Professional Documents
Culture Documents
Parlindungan Pardede
Abstrak
Dibandingkan dengan penerjemahan jenis teks lainnya,
penerjemahan puisi merupakan aktivitas tersulit karena adanya nilai-nilai
estetik (sarana penyampaian keindahan melalui penggunaan diksi,
metafora, imageri, dan bahasa figuratif) dan nilai-nilai ekspresif (sarana
penyampaian pikiran atau emosi pengarang melalui struktur, rima,
maupun pelafalan) yang perlu dipertimbangkan selain pengalihan makna.
Untuk menghasilkan terjemahan puisi yang baik, penerjemah harus
memindahkan makna dan nilai-nilai tersebut dari bahasa sumber (BSu) ke
dalam bahasa sasaran (BSa). Makalah ini membandingkan hasil
analisis tiga puisi Taufik Ismail sebagai teks sumber (TSu) dengan
hasil terjemahan masing-masing dalam bahasa Inggris sebagai teks
sasaran (TSa) untuk melihat aspek-aspek apa saja yang membuat
TSa tersebut diterima sebagai hasil penerjemahan baik. Ketiga TSa
tersebut diakui sebagai hasil terjemahan yang baik sehingga turut
serta diterbitkan dalam sebuah antologi terbitan Yayasan Lontar dan
disponsori oleh Perhimpunan Persahabatan Indonesia Amerika
(PPIA) dan The Ford Foundation.
Pendahuluan
1
juga membuat akses kepada lautan pengetahuan yang begitu luas
baik. Dalam ruang lingkup yang lebih luas, penerjemahan karya sastra
lain dalam rangka memahami bangsa itu secara lebih mendalam. Oleh
karena itu, sejak didirikan pada tahun 1948, UNESCO, badan PBB yang
Sebagai salah satu jenis karya sastra, puisi merupakan salah satu
target penerjemah yang penting. Puisi tergolong karya sastra tertua yang
petani, tentara, ilmuwan, pengacara, dokter, filsuf, hingga raja dan ratu—
2
manusia sehari-hari. Perrine (1973: 3) menyatakan bahwa puisi
khusus, sejenis nilai-nilai yang unik tentang kehidupan. Oelh sebab itu,
the Sound of Pines dan The Moon, yang diterjemahkan oleh John H.
McGlynn ke dalam bahasa Inggris dari tiga puisi Taufiq Ismail yang
Bulan, diterima sebagai terjemahan yang baik. Untuk mencapai tujuan itu,
seluruh puisi terjemahan dan puisi asli masing-masing dianalisis, dan hasil
analisis itu dibandingkan untuk melihat dalam aspek apa saja masing-
masing puisi terjemahan dan puisi aslinya sepadan (equivalent) dan setia
3
yang kuat akan kualitas ketiga puisi terjemahan itu. Selain itu,
Inggris. Seluruh puisi itu ditulis ketika para penulisnya berada di Amerika Serikat
atau setelah kembali dari negara itu dan mengungkapkan hal-hal yang tidak
Indonesia. Latar belakang ini menjadi alasan tambahan mengapa penulis memilih
ketiga puisi dan terjemahannya tersebut sebagai korpus dalam analisis ini.
4
memindahkan seluruh nilai-nilai tersebut dari bahasa sumber (BSu) ke
tidak hanya dibangun oleh diksi, metafora, imageri, dan bahasa figuratif.
novel atau cerita-pendek, yaitu ritme, rima, tekanan kata (meter), nada
merupakan jenis yang paling sulit (most testing type) dan Dastjerdi (2004)
mungkin dilakukan.
belum berkesudahan. Akan tetapi, praktik penerjemahan puisi sudah lama dan
unsur puisi dapat ditemukan, disusun dan ‘diwarnai’ kembali oleh penerjemah.
5
Bahkan, tak jarang hasil terjemahan itu lebih ‘cemerlang’ dari versi aslinya
(Dastjerdi, 2004).
sebagian orang berpendapat bahwa puisi hanya dapat diterjemahkan oleh penyair.
Hingga tahap tertentu pernyataan ini mungkin ada benarnya. Namun menurut
dimaksud harus memenuhi paling tidak empat persyaratan: (1) penguasaan yang
baik atas BSu dan BSa; (2) pengetahuan, minat, dan kemampuan mengapresiasi
yang tinggi atas puisi, khususnya puisi dalam BSu dan BSa; (3) penguasaan yang
baik atas metode dan prosedur penerjemahan puisi; dan (4) pemahaman yang baik
atas konsep-konsep struktur, ritme, rima, tekanan kata (meter), nada (tone),
6
translation), (6) penerjemahan syair bebas (free verse translation), dan (7)
interpretasi (interpretation).
bunyi-bunyi puisi dari BSu ke dalam BSa dan pada saat yang bersamaan
TSa. Mengingat bahwa setiap bahasa memiliki sistem pelafalan sendiri, metode
menghasilkan terjemahan yang tidak sepadan dalam segi makna dan struktur.
yang asli.
menekankan transfer rima ke dalam BSa. Hasilnya akan mirip secara fisik, namun
yang sepadan dan bernilai tinggi ditinjau dari segi kesusastraan. Akan tetapi,
dalam metode ini rima dan pelafalan cenderung diabaikan. Oleh karena itu hasil
terjemahan agak berbeda secara fisik dengan yang asli namun sepadan dari segi
semantis.
