Professional Documents
Culture Documents
Yaitu derajat untuk mengukur kemampuan suatu tulang, otot dan sendi dalam melakukan pergerakan
ROM merupakan bentuk latihan pergerakan yang dilakukan dengan menggerakan semua bagian persendian
hingga mencapai rentangan penuh tanpa menimbulkan rasa nyeri atau bunyi berderik pada persendian. Latihan ini
bermanfaat untuk meningkatkan dan mempertahankan pergerakan pada setiap persendian, mencegah kontraktur
sendi dan atropi otot, memperlancar aliran darah dan mencegah pembentukan trombus dan embolus,
mempertahankan dan meningkatkan kekuatan otot. ROM juga bermanfaat untuk membantu pasien mencapai
kemampuan aktivitas normal (Brookside Associates, 2007). Latihan ini dapat dikerjakan mandiri atau berkolaborasi
dengan fisioterapist.
Latihan ROM dibedakan menjadi ROM pasif, aktif, aktif asistif, resistif, dan isometrik. ROM pasif dilakukan oleh
perawat, pasien pasif. ROM aktif dikerjakan oleh pasien sendiri tanpa bantuan perawat, sedang pada jenis aktif
asistif perawat membantu menyokong bagian distal persendian . ROM resisitf dilakukan pasien dengan menekan
atau mendorong obyek kuat sedang latihan isometrik dikerjakan sendiri oleh pasien dengan mengkontraksikan dan
merelaksasi otot (Brookside Associates,2007; Rosdahl dan Kowalski, 2008).
ROM pasif, pasien tidak terlibat, semua dikerjakan oleh perawat. Jenis latihan ini baik untuk mempertahankan
kelenturan sendi tetapi tidak meningkatkan kekuatan otot dan mencegah demineralisasi tulang karena tidak
terjadi kontraksi volunter otot, tekanan pada tulang dan pemanjangan masa otot. Untuk meningkatkan kekuatan
otot, mencegah demineralisasi tulang, dan mempertahankan fungsi otot dapat menggunakan jenis latihan ROM
aktif, aktif resisitif, aktif asisitif, dan latihan isometrik, yang dapat memperlancar aliran balik vena (Brookside
Associates, 2007; Rosdahl dan kowalski, 2008). Perawat dapat berkolaborasi dengan fisioterapist untuk
perencanaan kebutuhan latihan, mempertahankan dan meningkatkan kemampuan gerak (Wilkinson, 2005).
Latihan ROM tidak dianjurkan bila pasien memiliki gangguan jantung, pernapasan, gangguan jaringan ikat sendi.
Latihan ROM pada pasien dengan gangguan jantung dan paru menyebabkan peningkatan kebutuhan sirkulasi
untuk menyediakan energi yang diperlukan untuk melakukan pergerakan. Pada sendi yang meradang bila
dilakukan latihan ROM akan memperburuk kerusakan dan dapat merusak jaringan disekelilingnya (Brookside
Associates, 2007; Widodo, 2005).arah
B. Tujuan
1. Meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot.
Mempertrahankan fungsi jantung dan pernapasan
Mencegah kontraktur dan kekakuan pada sendi
D. Jenis gerakan
Fleksi
Ekstensi
Hiper ekstensi
Rotasi
Sirkumduksi
Supinasi
Pronasi
Abduksi
Aduksi
Oposisi
F. Indikasi
§ Stroke atau penurunan tingkat kesadaran
§ Kelemahan otot
§ Fase rehabilitasi fisik
§ Klien dengan tirah baring lama
G. Kontra Indikasi
§ Trombus/emboli pada pembuluh darah
§ Kelainan sendi atau tulang
§ Klien fase imobilisasi karena kasus penyakit (jantung)
H. Atention
§ Monitor keadaan umum klien dan tanda-tanda vital sebelum dan setelah latihan
§ Tanggap terhadap respon ketidak nyamanan klien
§ Ulangi gerakan sebanyak 3 kali
Kata range (jarak) dapat digunakan dalam 2 pandangan. Pertama, range merupakan besarnya gerakan yang terjadi
pada suatu sendi. Kedua, range merupakan besarnya otot memendek atau memanjang pada saat otot
menghasilkan gerakan atau mengontrol gerakan.
