Professional Documents
Culture Documents
Pengertian Puerperium
• Dimulai setelah partus selesai dan berakhir setelah kurang lebih 6 minggu. Akan tetapi seluruh
alat genital baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan.
• Puerperium berasal dari kata puer = seorang anak dan parere = selanjutnya membawa.
• Masa genitalia interna dan externa : Pada masa ini organa genitalia interna dan externa akan
berangsur –angsur pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil yang disebut involusi.
• Beberapa Perubahan Lain Pada Masa Nifas :
a. After pain : rasa mules sesudah partus akibat kontraksi uterus.
b. Suhu badan : sesudah partus dapat naik ±0,5° C dari keadaan normal, tetapi tidak melebihi 38°
C.
c. Nadi : berkisar antara 60 – 80 denyutan per menit.
d. Dapat di temukan hipertensi post partum yang dapat menghilang dengan sendirinya dalam
waktu ± 2 bulan.
e. Lochia : sekret yang berasal dari cavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
- Pada hari ke 1 – 2 : lochia rubra atau lochia cruenta,terdiri atas darah segar bercampur dengan
sisa-sisa selaput ketuban,sel-sel decidua, sisa-sisa vernix caseosa, lanugo dan meconium.
- Hari berikutnya : Lonchia sanguinolenta, berupa darah bercampur lendir.
- Setelah 1 minggu : lochia serosa, berupa lochia cair, tidak berdarah lagi, warna agak kuning.
- Setelah 2 minggu : lochia alba, hanya berupa cairan putih.
B. Perawatan Masa Nifas
Perawatan masa nifas adalah perawatan terhadap wanita hamil yang telah selesai bersalin sampai
alat-alat kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya kira-kira 6-8 minggu. Akan tetapi,
seluruh alat genetelia baru pulih kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3
bulan.Perawatan masa nifas dimulai sebenarnya sejak kala uri dengan menghindarkan adanya
kemungkinan-kemungkinan perdarahan post partum dan infeksi. Bila ada perlukaan jalan lahir
atau luka bekas episiotomi, lakukan penjahitan dan perawatan luka dengan sebaik-baiknya.
Penolong persalinan harus tetap waspada sekurang-kurangnya 1 jam sesudah melahirkan, untuk
mengatasi kemungkinan terjadinya perdarahan post partum.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan masa nifas:
1. Mobilisasi
Umumnya wanita sangat lelah setelah melahirkan, lebih-lebih bila persalinan berlangsung lama,
karena si ibu harus cukup beristirahat, dimana ia harus tidur terlentang selama 8 jama post
partum untuk memcegah perdarahan post partum. Kemudian ia boleh miring ke kiri dan ke
kanan untuk memcegah terjadinya trombosis dan tromboemboli. Pada hari kedua telah dapat
duduk,hari ketiga telah dapat jalan-jalan dan hari keempat atau kelima bolehpulang. Mobilisasi
ini tidak mutlak, bervariasi tergantung pada adanya komplikasi persalinan, nifas, dan sembuhnya
luka.
2. Diet / Makanan
Makanan yang diberikan harus bermutu tinggi dan cukup kalori, yang mengandung cukup
protein, banyak cairan, serta banyak buah-buahan dan sayuran karena si ibu ini mengalami
hemokosentrasi.
3. Buang Air Kecil
Buang air kecil harus secepatnya dilakukan sendiri. Kadang-kadang wanita sulit kencing karena
pada persalinan m.sphicter vesica et urethare mengalami tekanan oleh kepala janin dan spasme
oleh iritasi musc. sphincter ani. Juga oleh karena adanya oedem kandungan kemih yang terjadi
selama persalinan. Bila kandung kemih penuh dengan wanita sulit kencing sebaiknya lakukan
kateterisasi, sebab hal ini dapat mengundang terjadinya infeksi. Bila infeksi telah terjadi
(urethritis, cystitis, pyelitis), maka pemberian antibiotika sudah pada tempatnya.
4. Buang Air Besar
Buang air besar harus sudah ada dalam 3-4 hari post partum. Bila adaobstipasi dan timbul berak
yang keras, dapat kita lakukan pemberian obat pencahar (laxantia) peroral atau parenterala, atau
dilakukan klisma bilamasih belum berakhir. Karena jika tidak, feses dapat tertimbun di rektum,
dan menimbulkan demam.
5. Demam
Sesudah bersalin, suhu badan ibu naik ± 0,5 C dari keadaan normal, tapi tidak melebihi 38 C.
