You are on page 1of 13

TUGAS III

UPAYA PENGEMBANGAN SISTEM PRODUKSI HIJAUAN SEBAGAI


SUMBER SERAT DALAM SEKTOR PETERNAKAN DI JAWA BARAT

UTAMI DEWI HARIANINGSIH


200120090001

PROGRAM PASCASARJANA
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2010
I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di masa yang akan datang, pembangunan peternakan di Jawa Barat akan
dihadapkan pada masalah keterbatasan sumberdaya alam sebagai basis
penyediaan pakan (Kasryno, 1998). Sebagai upaya mengantisipasi permasalahan
tersebut, peranan sektor pertanian sangat diperlukan dalam penyediaan limbah
pertanian yang dapat diimanfaatkan sebagai pakan sumber serat, terutama bagi
ternak ruminansia. Sampai sejauh ini, sebagian besar hijauan pakan ternak yang
diberikan kepada ternak berupa rumput dan leguminosa. Namun, dengan
terbatasnya lahan dan kualitas serta kuantitas hijauan yang fluktuatif seringkali
limbah pertanian dijadikan sebagai alternatif sumber serat.
Jawa Barat memiliki populasi ternak ruminansia yang berpotensi
memberikan kontribusi terhadap penyediaan protein hewani bagi penduduk Jawa
Barat. Berdasarkan Data Statistik Dinas Peternakan Jawa Barat (2008), total
ternak ruminansia (sapi potong, sapi perah, kerbau, kambing, dan domba) di Jawa
Barat mencapai 4.591.003 ekor (Lampiran 1.). Berdasarkan total populasi ternak
tersebut, tentunya dibutuhkan hijauan pakan ternak yang berkualitas, tersedia
dalam jumlah banyak dan ketersediaan yang berkesinambungan agar peningkatan
usaha ternak ruminansia baik secara kualitas maupun kuantitas dapat dicapai.
Namun sangat disayangkan, upaya untuk mencapai hal tersebut belum dilakukan
secara optimal, apabiladitinjau dari ketersediaan lahan dan pemanfaatan limbah
pertanian sebagai alternatif sumber serat.
Berdasarkan kondisi tersebut, penulis bermaksud memberikan sumbangan
pemikiran yang berkaitan dengan peningkatan produksi hijauan pakan ternak.
Adapun hal tersebut meliputi optimalisasi lahan, sistem integrasi tanaman-ternak,
sistem peternakan rakyat berbasis limbah pertanian, dan pengembangan varietas
hijauan pakan ternak.
II
UPAYA PENINGKATAN KETERSEDIAAN HIJAUAN PAKAN TERNAK
DI JAWA BARAT

2.1 Optimalisasi Lahan

Lahan merupakan faktor penting dalam pengembangan usaha peternakan,


baik bagi infrastuktur fisik, maupun dalam penyediaan pakan ternak. Lahan yang
diperuntukan bagi peternakan dan pertanian semakin lama semakin berkurang
seiring dengan perluasan kawasan industri dan perekonomian.
Lahan yang umumnya digunakan untuk peternakan dan pengembangan
hijauan pakan adalah lahan pangonan. Berdasarkan data sementara, total lahan
pangonan di Jawa Barat ± 24796,67 Ha (Dinas Peternakan Jawa Barat, 2009).
Jumlah tersebut belum mendekati nilai yang sesungguhnya, dikarenakan banyak
wilayah yang masih belum diketahui luas lahan pangonan yang dimiliki masing-
masing wilayah (Lampiran 2). Berdasarkan perkiraan luas lahan pangonan
tersebut, diketahui 6175.96 Ha yang dimanfaatkan bagi pengembangan hijauan
pakan. Kondisi tersebut dikarenakan beberapa hal, diantaranya adalah lahan
pangonan tersebut adalah lahan kering sehingga sulit untuk penanaman hijauan,
terjadi alih fungsi lahan, dan adanya kemungkinan bahwa kurangnya upaya
masyarakat dalam pendayagunaan lahan pangonan dalam peningkatan produksi
hijauan pakan. Hal ini sangat memprihatikan, karena bila lahan pangonan yang
ada dimanfaatkan untuk produksi hijauan baik berupa rumput maupun
leguminosa, diperkirakan dapat membantu memenuhi kebutuhan hijauan dalam
pengembangan sektor peternakan di wilayah tersebut.
Lahan kering merupakan sumberdaya alam yang mempunyai peluang
besar untuk dimanfaatkan secara optimal, khususnya untuk pembangunan
pertanian baik tanaman pangan, hortikultura, perkebunan maupun
peternakan.Kendala berupa lahan yang kering, dapat diatasi dengan upaya
konservasi air dan tanah. Dalam upaya mempertahankan dan meningkatkan
produktivitas lahan, faktor kelangkaan air (water scarcity) menjadi faktor
pembatas yang perlu ditanggulangi untuk menunjang keberlanjutan sistem
usahatani. Oleh karena itu konservasi dan pemanfaatan air merupakan kunci
keberhasilan dalam pengelolaan lahan kering untuk peningkatan produktivitas
pertanian. Peningkatan produktivitas lahan melalui konservasi dan pengelolaan air
perlu diintegrasikan dengan pengelolaan hara dan bahan organik tanah
(Subagyono, et al., 2004).

