You are on page 1of 14

Teknologi Pengolahan Minimal Buah Tomat

Menggunakan
Modified Atmosphere Packaging (MAP)

Buah dan sayur dalam keadaan segar memberikan banyak manfaat


kesehatan karena buah dan sayur memiliki kandungan vitamin, mineral dan serta
yang dibutuhkan oleh tubuh manusia. Setelah dipanen, buah dan sayur segar
sangat terbatas umur simpannya. Tren pangan saat ini adalah para konsumen lebih
menyukai produk pangan yang masih segar sebagai pola hidup makan makanan
sehat. Hal tersebut mendorong produsen untuk memproduksi “minimally
processed product” atau produk yang telah mengalami proses pengolahan
minimal.
Buah dan sayuran merupakan produk segar dengan metabolisme aktif
selama periode setelah panen. Oleh karena itu, pengemasan memiliki peranan
penting dalam memaksimalkan shelf life buah dan sayuran. Wadah yang
digunakan untuk pengemasan harus bersifat non toksik dan inert sehingga tidak
terjadi reaksi kimia yang dapat menyebabkan perubahan warna, flavour dan
perubahan lainnya. Selain itu, wadah juga harus memenuhi syarat-syarat tertentu
bergantung pada jenis makanannya, misalnya melindungi makanan dari
kontaminasi, melindungi kandungan air dan lemaknya, mencegah masuknya bau
dan gas, melindungi makanan dari sinar matahari, tahan terhadap tekanan atau
benturan dan transparan (Winarno, 1983).

Bauh tomat
Tomat termasuk sayuran buah yang sangat digemari. Banyak sekali
penggunaan buah tomat, antara lain sebagai bumbu sayur, lalap, makanan yang
diawetkan (saus tomat), buah segar, atau minuman (juice). Selain itu, buah tomat
banyak mengandung vitamin A, Vitamin C, dan sedikit vitamin B. Tomat
(Lycopersicum esculentum MILL) adalah jenis sayuran buah tahunan yang dapat
ditanam di dataran rendah ataupun dataran tinggi. Bentuk buahnya bulat, bulat
pipih dan ada pula yang seperti bola lampu. Warna buahnya yang masak merah
dan yang masih muda hijau, yang tersusun dalam tandan-tandan. Daging buahnya
banyak mengandung air dan menyimpan biji-biji yang banyak jumlahnya.

