You are on page 1of 11

1.

KELAPA

Kelapa adalah satu jenis tumbuhan dari suku aren-arenan atau Arecaceae dan adalah
anggota tunggal dalam marga Cocos. Tumbuhan ini dimanfaatkan hampir semua
bagiannya oleh manusia sehingga dianggap sebagai tumbuhan serba guna, khususnya
bagi masyarakat pesisir. Kelapa juga adalah sebutan untuk buah yang dihasilkan
tumbuhan ini.

a. Ciri-ciri :
Pohon dengan batang tunggal atau kadang-kadang
bercabang. Akar serabut, tebal dan berkayu, berkerumun
membentuk bonggol, adaptif pada lahar berpasir pantai.
Batang beruas-ruas namun bila sudah tua tidak terlalu
tampak, khas tipe monokotil dengan pembuluh menyebar
(tidak konsentrik), berkayu. Kayunya kurang baik
digunakan untuk bangunan. Daun tersusun secara
majemuk, menyirip sejajar tunggal, pelepah pada ibu
tangkai daun pendek, duduk pada batang, warna daun
hijau kekuningan. Bunga tersusun majemuk pada
rangkaian yang dilindungi oleh bractea; terdapat bunga
jantan dan betina, berumah satu, bunga betina terletak di
pangkal karangan, sedangkan bunga jantan di bagian yang jauh dari pangkal. Buah besar,
diameter 10 cm sampai 20 cm atau bahkan lebih, berwarna kuning, hijau, atau coklat;
buah tersusun dari mesokarp berupa serat yang berlignin, disebut sabut, melindungi
bagian endokarp yang keras (disebut batok) dan kedap air; endokarp melindungi biji yang
hanya dilindungi oleh membran yang melekat pada sisi dalam endokarp.

b. Pemanfaatan

Kelapa adalah pohon serba guna bagi masyarakat tropika. Hampir semua bagiannya dapat
dimanfaatkan orang. Batangnya, yang disebut glugu dipakai orang sebagai kayu dengan
mutu menengah, dan dapat dipakai sebagai papan untuk rumah.

Daunnya dipakai sebagai atap rumah setelah dikeringkan. Daun muda kelapa, disebut
janur, dipakai sebagai bahan anyaman dalam pembuatan ketupat atau berbagai bentuk
hiasan yang sangat menarik, terutama oleh masyarakat Jawa dan Bali dalam berbagai
upacara, dan menjadi bentuk kerajinan tangan yang berdiri sendiri (seni merangkai
janur). Tangkai anak daun yang sudah dikeringkan, disebut lidi, dihimpun menjadi satu
menjadi sapu.

Tandan bunganya, yang disebut mayang, dipakai orang untuk hiasan dalam upacara
perkawinan dengan simbol tertentu. Bunga betinanya, disebut bluluk (bahasa Jawa),
dapat dimakan. Cairan manis yang keluar dari tangkai bunga, disebut (air) nira atau
legèn (bhs. Jawa), dapat diminum sebagai penyegar atau difermentasi menjadi tuak.
Buah kelapa adalah bagian paling bernilai ekonomi. Sabut, bagian mesokarp yang berupa
serat-serat kasar, diperdagangkan sebagai bahan bakar, pengisi jok kursi, anyaman tali,
keset, serta media tanam bagi anggrek. Tempurung atau batok, yang sebetulnya adalah
bagian endokarp, dipakai sebagai bahan bakar, pengganti gayung, wadah minuman, dan
bahan baku berbagai bentuk kerajinan tangan.

Endosperma buah kelapa yang berupa cairan serta endapannya yang melekat di dinding
dalam batok adalah sumber penyegar populer. Daging buah muda berwarna putih dan
lunak serta biasa disajikan sebagai es kelapa muda atau es degan. Cairan ini mengandung
beraneka enzim dan memilki khasiat penetral racun dan efek penyegar/penenang.
Beberapa kelapa bermutasi sehingga endapannya tidak melekat pada dinding batok
melainkan tercampur dengan cairan endosperma. Mutasi ini disebut (kelapa) kopyor.
Daging buah tua kelapa berwarna putih dan mengeras. Sarinya diperas dan cairannya
dinamakan santan. Daging buah tua ini juga dapat diambil dan dikeringkan serta menjadi
komoditi perdagangan bernilai, disebut kopra. Kopra adalah bahan baku pembuatan
minyak kelapa dan turunannya. Cairan buah tua kelapa biasanya tidak menjadi bahan
minuman penyegar dan merupakan limbah industri kopra. Namun demikian dapat
dimanfaatkan lagi untuk dibuat menjadi bahan semacam jelly yang disebut nata de coco
dan merupakan bahan campuran minuman penyegar.