Apabila hal tersebut dapat dicapai, maka lahan kering dapat dimanfaatkan
sebagai area penanaman rumput dan leguminosa. Sebagai contoh, di area tersebut
dapat ditanami oleh Rumput Gajah. Selain dapat dimanfaakan sebagai hijauan
pakan,penanaman Rumput Gajah berperan dalam konservasi lahan, karena dapat
menekan erosi hingga 70% (Galamedia, 2009).

2.2 Sistem Integrasi Tanaman-Ternak


Upaya peningkatan produktivitas lahan melalui konservasi air dan
pemanfaatan bahan organik akan semakin berarti apabila diintegrasikan dengan
usahatani ternak, karena dalam implementasinya konservasi lahan dan air akan
terjamin keberlanjutannya jika diintegrasikan dengan ternak (Watung et al., 2003;
Subagyono et al., 2004). Ternak dan produk sampingannya berupa kotoran ternak,
baik secara langsung maupun diolah terlebih dahulu menjadi kompos (Bokashi)
merupakan sumber bahan organik yang dapat dimanfaatkan oleh tanaman yang
diusahakan.

Menurut Abdurachman (1997) penanaman rumput pada strip-strip searah


kontur tidak secara langsung dapat memperkaya bahan organik tanah. Tetapi cara
ini dapat menghambat penurunan kadar bahan organik tanah melalui pengendalian
erosi. Jika rumput yang ditanam berupa rumput hijauan pakan ternak, maka petani
dapat mengembalikan bahan organik ke dalam tanah dalam bentuk pupuk
kandang. Dengan demikian kemungkinan bahan organik dapat ditingkatkan,
bahkan mungkin dapat dipertahankan tetap tinggi dalam jangka panjang.
Sistem pertanaman lorong (alley cropping) juga dapat dimanfaatkan
bersama dengan ternak, karena penelitian sistem pertanaman lorong pada
umumnya menghasilkan kesimpulan yang mendukung upaya penerapannya,
antara lain dapat menekan laju erosi, dan menghasilkan bahan hijauan yang dapat
dimanfaatkan sebagai tambahan pakan ternak atau dijadikan mulsa. Jenis tanaman
pakan dapat dipilh, bila yang diharapkan adalah usaha pengembangan ternak,
sedangkan kotoran ternaknya dapat diberikan ke dalam tanah sebagai pupuk
kandang. Beberapa tanaman yang dapat digunakan sebagai tanaman pagar,
disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1. Jenis-Jenis Tanaman Pagar

Jenis tanaman Pertumbuhan Pakan ternak


Caliandra callothyrsus Cepat Baik
Gliricidia sepium Cepat Baik
Leucaena leucocephala Cepat Baik
Leucaena diversifolia Cepat Baik
Flemingia congesta Lambat Kurang
Capanus cajosi Sedang Baik
Dalbergia sisso Sedang/cepat Baik
Desmautus virgatus Lambat/sedang Baik
Tephrosia volgelli Cepat Kurang
Vetiveria zizanioides Cepat Kurang
King grass Sedang/cepat Baik
Sumber : Sembiring et al., 1991; Puslittanak 1994/1995