ROM merupakan kuantitas jarak gerakan ketika sendi digerakkan sampai penuh. Nama-nama gerakan merupakan
nama-nama gerakan anatomical yang secara normal diaplikasikan dan metode pengukuran ROM dipublikasikan
oleh American Orthopaedic Association. Salah satu contoh pengukuran ROM adalah ROM abduksi shoulder adalah
90 derajat dan ROM adduksi shoulder 90 derajat.
Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker. Menurut survei
2004, stroke merupakan pembunuh nomor wahid di rumah sakit-rumah sakit pe-merintah.
Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih kembali,
sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami
gangguan fungsional berat.
Stroke termasuk penyakit serebrovaskuler (pembuluh darah otak) yang ditandai dengan kematian jaringan otak
(infark serebral) yang terjadi karena berkurangnya aliran darah dan oksigen ke otak hingga dapat menyebabkan
kematian (Brunner & Suddarth, 2002).
Penyakit stroke dapat disebabkan oleh berbagai faktor seperti usia lanjut, obesitas, merokok, suku bangsa
(negro/spanyol), jenis kelamin (pria), dan kurang olah raga. Selain itu penyakit stroke dapat berisiko pada
penderita hipertensi, penyakit jantung, diabetes mellitus, hiperlipidemia (pening-gian kadar lipid dalam darah).
Data penelitian mengenai pengobatan stroke hingga kini masih belum memuaskan walaupun telah banyak yang
dicapai, hasil akhir pengobatan kalau tidak meninggal hampir selalu meninggalkan kecacatan. Pengobatan
awal/dini serta pencegahan sangat bermanfaat, akan tetapi harus disertai dengan pengenalan dan pemahaman
stroke pada semua lapisan dan komunitas dalam masyarakat.
Ironisnya, penyakit stroke (cerebroscascular accident) belakangan ini bukan hanya menyerang kelompok usia di
atas 65 tahun, melainkan juga terjadi pada kelompok usia produktif. Bahkan, dalam sejumlah kasus, penderita
penyakit itu masih berusia di bawah 30 tahun. Dengan demikian maka sangat penting untuk mengetahui
penatalaksanaan stroke sehingga memberi pengetahuan bagi kita dalam mengantisipasi penyakit stroke.
Stroke tak lagi hanya menyerang kelompok lansia, namum kini cenderung menyerang generasi muda yang masih
produktif. Stroke juga tak lagi menjadi milik warga kota yang berkecukupan , namun juga dialami oleh warga
pedesaan yang hidup dengan serba keterbatasan.
Hal ini akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya
sosial ekonomi keluarga. Selain karena besarnya biaya pengobatan paska stroke , juga yang menderita stroke
adalah tulang punggung keluarga yang biasanya kurang melakukan gaya hidup sehat, akibat kesibukan yang padat.
Menurut data stroke tahun 1990 diperkirakan jumlah penderita stroke di Indonesia mencapai 500.000 orang dan
sekitar 125.000 diantaranya meninggal atau cacat seumur hidup. Sementara itu jumlah penderita stroke yang tidak
dibawa ke rumah sakit cukup banyak juga disebabkan karena keterbatasan biaya, jarak yang jauh menempuh
rumah sakit dan lain sebagainya. Sehingga sulit untuk mengetahui data penderita penyakit stroke yang
sesungguhnya.
Data stroke yang dikeluarkan oleh Yayasan Stroke Indonesia menyatakan bahwa penderita stroke di Indonesia
jumlahnya terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2004 penelitian di sejumlah rumah sakit menemukan
pasien rawat inap karena stroke jumlahnya sekitar 23.000 orang. Sedangkan yang rawat jalan atau pasien stroke
yang tidak dibawa ke dokter atau rumah sakit jumlah pastinya tidak diketahui.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 mendata kasus stroke di wilayah perkotaan di 33 provinsi dan 440
kabupaten mengumpulkan sebanyak 258.366 sampel rumah tangga perkotaan dan 987.205 sampel anggota rumah
tangga untuk pengukuran berbagai variabel kesehatan masyarakat, hasilnya adalah penyakit stroke merupakan
pembunuh utama di kalangan penduduk perkotaan.