Dan sesudah 12 jam pertama suhu badan akan kembali normal. Bila suhu lebih dari 38 C/
mungkin telah ada infeksi.
6. Mules-mules
Hal ini timbul akibat kontraksi uterus dan biasanya lebih terasa sedang menyusui. Hal ini dialami
selama 2-3 hari sesudah bersalin. Perasaan sakit ini juga timbul bila masih ada sisa selaput
ketuban, plasenta atau gumpalan dari di cavum uteri. Bila si ibu sangat mengeluh, dapat
diberikan analgetik atau sedativa supaya ia dapat beristirahat tidur.
7. Laktasi
8. Jam sesudah persalinan si ibu disuruh mencoba menyusui bayinya untukmerangsang
timbulnya laktasi, kecuali ada kontraindikasi untuk menyusui bayinya, misalnya: menderita
thypus abdominalis, tuberkulosis aktif, thyrotoxicosis,DM berat, psikosi atau puting susu tertarik
ke dalam, leprae.Atau kelainan pada bayinya sendiri misalnya pada bayi sumbing (labiognato
palatoschizis) sehingga ia tidak dapat menyusu oleh karena tidak dapat menghisap, minuman
harus diberikan melalui sonde.
a. . Serviks
Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti corong. Bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi,
sehingga seolah-olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.
b. . Ligamen
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang selama kehamilan dan partus,
setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum
rotundum menjadi kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena ligamenta, fasia, jaringan alat
penunjang genetalia menjadi menjadi agak kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan
penunjang alat genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post partum sudah dapat diberikan
fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis darah yang dapat mengakibatkan
trombosis masa nifas.
4. Perubahan psikis
Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:
1. Kebersihan Diri
a. Anjurkan kebersihan seluruh tubuh
b. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan sanun dan air. Pastikan
bahwa ia mengerti untuk membersihkan daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke
belakang baru kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c. sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut setidaknya dua kali sehari. Kain
dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau
disetrika.
d. sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan sesudah membersihkan
daerah kelaminnya.
e. Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari
menyentuh daerah luka.
2. Istirahat
a. Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan
b. Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa secara perlahan-lahan,
serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.
c. Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :
1. Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi
2. Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan
3. Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri.
3. Latihan
a. Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul kembali normal. Ibu akan
merasakan lebih kuat dan ini menyebabkan otot perutnya
b. menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.
c. Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari dapat membantu
mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan panggul kembali normal, seperti:
1). Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut selagi menarik nafas, tahan
nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10
kali.
2). Ubtuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot
pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5
kali.
3). Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan. Setiap minggu naikkan
jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan
latihan sebanyak 30 kali.
4. Gizi
Ibu menyusui harus:
a. Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari
b. makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan vitamin yang cukup
c. minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum setiap kali menyusui)
d. Tablet zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari pasca
bersalin
e. minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A kepada bayinya melalui
ASInya.
5. Perawatan Payudara
a. menjaga payudara tetap bersih dan kering
b. Mengenakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar pada sekitar putting susu
setiap kali seleswai menyusui. Menyusu tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI dikeluarkan dan
diminumkan dengan sendok.
e. Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:
1). Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan hanagat selama 5 menit.
2). Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan sisir untuk mengurut payudara
dengan arah “Z” menuju putting.
3). Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga putting susu menjadi lunak.
4). Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat menghisap seluruh ASI keluakan
dengan tangan.
5). Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6). Payudara dikeringkan.
7. Keluarga Berencana
Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun sebelum ibu hamil kembali.
Setiap pasangan harus menentukan sendiri kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan
tentang keluarganya. Namun, petugas kesehatan dapat mem,Bantu merencanakan
keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan yang tidak
diinginkan.
Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia mendapatkan lagi haidnya selama
menyusui. Oleh karena itu, metode amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 % kehamilan.
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan kontrasepsi tetap lebih aman,
terutama apabila ibu telah haid lagi.
8. Kunjungan nifas
1. Kunjungan 1 ( 6jam – 3 hari setelah persalinan )
Tujuan :
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
mendeteksidan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk perdarahan bila berlanjut
memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana mencegah
perdarahan masa nifas karena atonia uteri
pemberian ASI ekslusif
melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
menjaga bayi tetap sehat dan tidak hipotermi
dan perlu di kaji pada 24 jam pertama biasanya denyut nadinya turun dan suhu tubuh agak
meningkat. Dari vagina keluar cairan berdarah selama 3-4 hari, lalu warnanya menjadi
kecoklatan sampai hari ke 10-12 dan akhirnya menjadi putih kekuningan.
