapi masa
laktasi, kelenjar mammae telah disiapkan semenjak kehamilan, pada hari pertama keluar
kolostrum cairan berwarna kuning kental mengandung banyak protein albumin. Kolostrum
menambah kekebalan anak terhadap penyakit karena terdapat zat antibodi
Setelah persalinan pengaruh supresi estrogen dan progesteron hilang maka timbul pengaruh LH /
prolaktin yang akan merangsang ASI. Disamping itu oksitosin menyebabkan mioepitel kelenjar
susu berkontraksi sehingga ASI keluar.
Produksi akan banyak sesudah 2-3 hari post partum
Hal – hal yang mempengaruhi produksi ASI :
1. Faktor anatomis buah dada
2. Faktor biologis
3. Faktor makanan dan minuman
4. Faktor isapan anak

4. Perubahan psikis

Pada ibu nifas juga ter jadi perubahan psikologi, seperti:


a. Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri, pengalaman waktu melahirkan
diceritakannya, kelelahan membuat ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur,.
b. Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawab merawat
bayi, perasaan sangat sensitive sehingga mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati,
ibu butuh dukungan untuk merawat diri dan bayinya.
c. Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran barunya, ibu sudah
menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya, keinginan untuk merawat bayinya sudah
meningkat pada fase ini
5. Perubahan sistem tubuh lainnya
1.5. ASUHAN DALAM MASA NIFAS

Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sanun dan air. Pastikan
bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain
dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
d. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.

2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.

3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan
merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
b. menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu
mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan panggul kembali normal, seperti:
1). Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan
nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10
kali.
2). Ubtuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot
pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5
kali.
3). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan
jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan
latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
c. minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin
e. minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASInya.

5. Perawatan Payudara
a. menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu
setiap kali seleswai menyusui. Menyusu tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1). Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama 5 menit.
2). Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara
dengan arah “Z” menuju putting.
3). Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak.
4). Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan
dengan tangan.
5). Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6). Payudara dikeringkan.

6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga


Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan ibu
dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah
berhenti dan tidak merasakan ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan
suami istri kapan saja ibu siap.
Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai masa waktu tertentu,
misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan
yang bersangkutan.

7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan
tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat mem,Bantu merencanakan
keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama
menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 % kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman,
terutama apabila ibu telah haid lagi.

8. Kunjungan nifas
1. Kunjungan 1 ( 6jam – 3 hari setelah persalinan )
Tujuan :
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
mendeteksidan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk perdarahan bila berlanjut
memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
pemberian ASI ekslusif
melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
menjaga bayi tetap sehat dan tidak hipotermi
dan perlu di kaji pada 24 jam pertama biasanya denyut nadinya turun dan suhu tubuh agak
meningkat. Dari vagina keluar cairan berdarah selama 3-4 hari, lalu warnanya menjadi
kecoklatan sampai hari ke 10-12 dan akhirnya menjadi putih kekuningan.
Pada awal pembentukan air susu, payudara akan terisi penuh oleh air susu sehingga menjadi
keras dan sakit.
Ibu yang tidak menyusui biasanya akan kembali mengalami ovulasi (pelepasan sel telur) 4
minggu setelah persalinan.
Ibu yang menyusui cederung mengalami ovulasi lebih lambat, biasanya 10-12 minggu setelah
persalinan.
2. kunjungan 2 ( 8 – 14 hari setelah persalinan )
tujuan:
a. mamastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
b. menilai adanya tanda tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c. memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d. memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda – tanda penyulit
e. memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
agar tetap hangat dan merawat bayi sehari hari

3. kunjungan 3 ( 28 – 42 hari setelah persalinan )


tujuan :
a. menanyakan pada ibu tentang penyulit penyulit yang ia hadapi
b. memberikan konseling untuk KB secara dini

1.6.Macam Komplikasi Masa Nifas

.1 INFEKSI POST-PARTUM

Infeksi Post-partum adalah infeksi yang terjadi pada ibu yang baru melahirkan.

