You are on page 1of 10

ROM (Range of Motion)

Yaitu derajat untuk mengukur kemampuan suatu tulang, otot dan sendi dalam melakukan pergerakan

ROM bermanfaat untuk :


a. Menentukan nilai kemampuan sendi tulang dan otot dalam melakukan pergerakan
b. Mengkaji tulang sendi, otot
c. Mencegah terjadinya kekakuan sendi
d. Memperlancar sirkulasi dLatihan

ROM merupakan bentuk latihan pergerakan yang dilakukan dengan menggerakan semua bagian persendian
hingga mencapai rentangan penuh tanpa menimbulkan rasa nyeri atau bunyi berderik pada persendian. Latihan ini
bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan pergerakan pada setiap persendian, mencegah kontraktur
sendi dan atropi otot, memperlancar aliran darah dan mencegah pembentukan trombus dan embolus,
mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot. ROM juga bermanfaat untuk membantu pasien mencapai
kemampuan aktivitas normal (Brookside Associates, 2007). Latihan ini dapat dikerjakan mandiri atau berkolaborasi
dengan fisioterapist.
Latihan ROM dibedakan menjadi ROM pasif, aktif, aktif asistif, resistif, dan isometrik. ROM pasif dilakukan oleh
perawat, pasien pasif. ROM aktif dikerjakan oleh pasien sendiri tanpa bantuan perawat, sedang pada jenis aktif
asistif perawat membantu menyokong bagian distal persendian . ROM resisitf dilakukan pasien dengan menekan
atau mendorong obyek kuat sedang latihan isometrik dikerjakan sendiri oleh pasien dengan mengkontraksikan dan
merelaksasi otot (Brookside Associates,2007; Rosdahl dan Kowalski, 2008).
ROM pasif, pasien tidak terlibat, semua dikerjakan oleh perawat. Jenis latihan ini baik untuk mempertahankan
kelenturan sendi tetapi tidak meningkatkan kekuatan otot dan mencegah demineralisasi tulang karena tidak
terjadi kontraksi volunter otot, tekanan pada tulang dan pemanjangan masa otot. Untuk meningkatkan kekuatan
otot, mencegah demineralisasi tulang, dan mempertahankan fungsi otot dapat menggunakan jenis latihan ROM
aktif, aktif resisitif, aktif asisitif, dan latihan isometrik, yang dapat memperlancar aliran balik vena (Brookside
Associates, 2007; Rosdahl dan kowalski, 2008). Perawat dapat berkolaborasi dengan fisioterapist untuk
perencanaan kebutuhan latihan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan gerak (Wilkinson, 2005).
Latihan ROM tidak dianjurkan bila pasien memiliki gangguan jantung, pernapasan, gangguan jaringan ikat sendi.
Latihan ROM pada pasien dengan gangguan jantung dan paru menyebabkan peningkatan kebutuhan sirkulasi
untuk menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan pergerakan. Pada sendi yang meradang bila
dilakukan latihan ROM akan memperburuk kerusakan dan dapat merusak jaringan disekelilingnya (Brookside
Associates, 2007; Widodo, 2005).arah

"ROM ( RANGE OF MOTION)


A. Pengertian
Adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya kontraksi dan pergerakan otot, dimana klien
menggerakan masing-masing persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.

B. Tujuan
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan
Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi

Tujuan Latihan ROM


1. Mempertahankan mobilitas/fleksibilitas sendi
2. Mencegah kontraktur, mempertahankan tonus dan mencegah atropi otot
3. Menstimulasi sirkulasi, mencegah trombus dan embolus
4. Menaikkan toleransi untuk aktivitas yang lebih besar
5. Mempertahankan koordinasi
6. Mempertahankan dan membangun kekuatan otot
C. Jenis ROM
ROM pasif
Perawat melakukan gerakan persendian klien sesuai dengan rentang gerak yang normal (klien pasif). Kekuatan otot
50 %
ROM aktif
Perawat memberikan motivasi, dan membimbing klien dalam melaksanakan pergerakan sendi secara mandiri
sesuai dengan rentang gerak sendi normal (klien aktif). Keuatan otot 75 %

