Professional Documents
Culture Documents
1. Pengertian Bahasa
Bahasa adalah sistem lambang bunyi oral yang arbitrer yang digunakan oleh sekelompok
manusia (masyarakat) sebagai alat komunikasi.
Bahasa juga merupakan bagian dari kebudayaan yang diperoleh manusia untuk
mengkomunikasikan makna. Bahasa bekerja dalam cara yang teratur dan sistematis. Pada
dasarnya bahasa adalah lisan, dan simbol-simbol oral itu mewakili makna karena simbol-
simbol itu dihubungkan dengan situasi dan pengalaman kehidupan.
Bahasa memiliki fungsi sosial, dan tanpa fungsi itu masyarakat mungkin tidak ada.
2. Karakteristik Bahasa
1. Oral. Pada hakikatnya bahasa adalah lisan atau oral, yang mana ada kalanya tidak
bisa diungkapkan secara sempurna dengan tulisan.
2. Sistematis, Sistemis, dan Komplit. Sistematis berarti bahasa mempunyai aturan,
kaidah, atau dapat diartikan mempunyai jumlah yang terbatas untuk bisa
dikombinasikan. Sistemis berarti bahasa bekerja dalam sebuah sistem dan sesuai
dengan kaidah dan aturan yang berlaku. Dan yang dimaksud komplit yaitu,
dengan bahasa kita dapat mengungkapkan segala hal walaupun tentang sesuatu
yang belum kita ketahui.
3. Arbitrer dan Simbolis. Arbitrer artinya, bahasa yang kita gunakan tidak selalu
logis atau punya alasan tertentu, sifat ini hanya berlaku dalam masyarakat bahasa
dalam bentuk kesepakatan atau konvensi. Sifat simbolis yang dimiliki bahasa
dapat mengabstraksikan ide-ide dan pengalaman, meskipun kita belum pernah
mengalaminya secara langsung.
4. Konvensional, berdasarkan kesepakatan tetapi bukan kesepakatan melalui rapat,
dan pemakai bahasa harus tunduk pada kesepakatan itu. Karena jika tidak, maka
bahasa tersebut tidak akan komunikatif.
5. Unik dan Universal. Dalam beberapa bahasa tertentu ciri yang unik, namun tetap
mempunyai ciri yang universal atau umum sebagaimana pada bahasa lainnya.
6. Beragam. Bahasa tidaklah monolitik tapi mempunyai ragam yang bermacam-
macan tergantung pada dasar klasifikasinya. Berdasarkan kebakuannya, bahasa
dikategorikan menjadi dua, yaitu: ragam baku dan ragam subbaku. Berdasarkan
formalitas pemakaiannyadigolongkan menjadi lima ragam, yaitu: ragam beku,
ragam resmi, ragam usaha, ragam santai, dan ragam akrab.
7. Berkembang. Seirng dengan berkembangnya teknologi maka bahasa pun ikut
berkembang dengan menggunakan kata-kata yang berasal dari bahasa asing.
8. Produktif dan Kreatif. Karakter ini tergantung pada pemakainya. Pemakai bahsa
dengan pola-pola dan lambing-lambang yang terbatas dapat mengkreasikan hal-
hal baru melalui bahasa.
9. Merupakan Fenomena Sosial. Bahasa merefleksikan kebudayaan masyarakat
pemakainya, karena bahasa merupakan bagian dari sistem nilai, kebiasaan dan
keyakinan yang kompleks dalam membentuk suatu kebudayaan.
10. Bersifat Insani. Hanya manusia yang mempunyai kemampuan berbahasa. Bahasa
juga merupakan suatu aspek perilaku yang bisa dipelajari oleh manusia.
3. Satuan-Satuan Bahasa
Satuan bahasa (linguistic unit) merupakan bentuk-bentuk lingual yang merupakan komponen
pembentuk bahasa yang hanya mengacu pada unsur atau komponen bahasa. Jadi, harus
disadari bahwa ada bentuk lingual dan nonlingual.