Jika suhu tubuh pada 2 kali pemeriksaan yang dilakukan 24 jam setelah persalinan dengan selang
waktu 6 jam mencapai 38? Celsius dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronkitis),
maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi post-partum.
Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi rahim, daerah
sekitar rahim atau vagina. Infeksi ginjal juga bisa terjadi segera setelah persalinan.
Penyebab lain dari demam yang cenderung terjadi 4 hari atau lebih setelah persalinan adalah
bekuan darah di dalam tungkai atau infeksi payudara.

Infeksi rahim

Infeksi post-partum biasanya berawal di rahim.


Infeksi pada kantung cairan ketuban dan demam selama proses persalinan bisa menyebabkan
endometriosis (infeksi lapisan rahim), miometritis (infeksi otot rahim) atau parametritis (infeksi
daerah di sekitar rahim).

Pada berbagai keadaan berikut, wanita semakin rentan terhadap terjadinya infeksi (sehingga
bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam vagina, setelah persalinan bisa menyebabkan
infeksi):
• Anemia
• Pre-eklamsi
• Pemeriksaan vagina berulang kali
• Penundaan persalinan selama lebih dari 6 jam setelah ketuban pecah
• Persalinan yang lama
• Operasi sesar
• Tertinggalnya bagian plasenta di dalam rahim setelah persalinan
• Perdarahan hebat setelah persalinan.

Gejalanya berupa:
- menggigil
- sakit kepala
- merasa tidak enak badan
- wajah pucat
- denyut jantung yang cepat
- peningkatan jumlah sel darah putih
- rahimnya lunak, membengkak dan nyeri bila ditekan
- cairan yang keluar dari rahim berbau busuk.
Jika infeksi menyerang jaringan di sekeliling rahim, maka nyeri dan demamnya lebih hebat.

Komplikasi:
• Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
• Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya emboli
pulmoner
• Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok
toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.

Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan paru-paru dan rahim dan hasil biakan
contoh air kemih dan cairan dari rahim.
Infeksi diatasi dengan pemberikan antibiotik melalui infus sampai penderita bebas demam
selama 48 jam.

Infeksi ginjal

Infeksi ginjal (pielonefritis) yang disebabkan oleh bakteri yang berasal dari kandung kemih bisa
terjadi setelah persalinan.
Kadang infeksi terjadi akibat pemakaian kateter.

Infeksi bisa mulai timbul selama kehamilan dimana bakteri bisa ditemukan di dalam air kemih,
tetapi tanpa menimbulkan gejala.
Jika terjadi gejala, maka akan timbul demam tinggi, nyeri di punggung bagian bawah atau
samping, merasa tidak enak badan, sembelit dan kadang nyeri ketika berkemih.

Antibiotik intravena (melalui pembuluh darah/infus) diberikan sampai penderita bebas demam
selama 48 jam. Pengobatan dilanjutkan dengan tablet antibiotik selama 2 minggu setelah pulang
dari rumah sakit.
Dianjurkan untuk minum banyak air putih agar ginjal berfungsi dengan baik.
6-8 minggu setelah persalinan dilakukan pemeriksaan air kemih untuk memastikan bahwa tidak
ada bakteri yang tersisa.

Infeksi post-partum lainnya

Demam yang terjadi 4-10 hari setelah persalinan bisa menunjukkan suatu tromboflebitis safena
(bekuan darah di dalam tungkai), yang dioati dengan kompres hangat dan tungkai diangkat.
Mungkin perlu diberikan antikoagulan.

Setelah persalinan, tuberkulosis dorman bisa menjadi aktif dan diobati dengan antibiotik.

Demam yang mulai timbul lebih dari 10 hari setelah persalinan biasanya disebabkan oleh
mastitis (infeksi payudara) atau sistitis (infeksi kandung kemih).
Kedua infeksi ini diobati dengan antibiotik.
Jika terjadi mastitis, sebaiknya ibu tetap menyusui bayinya untuk mengurangi resiko terjadinya
abses payudara. Abses payudara jarang terjadi, biasanya diobati dengan antibiotik dan nanahnya
dikeluarkan..