2. ASAM JAWA

Asam jawa adalah sejenis buah yang masam rasanya; biasa digunakan sebagai bumbu
dalam banyak masakan Indonesia sebagai perasa atau penambah rasa asam dalam
makanan, misalnya pada sayur asam atau kadang-kadang kuah pempek.

Asam jawa dihasilkan oleh pohon yang bernama ilmiah


Tamarindus indica, termasuk ke dalam suku Fabaceae
(Leguminosae). Spesies ini adalah satu-satunya anggota
marga Tamarindus. Nama lain asam jawa adalah asam
(Mly.), asem (Jw.), sampalok (Tagalog), ma-kham (Thai),
dan tamarind (Ingg.). Buah yang telah tua dan sangat
masak biasa disebut asem kawak.

a. Ciri-ciri :

Pohon asam berperawakan besar, selalu hijau (tidak


mengalami masa gugur daun), tinggi sampai 30 m dan
diameter batang di pangkal hingga 2 m. Kulit batang
berwarna coklat keabu-abuan, kasar dan memecah,
beralur-alur vertikal. Tajuknya rindang dan lebat berdaun,
melebar dan membulat.

Daun majemuk menyirip genap, panjang 5-13 cm, terletak berseling, dengan daun
penumpu seperti pita meruncing, merah jambu keputihan. Anak daun lonjong
menyempit, 8-16 pasang, masing-masing berukuran 0,5-1 × 1-3,5 cm, bertepi rata,
pangkalnya miring dan membundar, ujung membundar sampai sedikit berlekuk.

Bunga tersusun dalam tandan renggang, di ketiak daun atau di ujung ranting, sampai 16
cm panjangnya. Bunga kupu-kupu dengan kelopak 4 buah dan daun mahkota 5 buah,
berbau harum. Mahkota kuning keputihan dengan urat-urat merah coklat, sampai 1,5 cm.

Buah polong yang menggelembung, hampir silindris, bengkok atau lurus, berbiji sampai
10 butir, sering dengan penyempitan di antara dua biji, kulit buah (eksokarp) mengeras
berwarna kecoklatan atau kelabu bersisik, dengan urat-urat yang mengeras dan liat serupa
benang. Daging buah (mesokarp) putih kehijauan ketika muda, menjadi merah kecoklatan
sampai kehitaman ketika sangat masak, asam manis dan melengket. Biji coklat
kehitaman, mengkilap dan keras, agak persegi.

b. Pemanfaatan

Daging buah asam jawa sangat populer, dan digunakan dalam aneka bahan masakan atau
bumbu di berbagai belahan dunia. Buah yang muda sangat masam rasanya, dan biasa
digunakan sebagai bumbu sayur asam atau campuran rujak. Buah yang telah masak dapat
disimpan lama setelah dikupas dan sedikit dikeringkan dengan bantuan sinar matahari.
Asem kawak, inilah yang biasa diperdagangkan antar pulau dan antar negara. Selain
sebagai bumbu, untuk memberikan rasa asam atau untuk menghilangkan bau amis ikan,
asem kawak biasa digunakan sebagai bahan sirup, selai, gula-gula, dan jamu.

Thailand juga menghasilkan asam jawa yang manis rasanya. Buah ini populer dan
dimakan dalam keadaan segar; karena itu diekspor dalam bentuk polong yang belum
dikupas.

Biji asam biasa dimakan setelah direndam dan direbus, atau setelah dipanggang. Selain
itu, biji asam juga dijadikan tepung untuk membuat kue atau roti.

Di samping daging buah, banyak bagian pohon asam yang dapat dijadikan bahan obat
tradisional. Daun mudanya (Jw. sinom) digunakan sebagai tapal untuk mengurangi
radang dan rasa sakit di persendian, di atas luka atau pada sakit rematik. Daun muda yang
direbus untuk mengobati batuk dan demam. Kulit kayunya yang ditumbuk digunakan
untuk menyembuhkan luka, borok, bisul dan ruam. Kulit kayu asam juga digunakan
sebagai obat kuat. Tepung bijinya untuk mengobati disentri dan diare.