4. Fungsi Bahasa
Para ahli bahasa mempunyai pendapat yang berbeda-beda tentng asal mula bahasa itu, antara
lain adalah sebagai berikut:
1. Teori tekanan sosial, manusia primitif dihadapkan pada kebutuhan untuk saling
memahami antara satu dengan yang lainnya.
2. Teori ekoik (gema), objek diberi nama sesuai dengan bunyi yang dihasilkan.
3. Teori interjeksi, manusia bersuara secara instingtif karena tekanan batin, rasa
sakit, dan lain sebagainya.
4. Teori isyarat, bahasa pertama kali dilakukan dengan isyarat.
5. Bersumber dari Tuhan. Sebagaimana yang tersurat dalam Al-Quran (Ar-Rum:
22), Injil (Kejadian 2:19), dan Weda.
1. Langue dan Parole. Langue adalah sistem bahasa yang dipakai untuk
mengungkapkan gagasan, sedangkan parole adalah wujud bahasa seseorang (tiap
orang berbeda).
Perbedaan antara langue dan parole:
1. Parole bersifat perorangan, di dalamnya tidak terdapat sistem bahasa yang utuh.
2. Parole jumlahnya tak terbatas, sedangkan langue terbatas.
3. Parole bersifat sesaat dan langue berada dalam keseluruhan kesan yang tersimpan dalam
otak setiap anggota masyarakat.
4. Langue adalah abstraksi dari parole.
2. Petanda dan penanda, petanda adalah konsep, sedangkan penanda yaitu ciri
akuistik atau bunyi ujar.
3. Relasi sintagmatis dan relasi paradigmatis
Relasi sintagmatis, relasi horizontal atau relasi antarunsur bahasa yang hadir dalam satu
tuturan, disebut juga relasi inpraesentia.
b-a-t-u pagi-tadi
b-a-u-t tadi-pagi
Relasi paradigmatis, relasi antarunsur dalam tuturan dan unsur yang tidak hadir dalam
tuturan. Unsur yang tidak hadir ini adalah unsur yang diasosiasikan (inabsentia).
t-a-r-I,
Struktur batin, gagasan yang mendasari kalimat, berbentuk abstrak, tak bisa dilihat dan
didengar.
Selain bahasa dikaji secara dikotomis, kajian bahasa juga digunakan untuk kajian ilmiah.
Yang dimaksud ilmiah adalah pengetahuan yang didapat melalui metodwe ilmiah. Ada pun
berbagai macam dari metode ilmiah itu sendiri seperti, deduktif, induktif, dan logika-
hipotetiko-verifikatif. Karakteristik ilmu yaitu, objektif, sistematis, logis, empiris, dan
akumulatif (semakin bertambah atau berkembang).
7. Dasar-Dasar Fonologi
Konsep dasar
FON : realisasi bunyi atau wujud bunyi. Fon berada dalam tataran parole
FONEM : abstraksi bunyi atau bunyi yang membedakan makna, berada dalam tataran langue.
Contoh: /i/, [i], [I], /u/, [u], [U], [k], [?], [Ø].
o Alat wicara, terdiri atas sisten pernafasan (di rongga dada), sistem pembunyian (di
tenggorokan), dan sistem pengucapan (di mulut).
o Aliran udara, yaitu di paru-paru, di glottal (hidung / yang menghasilkan bunyi
sengal), dan di langit-langit lunak.
o Jenis bunyi
Vokal, bunyi bahasa yang ditandai dengan udara dari paru-paru tidak
mendapat hambatan berarti.