2. PERDARAHAN POST PARTUM


.2.1. Pengertian Perdarahan Post Partum
1. Perdarahan psot partum adalah perdarahan dalam kala IV yang lebih dari 500 – 600 cc dalam
24 jam setelah anak dan plasenta lahir. Rustam Mochtar, 1998
2. Perdarahan post partum adalah perdarahan 500 cc / lebih setelah kala III selesai / setelah
plasenta lahir. Bedah kebidanan, 2000
3. Perdarahan pervaginam yang jumlahnya melebihi 600 cc dan terjadi dalam waktu 24 jam
pertama setelah janin lahir
.2.2. Jenis Perdarahan Post Partum
1. Perdarahan Post Partum Primer
Perdarahan post partum primer trjadi dalam 24 jam pertama. Penyebab utama perdarahan post
partum primer adalah atenia uteri, retentio plasenta, sisa plasenta, dan robekan jalan lahir,
terbanyak dalam 2 jam pertama
2. Perdarahan Post Partum Sekunder
Terjadi setelah 24 jam pertama penyebab utama perdarahan post partum sekunder adalah
robekan jalan lahir dan sisa plasenta / membran
Manuaba, 1998
2.3. Faktor Yang Menyebabkan Post Partum
1. Grandemultipara
2. Jarak persalinan pendek kurang dari 2 tahun
3. Persalinan yang dilakukan dengan tindakan pertolongan kala uri sebelum waktunya,
pertolongan persalinan oleh sukun, persalinan dengan tindakan paksa, persalinan dengan narkosa

2.4. Diagnosis
Pada setiap perdarahan post partum harus dicari apa penyebabnya secara ringkas membuat
diagnosis adalah seperti bagan dihalaman berikut :
1. Palpasi uterus bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :
a. Sisa plasenta dan ketuban
b. Robekan rahim
c. Plasenta suk senturiata
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah
5. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah, Hb, clot observagion tes (COT) dan lain – lain

Perdarahan post partum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan
sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa
perdarahan yang menetes perlahan – lahan tetapi terus menerus yang juga berbahaya karena kita
menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak
2.5. Mekanisme Terjadinya Perdarahan
Perdarahan berasal dari tempat plasenta, bila tonus uterus tidak ada, kontraksi uterus lemah,
maka spiral anteries yang seharusnya tertutup akibat kontraksi uterus tersebut tetap terbuka.
Darah akan terus mengalir melalui bekas melekatnya plasenta ke cavum uteri dan seterusnya
keluar pervaginam (Phantom)
.2.6. Gambaran Klinik
HPP terjadinya tidak mendadak, perdarahan tersebut terjadi terus menerus sebelum perdarahan
tersebut dapat diatasi. Gejala – gejala perdarahan yang jelas :
1. Perasaan lemah
2. Mengantuk, menguap
3. Pandangan kabur
4. Pada pemeriksaan : tensi turun, nadi meningkat, nafas pendek
5. Penderita tampak anemis, jatuh dalam shock, kesadaran hilang dan akhirnya meninggal
2.7. Diagnosis Hpp
1. Perdarahan pervaginam berjumlah 500 cc
2. Uterus dalam keadaan flacard (tidak mempunyai tonus / kontraksi ) dapat pula kontraksi
lemah dan hanya sebentar
3. Pada waktu ada kontraksi darah akan memancar keluar
4. Pada pemeriksaan inspeculo tidak ada robekan, sedangkan plasenta lengkap
5. Lama kelamaan akan timbul gejala “ perdarahan umum seperti anemia, shock, dan sebagainya