Pada awal pembentukan air susu, payudara akan terisi penuh oleh air susu sehingga menjadi
keras dan sakit.
Ibu yang tidak menyusui biasanya akan kembali mengalami ovulasi (pelepasan sel telur) 4
minggu setelah persalinan.
Ibu yang menyusui cederung mengalami ovulasi lebih lambat, biasanya 10-12 minggu setelah
persalinan.
2. kunjungan 2 ( 8 – 14 hari setelah persalinan )
tujuan:
a. mamastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi, fundus di bawah umbilikus,
tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
b. menilai adanya tanda tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal
c. memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan dan istirahat
d. memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda – tanda penyulit
e. memberikan konseling pada ibu mengenai seluruh asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi
agar tetap hangat dan merawat bayi sehari hari
.1 INFEKSI POST-PARTUM
Infeksi Post-partum adalah infeksi yang terjadi pada ibu yang baru melahirkan.
Jika suhu tubuh pada 2 kali pemeriksaan yang dilakukan 24 jam setelah persalinan dengan selang
waktu 6 jam mencapai 38? Celsius dan tidak ditemukan penyebab lainnya (misalnya bronkitis),
maka dikatakan bahwa telah terjadi infeksi post-partum.
Infeksi yang secara langsung berhubungan dengan proses persalinan adalah infeksi rahim, daerah
sekitar rahim atau vagina. Infeksi ginjal juga bisa terjadi segera setelah persalinan.
Penyebab lain dari demam yang cenderung terjadi 4 hari atau lebih setelah persalinan adalah
bekuan darah di dalam tungkai atau infeksi payudara.
Infeksi rahim
Pada berbagai keadaan berikut, wanita semakin rentan terhadap terjadinya infeksi (sehingga
bakteri yang dalam keadaan normal hidup di dalam vagina, setelah persalinan bisa menyebabkan
infeksi):
• Anemia
• Pre-eklamsi
• Pemeriksaan vagina berulang kali
• Penundaan persalinan selama lebih dari 6 jam setelah ketuban pecah
• Persalinan yang lama
• Operasi sesar
• Tertinggalnya bagian plasenta di dalam rahim setelah persalinan
• Perdarahan hebat setelah persalinan.
Gejalanya berupa:
- menggigil
- sakit kepala
- merasa tidak enak badan
- wajah pucat
- denyut jantung yang cepat
- peningkatan jumlah sel darah putih
- rahimnya lunak, membengkak dan nyeri bila ditekan
- cairan yang keluar dari rahim berbau busuk.
Jika infeksi menyerang jaringan di sekeliling rahim, maka nyeri dan demamnya lebih hebat.
Komplikasi:
• Peritonitis (peradangan selaput rongga perut)
• Tromboflebitis pelvika (bekuan darah di dalam vena panggul), dengan resiko terjadinya emboli
pulmoner
• Syok toksik akibat tingginya kadar racun yang dihasilkan oleh bakteri di dalam darah. Syok
toksik bisa menyebabkan kerusakan ginjal yang berat dan bahkan kematian.
Diagnosis ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan paru-paru dan rahim dan hasil biakan
contoh air kemih dan cairan dari rahim.
Infeksi diatasi dengan pemberikan antibiotik melalui infus sampai penderita bebas demam
selama 48 jam.
Infeksi ginjal
Infeksi ginjal (pielonefritis) yang disebabkan oleh bakteri yang berasal dari kandung kemih bisa
terjadi setelah persalinan.
Kadang infeksi terjadi akibat pemakaian kateter.
Infeksi bisa mulai timbul selama kehamilan dimana bakteri bisa ditemukan di dalam air kemih,
tetapi tanpa menimbulkan gejala.
Jika terjadi gejala, maka akan timbul demam tinggi, nyeri di punggung bagian bawah atau
samping, merasa tidak enak badan, sembelit dan kadang nyeri ketika berkemih.
Antibiotik intravena (melalui pembuluh darah/infus) diberikan sampai penderita bebas demam
selama 48 jam. Pengobatan dilanjutkan dengan tablet antibiotik selama 2 minggu setelah pulang
dari rumah sakit.
Dianjurkan untuk minum banyak air putih agar ginjal berfungsi dengan baik.
6-8 minggu setelah persalinan dilakukan pemeriksaan air kemih untuk memastikan bahwa tidak
ada bakteri yang tersisa.
