Professional Documents
Culture Documents
MANUAL STRANGULATION
Pembimbing :
Disusun oleh :
FAKULTAS KEDOKTERAN
RS BHAYANGKARA PORONG
2010
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
strangulation”.
Keberhasilan ini tidak lepas dari kerjasama banyak pihak. Oleh karena itu
pada kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima kasih kepada AKBP dr. Hery
Wijatmoko, Sp.F, DMF selaku pembimbing makalah kami di bagian Ilmu Kedokteran
Forensik dan juga semua pihak yang turut membantu kelancaran pembuatan referat
ini.
Tugas referat ini masih belum sempurna dan banyak kekurangannya, yang tak
lepas dari kemampuan kami sebagai manusia biasa. Oleh sebab itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, untuk lebih sempurnanya
referat ini.
kami tentang “manual strangulation”, khususnya bagi rekan-rekan Dokter Muda dan
Hormat Kami,
BAB I
PENDAHULUAN
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu
akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat
setelah beberapa menit, jam dan seterusnya. Dalam kasus tertentu, salah satu
kewajiban dokter adalah membantu penyidik menegakan keadilan. Untuk itu dokter
sedapat mungkin membantu menentukan beberapa hal seperti saat kematian dan
Dari kepustakaan yang ada, saat kematian seseorang belum dapat ditunjukan
secara tepat karena tanda - tanda dan gejala setelah kematian sangat bervariasi. Hal ini
karena tanda atau gejala yang ditunjukan sangat dipengaruhi oleh beberapa hal
Dalam era ini dibutuhkan penentuan saat kematian secara tepat. Untuk itu
akan telah dilakukan suatu penelitian dasar untuk mendapat suatu indikator bebas.
Indikator ini akan dipakai untuk dasar kerja sebuah slat banal yang mampu
mendeteksi perubahan yang hanya objektif dan akurat setelah kematian terjadi.
Otak sebagai organ yang relatif terlindung maksimal dengan batok kepala
diperkirakan mengalami proses kimiawi yang relatif cepat dan tidak dipengaruhi
mengakibatkan jaringan otak yang sangat sensitif terhadap kekurangan zat asam itu
akan lebih cepat mengalami disintegrasi kimiawi, yang diamati melalui perubahan
dalam pertukaran udara pernafasan yang normal. Gangguan tersebut dapat disebabkan
karena adanya obstruksi pada saluran pernafasan dan gangguan yang diakibatkan
karena terhentinya sirkulasi. Gangguan ini akan menimbulkan suatu keadaan dimana
kematian.
karena adanya obstruksi pada saluran pernafasan disebut asfiksia mekanik. Asfiksia
jenis inilah yang paling sering dijumpai dalam kasus tindak pidana yang menyangkut
postmortem serta keadaan apa saja yang dapat menyebabkan asfiksia, khususnya
penyidikan.
yang diduga karena peristiwa tindak pidana, seorang penyidik berwenang mengajukan
permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau
ahli lainnya. Seorang dokter sebagaimana pasal 179 KUHAP wajib memberikan
keahliannya demi keadilan. Untuk itu, sudah selayaknya seorang dokter perlu
suatu strangulasi berupa tekanan pada leher korban yang dilakukan dengan
Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter.
Umumnya urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu – lintas dan trauma mekanik. Kasus
menyebabkan penekanan dan penutupan pembuluh darah dan jalan napas oleh karena
tekanan eksternal (luar) pada leher. Hal ini menyebabkan hipoksia atau anoksia otak
sekunder menyebabkan perubahan atau terhentinya aliran darah dari dan ke otak.
Dengan hambatan komplit pada arteri karotis, kehilangan kesadaran dapat terjadi
2. Sebagai bahan pembelajaran dokter muda dalam rangka membuat visum untuk
II.1 Asfiksia
II.1.1 Terminologi
Asfiksia berasal dari bahasaYunani, yaitu terdiri dari “a” yang berarti “tidak”,
dan “sphinx” yang artinya “nadi”. Jadi secara harfiah, asfiksia diartikan sebagai “tidak
ada nadi” atau “tidak berdenyut”. Pengertian ini sering salah dalam penggunaannya.
Akibatnya sering menimbulkan kebingungan untuk membedakan dengan status
anoksia lainnya.
II.1.2 Definisi
Asfiksia atau mati lemas adalah suatu keadaan berupa berkurangnya kadar
oksigen (O2) dan berlebihnya kadar karbon dioksida (CO2) secara bersamaan dalam
darah dan jaringan tubuh akibat gangguan pertukaran antara oksigen (udara) dalam
alveoli paru-paru dengan karbon dioksida dalam darah kapiler paru-paru. Kekurangan
oksigen disebut hipoksia dan kelebihan karbon dioksida disebut hiperkapnia.
Dalam kenyataan sehari-hari, hipoksia ternyata merupakan gabungan dari
empat kelompok, dimana masing-masing kelompok tersebut memang mempunyai ciri
tersendiri. Walaupun ciri atau mekanisme yang terjadi pada masing-masing kelompok
akan menghasilkan akibat yang sama bagi tubuh. Kelompok tersebut adalah:
1. Hipoksik hipoksia
2. Anemic hipoksia
Yang tersedia tidak mampu membawa oksien yang cukup untuk metabolism
dalam jaringan.
3. Stagnan hipoksia
Suatu keadaan yang menggambarkan terjadinya suatu kegagalan dalam sirkulasi.
