You are on page 1of 21

Dongeng adalah cerita sederhana yang tidak benar-benar terjadi, misalnya kejadian-kejadian

aneh di jaman dahulu. Dongeng berfungsi menyampaikan ajaran moral dan juga menghibur.
Dongeng termasuk cerita tradisional. Cerita tradisional adalah cerita yang disampaikan
secara turun temurun. Suatu cerita tradisional dapat disebarkan secara luas ke berbagai
tempat. Kemudian, cerita itu disesuaikan dengan kondisi daerah setempat.

Ciri-ciri Dongeng:
• Alur sederhana
• Singkat
• Tokoh tidak diurai secara rinci
• Penceritaan lisan
• Pesan dan Tema ditulis dalam cerita
• Pendahuluan singkat dan langsung

Struktur Dongeng
1) Pendahuluan
Pernyataan umum, kalimat pengantar untuk memulai dongeng.
2) Kejadian atau peristiwa dalam dongeng
Kejadian-kejadian yang disusun secara kronologis.
3) Penutup
Suatu pernyataan umum.
Kalimat yang sering digunakan, misalnya Mereka hidup bahagia selamanya. Komentar
umum tentang kebaikan yang dapat menaklukan kejahatan atau pesan moral lainnya.

Tema Dongeng
Biasanya, suatu dongeng mempunyai tema seperti ini.
• Moral tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan.
• Kejadian yang terjadi di masa lampau, di suatu tempat yang jauh sekali
• Tugas yang tak mungkin dilaksanakan.
• Mantra ajaib, misalnya mantra untuk mengubah orang menjadi binatang.
• Daya tarik yang timbul melalui kebaikan dan cinta.
• Pertolongan yang diberikan kepada orang baik oleh makhluk dengan kekuatan ajaib.
• keberhasilan anak ketiga atau anak bungsu ketika sang kakak gagal.
• Kecantikan dan keluhuran anak ketiga atau anak bungsu.
• Kecemburuan saudara kandung yang lebih tua.
• Kejahatan ibu tiri.

Menurut Anti Aarne dan Stith Thompson, dongeng dikelompokkan dalam empat golongan
besar, yaitu :
1. Dongeng binatang
Dongeng binatang adalah dongeng yang ditokohi oleh binatang peliharaan atau binatang liar.
Binatang-2 dalam cerita jenis ini dapat berbicara atau berakal budi seperti manusia. Di
Negara-negara Eropa binatang yang sering muncul menjadi tokoh adalah rubah, di Amerika
Serikat binatang itu adalah kelinci, di Indonesia binatang itu Kancil dan di Filipina binatang
itu kera. Semua tokoh biasanya mempunyai sifat cerdik, licik dan jenaka.
2. Dongeng biasa
Dongeng biasa adalah jenis dongeng yang ditokohi manusia atau biasanya adalah kisah suka
duka seseorang, misalnya dongeng Ande-Ande Lumut, Joko Kendil, Joko Tarub, Sang
Kuriang serta Bawang Putih dan Bawang Merah.

3. Lelucon atau anekdot


Lelucon atau anekdot adalah dongeng yang dapat menimbulkan tawa bagi yang
mendengarnya maupun yang menceritakannya. Meski demikian, bagi masyarakat atau orang
menjadi sasaran, dongeng itu dapat menimbulkan rasa sakit hati.

4. Dongeng Berumus
Dongeng berumus adalah dongeng yang strukturnya terdiri dari pengulangan. Dongeng ini
ada tiga macam, yaitu dongeng bertimbun banyak (cumulative tales), dongeng untuk
mempermainkan orang (catch tales), dan dongeng yang tidak mempunyai akhir (endless
tales)
Pelaku atau Tokoh Dongeng
a) Dewa dan dewi, ibu dan saudara tiri yang jahat, raja dan ratu, pangeran dan putri, ahli
nujum;
b) peri, wanita penyihir, raksasa, orang kerdil, putri duyung, monster, naga;
c) binatang, misalnya ikan ajaib dan kancil;
d) kastil, hutan yang memikat, negeri ajaib;
e) benda ajaib, misalnya lampu ajaib, cincin, permadani, dan cermin.

Tujuan Dongeng:
Untuk memberi pesan-pesan moral yang baik, yang diharapkan bisa diteladani dalam
kehidupan sehari-hari

CONTOH JUDUL DONGENG:


Bawang Putih dan Bawang Merah, Kancil dan Buaya, dll

Mitos adalah cerita prosa rakyat yang ditokohi para dewa atau makhluk setengah dewa
yang terjadi di dunia lain
(kayangan) dan dianggap benar – benar terjadi oleh empunya cerita atau penganutnya.

Mitos pada umumnya menceritakan tentang terjadinya alam semesta, dunia, bentuk
khas binatang, bentuk topografi,
petualangan para dewa, kisah percintaan mereka dan sebagainya. Mitos itu sendiri, ada
yang berasal dari Indonesia dan
ada juga yang berasal dari luar negeri.

Mitos yang berasal dari luar negeri pada umumnya telah mengalami
perubahan dan pengolahan lebih lanjut, sehingga tidak terasa asing lagi
yang disebabkan oleh proses adaptasi karena perubahan jaman. Menurut
Moens-Zoeb, orang Jawa bukan saja telah mengambil mitos-mitos dari
India, melainkan juga telah mengadopsi dewa-dewa Hindu sebagai dewa
Jawa. Di Jawa Timur misalnya, Gunung Semeru dianggap oleh orang Hindu
Jawa dan Bali sebagai gunung suci Mahameru atau sedikitnya sebagai
Puncak Mahameru yang dipindahkan dari India ke Pulau Jawa. Mitos di
Indonesia biasanya menceritakan tentang terjadinya alam semesta,
terjadinya susunan para dewa, terjadinya manusia pertama, dunia dewata,
dan terjadinya makanan pokok.

Pengaruh Mitos Secara Umum terhadap Masyarakat

Mitos sangat berpengaruh bagi kehidupan masyarakat. Ada masyarakat yang

mempercayai mitos tersebut, ada juga masyarakat yang tidak


mempercayainya. Jika mitos tersebut terbukti kebenarannya, maka
masyarakat yang mempercayainya merasa untung. Tetapi jika mitos
tersebut belum terbukti kebenarannya, maka masyarakat bisa dirugikan.

Legenda (Latin legere) adalah cerita prosa rakyat yang dianggap oleh yang enpunya cerita
sebagai sesuatu yang benar-benar terjadi. Oleh karena itu, legenda sering kali dianggap
sebagai "sejarah" kolektif (folk history). Walaupun demikian, karena tidak tertulis, maka
kisah tersebut telah mengalami distorsi sehingga sering kali jauh berbeda dengan kisah
aslinya. Oleh karena itu, jika legenda hendak dipergunakan sebagai bahan untuk
merekonstruksi sejarah, maka legenda harus dibersihkan terlebih dahulu bagian-bagiannya
dari yang mengandung sifat-sifat folklor

Menurut Pudentia[rujukan?], legenda adalah cerita yang dipercaya oleh beberapa penduduk
setempat benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap suci atau sakral yang juga
membedakannya dengan mite. Dalam KBBI 2005[1], legenda adalah cerita rakyat pada zaman
dahulu yang ada hubungannya dengan peristiwa sejarah. Menurut Emeis[rujukan?], legenda
adalah cerita kuno yang setengah berdasarkan sejarah dan yang setengah lagi berdasarkan
angan-angan. Menurut William R. Bascom[rujukan?], legenda adalah cerita yang mempunyai
ciri-ciri yang mirip dengan mite, yaitu dianggap benar-benar terjadi, tetapi tidak dianggap
suci. Menurut Hooykaas[rujukan?], legenda adalah dongeng tentang hal-hal yang berdasarkan
sejarah yang mengandung sesuatu hal yang ajaib atau kejadian yang menandakan kesaktian.