D. Jenis gerakan
Fleksi
Ekstensi
Hiper ekstensi
Rotasi
Sirkumduksi
Supinasi
Pronasi
Abduksi
Aduksi
Oposisi

E. Sendi yang digerakan


1. ROM Aktif
Seluruh tubuh dari kepala sampai ujung jari kaki oleh klien sendri secara aktif.
2. ROM Pasif
Seluruh persendian tubuh atau hanya pada ekstremitas yang terganggu dan klien tidak mampu melaksanakannya
secara mandiri.
§ Leher (fleksi/ekstensi, fleksi lateral)
§ Bahu tangan kanan dan kiri ( fkesi/ekstensi, abduksi/adduksi, Rotasi bahu)
§ Siku tangan kanan dan kiri (fleksi/ekstensi, pronasi/supinasi)
§ Pergelangan tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi)
§ Jari-jari tangan (fleksi/ekstensi/hiperekstensi, abduksi/adduksi, oposisi)
§ Pinggul dan lutut (fleksi/ekstensi, abduksi/adduksi, rotasi internal/eksternal)
§ Pergelangan kaki (fleksi/ekstensi, Rotasi)
§ Jari kaki (fleksi/ekstensi)

F. Indikasi
§ Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
§ Kelemahan otot
§ Fase rehabilitasi fisik
§ Klien dengan tirah baring lama

G. Kontra Indikasi
§ Trombus/emboli pada pembuluh darah
§ Kelainan sendi atau tulang
§ Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)

H. Atention
§ Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan setelah latihan
§ Tanggap terhadap respon ketidak nyamanan klien
§ Ulangi gerakan sebanyak 3 kali
Kata range (jarak) dapat digunakan dalam 2 pandangan. Pertama, range merupakan besarnya gerakan yang terjadi
pada suatu sendi. Kedua, range merupakan besarnya otot memendek atau memanjang pada saat otot
menghasilkan gerakan atau mengontrol gerakan.

ROM merupakan kuantitas jarak gerakan ketika sendi digerakkan sampai penuh. Nama-nama gerakan merupakan
nama-nama gerakan anatomical yang secara normal diaplikasikan dan metode pengukuran ROM dipublikasikan
oleh American Orthopaedic Association. Salah satu contoh pengukuran ROM adalah ROM abduksi shoulder adalah
90 derajat dan ROM adduksi shoulder 90 derajat.

Latihan Gerakan ROM aktif dan pasif

1.Latihan Pasif Anggota Gerak Atas


a. Gerakan menekuk dan meluruskan sendi bahu :
- Tangan satu penolong memegang siku, tangan lainnya memengang lengan.
- Luruskan siku naikan dan turunkan legan dengan siku tetap lurus
b. Gerakan menekuk dan meluruskan siku :
- Pegang lengan atas dengan tangan satu, tangan lainnya menekuk dan meluruskan siku
c. Gerakan memutar pergelangan tangan :
- Pegang lengan bawah dengan tangan satu, tangan yang lainnya menggenggam telapak tangan pasien
- Putar pergelangan tangan pasien ke arah luar (terlentang) dan ke arah dalam (telungkup)
d. Gerakan menekuk dan meluruskan pergelangan tangan:
- Pegang lengan bawah dengan tangan satu, tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien
- Tekuk pergelangan tangan ke atas dan ke bawah
e. Gerakan memutar ibu jari:
- Pengang telapak tangan dan keempat jari dengan tangan satu, tangan lainnya memutar ibu jari tangan
f. Gerakan menekuk dan meluruskan jari-jari tangan
- Pegang pergelangan tangan dengan tangan satu, tangan yang lainnya menekuk dan meluruskan jari-jari tangan

2. Latihan pasif anggota gerak bawah


a. Gerakan menekuk dan meluruskan pangkal paha
- Pegang lutut dengan tangan satu, tangan lainnya memegang tungkai
- Naikkan dan turunkan kaki dengan lutut yang lurus

