You are on page 1of 37

Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 1

Peraturan daerah kota surabaya nomor 1 tahun 2009 tentang


penyelenggaraan perparkiran dan retribusi parkir masih tidak berjalan
secara efektif dan rancangan peraturan daerah kota surabaya tentang
perubahan atas Peraturan daerah kota surabaya nomor 1 tahun 2009
tentang penyelenggaraan perparkiran dan restribusi parkir masih perlu
adanya perbaikan. Dengan fakta-fakta yang ada, yaitu :

1. Meski sudah diberlakukan, Dinas Perhubungan (Dishub) masih


belum terbentuk piranti atas aturan-aturan yang dicantumkan
dalam peraturan daerah surabaya nomor 1 tahun 2009. Piranti
yang dimaksud adalah belum adanya kerja sama pemerintah
kota surabaya dengan pihak asuransi.

2. Pasal 6 ayat 1 huruf (c) peraturan daerah kota surabaya nomor 1


tahun 2009 menyebutkan penyelenggara tempat parkir oleh
orang atau badan wajib mengasuransikan terhadap kehilangan
kendaraan. Dengan demikian setiap kendaraan berarti wajib
diasuransikan, begitu juga pasal 6 ayat 3 peraturan daerah kota
surabaya nomor 1 tahun 2009 yang menegaskan bahwa jika
penyelenggara tempat parkir tidak mengasuransikan terhadap
kehilangan kendaraan maka penyelenggara parkir bertanggung
jawab penuh dan wajib mengganti kehilangan kendaraan yang
dimaksud. Namun pasal ini tidak berjalan efektif pada
kenyataannya karena banyak tempat parkir yang tidak
mengasuransikan terhadap kehilangan kendaraan bahkan juga
tidak mengganti rugi pada kendaraan yang hilang, disebabkan
adanya klausula baku yang diletakkan pada lahan parkirnya ini
jelas melanggar pasal 18 undang-undang nomor 8 tahun 1999,
biasanya berbunyi "segala bentuk risiko kehilangan/kerusakan
bukan tanggung jawab kami" atau "segala kehilangan/kerusakan
kendaraan tanggung jawab pemilik”.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 2

3. Meskipun telah bahwa penyelenggaraan parkir harus


mendapatkan izin sesuai pasal 4 ayat 1 perda kota surabaya
nomor 1 tahun 2009, namun pada kenyataan masih banyak
penyelenggaraan secara liar tanpa adanya izin terutama yang
sering terjadi pada parkir di tepi jalan umum, oleh karena itu
seharusnya Pemerintah Kota sudah memfasilitasi semua titik
parkir tepi jalan umum yang ada di Surabaya dengan rambu
khusus yang mudah dikenali dan dipasang di tempat yang mudah
dilihat. Hal ini untuk membedakan mana tempat yang memang
merupakan titik parkir tepi jalan umum, dan mana yang liar.
Sehingga jika ada kendala atau permasalahan antara petugas
parkir dan pemilik kendaraan, dasar hukum yang dipakai bisa
jelas. Sebagai contoh disekeliling jalan siola.

4. Dengan adanya parkir berlangganan sebagimana yang diatur


dalam rancangan peraturan daerah kota surabaya tentang
perubahan atas Peraturan daerah kota surabaya nomor 1 tahun
2009 tentang penyelenggaraan perparkiran dan restribusi parkir,
untuk penerapan komisi petugas parkir berdasarkan pemasukan
parkir (jumlah kendaraan yang parkir). Hal ini akan menjadi sulit
ketika semua kendaraan yang parkir sudah mengikuti parkir
berlangganan, maka karcis parkir tidak akan terpakai. Dan jika
cara menghitung komisi dilihat dari karcis yang terpakai, tentu
hal ini tidak akan cocok lagi untuk digunakan.

5. Pada peraturan daerah kota surabaya nomor 1 tahun 2009 bab


XIV diatur mengenai struktur dan besarnya tarif dikategorikan
dalam tiga hal, yakni parkir di tepi jalan umum, parkir insidentil
dan parkir zona, sebagaimana diatur pada pasal 30 sampai
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 3

dengan 31 peraturan daerah kota surabaya nomor 1 tahun 2009.


Di dalam pasal 30 peraturan daerah kota Surabaya nomor 1
tahun 2009 dijelaskan bahwa :

“Struktur dan besarnya tarif parkir di tepi jalan umum ditetapkan


sebagai
berikut :
a. Untuk satu kali parkir :
1. kendaraan truck dengan gandengan, trailer atau kendaraan
yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 5.000,00 (lima
ribu rupiah);
2. kendaraan truck, bus atau alat besar / berat yang sejenis,
dikenakan retribusi sebesar Rp. 4.000,00 (empat ribu rupiah);
3. kendaraan truck mini atau kendaraan lain yang sejenis,
dikenakan retribusi sebesar Rp. 3.000,00 (tiga ribu rupiah) ;
4. kendaraan mobil sedan, pick up atau kendaraan lain yang
sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 1.500,00 (seribu lima
ratus rupiah);
5. kendaraan sepeda motor, dikenakan retribusi sebesar Rp.
500,00 (lima ratus rupiah);

b. untuk satu kali parkir di tempat parkir insidentil :


1. kendaraan truck dengan gandengannya, trailer atau kendaraan
lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 6.000,00
(enam ribu rupiah) ;
2. kendaraan truck, bus atau alat besar / berat lain yang
sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu
rupiah);
3. kendaraan truck mini atau kendaraan lain yang sejenis,
dikenakan retribusi sebesar Rp. 4.000,00 (empat ribu rupiah);
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 4

4. kendaraan mobil sedan, pick up, atau kendaraan lain yang


sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 2.500,00 (dua ribu lima
ratus rupiah) ;
5. kendaraan sepeda motor, dikenakan retribusi sebesar Rp.
1.500,00 (seribu lima ratus rupiah) ;

c. untuk satu kali parkir di tempat parkir zona :


1. kendaraan truck dengan gandengannya, trailer atau
kendaraan lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp.
15.000,00 (lima belas ribu rupiah) ;
2. kendaraan truck, bus atau alat besar / berat lain yang
sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 10.000,00 (sepuluh
ribu rupiah);
3. kendaraan truck mini atau kendaraan lain yang sejenis,
dikenakan retribusi sebesar Rp. 7.500,00 (tujuh ribu lima ratus
rupiah);
4. kendaraan mobil sedan, pick up, atau kendaraan lain yang
sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 5.000,00 (lima ribu
rupiah) ;
5. kendaraan sepeda motor, dikenakan retribusi sebesar Rp.
2.000,00 (dua ribu rupiah);
6. kendaraan sepeda, dikenakan retribusi sebesar Rp.
1.000,00 (seribu rupiah)”.