Contoh cerita legenda


• Sangkuriang
• La Madukelleng
• William Tell
Cerita Rakyat Tanpa Rakyat?

Bandung Mawardi

Jawa kerap diungkapkan para ahli sejarah dan ilmu-ilmu sosial dengan perspektif-perspektif
ilmiah. Perspektif itu mengacu pada fakta dan penafsiran sesuai dengan prosedur berpikir
ilmiah. Pengungkapan sejarah Jawa yang didominasi dengan pendekatan ilmiah yang
memperhitungankan validitas sering meminggirkan sumber lain yakni cerita rakyat.
Dominasi pemikiran ilmiah membuat cerita rakyat menjadi anak tiri untuk membaca sejarah?

Kuntowijoyo (2003) mengungkapkan bahwa peranan tradisi lisan dalam ilmu sejarah dan
antropologi adalah sebagai sumber sejarah yang merekam masa lalu. Kesejarahan tradisi
lisan merupakan sebagian dari isi tradisi lisan. Tradisi lisan itu mengungkapkan kejadian atau
peristiwa yang mengandung nilai-nilai moral, keagamaan, adat-istiadat, fantasi, peribahasa,
nyanyian, dan mantra. Penjelasan dari Kuntowijoyo itu mengisyaratkan bahwa sumber dari
folklor itu tak mungkin diabaikan atau ditinggalkan dalam mengungkap sejarah.
Tradisi lisan memiliki kemungkinan menjadi rujukan penting untuk mengetahui dan
mendeskripsikan sejarah. Jawa memiliki riwayat panjang yang belum bisa diungkapkan
dengan utuh dan komprehensif oleh ahli sejarah dan ilmu sosial. Keberadaan cerita rakyat
tentu bisa dinilai dengan kepentingan-kepentingan untuk rekonstruksi sejarah. Cerita-cerita
rakyat itu mungkin cenderung dianggap sebagai sumber semi-ilmiah yang belum tergarap
dengan analitis dan kritis dalam tradisi studi ilmiah.
Cerita rakyat atau dalam pengertian besar folklor dijelaskan William R. Bascom (Danandjaja,
1984) dalam tiga golongan besar: mite, legenda, dan dongeng. Mite adalah cerita prosa
rakyat yang dianggap benar-benar terjadi dan dianggap suci oleh empu ceritanya. Legenda
alam gaib adalah kisah yang bersifat kolektif dan dianggap benar-benar terjadi dan pernah
dialami seseorang. Dongeng adalah cerita prosa rakyat yang tidak dianggap benar-benar
terjadi yang melukiskan kebenaran, pelajaran moral, atau sindiran.
Posisi cerita rakyat untuk acuan merekonstruksi sejarah jarang dijadikan sebagai sumber
primer dengan alasan-alasan rasionalitas sejarah. Cerita rakyat pada dasarnya memiliki suatu
kekuatan yang membuat publik pemilik cerita rakyat berada dalam konstruksi dunia dan
kehidupan yang unik dan otentik dalam latar sosial-kultural setempat. Tradisi lisan pada saat
ini menghadapi tantangan dalam budaya teks dan budaya audio visual yang modern dan
canggih. Tantangan itu menjadi peringatan untuk melakukan inovasi dan kreasi terhadap
cerita rakyat.
Cerita rakyat yang lahir dan tumbuh di Jawa pada saat ini mungkin belum bernasib baik
dengan pelbagai alasan dan kondisi. Cerita-cerita rakyat sekadar eksis dalam kelompok-
kelompok kecil yang masih sanggup untuk menuturkan atau mengisahkan dalam bentuk
lisan. Eksistensi cerita rakyat pun mulai menemukan peralihan bentuk dalam tulisan (buku)
dengan pemakluman ada resepsi dan apresiasi berbeda ketimbang ketika dilisankan.
Argumentasi dari perlaihan bentuk itu adalah buku bisa menjadi alat dokumentasi sebelum
cerita raky Al-Qur'an adalah kitab suci umat Islam. Bagi Muslim, Al-Quran
merupakan firman Allah yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW melalui
malaikat Jibril dengan lafal dan maknanya. Al-Qur'an merupakan mukjizat Nabi
Muhammad SAW yang sangat berharga bagi umat Islam hingga saat ini. Di
dalamnya terkandung petunjuk dan pedoman bagi umat manusia dalam mencapai
kebahagiaan hidup baik di dunia maupun akhirat.

Bagian-bagian Al-Qur'an
Al-Qur'an mempunyai 114 surat, dengan surat terpanjang terdiri atas 286 ayat,
yaitu Al Baqarah, dan terpendek terdiri dari 3 ayat, yaitu Al-'Ashr, Al-Kautsar, dan
An-Nashr.
Sebagian ulama menyatakan jumlah ayat di Al-Qur'an adalah 6.236, sebagian lagi
menyatakan 6.666. Perbedaan jumlah ayat ini disebabkan karena perbedaan
pandangan tentang kalimat Basmalah pada setiap awal surat (kecuali At-Taubah),
kemudian tentang kata-kata pembuka surat yang terdiri dari susunan huruf-huruf
seperti Yaa Siin, Alif Lam Miim, Ha Mim dll. Ada yang memasukkannya sebagai
ayat, ada yang tidak mengikutsertakannya sebagai ayat.

Untuk memudahkan pembacaan dan penghafalan, para ulama membagi Al-Qur'an


dalam 30 juz yang sama panjang, dan dalam 60 hizb (biasanya ditulis di bagian
pinggir Al-Qur'an).
Masing-masing hizb dibagi lagi menjadi empat dengan tanda-tanda ar-rub'
(seperempat), an-nisf (seperdua), dan as-salasah (tiga perempat).

Selanjutnya Al-Qur'an dibagi pula dalam 554 ruku', yaitu bagian yang terdiri atas
beberapa ayat. Setiap satu ruku' ditandai dengan huruf 'ain di sebelah pinggirnya.
Surat yang panjang berisi beberapa ruku', sedang surat yang pendek hanya berisi
satu ruku'.
Nisf Al-Qur'an (tanda pertengahan Al-Qur'an), terdapat pada surat Al-Kahfi ayat 19
pada lafal walyatalattaf yang artinya: "hendaklah ia berlaku lemah lembut".

Sejarah Turunnya Al-Qur'an


Al-Quran diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW melalui berbagai cara, antara
lain:

1. Malaikat Jibril memasukkan wahyu itu ke dalam hati Nabi Muhammad


SAW tanpa memperlihatkan wujud aslinya. Nabi SAW tiba-tiba saja
merasakan wahyu itu telah berada di dalam hatinya.
2. Malaikat Jibril menampakkan dirinya sebagai manusia laki-laki dan
mengucapkan kata-kata di hadapan Nabi SAW.
3. Wahyu turun kepada Nabi SAW seperti bunyi gemerincing lonceng.
Menurut Nabi SAW, cara inilah yang paling berat dirasakan, sampai-
sampai Nabi SAW mencucurkan keringat meskipun wahyu itu turun di
musim dingin yang sangat dingin.
4. Malaikat Jibril turun membawa wahyu dengan menampakkan
wujudnya yang asli.