3. Latihan aktif anggota gerak atas dan bawah


a. Latihan I
- Angkat tangan yang kontraktur menggunakan tangan yang sehat ke atas
- Letakan kedua tangan diatas kepala
- Kembalikan tangan ke posisi semula
b. Latihan II
- Angkat tangan yang kontraktur melewati dada ke arah tangan yang sehat
- Kembalikan ke posisi semula
c. Latihan III
- Angkat tangan yang lemah menggunakan tangan yang sehat ke atas
- Kembalikan ke posisi semula
d. Latihan IV
- Tekuk siku yang kontraktur mengunakan tangan yang sehat
- Luruskan siku kemudian angkat ketas
- Letakan kembali tangan yang kontraktur ditempat tidur.
e. Latihan V
- Pegang pergelangan tangan yang kontraktur mengunakan tangan yang sehat angkat keatas dada
- Putar pengelangan tangan ke arah dalam dan ke arah luar
f. Latihan VI
- Tekuk jari-jari yang kontraktur dengan tangan yang sehat kemudian luruskan
- Putar ibu jari yang lemah mengunakan tangan yang sehat
g. Latihan VII
- Letakan kaki yang seht dibawah yang kontraktur
- Turunkan kaki yang sehat sehingga punggung kaki yang sehat dibawah pergelangan kaki yang kontraktur
- Angkat kedua kaki ke atas dengan bantuan kaki yang sehat, kemudian turunkan pelan-pelan.
h. Latihan VIII
- Angkat kaki yang kontraktur mengunakan kaki yang sehat ke atas sekitar 3 cm
- Ayunkan kedua kaki sejauh mungkin kearah satu sisi kemudian ke sisi yang satunya lagi
- Kembali ke posisi semula dan ulang sekali lagi
i. Latihan IX
- Anjurkan pasien untuk menekuk lututnya, bantu pegang pada lutut yang kontraktur dengan tangan Satu
- Dengan tangan lainnya penolong memegang pingang pasien
- Anjurkan pasien untuk memegang bokongnya
- Kembali keposisi semula dan ulangi sekali lagi
REFRENSI
1. A.Tohamuslim.S. Perawatan Rehabilitasi Medik Pendierita Stroke, RSHS Bandung
2. Kozier, B, Erb & Olivieri, R, 1991. Fudamental of Nursing : Conceps, proses and Practice: Claifornia : Addison
wesley
3. Wawan H. Materi Kuliah Tentang Perawatan Sistem Muskuloskletal tidak dipublikasi PSIK UNPAD

Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Menurut survei
2004, stroke merupakan pembunuh nomor wahid di rumah sakit-rumah sakit pe-merintah.

Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali,
sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami
gangguan fungsional berat.

Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak
(infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak hingga dapat menyebabkan
kematian (Brunner & Suddarth, 2002).

Penyakit stroke dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia lanjut, obesitas, merokok, suku bangsa
(negro/spanyol), jenis kelamin (pria), dan kurang olah raga. Selain itu penyakit stroke dapat berisiko pada
penderita hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia (pening-gian kadar lipid dalam darah).
Data penelitian mengenai pengobatan stroke hingga kini masih belum memuaskan walaupun telah banyak yang
dicapai, hasil akhir pengobatan kalau tidak meninggal hampir selalu meninggalkan kecacatan. Pengobatan
awal/dini serta pencegahan sangat bermanfaat, akan tetapi harus disertai dengan pengenalan dan pemahaman
stroke pada semua lapisan dan komunitas dalam masyarakat.

Ironisnya, penyakit stroke (cerebroscascular accident) belakangan ini bukan hanya menyerang kelompok usia di
atas 65 tahun, melainkan juga terjadi pada kelompok usia produktif. Bahkan, dalam sejumlah kasus, penderita
penyakit itu masih berusia di bawah 30 tahun. Dengan demikian maka sangat penting untuk mengetahui
penatalaksanaan stroke sehingga memberi pengetahuan bagi kita dalam mengantisipasi penyakit stroke.
Stroke tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namum kini cenderung menyerang generasi muda yang masih
produktif. Stroke juga tak lagi menjadi milik warga kota yang berkecukupan , namun juga dialami oleh warga
pedesaan yang hidup dengan serba keterbatasan.

Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya
sosial ekonomi keluarga. Selain karena besarnya biaya pengobatan paska stroke , juga yang menderita stroke
adalah tulang punggung keluarga yang biasanya kurang melakukan gaya hidup sehat, akibat kesibukan yang padat.

Menurut data stroke tahun 1990 diperkirakan jumlah penderita stroke di Indonesia mencapai 500.000 orang dan
sekitar 125.000 diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup. Sementara itu jumlah penderita stroke yang tidak
dibawa ke rumah sakit cukup banyak juga disebabkan karena keterbatasan biaya, jarak yang jauh menempuh
rumah sakit dan lain sebagainya. Sehingga sulit untuk mengetahui data penderita penyakit stroke yang
sesungguhnya.

