Professional Documents
Culture Documents
dan Munfarid
Shalat sunah yaitu shalat yang hukum pelaksanaannya
sunah (dianjurkan). Apabila dilaksanakan Allah
memberikan pahala dan keutamaan khusus melebihi
orang Islam yang tidak melaksanakan shalat sunah.
Jenis shalat sunah yang bisa diamalkan oleh umat Islam cukup
banyak. Hal ini bukan untuk memberatkan umat Islam, akan
tetapi sangat bermanfaat sebagai sarana mendekatkan diri kepada
Allah SWT sedekat-dekatnya. Dan sebagai bekal dalam menambah
amalan shalat sunah, berikut akan diuraikan ketentuan dan tata
cara beberapa jenis shalat sunah jamaah dan munfarid.
A. SHALAT SUNAH BERJAMAAH
Shalat Sunat ‘idain
Saat hari raya Idul Fitri tiba umat Islam laki-laki, perempuan, anak-anak-anak
dan orang dewasa berbondong-bondong untuk melaksanakan shalat ‘Idul Fitri
kemudian saling melakukan silaturrahmi dan bermaaf-maafan.
Demikian juga saat hari raya Idul Adha (Idul Qurban), umat Islam juga
melaksanakan shalat Id kemudian melakukan ibadah qurban. Karena dalam
satu tahun umat Islam melaksanakan dua shalat Id, maka disebut shalat ‘idain
yang artinya dua shalat Id, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.
Ketentuan Shalat ‘idain Shalat Id adalah shalat yang dilakukan pada waktu hari
raya, karena dalam tradisi Islam terdapat dua hari raya, yakni Idul Fitri dan Idul
Adha maka dalam satu tahun terdapat dua shalat Id. Dalam bahasa Arab ‘idain
berarti dua shalat Id. Hukum melaksanakan shalat ‘idain adalah sunah
muakkad (sangat dianjurkan) karena Rasulullah saw selalu melakukan shalat
‘idain ini selama hidupnya. Firman Allah SWT : “Sesungguhnya Kami telah
memberikan kepadamu ni`mat yang banyak. Maka dirikanlah shalat karena
Tuhanmu dan berkorbanlah.” (QS. Al Kautsar : 1-2)
Bahkan Rasulullah saw. memerintahkan agar seluruh kaum muslimin baik
laki-laki, perempuan, anak-anak, dan dewasa untuk keluar dari rumah
melakukan shalat Id. Para wanita yang sedang haid pun diperintahkan
untuk menuju tempat shalat Id untuk mendengarkan khutbah tapi tidak
boleh melakukan shalat. Perhatikan sabda Rasulullah s.a.w. berikut ini
:Artinya : “Kami telah diperintahkan oleh Nabi saw. untuk keluar pada hari
raya. Begitu pula anakanak, perempuan, gadis-gadis pingitan, dan
diperintahkan juga gadis-gadis yang sedang haid diperintahkan supaya
keluar pada hari raya dan memisahkan diri dari tempat shalat kaum
muslimin”. (HR. Bukhari dan Muslim)
Hukumnya
Hukum melaksanakannya adalah sunah, sebagaimana hadis Rasulullah
SAW : Artinya :“Dari Abu Qatadah, Rasulullah SAW bersabda : apabila
salah seorang di antara kamu masuk ke masjid maka janganlah duduk
sebelum shalat (tahiyat masjid) dua rakaat.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Suatu saat kita dihadapkan pada dua atau lebih pilihan yang sama-sama baik
dan sulit menentukan mana yang terbaik, padahal menyangkut persoalan yang
mempunyai pengaruh terhadap kehidupan kita di masa yang akan datang
seperti, memilih sekolah, pekerjaan, jodoh, dan yang lainnya.
Oleh karena itu sebagai orang yang beriman kita harus yakin bahwa hanya
Allah SWT yang paling mengetahui persis mana yang terbaik di antar sekian
pilihan itu. Kamu masih ingat kan, bahwa Allah SWT mempunyai sifat wajib
ilmu dan aliman yang maksudnya Maha Mengetahui. Jadi Allah SWT
merupakan Dzat yang mengetahui segala sesuatu yang telah terjadi maupun
yang akan terjadi.
2. Hukumnya
Hukum melaksanakannya adalah sunah, sebagaimana
hadis Rasulullah SAW : Artinya :“Rasulullah s.a.w.
mengajarkan kepada kami untuk meminta petunjuk dalam
beberapa erkara yang penting. Beliau berkata, “Apabila
salah seorang di antara kamu menghadapi suatu perkara
hendaklah ia salat dua rakaat.” (HR. Bukhari).
Hukumnya
Hukum melaksanakannya adalah sunah, sebagaimana hadis
Rasulullah SAW Artinya :“Dari Abu Hurairah ia berkata :
kekasihku (Rasulullah) SAW telah berpesan kepadaku tiga hal :
Puasa tiga hari pada setiap bulan, dua rakaat salat dhuha, dan
salat witir sebelum tidur.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Tata Cara Pelaksanaannya
Tata cara pelaksanaan salat dhuha sebagai berikut :
Adapun tata cara melaksanakan salat tahajud tidak jauh berbeda dengan salat
sunah yang lain, yakni :
a. Waktu pelaksanaannya setelah salat isya sampai dengan fajar sidiq
(menjelang waktu subuh) dan setelah tidur.
b. Jumlah rakaatnya paling sedikit dua rakat dan paling banyak tidak dibatasi.
c. Dilaksanakan sendirian (munfarid) atau berjamaah.
d. Lebih utama setiap dua rakaat salam. Apabila dilaksanakan empat rakaat
jangan ada tasyahud awal, sehingga tidak menyerupai salat fardu.
Landasan Hukum
Berikut adalah landasan hukum yang terdapat dalam Al Qur’an maupun Hadits
mengenai shalat berjama’ah:
* Dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman: “Dan apabila kamu berada bersama mereka lalu
kamu hendak mendirikan shalat bersama-sama mereka, maka hendaklah segolongan
dari mereka berdiri (shalat) bersamamu dan menyandang senjata,…” (QS. 4:102).
* Rasulullah SAW bersabda: “Demi Dzat yang jiwaku berada di tanganNya, sungguh aku
bermaksud hendak menyuruh orang-orang mengumpulkan kayu bakar, kemudian
menyuruh seseorang menyerukan adzan, lalu menyuruh seseorang pula untuk menjadi
imam bagi orang banyak. Maka saya akan mendatangi orang-orang yang tidak ikut
berjama’ah, lantas aku bakar rumah-rumah mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim dari
Abu Hurairah RA).
* Dari Ibnu Abbas RA berkata: “Saya menginap di rumah bibiku Maimunah (isteri
Rasulullah SAW). Nabi SAW bangun untuk shalat malam maka aku bangun untuk
shalat bersama beliau. Aku berdiri di sisi kirinya dan dipeganglah kepalaku dan digeser
posisiku ke sebelah kanan beliau.” (HR. Jama’ah, hadits shahih).