4. Histotoksik hipoksia
Keadaan yang menggambarkan oksigen yang terdapat di dalam darah, oleh karena
hal tertentu tidak dapat digunakan oleh jaringan, dibagi dalam 4 kelompok, antara
lain :
a. Histotoksik hipoksia ekstraselular
Oksigen tidak dapat masuk kedalam sel oleh karena terjadi penurunan
permeabilitas membrane sel.Misal : pada keracunan eter dan chloroform.
Bahan makanan (substrat) untuk metabolism yang efisien tidak cukup tersedia.
Misal : Hipoglikemia
Hasil akhir dari pernapasan selular (end product) tidak dapat dieliminasi
sehinga metabolism berikutnya tidak dapat berlangsung karena gangguan
metabolism sel memakai oksigan. Misal : pada uremia dan keracunan gas
CO2.
Korban kematian akibat asfiksia termasuk yang sering diperiksa oleh dokter.
Umumnya urutan ke-3 sesudah kecelakaan lalu - lintas dan trauma mekanik.
II.1.4 Etiologi
Penyebab asfiksia terbagi 2 yaitu, penyebab asfiksia wajar dan tidak wajar
Dari pandangan patologi, kematian akibat asfiksia dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu:
1. Primer ( akibat langsung dari asfiksia )
Kekurangan oksigen ditemukan di seluruh tubuh, tidak tergantung pada
tipe dari asfiksia. Sel - sel otak sangat sensitif terhadap kekurangan O2. Bagian
- bagian otak tertentu membutuhkan lebih banyak O2, dengan demikian bagian
tersebut lebih rentan terhadap kekurangan oksigen. Perubahan yang
karakteristik terlihat pada sel - sel serebrum, serebelum dan ganglia basalis. Di
sini sel - sel otak yang mati akan digantikan oleh jaringan glial, sehingga pada
organ tubuh yang lain yakni jantung, paru - paru, hati, ginjal dan yang lainnya
perubahan akibat kekurangan O2 langsung atau primer tidak jelas.
2. Sekunder (berhubungan dengan penyebab dan usaha kompensasi dari tubuh)
Jantung berusaha mengkompensasi keadaan tekanan oksigen yang
rendah dengan mempertinggi outputnya, akibatnya tekanan arteri dan vena
meninggi. Karena oksigen dalam darah berkurang terus dan tidak cukup untuk
kerja jantung maka terjadi gagal jantung dan kematian berlangsung dengan
cepat. Keadaan ini didapati pada :
a. Penutupan mulut dan hidung ( pembekapan )
b. Obstruksi jalan nafas seperti pada mati gantung, penjeratan,
pencekikan dan korpus alienum dalam saluran nafas atau pada tenggelam
karena cairan menghalangi udara masuk ke paru - paru
c. Gangguan gerakan pernafasan karena terhimpit atau berdesakan
(traumatic asphyxia )
d. Penghentian primer dari pernafasan akibat kegagalan pada pusat
pernafasan, misalnya pada luka listrik dan beberapa bentuk keracunan.
II.2.1 Definisi
Apabila pelaku berdiri di belakang korban dan menarik korban ke arah pelaku maka
ini disebut mugging
1. Asfiksia
2. Iskemia
3. Vagal reflex
Gambar.3 Salah satu situasi dimana bisa saja terjadi kecelakaan strangulasi
1. Pemeriksaan Luar:
Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan luar kasus pencekikan, antara lain:
a. Tanda asfiksia.
Tanda kekerasan pada leher yang penting kita cari, yaitu bekas
kuku dan bantalan jari. Bekas kuku dapat kita kenali dari adanya
crescent mark, yaitu luka lecet berbentuk semilunar/bulan sabit.
Terkadang kita dapat menemukan sidik jari pelaku. Perhatikan pula
tangan yang digunakan pelaku, apakah tangan kanan (right handed)
ataukah tangan kiri (left handed). Arah pencekikan dan jumlah bekas
kuku juga tak luput dari perhatian kita.
2. Pemeriksaan Dalam:
Perdarahan atau resapan darah dapat kita cari pada otot, kelenjar tiroid,
kelenjar ludah, dan mukosa & submukosa pharing atau laring.
• Fraktur.
Fraktur yang paling sering kita temukan pada os hyoid. Fraktur lain
pada kartilago tiroidea, kartilago krikoidea, dan trakea.
BAB III
KESIMPULAN
leher korban yang dilakukan dengan menggunakan tangan atau lengan bawah.
Apabila pelaku berdiri di belakang korban dan menarik korban ke arah pelaku
• Asfiksia
• Iskemia
• Vagal reflex
1. Pemeriksaan Luar:
Yang perlu diperhatikan pada pemeriksaan luar kasus pencekikan, antara lain :
• Tanda asfiksia.
Tanda kekerasan pada leher yang penting kita cari, yaitu bekas
kuku dan bantalan jari. Bekas kuku dapat kita kenali dari adanya
crescent mark, yaitu luka lecet berbentuk semilunar/bulan sabit.
Terkadang kita dapat menemukan sidik jari pelaku. Perhatikan pula
tangan yang digunakan pelaku, apakah tangan kanan (right handed)
ataukah tangan kiri (left handed). Arah pencekikan dan jumlah bekas
kuku juga tak luput dari perhatian kita.
2. Pemeriksaan Dalam
Hal yang penting pada pemeriksaan dalam bagian leher kasus pencekikan, yaitu :
• Fraktur.