Dan di dalam pasal 31 peraturan daerah kota Surabaya nomor 1


tahun 2009
dijelaskan bahwa :
“Struktur dan besarnya tarif retribusi parkir di Tempat Khusus
Parkir ditetapkan sebagai berikut :
a. Untuk satu kali parkir di
Pelataran/lingkungan/gedung/taman :
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 5

1. kendaraan bus, truck atau alat besar/berat lain yang sejenis,


dikenakan retribusi sebesar Rp. 4.000,00 (empat ribu rupiah);
2. kendaraan mobil sedan, pick up, mini bus dan kendaraan lain
yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 1.500,00 (seribu
lima ratus rupiah);
3. kendaraan sepeda motor, dikenakan retribusi sebesar Rp.
500,00 (lima ratus rupiah);
4. kendaraan sepeda, dikenakan retribusi sebesar Rp. 200,00
(dua ratus rupiah);

b. Untuk satu kali parkir di tempat wisata:


1. kendaraan bus, atau kendaraan lain yang sejenis, dikenakan
retribusi sebesar Rp. 10.000,00 (sepuluh ribu rupiah);
2. kendaraan mobil sedan, pick up, mini bus atau kendaraan lain
yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 3.000,00 (tiga
ribu rupiah);
3. kendaraan sepeda motor, dikenakan retribusi sebesar Rp.
1.000,00 (seribu rupiah);
4. kendaraan sepeda, dikenakan retribusi sebesar Rp. 500,00
(lima ratus rupiah)”.

Hal ini tidak berjalan secara efektif, sebagai contoh ini fakta yang
dapat dilihat bahwa di beberapa lokasi Surabaya terjadi
banyaknya pungutan juru parkir, seperti :

- Di Taman Bungkul misalnya, untuk sepeda motor, pengedara


harus membayar Rp 2.000,- sampai dengan Rp. 3.000,- untuk
sekali parkir.

- Di kebun Binatang untuk lokasi parkir insidentil ini bisa baik 10


kali lipat dari peraturan daerah kota surabaya nomor 1 tahun
2009. Yakni Rp 5.000,- untuk sekali parkir.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 6

6. Ketidak jelasan peraturan parkir semakin Nampak, apabila


melihat pada jalan urip Sumoharjo, dimana terdapat dua hal
yamg menyebabkan ketidak efektifan yang saling tumpang tindih
pada prakteknya, yaitu : di jalan tersebut sudah terdapat rambu
larangan parkir, namun di pihak Dinas Perhubungan Kota
Surabaya juga membuat marka berupa garis-garis parkir di
pinggir jalan. Hal ini menyebabkan Polisi tidak berani menindak
karena ada institusi yang melegalkan kendaraan parkir di area
jalan urip sumoharjo.

7. Karcis parkir yang diatur dalam pasal 12 peraturan daerah kota


Surabaya nomor 1 tahun 2009 mengatur mengenai muatan data
yang harus tercantum didalam karcis. Namun pada
kenyataannya hal ini tidak berjalan secara efektif, sebagai contoh
:

- PT. POS di jalan Jemurandayani juga tidak menggunakan karcis


parkir. Hanya menggunakan potongan karton bernomor dan
dilaminating

8. Pelanggaran terhadap pasal 14 dan 15 peraturan daerah


Surabaya nomor 1 tahun 2009 ini masih Nampak mengenai ;

- batas-batas parkir/petak parkir yang telah ditetapkan

- menempatkan kendaraan yang dapat mengurangi atau


merintangi kebebasan kendaraan-kendaraan yang akan keluar
atau masuk tempat parkir dan/atau dapat menyebabkan
terganggunya kelancaran lalu lintas
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 7

- menyerahkan karcis parkir yang masih berlaku dan menerima


pembayaran retribusi parkir atau sewa parkir sesuai dengan
tarif parkir yang ditetapkan

- pelayanan masuk dan keluarnya kendaraan di tempat parkir


yang menjadi tanggung jawab petugas parkir.

Sebagai contoh :

 Di jalan Praban banyak parkir liar yang terjadi, dimana sebuah


lahan luas dipetak-petak sebagai lahan parkir. Mereka
melakukan hal ini untuk mengejar omset sebagaiman yag
telah ditetapkan oleh penguasa parkir yang berada di area
lahan parkir tersebut.

 seperti praktik bertahun tahun terjadi di parkiran Jl Margoyoso


samping Hotel Tunjungan, sering menggunakan karcis yang
telah daluwarsa atau bahkan ada juru parkir menggunakan
karcis dari buatannya sendiri yang di buat dari kertas yang
dilaminating.

9. Penolakan pansus terhadap rancangan peraturan daerah atas


perubahan peraturan daerah nomor 1 tahun 2009 itu tak terlepas
dari beberapa hal, yaitu :

a. penerapan Peraturan daerah nomor 1 tahun 2009 di lapangan


belum maksimal. Terbukti masih bocornya penerimaan
retribusi parkir sehingga Pendapatan Asli Daerah Surabaya
juga tak maksimal.

b. jika dilihat dari hukum, pengajuan Raperda Parkir


Berlangganan tak sesuai dengan konsep retribusi parkir
konvensional. Di mana konsumen membayar jasa setelah
menikmati layanan. Sedangkan untuk parkir berlangganan,
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 8

sebelum konsumen menikmati jasa, mereka diharuskan


membayar dulu di depan. Hal ini menyebabkan juru parkir
tidak mungkin menagih kembali, dibuktikan dengan adanya
stiker.