Kayu teras asam jawa berwarna coklat kemerahan, berat, keras dan bertekstur halus,
sehingga kerap digunakan untuk membuat mebel, kerajinan, ukir-ukiran dan patung. Bagi
anak-anak di Jawa Tengah, kayu asam merupakan kayu pilihan untuk membuat gasing.
Biji asam juga kerap digunakan dalam permainan congklak atau dakon.
3. PEPAYA

Pepaya (Carica papaya L.), atau betik adalah tumbuhan yang berasal dari Meksiko
bagian selatan dan bagian utara dari Amerika Selatan, dan kini menyebar luas dan banyak
ditanam di seluruh daerah tropis untuk diambil buahnya. C. papaya adalah satu-satunya
jenis dalam genus Carica. Nama pepaya dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa
Belanda, "papaja", yang pada gilirannya juga mengambil dari nama bahasa Arawak,
"papaya". Dalam bahasa Jawa pepaya disebut "katès" dan dalam bahasa Sunda "gedang".

a. Ciri-ciri

Pohon pepaya umumnya tidak bercabang atau bercabang


sedikit, tumbuh hingga setinggi 5-10 m dengan daun-
daunan yang membentuk serupa spiral pada batang
pohon bagian atas. Daunnya menyirip lima dengan
tangkai yang panjang dan berlubang di bagian tengah.
Bentuknya dapat bercangap ataupun tidak. Pepaya
kultivar biasanya bercangap dalam.

Pepaya adalah monodioecious' (berumah tunggal


sekaligus berumah dua) dengan tiga kelamin: tumbuhan
jantan, betina, dan banci (hermafrodit). Tumbuhan
jantan dikenal sebagai "pepaya gantung", yang walaupun jantan kadang-kadang dapat
menghasilkan buah pula secara "partenogenesis". Buah ini mandul, dan dijadikan bahan
obat tradisional. Bunga pepaya memiliki mahkota bunga berwarna kuning pucat dengan
tangkai atau duduk pada batang. Bunga jantan pada tumbuhan jantan tumbuh pada
tangkai panjang. Bunga biasanya ditemukan pada daerah sekitar pucuk.

Bentuk buah bulat hingga memanjang, dengan ujung biasanya meruncing. Warna buah
ketika muda hijau gelap, dan setelah masak hijau muda hingga kuning. Bentuk buah
membulat bila berasal dari tanaman betina dan memanjang (oval) bila dihasilkan tanaman
banci. Tanaman banci lebih disukai dalam budidaya karena dapat menghasilkan buah
lebih banyak dan buahnya lebih besar. Daging buah berasal dari karpela yang menebal,
berwarna kuning hingga merah, tergantung varietasnya. Bagian tengah buah berongga.
Biji-biji berwarna hitam atau kehitaman dan terbungkus semacam lapisan berlendir (pulp)
untuk mencegahnya dari kekeringan. Dalam budidaya, biji-biji untuk ditanam kembali
diambil dari bagian tengah buah.

Kelamin jantan pepaya ditentukan oleh suatu kromosom Y-primitif, yang 10% dari
keseluruhan panjangnya tidak mengalami rekombinasi. Suatu penanda genetik RAPD
juga telah ditemukan untuk membedakan pepaya berkelamin betina dari pepaya jantan
atau banci.

b. Pemanfaatan

Buah pepaya dimakan dagingnya, baik ketika muda maupun masak. Daging buah muda
dimasak sebagai sayuran (dioseng-oseng). Daging buah masak dimakan segar atau
sebagai campuran koktail buah. Pepaya dimanfaatkan pula daunnya sebagai sayuran dan
pelunak daging. Daun pepaya muda dimakan sebagai lalap (setelah dilayukan dengan air
panas) atau dijadikan pembungkus buntil. Oleh orang Manado, bunga pepaya yang diurap
menjadi sayuran yang biasa dimakan. Getah pepaya (dapat ditemukan di batang, daun,
dan buah) mengandung enzim papain, semacam protease, yang dapat melunakkan daging
dan mengubah konformasi protein lainnya. Papain telah diproduksi secara massal dan
menjadi komoditas dagang. Daun pepaya juga berkhasiat obat dan perasannya digunakan
dalam pengobatan tradisional untuk menambah nafsu makan.