Gambar 1. Penampakan buah tomat

Buah tomat mengandung alkaloid solanin (0,007%), saponin, asam folat,


asam malat, asam sitrat, bioflavonoid (termasuk rutin), protein, lemak, gula
(glukosa, fruktosa), adenin, trigonelin, kholin, tomatin, mineral (Ca, Mg, P, K, Na,
Fe, sulfur, chlorine), vitamin (B1, B2, B6, C, E, likopen, niasin), dan histamin.
Rutin dapat memperkuat dinding pembuluh darah kapiler. Klorin dan sulfur
adalah trace element yang berkhasiat detoksikan. Klorin alamiah menstimulir
kerja hati untuk membuang racun tubuh dan sulfur melindungi hati dari terjadinya
sirosis hati dan penyakit hati lainnya. Likopen adalah pigmen kuning beta karoten
pada tomat. Tomatin berkhasiat antibiotik. Daun mengandung pektin, arbutin,
amigdalin, dan alkaloid.
Buah tomat sangat mudah rusak sehingga perlu penanganan dengan baik
setelah pemanenan. Kerusakan buah tomat dapat disebabkan oleh beberapa faktor
seperti fisiologis, fisis, kemis, dan mikrobiologis. Kerusakan tersebut dapat
menyebabkan penurunan kualitas dan nilai ekonomi dari komoditas ini. Tomat
merupakan komoditas hortikultura yang setelah panen cepat sekali mengalami
proses kerusakan, penguapan air dan pembusukan sehingga komoditas
hortikultura digolongkan kedalam kelompok komoditas yang rapuh dan sangat
mudah rusak (perishable commodities). Hilangnya air karena penguapan,
menyebabkan terjadinya kerusakan akibat pembusukan merupakan bagian
terbesar dari seluruh jumlah kehilangan komoditas hortikultura. Pada umumnya,
komoditas hortikultura di daerah tropis mengalami kehilangan air sampai sebesar
22-78 % (Winarno, 1983).
Pohon tomat akan tumbuh subur di berbagai kondisi yang dengan berbagai
tipe tanah, suhu, dan metode pemeliharaan. Dengan menyediakan nutrisi yang
cukup maka tomat dapat dibudidayakan dengan menggunakan teknik hidroponik,
ditumbuhkan pada media berbatu ataupun cadas. Namun karena kebutuhan tomat
akan oksigen yang besar maka jika menggunakan media hidroponik maka media
harus terus menerus diaerasi. Tomat biasanya dikonsumsi dalam bentuk segar
ataupun dalam bentuk olahan, yaitu dipanggang, direbus, dikukus ataupun dibuat
saus untuk berbagai macam makanan. Kebanyakan standar akan tomat yang ada
berdasarkan pada besar dan berat tomat tersebut (Villareal, 1980).
Di negara barat popularitas tomat disebabkan oleh warna yang menarik,
rasa serta kegunaannya yang berenekaragam. Kualitas tomat ayng diinginkan
adalah memiliki kandungan padatan terlarut tinggi, setidaknya 4,5 oBrix, memiliki
pH yang rendah sekitar 4,4 , keseragaman, kemudahan untuk dikupas, ketahanan
akan keretakan, dan warna merah yang tepat. Tidak ada komponen gizi dominan
yang terdapat pada tomat. Di tabel berikut disajikan nilai gizi tomat dan hasil
olahannya.
Tabel 1. nilai gizi tomat per 100 gram bagian yang dapat dimakan.
Komponen Segar Dikalengkan Saus Jus
air (%) 94 94 69 94
Energi (cal) 19 21 106 19
Protein (g) 0.7 0.8 1.8 0.8
Lemak (g) trace trace 0.4 trace
Karbohidrat (g) 4 4 25 4
Kalsium (mg) 12 6 22 7
Phospor (mg) 24 19 50 18
Besi (mg) 0.4 0.5 0.8 0.9
Potasium (mg) 222 217 363 227
Vitamin A (I.U.) 822 900 399 798
Thiamin (mg) 0.05 0.05 0.09 0.05
Riboflavin (mg) 0.04 0.03 0.07 0.03
Niacin (mg) 0.7 0.7 1.6 0.8
Vitamin C (mg) 21 17 15 16
Bagi negeri kita yang sepanjang tahun panas dengan kelembaban tinggi,
buah tomat mengalami respirasi yang tinggi, sehingga tanamannya cepat berbuah
dan cepat pula masak. Bahkan proses respirasi ini terus berlangsung ketika buah
telah dipetik dari pohonnya. Komoditi dengan laju respirasi tinggi menunjukkan
kecenderungan lebih cepat rusak. Pengurangan laju respirasi sampai batas
minimal pemenuhan kebutuhan energi sel tanpa menimbulkan fermentasi dapat
memperpanjang umur ekonomis produk buah dan sayur-sayuran. Manipulasi
teknik ini dapat dilakukan salah satunya dengan teknik pengemasan menggunakan
modified atmosphere packaging (MAP). Buah-buahan dan sayuran yang terolah
minimal (minimally processed atau fresh cut produce) menggunakan kemasan
modified atmosphere packaging (MAP) merupakan produk pangan yang saat ini
banyak diminati oleh masyarakat.

Teknologi pengolahan minimal


Minimally processed atau pengolahan minimal merupakan serangkaian
perlakuan terhadap buah-buahan atau sayuran segar untuk menghilangkan bagian-
bagian yang tidak dimakan serta melakukan pengecilan ukuran (pemotongan atau
pengirisan) sehingga mempercepat penyajian. Teknologi pengolahan minimal
didefinisikan sebagai kegiatan pengolahan yang mencakup pencucian, sortasi,
pembersihan, pengupasan, pemotongan dan lain sebagainya yang tidak
mempengaruhi sifat-sifat mutu bahan segar, khususnya kandungan gizinya
(Shewfelt et al., 1987). Kelebihan dari buah-buahan dan sayuran yang terolah
minimal selain kemudahan dalam penyajian adalah memungkinkan konsumen
melihat secara langsung kondisi bagian dalam produk sehungga menawarkan
mutu yang lebih terjamin. Cara pengolahan minimal buah-buahan/ayuran dan
teknik pengemasan yang tepat merupakan kunci utama dalam mempertahankan
mutu dan memperpanjang masa simpan produk.
Secara umum, proses pengolahan minimal buah-buahan dan sayur-sayuran
meliputi tahapan-tahapan seperti yang pada diagram alir (gambar 2). Buah-buahan
dan sayuran utuh sebagai bahan baku hendaknya memiliki kualitasa yang baik.
Sebelum pengemasan, buah-buahan dan sayuran utuh dapat diberikan perlakuan
tambahan yang bertujuan untuk memperpanjang umur simpan. Pengemasan
dilakukan dengan teknik tertentu sehingga dapat memperpnjang masa simpan.
Penyimpanan dilakukan pada suhu rendah sesuai yang direkomendasikan, tidak
boleh menyimpan pada suhu terlalu rendah karena dapat menyebabkan kerusakan
dingin (chilling injury). Penyimpanan pada suhu rendah dapat menekan aktivitas
respirasi dan metabolisme, menekan kehilangan air dan pelayuan, perubahan arna
dan tekstur, menunda proses pelunakan, serta mencegah keusakan akibat aktivitas
mikroba.