2.3. Sistem Peternakan Rakyat Berbasis Limbah Pertanian


Seiring dengan berkembangnya usaha pertanian tanaman pangan,
holtikultura maupun perkebunan, semakin meningkat pula ketersediaan
limbahnya. Limbah hasil kegiatan agroindustri maupun perkebunan sampai saat
ini belum dimanfaatkan secara optimal. Peranan limbah pertanian dalam
pengembangan usaha ternak ruminansia adalah sebagai bahan pakan alternatif
sumber serat. Limbah tanaman palawija seperti jagung, kedelai, kacang tanah,
singkong dan ubi jalar merupakan sumber pakan ternak yang potensial sebagai
subtitusi rumput pada saat produksi rumput mengalami penurunan. Dengan
mengasumsikan bahwa limbah pertanian adalah 50% dari total produksi, maka
berdasarkan Data Dinas Perkebunan Jawa Barat (2007), pemanfaatan limbah
pertanian tersebut dapat membantu memasok kebutuhan sumber serat bagi ternak
ruminansia (Lampiran 3).
Salah satu contoh wilayah di Jawa Barat yang telah melakukan penataan
dalam penerapan peternakan berbasis limbah pertanian adalah Kabupaten Subang.
Berikut ini adalah contoh pendataan produksi limbah pertanian sebagai pakan
ternak yang dilakukan oleh wilayah kabupaten Subang.

Tabel 2. Produksi Hijauan Makanan Ternak Dari Limbah Pertanian Dan


Rumput Di Kabupaten Subang Tahun 2009

Produksi jerami
No Sumber Luas Panen (ha)
(ton BK/ha/th)
I Limbah pertanian 178.374 606.045.501
  1. padi 172.447 599.080.878
  2. ubi kayu 1.678 1.389.384
  3. ubi jalar 129 221.751
  4. jagung 1.911 1.479.114
  5. kacang tanah 1.441 2.775.366
  6. kacang kedele 429 613.899
  7. kacang hijau 339 485.109
II Rumput 74.639 53.996.475
1.perkebunan/tegalan/kebun/lad
ang/huma/ tanah tidak 43.278 27.357.118
  diusahakan
  2. hutan rakyat/negara 31.224 25.754.317
  3. Padang rumput 137 885.04
  JUMLAH 253.013 660.041.976

Sumber : Badan Pusat Statistik, (2009).