Setiap kali mendapat wahyu, Nabi SAW lalu menghafalkannya. Beliau dapat
mengulangi wahyu yang diterima tepat seperti apa yang telah disampaikan Jibril
kepadanya. Hafalan Nabi SAW ini selalu dikontrol oleh Malaikat Jibril.

Al-Qur'an diturunkan dalam 2 periode, yang pertama Periode Mekah, yaitu saat
Nabi SAW bermukim di Mekah (610-622 M) sampai Nabi SAW melakukan hijrah.
Ayat-ayat yang diturunkan pada masa itu disebut ayat-ayat Makkiyah, yang
berjumlah 4.726 ayat, meliputi 89 surat.

Kedua adalah Periode Madinah, yaitu masa setelah Nabi SAW hijrah ke Madinah
(622-632 M). Ayat-ayat yang turun dalam periode ini dinamakan ayat-ayat
Madaniyyah, meliputi 1.510 ayat dan mencakup 25 surat.

Ciri-ciri Ayat-ayat Makkiyah dan Madaniyyah

Makkiyah Madaniyyah

Ayat-ayatnya pendek-pendek, Ayat-ayatnya panjang-panjang,

Diawali dengan yaa ayyuhal-ladzîna


Diawali dengan yaa ayyuhan-nâs
âmanû (wahai orang-orang yang
(wahai manusia),
beriman).

Kebanyakan mengandung masalah Kebanyakan tentang hukum-hukum


tauhid, iman kepada Allah SWT, hal agama (syariat), orang-orang yang
ihwal surga dan neraka, dan masalah- berhijrah (Muhajirin) dan kaum
masalah yang menyangkut kehidupan penolong (Anshar), kaum munafik,
akhirat (ukhrawi), serta ahli kitab.

Ayat Al-Qur'an yang pertama diterima Nabi Muhammad SAW adalah 5 ayat pertama
surat Al-'Alaq, ketika ia sedang berkhalwat di Gua Hira, sebuah gua yang terletak
di pegunungan sekitar kota Mekah, pada tanggal 17 Ramadhan (6 Agustus 610).
Kala itu usia Nabi SAW 40 tahun.

Kodifikasi Al-Qur'an
Kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman Rasulullah SAW,
bahkan sejak Al-Qur'an diturunkan. Setiap kali menerima wahyu, Nabi SAW
membacakannya di hadapan para sahabat karena ia memang diperintahkan untuk
mengajarkan Al-Qur'an kepada mereka.
Disamping menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang diajarkannya,
Nabi SAW juga memerintahkan para sahabat untuk menuliskannya di atas pelepah-
pelepah kurma, lempengan-lempengan batu, dan kepingan-kepingan tulang.

Setelah ayat-ayat yang diturunkan cukup satu surat, Nabi SAW memberi nama
surat tsb untuk membedakannya dari yang lain. Nabi SAW juga memberi petunjuk
tentang penempatan surat di dalam Al-Qur'an. Penyusunan ayat-ayat dan
penempatannya di dalam susunan Al-Qur'an juga dilakukan berdasarkan petunjuk
Nabi SAW. Cara pengumpulan Al-Qur'an yang dilakukan di masa Nabi SAW tsb
berlangsung sampai Al-Qur'an sempurna diturunkan dalam masa kurang lebih 22
tahun 2 bulan 22 hari.

Untuk menjaga kemurnian Al-Qur'an, setiap tahun Jibril datang kepada Nabi SAW
untuk memeriksa bacaannya. Malaikat Jibril mengontrol bacaan Nabi SAW dengan
cara menyuruhnya mengulangi bacaan ayat-ayat yang telah diwahyukan. Kemudian
Nabi SAW sendiri juga melakukan hal yang sama dengan mengontrol bacaan
sahabat-sahabatnya. Dengan demikian terpeliharalah Al-Qur'an dari kesalahan dan
kekeliruan.

Para Hafidz dan Juru Tulis Al-Qur'an


Pada masa Rasulullah SAW sudah banyak sahabat yang menjadi hafidz (penghafal
Al-Qur'an), baik hafal sebagian saja atau seluruhnya. Di antara yang menghafal
seluruh isinya adalah Abu Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali
bin Abi Thalib, Talhah, Sa'ad, Huzaifah, Abu Hurairah, Abdullah bin Mas'ud,
Abdullah bin Umar bin Khatab, Abdullah bin Abbas, Amr bin As, Mu'awiyah bin Abu
Sofyan, Abdullah bin Zubair, Aisyah binti Abu Bakar, Hafsah binti Umar, Ummu
Salamah, Ubay bin Ka'b, Mu'az bin Jabal, Zaid bin Tsabit, Abu Darba, dan Anas bin
Malik.

Adapun sahabat-sahabat yang menjadi juru tulis wahyu antara lain adalah Abu
Bakar as-Siddiq, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Amir bin
Fuhairah, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'b, Mu'awiyah bin Abu Sofyan, Zubair bin
Awwam, Khalid bin Walid, dan Amr bin As.

Tulisan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis oleh mereka disimpan di rumah Rasulullah,
mereka juga menulis untuk disimpan sendiri. Saat itu tulisan-tulisan tsb belum
terkumpul dalam satu mushaf seperti yang dijumpai sekarang. Pengumpulan Al-
Qur'an menjadi satu mushaf baru dilakukan pada masa kekhalifahan Umar bin
Khattab, setelah Rasulullah SAW wafat.

(1) Wahyu diturunkan 22 tahun 2 bulan dan 22 hari

Kata an-Naisaburi dalam tafsirnya, Rasulullah membacakan ayat itu di


depan seorang Yahudi, lantas orang Yahudi itu menyatakan: "Jika ayat
berkenaan turun kepada kami, nescaya hari itu kami jadikan hari raya."
Tempoh wahyu diturunkan adalah 22 tahun 2 bulan dan 22 hari dikira
bermula 17 Ramadan hingga usia Rasulullah menjelang 63 tahun. Selepas
81 hari turunnya wahyu terakhir itu, Rasulullah wafat.

Sumber : Tadarus al-Quran mesti dihayati penuh teliti

(2) Proses Penurunan al-Quran

Al-Quran diturunkan beransur-ansur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari


(23 tahun).13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah.
Sumber : Malaysian Student Departement : NUZUL AL-QURAN

(3) Keajaiban Alqur'an

Alqur'an sungguh luar biasa.Diturunkan ditempat yang berlainan dan


dalam waktu yang relative panjang (22 tahun,2 bulan dan 22 hari).Melalui
orang yang tidak bisa membaca dan menulis saat itu,namun banyak hal
yang mengejutkan. Kata yang sepadan ditemukan dalam jumlah sama
dan seimbang,dan kata yang berlawanan arti juga seimbang.
Sumber : Keajaiban Al-qur'an

(4) Fase Penurunan al-qur'an

Menurut Muhammad Ali Al Hasan dalam Al Manar fi Ulum Alquran, Alquran


adalah kalamullah yang merupakan mukjizat yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW. Kitab suci Alquran yang diturunkan secara berangsur-
angsur dalam masa 22 tahun, 2 bulan, dan 22 hari dalam dua fase.
Fase pertama adalah fase Makkah yang kemudian disebut surat-surat
Makkiyah dan fase Madinah dan ayat-ayat yang diturunkan di kota ini
disebut surat-surat Madaniyah. Ayat-ayat dalam surat Makkiyyah
umumnya pendek-pendek, dan mengandung hal-hal yang berhubungan
dengan keimanan.