Metode interpretasi mencakup dua tipe, yaitu syair (verse) dan imitasi. Tipe
syair memberikan hasil yang sama secara semantis namun berbeda secara fisik
dengan puisi asli (jadi, metode ini mirip dengan metode penerjemahan syair
7
bebas). Metode imitasi menghasilkan terjemahan yang sangat berbeda dengan
puisi asli, kecuali judul, topik, dan titik awalnya yang tetap dipertahankan.
diakibatkan oleh adanya penekanan pada satu atau lebih komponen puisi selama
menekankan pemindahan makna secara tepat ke dalam BSa. Oleh sebab itu, tak
satupun dari metode itu yang dapat memenuhi kebutuhan penerjemah puisi.
kontekstual teks asli secara tepat dengan cara mempertahankan nilai-nilai estetis
dan komponen ekspresif, seperti pilihan kata yang khas, makna konotatif, bahasa
figuratif, metafora, imageri, bunyi, struktur, rima, dan lain-lain. Dengan demikian,
metode ini mampu memenuhi dua tujuan utama penerjemahan: akurasi dan
dua tahapan, yaitu pembacaan dan penulisan yang kemudian dibagi lagi ke dalam
8
dilakukan mungkin saja berbeda antara penerjemah yang satu dengan yang
lainnya.
pengetahuannya tentang sastra secara umum dan puisi secara khusus, penerjemah
menggali makna puisi asli yang sebenarnya. Pada tahap ini mungkin
membutuhkan bantuan dari orang lain, terutama penutur asli BSu untuk
dalam tahap kedua ini kemudian dibandingkan dengan makna yang ada pada versi
literal. Pada tahap ketiga ini penerjemah memperbaiki dan menulis ulang bagian-
Meskipun sudah bagus dalam segi makna, kemungkinan besar teks yang
diperoleh pada tahap ketiga ini masih kaku. Oleh sebab itu, tugas selanjutnya yang
harus dilakukan penerjemah adalah ‘menyegarkan’ versi yang kaku tersebut agar
terasa alami bagi penutur BSa. Hal ini dicapai dengan menyesuaikan ragam
bahasa TSa dengan TSu. Bila bahasa Tsu bersifat formal, maka bahasa TSa juga
harus formal, dan bila bahasa puisi asli bersifat informal, maka bahasa puisi
9
Pada tahap kelima, penerjemah ‘mengoptimalkan kupingnya’ untuk
tersebut. Jika suasana puisi asli menyenangkan, suasana puisi terjemahan juga
puitis.
puisi asli harus dipertahankan dalam puisi terjemahan. Hal ini dapat dilakukan
dengan menghafal puisi asli dan kemudian dilafalkan pada diri sendiri serta orang
lain. Setelah itu, penerjemah perlu menanyakan pada seorang penutur asli yang
memahami unsur-unsur sastra dalam puisi asli untuk memperbaiki hal-hal yang
mungkin belum sesuai. Sebagai tahap akhir, penerjemah perlu mempelajari puisi
Penyair Amerika kenamaan, Robert Frost (dalam Dudek, 2003), misalnya pernah
menyatakan bahwa puisi ‘tersesat dalam penerjemahan’. Oleh karena itu, tidak
makna TSu secara akurat ke TSa) dan transparency (hasil terjemahan terlihat
alami dalam BSa). Walaupun pengertian kedua kriteria itu masih kontroversial,
10
secara umum, puisi terjemahan yang memenuhi keduanya merupakan puisi yang
dapat menyampaikan makna puisi asli. Oleh karena itu, sebuah puisi terjemahan
itu adalah puisi dalam pengertian yang sebenarnya. Dengan kata lain, sebuah puisi
terjemahan yang baik mampu menyampaikan pesan, unsur-unsur emosi, dan nilai-
nilai estetik puisi asli serta sekaligus merupakan puisi yang baik dalam BSa.
Analisis
sebagai landasan, berikut ini adalah perbandingan hasil analisis antara tiga
diberi judul: Full Moon in the Midwest, Is it the Sound of Pines dan The
(eklektik) antara berbagai konsep analisis puisi yang diuraikan oleh Barnet
dan bahasa figuratif). Pada tahap ketiga, analisis dilanjutkan pada struktur
Perbandingan Makna
11
Pantun Terang Bulan di Midwest pada hakikatnya merupakan
gambaran bulan purnama dengan sinar yang agak merah. Diterangi sinar
bulan, Sungai Mississippi terlihat dengan jelas, termasuk lebar dan airnya
jagung, rawa-rawa, bukit, asap, danau, burung belibis, dan lereng bukit
yang dipenuhi phon pina. Pemandangan alam yang indah itu diiringi oleh
kedua puisi ini tidak memiliki perbedaan. Dengan kata lain, McGlynn
keindahan “musik alam”. Dilihat dari diksi “cemara” dan “lautan ladang
12
ketakjuban penyair terhadap keindahan alam Amerika. Jika Pantun
dalam puisi ini diawali dengan desingan suara cemara yang diiringi oleh
suara daun-daun yang terlepas. Musik itu kemudian digemakan oleh bukit-
Dilihat dari detil makna yang terungkap, Adakah Suara Cemara tidak
orkestra alam yang sama dalam dua bahasa yang berbeda. Jadi, dapat
13
penyair memperlihatkan gerakan ekor lembu yang dikibas-kibaskan dan
disampaikan kedua puisi ini juga serupa. Jadi, dapat dikatakan bahwa
tanpa penyimpangan.