Jenis vokal
Posisi bibir
Vokal bundar : o, u, a
Vokal rata : i, u
Tinggi rendahnya lidah
Vokal depan : i, e (ujung lidah dinaikan)
Vokal pusat : e (pepet, lidah rata)
Vokal belakang : u, o,a (belakang lidah dinaikan)
Maju mundurnya lidah
Vokal atas : i, e (dekat dengan alveolum)
Vokal tengah : e (pepet, lebih mundur lagi)
Vokal bawah : a (jauh dari alveolum)
Peta Vokal
Atas i - u
Tengah e e (pepet) o
Bawah a
1. Bunyi oral, bunyi Yang dihasilkan dengan udara lewat rongga mulut. Contoh: [b],
[d]
2. Bunyi nasal, bunyi yang dihasilkan dengan udara lewat rongga hidung. Contoh:
[m], [n]
6. Bunyi geser atau frikatif, bunyi yang dihasilkan dengan udara yang mengalami
geseran.
7. Bunyi afrikat atau paduan, bunyi yang dihasilkan dengan udara yang tidak
terhenti sama sekali dan juga tidak mengalami geseran.
8. Bunyi lateral atau samping, bunyi yang dihasilkan dengan udara melalui sisi lidah
yang menghalangi keluarnya udara.
Contoh: [l]
9. Bunyi getar, bunyi yang dihasilkan dengan cara udara tergetar di dalam mulut
yang disebabkan oleh getaran lidah.
Contoh: [r]
10. Bunyi semi vokal atau luncur, bunyi yang dihasilkan dengan udara meluncur
(bukannya tanpa hambatan sama sekali).
4. Berdasarkan besar kecilnya getaran pita suara dan besarnya udara yang keluar dari paru-
paru.
11. Bunyi bersuara, bunyi yang dihasilkan dengan udara besar sehingga pita suara
mengalami getaran besar.
Contoh: [b], [g].
12. Bunyi tak bersuara, bunyi yang dihasilkan dengan udara kecil, sehingga pita tidak
mengalami getaran besar.
13. Bunyi labial, bunyi yang dihasilkan bibir atas dan bawah.
14. Bunyi labiodental, bunyi yang dihasilkan bibir bawah dan gigi atas.
Contoh: [f]
15. Bunyi apikodental, bunyi yang dihasilkan gigi atas dan bawah serta ujung lidah.
Contoh: [t].
16. Bunyi apikoalveolar, bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan pangkal gigi
(alveolum).
Contoh: [n].
17. Bunyi apikopalatal, bunyi yang dihasilkan oleh ujung lidah dan langit-langit
keras. Bila ujung lidah itu membalik ke arah belakang, maka bunyi yang
dihasilkan adalah bunyi retrofleks.
Contoh: [d].
18. Bunyi laminoalveolar, bunyi yang dihasilkan oleh daun lidah (lamina) dan
pangkal gigi (alveolum).
Contoh: [s].
19. Bunyi laminopalatal, bunyi yang dihasilkan oleh lamina dan langit-langit keras.
20. Bunyi dorsovelar, bunyi yang dihasilkan oleh punggung lidah (dorsum) dan
langit-langit lunak (velum).
21. Bunyi uvula, bunyi yang dihasilkan oleh belakang lidah dan anak tekak (uvula).
Contoh: [q].
22. Bunyi faringal, bunyi yang dihasilkan atau yang proses penghasilannya berada di
dalam rongga faring.
Contoh: [h].
23. Bunyi glotal, bunyi yang dihasilkan oleh pita suara dalam rongga antara kedua
pita itu yang disebut glotis.
Contoh: [‘].
GLOTAL
ts p t c k
Hambatan
bs b d j g
ts f 0s S x h
Geser
bs w z z y L
Nasal m n n n
Lateral l L
Getar r R
Labio- Post
bilabial Dental Alveoar Palatal Velar Glottal
dental Alveolar
STOP p, b t, d k, g
AFFRICATE d
NASAL m n
LATERAL I
FRICATIVE f, v o s, z r h
SEMI-VOWEL w
Tempat
artikulasi
W m pb Bilabial
Inbio-
W v
dental
Apiko-
dental
Apiko-
r l n td
alveolar
Apiko-
palatal
r td
(retroflek
s)
Lamino-
sz
alveolar
Medio-
J n td td
laminal
Dorso-
kg
velar
r (R) Uvular
h Faringal
? Hamzah
8. Morfologi
Morf : bentuk atau wujud yang bisa didengar, diucapkan, diujarkan. Morf ada pada tataran
parole.