Konferensi Stroke Internasional yang diadakan di Wina, Austria, tahun 2008 juga mengungkapkan bahwa di
kawasan Asia terus meningkatnya jumlah kasus stroke. Untuk pencegahannya perlu diantisipasi dengan cara
menyebarluaskan pengetahuan tentang bahaya stroke misalnya melalui media massa, internet, seminar dan lain-
lain.
Berdasarkan data hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, penyakit stroke merupakan penyebab utama
kematian di daerah perkotaan. Penyakit stroke harus diwaspai karena dapat berakhir dengan kematian dan sekali
kena stroke maka sulit disembuhkan. Penyembuhannya bisa bertahun-tahun dan tidak bisa pulih 100% juga
memakan biaya yang tidak sedikit.
Menurut data WHO, stroke merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian di dunia diantara penyakit-
penyakit berbahaya lainnya seperti kanker dan jantung. Richard Lee, M. D. Ahli bedah dan Direktur Center for
Atrial Fibrillation di Northwest School of Medicine, Chicago, mengatakan bahwa setiap tahun stroke membunuh
lebih dari 160.000 penduduk Amerika. Sebanyak 75% pasien stroke di Amerika menderita kelumpuhan dan
mengakibatkan kehilangan pekerjaannya.
Di Eropa ditemukan kasus stroke sekitar 650.000 kasus tiap tahunnya. Di Inggris stroke menduduki peringkat ke-3
sebagai pembunuh setelah penyakit jantung dan kanker.
Stroke yang biasa dikenal sebagai penyakit orangtua kini sudah menjadi penyakit anak muda. Riset menunjukkan
bahwa penyakit stroke kini lebih didominasi oleh kaum muda daripada kaum tua. Kabar baik bagi orangtua, tapi
tidak bagi yang masih ingin punya umur panjanObesitas dan hipertensi adalah dua penyebab yang paling
disalahkan. Jika dahulu stroke banyak diderita orangtua, kini orang muda yang berisiko paling tinggi menderita
penyakit yang menyebabkan pendarahan di otak dan kelumpuhan organ ini.
Menurut hasil studi, selama 3 tahun ke belakang, kecenderungan penderita stroke berusia 60 atau 70-an tahun
menurun sedangkan penderita stroke berusia 20 hingga 45-an tahun meningkat. Stroke harusnya tidak menjadi
penyakit kaum muda karena penyakit ini berkembang cukup lama sebelum menyerang seseorang. Penyakit ini
adalah hasil dari ada yang kita lakukan di masa lalu. Jika kaum muda sekarang sudah kena stroke, artinya kebiasaan
sejak kecilnya sudah tidak benar.
Fenomena peningkatan kasus stroke pada kaum muda dan faktor penyebabnya pun diakui oleh Brian Silver dari
the American Stroke Association. Obesitas akan meningkatkan kerja jantung, memicu hipertensi, menyebabkan
resistensi hormon insulin dan akhirnya diabetes. Semua faktor itu sudah pasti menyebabkan stroke. Stroke kecil
saja di otak bisa menyebabkan gangguan ingatan dan masalah lainnya. Untuk mengurangi risiko stroke, seseorang
perlu mengontrol tekanan serta gula darah agar tetap normal, dan tentunya yang paling penting adalah olahraga
rutin. Pusat-pusat pelayanan stroke pun perlu diperbanyak agar penderita stroke tetap bisa mendapat konsultasi
untuk penyembuhannya.
Kasus stroke meningkat di negara maju seperti Amerika dimana kegemukan dan junk food telah mewabah.
Berdasarkan data statistik di Amerika, setiap tahun terjadi 750.000 kasus stroke baru di Amerika. Dari data
tersebut menunjukkan bahwa setiap 45 menit, ada satu orang di Amerika yang terkena serangan stroke.Menurut
Yayasan Stroke Indonesia (Yastroki), terdapat kecenderungan meningkatnya jumlah penyandang stroke di
Indonesia dalam dasawarsa terakhir. Kecenderungannya menyerang generasi muda yang masih produktif. Hal ini
akan berdampak terhadap menurunnya tingkat produktifitas serta dapat mengakibatkan terganggunya sosial
ekonomi keluarga.Tidak dapat dipungkiri bahwa peningkatan jumlah penderita stroke di Indonesia identik dengan
wabah kegemukan akibat pola makan kaya lemak atau kolesterol yang melanda di seluruh dunia, tak terkecuali
Indonesia. Di Indonesia, stroke merupakan penyakit nomor tiga yang mematikan setelah jantung dan kanker.