Buah-buahan/sayuran utuh

Sortasi dan pencucian

Pemotongan
(untuk buah berukuran besar)

Pembuangan biji

Pengupasan kulit

Pengisian (ukuran siap saji)

Pengemasan MAP

Penyimpanan dingin

Gambar 2. Diagram alir pengolahan minimal buah-buahan dan sayur-sayuran


secara umum
Dalam pengolahan dan pendistribusian hasil olahan minimal buah-buahan
dan sayuran, terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi, antara lain yaitu
faktor geografis antara daerah panen dan konsumen, tingkat kerusakan produk,
karakteristik mutu, tingkat ekonomi, dan pasaran untuk produk Permasalahan
yang mendasar dalam peningkatan daya simpan olahan minimal buah-buahan dan
sayuran adalah jaringan buah dan sayuran masih dalam keadaan hidup, dimana
masih terjadi proses respirasi yang melibatkan reaksi-reaksi kimia dan adanya
daur hidup mikrobiologi yang harus dihambat. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas produk hasil olahan minimal buah dan sayuran meliputi kondisi
pertumbuhan, kultivar dan tingkat kematangan saat panen, cara pemanenan, serta
lama penyimpanan dan kondisinya.
Pada proses persiapan untuk produk olahan minimal seperti pengupasan
dan pengirisan buah, terdapat kemungkinan terjadinya luka pada jaringan buah
atau sayuran. Terbukanya jaringan tersebut akan memperpendek daya simpan
buah, yang juga menyebabkan terjadinya hal-hal seperti di bawah ini :

Percepatan produksi etilen


Jaringan yang terbuang pada beberapa bagian buah atau sayuran dapat
mempercepat laju produksi etilen. Produksi etilen akibat luka pada saat sebelum
proses klimakterik dan pada saat klimakterik buah akan lebih besar daripada
setelah melewati proses klimakterik. Produksi etilen tidak berpengaruh pada
tingkat kematangan pada buah non-klimakterik.
Peningkatan etilen akibat luka jaringan dapat menyebabkan perubahan
fisiologi dan berakibat pada kualitas produk yang meliputi peningkatan
permeabilitas sel, peningkatan kerusakan dan aktivitas respirasi, serta
meningkatnya aktivitas enzim.

Degradasi membran lemak


Kerusakan pada sistem membran akan menyebabkan hilangnya beberapa
enzim dan substrat. Produksi etilen akibat luka jaringan juga dapat meningkatkan
permeabilitas membran dan pengurangan biosintesis fosfolipid .

Peningkatan respirasi
Adanya perlakuan sel akibat pengupasan akan meningkatkan laju respirasi
sehingga degradasi pati meningkat, begitu pula dengan aktivitas metabolisme
lewat jalur TCA (Three Carboxylic Acid) yang mengaktifkan transpor elektron.
Peningkatan laju respirasi yang terjadi pada hasil olahan minimal berkisar
dari 2 hingga 10 kali daripada buah tanpa perlakuan minimally process.
Peningkatan respirasi merupakan akibat dari beberapa reaksi biologis yang dapat
mengubah warna, flavor, tekstur, dan kandungan gizi. Perubahan reaksi biokimia
yang terjadi dalam sel meliputi stimulasi penguraian karbohidrat, pengaktifan
glikolisis, pengaktifan aktivitas mitokondria, serta peningkatan sintesa protein dan
aktivitas enzim.

Oksidasi pencoklatan
Daya simpan olahan minimal buah-buahan dan sayuran dapat ditentukan
dengan enzim pencoklatan selama penyimpanan, dimana reaksi pencoklatan ini
dapat dihambat dengan penyimpanan pada suhu rendah. Perubahan warna yang
terjadi pada permukaan potongan buah atau sayuran dapat diakibatkan oleh
rusaknya beberapa jaringan penyusun, terutama pada sel jaringan yang pecah,
yang kemudian mengalami kontak dengan udara sehingga terjadi oksidasi.