Data stroke yang dikeluarkan oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa penderita stroke di Indonesia
jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan
pasien rawat inap karena stroke jumlahnya sekitar 23.000 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau pasien stroke
yang tidak dibawa ke dokter atau rumah sakit jumlah pastinya tidak diketahui.

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di 33 provinsi dan 440
kabupaten mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah
tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat, hasilnya adalah penyakit stroke merupakan
pembunuh utama di kalangan penduduk perkotaan.

Konferensi Stroke Internasional yang diadakan di Wina, Austria, tahun 2008 juga mengungkapkan bahwa di
kawasan Asia terus meningkatnya jumlah kasus stroke. Untuk pencegahannya perlu diantisipasi dengan cara
menyebarluaskan pengetahuan tentang bahaya stroke misalnya melalui media massa, internet, seminar dan lain-
lain.
Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, penyakit stroke merupakan penyebab utama
kematian di daerah perkotaan. Penyakit stroke harus diwaspai karena dapat berakhir dengan kematian dan sekali
kena stroke maka sulit disembuhkan. Penyembuhannya bisa bertahun-tahun dan tidak bisa pulih 100% juga
memakan biaya yang tidak sedikit.

Menurut data WHO, stroke merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian di dunia diantara penyakit-
penyakit berbahaya lainnya seperti kanker dan jantung. Richard Lee, M. D. Ahli bedah dan Direktur Center for
Atrial Fibrillation di Northwest School of Medicine, Chicago, mengatakan bahwa setiap tahun stroke membunuh
lebih dari 160.000 penduduk Amerika. Sebanyak 75% pasien stroke di Amerika menderita kelumpuhan dan
mengakibatkan kehilangan pekerjaannya.

Di Eropa ditemukan kasus stroke sekitar 650.000 kasus tiap tahunnya. Di Inggris stroke menduduki peringkat ke-3
sebagai pembunuh setelah penyakit jantung dan kanker.

Penyakit Stroke Kini Lebih Didominasi Oleh Kaum Muda.

Stroke yang biasa dikenal sebagai penyakit orangtua kini sudah menjadi penyakit anak muda. Riset menunjukkan
bahwa penyakit stroke kini lebih didominasi oleh kaum muda daripada kaum tua. Kabar baik bagi orangtua, tapi
tidak bagi yang masih ingin punya umur panjanObesitas dan hipertensi  adalah dua penyebab yang paling
disalahkan. Jika dahulu stroke banyak diderita orangtua, kini orang muda yang berisiko paling tinggi menderita
penyakit yang menyebabkan pendarahan di otak dan kelumpuhan organ ini.
Menurut hasil studi, selama 3 tahun ke belakang, kecenderungan penderita stroke berusia 60 atau 70-an tahun
menurun sedangkan penderita stroke berusia 20 hingga 45-an tahun meningkat. Stroke harusnya tidak menjadi
penyakit kaum muda karena penyakit ini berkembang cukup lama sebelum menyerang seseorang. Penyakit ini
adalah hasil dari ada yang kita lakukan di masa lalu. Jika kaum muda sekarang sudah kena stroke, artinya kebiasaan
sejak kecilnya sudah tidak benar.

Fenomena peningkatan kasus stroke pada kaum muda dan faktor penyebabnya pun diakui oleh Brian Silver dari
the American Stroke Association. Obesitas akan meningkatkan kerja jantung, memicu hipertensi, menyebabkan
resistensi hormon insulin dan akhirnya diabetes. Semua faktor itu sudah pasti menyebabkan stroke. Stroke kecil
saja di otak bisa menyebabkan gangguan ingatan dan masalah lainnya. Untuk mengurangi risiko stroke, seseorang
perlu mengontrol tekanan serta gula darah agar tetap normal, dan tentunya yang paling penting adalah olahraga
rutin. Pusat-pusat pelayanan stroke pun perlu diperbanyak agar penderita stroke tetap bisa mendapat konsultasi
untuk penyembuhannya.

STROKE PENYAKIT PEMBUNUH NO.3

Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food telah mewabah.
Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke.Menurut
Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di
Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini
akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial
ekonomi keluarga.Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan
wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali
Indonesia. Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.
Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru
Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih
kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami
gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.