Alomorf : sejumlah morf yang menjadi anggota dari morfem yang sama.
Semua imbuhan yang bergaris bawa adalah anggota dari morfem yang sama, yaitu
me(nasal) / me(N). artinyabisa ada, bisa tidak.
Morfologi dikaji untuk mengklasifikasi atau membeda-bedakan setiap jenis dan macam
bahasa.
Jenis-jenis morfem
Morfem polyfonemis, morfem yang terdiri dari lebih dari satu fonem.
Contoh : {di-}, {-an}, {-kan}, dan lain-lain.
Morfem kosong (zero morfem). Contoh : makan (aktif)
Morfem bermakna leksikal, morfem yang mempunyai makna kamus.
Contoh: {juli} (bulan ketujuh tahun masehi)
Morfem tidak bermakna leksikal, morfem yang tidak mempunyai makna
dalam kamus.
Morfem segmental, morfem yang bisa dilafalkan, diujarkan dengan
morfem ujaran. Contoh : {di-}-d+i
Morfem suprasegmental, morfem yang berintonasi (memiliki lagu-lagu).
Biasanya terdapat pada bahasa yang menggunakan tone language / bahasa
bunyi, seperti pada bahasa cina.
Morfem utuh, morfem yang tidak bisa dibelah dan tidak pernah disispi.
Contoh : ibu, ayah (tidak pernah disisipi)
Morfem terbelah, morfem yang terbelah dan dapat disispi. Contoh : gerigi-
asal katanya gigi dan dapat imbuhan –er di dalamya, gemetar-asal katanya
getar dan dapat imbuhan-em di dalamnya.
9. Proses Morfologi
makan + an = sufiks
2. Reduplukasi : pengulangan
3. Suplisi : perubahan morfem berdasarkan waktu (seperti dalam bahasa inggris misalnya)
Contoh : go – went (pergi)
Alat sintaksis adalah urutan kata (dalam bahasa latin tidak digunakan), bentuk kata, intonasi,
dan kata tugas. Yang dimaksud dengan kata tugas adalah kata yang mempunyai makna
gramatikal dan hanya bisa hidup hanya dalam kalimat yang gramatis.
Analisis kalimat.
11. Semantik
Berasal dari bahasa latin, sema berarti tanda, semaino berarti menandai atau berarti.
jangkauan semantik meliputi seluruh aspek lunguistik kecuali fonologi.
Jenis makna.
o Makna leksikal.
Denotatif, makna referensial atau makna yang sesungguhnya. Contoh :
tikus (hewan).
Konotatif, makna perluasan yang menunjukkan pada sesuatu yang lain.
Contoh : tikus (koruptor).
o Makna idiomatik, kata-kata yang disusun menjadi makna yang berlainan.
Contoh : rumah sakit, narapidana.
Mengkaji perubahan makna.
12. Wacana
Bergantung pada ciri konteks atau situasinya. Contoh : Aduh cantiknya! (kalimat tersebut
akan menimbulkan reaksi yang berbeda jika diucapkan pada gadis usia 17 tahun dengan
nenek yang berusia 80 tahun). Konteks dari wacana ini adalah berupa waktu, tempat, situasi,
kondisi, dan topik.
tekstur juga menjadi kajian dari wacana. tekstur ini adalah hubungan yang logis, sistematis
antara hubungan wacana.
Penanda kohesi.
Contoh : Pak Joni membeli mobil baru, mazda itu berwarna merah.
Penanda koherensi.
membangun koherensi dengan syarat pembaca harus membayangkan mengenai maksud daru
dua kalimat tersebut (ada konser musik jazz saat cuaca panas dan para penontonnya
bergoyang).