4. COCOR BEBEK

Cocor bebek atau suru bebek (Latin:Kalanchoe pinnata syn. Bryophyllum calycinum
syn. Bryophyllum pinnatum) adalah tumbuhan sukulen (mengandung air) yang berasal
dari Madagaskar. Tanaman ini terkenal karena metode reproduksinya melalui tunas daun
(tunas/adventif).

Cocor bebek populer digunakan sebagai tanaman hias di rumah tetapi banyak pula yang
tumbuh liar di kebun-kebun dan pinggir parit yang tanahnya banyak berbatu.

a. Ciri-ciri

Cocor bebek memiliki batang yang lunak dan beruas.


Daunnya tebal berdaging dan mengandung banyak
air. Warna daun hijau muda (kadang kadang abu-
abu). Bunga majemuk, buah kotak. Bila dimakan
cocor bebek rasanya agak asam dan dingin.

b. Pemanfaatan

Cocor bebek mengandung asam malat, damar, zat lendir, magnesium malat, kalsium
oksalat, asam formiat, dan tanin. Cocor bebek digunakan sebagai obat tradisional untuk
menyembuhkan sakit kepala, batuk, sakit dada, borok, dan penyakit kulit lainnya,
menyembuhkan demam, memperlancar haid yang tidak teratur, obat luka, serta bisul.

5. PISANG

Pisang adalah nama umum yang diberikan pada tumbuhan terna raksasa berdaun besar
memanjang dari suku Musaceae. Beberapa jenisnya (Musa acuminata, M. balbisiana, dan
M. ×paradisiaca) menghasilkan buah konsumsi yang dinamakan sama..
a. Ciri-ciri

Buah ini tersusun dalam tandan dengan kelompok-kelompok tersusun menjari, yang
disebut sisir. Hampir semua buah pisang memiliki kulit berwarna kuning ketika matang,
meskipun ada beberapa yang berwarna jingga, merah, ungu, atau bahkan hampir hitam.
Buah pisang sebagai bahan pangan merupakan sumber energi (karbohidrat) dan mineral,
terutama kalium.

Perlu disadari, istilah "pisang" juga dipakai untuk sejumlah jenis yang tidak
menghasilkan buah konsumsi, seperti pisang abaka, pisang hias, dan pisang kipas. Artikel
ini hanya membahas pisang penghasil buah konsumsi serta kerabatnya yang berkaitan

b. Pemanfaatan

Berdasarkan cara konsumsi buahnya, pisang dikelompokkan


dalam dua golongan, yaitu pisang meja (dessert banana) dan
pisang olah (plantain, cooking banana). Pisang meja
dikonsumsi dalam bentuk segar setelah buah matang, seperti
pisang ambon, susu, raja, seribu, dan sunripe. Pisang olahan
dikonsumsi setelah digoreng, direbus, dibakar, atau dikolak,
seperti pisang kepok, siam, kapas, tanduk, dan uli.

Buah pisang diolah menjadi berbagai produk, seperti sale, kue,


ataupun arak (di Amerika Latin).

Selain memberikan kontribusi gizi lebih tinggi daripada apel, pisang juga dapat
menyediakan cadangan energi dengan cepat bila dibutuhkan. Termasuk ketika otak
mengalami keletihan. Beragam jenis makanan ringan dari pisang yang relatif populer
antara lain Kripik Pisang asal Lampung, Sale pisang(Bandung), Pisang Molen (Bogor),
dan epe (Makassar).

Pisang mempunyai kandungan gizi sangat baik, antara lain menyediakan energi cukup
tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Pisang kaya mineral seperti kalium,
magnesium, fosfor, besi, dan kalsium. Pisang juga mengandung vitamin, yaitu C, B
kompleks, B6, dan serotonin yang aktif sebagai neurotransmitter dalam kelancaran fungsi
otak.

