You are on page 1of 14

PEMANFAATAN JERAMI PADI UNTUK KONSERVASI

DAN PAKAN TERNAK


Oleh : Ir. Rahman Arinong, MP

PENDAHULUAN

Telah lama diketahui bahwa usaha peningkatan produksi bahan makanan

dunia selalu tidak dapat mengejar kecepatan pertumbuhan penduduk dunia. Hal

ini antara lain karena kondisi tanah dan air sebagai sumberdaya alam pada

umumnya sudah mengalami degradasi sedemikian rupa sehingga memerlukan

usaha konservasi yang sungguh-sungguh.

Pengawetan tanah dan air, yang lebih tepatnya disebut konservasi tanah

dan air adalah usaha – usaha untuk menjaga dan meningkatkanh produktivitas

tanah, kuantitas dan kualitas air. Apabila tingkat produktivitas tanah menurun

terutama karena erosi, maka kualitas air teutama air sungai untuk irigasi dan

keperluan manusia lain menjadi tercemar, sehingga jumlah air bersih semakin

berkurang.

Kekhawatiran kita akan semakin beralasan dengan kedaan iklim yang

tidak menentu, dimana sewaktu-waktu terjadinya kekeringan karena kemarau

panjang dan sewaktu-waktu terjadi penggenangan air atau banjir akibat curah

hujan yang tinggi. Selama belum dapat mengelola air dengan baik maka selama

itu pula masalah-masalah kekeringan dan banjir akan selalu terulang yang dapat

menurunkan tingkat produktivitas tanah dan kualitas air.

Penggunaan sisa-sisa tanaman sebagai mulsa penutup tanah seperti

jerami padi dalam konservasi tanah dan air sudah sering dilakukan karena dapat

mencegah terjadinya erosi dengan menghindarkan pengaruh-pengaruh


langsung dari curah hujan terhadap tanah. Selain itu dapat meningkatkan

kegiatan jasad hidup dalam tanah yang dapat menyebabkan terbentuknya pori-

pori makro di dalam tanah.

Sisa-sisa tanaman penutup tanah akan menghambat kecepatan aliran

permukaan (run off), oleh karena dapat mengurangi tekanan gesekan dan

kapasitas pengaliran air dipermukaan tanah.

Kandungan lumpur dalam aliran air dipermukaan tanah yang terdapat

mulsa ternyata jauh lebih sedikit daripada aliran air di permukaan tanah yang

diolah secara biasa tanpa mulsa.

Dalam setiap kegiatan penelitian terutama di negara berkembang, maka

teknologi baru hendaknya dapat diterapkan sehingga alih teknologi didalam

masyarakat dapat membawa perubahan pada kondisi sosial ekonominya. Agar

usaha peternakan lebih menguntungkan, petani ternak harus dapat melakukan

penekanan biaya makanan dengan tidak mengurangi nilai gizi dari pakan. Untuk

itulah maka kesangsiang petani peternak dalam hal pemanfaatan bahan-bahan

inkomvensional sebagai pakan ternak segera dihilangkan, mengingat harganya

yang relatif murah, mudah diperoleh dan tidak bersaing dengan manusia.

Produktivitas ternak akan baik apabila diimbangi dengan faktor produksi

seperti bibit unggul, pakan yang bermutu dan obat-obatan. Dari ketiga faktor

tersebut disinyalir bahwa 70 % biaya produksi digunakan untuk pakan ternak.

Oleh karena itu dalam mengelolah usaha petrnakan, hendaknya

mempertimbangkan faktor pakan dengan saksama.


Salah satu faktor yang menetukan suksesnya suatu usaha peternakan

ialah pemberian pakan ternak. Pemberian pakan ternak yang sesuai serasi baik

kualitas dankuantitasnya akan sangat penting artinya bagi ternak untuk tumbuh

dan berkembang sesuai dengan potensi genetisnya.

Pada umumnya peternak kita masih memelihara ternaknya secara

ekstensif tradisional dengan sumber pakannya atau hijauan hanya diharapkan

dari rumput lapangan yang tumbuh di pinggir jalan, sungai, pematang sawah

dan tegalan yang mana produksi rumput ini sangat tergantung pada musim,

tidak tetap sepanjang tahun. Pada musim hujan produksinya berlimpah sedang

musim kemarau relatif sedikit. Kurangnya pakan ternak sering membawa

dampak terhadap kelangsungan kehidupan ternak. Musnahnya sumberdaya

ternak ini sebenarnya merupakan akibat dari kelalaian petani ternak yang

kurang memanfaatkan potensi alam yang dimiliknya.