2.8. Pencegahan
Penecegahan terhadap terjadinya HPP ini kadang dalam banyak hal masih dapat dilakukan,
misalnya :
1. Perbaikan k/u selama prenatal care
2. Kosongkan rectum dan buli pada tiap persalinan
3. Hindari partus lama/ partus kasep
4. Batasi pemakaian anestesi
5. Di beberapa RS ada yang memberi methergin IV pada saat kepala lahir / saat bahu depan lahir
2.9. Perawatan
1. Sebaiknya untuk perawatan HPP sudah disediakan pada setiap kasus yang duharapkan akan
mengalami HPP
2. Bila terjadi HPP : kosongkan buli – buli dengan melakukan kotetterisasi
a. Tindakan sementara untuk menghentikan perdarahan
b. Kompresi aorta abdominalis
c. Kompresi bimanual : satu tinju pada fornik anterior, satu tangan dari laur menekan uterus
supaya hiperanteflexi, sehingga aliran darah ke rahim berkurang
3. Perbaiki k/u dengan memberi cairan dan darah
4. Bila kontraksi uterus baik tetapi masih terjadi perdarahan, dipikirkan kemungkinan perdarahan
berasal dari robekan jalan lahir, sisa plasenta, atau kelainan pembekuan darah
5. Bila setelah pemberian uterotonika kontraksi uterus masih belum adekuat dan perdarahan
masih terjadi, lakukan uterovaginal tampenade, tampon ini bermaksud :
a. Merangsang uterus untuk berkontraksi
b. Menutup pembuluh darah yang terbuka
c. Tampon yang dipakai berukuran 10 cm x 10 cm
Diposkan oleh www.RuthChristiany@yahoo.co.id di 08.42
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz

0 komentar:

Poskan Komentar

Link ke posting ini


Definisi Masa nifas / Puerperium
Puerperium (masa nifas) atau periode pasca persalinan umumnya berlangsung selama 6 – 12 minggu.
Puerperium adalah periode pemulihan dari perubahan anatomis dan fisiologis yang terjadi setelah masa
persalinan. Puerperium dapat dibagi menjadi:

1. Immediate puerperium adalah : keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam
sesudah persalinan (0-24 jam sesudah melahirkan).
2. Early puerperium adalah : keadaan yang terjadi pada permulaan nifas. Waktu 1 hari sesudah
melahirkan sampai 7 hari (1 minggu pertama).
3. Late puerperium adalah : 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan

Aspek Klinis & Fisiologis Masa Nifas:

Perubahan pada Uterus


-Involusi Uterus :
Setelah placenta lahir uterus merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan retraksi otot-ototnya.
*Fundus Uteri : ± 3 jari di bawah pusat
*Berat : 1000 Gram (Post partum)
500 Gram (± 1 minggu Post partum)
50 Gram (akhir masa nifas)

-Involusi karena:
*Sel menjadi lebih kecil (cytoplasma) yang berlebihan dibuang
*Autolysis
Dimana zat protein dinding rahim dipecah, diabsorpsi dan kemudian dibuang dengan air kencing
ditunjukan dengan ditemukannya kadar nitrogen dalam air kencing yang sangat tinggi.

-Lochia
*Cairan yang keluar dari vagina pada awal masa nifas
*Merupakan sekret luka, yang berasal dari luka dalam rahim terutama luka placenta.
*Lochia

* Merah segar (lokia lubra). Tahap pertama ini akan berlangsung selama tiga hari pertama setelah
melahirkan. Darah pada tahapan pertama ini berpotensi mengandung banyak kuman penyakit.
* Merah dan berlendir (lokia sanguinolenta). Untuk tahapan kedua ini biasanya berlangsung selama satu
hingga dua minggu.
* Kuning kecoklatan lalu merah muda (lokia serosa). Cairan yang berwarna seperti ini biasanya mulai
keluar dua minggu hingga satu bulan setelah melahirkan.
* Kekuningan lalu bening (lokia alba). Cairan ini keluar selama sekitar dua minggu, yakni dari minggu
keempat sampai minggu keenam. Bila cairan lokia sudah berwarna bening, tandanya masa nifas Anda
berlangsung normal.

