PPST UKDW Yahya Wijaya Globalisasi dan Konsumerisme • Kuatnya pengaruh media yang berbasis di Barat (khususnya Amerika Serikat) membuat perilaku masyarakat Amerika menjadi model bagi seluruh dunia, termasuk dalam hal perilaku ekonomi • Perilaku ekonomi Amerika saat ini telah mengalami pergeseran orientasi dari produksi ke konsumsi, sebagai konsekuensi dari kelebihan produksi dan peningkatan kemakmuran • Konsumerisme Amerika bersifat “affluenza” (Owens) seperti influenza: menular dengan mudah ke seluruh dunia • Mall, credit card dan HP sebagai ikon-ikonnya • Di Amerika dan negara-negara produktif lainnya, konsumerisme diperlukan demi keseimbangan supply-demand yang menjamin stabilitas ekonomi • Di Indonesia, konsumerisme menambah beban ekonomi domestik karena membutuhkan terlalu banyak produk yang harus diimpor (akibat lemahnya etos produksi) dan boros energi Konsumerisme dan gereja • Gereja-gereja dengan ambisi menjadi lebih besar terus menerus merupakan salah satu lembaga yang menyebarkan affluenza melalui konsumsi impor yang besar, baik dalam hal barang maupun jasa (termasuk pengkhotbah bule) • Perilaku ekonomi gereja memengaruhi perilaku ekonomi anggota-anggotanya Dari konsumsi hedonistik ke konsumsi etis • Tekanan kelompok-kelompok civil society di Barat menghasilkan pencitraan konsumen yang kritis: • Bukan konsumen yang hedonistik, tetapi konsumen yang peduli terhadap aspek-aspek moral dalam produksi, pemasaran dan distribusi dari produk-produk yang dikonsumsinya • Konsumen yang sadar moral mendorong perusahaan- perusahaan untuk menampilkan citra diri yang sesuai dengan tuntutan konsumen • Konsep dan praktik-praktik CSR • Standar-standar etis mengenai perlakuan terhadap pekerja, persaingan, lingkungan hidup, efisiensi energi dan “equal opportunity” • Penularan konsumerisme hedonis jauh lebih mudah dan cepat ketimbang konsumerisme kritis • Di Indonesia kelompok CS masih lemah dan mudah “dibeli.” Kebanyakan hanya menyuarakan kepentingan politis golongan tertentu • Gereja-gereja terjebak atau dalam konsumerisme hedonis atau dalam sikap pra globalisasi