Sedangkan surat-surat Madaniyah yang diturunkan sesudah Nabi


Muhammad hijrah ke Madinah umumnya ayatnya panjang-panjang dan
mengandung hukum-hukum kemasyarakatan, ketatanegaraan, hukum
perang, hukum internasional, dan lain-lainnya.
Sumber : Alquran, ''Buku Manual'' dari Allah

(5) Kodifikasi al-qur'an

Kodifikasi atau pengumpulan Al-Qur'an sudah dimulai sejak zaman


Rasulullah SAW, bahkan sejak Al-Qur'an diturunkan. Setiap kali menerima
wahyu, Nabi SAW membacakannya di hadapan para sahabat karena ia
memang diperintahkan untuk mengajarkan Al-Qur'an kepada mereka.
Disamping menyuruh mereka untuk menghafalkan ayat-ayat yang
diajarkannya, Nabi SAW juga memerintahkan para sahabat untuk
menuliskannya di atas pelepah-pelepah kurma, lempengan-lempengan
batu, dan kepingan-kepingan tulang.

Setelah ayat-ayat yang diturunkan cukup satu surat, Nabi SAW memberi
nama surat tsb untuk membedakannya dari yang lain. Nabi SAW juga
memberi petunjuk tentang penempatan surat di dalam Al-Qur'an.
Penyusunan ayat-ayat dan penempatannya di dalam susunan Al-Qur'an
juga dilakukan berdasarkan petunjuk Nabi SAW. Cara pengumpulan Al-
Qur'an yang dilakukan di masa Nabi SAW tsb berlangsung sampai Al-
Qur'an sempurna diturunkan dalam masa kurang lebih 22 tahun 2 bulan
22 hari.
sumber : Al-qur'an

(6) HIKMAH AL-QURAN DITURUNKAN BERPERINGKAT

AL-QURAN diturunkan beransur-ansur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22


hari atau 23 tahun, 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah. Hikmah
al-Quran diturunkan secara beransur-ansur.

Lebih mudah difahami dan dilaksanakan.


Orang tidak akan melaksanakan suruhan dan larangan sekiranya ia
diturunkan sekali gus secara banyak. Hal ini disebutkan oleh Bukhari dan
riwayat Aisyah. Antara ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh,
sesuai dengan permasalahan pada waktu itu. Ini tidak dapat dilakukan
sekiranya al-Quran diturunkan sekali gus. (Ini menurut pendapat yang
mengatakan adanya nasikh dan mansukh).Turunnya sesuatu ayat sesuai
dengan peristiwa yang berlaku akan lebih mengesankan dan berpengaruh
di hati.

Memudahkan penghafalan.
Orang musyrik bertanya mengapakah al-Quran tidak diturunkan sekali gus
seperti disebut dalam al-Quran ayat 32, surah al-Furqan. "Mengapakah al-
Quran tidak diturunkan kepadanya sekali gus?" Dijawab dalam ayat itu
sendiri: "Demikianlah, dengan (cara) begitu Kami hendak menetapkan
hatimu."Ada antara ayat itu jawapan daripada pertanyaan atau penolakan
suatu pendapat atau perbuatan. Ini seperti dikatakan oleh lbnu `Abbas.
Hal ini tidak dapat terlaksana kalau al-Quran diturunkan sekali gus. .

sumber : HIKMAH AL-QURAN DITURUNKAN BERPERINGKAT


atau

(7) Hikmah al-Quran diturun secara beransur-ansur

Al-Quran diturunkan beransur-ansur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari


atau 23 tahun, 13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah.
sumber : Hikmah turun berangsur-angsur

(8) Masa Turunnya al-qur'an

Kalau dilihat pada masa al-Quran diturunkan, para ulama tarikh ataupun
sejarawan pula menyatakan bahawa permulaan al-Quran itu diturunkan
ialah pada 17 Ramadhan tahun yang ke-41 (Tahun Gajah) bersamaan 6
Ogos tahun 610 Masihi, di waktu usia junjungan Nabi Muhammad s.a.w 40
tahun 6 bulan 8 hari. Manakala penghabisan turunnya al-Quran ialah
pada hari yang ke-9 Zulhijjah tahun ke-10 Hijrah bersamaan 8 Mac tahun
632 Masihi. Maka jumlah masa awal turunnya hingga akhirnya adalah 22
tahun 2 bulan 22 hari yang mana di Makkah selama 12 tahu 5 bulan 13
hari sedang di Madinah adalah selama 9 tahun 9 bulan 9 hari.

Sumber : Eratkan Ukhuwah Gerakkan Islah

• (
• 25 - 35 Pada usia ini beliau lalui sebagaimana layaknya kehidupan
rumah tangga, dan kehidupan social.Pada usianya yang 35 tahun
Mekkah dilanda banjir besar sampai meruntuhkan bangunan Ka'bah
serta menjatuhkan Hajar Aswad, setelah banjir reda para pemimpin
Qurais bertikai untuk meletakkan Hajar Aswad, Kemudian beliau
meletakkan sorbannya pada Hajar aswad yang kemudian ujung
ujung dari sorban tersebut diangkat oleh para pemimpin Qurais.
Kejadian ini membuat beliau dikagumi masyarakat Qurais dan
mereka memberi gelarAl-Amin/terpecaya (suatu gelar pertama dan
utama yang harus dimiliki seorang pemimpin)
• 37 - 40 Setelah mendapatkan gelar Al Amin, beliau pergi bertahanus
ke Goa Hira, karena masyarakat Arab pada waktu itu sangatlah
buruk akhlaknya, beliau bertahanus untuk melakukan pemikiran
yang super intens dalam mengatasi masalah kebodohan akhlak
masyarakat Arab. (Tahanus setelah diteliti merupakan
kegiatanutama para manusia besar di bumi). Pada usia 40 datanglah
wahyu pertama kepada beliau yang merombak total kehidupan
beliau,sampai beliau berkata kepada Khadijah bahwa ?Ya Khadijah
sekarang tidak ada lagi waktu tidur sekarang waktu untuk bekerja?.
• 40 - 53 Masa Kenabian I ( 13 Tahun ) di Mekkah yang beliau
lakukan adalah; 3 tahun pertama adalah 'Dakwah Terbatas', dari
Dakwah Terbatas ini dikenallah 'Assabhikunall Awwalun'/Orang-
orang pertama yang masuk Islam sekitar 40 - 60 orang.
Sejak tahun ketiga dari masa kenabian tersebut turunlah perintah
untuk melakukan Dakwah Umum kepada seluruh masyarakat
Qurais.Tahun ke 7-10 setelah Dakwah Umum ini beliau menghadapi
penolakan yang kuat dari masyarakat Qurais,mereka menyebarkan
badai syubhat, menyiksa pengikut rasul, bahkan menyiksa rasul
sendiri, serta melakukan embargo ekonomi yang berlangsung
sampai tahun ke 10. Pada tahun ke 10 ini setelah masyarakat
Qurais melepaskan embargo ekonomi, paman beliau Abu Thalib
yang menjadi bemper sekuriti politik beliau meninggal dunia,
kemudian istri beliau Khadijah yang merupakan tulang punggung
psikologis juga meninggal dunia. Kemudian terjadi peristiwa Isra
Miraz, serta turunlah ibadah Shalat, (ibadah shalat pertama adalah
shalat tahajud yang berlangsung selama 1 tahun, kemudian diganti
dengan shalat 2 rakaat di waktu pagi dan petang selama 8 tahun,
kemudian diganti dengan shalat 5 waktu.) setelah itu Beliau Dakwah
ke Thoib dan ke Madinah .
• 53 - 63 Masa Kenabian II ( 10 Tahun ) Pada tahun pertama di
Madinah ini Rasullulah membangun Madinah dengan cara,
membangun Mesjid,mempersaudarakan Kaum Ansor Dengan Kaum
Muhajirin,Deklarasi bersama dengan Yahudi, membangun militer
serta membangun pasar.(dengan cepat pasar tsb dikuasaisahabat,
yakni yang terkenal dalam bidang bisnis Utsman Bin Affan serta
Abdulrachman Bin Auff) Pada tahun ke dua turun perintah puasa
serta zakat, 17 hari sejak itu terjadi perang paling besar yaitu
Perang Badar, setelah itu hampir 2 bulan sekali terjadi peperangan
kalau besar dipimpin sendiri, kalau kecil beliau serahkan kepada
sahabat.(28 Perang Besar,68 Perang Kecil) Pada tahun ke enam
turunlah ibadah Haji, Rasullulah belum sempat melaksanakan haji
pada tahun ini karena diganti dengan Sulhul Hudaibiyah Pada Tahun
Ke tujuh Rasullulah berdakwah ke Raja-Raja Romawi, Persi, Yaman,
Mesir, dll Pada Tahun Ke Delapan terjadi Fathul Mekkah, kemudian
beliau ekspansi keseluruh Zazilah Arab. Pada Tahun Ke Sepuluh
Rasullulah melaksanakan ibadah haji (Haji Wadda), beberapa waktu
kemudian Rasullulah berpulang ke Rahmattullah * Istri Beliau yang
9 itu datangnya pada masa 10 tahun
terakhir hidupnya ini.(Baca Buku Mengenai ini).