Kehilangan air
Pemotongan atau pengupasan buah dan sayuran mempengaruhi jaringan
dan meningkatkan laju penguapan air. Perbedaan laju kehilangan air antara
permukaan buah yang belum terpotong dan sudah terpotong / teriris berkisar
antara 5 hingga 10 kali.

Pengemasan dapat membantu untuk mencegah atau mengurangi terjadinya


kerusakan- kerusakan pada tomat. Adanya wadah atau kemsan dapat membantu
mencegah atau mengurangi kerusakan, melindungi produk yang ada di dalamnya
dan melindungi dari bahaya pencemaran atau kontaminasi serta gangguan fisik
(gesekan dan benturan). Selain itu, kemasan juga berfungsi sebagai perangsang
atau daya tarik bagi konsumen. Namun demikian, karena produk yang dikemas
adalah benda hidup yang dicirikan oleh adanya aktivitas respirasi, maka pelu
memperhatikan beberapa hal agar produk yang dikemas tidakmmengalami
kerusakan. Diantaranya adalah (1) kemasan tidak boleh kedap gas, (2) dapat
memberikan efek atmosfir termodifikasi (menurunkan konsentrasi O2 dan
meningkatkan konsentrasi CO2), dan (3) tidak mencemari atau bereaksi dengan
produk yang dikemas.
Menurut Brody (1972) kerusakan terjadi karena pengaruh lingkungan luar
dan pengaruh kemasan yang digunakan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kerusakan bahan pangan sehubungan dengan kemasan yang digunakan menurut
Winarno dan Jenie (1983) dapat digolongkan menjadi dua golongan, yaitu
golongan pertama kerusakan ditentukan oleh sifat alamiah dari produk dan tidak
dapat dicegah dengan pengemasan, misalnya perubahan kimia, biokimia, fisik
serta mikrobiologi; sedangkan golongan kedua, kerusakan yang ditentukan oleh
lingkungan dan hampir seluruhnya dapat dikontrol dengan kemasan yang dapat
digunakan, misalnya kerusakan mekanis, perubahan kadar air bahan, absorpsi dan
interaksi dengan oksigen.