-Involusi tempat implantasi placenta :


*Post partum merupakan luka ± sebesar telapak tangan
Setelah persalinan, tempat placenta merupakan tempat dengan permukaan kasar, tidak rata dan kira-
kira sebesar telapak tangan. Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya sebesar 3-4
cm dan pada akhir nifas 1-2 cm.
*Proses penyembuhan tanpa parut,
Pada permulaan nifas bekas placenta mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh
thrombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan cara yang luar biasa ialah dilepaskan dari
dasarnya dengan pertumbuhan baru endometrium baru dibawah permukaan luka. Endometrium ini
tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
*Pembuluh darah rahim
Dalam kehamilan, uterus mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah
persalinan tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak, maka arteri mengecil lagi pada masa
nifas.
*Perubahan pada serviks dan vagina
*Ostium Externum lebih besar
Beberapa hari stelah persalinan, Ostium Externum dapat dilaluioleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata
tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir minggu pertama hanya dapat dilalui
oleh 1 jari saja, dan lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis cervicalis
*Rugae vagina terbentuk lagi ± minggu ke 3 Pasca- Persalinan

-Dinding Perut
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang sangat lama, tetapi biasanya pulih kembali
dalam ± 6 minggu.

-Traktus Urinarius
*Oedema Trigonum → Retentio urine
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang oedemadari
trigonum, menimbulkan obstruksi dari utethra sehingga terjadi retentiop urinae
*Vesica Urinaria :
>Kurang sensitif
>Kapasitas bertambah
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitiv dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung
kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa urin dan trauma pada dinding
kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

-Laktasi
Keadaan payudara pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini
buah dada belum mengandung susu, melainkan kolostrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat
aerola mammae.
*Kolostrum adalah cairan berwarna kuning tua seperti jeruk nipis yang disekresi payudara pada awal
masa nifas
*Kolostrum lebih banyak mengandung protein dan mineral tapi lebih sedikit mengandung gula dan
lemak daripada ASI
*Cairan kolostrum terdiri dari albumin, yang membeku kalau dipanaskan.
*Kolostrum mengandung euglobulin yang mengandung antibodi sehingga menambah kekebalan tubuh
bayi.

-Sebab-sebab laktasi :
*Estrogen dan progesteron dari plasenta merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar susu, sedangkan
progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua hormon ini menghambat LTH
(Prolactin). Setelah plasenta lahir, maka LTH dengan bebas merangsang laktasi.
*Lobus posterior hypohyse mengeluarkan oxytocin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran
air susu adalah refleks yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.
Rangsangan ini menuju ke hypohyse dan menghasilkan oxytocin yang menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitel di alveoli dan ductus lactiferus mengeluarkan air susu.

Tanda2 normal kala masa nifas

Penyesuaian masa nifas

1. Perubahan fisik 1)

Selama nifas, saluran reproduktif anatominya kembali ke keadaan tak

hamil normal. Yang meliputi perubahan struktur permanen pada serviks,

vagina dan perineum sebagai akibat persalinan dan kelahiran. Perubahan

ini disebut dengan involusi uterus yaitu :

1. Bekas implantasi plasenta segera setelah lahir seluas 12 x 15 cm,

permukaan kasar, dimana pembuluh darah besar bermuara.

2. Pada pembuluh darah terjadi pembentukan trombose, disamping

pembuluh darah tertutup karena kontraksi otot.

3. Bekas luka implantasi dengan cepat mengecil, pada minggu ke-2

sebesar 6 sampai 8 cm, dan akhir puerperium sebesar 2 cm.

4. Lapisan endometrium dilepaskan dalam bentuk jaringan nekrosis

bersama dengan lochia.


5. Luka bekas implantasi plasenta akan sembuh karena pertumbuhan

endometrium yang berasal dari tepi luka dan lapisan basalis

endometrium.