Pada waktu 22 Tahun 2 Bulan dan 22 Hari Beliau telah berhasil


melaksanakan tugas mulia dari Allah Swt

Sumber : Life Time Chart Rasullulah Saw

(10) Bacaan al-qur'an

Dalam surat Al 'Alaq tidak disebutkan objek yang dibaca berupa rangkaian
huruf atau sebuah kitab, akan tetapi objeknya adalah prosesi penciptaan
manusia dari 'alaq. Tertulis kata perintah " Iqra", tetapi objeknya apa ?
apa yang dibaca ? Mengapa tidak ," Iqra' kitaban " ( bacalah Al kitab ).
Dan Al qur'an itupun turun berangsur-angsur sampai 23 tahun, tepatnya
22 tahun 2 bulan 22 hari.

Muhammad membaca Al qur'an bukan karena beliau pandai membaca


huruf hijaiyyah, akan tetapi muhammad dibacakan oleh Allah (sanuqriuka
falaa tansaa ) sehingga beliau tidak akan lupa selamanya. Sedangkan
bahasa Allah bukanlah berupa tulisan dan bukan berupa suara ( laisa
kamistlihi syaiun ,tidak serupa dengan makhluknya ).

Karena Allah menghimpun pengertian itu kedalam hati Nabi dengan


sangat cepat. ( arti wahyu dalam kamus bahasa Arab), bukan proses
berfikir dan proses belajar. Inilah hikmah keadaan Rasulullah Ummi
( Baca: Tidak bisa baca dan tulis). bukanlah menghina Rasulullah akan
tetapi justru mengangkat derajat kebenaran Rasulullah. Seorang yang
tidak mampu menulis dan membaca bisa menghasilkan ilmu yang sangat
tinggi dan modern. Dan tidak mungkin berasal dari gagasan cerdas
Muhammad karena dia adalah seorang yang UMMI. Hal ini terbukti ketika
Allah menantang untuk membuat ayat yang serupa dengan Alqur'an.
Ternyata mereka tidak mampu menciptakan tandingan Alqur'an yang
berasal dari Muhammad yang tidak bisa membaca dan tidak bisa menulis.

sumber : Bacaan Al-quran


Dari sepuluh materi tsb, maka seperti tidak berlebihan sebagai
nasihat bagi untold_stories agar SABAR dan BERDOA dalam
berdakwah, simbol 22 yang secara tidak sengaja dimunculkan
adalah memang kehendakNya, kalaupun banyak orang yang tidak
mendukung gerakan moral itu, maka itulah cobaan kesabaran

Semoga Allah merahmati kita semua terutama bagi yang


mendakwahkan gerakan moral itu.
Wassalamu'alaikum wr wb

Apakah itu al-Quran.

· "Quran" menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al Salih bererti
"bacaan", asal kata qara’a. Kata Al Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim maf’ul yaitu
maqru’ (dibaca).

· Di dalam Al Qur’an sendiri ada pemakaian kata "Qur’an" dalam arti demikian sebagal tersebut
dalam ayat 17, 18 surah (75) Al Qiyaamah:

Artinya:

· ‘Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an (didalam dadamu) dan (menetapkan) bacaannya (pada


lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. kerana itu jika kami telah membacakannya, hendaklah
kamu ikut bacaannya".
Kemudian dipakai kata "Qur’an" itu untuk Al Quran yang dikenal sekarang ini.

Adapun definisi Al Qur’an ialah: "Kalam Allah s.w.t. yang merupakan mukjizat yang diturunkan
(diwahyukan) kepada Nabi Muhammad dan yang ditulis di mushaf dan diriwayatkan dengan
mutawatir serta membacanya adalah ibadah"

Dengan definisi ini, kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad s.a.w.
tidak dinamakan Al Qur’an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. atau Injil yang
diturun kepada Nabi Isa a.s. Dengan demikian pula Kalam Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad s.a.w yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti Hadis Qudsi, tidak pula
dinamakan Al Qur’an.

Bagaimanakah al-Quran itu diwahyukan.

· Nabi Muhammad s.a.w. dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam cara dan
keadaan. di antaranya:

1, Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi s.a.w. tidak melihat
sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya. Mengenai hal
ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", (lihat surah (42) Asy Syuura
ayat (51).

2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan kata-
kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.
3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya loceng. Cara inilah yang amat berat dirasakan
oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun turunnya wahyu itu di
musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa berhenti dan duduk karena merasa
amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid
bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah
ketika turunnya wahyu itu seakan-akan diserang oleh demam yang keras dan keringatnya
bercucuran seperti permata. Kemudian setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali
seperti biasa".

· 4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki seperti keadaan no.
2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al Qur’an surah (53) An
Najm ayat 13 dan 14.

Artinya:

· Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika ia berada di
Sidratulmuntaha.

Hikmah diturunkan al-Quran secara beransur-ansur

Al Qur’an diturunkan secara beransur-ansur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23 tahun,
13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Hikmah Al Qur’an diturunkan secara beransur-ansur
itu ialah:

1. Agar lebih mudah difahami dan dilaksanakan. Orang tidak akan melaksanakan suruhan, dan
larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini disebutkan oleh
Bukhari dan riwayat ‘Aisyah r.a.

2. Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan permasalahan
pada waktu itu. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Qur’an diturunkan sekaligus. (ini menurut
pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).

3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih mengesankan
dan lebih berpengaruh di hati.

4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menayakan mengapa Al Qur’an


tidak diturunkan sekaligus. sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an ayat (25) Al Furqaan ayat 32,
yaitu:

· mengapakah Al Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekaligus

· Kemudian dijawab di dalam ayat itu sendiri:

· demikianlah, dengan (cara) begitu Kami hendak menetapkan hatimu

5. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan suatu
pendapat atau perbuatan, sebagai dikatakan oleh lbnu ‘Abbas r.a. Hal ini tidak dapat terlaksana
kalau Al Qur’an diturunkan sekaligus.
Perbezaan ayat-ayat Makiyyah dengan ayat-ayat Madaniyyah ialah:

1. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya pendek-pendek sedang ayat-ayat Madaniyyah panjang-


panjang; surat Madaniyyah yang merupakan 11/30 dari isi Al Qur’an ayat-ayatnya berjumlah
1,456, sedang ayat Makkiyyah yang merupakan 19/30 dari isi Al Qur’an jumlah ayat-ayatnya 4,780
ayat.