2.4. Pengembangan Varietas Unggul Hijauan Pakan
Pengembangan Hijauan Makanan Ternak ( HMT ) merupakan bagian dari
pembangunan subsektor peternakan di Jawa Barat yaitu sebagai faktor penting
dalam peningkatan produksi ternak  khususnya ruminansia, dengan menyediakan
pakan ternak yang berkualitas. Jenis hijauan pakan ternak yang ada di Jawa Barat
diantaranya adalah rumput dan leguminosa. Beberapa jenis rumput yang dikenal
dikalangan peternak adalah Rumput Gajah (Pennisetum purpureum), rumput
Benggala (Penicum maximum), rumput Setaria (Setaria sphacelata), rumput
Brachiaria (Brachiaria decumbens), rumput Mexico (Euchlena mexicana) dan
rumput lapangan yang tumbuh secara liar. Golongan leguminosa diantaranya
adalah: lamtoro (Leucaena leucocephala), stylo (Sty-losantes guyanensis), centro
(Centrocema pubescens), Pueraria phaseoloides, Calopogonium muconoides dan
jenis leguminosa lainnya.
Rumput yang menjadi varietas unggulan adalah rumput Gajah
( Pennisetum purpureum ) yang ketinggian mencapai 1,8 - 3,6 m, memiliki sistem
perakaran yang kuat, batang tebal dan keras, daun relatif besar dengan tepi tebal
dan mengkilap, dengan jumlah bulu lebih sedikit dibandingkan rumput jenis
unggul lainnya. Rumput jenis ini mampu bersaing dengan jenis rumput lain dan
responsif terhadap pemupukan tetapi kurang tahan terhadap genangan air. Dari
nilai nutrisinya, rumput gajah memiliki kandungan kadar protein kasar antara 9 -
10,5 %.Rumput ini baik ditanam pada ketinggian 0 - 3.000 m DPL  dengan curah
hujan 1.500 mm (Soegiarto, 2008).
Selain rumput Gajah relatif mudah dibudidayakan, penanaman rumput ini
mengurangi penggunaan rumput organik sehinggga menghemat biaya produksi
dan berdampak positif terhadap konservasi lahan dan air. Bila ditanam di lereng -
lereng maka akar serabut yang tersebar di lapisan tanah bagian atas dapat
menahan aliran permukaan dan erosi dan mempertahankan kelestarian
sumberdaya alam. Sebagai upaya pengembangan rumput Gajah sebagai varietas
unggul, diperlukan dukungan dari balai-balai penelitian dan pengembangan
hijauan makanan ternak untuk mensosialisasikan dan pemantauan budidaya
rumput Gajah sebagai hijauan pakan di berbagai daerah di Jawa Barat secara
merata. Meskipun demikian, penelitian, pengembangan dan aplikasi lapangan
terkait dengan penggunaan varietas lain dari rumput dan leguminosa perlu
mendapat perhatian.

KESIMPULAN

Hijauan pakan merupakan faktor penting yang harus dipenuhi dalam


perkembangan ternak ruminansia. Kualitas dan kuantitas yang fluktuatif, serta
keterbatasan lahan, menjadi kendala dalam pemenuhan kebutuhan hijauan di Jawa
Barat. Beberapa upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi hal tersebut
adalah dengan melakukan optimalisasi lahan, sistem integrasi tanaman-ternak,
sistem peternakan rakyat berbasis limbah pertanian, dan pengembangan varietas
hijauan pakan ternak. Peran serta dari peternak, balai penelitian, lembaga
akademis, dan pemerintah sangat diperlukan dalam pencapaian upaya memenuhi
kebutuhan hijauan pakan yang berkualitas dan berkesinambungan.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurachman, Sutono, dan I. Juarsah. 1997. Pengkayaan bahan organik tanah
dalam upaya pelestarian usahatani lahan kering di DAS bagian hulu.
Prosiding Pertemuan Pembahasan dan Komunikasi Hasil Penelitian Tanah
dan Agroklimat. Makalah Review. Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat,
Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2009. Subang dalam angka 2008.

Data Statistik Dinas Perkebunan Jawa Barat. 2009. Rekapitulasi Luas Areal,
Produksi dan Produktivitas PR, PBS dan PBN Tanaman Perkebunan.
Diakses dari : http://www.disbun.jabarprov.go.id. [05/01/10].

Data Statistik Dinas Peternakan Jawa Barat. 2009. Populasi Ternak di Jawa
Barat. Diakses dari : http://www.disnak.jabarprov.go.id. [05/01/10].

Galamedia. 2009. Rumput gajah tekan erosi hingga 70%. Harian Umum
Galamedia Edisi 9 Juli 2009. Diakses dari : http://klik-
galamedia.com/indexedisi.php?
id=20090719&wartakode=20090719190153

Kasryno, F. 1998. Strategi dan kebijaksanaan penelitian dalam menunjang


pembangunan peternakan. Dalam Kusnadi dkk. (eds) Prosiding Seminar
Nasional Peternakan dan Veteriner. Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan, Badan Litbang Pertanian. Bogor.

Sembiring, H., M. Thamrin, N.L. Nurida, R. Hardiantoro, G. Kartono, dan A.


Abdurachman. 1991. Tanaman legum serba guna dalam sistem usahatani
lahan kering di Daerah Aliran Sungai Brantas. Hal. 126-138 dalam
Risalah Lokakarya Hasil Penelitian P3HTA/UACP-FSR. Bandungan 25-
26 Januari 1991. P3HTA Badan Litbang Pertanian.