Stroke dan Persoalannya di Sumbar


Sumatra Barat adalah provinsi yang masyarakatnya paling potensial mengidap penyakit stroke. Penyakit yang
umumnya diawali dengan hipertensi alias tekanan darah tinggi ini, belakangan bahkan sudah merembet ke
kalangan geresasi muda. Sekitar 60 persen eksekutif muda di daerah ini ditengarai mengidap cikal bakal penyakit
darah tinggi tersebut.
Secara teknis tumbuhnya penyakit darah tinggi yang berdampak pada stroke ini sangat erat hubungannya dengan
pola makan. Sekitar 95 persen masakan dan makanan di daerah ini mengandung kolesterol yang sangat tinggi.
Masakan dan makanan itulah yang disantap masyarakat kita setiap harinya.
Pola makan dan masakan masyarakat Sumbar (baca: Minangkabau) yang sudah dilakukan secara turun temurun
bahkan sudah membudaya. Buktinya, apapun bentuknya ritual kebudayaan yang dilaksanakan secara adat,
makanannya bermenu yang mengandung kolesterol tinggi.
Kolesterol bagi tubuh bukannya tidak dibutuhkan, namun dalam jumlah tertentu. Orang yang bekerja membanting
tulang, membutuhkan banyak kolesterol sebagai sumber energi. Bagi orang yang kurang gerak, kelebihan
kolesterol sangat berbahaya. Pekerja kantoran yang paling dominant terkena penyakit kelebihan kolesterol atau
darah tinggi.
Penyakit ini tidak dapat disembuhkan dalam tempo singkat. Perawatannya haruslah dilaksanakan secara rutin dan
sangat banyak pantangan makan yang harus dihindari. Tekanan darah tinggi itulah yang berujung pada stroke.
Yakni penyakit yang mematikan sel-sel tertentu dalam jaringan saraf dan aliran darah. Akibatnya, penderita dapat
lemah sebagian tubuhnya, bisa separuh tubuhnya bahkan bisa seluruh tubuh menerima akibatnya.Bila sampai
pada stadium ini, kemungkinan sehat itu sudah sangat tipis.
Melihat kondisi ini, pemerintah pusat mendirikan rumah sakit khusus untuk penanggulangan penyakit stroke di
Bukittinggi. Dari sisi letak, rumah sakit ini memang sangat strategis, selain berada di pusat endemic stroke secara
nasional, juga berada di sentral Pulau Sumatra.
Banyak yang bilang bila ingin sehat, makanlah makanan yang sesuai dengan kebutuhan tubuh. Sayangnya lidah
orang Minang terhadap masakan ini kadung terlanjur yang enak-enak. Tak peduli apakah masakan itu memenuhi
standar kesehatan atau tidak. Meski stroke itu sendiri tak melulu bersumber dari makanan dan bisa juga
bersumber dari tingkat ketenangan jiwa dan bahkan dari kesibukan kerja sehari-hari.
Begitulah editorial Harian Singgalang yang dibicarakan di Bukittinggi Televisi, Sabtu (11/4), tersebut. Ternyata
bincang-bincang itu mendapat sambutan hangat dari masyarakat yang langsung berinteraktif. Namun, hanya
empat penanya yang dapat terlayani dengan baik.
Menurut dr. Amilus, stroke adalah penyakit yang menyerang syarat otak, sehingga otak tidak bisa bekerja dengan
baik. Syaraf dan pembuluh darah dalam otak tersumbat yang menyebabkan terhentinya kerja otak. Akibatnya
penderita bisa kejang-kejang, atau sebagian dari tubuhnya tidak bisa digerakkan. Karena perintah gerakan yang
biasanya dilakukan otak tidak bisa berjalan dengan baik.
Secara umum penyakit ini diberikan dalam tiga fase. Pertama bagi orang yang belum terkena sama sekali, yang
disebut sebagai fase awal. Karena pada dasarnya setiap bisa saja menderita penyakit ini. Kedua, fase tengah
berlangsungnya stroke itu sendiri. Yakni fase dimulainya berhenti sel-sel syaraf dan darah dalam otak. Ini biasanya
ditandai dengan sulitnya digerakkan bagian-bagian dari tubuh seseorang. Fase ketiga adalah pasca stroke yang