Juz 28 seluruhnya Madaniyyah kecuali ayat (60) Mumtahinah, ayat-ayatnya berjumlah 137; sedang
juz 29 ialah Makkiyyah kecuali ayat (76) Addahr, ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat Al Anfaal dan
surat Asy Syu’araa masing-masing merupakan setengah juz tetapi yang pertama Madaniyyah
dengan bilangan ayat sebanyak 75, sedang yang kedua Makiyyah dengan ayatnya yang berjumlah
227.

2. Dalam ayat-ayat Madaniyyah terdapat perkataan "Ya ayyuhalladzi na aamanu" dan sedikit sekali
terdapat perkataan ‘Yaa ayyuhannaas’, sedang dalam ayat ayat Makiyyah adalah sebaliknya.

3. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan keimanan,
ancaman dan pahala, kisah-kisah umat yang terdahulu yang mengandung pengajaran dan budi
pekerti; sedang Madaniyyah mengandung hukum-hukum, baik yang berhubungan dengan hukum
adat atau hukum-hukum duniawi, seperti hukum kemasyarakatan, hukum ketata negaraan, hukum
perang, hukum internasional, hukum antara agama dan lain-lain.

Nama-nama al-Quran

Allah memberi nama• Kitab-Nya dengan Al Qur’an yang berarti "bacaan".

· Arti ini dapat kita lihat dalam surat (75) Al Qiyaamah; ayat 17 dan 18 sebagaimana tersebut di
atas.

Nama ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat (17) Al• lsraa’ ayat 88; surat (2) Al
Baqarah ayat 85; surat (15) Al Hijr ayat 87; surat (20) Thaaha ayat 2; surat (27) An Naml ayat 6;
surat (46) Ahqaaf ayat 29; surat (56) Al Waaqi’ah ayat 77; surat (59) Al Hasyr ayat 21 dan surat
(76) Addahr ayat 23.

Menurut pengertian ayat-ayat di atas Al Qur’an itu dipakai sebagai nama bagi Kalam Allah yang
diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.

· Selain Al Qur’an, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya, sepcrti:

1. Al Kitab atau Kitaabullah: merupakan synonim dari perkataan Al• Qur’an, sebagaimana tersebut
dalam surat (2) Al Baqarah ayat 2 yang artinya; "Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada keraguan
padanya…." Lihat pula surat (6) Al An’aam ayat 114.

· 2. Al Furqaan: "Al Furqaan" artinya: "Pembeda", ialah "yang membedakan yang benar dan yang
batil", sebagai tersebut dalam surat (25) Al Furqaan ayat 1 yang artinya: "Maha Agung (Allah) yang
telah menurunkan Al Furqaan, kepada hamba-Nya, agar ia menjadi peringatan kepada seluruh
alam"
3. Adz-Dzikir. Artinya: "Peringatan". sebagaimana yang tersebut dal•am surat (15) Al Hijr ayat 9
yang artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan "Adz-Dzikir dan sesungguhnya Kamilah
penjaga-nya" (Lihat pula surat (16) An Nahl ayat 44. Dari nama yang tiga tersebut di atas, yang
paling masyhur dan merupakan nama khas ialah "Al Qur’an". Selain dari nama-nama yang tiga itu
dan lagi beberapa nama bagi Al Qur’an. lmam As Suyuthy dalam kitabnya Al Itqan, menyebutkan
nama-nama Al Qur’an, diantaranya: Al Mubiin, Al Kariim, Al Kalam, An Nuur.

Surah-surah dalam al-Quran

Jumlah surat yang• terdapat dalam Al Qur’an ada 114; nama-namanya dan batas-batas tiap-tiap
surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan diajarkan oleh
Rasulullah sendiri (tauqifi).

Sebagian dari surat-surat Al Qur’an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain mempunyai
lebih dari satu nama, sebagaimana yang akan diterangkan dalam muqaddimah tiap-tiap surat.

· Surat-surat yang ada dalam Al Qur’an ditinjau dari segi panjang dan pendeknya terbagi atas 4
bagian, yaitu:

1. ASSAB’UTHTHIWAAL, dimaksudkan, tujuh• surat yang panjang Yaitu: Al Baqarah, Ali Imran, An
Nisaa’, Al A’raaf, Al An’aam, Al Maa-idah dan Yunus.

2. Al MIUUN, dimaksudkan surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih seperti: Hud, Yusuf,
Mu’min dsb.

3. Al MATSAANI, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat seperti: Al
Anfaal. Al Hijr dsb.

4. AL MUFASHSHAL, dimaksudkan surat-surat pendek. seperti: Adhdhuha, Al Ikhlas, AL Falaq, An


Nas. dsb.

g. Huruf-huruf Hijaaiyyah yang ada pada permulaan surat.

· Di dalam Al Qur’an terdapat 29 surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijaaiyyah yaitu pada
surat-surat:

(1) Al Baqarah, (2) Ali Imran, (3) Al A’raaf.• (4) Yunus, (5) Yusuf, (7) Ar Ra’ad, (8) lbrahim, (9) Al
Hijr, (10) Maryam. (11) Thaaha. (12) Asy Syu’araa, (13) An Naml, (14) Al Qashash, (15)
A1’Ankabuut, (16) Ar Ruum. (17) Lukman, (18) As Sajdah (19) Yasin, (20) Shaad, (21) Al Mu’min,
(22) Fushshilat, (23) Asy Syuuraa. (24) Az Zukhruf (25) Ad Dukhaan, (26) Al Jaatsiyah, (27) Al
Ahqaaf. (28) Qaaf dan (29) Al Qalam (Nuun).

Huruf-huruf hijaaiyyah yang terdapat pada permulaan tiap-tiap surat tersebut di atas, dinamakan
‘Fawaatihushshuwar’ artinya pembukaan surat-surat.

Banyak pendapat dikemukakan oleh para Ulama’ Tafsir tentang arti dan maksud huruf-huruf
hijaaiyyah itu, selanjutnya lihat not 10, halaman 8 (Terjemah)

hebat ya!!
at kehilangan rakyat penutur-pendengar. Kehadiran buku-buku cerita rakyat mungkin jadi
alternatif untuk transformasi pengetahuan historis dan sosial-kultural dalam masyarakat.
Cerita rakyat yang semula tumbuh dalam tradisi lisan memiliki ruang dan kepemilikan
kolektif. Perubahan zaman menyebabkan kepemilikan kolektif semakin berkurang dan
mengecil karena ekspansi cerita-cerita modern. Anak-anak dalam tataran masyarakat modern
justru menunjukkan ketertarikan kuat dan cenderung akrab dengan cerita-cerita modern
dalam bentuk komik atau film. Cerita rakyat yang dulu lahir dan tumbuh dalam masyarakat
sendiri perlahan hilang atau dilupakan karena tak ada pola pewarisan yang efektif dan kreatif.