“Biru abu-abu”. Dalam Full Moon in the Midwest, imageri ini diterjemahkan
dengan tepat menjadi “Sheds rosy light”, “Wide and muddy”, “Fields of
corn”, dan “grayish blue.” Jadi, ditinjau dari segi penggunaan imageri, Full
14
auditorial. Hal ini sangat tepat mengingat tujuan penulisan puisi ini
menjadi “sound”, “hiss”, “roar”, dan “knell”. Oleh karena itu, ditinjau dari
15
dengan itu, ditinjau dari segi penggunaan imageri dan personifikasi, The
Puisi ini ditulis dalam lima bait, dan setiap bait terdiri dari empat baris
dengan rima akhir (end-rhyme) yang ketat, yaitu: a-b-a-b. Pola tekanan
kata (meter) seluruh baris dalam setiap bait juga relatif baik. Sebagai
mengandung lima suku kata. Struktur, rima, dan ‘meter’ ini membuat puisi
ini indah didengar. Jika dibaca bersuara, puisi ini terdengar seperti pantun,
Midwest memiliki struktur yang rapi—ditulis dalam lima bait dan masing-
masing bait terdiri dari empat baris. Akan tetapi kesamaan dalam hal
struktur ini tidak diikuti oleh kesamaan dalam hal ‘meter’ dan rima.
akhir yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, dilihat dari segi struktur dan
nilai-nilai ekspresif, Full Moon in the Midwest tidak sepadan dengan puisi
aslinya.
ditulis dalam tiga bait ini memiliki jumlah baris yang sama—empat baris—
16
di setiap bait. Rima akhir (end-rhyme) setiap baik tidak begitu ketat. Bait
ketiga berpola a-b-c-b; Variasi rima akhir ini mungkin dimaksudkan untuk
baris pertama dan kedua bait pertama sebagai baris pertama dan kedua
Is it the Sound of Pines juga terdiri dari tiga bait, dan masing-masing
bait terdiri dari empat baris. Seperti halnya Adakah Suara Cemara, pola
rima akhir Is it the Sound of Pines tidak begitu ketat. Pengulangan baris
pertama dan kedua bait pertama di bait ketiga juga dilakukan oleh
Dilihat dari segi struktur, Bulan dan terjemahannya, The Moon tidak
kedua masing-masing puisi ini dibentuk oleh tiga baris, dan bait ketiga
hingga kelima kedua puisi ini juga sama, yakni empat baris. Kedua puisi
antara tiga hingga delapan suku kata. Dengan demikian, dilihat dari
17
Kesimpulan dan Saran
1. Kesimpulan
fidelity.
b. Dilihat dari segi nilai-nilai ekspresif (khususnya aspek ‘meter’ dan rima)
dan TSa memiliki beberapa perbedaan. Pada dasarnya hal ini dapat
bahasa Inggris). Karena ketiga TSa muncul sebagai puisi yang alami
2. Saran
18
a. Karena analisis ini hanya menggunakan tiga pasang puisi asli dan
Daftar Pustaka
Adewuni, Salawu. 2006 “Narrowing the Gap between Theory and Practice
of Translation”, Diunduh pada tanggal 10 Desember 2008 dari:
http://accurapid.com/ journal/36yoruba.htm.
19
Dastjerdi, Hossein Vahid. (2004). “Translation of Poetry: Sa`di’s Oneness
of Mankind Revisited.” Diunduh pada tanggal 16 Mei 2009 dari:
http://accurapid.com/journal/30liter.htm
Guches, Richard C. 1980. Sequel: A Handbook for the Critical Analysis for
Literature. Palo Alto: Peek Publications.
Hirsch, Edward. 1999. How to Read a Poem and Fall in Love with Poetry.
New York: Harcourt Brace.
20
Taylor, Richard. 1981. Understanding the Elements of Literature. New
York: Prentice Hall Inc.
Lampiran 1
The Mississippi
Sungai Mississippi
Wide and muddy
Lebar dan keruh
Sounds of solence
Bunyi-bunyi sepi
Roll like thunder
Awan gemuruh
Fields of corn
Ladang-ladang jagung
Sensual swamps
Rawa-rawa dukana
Insects buzzing
Serangga mendengung
21
Sampaikah suara Do you hear the sound?
22
Mengombakkan suara itu Throwing up waves of sound
Berpusing In midair
23
Ekornya Straw lies
Jerami Broken
Terpelanting On the ground
24