Metode pengemasan buah tomat


Pengemasan dan pengangkutan merupakan dua kegiatan yang berkaitan
erat dalam usaha melindungi buah tomat dari kerusakan mekanis (gesekan atau
benturan selama pengangkutan). Oleh karena itu, proses pengemasan dan
pengangkutan harus dilakukan dengan baik dan hati-hati agar buah tomat yang
telah dipertahankan mutunya pada tahapan pembersihan, penyortiran dan
penggolongan, dan penyimpanan, masih tetap dapat dipertahankan pada tahapan
pengemasan dan pengangkutan.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengemasan tomat adalah: (a) Alat
pengemas harus bersih, (b) Alat pengemas sebaiknya terbuat dari bahan yang kuat
tetapi ringan (c) Pengemasan buah tomat tidak boleh melebihi daya tampung alat
kemas (d) Hindarkan paku yang menonjol keluar atau papan yang tidak rata
didalam alat pengemas, (e) Berilah pelindung pada dasar dan tepi alat pengemas
dengan bahan pelindung dari bahan jerami yang kering atau guntingan-guntingan
kertas,(f) Alat kemas harus memiliki lubang-lubang ventilasi pada dindingnya, (g)
Susunlah buah tomat serapi mungkin didalam alat pengemas sesuai dengan daya
tampungnya (h) Tutuplah peti pengemas dengan diikat atau dipaku agar kuat
(http://warintek.progressio.or.id/pertanian/tomat.htm).
Pengemasan buah tomat dengan MAP
Salah satu cara pengemasan yang dikembangkan adalah modified
atmosphere packaging. Modified Atmosphere Packaging (MAP) merupakan
teknik pengemasan dengan memodifikasi udara head space sehingga
menghasilkan konsentrasi gas di dalam kemasan yang optimum sehingga
memperpanjang umur simpan dari produk yang dikemasnya. Komposisi gas yang
optimum menyebabkan produk tidak mati, tetapi hanya mengalami penurunan
metabolisme, tidak megalami perubahan-perubahan kimia dan tidak merusak
produk.
Prinsip dari MAP adalah menghilangkan udara dari kemasan produk dan
menggantinya dengan gas atau campuran gas yang yang terdiri dari CO2, O2, dan
nitrogen. CO2 digunakan untuk mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Gas
nitrogen digunakan untuk menghilangkan kandungan udara bebas, khususnya gas
oksigen. Hal ini untuk mencegah rusaknya kemasan karena kadar air yang tinggi
maupun lemak yang terkandung pada makanan. Gas oksigen bermanfaat untuk
menjaga kesegaran dan warna alami (pada produk daging sapi). Selain itu, juga
untuk mempertahankan kemampuan respirasi (pada buah-buahan dan sayur-
sayuran), juga mencegah pertumbuhan bakteri organik anaerobik (khususnya
untuk produk ikan-ikanan dan beberapa sayur-sayuran)
(http://www.airproducts.co.id).
Kemasan yang digunakan dalam MAP adalah bahan yang
permeabilitasnya terhadap gas rendah, sehingga konsentrasi dari gas yang
ditambahkan tidak dapat berubah setelah kemasan di-seal. Pengontrolan kondisi
atmosfir ini butuh biaya besar, cocok untuk buah dan sayur yang akan disimpan
lama dalam jumlah besar (http://www.eng.auburn.edu). Dalam mengemas
produk terolah minimal, perlu memperhatikan sifat permeabilitas gas dari bahan
kemasan agar transfer gas-gas seperti O2 dan CO2 masih dapat berlangsung.
Pemilihan jenis kemasan dengan nilai permeabilitas yang tepat akan memberikan
efek atmosfir termodifikasi sehingga dapat menekan laju respirasi sehingga
dapat memperpanjang masa simpan.
MAP menawarkan banyak keuntungan, termasuk: Kemampuan untuk
mengakses ke pasaran baru, memperpanjang usia penyimpanan, mengurangi
bahan sisa, meningkatkan kualitas penampilan dan wujud, meningkatkan
produktivitas, dan mengurangi kebutuhan akan bahan-bahan pengawet buatan
(http:// www. airproducts. co.id).
Faktor-faktor yang mempengaruhi Modified Atmosphere Packaging
adalah (1) Resistan terhadap difusi akibat pergerakan O2, CO2, dan C2H4 terhadap
struktur buah (2) Respirasi yang dipengaruhi kondisi fisik dan konsentrasi O2,
CO2, dan C2H4 dalam kemasan (3) Temperatur, perubahan temperatur
mempengaruhi tingkat respirasi, difusivitas gas, dan permeabilitas film plastic
(http://www.eng.auburn.edu).
Metode untuk menciptakan kondisi modified atmosphere (1) modified
atmosphere pasif : jarang digunakan, karena hanya menunggu O2 masuk. Tidak
cocok untuk produk holtikultura, (2) modified atmosphere aktif : udara di dalam
kemasan disingkirkan menggunakan vakum. Sistem modified atmosphere
packaging untuk tomat dapat menggunakan bahan kemasan (1) film polimerik :
umunya digunakan LDPE dan PVC ; (2) sistem bag and tray: terdapat berbagai
jenis, mulai dari heat sealed sampai rigid, umumnya terbuat dari PET dan PVC;
(3) kemasan individual seal sering disebut juga UNIPACK, biasa digunakan untuk
mencegah kerusakan pada buah akibat pendinginan
(http://www.eng.auburn.edu).
Modified humidity packaging pada tomat dan buah segar lainnya.
Walaupun komposisi gas disekeliling produk hampir sama, umur penyimpanan
dari produk MAP lebih singkat daripada produk yang dikemas dibawah kondisi
CA. Hal ini disebabkan oleh adanya mold dan bakteri dalam produk MAP akibat
tingginya in-package relative humidity (IPRH) karena rendahnya laju transmisi
uap air dari film yang digunakan untuk MAP. Kelembaban relatif optimum yang
digunakan untuk menyimpan produk segar biasanya berkisar antara 85-95%.
Kondisi ini akan mencegah kehilangan berat dalam jumlah besar dan dapat
mengontrol microbial spoilage. Untuk produk yang mengandung tomat, biasanya
digunakan NaCl untuk menjaga IPRH pada 73-76% dan film LDPE untuk
pergantian gas (http://www.eng.auburn.edu).
Pengemasan tomat yang telah diproses. Penyebab kerusakan utama adalah
metabolisme jaringan dan pertumbuhan bakteri. Metode yang biasa digunakan
untuk menghambat kerusakan adalah temperatur, atmosfir termodifikasi, larutan
sulfit, asam askorbat, L-cystein (inaktivasi polifenoloksidase),manosa (mencegah
produksi etilen yang akan menyebabkan pear menjadi lunak). Perusakan
mikrobial dapat dicegah dengan temperatur rendah, panas, penggunaan organisme
antagonis yang dapat mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang tidak
diinginkan. Penambahan scavenger O2 ke dalam kemasan anaerob yang
mengandung aprikot dan peach belah akan mengurangi textural loss dari
pemutusan polimer secara struktural (http://www.eng.auburn.edu).
Di samping hal-hal yang telah disebutkan di atas, berikut ini beberapa hal
yang perlu diperhatikan dalam pengemasan tomat yang telah diproses. Pengemas
tomat harus melindungi produk dari kehilangan kandungan air, cahaya dan
oksigen. Pertama kali bahan yang digunakan adalah waxed cartonboard dengan
moisture-proof regenerated cellulose film outerwrap. Saat ini kemasan buah dan
sayuran beku terbuat dari film polimer yang berbahan dasar campuran poliolefin
dimana komponen terbanyaknya adalah LDPE. Plasticizer ditambahkan untuk
menjaga agar film retain kemampuannya pada temperatur rendah. Premade bags
digunakan untuk operasi pengemasan pada volume rendah. Sayuran dan buah
kaleng dikemas dalam kaleng yang terbuat dari timah atau glass jar. Timah harus
dilapis dengan enamel di bagian dalam untuk menghindari terjadinya korosi.
Seperti halnya jus, semua udara harus dihilangkan dalam produk untuk
menghindari terjadinya karat pada timah. Untuk asam buah yang mengandung
pigmen antosianin merah/biru, lapisan enamel harus lebih rigorous karena pigmen
akan bertindak sebagai depolarizer yang akan mempercepat laju korosi
(http://www.eng.auburn.edu).