Pola kreatif yang terasa kurang adalah perhatian dari orang tua untuk mendongeng atau
bercerita pada anak. Kelemahan untuk apresiasi cerita rakyat juga muncul di institusi
pendidikan yang memainkan fungsi strategis dalam transformasi ilmu dan pengetahuan.
Siswa di sekolah atau mahasiswa kurang apresiatif terhadap cerita rakyat karena pelbagai
alasan dan faktor. Perhatian terhadap cerita rakyat seakan jadi urusan untuk peneliti, dosen,
sastrawan, seniman, dan budayawan dengan misi penyelamatkan secara dokumentatif.
Masyarakat Jawa yang tidak tahu atau lupa atas cerita rakyatnya sendiri tentu menjadi
fenomena yang memprihatinkan. Tragedi kultural itu tidak bisa dipisahkan dari arus
modernitas dan kecenderungan kosmopolitanisme. Masyarakat berhak memiliki pelbagai
kiblat dan orientasi kultural melalui cerita rakyat. Menikmati pola hidup kosmopolitan atau
menjalankan nilai-nilai kemodernan adalah bentuk pilihan-pilihan yang cenderung dipercayai
banyak orang. Cerita rakyat barangkali sekadar dianggap sebagai mitos lama, khayalan klise,
fantasi, atau dongeng yang ketinggalan zaman.
Keberadaan cerita rakyat adalah bukti dinamisasi peradaban manusia dalam rekonstruksi
masa lalu dan pembayangan masa depan. Apresiasi terhadap cerita rakyat menjadi bekal
untuk transformasi sosial-kultural yang berasal dari sisi internal masyarakat. Cerita rakyat
pun berhak mengalami transformasi bentuk dan tafsiran nilai sesuai dengan perubahan zaman
dan kebutuhan masyarakat. Begitu.

Apakah itu al-Quran.


• "Quran" menurut pendapat yang paling kuat seperti yang dikemukakan Dr. Subhi Al
Salih bererti "bacaan", asal kata qara’a. Kata Al Qur’an itu berbentuk masdar dengan arti isim
maf’ul yaitu maqru’ (dibaca).

• Di dalam Al Qur’an sendiri ada pemakaian kata "Qur’an" dalam arti demikian
sebagal tersebut dalam ayat 17, 18 surah (75) Al Qiyaamah:
Artinya:

• ‘Sesungguhnya mengumpulkan Al Qur’an (didalam dadamu) dan (menetapkan)


bacaannya (pada lidahmu) itu adalah tanggunggan kami. kerana itu jika kami telah
membacakannya, hendaklah kamu ikut bacaannya".
Kemudian dipakai kata "Qur’an" itu untuk Al Quran yang dikenal sekarang ini.

Adapun definisi Al Qur’an ialah: "Kalam Allah s.w.t. yang merupakan mukjizat yang
diturunkan (diwahyukan) kepada Nabi Muhammad dan yang ditulis di mushaf dan
diriwayatkan dengan mutawatir serta membacanya adalah ibadah"

Dengan definisi ini, kalam Allah yang diturunkan kepada nabi-nabi selain Nabi Muhammad
s.a.w. tidak dinamakan Al Qur’an seperti Taurat yang diturunkan kepada Nabi Musa a.s. atau
Injil yang diturun kepada Nabi Isa a.s. Dengan demikian pula Kalam Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad s.a.w yang membacanya tidak dianggap sebagai ibadah, seperti
Hadis Qudsi, tidak pula dinamakan Al Qur’an.

Bagaimanakah al-Quran itu diwahyukan.


• Nabi Muhammad s.a.w. dalam hal menerima wahyu mengalami bermacam-macam
cara dan keadaan. di antaranya:

1, Malaikat memasukkan wahyu itu ke dalam hatinya. Dalam hal ini Nabi s.a.w. tidak melihat
sesuatu apapun, hanya beliau merasa bahwa itu sudah berada saja dalam kalbunya.
Mengenai hal ini Nabi mengatakan: "Ruhul qudus mewahyukan ke dalam kalbuku", (lihat
surah (42) Asy Syuura ayat (51).

2. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi berupa seorang laki-laki yang mengucapkan
kata-kata kepadanya sehingga beliau mengetahui dan hafal benar akan kata-kata itu.

3. Wahyu datang kepadanya seperti gemerincingnya loceng. Cara inilah yang amat berat
dirasakan oleh Nabi. Kadang-kadang pada keningnya berpancaran keringat, meskipun
turunnya wahyu itu di musim dingin yang sangat. Kadang-kadang unta beliau terpaksa
berhenti dan duduk karena merasa amat berat, bila wahyu itu turun ketika beliau sedang
mengendarai unta. Diriwayatkan oleh Zaid bin Tsabit: "Aku adalah penulis wahyu yang
diturunkan kepada Rasulullah. Aku lihat Rasulullah ketika turunnya wahyu itu seakan-akan
diserang oleh demam yang keras dan keringatnya bercucuran seperti permata. Kemudian
setelah selesai turunnya wahyu, barulah beliau kembali seperti biasa".

• 4. Malaikat menampakkan dirinya kepada Nabi, tidak berupa seorang laki-laki


seperti keadaan no. 2, tetapi benar-benar seperti rupanya yang asli. Hal ini tersebut dalam Al
Qur’an surah (53) An Najm ayat 13 dan 14.

Artinya:

• Sesungguhnya Muhammad telah melihatnya pada kali yang lain (kedua). Ketika ia
berada di Sidratulmuntaha.

Hikmah diturunkan al-Quran secara beransur-ansur


Al Qur’an diturunkan secara beransur-ansur dalam masa 22 tahun 2 bulan 22 hari atau 23
tahun, 13 tahun di Mekkah dan 10 tahun di Madinah. Hikmah Al Qur’an diturunkan secara
beransur-ansur itu ialah:

1. Agar lebih mudah difahami dan dilaksanakan. Orang tidak akan melaksanakan suruhan,
dan larangan sekiranya suruhan dan larangan itu diturunkan sekaligus banyak. Hal ini
disebutkan oleh Bukhari dan riwayat ‘Aisyah r.a.

2. Di antara ayat-ayat itu ada yang nasikh dan ada yang mansukh, sesuai dengan
permasalahan pada waktu itu. Ini tidak dapat dilakukan sekiranya Al Qur’an diturunkan
sekaligus. (ini menurut pendapat yang mengatakan adanya nasikh dan mansukh).

3. Turunnya sesuatu ayat sesuai dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi akan lebih
mengesankan dan lebih berpengaruh di hati.

4. Memudahkan penghafalan. Orang-orang musyrik yang telah menayakan mengapa Al


Qur’an tidak diturunkan sekaligus. sebagaimana tersebut dalam Al Qur’an ayat (25) Al
Furqaan ayat 32, yaitu:

• mengapakah Al Qur’an tidak diturunkan kepadanya sekaligus

• Kemudian dijawab di dalam ayat itu sendiri:

• demikianlah, dengan (cara) begitu Kami hendak menetapkan hatimu

5. Di antara ayat-ayat ada yang merupakan jawaban daripada pertanyaan atau penolakan
suatu pendapat atau perbuatan, sebagai dikatakan oleh lbnu ‘Abbas r.a. Hal ini tidak dapat
terlaksana kalau Al Qur’an diturunkan sekaligus.

Ayat Makkiyah dan ayat Madaniyah


• Ditinjau dari segi masa turunnya, maka Al Qur’an itu dibahagi atas dua golongan:

1.• Ayat-ayat yang diturunkan di Mekah atau sebelum Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke
Madinah dinamakan ayat-ayat Makkiyyah.