Soegiarto. 2008. Bibit Hijauan Makanan Ternak. Diakses dari ;


http://agricenter.jogjaprov.go.id/?
action=product.detailProduct&sell=36&typGuest=Buyer.

Subagyono, K., A. Dariah, T. Budyastoro, N.L. Nurida. 2004. Pengembangan


teknologi konservasi untuk peningkatan produktivitas tanaman perkebunan
di lahan kering kabupaten Ende. Kerjasama antara: Poor Farmers’ Income
Improvement through Innovation (PFI3P) dengan Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanah dan Agroklimat, Badan Litbang Pertanian,
Departemen Pertanian.
Lampiran 1. Populasi Ternak Ruminansia Jawa Barat

2008
JENIS TERNAK JANTA BETINA
No N TOTAL
1 SAPI 123.149 172.405 295.554
POTONG
2       SAPI PERAH 11.512 99.738 111.25
3       KERBAU 49.613 96.234 145.847
5       KAMBING                 904.496         1.431.012
526.516
6       DOMBA                 3.243.361         5.311.836
2.068.47
5
Total 979.265 3.6117.38 4.591.003
Lampiran 2. Luas Lahan Pangonan Jawa Barat
Tanah Pangonan (Ha)
NO Nama Kabupaten/Kota
Luas Awal Dimanfaatkan
1 Kab Bogor Belum diketahui Belum diketahui
2 Kab Sukabumi 1827 Belum diketahui
3 Kab Cianjur 1472.57 917
4 Kota Bogor Belum diketahui 26.7
5 Kota Depok 3.542 Belum diketahui
6 Kota Sukabumi Belum diketahui Belum diketahui
7 Kab Purwakarta 981.45 Belum diketahui
8 Kab Subang 136 74.8
9 Kab Karawang 5 1
10 Kab Bekasi 2290.269 Belum diketahui
11 Kota Bekasi Belum diketahui Belum diketahui
12 Kab Bandung Belum diketahui Belum diketahui
13 Kab Bandung Barat Belum diketahui Belum diketahui
14 Kab Sumedang Belum diketahui Belum diketahui
15 Kab Garut 966 966
16 Kab Tasikmalaya 4545.49 Belum diketahui
17 Kab Ciamis 4673 1552
18 Kota Tasikmalaya 7003.38 160.75
19 Kota Bandung 631 Belum diketahui
20 Kota Cimahi Belum diketahui Belum diketahui
21 Kota Banjar 0 Belum diketahui
22 Kota Cirebon Belum diketahui Belum diketahui
23 Kab Majalengka 261.966 819.81
24 Kab Indramayu 0 Belum diketahui
25 Kab Kuningan Belum diketahui 1657.9
26 Kota Cirebon Belum diketahui Belum diketahui
  Total 24796.667 6175.96
Lampiran 3. Luas Panen dan Produksi Palawija Jawa Barat
Kacang Hijau/Small Green
Jagung / Corn Ubi Kayu / Cassava Kedelai/Soyabean Pea Kacang Tanah / Peanuts Ubi Jalar / Sweet Potatoes
Kabupaten/Ko
Hasil Per Prod Luas Hasil Per Produ Luas Hasil Per Prod Luas Hasil Per Prod Luas Hasil Per Luas Hasil Per Produ
ta Regency Luas Panen  
Hektar uksi Panen Hektar ksi Panen Hektar uksi Panen Hektar uksi Panen hektar Panen Hektar ksi
/City
[To
(Ha) (Kw) (Ton) (Ha) (Kw) (Ton) [Ha] [Kw] [Ton] [Ha] [Kw] [Ton] [Ha] [Kw] [Ha] [Kw] [Ton]
n]
Kab/City  
176 2 176
01. Bogor 1 045 34,20 3 574 8 929 197,60 435 53 12,26 65 275 8,47 233 1 740 13,17 292 8 929 197,60 435