Bahkan, menurut survei tahun 2004, stroke merupakan pembunuh no.1 di RS Pemerintah di seluruh penjuru
Indonesia. Diperkirakan ada 500.000 penduduk yang terkena stroke. Dari jumlah tersebut, sepertiganya bisa pulih
kembali, sepertiga lainnya mengalami gangguan fungsional ringan sampai sedang dan sepertiga sisanya mengalami
gangguan fungsional berat yang mengharuskan penderita terus menerus di kasur.
Postural hypotension sering terjadi pada orang orang yang mengkonsumsi obat untuk mengendalikan tekanan
darah tinggi (hipertensi), Bisa juga berhubungan dengan kehamilan, emosi , atherosclerosis/plaq pada pembuluh
darah atau diabetes.
Manula khususnya sering menderita postural hypotension ini, terutama mereka yang menderita Tekanan darah
tinggi atau disfungsi sistem syaraf otonom.
Hypotensi setelah makan juga merupakan penyebab pusing dan “jatuh” setelah makan, diyakini karena disebabkan
darah berduyun duyun ngumpul menuju lambung dan usus halus.
Beberapa obat bisa menjadi penyebab yang dihubungkan dengan postural hypotension.
Obat obatan yang digunakan untuk menterapi Hipertensi seperti diuretics, beta-blockers, calcium-
channel blockers, dan angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors.
Obat obatan yang ber-efek samping hipotensi, mencakup nitrates, obat untuk mengatasi penyakit
Parkinson’s, antipsychotics, neuroleptics, anti-anxiety agents (penenang), sedative-hypnotics (penenang,
pereda nyeri), dan tricyclic antidepressants.(anti depresi)
Dehidrasi dan kehilangan elektrolit tubuh, karena diare , muntah atau kehilangan banyak darah selama
haidh atau kondisi yang lain.
Usia yang dihubungkan dengan regulasi tekanan darah yang diperburuk oleh kondisi kesehatan dan
pemakaian obat obatan.
Beberapa penyakit tertentu dapat menyebabkan postural hypotension. Biasanya penyebabnya adalah :
Kelainan Sistim Syaraf pusat, misalnya Shy-Drager syndrome or multiple system atrophy
Masalah di syaraf, seperti as peripheral neuropathy (kelainan pada syaraf tepi) atau kelainan syaraf
otonom .
Kelainan Kardiovaskular
Kecanduan Alkohol
Kurang Gizi.
Penyakit yang langka dapat juga menyebabkan postural hypotension misalnya amyloidosis (penyakit yang
disebabkan deposit sejenis zat lilin (amyloid) di tubuh ),kekurangan vitamin, Luka pada spinal cord (syaraf spinal)
dan penyakit syaraf disebabkan kanker, terutama kanker paru atau kanker pankreas.Top of Form
Hipotensi Orthostatik
Ketika seseorang berdiri dari duduk atau berbaring, tubuh harus bekerja untuk menyesuaikan pada perubahan
posisi itu. Adalah terutama penting bagi tubuh untuk mendorong darah keatas dan mensuplai otak dengan
oksigen. Jika tubuh gagal untuk melakukan ini dengan cukup, tekanan darah jatuh/turun, dan orang itu mungkin
merasa pusing atau bahkan pingsan. Hipotensi orthostatik adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
kejatuhan dalam tekanan darah ketika seseorang berdiri (orthostatic= sikap tubuh yang tegak lurus, hypo= kurang
+ tension=tekanan).
Suplai darah yang cukup ke organ-organ tubuh tergantung pada tiga faktor-faktor:
Ketika tubuh merubah posisi, keanekaragaman dari aksi-aksi terjadi yang melibatkan semua bagian-bagian dari
sistim kardiovaskular serta sistim syaraf autonomic (autonomic nervous system) yang membantu mengatur fungsi
mereka.