Sebagai negara agraris, kekurangan hijauan pakan ternak adalah hal

yang mustahil bila saja petani kita dapat memanfaatkan limbah pertaniannya

sebagai sumber pakan ternak.

Banyak bahan makanan yang merupakan hasil limbah baik itu limbah

pertanian maupun limbah industri, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber

pengganti yang dapat memenuhi nilai gizi ransum yang setara atau lebih tinggi,

relatif murah, mudah mendapatkannya serta penggunaannya sebagai bahan

pakan ternak tidak bersaing dengan manusia, salah satu diantaranya adalah

penggunaan jerami padi yang banyak terdapat disekitar persawahan setelah


padi dipanen oleh petani dan dibuang begitu saja sebagai limbah hasil

pertaniaanya.

POTENSI JERAMI PADI

Jerami padi adalah batang padi yang ditinggalkan termasuk dau sesudah

diambil buahnya yang masak. Lebih kurang 30 % jerami padi digunakan untuk

beberapa kepentingan manusia berupa atap rumah, kandang, penutup tanah

(mulsa), bahkan bahan bakar industri dan untuk pakan ternak (bila terpaksa)

selebihnya dibuang atau dibakar yang tidak jarang akibatnya mengganggu

keseimbangan linkungan.

Menurut hasil survei Limbah Pertanian yang dilakukan oleh Team

Fakultas Peternakan UGM (1982) melaporkan luas panen 5.069.385 Ha dengan

produksi jerami pada rata-rata 3,39 ton /Ha sehingga total produksi pertahun

1.928.900 ton.

Jumlah bahan organik sisa - sisa tanaman ( jerami ) dapat diperkirakan

bila indeks panen (harvest index) tanaman diketahui. Indeks panen padi yang

telah dimuliakan adalah sekitar 0,5 , sedang jenis – jenis yang lama dibawah

angka ini. Misalnya suatu pertanaman padi menghasilkan 3 ton gabah per

hektar, maka dengan indeks panen 0,4 tanaman tersebut menghasilkan 10/4 x 3

ton = 7,5 ton gabah plus jerami , jadi 7,5 – 3 = 4 ton jerami per hektar. Produksi

sisa –sisa tanaman akan lebih banyak bila tanaman tumbuh lebih subur dan

populasi tanamanper hektar tinggi. Untuk mendapatkan tanaman yang subur,

perlu dilakukan pemupukan, bersama usaha-usaha lainnya.


PEMANFAATAN JERAMI UNTUK KONSERVASI TANAH DAN AIR

1. Manfaat Sebagai Mulsa

Pemulsaan adalah menutupi permukaan tanah dengan sisa-sisa tanaman

(jerami padi) benar - benar berkemampuan mencegah berlangsungnya erosi,

dikarenakan pemulsaan akan melindungi tanah permukaan dari daya timpa butir-

butir hujan, dan melindungi tanah permukaan tersebut dari daya kikis aliran air di

permukaan. Selain itu mulsa juga berpengaruh pada suhu, Kelembaban, sifat-

ifat fisik tanah, kesuburan dan biologi tanah.

Menurut D.J. Greenland dan R. LAL, dalam ‘’ Soil Conservation and

Management in the Humic Tropic ” New York, 1977 dengan dilakukan nya

pemulsaan konservasi air dalam tanah dapat diperbaiki, jumlah pori-pori yang

dapat menginfiltrasikan air meningkat juga dengan adanya pemulsaan

evaporasi yang berlebihan dapat dikurangi dan teraturnya suhu.

2. Peranan Mulsa Untuk Konservasi Tanah

Mulsa melindungi lapisan atas tanah yang akan menghancurkan struktur

tanah, jadi mengurangi terisimya pori-pori tanah dengan bagian – bagian tanah

yang telah hancu. Dengan mengurangi terjadinya pengompakan tanah ini, mulsa

memelihara kemampuan tanah meresapkan air. Air lebih banyak masuk kedalam

tanah, dan kalau cukup banyak akan terus masuk kelapisan tanah yang lebih

dalam. Bertambahnya air yang masuk kedalam tanah meningkatkan kadar air

tanah sampai mencapai kapasitas lapang, lapisan per lapisan. Mulsa

memperbaiki porositas dandaya memegang air tanah.