Demam yang terjadi 4-10 hari setelah persalinan bisa menunjukkan suatu tromboflebitis safena
(bekuan darah di dalam tungkai), yang dioati dengan kompres hangat dan tungkai diangkat.
Mungkin perlu diberikan antikoagulan.
Setelah persalinan, tuberkulosis dorman bisa menjadi aktif dan diobati dengan antibiotik.
Demam yang mulai timbul lebih dari 10 hari setelah persalinan biasanya disebabkan oleh
mastitis (infeksi payudara) atau sistitis (infeksi kandung kemih).
Kedua infeksi ini diobati dengan antibiotik.
Jika terjadi mastitis, sebaiknya ibu tetap menyusui bayinya untuk mengurangi resiko terjadinya
abses payudara. Abses payudara jarang terjadi, biasanya diobati dengan antibiotik dan nanahnya
dikeluarkan..
2.4. Diagnosis
Pada setiap perdarahan post partum harus dicari apa penyebabnya secara ringkas membuat
diagnosis adalah seperti bagan dihalaman berikut :
1. Palpasi uterus bagaimana kontraksi uterus dan tinggi fundus uteri
2. Memeriksa plasenta dan ketuban : apakah lengkap atau tidak
3. Lakukan eksplorasi kavum uteri untuk mencari :
a. Sisa plasenta dan ketuban
b. Robekan rahim
c. Plasenta suk senturiata
4. Inspekulo : untuk melihat robekan pada serviks, vagina dan varises yang pecah
5. Pemeriksaan laboratorium : pemeriksaan darah, Hb, clot observagion tes (COT) dan lain – lain
Perdarahan post partum ada kalanya merupakan perdarahan yang hebat dan menakutkan
sehingga dalam waktu singkat ibu dapat jatuh kedalam keadaan syok. Atau dapat berupa
perdarahan yang menetes perlahan – lahan tetapi terus menerus yang juga berbahaya karena kita
menyangka akhirnya perdarahan berjumlah banyak
2.5. Mekanisme Terjadinya Perdarahan
Perdarahan berasal dari tempat plasenta, bila tonus uterus tidak ada, kontraksi uterus lemah,
maka spiral anteries yang seharusnya tertutup akibat kontraksi uterus tersebut tetap terbuka.
Darah akan terus mengalir melalui bekas melekatnya plasenta ke cavum uteri dan seterusnya
keluar pervaginam (Phantom)
.2.6. Gambaran Klinik
HPP terjadinya tidak mendadak, perdarahan tersebut terjadi terus menerus sebelum perdarahan
tersebut dapat diatasi. Gejala – gejala perdarahan yang jelas :
1. Perasaan lemah
2. Mengantuk, menguap
3. Pandangan kabur
4. Pada pemeriksaan : tensi turun, nadi meningkat, nafas pendek
5. Penderita tampak anemis, jatuh dalam shock, kesadaran hilang dan akhirnya meninggal
2.7. Diagnosis Hpp
1. Perdarahan pervaginam berjumlah 500 cc
2. Uterus dalam keadaan flacard (tidak mempunyai tonus / kontraksi ) dapat pula kontraksi
lemah dan hanya sebentar
3. Pada waktu ada kontraksi darah akan memancar keluar
4. Pada pemeriksaan inspeculo tidak ada robekan, sedangkan plasenta lengkap
5. Lama kelamaan akan timbul gejala “ perdarahan umum seperti anemia, shock, dan sebagainya
2.8. Pencegahan
Penecegahan terhadap terjadinya HPP ini kadang dalam banyak hal masih dapat dilakukan,
misalnya :
1. Perbaikan k/u selama prenatal care
2. Kosongkan rectum dan buli pada tiap persalinan
3. Hindari partus lama/ partus kasep
4. Batasi pemakaian anestesi
5. Di beberapa RS ada yang memberi methergin IV pada saat kepala lahir / saat bahu depan lahir
2.9. Perawatan
1. Sebaiknya untuk perawatan HPP sudah disediakan pada setiap kasus yang duharapkan akan
mengalami HPP
2. Bila terjadi HPP : kosongkan buli – buli dengan melakukan kotetterisasi
a. Tindakan sementara untuk menghentikan perdarahan
b. Kompresi aorta abdominalis
c. Kompresi bimanual : satu tinju pada fornik anterior, satu tangan dari laur menekan uterus
supaya hiperanteflexi, sehingga aliran darah ke rahim berkurang
3. Perbaiki k/u dengan memberi cairan dan darah
4. Bila kontraksi uterus baik tetapi masih terjadi perdarahan, dipikirkan kemungkinan perdarahan
berasal dari robekan jalan lahir, sisa plasenta, atau kelainan pembekuan darah
5. Bila setelah pemberian uterotonika kontraksi uterus masih belum adekuat dan perdarahan
masih terjadi, lakukan uterovaginal tampenade, tampon ini bermaksud :
a. Merangsang uterus untuk berkontraksi
b. Menutup pembuluh darah yang terbuka
c. Tampon yang dipakai berukuran 10 cm x 10 cm
Diposkan oleh www.RuthChristiany@yahoo.co.id di 08.42
Kirimkan Ini lewat Email BlogThis! Berbagi ke Twitter Berbagi ke Facebook Berbagi ke Google
Buzz
0 komentar:
Poskan Komentar
1. Immediate puerperium adalah : keadaan yang terjadi segera setelah persalinan sampai 24 jam
sesudah persalinan (0-24 jam sesudah melahirkan).