berada pada titik tidak berfungsinya sebagian syarat dan darah dalam otak.
Penyebabnya sangat banyak, mulai dari bertumpuknya lemak dalam tubuh. Ketika darah disuplai lewat jantung ke
otak karena mengandung unsur lemak yang tinggi, maka lemak pun bertumpuk di otak. Ini sangat berbahaya
karena bisa menyebabkan tidak jalannnya perintah gerak dari otak seperti biasanya.
Pola makan masyarakat Minangkabau yang banyak mengandung kolesterol dari bahan masakan itu sendiri,
merupakan salah satu penyebab utamanya. Kemudian, kurangnya gerak, banyak pikiran, bahkan tidak tercapainya
suatu harapan bisa menyebabkan terjadinya darah tinggi yang berujung pada stroke.
Pada umumnya penyakit ini juga diawali dengan tekanan darah yang tinggi atau hipertensi. Karena tidak
terkendalinya tekanan darah tersebut membuat saluran darah di otak terganggu,
Sementara Choirizon, Marketing Manager PT Garam Cabang Sumbar, dalam kesempatan itu menyebutkan bahwa
PT Garam Indonesia (Tbk) sejak tahun 2004 lalu memproduksi LoSoSa (low Sodium Salt) atau garam rendah
sodium. Sodium dalam LoSoSa hanya berkisar 30 persen dibandingkan dengan garam biasa, dan sodium itu diganti
dengan kalium. Kalium ini sangat berguna bagi tubuh guna memerangi kolesterol.
Kolesterol yang pada umumnya melumpuhkan aliran darah dihancurkan oleh kalium. Kalium itu sendiri berasal dari
buah-buahan yang diolah secara alami dan nitratnya dicampurkan ke dalam LoSoSa, tambah Choirizon.
Secara rata-rata setiap orang dalam setahunnya membutuhkan 3 sampai 3,5 kilogram garam dalam setahun. Bila
dikaitkan dengan harga garam LoSoSa demi untuk kesehatan tidak mahal. Harga LoSoSa hanya sekitar Rp40.000
per kilogram, dan dalam setahun orang hanya mengeluarkan uang sekitar Rp150.000 untuk kebutuhan garam
sehat ini. Dapat dibandingkan dengan harga rokok yang rata-rata Rp10.000 per bungkus dan konsumennya bisa
menghabiskan dua bungkus rokok dalam satu hari. Maka harga LoSoSa untuk kesehatan hidup ini, jauh lebih
murah dibandingkan rokok tersebut.
Sebagai produsen garam rendah sodium dan mengandung kalium ini, PT Garam Indonesia menjadi Sumbar sebagai
kawasan pilot project dalam pemasaran LoSoSa ini. Sejak mulai diluncurkan tahun 2004 lalu, hingga kini LoSoSa
sudah dikonsumsi oleh masyarakat di ranah Minangkabau sebanyak 30 ton dalam setahun.
Bila dikaitkan dengan jumlah penduduk Sumbar yang berkisar 4,3 juta jiwa, maka jumlah tersebut masih jauh
dibawah kebutuhan normalnya. Kalau rata-rata setiap orang menghabiskan sekitar 3,5 kilogram dalam setahun,
berarti konumsi garam setiap harinya sekitar 7 sampai 10 gram, secara keseluruhan kebutuhan garam di Sumbar
berkisar 150.000 ton dalam setahunnya.
Terlepas dari kebutuhan garam tersebut, yang jelas pembicaraan tentang penyakit stroke ini sangat menarik
perhatian masyarakat. Namun yang terlayani dalam dialog langsung dengan nara sumber hanya empat penanya
lewat telepon. Mereka adalah Pakiah Kayo dari Baso, El dari Ampek Angkek, Lisa dari Baso dan Muchtar dari Koto
Bawah.
Masing-masing mereka menanyakan tentang penyakit yang mereka rasakan, hebatnya oleh dr. Amilus dijawab
dengan baik. Namun dokter yang juga bekerja di Rumah Sakit Achmat Moechtar Bukittinggi itu, selalu menyarakan
agar penderita penyakit membawanya ke rumah sakit dan berkonsultasi langsung dengan dokter ahlinya.
“Saya bukan paranormal. Tentu saja saya tidak bisa melihat dari jauh apa penyakit yang diderita oleh
seseorang. Untuk pastinya, agar tidak terjadi kesimpang-siuran informasi tentang penyakit ini, sebaiknya dicek
secara tuntas di rumah sakit,” saran Amilus.