Manfaat dari rancangan peraturan daerah kota surabaya


tentang perubahan atas Peraturan daerah kota surabaya
nomor 1 tahun 2009 tentang penyelenggaraan perparkiran dan
restribusi parkir, yaitu :

a. Adanya peningkatan pendapatan asli daerah, dengan adanya


parkir berlangganan dapat memberikan pemasukan pendapatan
asli daerah (PAD) yang sangat besar. Berdasarkan perhitungan
Dinas Hubungan Kota Surabaya, parkir berlangganan akan
menyumbang Pendapatan Asli Daerah sebesar Rp
120.000.000.000,- setiap tahun. Sebagai contoh :

- Pendapatan yang diterima Pemkot Surabaya dari parkir hanya


sekitar Rp. 10.000.000.000. Dengan penerapan parkir
berlangganan pendapatan yang diterima dari parkir bisa
mencapai Rp. 82.000.000.000,-, apabila dilakukan dalam satu
bulan minimal parkir sebanyak sebanyak 12 kali.

- Penerapan parkir berlangganan, pada warga yang melakukan


perpanjanggan STNK di Samsat akan dikenai tarif parkir
Rp54.000 per-tahun untuk sepeda motor, sedangkan untuk
mobil Rp150.000 per-tahun. Pendapatan parkir tersebut, 85%
diberikan ke Pemerintah kota Surabaya dan 15% ke propinsi.
Ini jelas akan membuat pendapatan asli daerah Surabaya akan
meningkat.

b. Terdapat Kejelasan, yaitu :


Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 9

- Objek retribusi tempat khusus parkir yang ditujukan kepada


pemerintah daerah

- Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen


lain yang dipersamakan, terdapat kejelasan mengenai
dokumen lain yang dipersamakan untuk pungutan retribusi,
dapat berupa dapat berupa karcis, kupon dan kartu
langganan.

Dari fakta-fakta maupun penjelasan diatas menjelaskan Peraturan


daerah kota surabaya nomor 1 tahun 2009 tentang penyelenggaraan
perparkiran dan restribusi parkir masih tidak berjalan secara efektif
dan rancangan peraturan daerah kota surabaya tentang perubahan
atas Peraturan daerah kota surabaya nomor 1 tahun 2009 tentang
penyelenggaraan perparkiran dan restribusi parkir masih perlu adanya
perbaikan. Untuk itulah perlu adanya rancangan peraturan daerah kota
Surabaya yang dapat menyelesaikan atau mengatasi semua
permasalahan yang dijelaskan dari fakta-fakta diatas.

Sebuah rancangan peraturan daerah harus mampu


mengidentifikasi suatu permasalahan yang ada dari peraturan daerah
yang ada sebelumnya. Dengan kata lain bahwa sebuah rancangan
peraturan daerah harus dapat menjawab permasalahan yang ditimbul
dari peraturan daerah sebelumnya, serta mampu menjawab semua
kelemahan-kelemahan yang ada untuk mencegah terjadinya suatu
pelanggaran ataupun kejahatan yang dimungkinkan akan timbul. Jadi
dapat disimpulkan dari fakta-fakta diatas :

a. Masih terlihat banyak petugas parkir yang tidak menggunakan


karcis parkir yang masih berlaku maupun menggunakan lahan yang
tidak sesuai bagi peruntukkannya. Hal ini dilakukan dengan tujuan
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 10

supaya mendapat uang untuk disetorkan kepada penguasa parkir.


Bahkan, banyak ditemukan juga yang sama sekali tidak
menggunakan karcis parkir, malah menggunakan potongan karton
bernomor dan berlaminating atau lainnya.

b. Masih terlihat banyak area parkir yang dikuasai oleh penguasa


parkir, bahkan juga mendirikan area parkir di daerah terlarang.
Dimana hal ini menunjukkan penguasa parkir menguasai semua
uang parker sebelum ke pemerintah kota, oleh karena itu banyak
dana yang tersedot ke kantong penguasa parkir yang layaknya
sebagai preman ini.

c. Dinas hubungan dan Satuan polisi pamong praja selaku pengatur


jalannya perparkiran tidak mampu untuk mengusir para preman
parkir yang ada. Bahkan dinas hubungan dan satuan polisi pamong
praja terkesan membiarkan para oknum parkir ini semakin
merajalela.

d. Pengguna parkir tidak ikut berpartisipasi dalam perparkiran,


sebagai contoh meminta karcis parkir. Hal ini justru mempermudah
tugas para petugas parkir untuk mengurangi hasil parkir kepada
pemerintah kota. Tindakan pengguna parkir ini juga dapat
membuat rugi negara.

Solusi-solusi yang dapat dilakukan dalam menyelesaikan


permasalahan sebagaimana terdapat pada kesimpulan, yaitu :

1. Pemerintah Kota memfasilitasi semua titik parkir tepi jalan umum


yang ada di Surabaya dengan rambu khusus yang mudah
dikenali dan dipasang di tempat yang mudah dilihat. Hal ini untuk
membedakan mana tempat yang memang merupakan titik parkir
tepi jalan umum, dan mana yang liar. Sehingga jika ada kendala
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 11

atau permasalahan antara petugas parkir dan pemilik kendaraan,


dasar hukum yang dipakai bisa jelas.

2. Pemerintah harus berusaha untuk mengurangi parkir-parkir liar


juga harus tetap digalakkan. Dan petugas parkir yang sudah ada,
langsung diterima sebagai petugas parkir resmi. Biasanya hal ini
seringkali dimanfaatkan oknum-oknum untuk mempersulitnya.
Meminta sejumlah uang agar petugas parkir yang sudah ada
mendapatkan registrasi sebagai petugas parkir resmi.

3. Tarif yang sesuai supaya tidak menyulitkan, seperti 300 rupiah


untuk sepeda motor.

4. Optimalkan posko pengaduan masyarakat yang rencananya akan


dibangun pada 5 tempat di Surabaya.