2. Early puerperium adalah : keadaan yang terjadi pada permulaan nifas. Waktu 1 hari sesudah
melahirkan sampai 7 hari (1 minggu pertama).
3. Late puerperium adalah : 1 minggu sesudah melahirkan sampai dengan 6 minggu setelah melahirkan
-Involusi karena:
*Sel menjadi lebih kecil (cytoplasma) yang berlebihan dibuang
*Autolysis
Dimana zat protein dinding rahim dipecah, diabsorpsi dan kemudian dibuang dengan air kencing
ditunjukan dengan ditemukannya kadar nitrogen dalam air kencing yang sangat tinggi.
-Lochia
*Cairan yang keluar dari vagina pada awal masa nifas
*Merupakan sekret luka, yang berasal dari luka dalam rahim terutama luka placenta.
*Lochia
* Merah segar (lokia lubra). Tahap pertama ini akan berlangsung selama tiga hari pertama setelah
melahirkan. Darah pada tahapan pertama ini berpotensi mengandung banyak kuman penyakit.
* Merah dan berlendir (lokia sanguinolenta). Untuk tahapan kedua ini biasanya berlangsung selama satu
hingga dua minggu.
* Kuning kecoklatan lalu merah muda (lokia serosa). Cairan yang berwarna seperti ini biasanya mulai
keluar dua minggu hingga satu bulan setelah melahirkan.
* Kekuningan lalu bening (lokia alba). Cairan ini keluar selama sekitar dua minggu, yakni dari minggu
keempat sampai minggu keenam. Bila cairan lokia sudah berwarna bening, tandanya masa nifas Anda
berlangsung normal.
-Dinding Perut
Setelah persalinan dinding perut longgar karena diregang sangat lama, tetapi biasanya pulih kembali
dalam ± 6 minggu.
-Traktus Urinarius
*Oedema Trigonum → Retentio urine
Dinding kandung kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-kadang oedemadari
trigonum, menimbulkan obstruksi dari utethra sehingga terjadi retentiop urinae
*Vesica Urinaria :
>Kurang sensitif
>Kapasitas bertambah
Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitiv dan kapasitasnya bertambah sehingga kandung
kencing penuh atau sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa urin dan trauma pada dinding
kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.
-Laktasi
Keadaan payudara pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini
buah dada belum mengandung susu, melainkan kolostrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat
aerola mammae.
*Kolostrum adalah cairan berwarna kuning tua seperti jeruk nipis yang disekresi payudara pada awal
masa nifas
*Kolostrum lebih banyak mengandung protein dan mineral tapi lebih sedikit mengandung gula dan
lemak daripada ASI
*Cairan kolostrum terdiri dari albumin, yang membeku kalau dipanaskan.
*Kolostrum mengandung euglobulin yang mengandung antibodi sehingga menambah kekebalan tubuh
bayi.
-Sebab-sebab laktasi :
*Estrogen dan progesteron dari plasenta merangsang pertumbuhan kelenjar-kelenjar susu, sedangkan
progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua hormon ini menghambat LTH
(Prolactin). Setelah plasenta lahir, maka LTH dengan bebas merangsang laktasi.
*Lobus posterior hypohyse mengeluarkan oxytocin yang merangsang pengeluaran air susu. Pengeluaran
air susu adalah refleks yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan puting susu oleh bayi.
Rangsangan ini menuju ke hypohyse dan menghasilkan oxytocin yang menyebabkan kontraksi sel-sel
mioepitel di alveoli dan ductus lactiferus mengeluarkan air susu.
1. Perubahan fisik 1)
endometrium.