6. Kesembuhan kesempurnaan pada saat akhir masa nifas.

2. Perubahan psikologis 11)

Pada nifas terdapat tiga fase adaptasi

1. Taking in (0 – 2 hari)

1) Ibu bersikap tergantung

2) Pasif

3) Fokus pada diri sendiri

2. Taking hold (hari 3 – minggu ke 5)

1) Tergantung atau tidak tergantung

2) Fokus melibatkan bayi

3) Melakukan peran diri sendiri

3. Letting go (minggu ke 5 – 8)

1) Independen ada peran yang baru


2) Tubuh ibu telah sembuh

Tanda-Tanda Normal pada Lochia

1. Lochia merah

Adalah lochia yang keluar pada 3 – 4 hari pertama yang disebabkan oleh

darah yang berasal dari tempat plasenta.

2. Lochia Serosa

Adalah lochia yang berwarna merah muda keluar pada hari ke 5 – 9 pada

masa nifas. Hal ini disebabkan oleh semakin sedikit darah yang terkandung

didalam lochia dan jumlah serum semakin banyak mengandung banyak

leucocytes.

3. Lochia putih

Adalah lochia yang mengandung leucocytes, servical mucus dan runtuhan

dari jaringan penyembuhan. 12)

4. Tanda-Tanda Normal pada Payudara

1. Pada 3 – 4 hari pertama payudara akan menjadi lebih berat dan mengalami

pembesaran.

2. Pembesaran akan berhenti ketika bayi mulai menetek.


3. Bagi ibu yang tidak menyusui, pembesaran akan berhenti dan cenderung menurun

seiring dengan menurunnya produksi ASI yang disebabkan proses

pengeluarannya tidak mendapat rangsangan dari hisapan bayi. 13)

KONSEP DASAR
MASA NIFAS

A. DEFINISI
Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya 6 minggu.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Immediate puerperium : yaitu kepulihan dimana ibu telah dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan
mulainya post partum sampai dengan 24 jam.
2. Early puerperium : yaitu mulai dari 1 hari sampai dengan 7 hari post partum.
3. Later puerperium : yaitu mulai dari 7 hari sampai dengan 6 minggu post partum.

B. INVOLUSI ALAT-ALAT KANDUNGAN


1. Involusio Uterus
.
INVOLUSI TINGGI FUNDUS UTERI BERAT JENIS

Bayi baru lahir Setinggi pusat 1000 gram


Setelah 1 hari 3 jari bawah pusat 750 gram
5-7 hari Pertengahan pusat symphisis 500 gram
2 minggu Tidak teraba diatas symphisis 375 gram
6 minggu Bertambah kecil 30 gram

Adalah proses kembalinya alat kandungan ( uterus dan jalan lahir ) setelah bayi dilahirkan sehingga
mencapai keadaan sebelum hamil, prosesnya karena :
• Autolysis
• Aktivitas otot
• Ischemia

a. Kontraksi uterus meningkat , 1-2 hari post partum kontraksi uterus menurun, stabil beraturan, after
pain ( mules karena pengaruh kontraksi uterus).
b. Ovarium, tidak terjadi pematangan sel telur.
c. Cervix dan vagina
 dalam hari I post partum, ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari ( pinggir tidak rata / retak ).
 akhir minggu I dapat dilalui 1 jari

2. Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
Macam-macam teori, yaitu :
a. Lochea rubra.
Berwarna merah, lamanya sekitar 2 hari, biasanya mengandung darah, salaput ketuban desisua, vernic
caseosa, lanugo dan meconeum.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kecoklatan, lamanya 3 - 7 hari, biasanya mengandung lendir dan darah.
c. Lochea Serosa
Berwarna coklat muda / kekuningan lamanya dimulai dari hari ke 7 sampai hari ke10 mengandung lendir
saja.
d. Lochea alba
Berwarna putih, mulai hari ke 14, mengandung leukosit sel epitel, mucosa servic dan kuman yang telah
mati, bila terjadi infeksi disebut lochea purulenta, lochea ini akan berbau busuk dan bernanah jika
keluarnya tidak lancar disebut lochea statis.