Dengan mencegah penghancuran tanah, mulsa mengurangi terbentuknya

kulit tanah (crust). Mulsa juga mengurangi jumlah dan jarak percikan akibat

benturan hujan pada tanah. Bahan mulsa yang melapuk memperbaiki struktur

tanah, dengan memperbaiki agregasi tanah. Dengan memelihara struktur tanah,

pemulsaan merupakan salah satu teknologi yang dapat mengurangi kebutuhan

pengolahan tanah.

Kondisi tanah dibawah mulsa kondusif untuk kegiatan – kegiatan biologik

tanah, hal ini disebabkan tersedianya bahan makanan organic dan lebih

stabilnya kondisi lingkungan (suhu dan kelembaban). Cacing – cacing dan

organisme tanah lainnya membuat saluran-salurang dan sarangnya di dalam

tanah sehinggamemperbaiki aerasi dan memperbesar kemampuan tanah

meresapkan air. Eksreta cacing – cacing tanah mengandung lebih banyak liat

dan karbon dibandingkan dengan tanah asalnya. Dengan penuaan (ageing),

ekskreta yang diletakkan diatas permukaan tanah menghasilkan agregat-agregat

mantap air, yaqng lebih tahan terhadap erosi.

Karena berpengaruh baik pada sifat-sifat fisik tanah dan kelembaban

tanah, pemulsaan dapat juga menguntungkan pada perkecambahan dan

munculnya tanaman baru.

3. Peranan Mulsa Untuk Konservasi Air

Dengan lebih rendahnya suhu, terlindunginya permukaa tanah, dari angin

dantertekannya pertumbuhan gulma, mulsa mengurangi eveporasi atau

evapotranspirasi. Bila tanah yang terbuka dan basah dapat kehilangan air 12

mm dalam tiga sampai lima hari, maka tanah yang di mulsa memerlukan
beberapa minggu untuk menghilangkan jumlah ini. Konservasi air oleh mulsa

penting pada pertanian di daerah iklim kering. Kontribusi mulsa ini juga penting di

daerah basah yang mempunyai musim kering. Di daerah tropika basah, periode

– periode kering yang pendek juga sering terjadi pada musim hujan.

Pemulsaan tanah memperbesar infiltrasi curah hujan dengan jalan

mencegah hujan menghancurkan agregat-agregat dan memperbaiki struktur

tanah. Kelembaban tanah yang lebih tinggi karena bertambahnya infiltrasi air dan

berkurangnya evapotranspirasi dari tanah dan gulma menguntungkan tanaman

bila curah hujan rendah dan kurang terdistribusi membatasi pertumbuhan

tanaman. Dengan suplai air yang lebih baik, tanaman dapat memacu

pertumbuhannya pada musim kemarau karena giatnya fotosintesa. Kemampuan

menyediakan air oleh tanah dapat ditingkatkan secara berarti dengan

pemulsaan.

PEMANFATAAN JERAMI SEBAGAI SUMBER PAKAN

1. Pengolahan Jerami Padi Untuk Pakan

Pada dasarnya ternak ruminansia mampu mensintesa protein dari

bahan makanan yang berkualitas rendah sekalipun karena dalam rumennya

terdapat mikroorganisme yang menghasilkan enzim proteolitik, cellulase, dan

hemicellulase. Pada prinsipnya pengolahan jerami padi ini mengikuti pola

kerja mikroorganisme rumen.

Pemanfaatan jerami padi sebagai pakan ternak telah banyak dilakukan

di Indonesia dengan berbagai cara (Sutrisno dan Sukamto , 1985) antara lain :
a. Digunakan langsung dalam ransum tanpa diolah lebih dahulu

b. Pengolahan untuk mempertinggi nilai pakannya

c. Pengawetan untuk menjaga kelangsungan penyediaan pakan ternak.

Upaya untuk meningkatkan nilai gizi jerami padi dengan beberapa pra-

perlakuan , seperti fisik, kimia dan biologis dapat dilihat pada gambar 1. Dari

berbagai cara yang dikemukakan pada gambar 1, nampaknya yang

menguntungkan dan mudah dilaksanakan adalah cara kimia dengan

mencampur jerami padi dengan larutan urea. Hasil campuran inilah disebut

Jerami padi amoniasi.