5. Manfaatkan program berhadiah yang diundi dari karcis retribusi


parkir yang diterima dari petugas parkir. Dengan cara ini, maka
pemilik kendaraan terpacu untuk meminta karcis parkir. Karena
akan diundi secara berkala.

6. Petugas parkir mendapatkan bukti menerima tiket parkir dari


Dinas Perhubungan. Setelah selesai bertugas, petugas parkir
wajib membayarkan sejumlah bonggol karcis yang digunakan
pada loket Dispenda. Dengan bukti pembayaran ini, petugas
parkir baru dapat mengambil bonggol tiket karcis parkir baru.
Harga 1 bonggol karcis (biasanya berisi 100 lembar) sudah
ditentukan secara transparan. Misalnya 20 ribu untuk setiap
bonggol parkir sepeda motor. Dan 60 ribu untuk setiap bonggol
parkir mobil. Dengan cara ini, petugas parkir akan mendapatkan
karcis parkir dengan nilai semestinya. Sehingga mereka pun bisa
mengenakan tarif yang sesuai dengan perda (tercantum pada
karcis parkir) pada pemilik kendaraan.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 12

7. Petugas parkir harus memiliki nomor registrasi, yang dipasang


pada tanda pengenal yang dilengkapi dengan foto. Tanda
pengenal ini wajib digunakan selama mereka bertugas. Pemilik
kendaraan berhak tidak memberikan uang jika petugas tidak
mampu menunjukkan tanda pengenal dan karcis retribusi resmi
sesuai dengan fungsinya. Data petugas parkir dikelola secara
lengkap, termasuk titik tempatnya bekerja serta data karcis
parkir yang digunakan. Dengan data ini, pemerintah dapat
mengatur gaji serta komisi yang akan diberikan. Agar tidak
terjadi antrian pada saat penyerahan gaji, sebaiknya
memanfaatkan jasa perbankan untuk pembayaran gaji dan
komisi. Walau masih terdapat kekurangan di sana sini, namun
penggunaan komputerisasi terbukti cukup ampuh memberantas
pungli-pungli yang tidak semestinya.

8. Khusus bagi pemilik kendaraan yang ingin menggunakan jasa


parkir berlangganan, tetap diijinkan untuk memanfaatkannya
tanpa ada paksaan. Keuntungannya adalah mereka dapat parkir
tanpa perlu membayar lagi. Tentunya pada titik-titik parkir tepi
jalan yang dilengkapi dengan rambu khusus.

9. Para Jukir mendapat pendidikan dari Dishub baik itu yang


ditunjuk langsung oleh dishub atau mengajukan permohonan izin
serta bertanggung jawab pada dishub. Selain itu aturan bagi jukir
ini juga dipertegas sanksinya. Para Jukir juga harus selalu
terdaftar secara komputerisasi sehingga sulit untuk melakukan
pelanggaran karena identitas diketahui secara jelas.

10. Para juru parkir akan menerima bayaran Rp1 juta per bulan,
sedangkan di Surabaya saat ini ada sekitar 3.000 juru parkir. Hal
ini tentu dapat dibayar karena dari penggunaan parkir
berlangganan saja dapat mencapat 100 miliar lebih. Dengan
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 13

begitu maka penyelewengan uang retribusi parkir dapat dtekan


semaksimal mungkin

11. Apabila menemukan mobil atau kendaraan yang tidak memiliki


tiket parkir, petugas akan mengeluarkan kartu bukti pelanggaran
yang langsung dicetak dari mobile printer berbasis thermal
sekaligus mencantumkan pasal berapa yang dilanggar oleh
pengguna kendaran serta besaran denda yang harus dibayar di
tempat. Dan yang lebih menarik lagi, dengan kemudahan
teknologi informasi saat ini, mereka memiliki alat hand held
terminal yang telah dilengkapi GPRS, GPS, GSM dan kamera
digital sehingga bukti pelanggaran yang dilakukan pemilik
kendaraan bisa dengan mudah diambil foto-nya. Apabila ada
keluhan atas denda yang dibebankan petugas, mereka bisa
melihat buktinya secara langsung, termasuk terintegrasinya
sistem yang mereka miliki dengan ‘Samsat’. Pada saat
memberikan surat bukti pelanggaran, nomor polisi kendaraan
tersebut akan ter- update secara langsung sehingga pada saat
mereka tidak mau membayar denda parkir, ada konsekuensi
yang harus ditanggung, yaitu ada denda atas denda yang
terlambat dibayar, dan denda ini akan otomatis terakumulasi
saat membayar pajak kendaraan bermotor mereka pada tahun
depan. Dengan demikian, mereka semua tidak lagi bisa
mengelak. Memang pada tahap awal akan banyak sekali terjadi
denda kepada masyarakat, tetapi seiring dengan didapatkannya
kepastian hukum yang sama oleh semua orang, maka secara
perlahan sistem ini bisa diterima oleh masyarakat.

12. Tiket parkir ini dijual pada agen-agen yang telah direkrut
sebagai mitra kerjasama, kemudian di sisi lain, tenaga informal
tukang parkir, akan menjadi pelengkap penjualan tiket parkir ini
pada saat mereka melihat adanya kendaraan yang akan parkir
tetapi belum dilengkapi dengan tiket parkir ini. Kalau di Malaysia,
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 14

mungkin karena jumlah tukang parkir tidak terlalu banyak maka


agen tiket akan mendapatkan insentif sebesar 5 % dari harga
tiket, sementara di Indonesia mungkin bisa dilakukan metode
yang sama tetapi dengan insentif yang bisa diatur
mekanismenya dan dalam besaran insentif yang lebih tinggi – 15-
20 % dari harga tiket.

Suatu rancangan perundang-undangan yang baik, manfaatnya


harus lebih besar dari pada biaya. Baik itu manfaat ekonomi ataupun
sosial. Oleh karena itu, biaya untuk melaksanakan rancangan
peraturan daerah untuk merubah perda nomor 1 tahun 2009 ini, harus
lebih kecil dari manfaatnya yang ditimbulkan.