6. TEBU

Tebu (bahasa Inggris: sugar cane) adalah tanaman yang ditanam untuk bahan baku gula
dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini
termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen
mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa
dan Sumatra.
a. Ciri-ciri
1. tinggi antara 3 – 6 m
2. diameter batang 2 – 5 cm,
3. bentuk batang kurus tinggi, dan
4. warna batang bervariasi dari hijau ke kuning
kecoklatan.
5. Tanaman tebu memiliki waktu pertumbuhan
selama 12 hingga 18 bulan di iklim tropis dan
biasanya dipanen pada bulan Januari hingga
Agustus.
6. Batang pohon tebu terdiri dari banyak ruas yang
setiap ruasnya dibatasi oleh buku-buku sebagai
tempat duduknya daun.
7. Bentuk daun tebu berwujud belaian dengan
pelepah.
8. Panjang daun dapat mencapai panjang 1-2 meter dan lebar 4-8 centimeter dengan
permukaan kasar dan berbulu.
9. Bunga tebu berupa bunga majemuk yang berbentuk m,-t 1 ai di puneak sebuah
poros gelagah. Sedang akarnya berbentuk serabut.

b. Pemanfaatan

Untuk pembuatan gula, batang tebu yang sudah dipanen diperas dengan mesin pemeras
(mesin press) di pabrik gula. Sesudah itu, nira atau air perasan tebu tersebut disaring,
dimasak, dan diputihkan sehingga menjadi gula pasir yang kita kenal. Dari proses
pembuatan tebu tersebut akan dihasilkan gula 5%, ampas tebu 90% dan sisanya berupa
tetes (molasse) dan air.

Daun tebu yang kering (dalam bahasa Jawa, dadhok) adalah biomassa yang mempunyai
nilai kalori cukup tinggi. Ibu-ibu di pedesaan sering memakai dadhok itu sebagai bahan
bakar untuk memasak; selain menghemat minyak tanah yang makin mahal, bahan bakar
ini juga cepat panas.

Dalam konversi energi pabrik gula, daun tebu dan juga ampas batang tebu digunakan
untuk bahan bakar boiler, yang uapnya digunakan untuk proses produksi dan pembangkit
listrik.

7. SIRIH

Sirih merupakan tanaman asli Indonesia yang tumbuh merambat atau bersandar pada
batang pohon lain. Sebagai budaya daun dan buahnya biasa dimakan dengan cara
mengunyah bersama gambir, pinang dan kapur. Namun mengunyah sirih telah dikaitkan
dengan penyakit kanker mulut dan pembentukan squamous cell carcinoma yang bersifat
malignan.
Sirih digunakan sebagai tanaman obat (fitofarmaka); sangat berperan dalam kehidupan
dan berbagai upacara adat rumpun Melayu.

a. Ciri-ciri
Tanaman merambat ini bisa mencapai tinggi 15 m. Batang
sirih berwarna coklat kehijauan,berbentuk bulat, beruas dan
merupakan tempat keluarnya akar. Daunnya yang tunggal
berbentuk jantung, berujung runcing, tumbuh berselang-
seling, bertangkai, dan mengeluarkan bau yang sedap bila
diremas. Panjangnya sekitar 5 - 8 cm dan lebar 2 - 5 cm.
Bunganya majemuk berbentuk bulir dan terdapat daun
pelindung ± 1 mm berbentuk bulat panjang. Pada bulir
jantan panjangnya sekitar 1,5 - 3 cm dan terdapat dua
benang sari yang pendek sedang pada bulir betina
panjangnya sekitar 1,5 - 6 cm dimana terdapat kepala putik
tiga sampai lima buah berwarna putih dan hijau kekuningan.
Buahnya buah buni berbentuk bulat berwarna hijau keabu-
abuan. Akarnya tunggang, bulat dan berwarna coklat
kekuningan.

b. Pemanfaatan
Minyak atsiri dari daun sirih mengandung minyak terbang (betIephenol), seskuiterpen,
pati, diatase, gula dan zat samak dan kavikol yang memiliki daya mematikan kuman,
antioksidasi dan fungisida, anti jamur. Sirih berkhasiat menghilangkan bau badan yang
ditimbulkan bakteri dan cendawan. Daun sirih juga bersifat menahan perdarahan,
menyembuhkan luka pada kulit, dan gangguan saluran pencernaan. Selain itu juga
bersifat mengerutkan, mengeluarkan dahak, meluruhkan ludah, hemostatik, dan
menghentikan perdarahan. Biasanya untuk obat hidung berdarah, dipakai 2 lembar daun
segar Piper betle, dicuci, digulung kemudian dimasukkan ke dalam lubang hidung. Selain
itu, kandungan bahan aktif fenol dan kavikol daun sirih hutan juga dapat dimanfaatkan
sebagai pestisida nabati untuk mengendalikan hama penghisap.
8. CABE RAWIT