Mikroorganisme rumen akan berkembang biak secara maksimal bila

tersedia protein kasar yang cukup dengan minimal 8- 10 persen dalam ransum.

Hasil akhir proses dalam rumen ini ialah amoniak (dari protein) untuk sumber

protein dan asam lemak terbang (dari serat kasar) sebagai sumber energi

(Komar, 1983) . Amoniak akan berperan dalam hidrolisa ikatan-ikatan

cellulose, menghancurkan ikatan Lino-hemicellulosa (khusus jerami padi juga

melarutkan sebagai silika), terjadinya fiksasi Nitrogen maka kandungan protein

kasar akan meningkat.

2. Nilai Gizi Pakan

Jerami padi sebagai hasil sisa dari tanaman padi mengandung protein

kasar 3,6 persen ; lemak 1.3 persen; BETN 41,6 persen ; Abu 16 ,4 persen;

Lignin 4,9 persen; serat kasar 32,0 persen; silika 13,5 persen ; Kalsium 0,24

persen; Kalium 1,20 persen ; Magnesium 0,11 persen dan posphor 0,10 persen .
Walaupun pada kenyataannyajerami padi miskin akan zat-zat makanan,

namun sekitar 40 persen dapat dicerna sebagai sumber energi dalam proses

pencernaan ternak ruminansia. Rendahnya daya cerna ini disebabkan oleh

adanya Lignin dan silika yang menngikat Cellulosa dan Hemicellulosa dalam

bentuk ikatan rangkap , sehingga sukar dicerna oleh enzim dari

mikroorganisme dalam rumen (salah satu bagaian perut ternak ruminansia.

3. Cara Pembuatan Jerami Padi Amoniasi.

Menurut Chadarsyah ( 1984) pada dasarnya prinsip kerja ammonia,

berawal dari bahan baku pupuk urea yang biasa digunakan petani peternak.

Urea yang ada dilarutkan dalam air dengan ukuran tertentu . Untuk lebih jelas

dapat dilihat reaksi sederhana sebagai berikut :

H2O
Urea NH3
Urease

NH2
CO 2NH3 + CO2
+ H2O

NH3 + H2O NH4OH

Larutan air yang mengandung urea tersebut disemprotkan / dipercikkan

pada jerami maka Amoniak (NH3) pada proses amoniasi akan berperan

sebagai berikut :
a. Menghidrolisa ikatan lignin-cellulosa

b. Menghancurkan ikatan lignin –hemicellulosa (khusus jerami padi juga

melarutkan sebagian silika)

c. Memuaikan/mengembangkan serat cellulose sehingga memudahkan

penetrasi enzim cellulosa pada saat jerami padi ada dalam rumen.

d. Berkat adanya pengikatan nitrogen pada jerami padi saat proses

amonia maka kandungan protein kasar jerami akan mengikat.

Pada akhirnya peranan NH3 (Amoniak) ialah untuk membebaskan

cellulosa dari ikatan lignin yang tak dapat dicerna dengan demikian maka

mikroorganisme dalam rumen dapat mencerna serat kasar tersebut dengan

baik.

Pembutan jerami padi amoniasi tidaklah sulit untuk dikerjakan .Pada

prinsipnya adalah mencampur jerami padi dengan larutan urea lalu diperam

selama kurang lebih tiga minggu. Langkah kerjanya sebagai berikut :

1. Mengumpulkan jerami padi secukupnya, lalau ditimbang untuk mengetahui

perbandingan bahan baku dengan larutan yang akan digunakan.

2. Membuat/ menggali lubang bila menggunakan tanah sebagai tempat

pemeramnya atau menggunakan kantung plastik.

3. Membuat larutan urea denganperbandingan 48 gram urea (48 % N )

dicampur dengan satu liter air untuk satu kg bahan kering jerami padi atau

secara praktis untuk satu zak urea dicampur dengan 320 liter air (bila jerami

yang tersedia diperkirakan kadar airnya 30 %), kemudian larutanurea tadi

disemprotakn secara merata pada kurang lebih 800 kg jerami padi.