Keuntungan kemasan MAP pada buah tomat


Beberapa keuntungan yang dapat diperoleh dari MAP pada tomat adalah
mengurangi kebutuhan terhadap bahan pengawet, mempertahankan warna segar
tomat, dan mengurangi bakteri dan kapang dengan adanya CO2. Terdapat dua
jenis dalam modified atmosphere packaging. (1) high oxygen MAP. Pada proses
ini, kira-kira 70 % gas yang dimasukkan ke dalam kemasan adalah oksigen.
Konsentrasi CO2 20-30 %, sementara konsentrasi nitrogen 0-10 %. Dengan
tingginya konsentrasi oksigen dan rendahnya persentase gas lainnya, pertumbuhan
organisme aerobic rendah, tapi tidak terhenti. Tipe kemasan ini cocok untuk
produk seperti daging, yaitu oksigen dalam kemasan akan berkombinasi dengan
myoglobin dalam daging untuk membentuk warna merah. (2) low oxygen MAP.
Pada proses ini, kadar oksigen dalam kemasan hanya 10 %. Konsentrasi CO2
sama, yaitu 20-30 %. Selebihnya diisi oleh nitrogen
(http://www.eng.auburn.edu).
DAFTAR PUSTAKA

Brody. A.L. 1972. Aseptic Packaging of Foods. Food Technology. Aug. 70-74.

Winarno, F.G. dan Jennie. 1983. Kerusakan Bahan Pangan dan Cara
Pencegahannya. Ghalia Indonesia. Jakarta.

Shewfelt, R. L.1987. Quality of minimally process fruits and vegetable. J. Food


Qual. 10: 143
Villareal, Ruben L. 1980. Tomatoes in Tropics. Westview Press, Inc, Colorado

Winarno, F.G. 1983. Gizi Pangan, Teknologi dan Konsumsi. Penerbit Gramedia.

http://www.eng.auburn.edu

http://www.airproducts.co.id

http://warintek.progressio.or.id/pertanian/tomat.htm
Tugas Praktikum Gol/ Kel : B/ 2
Teknologi Pengolahan Pangan PJP : Dr. Ir. Elvira Syamsir, M.Si
Asisten : Gilang GFSP
Noor Fauziah

TEKNOLOGI PENGOLAHAN MINIMAL BUAH TOMAT


MENGGUNAKAN
MODIFIED ATMOSPHERE PACKAGING (MAP)

Oleh :
Ade Irma Suryani F24104029
Aris Dwi Toha F24104032
Rismawati F24104041
Akhmad Arief Sadikin F24104048
Novia Kordial F24104050
Ary Ikhsan Siregar F24104058
Tenny Oksowela F24104086

2007
DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

You might also like