Manfaat Ekonomi dari pemberlakuan rancangan peraturan daerah ini


adalah :

1. Dapat meningkatkan pendapatan asli daerah.

2. Pendapatan dapat diterima di depan, sebagai contoh: Dengan


penerapan parkir berlangganan, maka pendapatan ini akan
diterima di . Warga yang melakukan perpanjanggan STNK di
Samsat akan dikenai tarif parkir Rp54.000 per-tahun untuk
sepeda motor, sedangkan untuk mobil Rp150.000 per-tahun.
Pendapatan parkir tersebut, 85% diberikan ke Pemkot Surabaya
dan 15% ke propinsi. Dengan begitu, maka terdapat dana yang
dapat digunakan untuk pembangunan daerah dari kota tersebut.

3. Pendapatan dapat diprediksi secara tepat dan pasti.

4. Kebocoran keuangan dapat ditekan seminimal mungkin.

Manfaat secara sosial dari penerapan pemecahan masalah ini adalah :


Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 15

1. Para penguna parkir dapat merasa tenang untuk memarkirkan


kendaraanya tanpa terganggu ulah para jukir yang menaikkan
tarif seenaknya.

2. Para juru parkir akan menerima bayaran Rp2 juta per bulan,
sedangkan di Surabaya saat ini ada sekitar 3.000 juru parkir,
sehingga gaji para juru parkir mencapai Rp600 juta setiap
bulannya. Hal ini tentu dapat dibayar karena dari penggunaan
parkir berlangganan saja dapat mencapat 100 miliar lebih.
Dengan begitu maka penyelewengan uang retribusi parkir dapat
dtekan semaksimal mungkin.

3. Dari pihak pemerintah kota, maka PAD yang besar ini dapat
digunakan untuk membangun daerah Surabaya. Hal ini
dikarenakan jumlahnya yang sangat besar. Dengan begitu
masyarakat pun juga akan menikmati PAD ini.

Biaya dari penerapan pemecahan masalah ini, adalah:

a. Gaji 1 juta perorang dimana jumlah juru parkir di Surabaya


adalah 3000 orang. Maka dari itu akan menghabiskan biaya
sebesar 3 miliar per bulannya.

b. Gaji koordinator juru parkir yaitu Rp 1.500.000/ orang dimana


jumlahnya 1/4 dari juru parkir yaitu 750 orang 1.125.000.000/
bulan

c. Pendidikan Juru parkir per tahunnya 500 ribu/orang. Jadi biayanya


adalah 15 juta/ tahun

Dengan begitu, maka bila dibandingkan dengan pengguna parkir


berlangganan yaitu :
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 16

a. Jumlah motor sebanyak 3 juta x 54 ribu = 162 miliar/tahun, jadi


13.500.000.000 / bulan

b. Jumlah mobil sebanyak 1.5 juta x 150 ribu = 225 miliar/ tahun,
jadi 18.750.000.000 /bulan

Bila dilihat dari keterangan diatas maka biaya yang dikeluarkan


tiap bulannya lebih kecil daripada manfaat yang diperoleh dari
pemecahan masalah ini.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 17

PEMERINTAH KOTA SURABAYA

RANCANGAN
PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA
NOMOR....TAHUN.....
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA
NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN
PERPARKIRAN
DAN RETRIBUSI PARKIR

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA SURABAYA,
Menimbang :
a. bahwa dalam upaya meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang
perparkiran serta untuk mewujudkan ketertiban, keamanan dan
kelancaran lalu lintas, telah diatur ketentuan mengenai
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 18

Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir berdasarkan


Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2009;

b. bahwa dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009


tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, maka Peraturan Daerah
Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan
Perparkiran dan Retribusi Parkir perlu ditinjau kembali;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang
Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun
2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir.

Mengingat :
1. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 1950 tentang Pembentukan
Daerah Kota Besar Dalam Lingkungan Propinsi Jawa Timur/Jawa
Tengah/Jawa Barat dan Daerah Istimewa Yogyakarta sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1965
(Lembaran Negara Tahun 1965 Nomor 19 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 2730);

2. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana


(Lembaran Negara Tahun 1981 Nomor 76 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3480);

3. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan


Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Tahun 2004
Nomor 53 Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125 Tambahan
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 19

Lembaran Negara Nomor 4437) sebagaimana telah diubah kedua


kali dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Tahun 2008 Nomor 59 Tambahan Lembaran Negara Nomor
4844);

5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran


Negara Tahun 2004 Nomor 132 Tambahan Lembaran Negara
Nomor 4444);

6. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan


Angkutan Jalan (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 96
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5025);

7. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan


Retribusi Daerah (Lembaran Negara Tahun 2009 Nomor 130
Tambahan Lembaran Negara Nomor 5049);

8. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana
(Lembaran Negara Tahun 1983 Nomor 36 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 3258);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 1993 tentang Prasarana dan


Lalu Lintas Jalan (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 63
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3529);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 1993 tentang Kendaraan


dan Pengemudi (Lembaran Negara Tahun 1993 Nomor 64
Tambahan Lembaran Negara Nomor 3530);
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 20

11. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi


Daerah (Lembaran Negara Tahun 2001 Nomor 119 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4139);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman


Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan
Daerah (Lembaran Negara Tahun 2005 Nomor 165 Tambahan
Lembaran Negara Nomor 4593);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan


(Lembaran Negara Tahun 2006 Nomor 86 Tambahan Lembaran
Negara Nomor 4655);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian


Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah
Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran
Negara Tahun 2007 Nomor 82 Tambahan Lembaran Negara Nomor
4737);

15. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 65 Tahun 1993


tentang Fasilitas Pendukung Kegiatan Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan;

16. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 66 Tahun 1993


tentang Fasilitas Parkir Untuk Umum;

17. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor KM. 4 Tahun 1994 tentang


Tata Cara Parkir;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 174 Tahun 1997 tentang
Pedoman Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah;
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 21

19. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 175 Tahun 1997 tentang
Tata Cara Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

20. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 73 Tahun 1999 tentang


Pedoman Penyelenggaraan Perparkiran di Daerah;

21. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 245 Tahun 2004 tentang
Pedoman Penetapan Tarif Retribusi Jasa Umum;

22. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2007 tentang


Pengawasan Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah;

23. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 4 Tahun 2004 tentang


Penyidik Pegawai Negeri Sipil Daerah (Lembaran Daerah Kota
Surabaya Tahun 2004 Nomor 2/E);

24. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 3 Tahun 2007 tentang


Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Surabaya (Lembaran Daerah
Kota Surabaya Tahun 2007 Nomor 3);

25. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 8 Tahun 2008 tentang


Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Surabaya
Tahun 2008 Nomor 8 Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya
Nomor 8) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota
Surabaya Nomor 12 Tahun 2009 (Lembaran Daerah Kota Surabaya
Tahun 2009 Nomor 12 Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya
Nomor 12);

26. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 11 Tahun 2008 tentang


Urusan Pemerintahan Yang Menjadi Kewenangan Daerah
(Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2008 Nomor 11 Tambahan
Lembaran Daerah Kota Surabaya Nomor 11);
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 22

27. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2009 tentang


Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir (Lembaran
Daerah Kota Surabaya Tahun 2009 Nomor 1 Tambahan Lembaran
Daerah Kota Surabaya Nomor 1);

28. Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 7 Tahun 2009 tentang


Bangunan (Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2009 Nomor 7
Tambahan Lembaran Daerah Kota Surabaya Nomor 7).

Dengan Persetujuan Bersama


DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA SURABAYA
dan
WALIKOTA SURABAYA,

MEMUTUSKAN :

Menetapkan : PERATURAN DAERAH TENTANG


PENYELENGGARAAN PERPARKIRAN DAN RETRIBUSI
PARKIR.

Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir
(Lembaran Daerah Kota Surabaya Tahun 2009 Nomor 1 Tambahan
Lembaran Daerah Kota Surabaya Nomor 1), diubah sebagai berikut :
1. Ketentuan Pasal 1 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 1
Dalam Peraturan Daerah ini, yang dimaksud dengan :
1. Daerah adalah Kota Surabaya.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 23

2. Pemerintah Daerah adalah Pemerintah Kota Surabaya.

3. Kepala Daerah adalah Walikota Surabaya.

4. Dinas Perhubungan adalah Dinas Perhubungan Kota Surabaya.

5. Kepala Dinas adalah Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya.

6. Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang merupakan


kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak
melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan
komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

7. Jalan adalah prasarana transportasi darat meliputi segala bagian


jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang
diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah
dan/atau air kecuali jalan kereta api, jalan lori dan jalan kabel.

8. Jalan Umum adalah jalan yang diperuntukkan bagi lalu lintas umum.

9. Parkir adalah keadaan tidak bergerak suatu kendaraan yang tidak


bersifat sementara.

10. Juru Parkir adalah orang yang ditunjuk oleh Kepala Dinas
Perhubungan Kota Surabaya untuk mengelola tempat parkir di tepi
jalan umum.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 24

11. Koordinator Juru Parkir adalah orang yang ditunjuk oleh Kepala
Dinas Perhubungan Kota Surabaya yang bertugas mengkoordinir
dan mengawasi satu dan/atau lebih juru parkir sesuai dengan
wilayah kerja yang telah ditentukan, serta bertanggung jawab atas
hasil parkir yang akan disetorkan.

12. Tempat Parkir adalah fasilitas parkir kendaraan yang disediakan,


baik yang berada di tepi jalan umum, gedung, taman dan pelataran.

13. Tempat Parkir di Tepi Jalan Umum adalah fasilitas parkir kendaraan
di tepi jalan umum yang ditentukan oleh Pemerintah Daerah.

14. Tempat Parkir Insidentil, adalah tempat parkir di tepi jalan umum
yang diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah secara tidak tetap
atau tidak permanen karena adanya suatu kepentingan atau
keramaian.

15. Tempat Khusus Parkir adalah tempat yang secara khusus


disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah yang
meliputi pelataran/lingkungan parkir, taman parkir dan gedung
parkir.

16. Tempat Parkir Wisata adalah tempat khusus parkir yang disediakan
untuk melayani dan menunjang kegiatan wisata.

17. Rambu Parkir adalah rambu untuk menyatakan sepanjang sisi


jalan dimana rambu tersebut ditempatkan dapat digunakan untuk
parkir kendaraan.
18. Marka Parkir adalah garis-garis di tempat parkir yang
menunjukkan cara parkir.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 25

19. Petak Parkir adalah bagian-bagian dari tempat parkir untuk


memarkir kendaraan yang ditandai dengan marka parkir.

20. Sewa Parkir adalah pembayaran atas pemakaian tempat parkir


yang diselenggarakan oleh orang atau badan.

21. Karcis Parkir adalah tanda bukti parkir pembayaran atas


pemakaian tempat parkir kepada setiap kendaraan yang
dikeluarkan oleh Pemerintah Daerah.

22. Retribusi Parkir adalah pungutan yang dikenakan atas


penyediaan jasa pelayanan parkir bagi kendaraan angkutan orang
atau barang yang memanfaatkan parkir di tepi jalan umum atau
tempat khusus parkir.

23. Bangunan Umum adalah bangunan yang fungsinya untuk


kepentingan umum, baik berupa fungsi keagamaan, fungsi usaha,
maupun fungsi sosial dan budaya.

24. Mesin Parkir adalah suatu alat yang dipasang atau dipergunakan
untuk menghitung sewa atau retribusi parkir secara otomatis.

25. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas
kendaraan bermotor atau kendaraan tidak bermotor.

26. Kendaraan Bermotor adalah setiap kendaraan yang digerakkan


oleh peralatan mekanik berupa mesin selain kendaraan yang
berjalan di atas rel.

27. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap kendaraan yang


digerakkan oleh tenaga manusia dan/atau hewan.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 26

28. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan
atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan
dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi
atau badan.

29. Retribusi Jasa Usaha adalah retribusi atas jasa yang disediakan
oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip-prinsip
komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor
swasta.