4. Jerami padi yang telah disemprot tadi lalu dimasukkan

kedalam kantong plastik atau kedalam lubang dengan catatan terlebih dahulu

lubangnya dialasi plastik untuk mencegah perembesan larutan atau gas ke

dinding lubang. Setelah itu lubangnya ditutup rapat dan dibiarkan selama tiga

minggu. Setelah tiga minggu dapat dipanen untuk diberikan pada ternak

dengan catatan sebelum diberikan dikering anginkan dulu.

4. Manfat Amoniasi

Beberapa manfat dari Amoniasi adalah sebagai birikut :

A. Memperkaya Kandungan Protein

Sebagian dari amoniak yang diinjeksi meresap kedalam hijauan atau

jerami dengan demikian maka kandungan protein kasar meningkat. Penigkatan

ini tercermin dari adanya fiksasi amoniak yang diinjeksikan. Kandungan protein

meningkat dua sampai empat kali lipat dari kandungan protein semula. Protein

ini dapat dipergunakan dengan baik oleh mikro arganisma dalam rumen

sehingga dengan demikian jerami dapat dicerna lebih baik karena dihasilkan

enzim sellulase yang berarti pula dapat meningkatkan nilai energi dari jerami

yang diolah tersebut.

Disamping itu protein yang tersedia dapat memenuhi kebutuhan protein

ternak yang mengalami defisit bila jerami tersebut diberikan tanpa diolah.

B. Meningkatkan Daya Cerna

Peningkatan daya cerna ini adalah berkat :


1. Terurainya ikatan antara lignin sellulosa dan lignin

hemisellulosa.

2. Dengan adanya protein yang tersedia maka

mirkroorganisma dapat berkembang dengan baik .

Peningkatan daya cerna bahan organik dapat mencapai sekitar 10

– 15 unit atau suatu peningkatan sebesar antara 20 – 30 persen.

C. Meningkatkan Kuantitas Konsumsi

Pengolahan dengan amoniak ternyata dapat meningkatkan kuantitas

konsumsi yang berarti jumlah protein dan energi yang dikonsumsi lebih dapat

ditingkatkat bila dibandingkan dengan jerami yang tidak diolah.

PENUTUP

Pada hakikatnya jerami padi yang dijadikan mulsa berperan dalam

konservasi tanah dan air karena mempunyai kemampuan dalam hal

memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah.

Makin besar jumlah bahan mulsa yang di tempatkan di permukaan tanah,

maka ternyata hasilnya akan lebih efektif dalam pengawetan lahan dari serangan

erosi, oleh karena itu pemberian bahan mulsa dalam jumlah yang optimal perlu

diperhatikan . Pemberian mulsa secara optimal selain sangat berpengaruh

optimal dalam mengurangi tingkat erosi, juga memberi pengaruh yang

menguntungkan bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman.

Pengolahan bahan jerami padi dengan perlakuan jerami padi dengan

amoniasi membawa efek yang positif terhadap nilai nutrisi ternak. Nampaknya
amoniasi jerami padi mempunyai peluang untuk dikembangkan secara intensif

pada masyarakat khususnya yang mempunyai ternak dalam rangka

menanggulangi problema kekurangan pakan ternak.

Dengan cara tersebut diatas diharapkan limbah pertanian terutama jerami

padi yang biasanya hanya dibuang begitu saja, yang mempunya nilai gizi / relatif

rendah dapat ditingkatkan nilai manfaatnya.

DAFTAR PUSTAKA.

Greenland, D.J., dkk.,1977. Soil Conservation and Management In The Humic


Tropic, John Wiley & Sons, New York.

Kartasapoetra G., dkk.,1987. Teknologi Konservasi Tanah dan Air, Penerbit


Bina Aksara, Jakarta.

Komar, 1983. Teknologi pengolahan jerami padi sebagai makanan ternak,


Yayasan Dian Grahita, Studio Anissa, Jakarta.

Samosir, Solo SR., 2002. Pengelolaan Lahan Kering, Jurusan Ilmu Tanah
Fakultas Pertanian dan Kehutanan, UNHAS.Makassar.

Sarief, S.,1988. Konservasi Tanah dan Air, Penerbit Pustaka Buana, Bandung.

Sutrisno dan Ben Soekamto, 1985. Pemanfaatan Limbah Pertanian untuk


Ternak, Makalah pada Ekspose Teknologi peternakan regional Jawa
Tengah di Surakarta, 26 februari 1985.

Yasin. Suhubdi, 1991. Seluk Beluk Peternakan Penerbit Akademika Pressindo,


Jakarta

You might also like