Cabai rawit atau cabe rawit, adalah buah dan tumbuhan anggota genus Capsicum.
Selain di Indonesia, ia juga tumbuh dan populer sebagai bumbu masakan di negara-
negara Asia Tenggara lainnya. Di Malaysia dan Singapura ia dinamakan cili padi, di
Filipina siling labuyo, dan di Thailand phrik khi nu. Di Kerala, India, terdapat masakan
tradisional yang menggunakan cabai rawit dan dinamakan kanthari mulagu. Dalam
bahasa Inggris ia dikenal dengan nama Thai pepper
atau bird's eye chili pepper.

a. Ciri-ciri
Buah cabai rawit berubah warnanya dari hijau
menjadi merah saat matang. Meskipun ukurannya
lebih kecil daripada varitas cabai lainnya, ia dianggap
cukup pedas karena kepedasannya mencapai 50.000 -
100.000 pada skala Scoville. Cabai rawit biasa di jual di pasar-pasar bersama dengan
varitas cabai lainnya.
b. Pemanfaatan
Bagian Yang Digunakan Seluruh bagian tumbuhan dapat digunakan sebagai tanaman
obat, seperti buah, akar, daun, dan batang. INDIKASI Cabal rawit digunakan untuk :
menambah nafsu makan, menormalkan kembali kaki dan tangan yang lemas, batuk
berdahak, melegakan rasa hidung tersumbat pada sinusitis, migrain. CARA
PEMAKAIAN Untuk obat yang diminum, buah cabai rawit digunakan sesuai dengan
kebutuhan. Dalam hal ini cabai rawit dapat direbus atau dibuat bubuk dan pil. Untuk
pemakaian luar, rebus buah cabai rawit secukupnya, lalu uapnya dipakai untuk memanasi
bagian tubuh yang sakit atau giling cabai rawit sampai halus, lalu turapkan ke bagian
tubuh yang sakit, seperti rematik, jari terasa nyeri karena kedinginan (frosbite). Gilingan
daun yang diturapkan ke tempat sakit digunakan untuk mengobati sakit perut dan bisul.

9. KALA

Kecombrang, kantan, atau honje (Etlingera elatior) adalah sejenis tumbuhan rempah
dan merupakan tumbuhan tahunan berbentuk terna yang bunga, buah, serta bijinya
dimanfaatkan sebagai bahan sayuran. Nama lainnya adalah kincung (Medan) serta
siantan (Malaya). Orang Thai menyebutnya kaalaa.

a. Ciri-ciri

Honje be rwarna kemerahan seperti jenis tanaman hias


pisang-pisangan. Jika batang sudah tua, bentuk
tanamannya mirip jahe, dengan tinggi mencapai 5 m.

Batang-batang semu bulat gilig, membesar di pangkalnya;


tumbuh tegak dan banyak, berdekat-dekatan, membentuk
rumpun jarang, keluar dari rimpang yang menjalar di bawah
tanah. Rimpangnya tebal, berwarna krem, kemerah-jambuan
ketika masih muda. Daun 15-30 helai tersusun dalam dua
baris, berseling, di batang semu; helaian daun jorong lonjong,
20-90 cm × 10-20 cm, dengan pangkal membulat atau bentuk jantung, tepi
bergelombang, dan ujung meruncing pendek, gundul namun dengan bintik-bintik halus
dan rapat, hijau mengkilap, sering dengan sisi bawah yang keunguan ketika muda.