2. Ayat-ayat yang diturunkan di Madinah atau sesudah Nabi Muhammad s.a.w. hijrah ke
Madinah dinamakan ayat-ayat Madaniyyah.

Ayat-ayat Makkiyyah meliputi 19/30 dari isi Al Qur’an terdiri atas 86 surah, sedang ayat-ayat
Madaniyyah meliputi 11/30 dari isi Al Qur’an terdiri atas 28 surah.

Perbezaan ayat-ayat Makiyyah dengan ayat-ayat Madaniyyah ialah:

1. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya pendek-pendek sedang ayat-ayat Madaniyyah


panjang-panjang; surat Madaniyyah yang merupakan 11/30 dari isi Al Qur’an ayat-ayatnya
berjumlah 1,456, sedang ayat Makkiyyah yang merupakan 19/30 dari isi Al Qur’an jumlah
ayat-ayatnya 4,780 ayat.

Juz 28 seluruhnya Madaniyyah kecuali ayat (60) Mumtahinah, ayat-ayatnya berjumlah 137;
sedang juz 29 ialah Makkiyyah kecuali ayat (76) Addahr, ayat-ayatnya berjumlah 431. Surat
Al Anfaal dan surat Asy Syu’araa masing-masing merupakan setengah juz tetapi yang
pertama Madaniyyah dengan bilangan ayat sebanyak 75, sedang yang kedua Makiyyah
dengan ayatnya yang berjumlah 227.

2. Dalam ayat-ayat Madaniyyah terdapat perkataan "Ya ayyuhalladzi na aamanu" dan sedikit
sekali terdapat perkataan ‘Yaa ayyuhannaas’, sedang dalam ayat ayat Makiyyah adalah
sebaliknya.

3. Ayat-ayat Makkiyyah pada umumnya mengandung hal-hal yang berhubungan dengan


keimanan, ancaman dan pahala, kisah-kisah umat yang terdahulu yang mengandung
pengajaran dan budi pekerti; sedang Madaniyyah mengandung hukum-hukum, baik yang
berhubungan dengan hukum adat atau hukum-hukum duniawi, seperti hukum
kemasyarakatan, hukum ketata negaraan, hukum perang, hukum internasional, hukum
antara agama dan lain-lain.

Nama-nama al-Quran
Allah• memberi nama Kitab-Nya dengan Al Qur’an yang berarti "bacaan".

• Arti ini dapat kita lihat dalam surat (75) Al Qiyaamah; ayat 17 dan 18 sebagaimana
tersebut di atas.

Nama• ini dikuatkan oleh ayat-ayat yang terdapat dalam surat (17) Al lsraa’ ayat 88; surat
(2) Al Baqarah ayat 85; surat (15) Al Hijr ayat 87; surat (20) Thaaha ayat 2; surat (27) An
Naml ayat 6; surat (46) Ahqaaf ayat 29; surat (56) Al Waaqi’ah ayat 77; surat (59) Al Hasyr
ayat 21 dan surat (76) Addahr ayat 23.

Menurut pengertian ayat-ayat di atas Al Qur’an itu dipakai sebagai nama bagi Kalam Allah
yang diwahyukan kepada Nabi Muhammad s.a.w.

• Selain Al Qur’an, Allah juga memberi beberapa nama lain bagi Kitab-Nya, sepcrti:

1. Al• Kitab atau Kitaabullah: merupakan synonim dari perkataan Al Qur’an, sebagaimana
tersebut dalam surat (2) Al Baqarah ayat 2 yang artinya; "Kitab (Al Qur’an) ini tidak ada
keraguan padanya…." Lihat pula surat (6) Al An’aam ayat 114.

• 2. Al Furqaan: "Al Furqaan" artinya: "Pembeda", ialah "yang membedakan yang


benar dan yang batil", sebagai tersebut dalam surat (25) Al Furqaan ayat 1 yang artinya:
"Maha Agung (Allah) yang telah menurunkan Al Furqaan, kepada hamba-Nya, agar ia
menjadi peringatan kepada seluruh alam"

3.• Adz-Dzikir. Artinya: "Peringatan". sebagaimana yang tersebut dalam surat (15) Al Hijr
ayat 9 yang artinya: Sesungguhnya Kamilah yang menurunkan "Adz-Dzikir dan
sesungguhnya Kamilah penjaga-nya" (Lihat pula surat (16) An Nahl ayat 44. Dari nama yang
tiga tersebut di atas, yang paling masyhur dan merupakan nama khas ialah "Al Qur’an".
Selain dari nama-nama yang tiga itu dan lagi beberapa nama bagi Al Qur’an. lmam As
Suyuthy dalam kitabnya Al Itqan, menyebutkan nama-nama Al Qur’an, diantaranya: Al
Mubiin, Al Kariim, Al Kalam, An Nuur.

Surah-surah dalam al-Quran


• Jumlah surat yang terdapat dalam Al Qur’an ada 114; nama-namanya dan batas-batas
tiap-tiap surat, susunan ayat-ayatnya adalah menurut ketentuan yang ditetapkan dan
diajarkan oleh Rasulullah sendiri (tauqifi).

Sebagian dari surat-surat Al Qur’an mempunyai satu nama dan sebagian yang lain
mempunyai lebih dari satu nama, sebagaimana yang akan diterangkan dalam muqaddimah
tiap-tiap surat.

• Surat-surat yang ada dalam Al Qur’an ditinjau dari segi panjang dan pendeknya
terbagi atas 4 bagian, yaitu:

1.• ASSAB’UTHTHIWAAL, dimaksudkan, tujuh surat yang panjang Yaitu: Al Baqarah, Ali
Imran, An Nisaa’, Al A’raaf, Al An’aam, Al Maa-idah dan Yunus.

2. Al MIUUN, dimaksudkan surat-surat yang berisi kira-kira seratus ayat lebih seperti: Hud,
Yusuf, Mu’min dsb.

3. Al MATSAANI, dimaksudkan surat-surat yang berisi kurang sedikit dari seratus ayat
seperti: Al Anfaal. Al Hijr dsb.

4. AL MUFASHSHAL, dimaksudkan surat-surat pendek. seperti: Adhdhuha, Al Ikhlas, AL


Falaq, An Nas. dsb.

g. Huruf-huruf Hijaaiyyah yang ada pada permulaan surat.

• Di dalam Al Qur’an terdapat 29 surat yang dimulai dengan huruf-huruf hijaaiyyah


yaitu pada surat-surat:

(1)• Al Baqarah, (2) Ali Imran, (3) Al A’raaf. (4) Yunus, (5) Yusuf, (7) Ar Ra’ad, (8) lbrahim,
(9) Al Hijr, (10) Maryam. (11) Thaaha. (12) Asy Syu’araa, (13) An Naml, (14) Al Qashash,
(15) A1’Ankabuut, (16) Ar Ruum. (17) Lukman, (18) As Sajdah (19) Yasin, (20) Shaad, (21)
Al Mu’min, (22) Fushshilat, (23) Asy Syuuraa. (24) Az Zukhruf (25) Ad Dukhaan, (26) Al
Jaatsiyah, (27) Al Ahqaaf. (28) Qaaf dan (29) Al Qalam (Nuun).

Huruf-huruf hijaaiyyah yang terdapat pada permulaan tiap-tiap surat tersebut di atas,
dinamakan ‘Fawaatihushshuwar’ artinya pembukaan surat-surat.

Banyak pendapat dikemukakan oleh para Ulama’ Tafsir tentang arti dan maksud huruf-huruf
hijaaiyyah itu, selanjutnya lihat not 10, halaman 8 (Terjemah)

You might also like