Autonomic nervous system dapat dipertimbangkan untuk "berlari dilatar belakang" dari tubuh, mengatur proses-
proses tubuh yang kita ambil sebagai yang diberikan. Ada keseimbangan antara sympathetic system (syaraf-syaraf
adrenergic), yang mempercepat berbagai hal-hal, dan parasympathetic system (syaraf-syaraf cholinergic) yang
memperlambat berbagai hal-hal. Nama-nama ini berdasarkan pada tipe dari kimia yang digunakan untuk mengirim
sinyal-sinyal pada ujung-ujung syaraf.
Adrenaline (dari sympathetic nervous system) mengizinkan tubuh untuk merespon pada stress.
Bayangkan melihat seekor beruang dalam hutan; jantung anda bedenyut lebih cepat, telapak-telapak
tangan anda berkeringat, mata-mata anda membesar, dan rambut-rambut anda berdiri pada ujungnya.
Acetylcholine adalah kimia yang adalah anti-adrenaline dan terlibat pada parasympathetic nervous
system.
Kedua sistim-sistim ini berada dalam keseimbangan, dan tetap perlu untuk merespon pada perubahan-perubahan
yang rutin dalam tubuh yang terjadi sepanjang hari.
Ketika tubuh bergerak ke posisi berdiri, monitor-monitor tekanan (sel-sel baroreceptor) yang berlokasi
pada arteri-arteri carotid dan aorta merasakan kejatuhan yang hampir tak kentara dalam tekanan darah
karena gaya berat, yang menyebabkan darah mengalir menuju kaki-kaki.
Hampir dengan seketika, sympathetic system distimulasi, menyebabkan denyut jantung meningkat, otot
jantung berkontraksi atau menekan lebih kuat, dan pembuluh-pembuluh darah mengerut atau
menyempit.
Semua dari aksi-aksi ini melayani untuk meningkatkan tekanan darah sehingga jumlah darah yang cukup
masih dapat dipompa ke otak dan organ-organ lain.
Tanpa perubahan-perubahan ini, gaya berat akan menyebabkan darah tetap pada baian yang paling
bawah dari tubuh dan jauh dari otak, menyebabkan gejala-gejala kepeningan atau bahkan pingsan.
Hipotensi orthostatik bukanlah penyakit atau keluhan dari individu; ia adalah perubahan yang abnormal dalam
tekanan darah dan denyut jantung yang berhubungan dengan penyakit.
Faktor-Faktor Risiko Untuk Hipotensi Orthostatik (Orthostatic Hypotension)
Hipotensi orthostatik paling sering terjadi pada kaum tua. "Pengerasan dari arteri-arteri" atau atherosclerosis yang
berkembang ketika kita menua membuat pembuluh-pembuluh darah lebih sulit untuk beradaptasi secara cepat
ketika diperlukan. Begitu juga, banyak dari penyakit-penyakit yang berhubungan dengan hipotensi orthostatik
adalah progresif, dengan gejala-gejalanya memburuk dengan umur.
Kehamilan berhubungan dengan hipotensi orthostatik. Ketika kehamilan berlanjut, volume dari sistim sirkulasi
membesar dan tekanan darah cenderung jatuh. Ini mungkin menjurus pada kepeningan ketika berdiri dengan
cepat. Tingkat-tingkat tekanan darah kembali ke normal setelah kelahiran.
Berkeringat yang berlebihan yang disebabkan oleh pengerahan tenaga fisik dan paparan pada panas adalah faktor-
faktor risiko dan penyebab-penyebab potensial dari dehidrasi dan gejala-gejala dari hipotensi orthostatik. Pasien-
pasien yang mempunyai faktor-faktor risiko lain untuk mengembangkan hipotensi orthostatik mempunyai risiko
yang meningkat jika mereka menjadi terdehidrasi bahkan dengan ringan.
Penggunaan alkohol yang kronis dan penyalahgunaan obat adalah juga faktor-faktor risiko untuk mengembangkan
gejala-gejala dari hipotensi orhostatik.
Ketika otak tidak mendapat cukup suplai darah, ia mulai turun fungsinya.
Gejala-gejala termasuk:
kepeningan,
kebingungan,
mual, dan
pingsan.
Gejala-gejala ini mungkin hilang secara cepat ketika tubuh perlahan-lahan menyesuaikan pada posisi berdiri,
namun pada beberapa kasus-kasus pasien harus duduk atau berbaring dengan cepat untuk mencegah pingsan.