23 111 10 111
02. Sukabumi 5 683 41,33 488 6 113 182,78 733 487 13,33 649 248 10,69 265 6 958 14,59 154 6 113 182,78 73
28 119 13 119
03. Cianjur 6 313 45,55 757 6 994 170,79 454 968 12,68 1 228 324 10,09 327 10 864 12,55 632 6 994 170,79 454
56 175 3 175
04. Bandung 10 713 52,51 256 10 476 167,17 131 653 14,18 926 353 10,79 381 2 221 15,05 343 10 476 167,17 131
237 507 27 507
05. G a r u t 40 772 58,36 945 23 770 213,51 511 5 328 13,83 7 369 2 764 10,09 2 788 19 169 14,39 588 23 770 213,51 511
06. 44 331 8 331
Tasikmalaya 8 965 49,89 723 17 234 192,35 494 629 12,58 791 55 8,73 48 5 831 14,11 225 17 234 192,35 494
29 107 4 107
07. C i a m i s 4 849 61,05 605 6 118 175,63 451 970 16,77 1 627 178 9,78 174 2 828 16,86 769 6 118 175,63 451
22 55 3 55
08. Kuningan 5 208 43,85 836 3 779 148,16 989 564 13,26 748 190 10,68 203 2 014 18,96 818 17 234 32,49 989
5 146
09. Cirebon 233 42,10 981 188 111,65 2 099 140 12,50 175 2 061 10,12 2 086 219 19,00 244 9 532 14,18 566
10. 58 43 3 43
Majalengka 12 081 48,45 527 3 106 138,45 004 349 12,21 426 758 15,59 1 182 2 551 15,37 920 6 118 70,29 004
11. 47 146 522 146
Sumedang 11 571 41,37 875 9 532 153,76 566 597 12,70 758 1 510 11,64 1 758 19 169 19,00 4 9 532 14,18 566
12.
Indramayu 403 33,60 1 354 324 115,99 3 758 1 110 18,01 1 999 459 15,08 692 446 13,05 582 23 770 1,58 3 758
21 2 21
13. Subang 1 032 33,58 1 354 1 483 143,38 263 180 7,83 141 372 6,32 235 1 860 14,18 637 1 483 143,38 263
14. 13 91 2 91
Purwakarta 3 236 42,31 690 5 326 171,54 363 151 12,85 194 571 12,26 700 1 485 16,45 443 5 326 171,54 363
1
15. Karawang 162 29,20 473 450 204,22 9 190 148 15,61 231 591 9,27 548 1 002 11,69 171 450 204,22 9 190
16. B e k a s i 22 25,91 57 119 113,78 1 354 0 0 0 81 9,01 73 103 14,56 150 119 113,78 1 354
Kota/City
17. Bogor 128 33,36 427 278 136,65 3 799 0 0 0 0 0 0 103 9,13 94 278 136,65 3 799
18. Sukabumi 151 26,09 394 94 105,96 996 5 12,00 6 0 0 0 21 11,43 24 94 105,96 996
19. Bandung 72 50,42 363 59 81,36 480 0 0 0 1 10,00 1 19 11,58 22 59 81,36 480
20. Cirebon 24 47,08 113 4 115,00 46 0 0 0 1 10,00 1 12 36,67 44 4 115,00 46
21. Bekasi 103 35,05 361 75 122,13 916 0 0 0 0 0 0 44 12,50 55 75 122,13 916
22. Depok 242 26,68 646 434 53,02 2 301 0 0 0 0 0 0 150 12,47 187 434 53,02 2 301
23. Cimahi 14 40,71 57 74 136,76 1 012 0 0 0 0 0 0 10 14,00 14 74 136,76 1 012
24.
Tasikmalaya 151 39,67 599 351 133,53 4 687 10 12,00 12 0 0 0 238 12,18 290 351 133,53 4 687
25. Banjar 201 47,11 947 198 150,71 2 984 87 10,69 93 302 12,12 366 275 11,82 325 198 150,71 2 984
577 105 1 921 17 12 91 105 1 921
Jawa Barat
113 373 50,94 513 508 182,07 016 12 429 14,03 438 11 094 10,87 061 63 922 14,30 439 508 182,07 016

You might also like