STATISTIK POSTURAL HIPOTENSI


Postural hypotension sekali lagi adalah Tekanan Darah yang rendah bila terjadi perubahan posisi dari duduk lalu
berdiri, hal ini dapat terjadi pada setiap orang dengan penyebab beragam, seperti   dehidrasi, kurang
makan/kurang gizi, terlalu lama terpapar di panas atau terlalu lelah/kecapean . Juag bisa disebabkan faktor
genetik, penuaan , pemakaian obat obatan, pengaruh makanan, faktor psikologi dan pemicu yang akut (misalnya
karena infeksi dan alergi ).

Postural hypotension sering terjadi pada orang orang yang mengkonsumsi obat untuk mengendalikan tekanan
darah tinggi (hipertensi), Bisa juga berhubungan dengan kehamilan, emosi , atherosclerosis/plaq pada pembuluh
darah atau diabetes.

Manula khususnya sering menderita postural hypotension ini, terutama mereka yang menderita Tekanan darah
tinggi atau disfungsi sistem syaraf otonom.

Hypotensi setelah makan juga merupakan penyebab pusing dan “jatuh” setelah makan, diyakini karena disebabkan
darah berduyun duyun ngumpul menuju lambung dan usus halus.

Beberapa obat bisa menjadi penyebab yang dihubungkan dengan postural hypotension.

Pemakaian obat obatan ini terbagi dua kategori utama :

 Obat obatan yang digunakan untuk menterapi Hipertensi seperti  diuretics, beta-blockers, calcium-
channel blockers, dan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors.
 Obat obatan yang ber-efek samping hipotensi, mencakup nitrates, obat untuk mengatasi penyakit
Parkinson’s, antipsychotics, neuroleptics, anti-anxiety agents (penenang), sedative-hypnotics (penenang,
pereda nyeri), dan tricyclic antidepressants.(anti depresi)

Beberapa penyebab alami dari postural hypotension :

 Dehidrasi dan kehilangan elektrolit tubuh, karena diare , muntah atau kehilangan banyak darah selama
haidh atau kondisi yang lain.
 Usia yang dihubungkan dengan regulasi tekanan darah yang diperburuk oleh kondisi kesehatan dan
pemakaian obat obatan.

Beberapa penyakit tertentu dapat menyebabkan postural hypotension. Biasanya penyebabnya adalah :

 Kelainan Sistim Syaraf pusat, misalnya  Shy-Drager syndrome or multiple system atrophy
 Masalah di syaraf, seperti  as peripheral neuropathy (kelainan pada syaraf tepi) atau kelainan syaraf
otonom .
 Kelainan Kardiovaskular
 Kecanduan Alkohol
 Kurang Gizi.

Penyakit yang langka dapat juga menyebabkan postural hypotension misalnya  amyloidosis (penyakit yang
disebabkan deposit sejenis zat lilin (amyloid) di tubuh ),kekurangan  vitamin, Luka pada spinal cord (syaraf spinal)
dan penyakit syaraf disebabkan kanker, terutama kanker paru atau kanker pankreas.Top of Form
Hipotensi Orthostatik

Definisi Hipotensi Orthostatik (Orthostatic Hypotension)

Ketika seseorang berdiri dari duduk atau berbaring, tubuh harus bekerja untuk menyesuaikan pada perubahan
posisi itu. Adalah terutama penting bagi tubuh untuk mendorong darah keatas dan mensuplai otak dengan
oksigen. Jika tubuh gagal untuk melakukan ini dengan cukup, tekanan darah jatuh/turun, dan orang itu mungkin
merasa pusing atau bahkan pingsan. Hipotensi orthostatik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kejatuhan dalam tekanan darah ketika seseorang berdiri (orthostatic= sikap tubuh yang tegak lurus, hypo= kurang
+ tension=tekanan).

Suplai darah yang cukup ke organ-organ tubuh tergantung pada tiga faktor-faktor:

1. jantung yang cukup kuat untuk memompa,


2. arteri-arteri dan vena-vena yang mampu untuk mengerut atau menyempit, dan
3. cukup darah dan cairan didalam pembuluh-pembuluh.

Ketika tubuh merubah posisi, keanekaragaman dari aksi-aksi terjadi yang melibatkan semua bagian-bagian dari
sistim kardiovaskular serta sistim syaraf autonomic (autonomic nervous system) yang membantu mengatur fungsi
mereka.