1. Taking in (0 – 2 hari)
2) Pasif
3. Letting go (minggu ke 5 – 8)
1. Lochia merah
Adalah lochia yang keluar pada 3 – 4 hari pertama yang disebabkan oleh
2. Lochia Serosa
Adalah lochia yang berwarna merah muda keluar pada hari ke 5 – 9 pada
masa nifas. Hal ini disebabkan oleh semakin sedikit darah yang terkandung
leucocytes.
3. Lochia putih
1. Pada 3 – 4 hari pertama payudara akan menjadi lebih berat dan mengalami
pembesaran.
KONSEP DASAR
MASA NIFAS
A. DEFINISI
Masa nifas ( puerperium ) adalah masa pulih kembali mulai dari partus selesai sampai alat-alat
kandungan kembali seperti sebelum hamil, lamanya 6 minggu.
Nifas dibagi dalam 3 periode :
1. Immediate puerperium : yaitu kepulihan dimana ibu telah dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan
mulainya post partum sampai dengan 24 jam.
2. Early puerperium : yaitu mulai dari 1 hari sampai dengan 7 hari post partum.
3. Later puerperium : yaitu mulai dari 7 hari sampai dengan 6 minggu post partum.
Adalah proses kembalinya alat kandungan ( uterus dan jalan lahir ) setelah bayi dilahirkan sehingga
mencapai keadaan sebelum hamil, prosesnya karena :
• Autolysis
• Aktivitas otot
• Ischemia
a. Kontraksi uterus meningkat , 1-2 hari post partum kontraksi uterus menurun, stabil beraturan, after
pain ( mules karena pengaruh kontraksi uterus).
b. Ovarium, tidak terjadi pematangan sel telur.
c. Cervix dan vagina
dalam hari I post partum, ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari ( pinggir tidak rata / retak ).
akhir minggu I dapat dilalui 1 jari
2. Lochia
Adalah cairan yang dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas.
Macam-macam teori, yaitu :
a. Lochea rubra.
Berwarna merah, lamanya sekitar 2 hari, biasanya mengandung darah, salaput ketuban desisua, vernic
caseosa, lanugo dan meconeum.
b. Lochea sanguinolenta
Berwarna merah kecoklatan, lamanya 3 - 7 hari, biasanya mengandung lendir dan darah.
c. Lochea Serosa
Berwarna coklat muda / kekuningan lamanya dimulai dari hari ke 7 sampai hari ke10 mengandung lendir
saja.
d. Lochea alba
Berwarna putih, mulai hari ke 14, mengandung leukosit sel epitel, mucosa servic dan kuman yang telah
mati, bila terjadi infeksi disebut lochea purulenta, lochea ini akan berbau busuk dan bernanah jika
keluarnya tidak lancar disebut lochea statis.
3. Laktasi
Yaitu pembentukan dan pengeluaran ASI, ASI terbentuk dalam sel accini dan terkumpul dalam alveoli.
Keluar melalui ductus laktiferus mayor keampula mamae. Disimpan sementara sebelum diisap bayi.
keadaan buah dada pada dua hari post partum sama dengan keadaaan pada masa kehamilan hanya
mengandung colostrum / cairan kuning, berat jenis 1.030 - 1035. Mengandung protein dan garam
euglobin yang mengandung antibodi. Proses pengeluaran ASI yaitu dengan isapan bayi, otot – otot polos
dan putting susu terangsang sehingga lobus posterior hypofise mengeluarkan hormon pituitrin
(oksotoksin) sehingga otot polos buah dada berkontraksi dan mengeluarkan ASI.
1. Mobilisasi
Karena kelelahan, harus istirahat dan telentang selama 6 jam kemudian boleh miring ke kiri-kanan untuk
mencegah trombosis dan tromboemboli. Hari ke dua duduk-duduk, hari ke tiga jalan-jalan, hari
berikutnya boleh pulang.
2. Diet TKTP
3. Miksi
4. Defekasi, harus ada 3-4 hari post partum
5. Perawatan payudara
6. Laktasi
7. Cuti hamil dan bersalin
8. Pemeriksaan pasca persalinan
9. Nasehat untuk ibu postnatal
7. Data penunjang
a. Diagnosa medis.
b. Laboratorium.
DAFTAR PUSTAKA
SUMBER :
• Mochtar , Rustam , Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi dan Patologi I, ( hal. 127 – 129 ), Jakarta 1990.
• Ramie, Agustin, Bahan Kuliah 214 Semester III . 2002 .