3. Laktasi
Yaitu pembentukan dan pengeluaran ASI, ASI terbentuk dalam sel accini dan terkumpul dalam alveoli.
Keluar melalui ductus laktiferus mayor keampula mamae. Disimpan sementara sebelum diisap bayi.
keadaan buah dada pada dua hari post partum sama dengan keadaaan pada masa kehamilan hanya
mengandung colostrum / cairan kuning, berat jenis 1.030 - 1035. Mengandung protein dan garam
euglobin yang mengandung antibodi. Proses pengeluaran ASI yaitu dengan isapan bayi, otot – otot polos
dan putting susu terangsang sehingga lobus posterior hypofise mengeluarkan hormon pituitrin
(oksotoksin) sehingga otot polos buah dada berkontraksi dan mengeluarkan ASI.

C. PERAWATAN POST PARTUM

1. Mobilisasi
Karena kelelahan, harus istirahat dan telentang selama 6 jam kemudian boleh miring ke kiri-kanan untuk
mencegah trombosis dan tromboemboli. Hari ke dua duduk-duduk, hari ke tiga jalan-jalan, hari
berikutnya boleh pulang.
2. Diet TKTP
3. Miksi
4. Defekasi, harus ada 3-4 hari post partum
5. Perawatan payudara
6. Laktasi
7. Cuti hamil dan bersalin
8. Pemeriksaan pasca persalinan
9. Nasehat untuk ibu postnatal

D. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN NIFAS


PENGKAJIAN
1. Biodata
Nama, umur, status perkawinan, pendidikan terakhir.
2. Riwayat kehamilan
3. Riwayat persalinan
Tanggal / hari / jam persalinan, type persalinan, lama persalinan, jumlah perdarahan, penyulit
persalinan. Jenis kalhiran bayi, BB lahir, apgar score.
4. Keadaan post partum
a. Keadaan umum
b. TV : TD, nadi, respirasi, suhu
c. Buah dada
Konsistensi, putting susu, ASI / colostrum, kelainan, kebersihan.
d. Uterus
Kontraksi, posisi/tinggi fundus uteri
e. Lochia
Warna/jenis, banyaknya, baunya.
f. Vulva
Odema, luka.
g. Perineum
Episiotomi : Ya /Tidak
Jenis, panjang jahitan, tanda-tanda infeksi.
h. Haemorrhoid : ya / tidak
i. Ekstremitas bawah (kaki)
Odema/varices.
j. Ambulasi
k. Diet / nafsu makan
l. Vesika urinaria
 Penuh/kosong
 Tanda-tanda infeksi.
m. Eliminasi BAB / BAK
 Frekuensi dalam 24 jam
 Kesulitan dalam BAK
 Upaya mengatasi
 SC
 Keadaan luka operasi
 Tanda-tanda infeksi
 Bising usus
5. Data psikososial
a. Sedih / cemas.
b. Hubungan dengan keluarga
c. Hubungan dengan bayi
d. Self care :
 Perawatan buah dada.
 Perawatan perineum.
 Perawatan bayi.
6. Keluhan – keluhan

7. Data penunjang
a. Diagnosa medis.
b. Laboratorium.

DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL


1. Nyeri akut b/d kontraksi uterus setelah persalinan sekunder terhadap trauma proses persalinan dan
kelahiran, haemorhoid, payudara bengkak dan involusio uterus.
2. Resiko terhadap infeksi b/d invasi bakteri sekunder terhadap akibat trauma proses persalinan,
kelahiran dan episiotomi.
3. Resiko terhadap ketidakefektifan menyusui b/d tidak berpengalaman dan atau payudara
membengkak.
4. Resiko terhadap konstipasi yang berhubungan dengan penurunan peristaltik usus (pasca kelahiran )
dan penurunan aktivitas.

DAFTAR PUSTAKA
SUMBER :
• Mochtar , Rustam , Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi dan Patologi I, ( hal. 127 – 129 ), Jakarta 1990.
• Ramie, Agustin, Bahan Kuliah 214 Semester III . 2002 .

You might also like