Autonomic nervous system dapat dipertimbangkan untuk "berlari dilatar belakang" dari tubuh, mengatur proses-
proses tubuh yang kita ambil sebagai yang diberikan. Ada keseimbangan antara sympathetic system (syaraf-syaraf
adrenergic), yang mempercepat berbagai hal-hal, dan parasympathetic system (syaraf-syaraf cholinergic) yang
memperlambat berbagai hal-hal. Nama-nama ini berdasarkan pada tipe dari kimia yang digunakan untuk mengirim
sinyal-sinyal pada ujung-ujung syaraf.

 Adrenaline (dari sympathetic nervous system) mengizinkan tubuh untuk merespon pada stress.
Bayangkan melihat seekor beruang dalam hutan; jantung anda bedenyut lebih cepat, telapak-telapak
tangan anda berkeringat, mata-mata anda membesar, dan rambut-rambut anda berdiri pada ujungnya.
 Acetylcholine adalah kimia yang adalah anti-adrenaline dan terlibat pada parasympathetic nervous
system.

Kedua sistim-sistim ini berada dalam keseimbangan, dan tetap perlu untuk merespon pada perubahan-perubahan
yang rutin dalam tubuh yang terjadi sepanjang hari.

 Ketika tubuh bergerak ke posisi berdiri, monitor-monitor tekanan (sel-sel baroreceptor) yang berlokasi
pada arteri-arteri carotid dan aorta merasakan kejatuhan yang hampir tak kentara dalam tekanan darah
karena gaya berat, yang menyebabkan darah mengalir menuju kaki-kaki.
 Hampir dengan seketika, sympathetic system distimulasi, menyebabkan denyut jantung meningkat, otot
jantung berkontraksi atau menekan lebih kuat, dan pembuluh-pembuluh darah mengerut atau
menyempit.
 Semua dari aksi-aksi ini melayani untuk meningkatkan tekanan darah sehingga jumlah darah yang cukup
masih dapat dipompa ke otak dan organ-organ lain.
 Tanpa perubahan-perubahan ini, gaya berat akan menyebabkan darah tetap pada baian yang paling
bawah dari tubuh dan jauh dari otak, menyebabkan gejala-gejala kepeningan atau bahkan pingsan.

Hipotensi orthostatik bukanlah penyakit atau keluhan dari individu; ia adalah perubahan yang abnormal dalam
tekanan darah dan denyut jantung yang berhubungan dengan penyakit.
Faktor-Faktor Risiko Untuk Hipotensi Orthostatik (Orthostatic Hypotension)

Hipotensi orthostatik paling sering terjadi pada kaum tua. "Pengerasan dari arteri-arteri" atau atherosclerosis yang
berkembang ketika kita menua membuat pembuluh-pembuluh darah lebih sulit untuk beradaptasi secara cepat
ketika diperlukan. Begitu juga, banyak dari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan hipotensi orthostatik
adalah progresif, dengan gejala-gejalanya memburuk dengan umur.

Kehamilan berhubungan dengan hipotensi orthostatik. Ketika kehamilan berlanjut, volume dari sistim sirkulasi
membesar dan tekanan darah cenderung jatuh. Ini mungkin menjurus pada kepeningan ketika berdiri dengan
cepat. Tingkat-tingkat tekanan darah kembali ke normal setelah kelahiran.

Berkeringat yang berlebihan yang disebabkan oleh pengerahan tenaga fisik dan paparan pada panas adalah faktor-
faktor risiko dan penyebab-penyebab potensial dari dehidrasi dan gejala-gejala dari hipotensi orthostatik. Pasien-
pasien yang mempunyai faktor-faktor risiko lain untuk mengembangkan hipotensi orthostatik mempunyai risiko
yang meningkat jika mereka menjadi terdehidrasi bahkan dengan ringan.

Penggunaan alkohol yang kronis dan penyalahgunaan obat adalah juga faktor-faktor risiko untuk mengembangkan
gejala-gejala dari hipotensi orhostatik.

Gejala-Gejala Hipotensi Orthostatik (Orthostatic Hypotension)

Ketika otak tidak mendapat cukup suplai darah, ia mulai turun fungsinya.

Gejala-gejala termasuk:

 kepeningan,
 kebingungan,
 mual, dan
 pingsan.

Mungkin juga ada kelemahan, penglihatan yang kabur, dan kegemetaran.

Gejala-gejala ini mungkin hilang secara cepat ketika tubuh perlahan-lahan menyesuaikan pada posisi berdiri,
namun pada beberapa kasus-kasus pasien harus duduk atau berbaring dengan cepat untuk mencegah pingsan.

You might also like