30. Retribusi Parkir Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum yang


selanjutnya disebut retribusi, adalah pungutan sebagai pembayaran
atas penyediaan pelayanan parkir di tepi jalan umum.

31. Retribusi Tempat Khusus Parkir yang selanjutnya disebut retribusi,


adalah pembayaran atas pelayanan tempat parkir yang khusus
disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh Pemerintah Daerah, tidak
termasuk tempat parkir yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola
oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara, Badan Usaha Milik
Daerah dan Pihak Swasta.

32. Parkir Pasca Bayar adalah suatu bentuk pelayanan jasa parkir,
dengan membayar atas pelayanan parkir kepada juru parkir setelah
selesai parkir.

33. Parkir Zona adalah suatu bentuk pelayanan jasa parkir, dengan
ditetapkan tarif parkir tersendiri untuk setiap zona atau kawasan
tertentu.

34. Parkir Progresif adalah suatu bentuk pelayanan jasa parkir,


dengan tarif sewa parkir bertambah setiap 1 (satu) jam berikutnya.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 27

35. Parkir Vallet atau parkir yang memberikan pelayanan yang sejenis
adalah suatu bentuk pelayanan jasa parkir, dengan pelaksanaan
parkir dilakukan oleh petugas parkir, sehingga memberikan
kemudahan bagi pengguna jasa parkir.
36. Parkir Khusus adalah suatu bentuk pelayanan jasa parkir dengan
mengkhususkan petak parkir tertentu untuk kendaraan bernomor
polisi tertentu.

37. Parkir Berlangganan adalah suatu bentuk pelayanan jasa parkir


yang mana pengguna jasa parkir membayar retribusi parkir setiap
tahun.

38. Wajib Retribusi adalah orang pribadi atau badan yang menurut
peraturan perundang-undangan retribusi diwajibkan untuk
melakukan pembayaran retribusi, termasuk pemungut atau
pemotong retribusi tertentu.

39. Surat Ketetapan Retribusi Daerah, yang selanjutnya dapat


disingkat SKRD, adalah surat ketetapan retribusi yang menentukan
besarnya jumlah pokok retribusi yang terutang.

40. Surat Ketetapan Retribusi Daerah Lebih Bayar yang selanjutnya


disingkat SKRDLB, adalah surat ketetapan retribusi yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran retribusi karena jumlah
kredit retribusi lebih besar daripada retribusi yang terutang atau
seharusnya tidak terutang.

41. Surat Tagihan Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat STRD,


adalah surat untuk melakukan tagihan retribusi dan/atau sanksi
administratif berupa bunga dan/atau denda.

2. Ketentuan Pasal 3 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :


Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 28

Pasal 3

(1) Penyelenggaraan tempat parkir oleh Pemerintah Daerah


meliputi :
a. Parkir di Tepi Jalan Umum;
b. Tempat Khusus Parkir.

(2) Penyelenggaraan Tempat parkir dapat dilakukan dengan cara :


a. Parkir Pasca Bayar;

b. Parkir Zona;

c. Parkir Progresif;

d. Parkir Berlangganan.

3. Ketentuan Pasal 4 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 4
(1) Penyelenggaraan tempat parkir hanya dapat dilakukan badan,
setelah memperoleh izin dari Kepala Daerah.
(2) Untuk memperoleh izin penyelenggaraan tempat parkir
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus mengajukan
permohonan tertulis kepada Kepala Daerah melalui Kepala Dinas
dengan melampirkan persyaratan yang ditetapkan oleh Kepala
Daerah.
(3) Kepala Daerah dapat melimpahkan kewenangan pemberian izin
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada Kepala Dinas.
(4) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara
memperoleh izin penyelenggaraan tempat parkir sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 29

4. Ketentuan Pasal 6 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :


Pasal 6
(1) Penyelenggara tempat parkir oleh orang atau badan wajib :
a. menjaga keamanan, ketertiban dan kelancaran dalam
kawasan lokasi parkir;
b. melaporkan kepada pemberi izin apabila akan mengalihkan
penyelenggaraan tempat parkir kepada pihak lain;
c. bertanggung jawab atas hasil parkir setiap harinya kepada
koordinator pakir sesuai dengan jumlah karcis yang berkurang
pada tiap lot
d. mengasuransikan terhadap kehilangan kendaraan;
e. membayar pajak parkir sesuai dengan ketentuan yang
berlaku.

(2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dimuat dalam


surat izin.

(3) Dalam hal penyelenggara tempat parkir tidak mengasuransikan


terhadap kehilangan kendaraan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, maka penyelenggara parkir bertanggung jawab penuh
dan wajib mengganti kehilangan kendaraan dimaksud.

5. Ketentuan Pasal 11 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 11
(1) Pengadaan Karcis Parkir pada tempat parkir yang
diselenggarakan oleh Pemerintah Daerah maupun oleh badan
hanya dilaksanakan oleh Dinas Perhubungan dan wajib diporporasi.

(2) Pencetakan karcis parkir wajib memenuhi standar teknis


pengamanan.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 30

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai standar teknis pengamanan


sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diatur dengan Peraturan
Kepala Daerah.

6. Ketentuan Pasal 15 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 15
Petugas parkir berkewajiban untuk :
a. memberikan pelayanan masuk dan keluarnya kendaraan di tempat
parkir yang menjadi tanggung jawabnya;
b. menjaga ketertiban dan keamanan terhadap kendaraan yang
diparkir di tempat parkir yang menjadi tanggung jawabnya;
c. menyerahkan karcis parkir yang masih berlaku dan menerima
pembayaran retribusi parkir atau sewa parkir sesuai dengan tarif
parkir yang ditetapkan;
d. mematuhi batas-batas parkir/petak parkir yang telah ditetapkan.
e. melaporkan kepada piha yang berwajib apabila ada gangguan
keamanan dari pihak tertentu
f. menyerahkan dan bertanggung jawab atas hasil parkir kepada
koordinator parkir

7. Ketentuan Pasal 18 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 18
Atas pelayanan parkir di tepi jalan umum yang disediakan oleh
Pemerintah Daerah, dipungut retribusi dengan nama retribusi
pelayanan parkir di tepi jalan umum.