Bunga dalam karangan berbentuk gasing, bertangkai panjang 0,5-2,5 m × 1,5-2,5 cm,
dengan daun pelindung bentuk jorong, 7-18 cm × 1-7 cm, merah jambu hingga merah
terang, berdaging, melengkung membalik jika mekar. Kelopak bentuk tabung, panjang 3-
3,5 cm, bertaju 3, terbelah. Mahkota bentuk tabung, merah jambu, hingga 4 cm.
Labellum serupa sudip, sekitar 4 cm panjangnya, merah terang dengan tepian putih atau
kuning.
Buah berjejalan dalam bongkol hampir bulat berdiameter 10-20 cm; masing-masing butir
2-2,5 cm besarnya, berambut halus pendek di luarnya, hijau dan menjadi merah ketika
masak. Berbiji banyak, coklat kehitaman, diselubungi salut biji (arilus) putih bening atau
kemerahan yang berasa masam.[2]

b. Pemanfaatan

Kecombrang atau bunga honje terutama dijadikan bahan campuran atau bumbu penyedap
berbagai macam masakan di Nusantara. Kuntum bunga ini sering dijadikan lalap atau
direbus lalu dimakan bersama sambal di Jawa Barat. Kecombrang yang dikukus juga
kerap dijadikan bagian dari pecel di daerah Banyumas. Di Pekalongan, kecombrang yang
diiris halus dijadikan campuran pembuatan megana, sejenis urap berbahan dasar nangka
muda. Di Malaysia dan Singapura, kecombrang menjadi unsur penting dalam masakan
laksa.

Di Tanah Karo, buah honje muda disebut asam cekala. Kuncup bunga serta "polong"nya
menjadi bagian pokok dari sayur asam Karo; juga menjadi peredam bau amis sewaktu
memasak ikan. Masakan Batak populer, arsik ikan mas, juga menggunakan asam cekala
ini. Di Palabuhanratu, buah dan bagian dalam pucuk honje sering digunakan sebagai
campuran sambal untuk menikmati ikan laut bakar.

Honje juga dapat dimanfaatkan sebagai sabun dengan dua cara: menggosokkan langsung
batang semu honje ke tubuh dan wajah atau dengan mememarkan pelepah daun honje
hingga keluar busa yang harum yang dapat langsung digunakan sebagai sabun.
Tumbuhan ini juga dapat digunakan sebagai obat untuk penyakit yang berhubungan
dengan kulit, termasuk campak.

Dari rimpangnya, orang-orang Sunda memperoleh bahan pewarna kuning. Pelepah daun
yang menyatu menjadi batang semu, pada masa lalu juga dimanfaatkan sebagai bahan
anyam-anyaman; yaitu setelah diolah melalui pengeringan dan perendaman beberapa kali
selama beberapa hari. Batang semu juga merupakan bahan dasar kertas yang cukup baik.

10. LENGKUAS

Lengkuas atau laos (Alpinia galanga) adalah rempah-rempah populer dalam tradisi boga
dan pengobatan tradisional Indonesia maupun daerah Asia
Tenggara lainnya. Bagian yang dimanfaatkan adalah rimpangnya
yang beraroma khas.

a. Ciri-ciri

Lengkuas (Lenguas galanga atau Alpinia galanga) sering dipakai


oleh kaum wanita dikenal sebagai penyedap masakan. Lengkuas
termasuk terna tumbuhan tegak yang tinggi batangnya mencapai
2-2,5 meter. Lengkuas dapat hidup di daerah dataran rendah
sampai dataran tinggi, lebih kurang 1200 meter diatas permukaan laut. Ada 2 jenis
tumbuhan lengkuas yang dikenal yaitu varitas dengan rimpang umbi (akar) berwarna
putih dan vaaritas berimpang umbi merah. Lengkuas berimpang umbi putih inilah yang
dipakai penyedap masakan, sedang lengkuas berimpang umbi merah digunakan sebagai
obat. Lengkuas mempunyai batang pohon yang terdiri dari susunan pelepah-pelepah
daun. Daun-daunnya berbentuk bulat panjang dan antara daun yang terdapat pada bagian
bawah terdiri dari pelepah-pelepah saja, sedangkan bagian atas batang terdiri dari
pelepah-pelepah lengkap dengan helaian daun. Bunganya muncul pada bagian ujung
tumbuhan. Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar juga mempunyai aroma yang
khas.

b. Pemanfaatan

Lengkuas (Lenguas galanga atau Alpinia galanga) sering dipakai oleh kaum wanita
dikenal sebagai penyedap masakan. Ada 2 jenis tumbuhan lengkuas yang dikenal yaitu
varitas dengan rimpang umbi (akar) berwarna putih dan vaaritas berimpang umbi merah.
Lengkuas berimpang umbi putih inilah yang dipakai penyedap masakan, sedang lengkuas
berimpang umbi merah digunakan sebagai obat.

You might also like