8. Ketentuan Pasal 20 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 20
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 31

Objek retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum adalah penyediaan


pelayanan parkir di Tepi Jalan Umum yang ditentukan oleh Pemerintah
Daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

9. Ketentuan Pasal 21 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 21
(1) Objek retribusi tempat khusus parkir adalah pelayanan tempat
khusus parkir yang disediakan, dimiliki dan/atau dikelola oleh
Pemerintah Daerah.

(2) Dikecualikan dari objek retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat


(1) adalah pelayanan tempat parkir yang disediakan, dimiliki
dan/atau dikelola oleh Pemerintah, Badan Usaha Milik Negara,
Badan Usaha Milik Daerah dan pihak swasta.

10. Ketentuan Pasal 22 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 22
Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa parkir di tepi jalan
umum.
11. Ketentuan Pasal 23 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :
Pasal 23
Subjek retribusi Tempat Khusus Parkir adalah orang pribadi atau badan
yang menggunakan/menikmati pelayanan jasa parkir di tempat khusus
parkir.

12. Ketentuan Pasal 24 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 24
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 32

Retribusi Pelayanan Parkir di tepi jalan umum digolongkan sebagai


Retribusi Jasa Umum.

13. Diantara Pasal 31 dan Pasal 32 disisipkan 1 (satu) Pasal yakni


Pasal 31A, sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 31A
(1) Struktur dan besarnya tarif retribusi parkir berlangganan
ditetapkan sebagai berikut:

1. kendaraan truck dengan gandengannya, trailer atau kendaraan


lain yang sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 480.000,00
(empat ratus delapan puluh ribu rupiah) setiap tahun;

2. untuk kendaraan truck, bus dan alat besar/berat lainnya,


dikenakan retribusi sebesar Rp. 384.000,00 (tiga ratus delapan
puluh empat ribu rupiah) setiap tahun;

3. untuk kendaraan truck mini atau kendaraan lain yang sejenis,


dikenakan retribusi sebesar Rp. 240.000,00 (dua ratus empat
puluh ribu rupiah) setiap tahun;

4. untuk kendaraan mobil sedan, pick up atau kendaraan lain yang


sejenis, dikenakan retribusi sebesar Rp. 96.000,00 (sembilan
puluh enam ribu rupiah) setiap tahun;

5. untuk kendaraan sepeda motor, dikenakan retribusi sebesar Rp.


48.000,00 (empat puluh delapan ribu rupiah) setiap tahun.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 33

(2) Tarif retribusi Parkir berlangganan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) berlaku untuk parkir di Tepi Jalan Umum dan di Tempat
Khusus Parkir.

14. Ketentuan Pasal 32 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 32
(1) Besarnya tarif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30, Pasal 31
dan Pasal 31A sudah termasuk pembayaran premi asuransi
kehilangan kendaraan .

(2) Ketentuan lebih lanjut mengenai pembayaran premi asuransi dan


tata cara penggantian kehilangan kendaraan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

15. Ketentuan Pasal 34 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :

Pasal 34
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.

(2) Dokumen lain yang dipersamakan sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dapat berupa karcis, kupon dan kartu langganan.
(3) Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30,
Pasal 31 dan Pasal 31A disetor ke Rekening Kas Umum Daerah.

(4) Retribusi yang terutang dipungut di Wilayah Daerah.

(5) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pelaksanaan


pemungutan retribusi diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.

16. Ketentuan Pasal 41 diubah sehingga berbunyi sebagai berikut :


Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 34

Pasal 41
(1) Pelanggaran terhadap ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 4 ayat (1), Pasal 6 ayat (1), Pasal 10 ayat (3), Pasal 11 ayat
(3), Pasal 11 ayat (4), Pasal 13, Pasal 14 atau Pasal 15, dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau denda
paling banyak Rp. 50. 000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(2) Wajib retribusi yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga


merugikan keuangan Daerah dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 3 (tiga) bulan atau denda paling banyak 3 (tiga) kali
jumlah retribusi yang terutang yang tidak atau kurang dibayar.

(3) Tindak Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2)
adalah pelanggaran.

Pasal II
Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan
Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah
Kota Surabaya.
Ditetapkan di Surabaya
pada tanggal
WALIKOTA SURABAYA
BAMBANG DWI HARTONO
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 35

PENJELASAN
ATAS
RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA
NOMOR TAHUN
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA
NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN
PERPARKIRAN
DAN RETRIBUSI PARKIR
I. UMUM
Bahwa dalam rangka meningkatkan pelayanan perparkiran di kota
Surabaya khususnya pelayanan parkir di tepi jalan umum dan
pelayanan parkir di tempat khusus parkir serta dalam rangka
penyesuaian substansi/materi sebagaimana diatur dalam Undang-
Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah, maka Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1 Tahun 2009
tentang Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir perlu
ditinjau kembali.
Sehubungan dengan hal tersebut, perlu membentuk Peraturan Daerah
tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Surabaya Nomor 1
Tahun 2009 tentang Penyelenggaraan Perparkiran dan Retribusi Parkir.
II. PASAL DEMI PASAL
Pasal I :
Angka 1 : Cukup jelas.
Angka 2 : Cukup jelas .
Angka 3 : Cukup jelas.
Angka 4 : Cukup jelas.
Angka 5 : Cukup jelas.
Angka 6 : Cukup jelas.
Angka 7 : Cukup jelas.
Angka 8 : Cukup jelas.
Angka 9 : Cukup jelas.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 36

Angka 10 : Cukup jelas.


Angka 11 : Cukup jelas.
Angka 12 : Cukup jelas.
Pasal II : Cukup jelas.
Tugas PLKH Pembentukan Peraturan Perundang-undangan 37

TUGAS PLKH
Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan

Nama : Stefani Kaonang


NRP : 2070813
Kelas : B

Fakultas Hukum
Universitas Surabaya
2010

You might also like